Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah
penderita yang cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes
merupakan suatu bentuk kelainan atau gangguan metabolisme tubuh,
dimana

tubuh

penderita

diabetes

mengalami

gangguan

mengolah

karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami


kekurangan transporter glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus
pada ibu hamil memerlukan perhatian yang serius karena menyangkut 2
nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang tengah dikandung. Ibu
hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya
diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.
Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan
menjalani

pemeriksaan

untuk

men-screening

diabetes

gestasional.

terutama pada ibu hamil yang usianya diatas 35 tahun, berat badan
berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat
menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering. Ibu hamil yang
sebelum masa kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga berisiko
untuk menderita diabetes melitus gestasional pada masa kehamilan.
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan
dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
Melakukan pemeriksaan teratur guna mengecek kondisi gula darah
merupakan

tindakan

yang

sangat

dianjurkan

dan

juga

teratur

mengunjungi dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan


diabetes melitus pada ibu hamil sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi
tubuh seperti melakukan pengaturan pola makan guna mengurangi resiko
terjadinya hipoglikemia.
Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional
dengan peningkatan hingga 7-9% pada populasi dengan ibu yang

memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan untuk screening penyakit


ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28 karena
pada

saat

ini

mengakibatkan

plasenta

memproduksi

resistensi

insulin

hormon

dalam

dalam

jumlah

yang

banyak.

Jika

dapat
hasil

pemeriksaan didapatkan kadar yang meningkat, pemeriksaan selanjutnya


perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes gestasional.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari
hari pertama haid terakhir (syaifuddin, 2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi yang berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba,2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali

dengan adanya

pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan


diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).
Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang
diawali dengan adanya pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di
hitung dari hari pertama haid terakhir.
Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi
atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah
tinggi, dan berkurangnya glikogenesis (Wahyu Purwaningsih, 2010).
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan
dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
B. Etiologi
Penyakit

diabetes

melitus

yang

terjadi

selama

kehamilan

disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh


yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.

C. Patofisiologi
Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena inulin yang
berlebih

masih

banyak

dibutuhkan

sealan

dengan

perkembangan

kehamilan. Progesteron dan HPL menyebabkan jaringan ibu resisten


terhadap insulin dan menghasilkan enzim yang disebut insulinase yang
dihasilkan oleh plasenta, sehingga mempercepat terjadinya insulin.
Bila pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat,
maka akan timbul suatu keadaan yaang disebut hiperglikemia, sehingga
apat menimbulkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa
haus (polidipsi), mengekskresikan cairan (poliuri), dan mudah lapar
(polifagia).
D. Klasifikasi Diabetes Melitus
1. Klafikasi menurut usia dan lama timbulnya
Kelas A

GTT abnormal, tidak ada gejala. Euglikemia diatur dengan

diet
tanpa pemberian insulin, tidak ada komlikasi lama dan
saja.
Kelas B

timbulnya kapan

Timbulnya pada usia diatas 20 tahun, lamanya kurang dari

10th,
tidak ada komplikasi.
:
Timbulnya pada usia diantara 10 19 tahun, lamanya

Kelas C
diantara
Kelas D

10 19 tahun, tidak ada komplikasi.


Timbul pada usia diatas 10 tahun, lamnya lebih dari 20

tahun,
ditemui tanda angiopati, retinopati, pengapuran pembuluh
darah tungkai/kaki.
Kelas E
: Lama dan usia timbulnya kapan saja, ada nefropati.
Kelas H
:
Lama dan usia timbulnya kapan saja, adanya penyakit
jantung
arteriosklerotik.
Kelas R

: Lama dan usia timbulnya kapan saja, ada retinopati berat.

Kelas RF

: Lama dan usia timbulnya kapan saja, ada retinopaty dan

nefropati.

Kelas T : Lama dan usia timbulnya kapan saja, hamil setelah transplantasi
Ginjal
E. Faktor Risiko
Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Riwayat keluarga dengan diabetes melitus


Glukosuria dua kali berturut-turut
Obesitas
Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
Adanya hidramnion
Kelahiran anak sebelumnya besar
Umur mulai tua
Herediter

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dirasakan dapat berupa polidipsi, poliura,
polifagia, penurunan berat badan, mengantuk (somnolen) dan dapat
timbul, ketoasidosis.
a. Pengaruh diabetes melitus pada kehamilan sebagai berikut :
1. Hiperemesis Gravidarum
2. Pemakaian glikogen bertambah
3. Meningkatnya metabolisme basal
b.
1.
2.
3.
4.
5.

Dampak diabetes melitus pada kehamilan sebagai berikut :


Abortus dan partus prematurus
Preeklampsia
Hidramnion
Kelainan letak janin
Insufisiensi

c. Pengaruh diabetes melitus pada bayi yang dilahirkan sebagai berikut :


1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda dapat mengakibatkan
2.
3.
4.
5.

abortus
Cacat bawaan
Dismaturitas
Janin besar
Kelainan neurologis

G. Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan
timbulnya komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi
(salvage fetal rate).

Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational


sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia
2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes
lainnya, kecuali penambahan kalori total untuk mencapai penambahan
berat badan 10-12 kg selama hamil dan menjaga asupan karbohidrat
tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan asupan
kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
H. Asuhan Keperawatan Ibu hamil dengan Diabetes Melitus
1.
a.
1)
2)
b.
1)
c.
1)
d.

Pengkajian
RKD (Riwayat Kesehatan Dahulu)
Riwayat diabetes melitus
Riwayat anak lahir besar
RKK (Riwayat Kesehatan Keluarga)
Adanya keluarga yang menderita DM
RKS ( Riwayat Kesehatan Sekarang)
Ditemui adanya tanda-tanda DM, seperti polidipsi, polifagi, poliura, dll.
Saluran Urinarius
Dapat mengalami riwayat poliura, infeksi saluran kemih (ISK), nefropati
makanan dan cairan, polidipsia, polifagia, mual, muntah, serta penurunan

berat badan.
e. Keamanan
Integritas kulit lengan, paha dapat berubah karena injeksi insulin yang
sering, terdapat kerusakan penglihatan/ retinopati, serta riwayat gejalagejala infeksi atau positif terhadap infeksi perkemihan dan vagina.
f. Status kebidanan
Tinggi fundus lebih tinggi atau rendah dari normal terhadap gestasi
(hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin) riwayat neonatus besar
terhadap
g.

usia

gestasi

(LGA);

hidramnion;

anomalikongenital;

dan

kematian janin yang tidak jelas penyebabnya.


Sosial Ekonomi
Maslah faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan resiko komplikasi,
ketidakadekuatan,

atau

kurangnya

sistem

pendkung

yang

bertanggungjwab.
h. Pemeriksaan Diagnosis
Hemoglobin glukosa (HbAlc) kadar glukosa serum acak, kadar keton urine,
protein urine dan kreatinin (24 jam), tes fungsi tiroid, hematokrit, kadar
estriol, tes toleransi glukosa, albumin glukosa, elektrodiagram, kultur

vagina, tes nonstress (NST), ultrasonogravi, contraction stress test (CST),


oxytocyn chalenge test (OCT), amiosintesis, serta kriteria profil biofisik.
2. Diagnosis keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna dengan tepat.
b. Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan peningkatan kadar
c.

glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.


Risiko tinggi cedera maternl yang berhubungan dengan perubaahan
kontrol diabetik, profil darah abnormal, hipoksia jaringan, dan perubahan

respons imun.
d. Kurang pengetahuan kondisi dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

a.
b.
c.
d.
e.

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dengan tepat.


Intervensi
Timbang BB saat kunjungan anc.
Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam
Beri informasi tentang perubahan penatalaksanaan
Perhatikan adanya mual muntah
Tinjau ulang pentingnya makanann teratur 3/kali kudapan

bila

menggunakan insulin
Diagnosa II : Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan

a.
b.
c.
d.

peningkatan kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.


Intervensi
Kaji kontrol diabetic klien sebelum konsepsi
Kaji gerakan janin dalam DJJ
Pantau tiap kunjungan
Kolaborasi kaji Hb setiap 2-4 minggu
Diagnosa III: Risiko tinggi cedera maternl yang berhubungan dengan
perubaahan kontrol diabetik, profil darah abnormal, hipoksia jaringan, dan

a.
b.
c.
d.
a.

perubahan respons imun.


Intervensi
Perhatikan klasifikasi white untuk diabetes.
Kaji perdarahan per vagina dan nyeri tekan abdomen.
Pantau terhadap tanda tanda dan gejala persalinan preterm.
Kolaborasi pantau kadar glukosa serum
Diagnosa IV: Kurang pengetahuan kondisi dengan kurangnya informasi.
Intervensi
Kaji pengetahuan tentang proses tindakan terhadap penyakit, diet,

latihan kebutuhan insulin.


b. Beri informasi cara kerja dan efek dari insulin.

c.

Beri informasi dampak kehamilan dengan diabetes dan harapan masa

depn.
d. Diskusikan agar klien dapat mengenali tanda infeksi.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasuil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
5.
a.
b.
c.
d.

Evaluasi
Nutrisi adekuat.
Cidera terhadap janin tidak terjadi.
Cidera terhadap maternal tiak terjadi.
Pengetahuan meningkat.

Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus


Gestasional

1.1

Definisi

Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional,
merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Gejala utama dari
kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain
yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya
penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien
tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering
kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
1.2

Etiologi

Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya
insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis.
Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh
kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

Risiko Tinggi DM Gestasional:


1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2

3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)


4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria

1.3

Klasifikasi

Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1. Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
3. Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke
dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).
1.4

Patofisiologi

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami
gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu
dilakukan induksi pada minggu ke 36 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat

persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis
kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan kembali normal, apabila tidak, maka
perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu.
Pada kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus
secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara
bermakna. Hal ini disebabkan oleh :
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis ) menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, estrogen, dll)
6. Perubahan metabolism lemak dan asam amino
1.5

Manifestasi Klinis
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

2.

Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
1. Penurunan berat badan
2. Kesemutan, gatal
3. Pandangan kabur
4. 7.

Pruritus vulvae pada wanita

5. Lemas, lekas lelah, tenaga kurang.


Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh
terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada
di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus.
1.6

Pemeriksaan Diagnostik

Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan
dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.

TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 199 mg/dl

GDPT : glukosa darah puasa antara 100 125mg/dl.

Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis

2. Nilai (+) sampai (++++)


3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obatobatan, dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
1.7

Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan


1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
o Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik).
o DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di antaranya adalah :
o Abortus dan partus prematurus
o Hidronion

Pre-eklamasi

Kesalahan letak jantung

Insufisiensi plasenta

Pengaruh penyakit terhadap persalinan

Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar).

Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.

Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan


lahir mati

Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.

Post partum mudah terjadi infeksi.

Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan


kematian

3. Pengaruh DM terhadap kala nifas


o Mudah terjadi infeksi post partum
o Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
4. Pengaruh DM terhadap bayi
o Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
o Janin besar ( makrosomia )
o Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

1.8

Penatalaksanaan
A. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia
atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari
tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat
hyperglikemik oral dan insulin.

Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga
J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :

NO
1.
2.

Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,


protein 20 %.

Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.

Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.

Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.

Tipe Diet
Diet A
Diet B

Indikasi Diet
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun

3.

Diet B1

Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.

3. Masih muda perlu pertumbuhan.


4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.
10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada
kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.

4.

Diet B1 dan B2

Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20
% lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.

5.

Diet B 3

3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal
kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)
Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus

dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari
pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih
dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak.
Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB
ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:

Kalori basal 25 kal/kgBB ideal

Kalori kegiatan jasmani 10-30%

Kalori untuk kehamilan 300 kalori

Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB


Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam
pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah
kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM
umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh

kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
1. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
2. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
3. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
4. Mencegah episode hipoglikemia
5. Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
6. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya
rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang
dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5
kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).

Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier)
sehingga dapat mempengaruhi janin.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang
tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama
tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan
ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri

NST USG serial

Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP <
5 merupakan tanda gawat janin.

Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya
makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi
untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea.

Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan
cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin
(normal >l0x/12 jam).

Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.

Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih


dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).

Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan


infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia
kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan
insulin.

Penatalaksanaan pada DMG


Meningkatkan jumlah insulin
1. Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
2. Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
3. Insulin injeksi
4. Meningkatkan sensitivitas insulin
5. Biguanid/metformin

6. Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)


7. Memengaruhi penyerapan makanan
8. Acarbose
9. Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen) 6-8
minggu setelah melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma glukosa puasa dan
OGTT 75 gram glukosa. Pasien gemuk penderita GDM, sebaiknya mengontrol BB,
karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian

B. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin meningkat
dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama
dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau
dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan
asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin
yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah
tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam
persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa
dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena
dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi
dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus
spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan
karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37
minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk
menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan
terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang
tanpa atau dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan
pencatatan denyut jantung janin terus menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat
badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
C. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
1.9

Komplikasi

Komplikasi pada Ibu

1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan


2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar

Masalah pada anak :

1. Abortus
2. Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Makrosomia
6. Hipocalcemia
7. Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8.

Hiperbilirubinemia
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional

1. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.


2. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf
(stroke,neuropati).
3. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke
1.10Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik, apalagi penyakitnya
lekas diketahui dan dengan segera diberikan pengobatan oleh dokter ahli, serta kehamilan dan
persalinannya ditangani oleh dokter spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi,
apabila penderita sampai meninggal biasanya karena penderita sudah mengidap diabetes
sudah lama dan berat, terutama yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal.
Sebaliknya, prognosis bagi anak jauh lebih buruk dan di pengaruhi oleh ;

1. Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai asetonuria


2. Insufisiensi plasenta
3. Prematuritas

4. Gawat napas (respiratory distress)


5. Cacat bawaan
6. Komplikasi persalinan (distosia bahu)
ASUHAN KEPERAWATAN
3.3

Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah
makan tidak lebih dari 140 mg/dl.

No.

Intervensi
Mandiri

Rasional

Timbang berat badan setiap kunjungan


prenatal.
Kaji masukan kalori dan pola makan dalam
24 jam.
Tinjau ulang dan berikan informasi
mengenai perubahan yang diperlukan pada
penatalaksanaan diabetic.
Tinjau ulang tentang pentingnya makanan
yang teratur bila memakai insulin.
Perhatikan adanya mual dan muntah
khususnya pada trimester pertama.

Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk


memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.
Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien
tentang aturan diet.
Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu
membutuhkan perubahan besar selama gestasi
memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi
Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia ,
sesudah makan dan kelaparan.
Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi
karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolisme
lemak dan terjadinya ketosis.
Stress dapat mengakibatkan peningkatan kadar
glukosa, menciptakan fluktuasi kebutuhan insulin.
Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan
glukosa darah serum secara periodic

2
3

4
5

Kaji pemahaman stress pada diabetic.

Ajarkan pasien tentang metode finger stick


untuk memantau glukosa sendiri.

10

11
12
13
14

15

Tinjau ulang dan diskusikan tanda gejala


serta kepentingan hipo atau hiperglikemia.

Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat dan berat pada


trimester pertama karena peningkatan penggunaan
glukosa dan glikogen oleh ibu dan perkembangan
janin. Hiperglikemia berefek terjadinya hidramnion.
Instruksikan untuk mengatasi hipoglikemia Pengguanaan jumlah besar karbohidrat sederhana
asimtomatik.
untuk mengatasi hipoglikemi menyebabkan nilai
glukosa darah meningkat.
Anjurkan pemantauan keton urine.
Ketidakcukupan masukan kalori ditunjukkan dengan
ketonuria, menandakan kebutuhan terhadap
peningkatan karbohidrat.
Mandiri
Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe
insulin.
Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk
memenuhi kebutuhan individu.
Kolaborasi dengan ahli gizi.

Pembagian dosis insulin mempertimbangkan


kebutuhan basal maternal dan rasio waktu makan.
Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama
trimester pertama.
Diet secara spesifik pada individu perlu untuk
mempertahankan normoglikemi.
Observasi kadar Glukosa darah.
Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun
bila kadar glukosa darah antara 60 100 mg/dl,
sebelum makan antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah
makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah makan
kurang dari 200 mg/dl.
Tentukan hasil HbA1c setiap 2 4 minggu. Memberikan keakuratan gambaran rata rata control
glukosa serum selama 60 hari . Kontrol glukosa serum
memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil.
1. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
Kriteria evaluasi :
Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau
Construction Stress Test secara normal.

No.

1
2
3

4
5

Intervensi
Mandiri

Rasional
Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu
menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal
Kaji control diabetik sebelum konsepsi. konginental.
Tentukan klasifikasi white terhadap
Janin kurang beresiko bila klasifikasi white adalah A, B,
diabetes.
C dan apabila D adalah beresiko tinggi.
Kaji gerakan janin dan denyut janin setiap Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal
kunjungan.
mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan
denyut jantung janin.
Observasi tinggi fundus uteri setiap
Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal
kunjungan.
Observasi urine terhadap keton.
Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan

syaraf pusat yang tidak dapat diperbaiki.

8
9

10

11

12

13

14

15

16

17

Berikan informasi dan buatkan prosedur


untuk pemantauan glukosa dan
penatalaksanaan diabetes di rumah.
Pantauan adanya tanda tanda edema,
proteinuria, peningkatan tekanan darah.

Penurunan mortalitas dan komplikasi morbiditas janin


bayi baru lahir dan anomali congenitial dihubungkan
dengan kenaikan kadar glukusa darah.
sekitar 12% 13% dari diabetes akan berkembang
menjadi gangguan hipertensi karena perubahan
kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes.
Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik
Non stress Test setiap minggu.
dari kesehatan janin.
Diskusikan rasional atau prosedur untuk Contraction Stress Test dapat memberikan informasi
melaksanakan Oxytocin Challenge Test
tentang perfusi oksigen dan nutrisi pada janin. Hasil
atau Contraction Stress Test setiap minggu positif menandakan insufisiensi plasenta.
mulai minggu ke 30 sampai dengan
minggu ke- 32.
Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Maturasi paru janin adalah kriteria yang digunakan untuk
tindakan amniosentesis
menentukan kelangsungan hidup.
Kolaborasi
Kaji HbA1c setiap 2 4 minggu sesuai
indikasi.

Insiden bayi malformasi secara kongenital meingkat pada


wanita dengan kadar HbA1c tinggi pada awal kehamilan
atau sebelum konsepsi.
Kaji kadar albumin glikosilat pada getasi Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia
minggu ke 24 sampai ke 28 khususnya
lebih dari beberapa hari.
pada ibu dengan resiko tinggi.
Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein
Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu
pada gestasi minggu ke 14 sampai minggu diabetik dari pada non diabetik bila kontrol sebelum
ke 16.
kehamilan sudah buruk.
Siapkan untuk ultrasonografi pada gestasi Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal
minggu ke 8, 12, 18, 28, 36 sampai
gestasi dan membantu dalam evaluasi retardasi
minggu ke 38.
pertumbuhan intra uterin.
Lakukan non stress test dan Oxytocin
Mengetahui kesehatan janin dan kedekatan perfusi
Challenge Test atau Construction Stress plasenta.
test dengan tepat.
Dapatkan sekuensial serum atau specimen Penurunan kadar estriol dapat menunjukkan penurunan
urine 24 jam terhadap kadar estriol setelah fungsi plasenta, menimbulkan retardasi pertumbuhan
gestasi minggu ke 30.
intra uterin dan lahir mati.
Bantu untuk persalinan per vaginam atau Membantu menjamin hasil positif untuk neonatus.
seksio.
Insiden lahir mati meningkat secara bermakna pada
gestasi lebih dari minggu ke-36. Makrosomia sering
menyebabkan distosia dengan sefalopelvis disproporsi.

1. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol


diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon

imun.
Kriteria evaluasi :

Tetap normotensif.

Mempertahankan normoglikemia.

Bebas dari

Intervensi

Rasional
Mandiri
Perhatikan klasifikasi white untuk
diabetes. Kaji derajad kontrol
diabetik.
Kaji perdarahan pervaginam dan
nyeri tekan abdomen.

Klien dengan klasifikasi D, E atau F


adalah berisiko tinggi terhadap
komplikasi kehamilan.

Perubahan vaskuler yang dihubungkan


dengan diabetes menandakan resiko
abrupsi plasenta.
Pantau terhadap tanda dan gejala
Distensi uterus berlebihan karena
persalinan preterm.
makrosomia atau hidramnion dapat
mempredisposisikan pada persalinan
awal.
Bantu untuk belajar memantau
Memungkinkan keakuratan tes urin yang
glukosa darah di rumah yang
lebih besar karena ambang ginjal
dilakukan 6 kali sehari.
terhadap glukosa menurun selama
kehamilan.
Periksa keton dalam urin setiap hari. Ketonuria menandakan adanya kondisi
kelaparan yang secara negatif dapat
mempengaruhi perkembangan janin
Identifikasi kejadian hipoglikemia
Insiden hipoglikemia sering terjadi pada
dan hiperglikemia.
trimester ketiga karena aliran glukosa
darah dan asam amino yang kontinue
pada janin dan untuk menurunkan kadar
insulin antagonis laktogen plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan
regulasi diet atau insulin untuk
normoglikemia khususnya pada trimester
kedua dan ketiga karena kebutuhan
insulin sering meningkat dua kali.
Pantau adanya edema dan tentukan Diabetes cenderung kelebihan cairan
tinggi fundus uteri.
karena perubahan vaskuler. Insiden
hidramnion sebanyak 6% 25% pada
kasus diabetes yang hamil
kemungkinan berhubungan dengan
peningkatan kontribusi janin pada cairan
amnion dan hiperglikemia meningkatkan
haluaran urin janin.

Kaji adanya infeksi saluran kencing. Deteksi awal adanya infeksi saluran
kencing dapat mencegah pielonefritis.
Pantau dengan ketat bila obat
Obat tokolitik dapat meningkatkan
tokolitik digunakan untuk
glukosa darah dan insulin plasma.
menghentikan persalinan.
Kolaborasi
Mendeteksi ancaman ketoasidosis,
menentukan adanya ancaman
Pantau kadar glukosa serum setiap hipoglikemia.
kunjungan.
Dapatkan urinalisa dan kultur urin, Membantu mencegah atau mengatasi
kultur rabas vagina, berikan
pielonefritis. Monilial vulvovaginitis
antibiotika sesuai indikasi.
dapat menyebabkan sariawan oral pada
bayi baru lahir.
Kumpulkan spesimen untuk ekskresi Kemajuan perubahan vaskuler dapat
protein total, klirens kreatinin
merusak fungsi ginjal dengan diabetes
nitrogen urea darah dan kadar asam jangka panjang atau berat.
urat.
Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi Latar belakang retinopati dapat berlanjut
selama trimester pertama, trimester selama kehamilan karena keterlibatan
kedua dan ketiga bila berada dalam vaskuler berat. Terapi koagulasi laser
diabetes klasifikasi kelas D atau
dapat memperbaiki dan menurunkan
diatasnya.
fibrosis optik.
Siapkan untuk ultrasonografi pada
Mengetahui adanya tanda makrosomia
gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38 untuk dan diproporsi cephalopelvis.
menentukan ukuran janin dengan
menggunakan diameter biparietal,
panjang femur dan perkiraan berat
badan janin.
Mulai terapi intra vena dengan
Glukagon adalah substansi alamiah yang
dekstrose 5%, berikan glukogon sub bekerja pada glikogen hepar dan
cutan bila dirawat di rumah sakit
mengubahnya menjadi glukosa yang
dengan shock insulin dan tidak sadar. memperbaiki status hipoglikemik.
Ikuti dengan pemberian susu skim 8
oz bila mampu menelan

10
11

12

13

14

15

1. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan tindakan


berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal
sumber informasi.

Kriteria evaluasi :

Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan.

Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan aktivitas yan


melibatkan pengontrolan diabetes.

Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.

No

Intervensi
Mandiri

Rasional

Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko
terhadap penyakit termasuk hubungan dengan terhadap ambilan glukosa yang tidak efektif dalam sel,
diet, latihan, stres dan kebutuhan insulin.
penggunaan lemak dan protein untuk energi secara
berlebihan dan dehidrasi seluler saat air dialirkan dari
sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.
Berikan informasi tentang cara kerja dan efek Rasional: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan
merugikan insulin dan tinjau ulang alasan
kebutuhan insulin berubah. Trimester pertama
menghindari obat hipoglikemi oral.
kebutuhan insulin rendah tetapi menjadi dua kali dan
empat kali selama trimester kedua dan ketiga.
Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen
hipoglikemi oral dapat dan potensial membahayakan
janin.
Jelaskan penambahan berat badan normal.
Rasional: Pembatasan kalori dengan akibat ketonemia
dapat menyebabkan kerusakan janin dan menghambat
penggunaan protein optimal.
Berikan informasi tentang kebutuhan
Rasional: Latihan setelah makan dapat membantu
program latihan ringan.
mencegah hipoglikemia dan menstabilkan
penyimpangan glukosa, kecuali terjadi peningklatan
glukosa berlebihan, dimana latihan dapat meningkatkan
ketoasidosis.
Berikan informasi mengenai dampak
Rasional: Peningkatan pengetahuan dapat menurunkan
kehamilan pada kondisi diabetes dan harapan rasa takut, meningkatkan kerja sama dan membantu
masa depan.
menurunkan komplikasi janin.
Diskusikan mengenali tanda infeksi.
Rasional: Penting untuk mencari pertolongan medis
awal untuk menghindari komplikasi.
Anjurkan mempertahankan pengkajian di
Rasional: Bila ditinjau ulang oleh praktisi pemberi
rumah terhadap kadar glukosa serum, dosis perawatan, catatan harian dapat membantu bagi
insulin, diet dan latihan.
evaluasi dan perubahan terapi
Bantu untuk mempelajari pemberian glukosa, Rasional: Adanya gejala hipoglikemia seperti
instruksikan untuk menyertainya dengan susu diaforesis, sensasi kesemutan dan palpitasi dengan
8 oz dan periksa ulang kadar glukosa dalam kadar glukosa dibawah 70 mg/di memerlukan tindakan
15 menit.
dengan segera. Penggunaan glukagon sebagai
kombinasi susu dapat meningkatkan kadar glukosa
serum tanpa resiko berbalik menjadi hiperglikemia.

1. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.
Kriteria evaluasi :

Kehamilan cukup bulan.

Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.

Bebas cedera.

Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia

No.

Intervensi
Mandiri

Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol


maternal.

3
4
5

7
8

10
11

Rasional

Hiperglikemia maternal pada periode pranatal


meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko
terhadap cedera kelahiran karena distosia atau disporsia
sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada
kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan
hiperinsulinemia.
Periksa adanya glukosa atau keton dan
Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton
albumin dalam urin ibu dan pantau tekanan menandakan ketoasidosis yang dapat mengakibatkan
darah.
asidosis janin dan potensial cedera susunan syaeaf
pusat.
Observasi tanda vital.
Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat
mengakibatkan sepsis neonatal.
Anjurkan posisi rekumben lateral selama Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan
persalinan.
meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.
Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan
Rasional: Persalinan yang lama dapat meningkatkan
vagina untuk menentukan kemajuan
resiko distres janin.
persalinan.
Kolaborasi
Tinjau hasil tes pranatal seperti profil
biofisikal, tes nonstres dan tes stres
kontraksi.
Dapatkan atau tinjau ulang hasil dari
amniosentesis dan ultrasonografi.
Pantai kadar glukosa serum maternal
dengan finger stick setiap jam, kemudian
setiap 2-4 jam sesuai indikasi.
Observasi frekuensi denyut jantung janin.

Lakukan pemberian cairan dekstrose 5%


per parenteral.
Siapkan untuk induksi persalinan dengan
oksitosin atau seksio saesar.

Rasional: Memberikan informasi tentang cadangan pada


plasenta untuk oksigenasi janin selama periode
intrapartal.
Rasional: Memberikan informasi tentang maturasi paru
janin.
Rasional: Peningkatan kebutuhan energi, penurunan
kadar glikogen.
Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat
pada penurunan variabilitas menandakan kemungkinan
hipoksia janin.
Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa
pemberian glukosa sampai persalinan aktif mulai.
Rasional: Mendapatkan kelahiran dari bayi sesuai usia
gestasi yang tepat.

1. Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan situasi krisis atau mengancam


pada status kesehatan (maternal atau janin).
Kriteria evaluasi :

Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan.

Menggunakan strategi koping yang tepat.

No.

Intervensi
Mandiri

Rasional

Atur keberadaan perawat secara kontinu Rasional: Meningkatkan kontinuitas asuhan. Pasien dan
selama persalinan.
keluarga perlu mengetahui bahwa mereka tidak sendiri
dan tersedianya tenaga bantuan dengan segera.
Pastikan respon yang ada pada pesalinan Memberikan pengkajian dasar untuk perbandingan
dan penatalaksanaan medis. Kaji
selanjutnya, mengidentifikasi kekuatan dan masalah yang
keefektifan sistem pendukung.
potensial.
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Memberikan perasaan kontrol terhadap situasi.
Jelaskan semua prosedur tindakan
Pengetahuan tentang apa yang terjadi membantu
perawatan.
menurunkan rasa takut.
. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan Suasana terbuka dan mendukung menurunkan intimidasi
perasaan.
karena prosedur atau peralatan.
Informasikan kepada keluarga tentang
Membantu untuk menghilangkan atau meminimalkan
kemajuan persalinan dan keadaan janin. rasa khawatir dan mengembangkan rasa percaya.

Anda mungkin juga menyukai