DISUSUN OLEH :
1. NENI MARLINA
2. MELA DAMAYANTI
3. SUSI NURJANAH
4. TIWI AGUS SAPUTRI
5. YASMIN NINGRUM
6. YULIANA PERTIWI
zaman
Sriwijaya,
bahasa Melayu
dipakai
sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga
dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa
yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama
Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang
bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), Kouen-louen
(Ferrand, 1919), Kwenlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kunlun (Parnikel,
1977:91), Kun-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta.
Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di
Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra
(abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai,
Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
2. Sumber Bahasa Indonesia
Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas dari Bahasa
Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa
perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya
digunakan di Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia
Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari
kerjaan di indonesia yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasa
saat itu Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai :
a. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan
hidup dan satra
b. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia
c. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia mapupun
pedagang yang berasal dari luar indonesia.
d. Bahasa resmi kerajaan.
Jadi jelashlah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu.
3. Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang politikus,
sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : Jika mengacu pada masa depan bahasabahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang
bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi
dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di
akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan
butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Namun secara Yuridis Bahasa
Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan
Indonesia.
Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat
di:
a. Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan Prasasti Manjucrigrha.
b. Bogor: Prasasti Bogor, tahun 942.
Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa
Melayu Kuno pada saat itu bukan saja dipakai di Sumatra, melainkan juga dipakai
di Jawa.
Penelitian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling
sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang
berdekatan.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi
bahasa Indonesia yaitu :
a. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa perdangangan.
b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa
melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
c. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
d. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.
5. Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Bahasa Indonesia.
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa
Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
a. Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
b. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit bukubuku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman
Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai
Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya
dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa
Melayu di kalangan masyarakat luas.
c. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia
dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad
(dewan rakyat), seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
d. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan.
e. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
f. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa
Indonesia.
g. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
h. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945,
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.
Pedoman
Umum
Ejaan
Bahasa
Indonesia
yang
dan
Australia.
Kongres
itu
ditandatangani
dengan
B. MACAM-MACAM EJAAN
1. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah suatu keseluruhan sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa yang
meliputi :
dan
bagian-bagiannya
dengan
4. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan
melayu dan Indonesia. Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia
tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara. Ejaan Malindo ini belum sempat
diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara
Indonesia dan Malaysia.
Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. EYD ini hasil kerja panitia ejaan
Bahasa Indonesia yang dibentuk tahun 1966.
Ciri khusus Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) :
a. Perubahan huruf /j/, /dj/, /nj/, /ch/, /tj/, /sj/ pada ejaan Republik menjadi
/y/, /j/, /ny/, /kh/, /c/, /sy/.
Contoh :
Jang yang
Djadi jadi
Njonja nyonya
Chabar khabar
Tjepat cepat
Sjarat syarat
b. Kata ulang ditulis dengan satu cara yakni menggunakan tanda hubung
(tidak diperkenankan menggunakan tanda angka /2/)
Contoh :
Besar2 Besar-besar
Se-besar2-nya sebesar-besarnya
Sayur2-an sayur-sayuran
Penulisan kata ulang dengan menggunakan angka /2/ hanya diperkenankan
pada tulisan cepat atau notula.
c. Penulisan kata majemuk harus dipisahkan dan tidak perlu menggunakan
tanda hubung.
Contoh :
Duta-besar duta besar
Kaya-raya kaya raya
Tata-usaha tata usaha
d. Gubangan kata yang sudah dianggap senyawa (satu kata) ditulis serangkai.
Contohnya : Assalamualaikum, hulubalang, dsb.
e. Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contohnya : kumiliki, dipukul, barangmu, pacarku, dsb.
f. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
di Surabaya bukan disurabaya
ke sini bukan kesini
di sini bukan disini
g. Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pun yang
menjadi kelompok kata.
Contohnya :
Kapan pun aku tetap menantimu
Meskipun demikian aku tak akan marah (meskipun adalah kelompok kata)
h. Penulisan kata si dan sang dipisah dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
Si penjual bakso bukan sipenjual bakso
Sang pujangga bukan sangpujangga
i. Partikel per berarti tia-tiap dipisah dari kata yang mengikutinya.
Contonya :
Per orang bukan perorang
Per lembar bukan perlembar
REFERENSI
Depdiknas,
2005.
Pedoman
Umum
Ejaan
Bahasa
Indonesia
yang
Diunduh
dari
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa
/petunjuk_praktis/627/Sekilas%20Tentang%20Sejarah%20Bahasa
%20Indonesia
Triepangesti, 2011. Macam-Macam Ejaan. http://tripangesti.blogspot.com/2011 /
02/macam-macam-ejaan_12.html
Titik, 2012. Asal Usul Sejarah Bahasa Indonesia. Diunduh dari http://titishare.blogspot.com/2012/04/asal-usul-dan-sejarah-bahasa-indonesia.html