1. PENDAHULUAN
Bagian ini memperkenalkan tungku dan refraktori dan menjelaskan berbagai aspek perancangan
dan operasinya.
UNEP 2006
Bagian 1.2 diambil (dengan mengedit) dari Efisiensi Energi pada Utilitas Panas, 2005 dengan ijin dari Biro Efisiensi Energi,
Kementrian Daya, India
UNEP 2006
Jenis refraktori yang digunakan tergantung pada area penggunaannya seperti boiler, tungku, kiln,
oven dll., suhu dan tekanan yang dibutuhkan. Pemasangan refraktori ditunjukkan dalam Gambar
2.
UNEP 2006
Ukuran: Bentuk dan ukuran refraktori merupakan bagian dari rancangan tungku, karena hal ini
mempengaruhi stabilitas struktur tungku. Ukuran yang tepat sangat penting untuk memasang
bentuk refraktori dibagian dalam tungku dan untuk meminimalkan ruang antara sambungan
konstruksinya.
Bulk density: Bulk density merupakan sifat refraktori yang penting, yakni jumlah bahan
refraktori dalam suatu vo lum (kg/m3). Kenaikan dalam bulk density refraktori akan menaikan
stabilitas volum, kapasitas panas dan tahanannya terhadap penetrasi terak.
Porositas: Porositas merupakan volume pori-pori yang terbuka, dimana cairan dapat menembus,
sebagai persentase volum total refraktori. Sifat ini penting ketika refraktori melakukan kontak
dengan terak dan isian yang leleh. Porositas yang nampak rendah mencegah bahan leleh
menembus refraktori. Sejumlah besar pori-pori kecil biasanya lebih disukai daripada sejumlah
kecil pori-pori yang besar.
Cold crushing strength: Cold crushing strength merupakan resistansi refraktori terhadap
kehancuran yang sering terjadi selama pengiriman. Hal ini hanya keterkaitan tidak langsung
terhadap kinerja refraktori, dan digunakan sebagai salah satu indikator resistansi terhadap abrasi.
Indikator lainnya adalah bulk density dan porositas.
Kerucut pyrometric dan kerucut pyrometric eqivalen/ Pyrometric Cones Equivalent (PCE):
Kerefraktorian batu bata (refraktori) adalah suhu dimana refraktori melengkung yang
disebabkan tidak dapat menahan beratnya lagi, Kerucut pyrometric digunakan di industri
keramik untuk menguj i kerefraktorian batu bata (refraktori). Kerucut ini terdiri dari campuran
oksida yang dikenal meleleh pada kisaran suhu yang sempit. Kerucut dengan komposisi berbagai
oksida diletakkan berurutan sesuai dengan suhu lelehnya sepanjang bata refraktori dalam tungku.
Tungku dibakar dan suhunya akan naik. Satu kerucut akan melengkung bersama bata refraktori.
Nilai ini merupakan kisaran suhu dalam oC, dimana diatas suhu tersebut refraktori tidak dapat
digunakan. Hal ini disebut suhu Kerucut Pyrometric Ekivalen (Gambar 3)
UNEP 2006
Stabilitas volum, pengembangan, dan penyusutan pada suhu tinggi: kontraksi atau ekspansi
refraktori dapat berlangsung selama umur pakai. Perubahan yang permanen dalam ukurannya
dapat disebabkan oleh:
Perubahan dalam bentuk allotropic, yang dapat menyebabkan perubahan dalam specific
gravity
Reaksi kimia, yang menghasilkan bahan baru dari specific gravity yang berubah
Pembentukan fase cair
Reaksi sintering
Penggabungan debu dan terak atau karena adanya alkali pada refraktori semen tahan api,
membentuk basa alumina silikat. Hal ini biasanya teramati pada blast furnace.
Ekspansi panas dapat balik: Bahan apapun akan mengembang jika dipanaskan, akan menyusut
jika didinginkan. Pengembangan/ekspansi panas yang dapat balik merupakan cerminan
perubahan fase yang terjadi selama pemanasan dan pendinginan.
Konduktivitas panas: Konduktivitas panas tergantung pada komposisi kimia dan mineral dan
kandungan silika pada refraktori dan pada suhu penggunaan. Konduktivitas biasanya berubah
dengan naiknya suhu. Konduktivitas panas refraktori yang tinggi dikehendaki bila diperlukan
perpindahan panas yang melalui bata, sebagai contoh dalam recuperators, regenerators, muffles,
dll. Konduktivitas panas yang rendah dikehendaki untuk penghematan panas seperti refraktori
yang digunakan sebagai isolator. Isolasi tambahan dapat menghemat panas namun pada saat
yang sama akan meningkatkan suhu panas permukaan, sesampai diperlukan refraktori yang
berkualitas lebih baik. Oleh sebab itu, atap bagian luar dari tungku dengan perapian terbuka/
tungku open hearth biasanya tidak diisolasi, karena akan menyebabkan runtuhnya atap.
Refraktori yang ringan dengan konduktivitas panas yang rendah digunakan secara luas pada
tungku perlakuan panas suhu rendah, sebagai contoh dalam tungku jenis batch dimana kapasitas
panas struktur refraktori yang re ndah meminimalkan panas tersimpan selama siklus pemanasan
dan pendinginan. Refraktori untuk isolasi memiliki konduktivitas panas yang sangat rendah. Hal
ini biasanya dicapai dengan penjebakan sebagian besar udara kedalam struktur. Beberapa
contohnya adalah:
Bahan yang terjadi secara alami seperti asbes merupakan isolator yang baik namun bukan
merupakan satu-satunya refraktori yang baik.
Wool mineral yang tersedia yang memadukan sifat isolasi dengan resistansi yang baik
terhadap panas namun bahan ini tidak kaku
Batu bata berpori yang kaku pada suhu tinggi dan memiliki konduktivitas panas rendah.
UNEP 2006
Bagian 2.1.1 hingga 2.1.3 diambil (dengan mengedit) dari Efisiensi Energi pada Utilitas Panas, 2005 dengan ijin dari Biro
Efisiensi Energi, Kementrian Daya, India
UNEP 2006
UNEP 2006
UNEP 2006
Tungku
dengan
balok
berjalan
(Gambar 5)
Deskripsi
Ciri-ciri utamanya :
Tungku memiliki perapian padat, namun
dalam banyak hal pusher digunakan untuk
memuat dan mengeluarkan stok bahan yang
bergerak pada (rel) luncurdengan bantuan
air dingin.
Tungku-tungku ini biasanya memiliki
perapian yang miring mengarah ke ujung
pengeluaran dengan panjang 35 meter yang
terbagi menjadi lima zona pada tungku
dengan pembakaran dibagian puncaknya.
Pembakaran tungku oleh burners terletak
pada ujung pengeluaran tungku, atau pada
puncak dan/atau bagian bawah
Ujung pengeluaran tungku memiliki cerobong
dengan sebuah recuperator untuk
pemanfaatan kembali limbah panas.
Tungku ini beroperasi sebagai berikut:
Stok ditempatkan pada daerah stasioner
Balok yang berjalan dinaikkan dari bawah
untuk menaikan stok
Balok berjalan dengan stok bergerak maju
Balok berjalan direndahkan pada ujung
tungku untuk me letakkan stok pada daerah
stasioner
Stok dikeluarkan dari tungku dan balok
berjalan kembali ke jalan masuk tungku
Keuntungan
Biaya pemasangan dan perawatannya
rendah (dibanding dengan tungku
dengan perapian yang bergerak/
moving hearth furnace)
Keuntungan dari pembakaran pada
puncak dan bawah:
Pemanasan stok lebih cepat
Perbedaan suhu dalam stok
rendah
Waktu tinggal stok berkurang
Panjang tungku lebih pendek
(dibanding dengan tungku dengan
perapian padat)
UNEP 2006
Kerugian
Kehilangan energi pendinginan air dari
skid/ peluncur dan struktur penopang
stok pada tungku pembakar bagian
puncak dan bawah
Pengeluaran harus disertai dengan
pemasukan
Ukuran/berat stok dibatasi oleh gesekan/
friksi dan kemungkinan penumpukan
stok
Tungku memerlukan fasilitas untuk
mengosongkan keseluruhannya
Penurunan kualitas oleh (a) tanda fisik
oleh skid atau skid mark(b) perbedaan
suhu sepanjang stok yang disebabkan
oleh penopang berpendingin air pada
bagian puncak dan bawah tungku
pembakar
Kehilangan energi yang tinggi melalui
pendinginan air (dibanding dengan
tungku dengan perapian berjalan)
Kebanyakan tungku berada dibawah
mill; hal ini dapat mengakibatkan
hambatan untuk beberapa penggunaan.
Kadangkala bila mekanisme operasi
balok memerlukan pembakaran dari
samping, akan mengakibatkan
pemanasan stok yang tidak seragam
Jenis
Tungku
dengan
perapian
berjalan
(Gambar 6)
Deskripsi
Tungku ini dirancang sedemikian rupa sesampai
stok berhenti pada blok refraktori yang tetap, yang
meluas melalui pembukaan perapian. Stok
diangkut menuju ujung pembuangan pada tahaptahap yang berlainan oleh perapian berjalan,
sama halnya dengan tungku balok berjalan
Tungku
bogie
dengan
sirkulasi
ulang
kontinyu
(Gambar 7)
Tungku
dengan
perapian
berputar
(Gambar 8)
Keuntungan
Kesederhanaan rancangan
Kemudahan dalam pendirian
konstruksinya
Kemampuan dalam melayani
ukuran stok yang berlainan
(dalam batasan-batasan)
Kehilangan energi pendinginan
air dapat diabaikan
Dapat dikosongkan
Penandaan fisik stok minimal
UNEP 2006
Kerugian
Suhu yang melintas stok tidak
seragam sebab bagian bawah stok
tidak dapat dipanaskan dan ruangruang kecil diantara stok membatasi
pemanasan bagian sisi-sisinya.
Ruang-ruang besar diantara stok
dapat mengurangi sebagian
kekurangan ini. Namun hal ini dapat
meningkatkan waktu tinggal stok
sampai mencapai beberapa jam, yang
mempengaruhi fleksibilitas dan hasil
dari tungku
Stok dalam bogie harus mengalami
siklus pemanasan dan pendinginan
dan pemanasan lagi
Kehilangan panas tangki penyimpan
melalui pemanasan dan pendinginan
bogies
Penutup sil untuk celah diantara
bogies dan shell tungku yang tidak
mencukupi, kesulitan dalam
membuang kerak, dan kesulitasn
dalam pembakaran yang melintas
perapian yang sempit yang
disebabkan oleh bentuk tungku yang
panjang dan sempit
Rancangannya lebih rumit dengan
bentuk annular dan perapian yang
memutar
Kemungkinan masalah logistik
dalam tata letak beberapa rolling
mills dan penempaan disebabkan
dekatnya lokasi dengan posisi
pengisian dan pembuangan
10
UNEP 2006
11
UNEP 2006
12
Gambar 7. Tungku Bogie dengan Sirkulasi ulang yang Kontinyu (The Carbon Trust, 1993)
UNEP 2006
13
Refraktori dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya, pengguna akhir dan metoda
pembuatannya sebagaimana diperlihatkan dibawah ini.
Tabel 4. Klasifikasi Refraktori berdasarkan komposisi kimianya (Diambil dari Gilchrist)
Metoda klasifikasi
Contoh
Komposisi kimia
ASAM, yang siap bergabung Silika, Semisilika, Aluminosilikat
dengan basa
BASA, terutama yang
Magnesit, Khrom- magnesit, Magnesit-chromit, Dolomit
mengandung oksida logam
yang tahan terhadap basa
NETRAL, yang tidak
Batu bata tahan api, K hrom, Alumina Murni
bergabung dengan asam
ataupun basa
Khusus
Karbon, Silikon Karbid, Zirkon
Pengguna Akhir
Blast furnace casting pit
Metoda pembuatan
Proses kempa kering, fused cast, cetakan tangan, pembentukan
normal, ikatan dengan pembakaran atau secara kimiawi, tidak
dibentuk (monolitik, plastik, ramming mass, gunning castable,
penyemprotan)
49-53
50-80
60-70
40-44
35-40
26-36
Persentase
kandungan
lainnya
5-7
5-9
5-9
PCE o C
1745-1760
1690-1745
1640-1680
Bagian 2.2 diambil (dengan mengedit) dari Efisiensi Energi pada Utilitas Panas, 2005 dengan ijin dari Biro Efisiensi Energi,
Kementrian Daya, India.
UNEP 2006
14
65-80
60-70
18-30
23-33
3-8
6-10
1620-1680
1520-1595
UNEP 2006
15
UNEP 2006
16
. Bagian 2.3 diambil (dengan mengedit) dari Efisiensi Energi pada Utilitas Panas, 2005 dengan ijin dari Biro Efisiensi Energi,
Kementrian Daya, India.
UNEP 2006
17
Bulk
density
(kg/m3 )
1000
Kekuatan
remuk kondisi
dingin
(kg/cm2 )
270
52
1090
0,014
800
110
77
540
0,030
0,028
0,040
1500
1500-1600
1400
260
300
400
68
66
65
560
910
830
Jenis
Konduktivitas
Panas pada suhu
400 oC
Suhu aman
maksimum (o C)
Kualitas
Padatan
Diatomite
Kualitas
penyerapan
Diatomite
Tanah lempung
Alumina Tinggi
Silika
0,025
Tabel 7. Suhu operasi kontinyu yang direkomendasikan untuk serat-serat (BEE, 2005)
Al2O3
SiO2
ZrO2
o
1150 C
43 47 persen
53 57 persen
1250o C
1325o C
52 56 persen
33 35 persen
44 48 persen
47 50 persen
17 20 persen
Serat keramik biasanya dihasilkan dalam bentuk wool ukuran besar dan dijahitkan ke mantel
dengan masa jenis yang bervariasi berkisar dari 64 sampai190 kg/m3 . Produk-produk yang
diubah dan lebih dari 40 jenis berbeda dibuat dari mantel untuk memenuhi berbagai permintaan.
UNEP 2006
18
UNEP 2006
19
UNEP 2006
20
TUNGKU
FURNACE
Panas masuk
Kehilangan lain
Permukaan/dinding tungku
Gas buang
UNEP 2006
21
Kehilangan dari kadar air dalam bahan bakar: bahan bakar yang biasanya mengandung
kadar air dan panas digunakan untuk menguapkan kadar air dibagian dalam tungku.
Kehilangan dikarenakan hidrogen dalam bahan bakar yang mengakibatkan terjadinya
pembentukan air
Kehilangan melalui pembukaan dalam tungku: kehilangan radiasi terjadi bilamana terdapat
bukaan dalam penutup tungku dan kehilangan tersebut dapat menjadi cukup berarti terutama
untuk tungku yang beroperasi pada suhu diatas 540C. Kehilangan yang kedua adalah
melalui penyusupan udara sebab draft tungku/ cerobong menyebabkan tekanan negatif
dibagian dalam tungku, menarik udara melalui kebocoran atau retakan atau ketika pintu
tungku terbuka.
Kehilangan dinding tungku/permukaan, juga disebut kehilangan dinding: sementara suhu
dibagian dalam tungku cukup tinggi, panas dihantarkan melalui atap, lantai dan dinding dan
dipancarkan ke udara ambien begitu mencapai kulit atau permukaan tungku.
Kehilangan lainnya: terdapat beberapa cara lain dimana panas hilang dari tungku, walupun
menentukan jumlah tersebut seringkali sulit. Beberapa diantaranya adalah:
Kehilangan panas tersimpan: bila tungku mulai dinyalakan maka struktur dan isolasi
tungku juga dipanaskan, dan panas ini hanya akan meninggalkan struktur lagi jika tungku
dimatikan. Oleh karena itu kehilangan panas jenis ini akan meningkat dengan jumlah
waktu tungku dihidup-matikan.
Kehilangan selama penanganan bahan: peralatan yang digunakan untuk memindahkan
stok melalui tungku, seperti belt conveyor, balok berjalan, bogies, dll. juga menyerap
panas. Setiap kali peralatan meninggalkan tungku mereka akan kehilangan panasnya,
oleh karena itu kehilangan panas meningkat dengan sejumlah peralatan dan frekuensi
dimana mereka masuk dan keluar tungku
Kehilangan panas media pendingin: air dan udara digunakan untuk mendinginkan
peralatan, rolls, bantalan dan rolls, dan panas hilang karena media tersebut menyerap
panas.
Kehilangan dari pembakaran yang tidak sempurna: panas hilang jika pembakaran
berlangsung tidak sempurna sebab bahan bakar atau partikel yang tidak terbakar
menyerap panas akan tetapi panas ini tidak disimpan untuk digunakan
Kehilangan dikarenakan terjadinya pembentukan kerak.
Bagian 3.2 diambil (dengan mengedit) dari Efisiensi Energi pada Utilitas Panas, 2005 dengan ijin dari Biro Efisiensi Energi,
Kementrian Daya, India.
UNEP 2006
22
Lokasi pengukuran
Suhu billet
Intrumen yang
diperlukan
Termokopel Pt/Pt-Rh
dengan indikator dan
perekam
Termokopel Chromel
Alummel dengan
indikator
Hg dalam termomete r baja
Nilai yang
diperlukan
1200-1300o C
+0,1 mm of` Wc
5% O2
700o C maks.
300o C (maks)
Jumlah panas (Q) yang akan dipindahkan ke stok dapat dihitung dengan persamaan ini:
Q = m x C p (t1 t2)
Dimana, Q = Besarnya panas stok dalam kKal
m = Berat stok dalam kg
C p= Panas jenis stok rata-rata dalam kKal /kg o C
t1 = Suhu akhir stok dalam o C
t2 = Suhu stok mula- mula sebelum masuk tungku dalam o C
UNEP 2006
23
1340o C
750oC
40o C
190oC
0,92
400 liter /jam = 400 x 0,92 =368 kg/jam
10000 kKal/kg
12 persen
0,15 kg
0,1123 kg
14 kg
UNEP 2006
24
6000 kg/jam
0,12 kKal/kg/0C
460 mm
1mx1m
122 o C
80 oC
70,18 m2
12,6 m2
UNEP 2006
25
m x Cp x ? T x 100
GCV bahan bakar
Dimana,
m = berat gas buang (udara + bahan bakar) = 32,62 + 1,0 = 33,62 kg/kg minyak
C p = panas jenis
? T = perbedaan suhu
% Kehilangan panas = {33,62 x 0,24 x (750 40)} x 100 = 57,29%
10000
b) Kehilangan panas dari kadar air dalam bahan bakar
% Kehilangan panas dari kadar air dalam bahan bakar = M x {584 + Cp (Tf Tamb)} x 100
GCV bahan bakar
Dimana,
M = kg kadar air dalam 1 kg bahan bakar minyak
Tfg = Suhu gas buang, 0 C
Tamb = Suhu ambien, 0 C
GCV = Nilai Kalor Kotor bahan bakar, kKal/kg
% Kehilangan panas = 0,15 x {584 + 0,45 (750 40)} x 100 = 1,36%
10000
c) Kehilangan dikarenakan hidrogen dalam bahan bakar
% Kehilangan panas karena hidrogen dalam
9 x H2 x {584 + Cp (Tf Tamb)} x 100
bahan bakar =
GCV bahan bakar
Dimana,
H2 = kg H2 dalam1 kg bahan bakar minyak (= 0,1123 kg/kg bahan bakar minyak )
% Kehilangan panas = 9 x 0,1123 x {584 + 0,45 (750 40)} x 100 = 9,13%
10000
UNEP 2006
26
Faktor radiasi yang melewati bukaan dan radiasi black body dapat dicapai dari grafik standar
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 12 dan Gambar 13.
Faktor radiasi (mengacu ke Gambar 12) = 0,71
Radiasi black body pada1340 0 C (mengacu ke Gambar 13) = 36 kKal/kg/cm2/jam
Area bukaan adalah 100 cm x 100 cm = 10000 cm2
Emisivitas = 0,8
% Kehilangan panas dari bukaan tungku = 36 x 0,8 x 0,71 x 10000 x 100 = 5,56%
368 x 10000
UNEP 2006
27
Gambar 13. Radiasi Black Body pada Berbagai Suhu (BEE, 2005)
e) Kehilangan panas melalui kulit tungku
Untuk menentukan kehilangan panas yang melalui kulit tungku, pertama kehilangan panas
melalui atap dan sisi dinding dan melalui area lain harus dihitung secara terpisah.
i). Kehilangan panas melalui atap/langit-langit dan dinding (=zona pemanasan dan soaking):
Total suhu permukaan rata-rata
= 122oC
o
Kehilangan panas pada 122 C (Mengacu ke Gambar 14)
= 1252 kKal /m2 jam
Total area zona pemanasan + soaking
= 70,18 m2
Kehilangan panas melalui atap tungku = Kehilangan panas dari atap dan dinding
Luas atap dan dinding
Total kehilangan panas = 1252 kKal / m2 jam x 70,18 m2 = 87865 kKal/jam
ii) Kehilangan panas dari area selain zona pemanasan dan soaking
Total suhu permukaan rata-rata
= 80 oC
o
Kehilangan panas pada 80 C (Mengacu ke Gambar14)
= 740 kKal / m2 jam
Total area
= 12,6 m2
UNEP 2006
28
% Kehilangan panas melalui kulit (Kehilangan panas i + kehilangan panas ii) x 100
tungku = GCV minyak x Jumlah minyak per jam
% Kehilangan panas melalui kulit tungku = (87865 kKal/jam + 9324 kKal/jam) x 100 = 2,64%
10000 kKal/kg x 368 kg/jam
f) Kehilangan yang tidak terhitung
Kehilangan yang tidak terhitung tidak dapat dihitung kecuali jika kehilangan jenis lainnya
diketahui.
Efisiensi tungku
Dengan menjumlahkan kehilangan-kehilangan a sampai f memberikan kehilangan total:
a) Kehilangan gas buang
= 57,29 %
b) Kehilangan dikarenakan kadar air dalam bahan bakar = 1,36 %
c) Kehilangan dikarenakan H2 dalam bahan bakar
= 9,13 %
d) Kehilangan dikarenakan bukaan dalam tungku
= 5, 6 %
e) Kehilangan melalui kulit tungku
= 2,64 %
Total kehilangan
= 75,98 %
Efisiensi tungku d ihitung melelui metoda tidak langsung = 100 75,98 = 24,02%
UNEP 2006
29
Gambar 14. Kehilangan Panas dari Langit-langit, Dinding dan Perapian Tungku (BEE,
2005)
Bagian 4 diambil (dengan mengedit) dari Efisiensi Energi pada Utilitas Panas, 2005 dengan ijin dari Biro Efisiensi Energi,
Kementrian Daya, India
UNEP 2006
30
UNEP 2006
31
Bagian 3.3.3 sudah menjelaskan satu cara perhitungan kehilangan panas melalui bukaan. Namun
satu cara alternatif untuk menghitung kehilangan panas adalah dengan persamaan sebagai
berikut:
Dimana,
Q = kehilangan panas
T = suhu absolut (K)
a = faktor untuk radiasi total
A = Luas bukaan, m2
H = waktu (jam)
Contoh, sebuah tungku pemanas ulang dengan suhu 1340 oC, ketebalan dinding 460 mm (X) dan
ukuran pintu 1 meter tiggi kali 1 meter lebar. D/X = 1/0,460 = 0,71, dan dalam Gambar 12 nilai
ini berkesesuaian dengan faktor untuk total radiasi 0,71. Oleh karena itu kehilangan panas dari
bukaan adalah:
UNEP 2006
32
UNEP 2006
33
nyala.
Gas-gas panas disrikulasikan secara efisien disekitar permukaan bahan penerima panas
Stok tidak diletakkan dalam posisi berikut:
Dalam lintasan langsung ke burner atau dimana pergeseran nyala mungkin akan terjadi
Dalam area yang mungkin akan merintangi atau menghalangi sistim buangan tungku
Dekat ke berbagai pintu bukaan dimana kemungkinan akan berkembang titik -titik dingin
UNEP 2006
34
UNEP 2006
35
Dimana,
Q = Jumlah panas yang dilepas (kKal/jam)
a = faktor yang berkenaan dengan arah permukaan konveksi alami langit- langit = 2,8,
dinding sisi = 2,2, perapian = 1,5
UNEP 2006
36
UNEP 2006
37
UNEP 2006
38
Pantau O2 /CO2 /CO dan kendalikan udara berlebih sampai ke tingkat yang optimal
Pastikan bahwa ruang pembakaran tungku berada pada tekanan yang sedikit positif
6. LEMBAR KERJA
Tidak terdapat lembar kerja yang dikembangkan untuk tungku dan refraktori
7. REFERENSI
Bureau of Energy Efficiency, Ministry of Power, India. Energy Efficiency in Thermal Utilities.
2005
Department of Coal, Government of India. Coal and Industrial Furnaces. 1985
Petroleum Conservation Resource Association, Ministry of Petroleum, Government of India.
Fuel Economy in furnaces and Waste heat recovery. www.pcra.org
The Carbon Trust. Energy Efficiency Office, UK Government. Good Practice Guide 76
Continuous Steel Reheating Furnaces: Specification Design and Equipment. 1993.
www.thecarbontrust.co.uk/energy/pages/home.asp
Trinks, W. Industrial Furnaces (Vol-2). John Wiley and Sons Inc, New York, 1925
Gilchrist J. D. Fuels, Furnaces and Refractories, Pergamon Press, 1977
Vladimir B Ginzburg, Flat Rolling Fundamentals, provided by Marcel Dekker through the
Google Books Partner Program
William L Roberts, Hot Rolling of Steel, provided by Marcel Dekker through the Google Books
Partner Program
UNEP 2006
39
Hak cipta:
Hak cipta United Nations Environment Programme (year 2006)
Publikasi ini boleh digandakan secara keseluruhan atau sebagian dalam segala bentuk untuk pendidikan atau keperluan nonprofit tanpa ijin khusus dari pemegang hak cipta, harus mencantumkan sumber yang membuat. UNEP akan menghargai
pengiriman salinan dari setiap publikasi yang menggunaan publikasi ini sebagai sumber. Tidak diijinkan untuk menggunakan
publikasi ini untuk dijual belikan atau untuk keperluan komersial lainnya tanpa ijin khusus dari United Nations Environment
Programme.
Disclaimer:
This energy equipment module was prepared as part of the project "Greenhouse Gas Emission Reduction from Industry in Asia
and the Pacific" (GERIAP) by the National Productivity Council, India. While reasonable efforts have been made to ensure that
the contents of this publication are factually correct and properly referenced, UNEP does not accept responsibility for the
accuracy or completeness of the contents, and shall not be liable for any loss or damage that may be occasioned directly or
indirectly through the use of, or reliance on, the contents of this publication, including its translation into other languages than
English. This is the translated version from the chapter in English, and does not constitute an official United Nations publication.
Disclaimer:
Modul peralatan energi ini dibuat sebagai bagian dari proyek Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dari Industri di Asia dan
Pasifik/ Greenhouse Gas Emission Reduction from Industry in Asia and the Pacific (GERIAP) oleh Badan Produktivitas
Nasional, India. Sementara upaya-upaya masih dilakukan untuk menjamin bahwa isi dari publikasi ini didasarkan fakta-fakta
yang benar, UNEP tidak bertanggung-jawab terhadap ketepatan atau kelengkapan dari materi, dan tidak dapat dikenakan
sangsi terhadap setiap kehilangan atau kerusakan baik langsung maupun tidak langsung terhadap penggunaan atau
kepercayaan pada isi publikasi ini
UNEP 2006
40