Anda di halaman 1dari 30

Collaborative Knowledge Network Indonesia

SUB-MODUL 8
MASTER PLAN
SISTEM SANITASI NASIONAL

8.1 Pendahuluan
8.1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang begitu cepat terutama di
wilayah

Perkotaan

memberikan

dampak

yang

sangat

serius

terhadap

penurunan daya dukung lingkungan. Dampak tersebut harus disikapi dengan


tepat, khususnya dalam pengelolaan air limbah, oleh karena kenaikan jumlah
penduduk akan meningkatkan konsumsi pemakaian air minum/bersih yang
berdampak pada peningkatan jumlah air limbah. Pembuangan air limbah
dengan tanpa melalui proses pengolahan akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan, khususnya terjadinya pencemaran pada sumbersumber air baku untuk air minum, baik air permukaan maupun air tanah.
Pengelolaan air limbah memerlukan prasarana dan sarana penyaluran
dan pengolahan. Pengolahan air limbah permukiman dapat ditangani melalui
sistem setempat (on site) ataupun melalui sistem terpusat (off site sistem ).
Pada umumnya kota-kota di Indonesia masih belum memiliki sistem
pengelolaan air limbah secara terpusat. Pada saat ini sistem pengelolaan air
limbah terpusat hanya berada di 11 kota saja dengan cakupan pelayanan yang
masih rendah. Terdapat berbagai kendala dalam penyelenggaraan pengelolaan
air

limbah

permukiman

di

Indonesia,

baik

dalam

perundangan, peran serta masyarakat, pembiayaan,

aspek

Peraturan

institusi serta aspek

teknis teknologis.
Untuk mengatasi berbagai kendala dalam penyelenggaraan pengelolaan
air limbah pemukiman di Indonesia, diperlukan pedoman untuk penyusunan
rencana induk (Master Plan) sistem Prasarana dan Sarana air limbah.
Rencana Induk atau MasterPlan bidang Air Limbah merupakan suatu
dokumen perencanaan dasar yang menyeluruh mengenai pengembangan
sistem Prasarana dan Sarana (P/S) Air Limbah untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.

Dengan

demikian

gambaran

arah

pengembangan,

strategi

pengembangan dan prioritas-prioritas pengembangan prasarana dan sarana


air

limbah

20

tahun

kedepan,

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

pada

masing-masing

Kabupaten/Kota

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


terformulasikan melalui perencanaan tersebut.
Penyediaan

pedoman

mengenai

penyusunan

rencana

induk

pengembangan sistem Prasarana dan Sarana Air Limbah ini sebagaimana


yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah mengenai Air Minum dan Air
Limbah diperlukan sebagai rujukan bagi masing-masing Kabupaten/Kota untuk
membantu pencapaian tujuan perencanaan pengembangan Sarana dan
Prasarana Air Limbah khususnya mengenai perlindungan sumber air.
8.1.2.Maksud
Menyediakan

pedoman

bagi

Pemerintah

Kabupaten/Kota

dalam

menyusun rencana induk pengembangan sistem prasarana dan sarana Air


Limbah, sehingga diperoleh perencanaan yang efektif, efisien, terpadu,
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk pengelolaan air limbah.
Perencanaan yang efektif mengandung maksud agar proses dan produk
perencanaan prasarana dan sarana bidang Air Limbah menjadi efektif karena
pilihan prioritasnya tepat sasaran, didukung oleh kelembagaan (Operator dan
Regulator) yang efektif dan mendapat dukungan partisipasi masyarakat.
Perencanaan yang efisien mengandung maksud agar proses dan produk
perencanaan Prasarana dan Sarana bidang Air Limbah menjadi efisien karena
pilihan teknologinya tepat guna dan terjangkau sesuai dengan kondisi daerah
setempat.
Perencanaan

yang

terpadu

mengandung

maksud

agar

produk

perencanaan air limbah telah dipadukan (Integrated) dengan perencanaan


sektor-sektor terkait, baik dari aspek keterpaduan pemanfaatan ruang,
keterpaduan program dan keterpaduan pengaturan.
Perencanaan yang berwawasan lingkungan mengandung maksud agar
produk perencanaan air limbah merupakan hasil pilihan perencanaan yang
telah mempertimbangkan faktor keamanan lokasi, keamanan lingkungan dan
keamanan teknologi terutama yang berkaitan dengan resiko kesehatan dan
pelestarian sumber air.
Perencanaan yang berkelanjutan mengandung maksud agar produk
perencanaan air limbah ini dapat mendukung untuk keberlanjutan programprogram yang lain sesuai dengan prinsip pengembangan wilayah.
8.1.3.Tujuan
Tujuan pedoman rencana induk pengembangan sistem prasarana dan
sarana bidang Air Limbah adalah

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

agar setiap Kabupaten/Kota memiliki

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


Rencana Induk pengembangan prasarana dan sarana air limbah yang
sitematis,

terarah,

terpadu

dan

tanggap

terhadap

kebutuhan

sesuai

karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi daerah, serta tanggap terhadap


kebutuhan stakeholder (pemerintah, investor dan masyarakat).
8.1.4.Ruang Lingkup
Pedoman penyusunan rencana induk pengembangan sistem prasarana
dan sarana Air Limbah ini bersifat umum dan minimal harus dipenuhi dalam
penyusunan rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah Kabupaten/Kota.
Pedoman

ini

berisi

ketentuan

dasar

dalam

menyusun

rencana

induk

pengembangan sistem prasarana dan sarana Air Limbah Kabupaten/Kota yang


mencakup mulai dari tahap persiapan penyusunan rencana induk, strategi dan
arah pengembangan teknis dan non-teknis hingga proses legalisasi rencana
induk sistem pengelolaan air limbah sebagai peraturan daerah.

8.1.5.

Acuan Normatif

Terdapat beberapa substansi dalam Norma, Kriteria Teknis dan Standard


Teknis bidang Air Limbah yang terkait dengan perencanaan jangka panjang.
Substansi Norma, Kriteria dan Standard yang dapat diacu dalam penyusunan
rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah adalah:

Norma
a.

Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan


periode 20 (dua puluh) tahun (UU No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional)

b. Kota Metropolitan atau kota kota yang memiliki kepadatan penduduk


yang tinggi diwajibkan memiliki Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum yang terpadu dengan pembuangan Air Limbah secara terpusat.
c.

Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan


pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Sarana
dan prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun 2005, tentang Pengembangan
SPAM)

d. Pemilihan

lokasi

Instalasi

Pengolahan

Air

Limbah

(IPAL)

harus

memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat


setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga (PP No. 16 Tahun
2005).

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


e.

Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, Tentang Peruntukan Badan Air.

Kriteria Teknis
Kriteria teknis pemilihan lokasi fasilitas sanitasi yang dapat diacu adalah:

Tata cara pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Tata cara pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Standard Teknis
a.

Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Re-TC/001/98.

b. Tata Cara Pengolahan Air Limbah dengan Oxidation Ditch, CT/AL/ReTC/004/98.


c.

Tata Cara Pembuatan Sarana Pembuangan Air Limbah, CT/AL-D/ReTC/005/98.

d. Tata Cara Survey Perencanaan dan Pembangunan Sarana Sanitasi


Umum, CT/AL-D/Re-TC/006/98.
e.

Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem, SNI 03-2398-2002.

f.

Tata Cara Perencanaan, Operasi dan Instalasi Pengolahan Air Limbah,


SNI 03-3981-1995.

g. Pedoman pengelolaan Air Limbah Perkotaan, Dep. PU 2003


h. Tata cara penimbunan tanah untuk bidang resapan pada pengolahan air
limbah RT, SNI 19-6410-2000
i.

Tata cara perencanaan IPLT Sistem kolam, CT/ALRE-TC/001/98

j.

Tata cara pembangunan IPLT sistem kolam, CT/AL/Ba-TC/002/98

k.

Tata cara pengoperasian IPLT sistem kolam, CT/AL/Op-TC/003/98

l.

Tata cara pembuatan Sarana pembuatan air limbah (SPAL), CT/AL-D/BaTC/005/98

m. Tata cara survey perencanaan dan pembangunan sarana sanitasi


umum, CT/AL-D/Re-TC/006/98.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia

8.2 KETENTUAN UMUM MASTER PLAN

8.2.1.Arahan Kebijakan
Sub Bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi
masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari
pencemaran air limbah pemukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air
limbah pemukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah
domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan
tinja manusia dari lingkungan pemukiman serta air limbah industri rumah
tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air
limbah pemukiman perlu dikelola agr tidak menimbulkan dampak seperti
mencemari

air permukaan

dan air tanah,

disamping

sangat beresiko

menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.n program


Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah pemukiman
mengacu pada RPJMN 2004-2009 yaitu pencapaian open defacation free
hingga akhir 2009 di semua kabupaten/kota, peningkatan utilitas IPLT dan IPAL
yang telah dibangun mencapai 60% di akhir tahun 2009 serta pengembangan
lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya
pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50 % di akhir tahun
2009.
Dalam penyusunan rencana induk sistem prasarana dan sarana air
limbah, diharapkan dapat memungkinkan :
-

Pengelolaan limbah menjamin keadilan, meningkatkan taraf kesehatan,


perlindungan terhadap penyakit, dan menjaga kualitas lingkungan.

Pemerintah yang sebelumnya sebagai service provider menjadi


fasilitator dari pengelolaan air limbah yang berkelanjutan.

Pemerintah daerah dan masyarakat, dinas terkait, dan pengelola aliran


sungai dapat berpartisipasi pada perencanaan dan implementasinya
untuk solusi yang berkelanjutan.

Masuk akal secara teknis dan finansial, dengan pendekatan yang


aplikatif, dengan waktu dan tempat yang tepat .
Pemerintah saat ini sebagai provider dari pelayanan masyarakat harus

fokus pada inisiasi, menstimulasi dan memfasilitasi agar peraturan tentang


lingkungan dapat diterapkan dengan baik pada semua level pemerintahan.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


Agar berhasil maka perlu diperhatikan 3 prinsip dasar untuk sistem sanitasi
berkelanjutan (WHO / UNICEF 2000), yaitu:
1. Ekuitas ; dimana semua lapisan sosial masyarakat mendapatkan
sanitasi yang layak berdasarkan kebutuhan mereka.
2. Jaminan kesehatan dan perlindungan dari penyakit : sistem sanitasi
harus menjamin masyarakat dari penyakit dan harus dapat memutus
siklus penyakit.
3. Perlindungan terhadap lingkungan : sistem sanitasi harus meniadakan
polusi yang berdampak pada lingkungan.
Arah kebijakan yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan Master Plan
Air Limbah adalah :
1. Undang-undang RI No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
2. Undang-undang RI No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah.
3. Undang-undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4. Undang-undang RI No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah RI No 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
6. Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005, tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
7. Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 2009
8. Peraturan Menteri PU No. 51/PRT?2005, tentang Rencana Strategis
Departemen Pekerjaan Umum 2005 2009.
9.

Kesepakatan Internasional MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS


(MDG) untuk mengurangi setengah bagian penduduk yang belum
mendapatkan akses air limbah yang aman dan berkelanjutan pada tahun
2015.

8.2.2. Keterpaduan Dengan Sektor Lain


Perencanaan pengelolaan air limbah ini mengacu pada prinsip
pengembangan wilayah, RUTRW/K, RPJMN, RPJMD dan Renstra PU/Cipta

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


Karya,

Dinas

Terkait,

Strategi

Pembangunan

Kabupaten/Kota,

maupun

perundang-undangan yang berlaku.

8.2.3.Periode Perencanaan
Periode perencanaan dalam penyusunan rencana induk ini dibagi menjadi
3 tahap, yaitu:
Tahap mendesak
Tujuan

perencanaan

tahap

mendesak

(jangka

pendek)

ini

adalah

dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, pada satu tahun kedepan.


Dengan memprioritaskan pada hal yang mendesak.
Tahap menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5 tahun
setelah dilaksanakan program jangka pendek, atau dalam 6 tahun
mendatang.
Jangka panjang
Perencanaan jangka panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan
pembangunan di sektor air limbah untuk 20 tahun yang akan datang.

8.2.4.

Kedudukan
Rencana Induk
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN
SEKTORAL
SPASIAL
Kedudukan rencana
induk pengelolaan airPROGRAM
limbah dibawah kebijakan

spasial

di

masing-masing

NASIONAL
Kabupaten/Kota.

daerah

Kedudukannya
RTRWN

baik

adalah

pada

skala

propinsi

sebagaiRPJMN
petunjuk

teknis

maupun
dalam

penyusunan strategi pembangunan per kawasan dan strategi pembangunan


PROPINSI

RTRW PROPINSI

RPJM PROPINSI

sektoral untuk setiap Kabupaten/Kota serta mempengaruhi Rencana Program


Investasi Infrastruktur. Dapat lebih jelas seperti pada Gambar 1 berikut ini.

KABUPATEN/KOT
A

RTRW
KAB/KOTA

RPJM
KAB/KOTA

8.2.4.Penetapan Rencana Induk


Penetapan rencana induk pengelolaan air limbah yang ada di setiap
Kabupaten/Kota

ditetapkan

oleh

pemerintah

daerah

setempat

dengan

STRATEGI
persetujuan DPR. Dimana rencana induk ini akan didukung oleh perangkat
PEMBANGUNAN
hukum berupa Perda yang mengatur Institusi Pengelola,
teknis penanganan
KAB/KOTA

MASTERPLA
limbah, dan tarif retribusi.
N SEKTOR /
RENCANA
INDUK
SISTEM (RIS)

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

STRATEGI
PEMBANGUNAN
PER KAWASAN
STRATEGI
PEMBANGUNAN
SEKTORAL
Rencana Program
Investasi
infrastruktur

RPIJM

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia

Gambar 1. Kedudukan Rencana Induk Sistem

8.2.5.Evaluasi
Evaluasi rencana induk pengelolaan air limbah dilakukan setiap 20 tahun
setelah penetapan rencana induk. Evaluasi ini untuk menilai kembali
kesesuaian rencana induk dengan keadaan sebenarnya di area studi dan
kebutuhan akan pengelolaan air limbah di masa datang.

8.3 PROSES PENYUSUNAN MASTER PLAN

8.3.1.Pengumpulan Data

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


Pengumpulan data untuk menyusun rencana induk sistem pengelolaan
Air Limbah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data Sekunder
Merupakan pengumpulan data yang sudah ada, baik berupa data statistik,
data hasil survey dan studi terkait, NSPM serta kebijakan dan pengaturan.
b. Pengumpulan Data Primer
Merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui pekerjaan survey,
pengambilan sampling dan penyelidikan laboratorium yang dipandang perlu
untuk menyusun rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah.

8.3.1.1.

Data kondisi Area Studi

Berisi semua data baik primer maupun sekunder yang berhubungan


dengan penyusunan rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah, data
tersebut adalah :
A. Deskripsi Area Studi
Berupa uraian singkat mengenai area studi. Uraian ini berisi tentang letak
dari area studi secara geografis (berdasarkan lintang dan bujur) serta batasbatas (utara, selatan, timur dan barat) dari area studi. Kecamatan yang ada di
area studi juga perlu diuraikan disini.

B. Kondisi Fisik
Data kondisi fisik area studi sangat penting karena ikut menentukan
system pembuangan air limbah. Data-data yang diperlukan meliputi :
Topografi
Kondisi topografi ikut menentukan system pembuangan air limbah,
seperti kondisi lahan yang landai sulit menerapkan system perpipaan bila
dibandingkan dengan lahan yang miring ataucuram. Sedangkan kondisi
yang

berbukit-bukit

mungkin

lebih

menguntungkan

menggunakan

system inseptor. Data topografi harusdilengkapi dengan peta area studi


yang dilengkapi dengan kontur.
Iklim
Data iklim diperlukan untuk perencanaan system instalasi pengolahan air
limbah terutama suhu dan penyinaran matahari. Curah hujan sangat
mempengaruhi kualitas air sungai serta tingkat infiltrasi terhadap

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


jaringan air limbah. Data iklim ini meliputi kecepatan angin, penyinaran
matahari, kelembapan, suhu udara, dan curah hujan. Untuk curah hujan
diperlukan data lebih banyak yaitu data 10 tahun terakhir.
Sungai
Analisa pencemaran sungai diperlukan untuk memperkirakan sewcara
teoritis tingkat pencemaran yang sudah terjadi dan yang akan terjadi
dimasa mendatang jika tidak dilakukan upaya peningkatan pengelolaan
pembuangan air limbah domestiK. Parameter yang dipakai adalah BOD,
karena pencemaran sungai terjadi akibat pembuangan limbah domestic
ke sungai. Data yang dibutuhkan yaitu panjang sungai, daerah yang
dilewart, pemekaran daerah yang dilewati, debit sungai serta keadaan
sekitar daerah aliran sungan (DAS). Data ini juga dilengkapi dengan peta
yang menggambarkan sungai yang ada di area studi.
Untuk

analisa

pencemaran

pada

tahun

yang

akan

dating

maka

dikorelasikan dengan proyeksi penduduk yang akan menjadi beban


sungai. Dari analisa tersebut maka didapatkan proyeksi pencemaran
sungai dengan menganalisa beban sungai dari tiap-tiap daerah alirannya.
Hasil

analisa

ini

juga

dapat

dilengkapi

dengan

peta

yang

menggambarkan hal tersebut.


Laut
Data yang dibutuhkan adalah perkiraan penyebaran polutan di laut yang
dipengaruhi oleh hal-hal berikut, yaitu :
-

Kedalaman dasar laut (kontur)


Kedalaman dasar laut didapat dari peta topografi dasar laut yang
dikeluarkan oleh TNI Angkatan Laut dan Jawatan Hidro-Oseanografi.

Tinggi muka air, dan arah


Tinggi muka air laut didapat dari data pasang surut yang dikeluarkan
oleh TNI Angkatan Laut dan Jawatan Hidro-Oseanografi.

Arah dan kecepatan arus


Arah dan kecepatan arus didapat dari Jawatan Hidro-Oseanografi.

Prakiraan distribusi dan pencemaran laut


Merupakan gabungan dari data-data diatas sehingga dapat diketahui
arah sebaran dari pencemaran laut.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia

Kualitas Air Laut


Berdasarkan prakiraan distribusi dan pencemaran laut maka dapat
diketahui titik-titik

pengambilan sampel air laut untuk mengetahui

kualitasnya dan tingkat pencemarannya.


Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah sangat erat hubungannya dengan system sanitasi
setempat seperti tangki septic selalu memerlukan bisang resapan
melalui lapisan tanah. Data permebilitas tanah ini berdasarkan survey
perkolasi dan dilengkapi dengan peta tingkat permeabilitas tanah di
area studi.
Air Tanah
Kualitas air tanah sangat erat kaitannya dengan system sanitasi
setempat. Data yang dibutuhkan adalah data kualitas air tanah dan
data tinggi muka air tanah. Untuk mengetahui kualitas air tanah
dilakukian uji kualitas air tanah dengan mengambil sampel dari sumur
penduduk, sedangkan untuk data tinggi muka air tanah dilakukan
dengan survey muka air sumur penduduk.
Geologi
Data geologi merupakan data tentang struktur tanah yang ada di area
studi. Data geologi ini dapat ditunjukkan melalui peta geologi.

C. Tata Ruang Kota


Data yang dibutuhkan untuk tata ruang area studi yaitu data tentang
penggunaan lahan area studi (dilengkapi dengan peta), dan RURTK yang
dibuat oleh masing-masing area studi. Data ini juga dilengkapi dengan data
fasilitas-fasilitas

pelayanan

kota

seperti

hotel,

rumah

makan,

kantor

pemerintahan dan industri.

D. Kependudukan
Informasi kependudukan diharapkan dalam time series minimal 5 tahun
antara lain : jumlah penduduk, laju pertumbuhan enduduk, struktur umur,

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


jenis kelamin, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, mata pencaharian, tingkat
pendapatan dan lain-lain.

Penduduk Saat Ini


Data penduduk saat ini yaitu jumlah dan kepadatan penduduk di suatu
daerah

sangat

menentukan

terhadap

cara

penanganan

sanitasinya

terutama pembuangan air limbah dan produksi air limbah penduduk. data
tentang kepadatan penduduk saat ini dapat pula dilengkapi dengan peta
kepadatan penduduk.

Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk ini memerlukan data tahun-tahun sebelumnya, dan
proyeksi dilakukan untuk 10 tahun yang akan datang. Data kependudukan
dapat diperoleh baik secara primer maupun data sekunder dari BPS. Dari
hasil proyeksi tersebut dapat diketahui pula proyeksi kepadatan penduduk
pada 10 tahun yang akan datang.

E. Prasarana Kota yang Terkait

Air Bersih
Air bersih sangat erat kaitannnya dengan rencana induk pengelolaan
sistem air limbah. Data tentang air bersih yang dibutuhkan adalah sumber
air bersih yang digunakan penduduk, tingkat pemakaian dan proyeksi
kebutuhan air bersih untuk 10 tahun yang akan datang. Debit air limbah
yang berasal dari buangan air bersih dapat diketahui pula untuk 10 tahun
yang akan datang. Data-data tersebut dapat pula dilengkapi dengan peta
presentasi pelayanan oleh PDAM dan peta sumber air di area studi.

Persampahan
Persampahan di area studi perlu dicermati, karena pengelolaan sampah
yang kurang baik dapat menimbulkan pencemran terhadap lingkungan
dan badan air baik langsung maupun tidak langsung. Data yang
dibutuhkan yaitu data timbulan sampah, jenis-jenis sampah, kondisi
pelayanan persampahan, dan data-data lain tentang persampahan di area
studi. Dari korelasi dengan proyeksi penduduk maka didapat pula proyeksi
timbulan sampah untuk 10 tahun yang akan datang.

Drainase
Saluran pematusan air hujan atau drainase sangat erat hubungannya
dengan air limbah, karena pada umumnya penduduk membuang air
limbah rumah tangga ke saluran ini. Data yang diperlukan adalah data

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


jaringan drainse

di area stusi, panjang saluran, keadaan saluran, serta

kualitas air dalam saluran. Dapat pula dilengkapi dengan peta perkiraan
genangan yang umumnya terjadi apabila musim hujan.

F.

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Pendapatan dan sumber mata pencaharian


Dalam pemilihan teknologi pembuangan air limbah, salah satu factor
penting adalah kemampuan penduduk membiayai operasi setiap teknologi
yang diusulkan. Dimana kemampuan ini erat hubungannya dengan
pendapatan
dibutuhkan

dan

sumber

adalah

data

mata

pencaharian

pendapatan

penduduk.

penduduk,

mata

data

yang

pencaharian,

pengeluaran penduduk, pengeluaran penduduk untuk pengelolaan air


bersih, dan proyeksi penghasilan penduduk.

Kepemilikan rumah
Data yang diperlukan adalah kondisi kepemilikan rumah di area studi,
proyeksi perumahan sampi 10 tahun yang akan datang, luas pekarangan
rumah sarta dilengkapi dengan peta kondisi lahan sisa pekarangan pada
tahun ini dan untuk proyeksi 10 tahun yang akan datang.

Non Pemukiman
Yang dimaksud non pemukiman disini adalah daerah komersial dan daerah
non komersial. Yang menjadi perhatian adalah daerah komersial seperti
daerah jasa, perdagangan dan industry. Data yang diperlukan adalah
pendapatan rata-ratanya, kondisi bangunannya, pengeluarannya untuk
pemenuhan air bersih, dan proyeksinya untuk 10 tahun yang akan datang.

G. Tingkat Kesehatan Penduduk


Tingkat kesehatan penduduk sangat erat kaitannya dengan sistem
sanitasinya. Maka diperlukan data-data tentang penyakit yang sering timbul,
khususnya yang berhubungan dengan air limbah. Selain tiu diperlukan data
fasilitas kesehatan serat tenaga medis yang ada di area studi.

8.3.1.2.

Data Kondisi Sistem Pengelolaan

Sebelum menetapkan rencana pengembangan di sector air limbah


domestik perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana kondisi pengelolaan
sampai saat sekarang seperti:

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia

Sistem pembuangan yang ada

Upaya pengelolaan dari pemerintah


Kemudian dengan kondisi yang ada sekarang ini bagaimana tingkat

pelayanan di bidang sanitasi dan permasalahan apa saja yang timbul


untukdikelompokkan seperti permasalahan:

Teknis yang mencakup cara pembuatan tangki septic yang berkaitan


dengan

permeabilitas

tanah,

lahan

yang

tersedia

dan

tingkat

pengetahuan teknis dari masyarakat.

Budaya yang mencakup kebiasaan penduduk membuang air limbah.

Ekonomi mencakup kemampuan membangun fasilitas sanitasi agar


dapat diketahui mana yang mesti dibantu pemerintah.

Lingkungan mencakup dampak dari keseluruhan permasalahan tersebut


terhadap keadaan sekitarnya agar dapat ditangulangi sesuai skala
prioritas

A.

Tingkat Pelayanan
Data kondisi system pengelolaan air limbah dalam hal ini tingkat

pelayanannya adalah sejauh mana pelayanan air limbah yang ada di area
pelayanan. Data dapat berupa jumlah MCK/ cubluk, pipa penyalur air limbah
(jika ada), tangki septic, dan data lain yang mencerminkan pengelolaan air
limbah yang ada di lapangan saat ini.

B.
-

Sistem Pengelolaan
Aspek Teknis (termasuk sistem prasarana dan sarana, beban, kualitas
pelayanan/hasil pengolahan dll)
Fasilitas pembuangan air limbah pada umumnya merupakan swadaya

masyarakat yaitu membuat sendiri-sendiri secara individu du masing-masing


rumah tangga atau daerah non pemukiman. Seperti tangki septic yang hanya
mengolah air buangan WC (black water) sedangkan untuk grey water
langsung dibuang ke saluran drainase maupun langsung ke sungai.
Data yang dibutuhkan berupa data teknis berupa jumlah sarana dan
prasarana air limbah, beban pencemar akibat buangan rumah tangga, system
pengelolaan air limbah yang digunakan penduduk di area studi dan data lain
yang mendukung.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia

Aspek Kelembagaan
Pengelolaan air limbah umumnya dikelola secara individual, tetapi untuk

daerah yang padat penduduk dengan pemenuhan sanitasi sangat rendah,


umumnya dikelola secara bersama-sama (MCK umum). Data yang diperlukan
adalah lembaga-lembaga pengelola air limbah yang ada di area studi.
Institusi pengelola air limbah yang ada saat ini sangat bervariasi. Kota
Metropolitan masih memiliki Dinas tersendiri, sementara kota besar dan
lainnya berada pada tingkat Sub Dinas, Seksi atau bahkan Sub Seksi. Fungsi
pengelolaan

masih

terbatas

pada

pelaksanaan,

sebagian

termasuk

pengawasan, sementara perencanaan belum dimiliki oleh sebagian besar kota.


Jumlah personil masih terbatas dan belum memenuhi kebutuhan. Rasio ratarata berkisar antara 0,5 1,5 petugas untuk setiap 1000 orang yang dilayani.
Ketersediaan data penanganan bidang air limbah pada saat ini sangat
terbatas. Pada umumnya kota-kota tidak memiliki data dasar yang memadai
selain data umum seperti : jumlai sungai, jumlah pegawai, dan lain-lain. Hal ini
menjadi

penyebab

sulitnya

dilakukan

evaluasi

terhadap

kondisi/kinerja

pengelolaan yang ada dan merupakan penyebab sulitnya penyusunan rencana


pengembangan selanjutnya. Data yang memerlukan pembaruan secara
periodik seperti: timbulan limbah, komposisi limbah, komposisi sumber, dan
lain-lain dapat dipastikan tidak tersedia dengan baik.

Aspek Hukum
Peraturan

Daerah

harus

tersedia

dan

mengatur

tentang

Institusi

Pengelola, teknis penanganan limbah, dan tarif retribusi, namun demikian


masa efektif berlakunya harus diperhatikan untuk menjamin pelaksanaan
peraturan ini. Selain itu peraturan lain yang secara tidak langsung berkaitan
dengan air limbah juga harus mendapatkan perhatian lebih. Contohnya adalah
peraturan tentang daerah aliran sungai dan lain-lain.

Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta


Dalam hal pengelolaan air limbah saat ini yang perlu diperhatikan adalah

peran serta masyarakat, seperti sanimas (sanitasi berbasis masyarakat) dan


program

community

development

dari

perusahaan-perusahaan

yang

memperhatikan kualitas lingkungan sekitarnya. Data yang diperlukan adalah

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


daerah-daerah yang telah mendapatkan program-program seperti SANIMAS
dan program lainnya.

Aspek Pendanaan
Aspek dana merupakan hal terpenting untuk perencanaan system

pengelolaan air limbah, data ini dapat dilihat dari pemerintah, swasta ataupun
swadaya masyarakat serta sumber-sumber lain (dana dari luar negeri). Untuk
dana yang berasal dari pemerintah dapat dilihat dari porsi APBD untuk area
studi.
Menyiapkan perangkat hukum yang mendorong partisipasi masyarakat
dalam pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air minum dan
penyehatan

lingkungan,

dan

mengembangkan

sistem

pemberdayaan

masyarakat untuk mengelola, mengontrol dan mengarahkan sumber-sumber


keuangan yang mereka miliki sendiri.

8.3.1.3.

Permasalahan Yang Dihadapi

A. Masalah Teknis
Permasalahan

yang

berhubungan

dengan

aspek

teknis

dalam

pengelolaan air limbah pada umumnya berhubungan dengan pengelolaan


yang dilakukan penduduk saat ini. Seringkali permasalahan yang ada
berhubungan dengan tangki septic penduduk, seperti cepat penuh, dan jarak
antara tendon air dengan tangki septic yang tidak sesuai criteria kesehatan.
Kondisi diatas tidak lepas dari kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap
tata cara pembuatan dan pembangunan tangki septic yang benar dan sehat.
Dalam uraian permasalahan teknis ini harus mencerminkan keadaan
sesungguhnya system pengelolaan air limbah yang dilakukan penduduk saat
ini. Dapat pula dilengkapi dengan data-data yang mendukung.
B. Masalah Non Teknis
Permasalahan lain selain non teknis seperti budaya,social ekonomi juga
harus

diuraikan

secara

jelas.

Permasalahan

budaya

seperti

kebiasaan

penduduk untuk membuang air limbah langsung ke saluran atau ke sungai


juga perlu diperhatikan. Dijelaskan pula daerah-daerah mana saja dalam area
studi yang mempunyai permasalahan non teknis lebih berpengaruh daripada
secara teknis.
Untuk

permasalahan

social

ekonomi

erat

hubungannya

dengan

kemampuan penduduk memiliki fasilitas sanitasi yang sehat. Dan hal ini erat

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


hubungannya dengan tingkat pendapatan dan kerelaan penduduk untuk
memenuhi tingkat sanitasi yang sehat.

C. Permasalahan utama yang dihadapi


Berisi tentang permasalahan utama yang berpengaruh pada pengelolaan
air limbah khususnya di area studi. Penentuan masalah utama berdasarkan
data permasalahan dari aspek teknis maupun non teknis dan dianalisa aspek
manakah yang paling berpengaruh. Pedoman yang dipakai dalam menganalisa
permasalahan adalah:
-Data kasus penyakit yang berhubungan dengan air diharapkan tidak ada
-Kualitas air sungai harus sesuai dengan kegunaannya dan ketentuan
pemerintah
-Kualitas air laut harus sesuai dengan ketentuan pemerintah.
-Kualitas air tanah yang digunakan sebagai air bersih harus tidak
mengandung coli tinja.

D.

Target Penanganan
Berdasarkan permasalahan yang telah dianalisa, maka dapat diberikan

uraian tentang target penanganan untuk tia-tiap permasalahan tersebut.


Penanganan tersebut dengan memperhatikan tingkat pencemaran air sungai,
tingkat pencemaran laut dan tingkat pencemaran air tanah.

8.3.2.Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan


8.3.2.1.
Setelah

Umum
diketahui

kondisi

permasalahan

serta

pengelompokkan

pelayanan di sektor air limbah maka perlu disusun upaya penanganan sesuai
dengan tingkat prioritasnya. Namun sebelumnya harus disusun strategi dan
target yang akan dicapai. Strategi tersebut harus sejalan dengan dan tidak
bertentangan dengan yang telah digariskan pemerintah.
Strategi ini harus sesuai dengan arahan kebijakan nasional dalam bidang
pengelolaan

air

limbah,

kebijakan

daerah

seperti

RURTK,

Millenium

Development Goal (MDG), dan Deklarasi Kyoto.


Target yang akan dicanangkan harus realistis dan sesuai dengan
kemampuan membangun dari pemerintah serta tidak terlalu memberatkan

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


masyarakat. Sedangkan strategi yang akan disusun mencakup pembiayaan
sistem sanitasi, berikut sumber pendanaannya untuk pembangunan jangka
mendesak,

jangka

menengah

dan

jangka

panjang

termasuk

lembaga

pengelola dan dampak lingkungan.

8.3.2.2.

Tujuan dan Target Penanganan

A. Jangka Pendek
Tujuan penanganan tahap jangka pendek ini adalah dilaksanakan dalam
satu tahun anggaran, pada satu tahun kedepan. Tujuannya adalah memenuhi
kebutuhan dasar sanitasi sebagai dasar pengelolaan air limbah. Kebutuhan
dasar ini didapat setelah menganalisa data eksisting pengelolaan air limbah
saat ini.
B. Jangka Menengah
Program jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5 tahun
setelah dilaksanakan program jangka pendek. Program jangka menengah ini
sesuai dengan permasalahan yang ada dan strategi yang akan dilaksanakan
untuk pemenuhan sistem pengelolaan air limbah untuk area studi.
C. Jangka Panjang
Program

jangka

panjang

merupakan

rangkaian

dari

keseluruhan

pembangunan di sektor air limbah untuk 20 tahun yang akan datang. Tujuan
pembangunan ini untuk menekan laju pencemaran terhadap badan air dan air
tanah serta mengurangi tingkat pertambahan kasus penyakit yang disebabkan
air limbah yang pada akhirnya diharapkan dapat menunjang produktifitas
penduduk serta membantu peningkatan potensi daerah.

8.3.2.3.

Kriteria Perencanaan

A. Kriteria Teknis
Beberapa kriteria perencanaan pengembangan sistem pengelolaan air
limbah yang dipergunakan akan diuraikan sebagai berikut:
Sistem Sanitasi terpusat modular
Jumlah penduduk perkotaan > 100.000 jiwa
Kepadatan penduduk perkotaan > 300 jiwa/ha
Lebih dari 60% penduduk sudah memakai PDAM
Pemakaian air bersih tiap penduduk > 150 L/orang/hari

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


Debit rencana air bersih (1,1 1,3) x Qr, disesuaikan dengan keadaan
konsumsi air bersih pada maksimum harian.
Debit rata-rata air limbah adalah 70 % dari debit rata-rata air bersih
Beban BOD sebesar 50 gr/hari sampai tahun 2018
Beban lumpur 60 L/orang/tahun
Penduduk mampu untuk menanggung biaya O & M.
Persyaratan badan air penerima sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Tidak ada batasan untuk permeabilitas tanah dan tinggi muka air tanah.
Menunjang program lain seperti peremajaan kota/kabupaten dan sektor
strategis lainnya.
Sistem Sanitasi Setempat
Jumlah penduduk kota tidak terbatas
Kepadatan penduduk perkotaan < 300 jiwa/ha
Pelayanan air bersih perkotaan (sistem perpipaan) < 80%
Pemakaian air bersih < 150 L/orang/hari
Tinggi muka air tanah > 2m
Permeabilitas tanah > 10 L/m2/hari
Produksi lumpur tinja 30 L/orang/tahun
Penyedotan tangki septik antara 2-3 tahun
Luas bidang resapan untuk tangki septik (m 2)
Jumlah pemakai x (6-10) liter
________________________
Kapasitas peresapan (L/ m2)
Tidak ada batasan untuk jumlah penduduk yang dilayani
Tidak ada batasan pelayanan terhadap penduduk perkotaan

B. Kriteria Pengelolaan
Kriteria pengelolaan air limbah ini berdasarkan dari penetapan daerahdaerah dalam area studi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Dari

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


daerah-daerah (disebut juga zone) ditentukan sistem sanitasi yang sesuai
dengan kondisi tanah, dukungan penduduk dan pembiayaan pemerintah.
Untuk daerah-daerah non pemukiman dapat ditentukan juga sistem
pengelolaan air limbahnya. Untuk kawasan industri tentunya banyak peraturan
pemerintah yang harus diperhatikan. Penentuan sistem pengelolaan air limbah
disesuaikan dengan tipe timbulan limbahnya.

8.3.2.4.

Strategi Pengembangan Pelayanan

A. Perkiraan Debit Air Limbah


Berdasarkan data yang telah didapatkan serta peraturan-peraturan yang
terkait dengan air limbah dapar memperkirakan besarnya debit air limbah di
tahun yang akan datang. Besarnya debit air limbah ini sangat terkait dengan
rencana pengembangan untuk masing-masing kota/kabupaten. Besarnya debit
air limbah masa datang didapatkan dari hasil proyeksi penduduk dikorelasikan
dengan penggunaan air bersih yang sisanya sebagai air limbah.
B. Perkiraan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pada Masa Yang Akan
Datang
Rencana pengembangan area studi sangat erat hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi di masa datang. Dimana perkiraan
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan dapat diproyeksi dari data yang telah
didapatkan.
C. Sistem Pengembangan Pengelolaan Yang Akan Diterapkan
Skenario pengembangan daerah adalah alternatif dan gambaran dari
pelaksanaan strategi pembangunan dengan melihat lingkungan strategis yang
mempengaruhi. Melalui skenario ini dapat diperoleh ilustrasi terhadap kondisi
awal

dan

pencapaian

serta

kondisi

pada

akhir

pelaksanaan.

Sistem

pengelolaan yang akan diterapkan di area studi disesuaikan hasil skenario


pengembangan daerah yang telah dilakukan.
D.

Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan pengelolaan air limbah dapat dibagi menjadi 2 yaitu

pelayanan individual dan pelayanan komunal (bersama). Pelayanan individual


berupa sistim sanitasi setempat seperti tangki septik yang dilangkapi sumur
resapan yang harus dibiayai dan dirawat oleh individu masing-masing.
Sedangkan pelayanan komunal (bersama) dapat berupa sistem sanitasi
setempat dengan penggunaan tangki septik bersama ataupan pengolahan
secara terpusat yaitu air limbah disalurkan dari tiap rumah menuju unit

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


pengolahan air limbah komunal. Sistem pelayanan ini dapat diterapkan
bersama-sama, penerapannya disesuaikan dengan kondisi yang ada di area
studi.
8.3.2.5.

Strategi Pembiayaan

A. Strategi Pendanaan/Investasi
Sumber dana rencana investasi sarana dan prasarana air limbah pada
dasarnya berasal dari dana hasil pajak melalui APBD dan APBN atau dari dana
hasil retribusi pelayanan air limbah. Sumber dana investasi dari pajak dapat
digolongkan sebagai sumber dana tidak langsung dan sumber dana dari
retribusi dapat digolongkan sebagai sumber dana langsung. Dengan demikian
strategi

pendanaan

investasi

prasarana

dan

sarana

air limbah dapat

dibedakan sebagai berikut: (lihat Gambar 1)

Strategi Pendanaan Investasi : 100% APBD

Strategi Pendanaan Investasi : Sebagian APBD dan sebagian Retribusi


Air Limbah

Strategi Pendanaan Investasi : 100% Retribusi Air Limbah

Pilihan strategi pendanaan tersebut, sangat tergantung dari kapasitas


fiskal masing-masing daerah dan kemampuan membayar retribusi masingmasing penduduk yang mendapat pelayanan. Sumber pendanaan investasi
dari pendapatan retribusi hanya dimungkinkan, apabila kelayakan keuangan
proyek memenuhi standard (IRR dan NPV).

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia

Gambar 1. Strategi Pendanaan Investasi


Selain dana yang berasal dari pemerintah, dapat pula berasal dari
swadaya masyarakat, sektor swasta, maupun dana asing. Di era otonomi
daerah saat ini memang untuk biaya pengelolaan air limbah merupakan
tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi pemerintah pusat juga harus
paham akan tingkat kemampuan setiap daerah yang berbeda-beda.

B. Strategi Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana


Sarana prasarana pengelolaan air limbah yang akan dibangun sesuai
dengan program yang telah ditetapkan di area studi memerlukan dukungan
agar dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini adalah dari segi operasional
dan pemeliharaan, selain menjadi tanggung jawab lembaga pengelola, maka
stakeholder yang terkait juga harus mempunyai kepedulian untuk menjaga
dan memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangun.
Strategi operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah erat
kaitannya dengan lembaga pengelola dan peraturan yang mengaturnya. Maka
diperlukan lembaga pengelola yang bertanggungjawab dan peraturan yang
mendukungnya.

8.3.2.6.

Strategi Pengembangan Kelembagaan

Perubahan (Transformasi) prasarana sistem setempat menjadi sistem


terpusat memberi dampak adanya kebutuhan lembaga untuk mengelola
prasarana yang akan dibangun atau membutuhkan peningkatan kapasitas
kelembagaan terhadap lembaga yang ada.
Dasar-dasar penyusunan kelembagaan meliputi hal-hal berikut ini:

Menyusun klasifikasi jenis sarana dan prasarana yang harus dikelola


termasuk peralatan yang akan dioperasikan.

Menganalisa kuantitas sarana dan prasarana air limbah yang harus


dikelola dalam satuan orang/bulan dengan rincian orang/hari.

Mengelompokkan bagian-bagian yang sejenis untuk memudahkan


penyusunan bidang-bidang organisasi kelembagaan.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


Pengembangan prasarana dan sarana air limbah selalu berdampak pada
kebutuhan peningkatan kapasitas kelembagaan, khususnya pada lembaga
operator yang bertanggung jawab mengelola prasarana dan sarana terbangun
tersebut. Kebutuhan peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut, umumnya
berkorelasi

langsung

peningkatan

teknologi

dengan
yang

peningkatan
dioperasikan.

luas

wilayah

Bentuk

layanan

lembaga

dan

operator

pengelolaan air limbah dapat berbasis masyarakat (swadaya) untuk skala


komunal didalam kawasan dan berbasis lembaga (formil) untuk berbagai skala
pengelolaan (lihat Gambar 2).
Strategi

peningkatan

kapasitas

kelembagaan

dan

pilihan

bentuk

kelembagaan. Operator harus mempertimbangkan cara pembiayaan dan


sumber

dana

untuk

mengoperasikan

prasarana

tersebut

agar

dapat

berkelanjutan. Rencana peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut, harus


didukung oleh Perda dan sosialisasi yang memadai.

Gambar 2. Strategi Pengembangan Kelembagaan

8.3.2.7.

Strategi Pelibatan Peran Serta Masyarakat dan Swasta

Sebagaimana diketahui bersama, timbulan air limbah berasal dari


aktifitas setiap individu penduduk. Oleh karena itu, efektifitas sistem
pengelolaan air limbah sangat terkait dengan perilaku masyarakat dalam

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


bersikap dan bertindak terhadap air limbah yang dihasilkan. Di bidang air
limbah, perubahan perilaku masyarakat yang diharapkan untuk mendukung
sistem pengelolaan air limbah yang efektif berkaitan dengan perilaku sebagai
berikut:
-

Bersedia

tidak

membuang

Air

Limbah

secara

sembarang

pada

lingkungan.
-

Bersedia menyediakan tangki septik sesuai standard pada masingmasing bangunan

Bersedia mengelola tangki septik secara benar dengan melakukan


pengurasan lumpur tangki septik secara rutin (setiap 3 tahun sekali)

Bersedia membayar retribusi Air Limbah khususnya bagi penduduk yang


daerahnya telah dilayani oleh jaringan perpipaan Air Limbah
Upaya mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mendukung sistem

pengolahan sampah, memerlukan suatu perencanaan rekayasa sosial (Social


Engineering). Perangkat rekayasa sosial di bidang air limbah secara umum
terdiri atas:
-

Pelaksanaan kampanye publik (Public Campaign).

Pelaksanaan penegakkan hukum dan peraturan (Rule and Regulation).


Proses pelaksanaan rekayasa sosial secara umum terdiri dari salah satu

atau kombinasi dari rangkaian kegiatan sebagai berikut: (lihat Gambar 3)

Gambar 3. Proses Rekayasa Sosial

Perencanaan dan pelaksanaan rekayasa sosial tersebut, pada dasarnya


adalah upaya untuk mempengaruhi (merubah perilaku) masyarakat agar:
Tertarik, Tergerak, Terajak untuk bertindak kearah yang ditunjukan sesuai

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


dengan sistem pengelolaan air limbah yang direncanakan. Secara umum
proses perubahan masyarakat yang diharapkan dari suatu kampanye publik
adalah sebagai berikut:
-

Meningkatnya kesadaran (Awareness)

Meningkatnya minat (Interest)

Tumbuhnya kebutuhan (Demand)

Adanya partisipasi dan tindakan (Action)

Pelaksanaan kampanye publik tersebut, harus direncanakan secara


berkesinambungan

agar

proses

perubahan

masyarakat

tersebut

dapat

berlangsung hingga terwujudnya partisipasi (Action) masyarakat secara luas


dalam mendukung terwujudnya sistem pengelolaan air limbah yang efektif
dan efisien.
Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan baik dalam pelayanan
pengumpulan, penyaluran, pengolahan, maupun pembuangan akhir; jasa
konsultansi, kontraktor, maupun pengadaan barang khususnya kendaraan;
dengan menyeimbangkan prinsip pengusahaan dalam pelayanan umum.
Selain itu swasta dapat dilibatkan secara langsung untuk membantu masalah
pembiayaan, operasional dan pemeliharaan melalui program community
development yang umumnya menjadi focus utama untuk perusahaan
berskala besar.

8.4. RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN PROYEK


8.4.1. Rencana Pembangunan Sampai Dengan 1 Tahun Kedepan
8.4.1.1. Daerah Pelayanan
Pada

tahap

pembangunan

mendesak

prasarana

yaitu

dan

sampai

sarana

air

tahun

limbah

kedepan

rencana

diprioritaskan

pada

pemenuhan kebutuhan dasar sanitasi sebagai dasar pengelolaan air limbah.


Kebutuhan dasar ini didapat setelah menganalisa data eksisting pengelolaan
air limbah saat ini di area studi. Daerah yang perlu menjadi perhatian adalah
daerah kawasan kumuh, daerah rawan endemi dan daerah kritis.
Daerah yangmenjadi prioritas pembangunan prasaran dan sarana air
limbah dijabarkan dengan detail mengenai nama zona atau sub zona, luas
daerahnya, kepadatan penduduk, tingkat pendapatan dan disertai dengan
peta daerah pengembangan tahap mendesak.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


8.4.1.2.

Sistem yang Digunakan

Pada tahap mendesak sistem yang digunakan sesuai dengan hasil analisa
kondisi eksisting di daerah tersebut. Sistem yang digunakan umumnya
menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat, seperti pembuatan
MCK di daerah yang menjadi prioritas tahap mendesak, atau disesuaikan
dengan kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi mendesak di daerah
tersebut. Penjelasan sistem yang digunakan ini dilengkapi dengan sumber
dana dan gambaran detail sistem terpilih.

8.4.1.3.Program Pendukung
Program pendukung ini diperlukan agar semua program dalam tahap
mendesak

berhasil

dilaksanakan.

Paket

pendukung

ini

dapat

berupa

penyusunan rencana teknis untuk pelaksanaan sistem sanitasi yang akan


dibangun

untuk

masyarakat
kelembagaan

dan

tahap

mendesak,

training

pengelola

kepada

air

mengadakan

petugas

limbah

dan

penyuluhan

pengelola,menyusun

apabila

diperlukan

kepada
bentuk

melakukan

pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan prasarana dan sarana air


limbah.

8.4.1.4. Rencana Kebutuhan Biaya


Rencana kebutuhan biaya ini merupakan jabaran tentang biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan program tahap mendesak, komponen biaya
dapat berupa biaya konstruksi dan biaya non konstruksi.

8.4.2.Rencana Pembangunan sampai Dengan 6 Tahun Mendatang


8.4.2.1. Daerah Pelayanan
Pada tahap menengah ini yaitu sampai 6 tahun mendatang, rencana
pembangunan prasarana dan sarana air limbah sesuai dengan permasalahan
yang ada dan strategi yang akan dilaksanakan untuk pemenuhan sistem
pengelolaan

air

limbah

untuk

area

studi.

Rencana

pembangunan

ini

disesuaikan dengan alternatif sistem pengelolaan yang dipilih dan zona atau
sub zona yang telah ditetapkan. Pembangunan ini merupakan bagian dari
rencana pembangunan jangka panjang (rencana induk). Daerah pelayanan ini
dilengkapi dengan luasan daerah pelayanan, zona atau sub zona yang dilayani
dan dilengkapi dengan peta daerah pelyanan tahap menengah.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia

8.4.2.2. Sistem yang Digunakan


Sistem yang digunakan pada tahap menengah ini disesuaikan dengan
sistem yang telah dipilih dari beberapa alternatif yang ada. Penjelasan sistem
ini mengenai sistem yang digunakan secara detail mulai dari kebutuhan unit
pengolahan air limbah sampai aksesoris pendukungnya.

8.4.2. 3.Program Pendukung


Program pendukung ini diperlukan agar semua program dalam tahap
menengah

berhasil

dilaksanakan.

Paket

pendukung

ini

dapat

berupa

penyusunan rencana teknis detail untuk pelaksanaan sistem sanitasi yang


akan dibangun untuk tahap menengah dan jangka panjang, mengadakan
supervisi tentang pembangunan prasaran dan sarana air limbah yang telah
diprogramkan,mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dan training
kepada

petugas

kelembagaan

pengelola,pengadaan

pengelola

air

limbah

truk

dan

tinja,

apabila

menyusun

diperlukan

bentuk

melakukan

pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan prasarana dan sarana air


limbah.

8.4.2.4. Rencana Kebutuhan Biaya


Rencana kebutuhan biaya ini merupakan jabaran tentang biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan program tahap menengah, komponen biaya
dapat berupa biaya konstruksi dan biaya non konstruksi.

8.4.3.Rencana Pembangunan Sampai Dengan 20 Tahun Mendatang


8.4.3.1. Daerah Pelayanan
Rencana pembangunan sampai 20 tahun mendatang dapat juga disebut
rencana

jangka

panjang

atau

juga

disebut

rencana

induk.

Daerah

pelayanannya tentu saja melingkupi seluruh area studi, dimana beberapa


bagian dari area studi telah dilayani melalui pembangunan tahap mendesak
dan tahap menengah. Daerah pelayanan ini dapat berupa daerah pelayanan

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


sanitasi terpusat dan daerah pelayanan sanitasi setempat. Daerah pelayanan
ini dilengkapu dengan peta daerah pengembangan pelayanan jangka panjang.

8.4.3.2. Sistem yang Digunakan


Sistem yang digunakan pada jangka panjang ini disesuaikan dengan
sistem yang telah dipilih dari beberapa alternatif yang ada. Penjelasan sistem
ini mengenai sistem yang digunakan secara detail mulai dari kebutuhan unit
pengolahan air limbah sampai aksesoris pendukungnya.

8.4.3.3. Program Pendukung


Program pendukung ini diperlukan agar semua program dalam jangka
panjang berhasil dilaksanakan. Paket pendukung ini dapat berupa penyusunan
rencana teknis detail untuk pelaksanaan sistem sanitasi yang akan dibangun
untuk

jangka

panjang,

mengadakan

supervisi

tentang

pembangunan

prasarana dan sarana air limbah yang telah diprogramkan,mengadakan


penyuluhan

kepada

masyarakat

dan

training

kepada

petugas

pengelola,menyusun bentuk kelembagaan pengelola air limbah dan apabila


diperlukan

melakukan

pembebasan

lahan

untuk

lokasi

pembangunan

prasarana dan sarana air limbah.

8.4.3.4. Rencana Kebutuhan Biaya


Rencana kebutuhan biaya ini merupakan jabaran tentang biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan program jangka panjang, komponen biaya
dapat berupa biaya konstruksi dan biaya non konstruksi. Yang perlu
diperhatikan juga adalah proyeksi tingkat inflasi setiap tahunnya, sehingga
anggaran untuk jangkapanjang dapat dilaksanakan dengan baik.

8.4.4.Rencana Program
Rencana pengembangan di sektor air limbah direncanakan mulai tahun
anggaran di 1 tahun kedepan sampai 20 tahun kedepan. Mengingat jangkauan
rencana induk relatif lama maka sampai tahap menengah atau 6 tahun
pertama dari rangkaian rencana pembangunan jangka panjang, diperlukan
rekomendasi rencana pembangunan yang lebih terarah melalui penyusunan

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


studi kelayakan terutama dalam menentukan sistem yang akan dikembangkan
kelak.
Maka dalam rencana program ini disusun jadwal kegiatan-kegiatan
penting sesuai dengan tahapan pembangunan, yaitu mulai dari tahap
mendesak, tahap menengah dan jangka panjang. Kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan

CSF

Critical

Success

Factor

atau

kegiatan

kunci

untuk

tercapainya kesuksesan pada tiap tahapan pembangunan. CFS ini sesuai


dengan program-program apa saja yang akan dijalankan pada masig-masing
tahapan pembangunan. CSF ini harus diuraikan secara detail untuk tiap
tahapan pembangunan.

8.4.5. Rencana Pembiayaan


Rencana pembangunan prasarana dan sarana air limbah yang dibagi
dalam 3 tahap diatas memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Agar
memudahkan

pemerintah

untuk

mengalokasikan

dana

dalam

rangka

pembangunan di sektor air limbah maka disusun jadwal pembiayaan menurut


tahapan pembangunan. Dalam rencana pembiayaan ini diuraikan pembagian
jadwal pembiayaan untuk tiap tahapan pembangunan, yang berisi dana-dana
yang dibutuhkan untuk tiap tahapan pembangunan serta pemenuhannya
untuk berapa tahun anggaran.

8.4.6.Sosialisasi Dokumen Rencana Induk


Rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah wajib disosialisasikan
melalui konsultasi publik untuk menjaring masukan dan tanggapan dari
stakeholder sebelum difinalkan dan dilegalkan. Ketentuan sosialisasikan
rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah adalah sebagai berikut:
a.

Konsultasi publik harus dilakukan minimal sebanyak 3 (tiga) kali dalam


kurun waktu 12 bulan.

b.

Konsultasi publik harus dilakukan dengan melibatkan stakeholders


sebagai berikut:
- Stakeholder yang berwenang dalam membuat kebijakan dalam
pengendalian pencemaran air
- Stakeholder yang mewakili masyarakat wilayah layanan
- Stakeholder yang mewakili masyarakat yang terkena dampak

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Collaborative Knowledge Network Indonesia


- Stakeholder yang mewakili kelompok interest group seperti LSM,
perguruan tinggi, tokoh masyarakat dsb.

8.4.7.Tahap Legalisasi Rencana Induk


a.

Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam penyusunan rencana induk


yaitu pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang
rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah. Rencana induk sistem
pengelolaan

Air

Limbah

yang

telah

disempurnakan

berdasarkan

masukan dari pihak legislatif pada pembahasan RAPERDA, selanjutnya


rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah ditetapkan/disahkan
sebagai PERDA melalui sidang paripurna DPRD Kabupaten/Kota.
b. Untuk keterpaduan pengaturan bidang sanitasi Peraturan Daerah
tentang rencana induk sistem pengelolaan Air Limbah dapat disatukan
dengan PERDA tentang rencana induk sistem pengelolaan persampahan
dan drainase.

REFERENSI
Draft Pedoman Master Plan Sistem Pelayanan Air Limbah Permukiman,
Kementrian PU.

Sub-Module 8 : Master Plan Sistem Sanitasi Nasional

27

Anda mungkin juga menyukai