Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR

SHARE UNTUK MEMAHAMKAN MATERI LOGARITMA


KELAS X SMKN 5 MALANG
Utama Patrianto
Mahasiswa Universitas Negeri Malang
E-mail : utamapatrianto@gmail.com
Cholis Sadijah, Abd. Qohar
Dosen Universitas Negeri Malang

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share untuk memahamkan materi logaritma kelas X SMKN 5
Malang. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Data diperoleh dari hasil
pengerjaan latihan soal pada lembar kegiatan siswa, tes akhir, observasi dan catatan lapangan.
Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke
siklus II sebesar 46,4 %.
Kata Kunci : Logaritma, Think Pair Share, Pemahaman siswa
Abstract : The purposes of this research is to describe implementation cooperative learning
models type think pair share to understanding logarithm of 10th grade student of SMKN 5
Malang. This research is a Classroom Action Research (CAR). The data is taken from the
worksheet, exercise result, observation and also field notes. The research found the
improvement the student achievement at cycle II is 46.4% from cycle I.
Keywords : Logarithm, Think Pair Share, Students Understanding

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara menurut UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003. Dalam pendidikan terdapat tiga komponen penting, yaitu pendidik, peserta didik dan
fasilitas. Dalam kaitannya butir (1) pasal 40 UU Sisdiknas, tentang kewajiban pendidik untuk
menciptakan susasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis yang
diharapkan dengan terciptanya suasana tersebut, peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan
guru, khususnya materi-materi dalam pelajaran matematika.
Menurut Hudojo (2001:45) matematika merupakan ilmu yang memiliki objek penelaahan
yang abstrak, yaitu pada hakekatnya matematika hanya terdapat pada pikiran manusia. Keabstrakan
objek inilah yang membuat matematika sulit dipahami.
Dalam membimbing peserta didik dalam mempelajari matematika, pendidik dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Cooperative learning
penerapannya dalam pelajaran adalah membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk
menyelesaikan suatu persoalan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam belajar kelompok siswa sering lebih paham akan apa yang disampaikan oleh temannya
sendiri daripada oleh guru. menurut S. Nasution (2005 : 43) bahasa yang digunakan oleh siswa lebih
mudah ditangkap oleh siswa lain. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa
keuntungan seperti yang dikemukakan Johnson dan Johnson (Nurhadi dkk, 2004:63) adalah sebagai
berikut (1) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, (2) meningkatkan sikap tenggang rasa,

(3) meningkatkan motivasi belajar intrinsik, (4) meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan
pengalaman belajar, (5) menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru bertindak sebagai fasilitator agar siswa dapat
memahami proses pembelajaran dengan baik. Tetapi tidak semua pembelajaran berjalan dengan
lancar terutama pada pembelajaran matematika. Banyak sekali kesulitan yang dialami siswa karena
objek matematika yang abstrak, karena itulah guru dan siswa dihadapkan pada beberapa hambatan
seperti halnya pada kelas X Busana Butik 3 SMKN 5 Malang. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan peneliti di dalam kelas dan tanya jawab dengan guru mata pelajaran matematika, diperoleh
gambaran siswa saat pembelajaran matematika berlangsung, antara lain : (1) siswa kurang
memperhatikan guru pada saat belajar matematika. Hal ini terlihat dari kondisi kelas yang tampak
ramai dan beberapa siswa sibuk bermain sendiri, (2) pemahaman mengenai materi yang dijelaskan
guru masih rendah. Hal ini diperkuat dengan fakta-fakta yang ditemukan peneliti yakni masih banyak
siswa yang belum menguasai materi eksponen dan bentuk akar, (3) metode pembelajaran yang sering
digunakan adalah ceramah, tanya-jawab dan diskusi.
Alasan memilih materi logaritma dalam penelititan ini adalah karena banyak sekali masalah
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dan permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan
logaritma.
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share yang langkah-langkahnya adalah berpikir berpikir-berpasangan-berbagi. Think pair share (TPS)
memiliki kelebihan antara lain: (1) memberi waktu lebih banyak pada siswa untuk berpikir, menjawab
dan saling membantu satu sama lain. (2) lebih mudah dan cepat pembentukan kelompoknya. (3)
murid lebih aktif dalam pembelajaran karena satu kelompok hanya terdiri dari 2 siswa. Berdasarkan
kelebihan-kelebihan tersebut diharapkan TPS dapat memahamkan siswa X Busana Butik 3 SMKN 5
Malang pada materi logaritma. Siswa dikatakan paham apabila 85% siswa mencapai ketuntasan
belajar klasikal dan mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 70.

METODE
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan
gambaran tentang tingkah laku dan kinerja subjek penelitian selama penelitian berlangsung. PTK
mempunyai 4 tahap, yakni : perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X Busana Butik 3 SMKN 5 Malang semester gasal
tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 29. Kehadiran peneliti di lapangan merupakan hal yang
mutlak selama kegiatan berlangsung. Peneliti bertindak sebagai perancana tindakan, pemberi
tindakan, pengumpul data, penganalisis data serta sekaligus pembuat laporan hasil penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kegiatan siswa, tes, lembar
observasi, catatan lapangan , wawancara dan dokumentasi. Dengan teknik pengumpulan datanya ada
yang dilakukan selama pembelajaran, atau diluar pembelajaran.
Sumber data dalam penelitian ini ada 2 jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif berupa hasil wawancara, catatan lapangan dan lembar observasi, selain itu data
kualitatif didukung dari dokumentasi, penjelasan hasil pengerjaan latihan soal, LKS dan tes akhir
siklus. Data kuntitatif diperoleh dari nilai tes kemampuan awal, tes akhir dan skor hasil observasi
aktivitas siswa.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia. Teknik analisis data
didasarkan pada jenis data. Untuk data kualitatif, analisis data akan dilakukan dengan tipe alir yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992 : 17-19) yang meliputi tahap, yaitu mereduksi data,
menyajikan data dan menarik kesimpulan. Mereduksi data adalah kegiatan menyeleksi, memfokuskan

dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh untuk penyusunan laporan penelitian.
Menyajikan data yaitu mongorganisasikan data hasil reduksi dalam bentuk naratif. Menarik
kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap penafsiran, evaluasi dan tindakan. Untuk data
kuantitatif analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis validitas instrumen dan
analisis data hasil belajar. Analisis validitas instrumen digunakan untuk mengetahui kevalidan
instrumen yang digunakan dalam penelitian. Kevalidan instrumen dihitung dengan rumus :
%kevalidan instrumen = jumlah skor skor maksimal x 100%, dengan kriteria seperti tabel 2.1
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria penskoran instrumen penelitian
Persentase skor yang diperoleh (%)
Nilai
85-100
Sangat valid
65-84
Valid
55-64
Kurang valid
0-54
Tidak valid

Tabel 2.1 tersebut didapat dari memampatkan beberapa nilai dalam tabel pedoman penetapan
nilai menurut UM pada pedoman pendidikan Universitas Negeri Malang (2011).
Data hasil belajar dianalisis dengan analisis hasil evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa
baik secara individu maupun secara klasikal. Seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai
skor 70 dan ketuntasan klasikal apabila 85% kelas tersebut telah mencapai skor 70. Untuk
mengetahui persentase subyek yang mencapai ketuntasan belajar (KB) dengan menggunakan rumus :
KB = jumlah siswa yang mencapai skor 70 jumlah siswa yang mengikuti tes x 100%.
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan kriteria derajat kepercayaan
dan teknik pemeriksaan ketekunan pengamatan dan triangulasi sesuai yang dipaparkan Moleong
(2010:330) yaitu ketekunan pengamatan dan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah triangulasi dengan metode, yang terdapat dua strategi yaitu (1) membandingkan dan
mengecek kembali derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian yang diperoleh melalui teknik
pengumpulan data yang berbeda, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang berbeda.

HASIL
Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan observasi dalam kelas
dan wawancara informal dengan salah satu guru matematika SMKN 5 Malang. Didapatkan fakta
didasarkan dalam pengamatan bahwa pembelajaran dalam kelas masih menggunkan metode ceramah,
kemudian dari hasil wawancara informal diperoleh informasi tentang keadaan siswa dalam kelas yang
meliputi keaktifan, kemampuan siswa untuk bertanya dan menjawab soal selama mengikuti pelajaran
matematika. Selanjutnya peneliti bersama guru menentukan kelas mana yang cocok digunakan
sebagai subjek penelitian. Ditentukan bahwa kelas X Busana Butik 3 sebagai subjek penelitian.
Sebelum dilakukan tindakan, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan awal untuk
mengetahui apakah siswa sudah memahami materi prasyarat logaritma atau belum. Diperoleh masih
banyak siswa yang belum memahami materi logaritma hal ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa yang
masih banyak terjadi kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural. Didapatkan rata-rata hasil tes
kemampuan awalnya adalah 55, sehingga perlu dijelaskan kembali materi prasyarat logaritma.
Paparan data siklus I, tahap perancanaan tindakan yaitu meliputi (1) memilih materi
pembelajaran yaitu logaritma. (2) menyusun RPP yang sesuai dengan pembelajaran TPS, RPP
siklus I disusun dengan alokasi waktu 6 x 40menit (2 pertemuan). (3) menyusun Lembar Kegiatan
Siswa sesuai dengan materi yang dipelajari. (4) menyusun lembar observasi aktivitas guru, lembar
aktivitas siswa dan lembar catatan lapangan. (5) membagi kelompok heterogen berdasarkan hasil tes
kemampuan awal. (7) mengkoordinasikan dengan guru mata palajaran matematika untuk proses
observasi pembelajaran matematika.

Pelaksanaan tindakan, tindakan dilaksanakan dalam dua pertemuan seperti dalam tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pembahasan Materi Logaritma Tiap Pertemuan pada Siklus I

Pertemuan
ke1

Hari / Tanggal

Materi

Pengertian Logaritma
Sifat logaritma 1 sampai 3
2
Jumat/5 Oktober 2012
Sifat logaritma 4 sampai 6
Setiap pertemuan terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Kegiatan awal berisi motivasi dan apersepsi, kegiatan inti berisi tahapan pembelajaran TPS
yaitu berpikir-berpasangan-berbagi, dan kegiatan penutup berisi refleksi dan simpulan disamping itu
juga digunakan melaksanan tes akhir pada pertemuan 2.
Pengamatan tindakan selama proses pembelajaran dilakukan oleh salah satu guru matematika
SMKN 5 Malang dan seorang teman sejawat. Didapatkan hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan
siswa masuk kategori baik.
Refleksi tindakan siklus I. refleksi digunakan untuk menentukan apakah terdapat kelemahan
dan kekurangan dalam tindakan siklus I, disamping itu refleksi digunakan untuk mengetahui apakah
siswa sudah paham materi logaritma yaitu dengan kriteria minimal 85% siswa memiliki rata-rata lebih
dari atau sama dengan 70. Dilihat dari pengerjaan tes akhir didapat 82,1% siswa mengalami
ketidaktuntasan, sehingga pemberian tindakan pada siklus I masih perlu dilakukan perbaikan karena
siswa masih belum memahami materi logaritma yaitu dengan membuat siklus II dengan
memperhatikan kekurangan dan kelemahan yang terdi pada siklus I.
Pada siklus II, tahap perencanaan, peneliti menyusun RPP siklus II bersama dengan guru.
Menyusun LKS sesuai dengan materi dan menyusun lembar observasi dan yang terakhir melakukan
koordinasi dengan guru dan teman sejawat.
Pelaksanaan tindakan II dilakukan dalam dua pertemuan seperti pada tabel 3.2 sebagai
berikut :
Jumat/28 September 2012

Tabel 3.2 Pembahasan Materi Logaritma Tiap Pertemuan pada Siklus 1I

Pertemuan
ke1

Jumat/12 Oktober 2012

Sifat logaritma 7 sampai 9

Jumat/19 Oktober 2012

Cara membaca tabel logaritma


Mengerjakan soal menggunakan tabel
logaritma

Hari / Tanggal

Materi

Setiap pertemuan terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Kegiatan awal berisi motivasi dan apersepsi, kegiatan inti berisi tahapan pembelajaran TPS
yaitu berpikir-berpasangan-berbagi, dan kegiatan penutup berisi refleksi dan simpulan disamping itu
juga digunakan melaksanan tes akhir pada pertemuan 2.
Pengamatan tindakan selama proses pembelajaran dilakukan oleh salah satu guru matematika
SMKN 5 Malang dan seorang teman sejawat. Didapatkan hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan
siswa masuk kategori baik.
Refleksi tindakan siklus II, berdasarkan paparan data dan hasil observasi yang dilakukan
bahwa penerapan pembelajaran TPS masih belum mampu memahamkan materi logaritma. Hal ini
dapat dicermati dari hasil tes akhir siklus II yang masih belum mencapai minimal 85 % siswa
mencapai ketuntasan belajar minimal dengan rata-rata 70 atau lebih. Penyebab dari belum tercapainya
target tersebut karenabeberapa kelemahan yaitu (1) siswa kelas X BB 3 kurang memahami soal
dengan baik, siswa masih ada yang belum bisa menuliskan logaritma dengan benar, (2) siswa masih

sering bergurau dengan temannya pada saat berkelompok (tahap pair), (3) siswa masih ada yang tidak
bisa menentukan logaritma suatu bilangan dan (4) siswa belum memahami sifat-sifat logaritma secara
keseluruhan sehingga dalam menjawab soal-soal pada tes akhir siklus II masih banyak terjadi
kesalahan, (5) siswa tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan LKS. (6) alokasi waktu ada yang
tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. (7) pembelajaran matematika dengan alokasi
waktu satu minggu satu kali tatap muka, ternyata cenderung mengakibatkan siswanya malas belajar
matematika, hal ini dapat diketahui dari banyaknya siswa yang tidak mengumpulkan tugas rumah,
baik tugas 1 atau tugas 2. (8) LKS perlu dikaji lagi supaya menjadi instrumen yang memudahkan
siswa untuk memahami materi logaritma. (9) siswa perlu diingatkan kembali tentang materi prasyarat
logaritma. (10) guru perlu mencermati faktor-faktor pendukung dalam pembelajaran, antara lain minat
siswa, lingkungan, kemampuan guru dalam mengajar dan sebagainya. Dalam penelitian ini dapat
dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share belum memahamkan materi logaritma namun penelitian harus dihentikan karena mereka
melaksanakan ujian dan ini merupakan kelemahan dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN
Pembelajaran yang dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan 3 jam pelajaran untuk tiap
pertemuannya. Dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus I, karena siswa belum
mencapai target maka dibuat lagi dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan siklus II. Materi
yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi tentang logaritma dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dikembangkan oleh F. Lyman pada tahun
1985 dari Universitas Maryland. Think Pair Share mempunyai prosedur Think (berpikir), Pair
(berpasangan) dan Share (berbagi). Pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan pertanyaan
yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan peserta didik, kemudian guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan pasangan-pasangannya dan pada akhirnya ada pasangan
yang berbagi jawabannya di depan kelas.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus karena siklus I penelitian tidak mencapai target
minimal 85% siswa dalam kelas mendapat nilai lebih atau sama dengan 70. Setiap siklus terdapat
empat tahap penelitian sesuai dengan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan Siswono
(Tanpa tahun : 153) yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi.
Pada perencanaan penelitian, peneliti bersama dengan guru pengajar matematika kelas X BB
3 SMKN 5 Malang membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) didalamnya meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan guru (1) menyiapkan
peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) Mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, dan (3) menjelaskan tujuan
pembelajaran. Pada kegiatan inti terdapat tiga tahap, yaitu tahap think (berpikir), tahap pair
(berpasangan) dan tahap share (berbagi). Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta
didik membuat simpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari, melakukan refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan misalnya dengan tanya jawab pada siswa, guru mengulang
singkat tentang materi yang telah dipelajari dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Pada pelaksanaan penelitian yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share, pada siklus I pertemuan 1, pada kegiatan pendahuluan guru menjelaskan hubungan antara
materi eksponen atau materi prasyarat dengan materi logaritma yang akan dipelajari. Di dalam
penjelasan tersebut guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa, namun kondisi siswa pasif. Pada
tahap inti, tahap think guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara individu. Pada tahap pair, guru
membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 2 siswa. LKS dikerjakan bersama
kelompoknya. Pada tahap share, kelompok berbagi atau mempresentasikan hasil pekerjaan LKS
didepan kelas dan kelompok lain menanggapi. Untuk pertemuan 2 siklus I, pada tahap pendahuluan
guru mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada

tahap inti, tahap think guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara individu, tahap pair guru
meminta siswa untuk berkelompok dengan kelompoknya sama seperti pada pertemuan 1. tahap share
guru meminta 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan LKS kemudian kelompok yang
lain menanggapinya. Pada tahap inti pertemuan 2, ditambah dengan pelaksanaan tes siklus I.
Pelaksanaan siklus 2 memiliki kegiatan-kegiatan yang sama dengan siklus I, baik pada pertemuan 1
atau pertemuan 2.
Berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan, maupun nilai tes siswa pada siklus I masih
terdapat kelemahan-kelemahan selama proses pembelajaran dan target atau kriteria ketuntasan belajar
siswa belum tercapai. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut (1) siswa
banyak yang bergurau pada saat pembelajaran berlangsung, terutama pada saat tahap pair, (2) siswa
melakukan kegiatan dengan lambat, sehingga waktu terlaksananya pembelajaran melebihi alokasi
waktu pada rencana pelaksanaan pembelajaran, (3) siswa belum memahami materi prasyarat
logaritma yaitu materi eksponen dan bentuk akar, (4) siswa tidak mau bekerja sama dengan
kelompoknya, (5) masih terjadi kesalahan dalam menuliskan simbol, yang dapat mengakibatkan
kesalahan dalam mengerjakan soal, (6) hasil tes akhir siklus I yaitu hanya 5 siswa yang mendapat
nilai
dan 23 siswa lainnya mendapat nilai
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share berdasarkan hasil observasi aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung baik, yang terlihat dalam persentase rata-rata skor observasi yang menunjukkan kriteria
baik dan baik. Tetapi menurut peneliti, pembelajaran masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk pemahaman siswanya, berdasarkan hasil analisis nilai tes akhir siklus siswa pada siklus
II, terdapat peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II yaitu 46,4%. Pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share belum maksimal dalam mencapai
target yang diharapkan peneliti dikarenakan hasil pengerjaan LKS, Latihan soal pada kegiatan dalam
LKS masih banyak yang salah dan diperkuat oleh hasil pengerjaan soal tes akhir siklus I siswa dengan
persentase ketidaktuntasan yaitu 82,1%. Dari hasil pengerjaan LKS, kegiatan dalam LKS dan tes
akhir siklus I masih banyak siswa yang tidak dapat mengaplikasikan sifat-sifat logaritma dalam
mengerjakan soal, dan banyak kesalahan dalam menuliskan simbol-simbol logaritma.
Pada siklus II sudah ada peningkatan nilai akhir siklus siswa yaitu dari siklus I dengan ratarata 49 ke siklus II rata-rata 69,6 dengan peningkatan ketuntasan klasikal 46,4%. Pada siklus I siswa
yang tuntas belajar sebanyak 5 siswa dan pada siklus II siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi
18 siswa. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk
memahamkan materi logaritma pada siswa dapat dikatakan belum memahamkan karena masih banyak
terdapat kesalahan pada pekerjaan siswa dalam mengerjakan LKS dan latihan soal yang diberikan
oleh peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
pada materi logaritma ini telah sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran think pair
share. Meskipun pelaksanaan telah sesuai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran think pair
share tetapi masih terdapat kendala yang dihadapi oleh peneliti. Kendala serta solusi yang dihadapi
peneliti dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Think Pair Share
Kendala
Solusi
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran Pengaturan waktu yang lebih optimal
dengan lambat sehingga waktu
oleh peneliti sehingga pembelajaran
terlaksananya pembelajaran melebihi
dapat terlaksana secara maksimal dan
alokasi waktu yang direncanakan.
sesuai alokasi yang direncanakan.
Sebagian siswa tidak mau bekerja sama Guru memberikan penegasan bahwa
mengerjakan LKS dalam diskusi
soal-soal tidak dikerjakan secara
kelompok dan hanya mengandalkan
berkelompok tetapi dikerjakan oleh

anggota kelompok yang lain untuk


mengerjakan soal. Sehingga pemahaman
konsep pada siswa tersebut menjadi
kurang.
Siswa banyak yang bergurau saat tahap
pair berlangsung

Banyak siswa yang belum memahami


materi prasyarat logaritma yaitu
eksponen dan bentuk akar
Siswa masih banyak kesalahan dalam
menuliskan basis dalam logaritma
Banyak siswa yang kebingungan dalam
mengerjakan LKS.

siswa secara individu maka anggota


kelompok akan rugi saat mengerjakan
tes.
Pada siklus II, guru lebih menekankan
agar semua anggota kelompok lebih
aktif untuk berdiskusi mengerjakan
LKS.
Guru perlu menjelaskan ulang materi
prasyarat ketika memberikan apersepsi
di awal pembelajaran
Guru harus mengingatkan berulangulang untuk menuliskan basis dalam
logaritma yang benar
Guru lebih memfasilitasi siswa untuk
dapat mengerjakan LKS

Kendala lain dalam pelaksanaan penelitian ini selain kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah sebagai berikut : (1) Penelitian harus dihentikan
walaupun tidak mencapai target penelitian karena terbentur dengan ujian sekolah. (2) Lemahnya
penguasaan siswa terhadap materi prasyarat yang menjadi penghambat dalam memahami materi
logaritma. (3) Banyak faktor yang menjadi hambatan untuk memahami materi logaritma antara lain :
minat siswa, motivasi siswa, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, linkungan dan
sebagainya yang merupakan kelemahan dari penelitian ini. Kendala tersebut perlu disikapi secara
positif dengan menjadikan motivasi bagi peneliti berikutnya yang berkeinginan untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk memahamkan materi logaritma kelas X
SMK.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengkajian data setelah diberikan tindakan berupa pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk memahamkan logaritma
kelas X SMK, diperoleh peningkatan ketuntasan belajar siswa sebanyak 46,4%. Pada siklus I, hanya 5
siswa yang tuntas belajar (17,9%) dengan rata-rata kelas 49 dan pada siklus II terdapat 18 siswa yang
tuntas belajar (64,4%) dengan rata-rata kelas 69,6. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada siklus I
belum mencapai target dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran yang perlu
diperbaiki sehingga dibuat siklus II, berikut kelemahannya antara lain (1) banyak siswa yang masih
bingung cara mengerjakan LKS, (2) siswa lambat untuk menyelesaikan LKS dalam pembelajaran
sehingga alokasi waktu tidak mencukupi, (3) siswa belum terbiasa dengan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, (4) siswa terkadang belum
memahami apa yang dimaksud oleh soal, (5) pada hasil pekerjaan siswa masih banyak terdapat
kesalahan-kesalahan seperti yang sudah dipaparkan pada Bab IV dan V sehingga menyebabkan
persentase ketuntasan belajar rendah, (6) siswa belum aktif dalam diskusi kelompok, kebanyakan
bergurau sendiri dengan kelompoknya, (7) guru dalam hal ini peneliti belum mengatur waktu
pembelajaran secara efesien, (8) LKS pada siklus I masih membingungkan siswa misalnya tentang
pembuktian kemudian tidak adanya contoh soal yang membuat siswa menjadi tidak bisa mengerjakan
LKS secara mandiri, sehingga siswa terus bertanya kepada guru. Dari hasil belajar siswa yaitu pada
hasil tes akhir siklus II terdapat peningkatan dari siklus I yaitu sebanyak 18 siswa telah tuntas belajar
sehingga ketuntasan meningkat sebesar 46,4%. Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus II,
(1) siswa sudah aktif dalam kegiatan kelompok, (2) siswa sudah memberikan respon positif terhadap
pembelajaran dengan mengerjakan LKS, (3) kesalahan-kesalahan pada pekerjaan siswa baik pada
latihan soal, LKS maupun tes akhir siklus sudah berkurang. Namun banyak faktor yang menjadi
hambatan untuk memahami materi logaritma antara lain : minat siswa, motivasi siswa, kemampuan
guru dalam menyampaikan materi, linkungan dan sebagainya yang merupakan kelemahan dari

penelitian ini. Kendala tersebut perlu disikapi secara positif dengan menjadikan motivasi bagi peneliti
berikutnya yang berkeinginan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
untuk memahamkan materi logaritma kelas X SMK.

DAFTAR RUJUKAN
Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.
Miles, Matthew B. dan Michael A. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rahidi. Jakarta : UI Press.
Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: BUMI
AKSARA.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan
Penerapannnya dalam KBK. Malang: UM Press.
Siswono.Tanpa Tahun. Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya: Unesa Press University.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Online),
(http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf), diakses 6 Juli 2012.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang.
Universitas Negeri Malang. 2011. Pedoman Pendidikan Universitas Negeri Malang. Malang :
BAAKPSI UM

Artikel oleh Utama Patrianto ini


telah diperiksa dan disetujui.

Malang,
Pembimbing I

2012

Dr. Hj. Cholis Sadijah, M.Pd, M.A

NIP 19610407 198701 2 001

Malang,
Pembimbing II

2012

Dr. Abd.Qohar, M.T


NIP 19680321 200312 1 001

Malang, 8 Januari 2012


Penulis

Utama Patrianto
NIM 108311417014

Anda mungkin juga menyukai