Kti Ayu
Kti Ayu
Oleh:
WAHYU DWI ASTUTI
NIM : P 17433107157
Oleh:
WAHYU DWI ASTUTI
NIM : P 17433107157
ii
Daftar bacaan
Kata kunci
Klasifikasi
: 12 (1982-2009)
: kompos, serbuk gergaji, C/N ratio
: -
iii
Literatures
Keywords
Classification
: 12 (1982-2009)
: compost, sawdust, C/N ratio
: -
iv
Oleh:
WAHYU DWI ASTUTI
NIM : P 17433107157
vi
vii
BIODATA
Nama
Agama
Islam
Jenis Kelamin
Perempuan
Alamat
Riwayat pendidikan
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
ix
PERNYATAAN
NIM
: P 17433107157
: Pengaruh
Variasi
Pemberian
Serbuk
Usaha
Peternakan
Kabupaten
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah betulbetul hasil karya saya bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada unsur
penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul Pengaruh Variasi Pemberian Serbuk Gergaji Terhadap C/N
Ratio Kompos Kotoran Sapi di Unit Pelaksana Teknis Aneka Usaha
Peternakan Kabupaten Purbalingga Tahun 2010.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan
untuk mencapai derajat Ahli Madya Kesehatan Lingkungan.
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapat bantuan
baik materiil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
2. Bapak Marsum, BE, S.Pd, M.HP., selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
3. Bapak Sugeng Abdullah, SST, M.Si., selaku Ketua Program Studi DIII
Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
4. Bapak Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purbalingga yang
telah memberi izin penelitian Karya Tulis Ilmiah.
5. Bapak Budi Santoso, S.Sos., selaku Kepala Unit Pelaksanan Teknis Aneka
Usaha Peternakan Kabupaten Purbalingga.
xi
6. Bapak Hari Rudijanto IW, ST, M.Kes., selaku Pembimbing I Karya Tulis
Ilmiah yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran masukan.
7. Bapak Budi Triyantoro, ST, M.Kes., selaku Pembimbing II Karya Tulis
Ilmiah yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran masukan.
8. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
9. Bapak dan Ibu tercinta serta segenap keluarga yang senantiasa selalu
memberikan
dorongan,
dukungan,
dan
pengorbanan
serta
menjadi
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................
xii
xiv
xv
xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................
C. Tujuan ...................................................................................
D. Manfaat .................................................................................
11
13
17
18
18
H. Hipotesis ...............................................................................
19
xiii
20
22
23
23
24
25
26
27
28
BAB V. PEMBAHASAN
A. Pembahasan Umum ..............................................................
36
38
48
B. Saran .....................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
11
2.2
15
Organisme Phatogen
3.1
21
4.1
28
4.2
30
4.3
31
4.4
32
4.5
34
4.6
34
4.7
35
5.1
37
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
12
2.2
Kerangka Teori
18
3.1
21
4.1
29
4.2
30
4.3
31
4.4
32
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Prosedur Pemeriksaan pH
10
11
12
13
14
15
Foto Penelitian
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan terciptanya
kehidupan yang sejahtera lahir dan batin dalam suatu lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Pengelolaan sampah dengan paradigma yang sampai saat ini
dianut tidaklah kondusif untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar
1945 tersebut. Untuk dapat melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945
tersebut pengelolaan sampah harus melandaskan diri pada paradigma baru
yang memandang sampah sebagai sumber daya yang dapat memberikan
manfaat. Paradigma baru pengelolaan sampah ini membawa konsekuensi
harus dilakukannya pergeseran pendekatan dari pendekatan ujung-pipa ke
pendekatan sumber.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah
sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang
perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu
pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut,
dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah
dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah
berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas
rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.
potensi
untuk
meningkatkan
SDM
masyarakat
Kabupaten
kayu
terpecahkan
(http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/03/pengaruh_imbangan_kotoran_sapi_perah_dan_serb
uk_gergaji_terhadap_kualitas_kompos.pdf).
Unit
Pelaksana
Teknis
Aneka
Usaha
Peternakan
Kabupaten
B. Rumusan Masalah
1. Masalah
Adakah pengaruh variasi pemberian serbuk gergaji terhadap C/N
ratio kompos kotoran sapi di Unit Pelaksana Teknis Aneka Usaha
Peternakan Kabupaten Purbalingga Tahun 2010?
2. Sub Masalah
a. Berapa nilai C/N ratio kompos kotoran sapi dengan variasi pemberian
serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% dari kotoran sapi?
b. Berapakah prosentase pemberian serbuk gergaji yang paling baik
untuk mendapatkan nilai C/N ratio kompos kotoran sapi yang ideal?
c. Apakah ada perbedaan nilai C/N ratio kompos kotoran sapi terhadap
variasi pemberian serbuk gergaji?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pengaruh variasi pemberian serbuk gergaji
terhadap C/N ratio kompos kotoran sapi di Unit Pelaksana Teknis Aneka
Usaha Peternakan Kabupaten Purbalingga Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nilai C/N ratio kompos kotoran sapi dengan variasi
pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% dari kotoran
sapi.
b. Mengetahui prosentase pemberian serbuk gergaji yang paling baik
untuk mendapatkan nilai C/N ratio kompos kotoran sapi yang ideal.
c. Mengetahui perbedaan nilai C/N ratio kompos kotoran sapi terhadap
variasi pemberian serbuk gergaji.
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang pengolahan dan
pemanfaatan kompos dari kotoran ternak sapi sehingga diharapkan akan
timbul partisipasi aktif dari masyarakat dalam upaya pemanfaatan limbah
padat.
2. Bagi Pemerintah
Memberi informasi dan masukan kepada pemerintah tentang
pengolahan kompos secara baik dan efektif.
3. Bagi Almamater
Menambah informasi dan perbendaharaan kepustakaan bagi pihak
institusi dalam bidang persampahan.
4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pengolahan
kompos dari kotoran ternak sapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian-pengertian
1. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,
dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produkproduk yang tidak bergerak. (Wikipedia Indonesia, 2009).
2. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk
buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran. (KepMenKes No.1405
tahun 2002).
3. Kompos adalah hasil penguraian parsial/ tidak lengkap dari campuran
bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia Indonesia, 2009).
perah. Karena itu kotoran sapi potong perlu dicampur dengan bahan lain
yang mengandung karbon kering untuk membuat kompos, misalnya jerami
atau serbuk gergaji.
Kandungan zat hara kotoran sapi perah dipengaruhi oleh jumlah
dan kualitas hijauan, konsentrat, serta sisa rumput yang tidak dimakan. Hal
ini tentunya berbeda jika dibandingkan dengan kotoran sapi potong yang
hanya mengonsumsi rumput.
2. Kotoran ayam
Kualitas kompos kotoran ayam lebih banyak ditentukan oleh pakan
yang diberikan. Kualitas kotoran ayam petelur berbeda dengan ayam
potong dan ayam kampung. Selain itu, jika kotoran ayam banyak
tercampur dengan bulu atau gabah alas lantai, kualitasnya akan kurang
bagus.
3. Limbah ternak lainnya
Limbah lain yang berasal dari ternak adalah limbah rumah potong
dan industri pengolahan ikan. Limbah yang berasal dari rumah potong dan
industri pengolahan ikan biasanya berupa bagian tubuh yang tidak
dimanfaatkan, seperti jeroan, tulang, sisa daging, dan lemak. Bahan baku
ini berpotensi menghasilkan bau selama proses pengomposan karena
banyak mengandung air dan senyawa lainnya. Untuk itu, limbah ternak
perlu dicampur dengan bahan yang dapat menyerap air dan bau, seperti
jerami cacah dan serbuk gergaji.
10
4. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji cukup baik digunakan sebagai bahan baku kompos,
meskipun tidak seluruh komponennya dapat dirombak dengan sempurna.
Serbuk gergaji ada yang berasal dari kayu lunak dan ada pula dari kayu
keras. Kekerasan jenis kayu menentukan lamanya proses pengomposan
akibat kandungan lignin di dalamnya.
Kayu albasia merupakan kayu yang banyak digunakan dalam
industri perkayuan. Jenis kayu ini lunak dan berserat kayu panjang. Serbuk
gergaji dari kayu inilah yang banyak dimanfaatkan untuk membuat
kompos.
Kualitas serbuk gergaji tergantung pada macam kayu, asal daerah
penanaman, dan umur kayu. Pasalnya, semakin tua umur kayu, semakin
sedikit kandungan air dan zat haranya. Semakin halus ukuran partikel
serbuk gergaji, semakin baik daya serap air dan bau yang dimilikinya.
5. Jerami padi
Jerami padi biasanya mengandung sedikit air, tetapi banyak
memiliki
karbon.
Umumnya,
jerami
mudah
dirombak
dalam
11
C. Proses Pengomposan
Menurut Departemen Pertanian, Dirjen Peternakan (2009, h. 9),
pengomposan merupakan prose perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi
bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan terkendali
(terkontrol). Hasil akhir dari proses ini adalah humus (kompos) yang cukup
stabil untuk disimpan. Pengomposan dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme
termasuk bakteri, jamur, protozoa, cacing tanah, dan serangga. Populasi dari
semua
mikroorganisme
sangat
berfluktuasi
tergantung
dari
kondisi
pengomposan.
Tabel 2.1
ORGANISME YANG TERLIBAT DALAM PROSES PENGOMPOSAN
No
1.
Kelompok Organisme
Mikroflora
2.
3.
4.
Mikrofauna
Makroflora
Makrofauna
Organisme
Bakteri
Actinomycetes
Kapang
Protozoa
Jamur tingkat tinggi
Cacing tanah, rayap,
semut, kutu, dll.
Jumlah/g kompos
108-109
105-108
104106
104105
12
1. Aerob
Dalam sistem ini, kurang lebih unsur karbon (C) menguap
(menjadi CO2) dan sisanya bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel
hidup. Selama proses pengomposan aerob tidak timbul bau busuk. Selama
proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga
timbul panas akibat pelepasan energi. Kenaikkan temperatur dalam
timbunan bahan organik menghasilkan temperatur yang menguntungkan
mikroorganisme termofilik. Akan tetapi, apabila temperatur melampaui
65C 70C, kegiatan mikroorganisme akan menurun karena kematian
organisme akibat panas yang tinggi.
Gambar 2.1
PROSES UMUM PENGOMPOSAN LIMBAH PADAT ORGANIK
(dimodifikasi dari Rynk, 1992)
2. Anaerob
Penguraian bahan organik akan terjadi pada kondisi anaerob
(kelangkaan oksigen). Pertama kali, bakteri fakultatif penghasil asam
menguraikan bahan organik menjadi asam lemak, aldehida, dll. Kemudian
13
Dipo
Yuwono
(2009,
h.
25),
faktor-faktor
yang
kompos memiliki nilai C/N ratio antara 10:1 hingga 20:1. (Wikipedia
Indonesia, 2009)
2. Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos
secara aerobik berkisar pada pH netral (6 8,5), sesuai dengan pH yang
14
15
Organisme Phatogen
Salmonella typhosa
Salmonella sp.
3
4
Shigella sp.
Escerichia coli
5
6
7
8
Entamoeba hystolitica
Taenia saginata
Trichinella spiralis sp.
Brucella abortus
10
11
12
Corynebacterium diphtheriae
55
10
15-20
Sesaat setelah
pemanasan
45
13
14
Necator americanus
Ascaris lumbricoides (telur)
45
50
50
<1
16
17
E. Ciri-ciri Kompos
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut (Wikipedia
Indonesia, 2009):
1. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
2. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan yaitu 25oC,
3. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
4. Nisbah C/N sebesar 10:1 20:1,
18
F. Manfaat Kompos
Menurut Willyan Djaja (2008, h. 54) empat manfaat kompos untuk
tanah dan tanaman antara lain:
1. Memperkaya mikroba tanah,
2. Meningkatkan unsur hara tanah,
3. Memperbaiki struktur tanah, dan
4. Menyehatkan tanah dan tanaman.
G. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kompos:
1. C/N Rasio
2. pH
3. Suhu
4. Ukuran Partikel Sampah
5. Kelembaban Udara
6. Homogenitas Campuran
Sampah
7. Aerasi
Kotoran Sapi
Kompos
Ciri kompos:
1. Coklat tua hingga hitam
2. Suhu 25oC
3. C/N Ratoi 10:1 20:1
4. Tidak larut dalam air
5. Struktur remah
6. Tidak berbau
Gambar 2.2
KERANGKA TEORI
19
H. Hipotesis
Tidak ada pengaruh antara variasi pemberian serbuk gergaji terhadap
C/N ratio kompos kotoran sapi di Unit Pelaksana Teknis Aneka Usaha
Peternakan Kabupaten Purbalingga Tahun 2010.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Variabel Penelitian
1. Jenis variabel
a. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh dan menyebabkan
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah variasi pemberian serbuk gergaji.
b. Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah
karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah C/N ratio kompos kotoran sapi.
c. Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat, tetapi tidak diteliti sejauh mana pengaruhnya tersebut.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah cuaca.
d. Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat konstan sehingga tidak
akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel kontrol
penelitian ini adalah bahan kompos, bahan pengaktif, kelembaban,
suhu, dan pH.
20
21
Variabel kontrol
Variabel pengganggu
-
Cuaca
Bahan kompos
Bahan pengaktif
Kelembaban
Suhu
pH
Variabel terikat
C/N ratio kompos kotoran sapi
Gambar 3.1
STRUKTUR HUBUNGAN VARIABEL
3. Definisi operasional variabel
Tabel 3.1
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
No.
Variabel
1.
Variasi
pemberian
serbuk
gergaji
2.
C/N ratio
kompos
kotoran sapi
3.
Kelembaban
Definisi operasional
Cara ukur
Alat ukur
Timbangan
Penyulingan
dan titrimetri
Hygrometer
Satuan
Skala
data
Gram
Ratio
Ratio
%
Ratio
22
No.
Variabel
4.
Cuaca
5.
Suhu
6.
pH
7.
Bahan
kompos
8.
Bahan
pengaktif
B.
Definisi operasional
Kondisi atmosfer atau
keadaan
lingkungan
karena faktor alam,
missal cerah atau hujan.
Derajat
panas
dinginnya
dalam
celcius yang diukur
dengan
alat
thermometer alkohol.
Derajat keasaman dan
kebasaan dari bahan
kompos
di
dalam
keranjang
Bahan yang dipilih dari
bahan yang sama dalam
hal ini berupa kotoran
sapi yang diperoleh dari
peternak sapi setempat,
sebuk gergaji, bahan
pengaktif, abu jerami,
kapur bangunan.
Sejumlah
kultur
mikroorganisme
tertentu yang telah
dibiarkan dalam media
kaya protein sebagai
stater
pada
proses
pembuatan
kompos
yaitu Aplivator.
Cara ukur
Alat ukur
Observasi
Prakiraan
cuaca
Pengukuran
Thermometer
Pengukuran
pH Stick
Indicator
Skala
data
Satuan
Cerah,
berawan,
hujan,
mendung
C
Nominal
Ratio
-
Pengukuran
Timbangan
Kilo
gram
Ratio
Pengukuran
Timbangan
Kilo
gram
Ratio
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
Verifikasi
X1 O
X2 O
Interval
23
X3 O
X4 O
X5 O
Keterangan :
1.
X1, X2, X3, X4, dan X5 adalah kelompok dengan diberi perlakuan, yaitu
kompos kotoran sapi dengan variasi serbuk gergaji sebanyak 5%, 10%,
15%, 20%, dan 25%.
2.
C.
b. Pelaksanaan
c. Penyelesaian :
Juni 2010
2. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Aneka
Usaha Peternakan Kabupaten Purbalingga yang berada dibawah naungan
Dinas Peternakan Kabupaten Purbalingga.
D.
24
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah kotoran sapi sebanyak 10 kg,
dengan penambahan bahan baku kompos lain seperti serbuk gergaji
dengan variasi 5% (0,5 kg), 10% (1 kg), 15% (1,5 kg), 20% (2 kg), dan
25% (2,5 kg), kapur bangunan 2 kg, abu jerami 1 kg, dan bahan
pengaktif (aplivator) 0,025 kg. Peneliti melakukan replikasi sebanyak 2
kali untuk masing-masing variasi pemberian serbuk gergaji, sehingga
seluruhnya ada 10 perlakuan.
E.
Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data umum
Data umum dalam penelitian ini meliputi kondisi geografis
dan kondisi topografis di Unit Pelaksana Teknis Aneka Usaha
Peternakan Kabupaten Purbalingga.
b. Data khusus
Data khusus dalam penelitian ini meliputi suhu, pH,
kelembaban, C/N ratio, dan pengaruh variasi pemberian serbuk
gergaji.
2. Sumber data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi, pengukuran terhadap obyek di lokasi penelitian, dan hasil
pemeriksaan laboratorium.
25
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis Aneka Usaha
Peternakan Kabupaten Purbalingga.
3. Cara pengumpulan data
a. Pencatatan data.
b. Survei, persiapan, dilanjutkan dengan pemeriksaan dan pengukuran
di lokasi penelitian berupa pengukuran data khusus.
4. Instrumen yang digunakan
a. Thermometer
b. pH Stick Indikator
c. Alat tulis
F.
Pengolahan Data
1. Editing adalah pengecekan terhadap kemungkinan adanya kesalahan.
2. Coding adalah pemberian kode supaya proses pengolahan lebih
sederhana.
3. Saving adalah penyimpana data dapat berupa CD, flaskdisk, hardisk,
lembaran print out, dan manual.
4. Klasifikasi adalah metode untuk menyusun data secara sistematis atau
menurut beberapa aturan atau kaidah yang telah ditetapkan.
5. Tabulating adalah mengumpulkan data dan fakta yang sesuai dengan
cakupan bidang masing-masing menjadi suatu daftar atau tabel, sehingga
26
G.
Analisis Data
1. Univariate merupakan analisis dari satu variabel. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti.
2. Bivariate merupakan analisis dari dua kategori data atau tiga kategori
atau lebih dari dua variabel yang diteliti. Metode yang digunakan dalam
analisis ini yaitu uji Z-test dan t-test untuk antar dua kelompok
independen. Jika digunakan antar tiga atau lebih kelompok independen
menggunakan One Way Anova. Analisis data dilakukan dengan bantuan
software SPSS versi 17.00.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum
Kabupaten Purbalingga termasuk wilayah Propinsi Jawa Tengah
bagian barat daya dengan luas wilayah 77.764,122 Ha atau 777,64 km2 yang
meliputi 18 kecamatan dan 237 desa/ kelurahan. Kabupaten Purbalingga
merupakan daerah pertanian yang cukup subur, sebagai penghasil biji-bijian
terutama beras, disamping itu juga melimpah hasil pakan ternaknya. Oleh
karena itu Kabupaten Purbalingga merupakan wilayah yang sangat cocok
untuk mengembangkan komoditas ternak.
Unit Pelaksana Teknis Aneka Usaha Peternakan merupakan suatu
wadah yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga untuk
mengembangkan
peternakan
yang
mengarah
pada
agribisnis
dan
27
28
Negeri Sipil, 10 orang sebagai tenaga honorer, dan 10 orang sebagai tenaga
harian lepas.
B.
Gambaran Khusus
1. Suhu
Pengukuran suhu kompos dilakukan setiap hari selama proses
pengomposan. Data hasil pengukuran suhu untuk masing-masing variasi
pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
HASIL PENGUKURAN SUHU KOMPOS KOTORAN SAPI
DENGAN VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
Rata-rata Suhu (oC)
No
Minggu ke5%
10%
15%
20%
25%
1.
31,00
31,25
31,18
31,38
31,56
2.
II
31,68
31,81
31,81
31,93
32,25
3.
III
31,37
31,18
31,50
31,81
31,87
4.
IV
30,75
31,41
31,58
31,66
31,71
29
Suhu (oC)
33
32
5%
10%
15%
20%
31
30
1
Minggu Ke-
Gambar 4.1
Grafik Perubahan Suhu Kompos Kotoran Sapi dengan Variasi
Pemberian Serbuk Gergaji
2. pH
Pengukuran pH tumpukan kompos dilakukan setiap hari
bersamaan dengan pengukuran suhu. Data hasil pengukuran pH untuk
masing-masing variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%,
dan 25% dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
30
Tabel 4.2
HASIL PENGUKURAN pH KOMPOS KOTORAN SAPI DENGAN
VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
No
Minggu ke-
1.
Rata-rata pH
5%
10%
15%
20%
25%
8,43
8,31
8,37
8,56
8,56
2.
II
8,37
8,31
8,50
8,50
8,43
3.
III
8,37
8,37
8,37
8,18
8,18
4.
IV
8,08
8,08
8,25
7,75
7,83
pH
8.4
8.1
7.8
7.5
1
Minggu Ke-
Gambar 4.2
Grafik Perubahan pH Kompos Kotoran Sapi dengan Variasi Pemberian
Serbuk Gergaji
31
3. Kelembaban
Hasil pemeriksaan kelembaban kompos kotoran sapi dengan
variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
HASIL PENGUKURAN KELEMBABAN KOMPOS KOTORAN
SAPI DENGAN VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
No
Rata-rata Kelembaban
1.
5%
91,9
2.
10%
89,5
3.
15%
91,3
4.
20%
91,0
5.
25%
90,2
Kelembaban (%)
92
91
90
89
10%
15%
20%
25%
Gambar 4.3
Diagram Kelembaban Kompos Kotoran Sapi dengan Variasi
Pemberian Serbuk Gergaji
32
4. C/N Ratio
Pemeriksaan C/N ratio dilakukan setelah proses pengomposan
berakhir, yaitu selama 30 hari. Hasil pemeriksaan C/N ratio kompos
kotoran sapi dengan variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%,
20%, dan 25% dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
HASIL PEMERIKSAAN C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DENGAN VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
No
1.
5%
13:1
2.
3.
4.
5.
10%
15%
20%
25%
21:1
23:1
28:1
33:1
35
30
25
20
15
10
10%
15%
20%
25%
Gambar 4.4
Diagram Nilai C/N Ratio Kompos Kotoran Sapi dengan Variasi
Pemberian Serbuk Gergaji
33
34
Tabel 4.5
HASIL ANALISIS HOMOGENITAS
Levene Statistic
2E+015
df1
df2
Sig.
,000
7,527
4
,111
35
36
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Umum
Kabupaten Purbalingga mempunyai potensi untuk pengembangan
peternakan sebagai modal telah dimiliki seperti sumber daya lahan, sumber
daya ternak, sumber daya pakan ternak, dan sumber daya petani. Untuk
mengembangkan potensi tersebut perlu adanya peningkatan pemilikan modal
bagi masing-masing petani agar mereka dapat memiliki satu unit usaha
peternakan sebagai usaha pokok, karena selama ini dirasa kemauan bagi para
petani untuk mengembangkan usahanya banyak banyak yang terbentur
masalah permodalan.
Pengetahuan dan keterampilan bagi para petani ternak juga masih perlu
ditingkatkan terus karena pengembangan usaha peternakan yang rasional
untuk mengarah pada agrobisnis ini, jiwa kewirausahaannya masih perlu
ditumbuhkan dengan berbagai pendidikan atau latihan ketermpilan yang
dilaksanakan secara intensif sehingga akan timbul wirausaha-wirausaha yang
handal.
Kerjasama yang terpadu dari masing-masing intansi yang terkait
diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi masyarakat peternak sebagai
wirausaha yang mandiri yang tergabung dalam suatu kelompok ternak.
Kabupaten Purbalingga merancang suatu pola untuk mengembangkan
peternakan yang mengarah pada agribisnis dan agroindustri dengan
36
37
Pelaksana
Teknis
Aneka
Usaha
Peternakan
Kabupaten
Purbalingga didirikan pada tahun 2008 dibangun diatas tanah seluas 250 m 2
dengan luas tanah keseluruhan 1 Ha yang terletak di Desa Mipiran,
Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja di Unit Pelaksana Teknis Aneka
Usaha Peternakan Kabupaten Purbalingga menggunakan Peraturan Bupati
Purbalingga Nomor 67 Tahun 2008. Struktur organisasi di Unit Pelaksana
Teknis Aneka Usaha Peternakan Kabupaten Purbalingga terdiri dari Kepala
Unit Pelaksana Teknis Aneka Usaha Peternakan Kabupaten Purbalingga, Sub
Bagian Tata Usaha, Satgas Produksi Ternak, Satgas Pakan Ternak, Satgas
Pengolahan Limbah Ternak, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Tabel 5.1
DISTRIBUSI STATUS KEPEGAWAIAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS
ANEKA USAHA PETERNAKAN KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
No
1
2
3
Status Kepegawaian
Pegawai Negeri Sipil
Honorer
Harian Lepas
Total
Sumber :
Jumlah (orang)
8
10
10
28
38
B. Pembahasan Khusus
1. Suhu
Tahap awal pengomposan aerobik terjadi pada suhu 25 C 45 C,
mikroba yang bekerja pada tahap ini adalah bakteri mesofilik dan segera
diikuti oleh kenaikan suhu yang didiami oleh bakteri termofilik yaitu
antara 46 C 65 C yang merupakan suhu ideal untuk pengomposan.
(Dipo Yuwono, 2009, h. 25).
Awal pengomposan (minggu pertama) dalam penelitian ini didapat
rata-rata suhu dari tiap-tiap variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%,
15%, 20%, dan 25% dengan hasil berbeda-beda. Hasil pengukuran ratarata suhu kompos terendah terdapat pada variasi serbuk gergaji 5% yaitu
31oC dan suhu tertinggi terdapat pada variasi serbuk gergaji 25% yaitu
31,56oC.
Minggu kedua, rata-rata suhu yang diperoleh dari pemeriksaan
tiap-tiap variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%
hasil pengukuran suhu tertinggi terdapat pada variasi serbuk gergaji 25%
39
yaitu 32,25 C dan suhu terendah terdapat pada variasi serbuk gergaji 5%
yaitu 31,68 C.
Minggu ketiga, rata-rata suhu yang diperoleh dari pemeriksaan
tiap-tiap variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%
hasil pengukuran suhu tertinggi masih terdapat pada variasi serbuk gergaji
25% yaitu 31,87 C dan suhu terendah terdapat pada variasi serbuk gergaji
10% yaitu 31,18 C.
Minggu keempat, rata-rata suhu yang diperoleh dari pemeriksaan
tiap-tiap variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%
hasil pengukuran suhu tertinggi masih terdapat pada variasi serbuk gergaji
25% yaitu 31,71 C dan suhu terendah terdapat pada variasi serbuk gergaji
5% yaitu 30,75 C.
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen
dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu terjadi
pada minggu kedua yang berkisar antara 32 C 33oC. Suhu kemudian
turun kembali pada minggu ke-3 dan ke-4. Penurunan suhu ini belum
optimal dikarenakan oleh keterbatasan waktu penelitian yang hanya
mengambil waktu 30 hari. Menurut Rynk (1992), kompos dikatakan
matang jika suhunya hampir sama dengan suhu lingkungan yaitu 25 oC.
Pengaruh suhu terhadap C/N ratio kompos kotoran sapi pada
penelitian ini belum terlihat dikarenakan dari semua variasi serbuk gergaji,
suhu kompos cenderung sama, yaitu antara 30 C 31 oC.
40
41
Minggu kedua, rata-rata pH yang diperoleh dari pemeriksaan tiaptiap variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% hasil
pengukuran pH tertinggi terdapat pada variasi serbuk gergaji 15% dan
20% yaitu 8,50 dan pH terendah terdapat pada variasi serbuk gergaji 10%
yaitu 8,31.
Minggu ketiga, rata-rata pH yang diperoleh dari pemeriksaan tiaptiap variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% hasil
pengukuran pH tertinggi terdapat pada variasi serbuk gergaji 5%, 10%,
dan 15% yaitu 8,37 dan pH terendah terdapat pada variasi serbuk gergaji
20% dan 25% yaitu 8,18.
Minggu keempat, rata-rata pH yang diperoleh dari pemeriksaan
tiap-tiap variasi pemberian serbuk gergaji 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%
hasil pengukuran pH tertinggi terdapat pada variasi serbuk gergaji 15%
yaitu 8,25 dan pH terendah terdapat pada variasi serbuk gergaji 20% yaitu
7,75.
Kenaikan pH pada kompos ini terjadi sejak minggu pertama
sampai minggu kedua yaitu berkisar antara pH 8 9. Kemudian pH turun
sedikit demi sedikit pada minggu ketiga dan keempat. Kenaikan pH
diiringi pula dengan kenaikan suhu kompos, begitu juga dengan penurunan
pH diiringi dengan penurunan suhu yang terjadi pada minggu ketiga.
Pengaruh pH terhadap C/N ratio kompos pada penelitian ini
terlihat bahwa semakin banyak variasi pemberian serbuk gergji semakin
rendah pH dan nilai C/N ratio semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit
42
variasi pemberian serbuk gergaji semakin tinggi pH dan nilai C/N ratio
semakin kecil.
3. Kelembaban
Kelembaban kompos harus dijaga agar bakteri pengurai dapat
bekerja seoptimal mungkin, karena dalam proses pengomposan mikroba
membutuhkan keadaan lembab untuk kelangsungan hidup mikroorganisme
itu sendiri.
Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40% 60% dengan nilai
yang paling baik adalah 50%. Kelembaban yang optimum harus terus
dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal
sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila
kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga
terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan
terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat mengakibatkan
berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai. (Dipo Yuwono, 2009, h.
25).
Berdasarkan hasil pemeriksaan kelembaban kompos kotoran sapi
dengan variasi pemberian serbuk gergaji, diperoleh bahwa hasil
pemeriksaan kelembaban tertinggi ada pada variasi serbuk gergaji 5% dan
hasil terendah ada pada variasi serbuk gergaji 10% dan 25%.
Hasil pemeriksaan kelembaban tiap variasi serbuk gergaji dalam
penelitian ini berbeda-beda. Hal ini disebabkan banyak tidaknya variasi
43
44
kompos memiliki nilai C/N ratio antara 10:1 hingga 20:1. (Wikipedia
Indonesia, 2009).
Berdasarkan hasil pemeriksaan C/N ratio kompos kotoran sapi
diperoleh nilai C/N ratio tertinggi pada variasi pemberian serbuk gergaji
25%, yaitu 33:1. Nilai C/N ratio kompos kotoran sapi terkecil ada pada
variasi pemberian serbuk gergaji 5%, yaitu 13:1.
Hasil pemeriksaan C/N ratio kompos kotoran sapi yang ideal ada
pada variasi pemberian serbuk gergaji 5% yaitu 13:1.
5. Pembalikan dan Pengayakan
Pembalikan bahan kompos dilakukan dengan meletakkan lapisan
teratas bahan pada lapisan bawah dan meletakkan lapisan bawah pada
bagian atas, yaitu dengan cara sebagai berikut:
a. Bahan dikeluarkan dari bak pengomposan selapis demi selapis
kemudian diletakkan di luar bak pengomposan.
b. Setelah bahan dikeluarkan seluruhnya, mulailah bahan dimasukkan
kembali ke dalam bak pengomposan selapis demi selapis sambil diatur
supaya lapisan bahan yang semula berada paling atas akan berubah
posisi pada bagian paling bawah, dan sebaliknya.
Pengayakan bertujuan untuk mendapatkan kualitas kompos yang
baik, yaitu ukuran butiran kompos yang seragam. Pengayakan dilakukan
dengan bantuan alat pengayak (penyaring) yang sederhana. Ukuran lubang
penyaringan bervariasi. Semakin kecil ukuran lubang penyaring maka
45
kompos yang didapatkan semakin halus. Hal ini tergantung selera masingmasing penyaring.
6. Pengaruh Variasi Pemberian Serbuk Gergaji
Kotoran sapi umumnya banyak mengandung air sehingga perlu
dicampur dengan bahan lain yang mengandung karbon kering untuk
membuat kompos, misalnya jerami atau serbuk gergaji. Kompos yang
diperoleh dari hasil pengomposan bahan baku dengan volume seimbang
akan menghasilkan kompos dengan C/N ratio terendah. (Willyan Djaja,
2008, h. 12).
Berdasarkan hasil pemeriksaan C/N ratio kompos kotoran sapi
terhadap variasi pemberian serbuk gergaji, diperoleh hasil bahwa semakin
banyak variasi serbuk gergaji, semakin banyak pula nilai C/N ratio
kompos kotoran sapi. Sebaliknya, semakin sedikit variasi serbuk gergaji,
semakin kecil pula nilai C/N ratio kompos kotoran sapi. Oleh sebab itu
komposisi campuran serbuk gergaji dengan kotoran sapi yang ideal ada
pada variasi serbuk gergaji 5% dan 10%.
7. Analisis Statistik
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,111 lebih besar dari nilai yaitu
sebesar 5% atau 0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini diterima,
yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara variasi pemberian
serbuk gergaji terhadap C/N ratio kompos kotoran sapi di Unit Pelaksana
Teknis Aneka Usaha Peternakan Kabupaten Purbalingga Tahun 2010.
46
47
48
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Nilai C/N ratio kompos kotoran sapi dengan variasi pemberian serbuk
gergaji 5% (13:1), serbuk gergaji 10% (21:1), serbuk gergaji 15% (23:1),
serbuk gergaji 20% (28:1), dan serbuk gergaji 25% (33:1).
2. C/N ratio kompos kotoran sapi yang ideal ada pada serbuk gergaji 5%
yaitu 13:1.
3. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai signifikan 0,111>0,05,
sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara variasi pemberian
serbuk gergaji terhadap C/N ratio kompos kotoran sapi.
B.
Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk memperbanyak replikasi
dan konsentrasi dipersempit.
2. Diharapkan waktu untuk proses pengomposan diperpanjang agar
memperoleh hasil kompos yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Indriani, Yovita Hety. 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta : penebar
Swadaya
Nan Djuarnani, Kristian, dan Budi Susilo S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.
Jakarta : AgroMedia Pustaka
Tim Penulis PS. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta : penebar
Swadaya
Tri Cahyono. 2009. Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Karya Tulis
Ilmiah. Purwokerto : Politeknik Kesehatan Depkes Semarang Jurusan
Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Wikipedia
Bahasa
Indonesia,
Ensiklopedia
Bebas.
Kompos.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos (diakses tanggal 19 Oktober 2009,
pukul 16.45 WIB)
Willyan Djaja. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan
Sampah. Jakarta : AgroMedia Pustaka
LAMPIRAN 1
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
A. Alat :
1. Keranjang ukuran P:L:T=60:50:40 cm3 sebanyak 10 buah
2. Garu
3. Timbangan
4. Paralon dengan panjang 60 cm dan diameter 4 inci
5. Alat tulis
B. Bahan :
1. Kotoran Sapi
10 kg
2. Abu jerami
1 kg
3. Bahan pengaktif :
25 grm
4. Kapur bangunan :
2 kg
5. Serbuk gergaji
C. Cara Kerja :
1. Siapkan Keranjang sebanyak 10 buah.
2. Menimbang kotoran sapi sebanyak 10 kg untuk setiap keranjang.
3. Menimbang bahan campuran berupa serbuk gergaji sebanyak 0,5 kg; 1 kg;
1,5 kg; 2 kg; dan 2,5 kg.
4. Urutan bahan yang ditumpuk dari bawah yaitu:
a. Lapisan pertama kotoran sapi
LAMPIRAN 3
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
A. Alat :
1. Thermometer
2. Alat tulis
B. Bahan :
Kompos
C. Cara Kerja :
1. Ambil thermometer alkohol.
2. Masukkan ke dalam tumpukan kompos selama 5 menit dengan kedalaman
15 cm.
3. Catat suhu bahan kompos tersebut.
LAMPIRAN 4
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
Prosedur Pemeriksaan pH
(Sumber : Suparmin, 2003)
A. Metode pemeriksaan
Metode yang digunakan yaitu Colorimetri
B. Alat :
1. pH indikator universal
2. Standar warna universal
3. Alat tulis
C. Bahan :
Kompos
D. Cara Kerja :
1. Ambil satu buah pH indikator universal.
2. Masukkan setengah panjang stik tersebut ke dalam kompos.
3. Tunggu sampai basah sempurna ( 3 menit), kemudian ambil dan
cocokkan dengan standar warna universal.
4. Catat nilai pH pada standar warna universal yang paling cocok.
LAMPIRAN 5 hal. 1
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
A. Alat :
Organoleptik (telapak tangan)
B. Bahan :
Kompos
C. Cara Kerja :
1. Letakkan sedikit kompos ke telapak tangan.
2. Genggam dan diperas kompos yang ada di telapak tangan hingga bisa
dirasakan basah atau kering.
LAMPIRAN 5 hal. 2
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
A. Alat :
Hygrometer
B. Bahan :
Kompos
C. Cara Kerja :
1. Letakkan alat hygrometer di tempat yang akan diukur kelembabannya.
2. Tunggu beberapa menit dan catat skalanya.
LAMPIRAN 6
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
A. Metode Pemeriksaan:
Metode yang digunakan yaitu penyulingan dan titrimetri
B. Alat :
1. Labu erlenmeyer 300 ml
2. statip dan buret
C. Bahan :
1. Kompos 100 gram
2. Air murni
D. Pereaksi :
1. Asam fosfat 85 % pa.
2. Larutan standar fero sulfat 1 N. Dilarutkan 278 gram FeSO 4.7H2O dengan
750 ml air murni, lalu ditambahkan 15 ml H2SO4 pekat dalam labu ukur 1
liter. Diencerkan dengan air murni sampai tanda garis 1 liter. Larutan ini
distandarisasi dengan larutan standar KmnO4.
3. Indikator barium difenilamina sulfonat 0,16 %. Dilarutkan 1,6 gram
barium difenilamina sulfonat dalam 1 liter air murni.
E. Cara Kerja :
1. Timbang sampel kompos sebanyak 0,5 gram, masukkan ke dalam labu
erlenmeyer 300 ml.
2. Tambahkan 5 ml larutan K2Cr2O7 2 N dan digoyang sampai sampai
sampel terendam rata.
3. Tambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat, kocok dan biarkan selama 45 menit
sambil setiap 10 menit digoyang.
4. Buat 2 buah blanko tanpa sampel kompos lalu dikerjakan sama seperti
sampel untuk menstandarisasi larutan ferosulfat 1 N.
5. Encerkan dengan 150 ml air murni lalu tambahkan 10 ml asam fosfat
pekat dan setelah dingin ditambahkan beberapa tetes indikator barium
difenilamina sulfonat dan dititrasi dengan larutan ferosulfat 1 N.
6. Titrasi dilakukan sampai mendekati titik akhir warna keungu-ungan.
Setelah itu titrasi diperlambat sampai mencapai titik akhir pada perubahan
warna kehijauan.
7. Hitung dengan rumus:
% C Organik = 0,6 x (b-a) x N x 1,3 x FK
Dimana: a
N = kenormalan ferosulfat
1,3 = koreksi oksidasi bahan organik
FK = faktor koreksi kelembaban
LAMPIRAN 7
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
A. Metode Pemeriksaan:
Metode yang digunakan yaitu penyulingan dan titrimetri
B. Alat :
1. Alat Digestion Block, 40 lubang dengan pengatur
2. Tabung destruksi 75 ml dengan tanda garis pada 30 m
3. Alat penyulingan nitrogen
4. Labu didih
5. Labu erlenmeyer 300 ml
6. Statip dan buret
C. Bahan :
1. Kompos 100 gram
2. Air murni
D. Pereaksi :
1. Asam sulfat pekat pa.
2. Campuran selen. Dicampurkan 100 gram K2SO4 atau Na2SO4 anhidrous
dan 1 gram tepung selen, ditumbuk sampai halus dan homogen.
3. Larutan natrium hidroksida 30 %. Dilarutkan 800 gram hablur NaOH
teknis dalam piala gelas dengan 1 liter air murni. Setelah dingin
diencerkan sampai menjadi 2 liter.
E. Cara Kerja :
1. Timbang 0,6 gram sampel kompos yang akan diperiksa.
2. Masukkan sampel tersebut ke dalam destruksi. Tambahkan 0,5 gram
campuran selendan 3 ml H2SO4 pekat. Diaduk dan didestruksi diatas alat
Digestion Block.
3. Didestruksi mula-mula pada suhu 150 oC selama 30 menit. Setelah itu,
suhu dinaikkan sampai 350 oC dan destruksi dilanjutkan sampai larutan
destruksi jernih dan keluar uap putih.
4. Tabung destruksi diturunkan, setelah dingin ditambahkan air murni, kocok
lalu pindahkan ke dalam labu didih, tambahkan setengah sendok batu
didih lalu diencerkan dengan air murni sampai terisi 100ml.
5. Labu erlenmeyer 125 ml diisi 20 ml larutan asam borat 1 % dan 5 tetes
indikator campuran MM HBK dan dihubungkan dengan alat penyuling
sebagai penampung NH3 yang tersuling.
6. Sampel dalam labu didih ditambahkan 20 ml larutan NaOH 30% lalu
segera dihubungkan dengan alat penyuling dan dipanaskan untuk
menyuling NH3. penyulingan dihentikan setelah 25 ml cairan tersuling.
7. Labu erlenmeyer diturunkan, lalu pembakaran dihentikan dan NH3 yang
tertampung dititran dengan larutan standar H2SO4 0,05 N. Larutan standar
yang digunakan dicatat.
Dimana: a
LAMPIRAN 8 hal. 1
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
C/N Ratio
0,8 : 1
3:1
2:1
6 : 1 hingga 10 : 1
6:1
12 : 1 hingga 20 : 1
15 : 1
14 : 1
19 : 1
25: 1
40 : 1 hingga 125 : 1
50 : 1 hingga 70 : 1
100 : 1
500 : 1
50 : 1 hingga 200 : 1
200 : 1 hingga 400 : 1
150 : 1 hingga 200 : 1
10 : 1 hingga 40 : 1
50 : 1 hingga 60 : 1
11 : 1
11 : 1
15 : 1 hingga 20 : 1
15 : 1 hingga 60 : 1
15 : 1 hingga 17 : 1
10 : 1 hingga 12 : 1
7:1
20 : 1
10 : 1
25 : 1
LAMPIRAN 8 hal. 2
No
30
31
32
33
34
35
36
37
C/N Ratio
60 : 1 hingga 110 :1
20 : 1
21 : 1
100 : 1 hingga 130 : 1
35 : 1
12 : 1 hingga 25 : 1
60 : 1
15 : 1
LAMPIRAN 9
PENGARUH VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
TERHADAP C/N RATIO KOMPOS KOTORAN SAPI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
Dimana:
= Berat bahan A
= Berat bahan B
LAMPIRAN 10 hal. 1
HASIL PENGUKURAN SUHU KOMPOS KOTORAN SAPI DENGAN VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
Suhu (C)
Hari
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rep
I
31
31
30
31
31
32
32
30
31
31
32
32
33
33
32
31
5%
Rep RataII
Rata
31
31
31
31
31
30,5
31
31
31
31
31
31,5
31
31,5
31
30,5
32
31,5
32
31,5
31
31,5
32
32
32
31,5
33
33
33
31,5
31
31
Rep
I
31
31
31
31
32
32
32
31
32
32
32
33
33
32
32
31
10%
Rep
II
30
30
31
32
32
31
32
31
31
31
31
32
32
32
33
30
RataRata
30,5
30,5
31
31,5
32
31,5
32
31
31,5
31,5
31,5
32,5
32,5
32
32,5
30,5
Rep
I
31
30
31
31
32
32
32
30
31
31
31
32
33
33
32
31
15%
Rep RataII
Rata
31
31
31
30,5
31
31
32
31,5
32
32
31
31,5
32
32
30
30
31
31
32
31,5
31
31
32
32
32
32,5
33
33
33
32,5
31
31
Rep
I
31
31
31
32
32
31
32
30
31
31
31
32
33
33
33
31
20%
Rep
II
31
31
31
32
32
32
32
31
32
31
32
32
33
32
33
31
RataRata
31
31
31
32
32
31,5
32
30,5
31,5
31
31,5
32
33
32,5
33
31
Rep
I
31
31
31
31
32
32
32
31
31
31
32
32
33
33
33
32
25%
Rep
II
31
31
32
32
32
33
32
31
32
32
32
33
33
33
33
31
Suhu
Lingkungan
(C)
RataRata
31
33
31
30
31,5
31
31,5
31
32
31
32,5
30
32
32
31
30
31,5
28
31,5
32
32
30
32,5
29
33
28
33
28
33
29
31,5
30
LAMPIRAN 10 hal. 2
Suhu (C)
Hari
Ke17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rep
I
31
31
31
32
31
31
31
32
32
31
31
30
30
31
5%
Rep RataII
Rata
31
31
32
31,5
32
31,5
33
32,5
33
32
30
30,5
30
30,5
31
31,5
31
31,5
31
31
31
31
31
30,5
30
30
30
30,5
Rep
I
31
31
31
32
32
30
31
31
32
33
32
31
31
30
10%
Rep
II
31
31
31
31
32
31
32
31
32
32
32
31
31
30
RataRata
31
31
31
31,5
32
30,5
31,5
31
32
32,5
32
31
31
30
Rep
I
31
31
32
32
31
31
32
31
32
33
32
32
31
30
15%
Rep RataII
Rata
31
31
31
31
32
32
32
32
32
31,5
31
31
32
32
32
31,5
32
32
32
32,5
32
32
31
31,5
31
31
31
30,5
Rep
I
31
31
32
33
32
32
32
32
32
33
32
31
31
31
20%
Rep
II
31
32
32
31
32
31
23
32
32
32
32
32
31
31
RataRata
31
31,5
32
32
32
31,5
32,5
32
32
32,5
32
31,5
31
31
Rep
I
32
32
32
32
33
33
32
31
32
32
33
32
32
31
25%
Rep
II
31
31
32
31
32
32
33
33
32
33
32
31
31
32
Suhu
Lingkungan
(C)
RataRata
31
30
31,5
31
32
28
31
28
32,5
29
32,5
28
32,5
30
32
30
32
33
32,5
29
32,5
31
31
29
31
29
31,5
30
LAMPIRAN 11 hal. 1
HASIL PENGUKURAN RATA-RATA pH KOMPOS PADA PEMBUATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DENGAN
VARIASI PEMBERIAN SERBUK GERGAJI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS ANEKA USAHA PETERNAKAN
KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2010
pH
Hari
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rep
I
9
9
8
8
8
8
9
8
9
9
8
9
8
8
8
9
5%
Rep RataII
Rata
8
8,5
8
8,5
8
8
9
8,5
9
8,5
9
8,5
9
9
8
8
8
8,5
8
8,5
8
8
8
8,5
9
8,5
8
8
8
8
9
9
Rep
I
8
8
9
9
9
8
9
8
9
8
8
8
8
9
9
8
10%
Rep RataII
Rata
8
8
9
8,5
8
8,5
8
8,5
8
8,5
8
8
8
8,5
8
8
9
9
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8,5
9
9
8
8
Rep
I
8
8
9
8
8
8
9
8
8
8
8
8
9
9
9
8
15%
Rep RataII
Rata
9
8,5
8
8
9
9
9
8,5
8
8
8
8
8
8,5
9
8,5
9
8,5
9
8,5
8
8
8
8
8
8,5
9
9
9
9
9
8,5
Rep
I
9
9
8
8
8
9
9
8
8
8
9
9
9
8
9
8
20%
Rep
II
9
8
8
8
9
9
9
9
9
8
8
8
9
9
9
8
RataRata
9
8,5
8
8
8,5
9
9
8,5
8,5
8
8,5
8,5
9
8,5
9
8
Rep
I
8
8
9
9
9
8
8
9
9
8
9
9
8
8
8
8
25%
Rep
II
9
8
9
9
9
9
8
8
9
9
9
9
8
8
8
8
RataRata
8,5
8
9
9
9
8,5
8
8,5
9
8,5
9
9
8
8
8
8
LAMPIRAN 11 hal. 2
pH
Hari
Ke17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rep
I
9
9
9
8
8
8
8
8
8
8
9
8
8
8
5%
Rep RataII
Rata
8
8,5
8
8,5
9
9
9
8,5
9
8,5
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8,5
8
8
8
8
8
8
Rep
I
8
8
9
9
8
8
8
8
9
8
8
8
7
8
10%
Rep RataII
Rata
9
8,5
9
8,5
9
9
8
8,5
8
8
8
8
9
8,5
8
8
8
8,5
9
8,5
8
8
8
8
8
7,5
8
8
Rep
I
8
8
8
9
8
9
8
9
8
8
8
8
9
8
15%
Rep RataII
Rata
9
8,5
9
8,5
8
8
8
8,5
8
8
9
9
8
8
8
8,5
9
8,5
9
8,5
8
8
8
8
8
8,5
8
8
Rep
I
8
8
8
9
8
9
9
8
8
8
8
7
8
8
20%
Rep
II
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
7
RataRata
8
8
8
8,5
8
8,5
8,5
8
8
8
8
7,5
8
7,5
Rep
I
8
8
9
8
8
8
8
9
8
8
8
8
7
7
25%
Rep
II
8
8
8
8
8
9
8
8
9
8
8
8
8
7
RataRata
8
8
8,5
8
8
8,5
8
8,5
8,5
8
8
8
7,5
7
Lampiran 12.
Lampiran 14 hal. 1
Oneway
Des criptives
CN
N
5%
10%
15%
20%
25%
Total
2
2
2
2
2
10
Mean
13,0235
20,7590
22,8270
27,9520
33,2465
23,5616
Std. Deviation
1,06561
2,83267
4,24405
4,26244
4,03404
7,64962
Std. Error
,75350
2,00300
3,00100
3,01400
2,85250
2,41902
df 1
df 2
4
Sig.
,000
ANOVA
CN
Sum of
Squares
465,037
61,613
526,651
df
4
5
9
Mean Square
116,259
12,323
F
9,435
Sig.
,015
Minimum
12,27
18,76
19,83
24,94
30,39
12,27
Maximum
13,78
22,76
25,83
30,97
36,10
36,10
Tukey HSD
(I) gergaji
5%
10%
15%
20%
25%
Bonf erroni
5%
10%
15%
20%
25%
(J) gergaji
10%
15%
20%
25%
5%
15%
20%
25%
5%
10%
20%
25%
5%
10%
15%
25%
5%
10%
15%
20%
10%
15%
20%
25%
5%
15%
20%
25%
5%
10%
20%
25%
5%
10%
15%
25%
5%
10%
15%
20%
Mean
Dif f erence
(I-J)
Std. Error
-7,73550
3,51037
-9,80350
3,51037
-14,92850*
3,51037
-20,22300*
3,51037
7,73550
3,51037
-2,06800
3,51037
-7,19300
3,51037
-12,48750
3,51037
9,80350
3,51037
2,06800
3,51037
-5,12500
3,51037
-10,41950
3,51037
14,92850*
3,51037
7,19300
3,51037
5,12500
3,51037
-5,29450
3,51037
20,22300*
3,51037
12,48750
3,51037
10,41950
3,51037
5,29450
3,51037
-7,73550
3,51037
-9,80350
3,51037
-14,92850
3,51037
-20,22300*
3,51037
7,73550
3,51037
-2,06800
3,51037
-7,19300
3,51037
-12,48750
3,51037
9,80350
3,51037
2,06800
3,51037
-5,12500
3,51037
-10,41950
3,51037
14,92850
3,51037
7,19300
3,51037
5,12500
3,51037
-5,29450
3,51037
20,22300*
3,51037
12,48750
3,51037
10,41950
3,51037
5,29450
3,51037
*. The mean dif f erenc e is s ignif icant at the .05 lev el.
Sig.
,309
,168
,040
,012
,309
,971
,362
,077
,168
,971
,623
,140
,040
,362
,623
,598
,012
,077
,140
,598
,787
,383
,081
,022
,787
1,000
,958
,163
,383
1,000
1,000
,312
,081
,958
1,000
1,000
,022
,163
,312
1,000
Lampiran 14 hal. 2
Kruskal-Wallis Test
Ranks
CN
gergaji
5%
10%
15%
20%
25%
Total
N
2
2
2
2
2
10
Mean Rank
1,50
4,00
5,50
7,50
9,00
Tes t Statisticsa,b
Chi-Square
df
A sy mp. Sig.
CN
7,527
4
,111
Lampiran 14 hal. 3
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
5%
10%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
1,50
3,50
Sum of Ranks
3,00
7,00
Mann-Whitney U
Wilc oxon W
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Ex ac t Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,333
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
5%
15%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
1,50
3,50
CN
,000
3,000
-1,549
,121
,333
Sum of Ranks
3,00
7,00
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
5%
20%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
1,50
3,50
Sum of Ranks
3,00
7,00
Mann-Whitney U
Wilc oxon W
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Ex ac t Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,333
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
5%
25%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
1,50
3,50
CN
,000
3,000
-1,549
,121
,333
Sum of Ranks
3,00
7,00
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
10%
15%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
2,00
3,00
Sum of Ranks
4,00
6,00
Mann-Whitney U
Wilc oxon W
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Ex ac t Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,667
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
10%
20%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
1,50
3,50
CN
,000
3,000
-1,549
,121
,333
Sum of Ranks
3,00
7,00
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
10%
25%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
1,50
3,50
Sum of Ranks
3,00
7,00
Mann-Whitney U
Wilc oxon W
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Ex ac t Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,333
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
15%
20%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
2,00
3,00
CN
1,000
4,000
-,775
,439
,667
Sum of Ranks
4,00
6,00
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
15%
25%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
1,50
3,50
Sum of Ranks
3,00
7,00
Mann-Whitney U
Wilc oxon W
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Ex ac t Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,333
Mann-Whitney Test
Ranks
CN
gergaji
20%
25%
Total
N
2
2
4
Mean Rank
2,00
3,00
CN
1,000
4,000
-,775
,439
,667
Sum of Ranks
4,00
6,00
LAMPIRAN 15
FOTO PENELITIAN
Gambar 9. Pengukuran pH