DISUSUN OLEH :
FEBRIANA DEWI PURWANTI
2011.1346
ii
iii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN NYERI POST
OPERASI KOLOSTOMI HARI KE II DENGAN INDIKASI
KANKER KOLON DI RSUD Dr. MOEWARDI
Surakarta,
Juni 2014
iv
MOTTO
Seorang sahabat adalah orang yang menjawab,apabila kita memanggil dan sering
menjawab sebelum kita panggil.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa keengganan.
Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan kita
tak akan bisa dikembalikan seperti semula.
Janganlah larut dalam satu kesedihan karena masih ada hari esok yang menyongsong
dengan sejuta kebahagiaan
Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya.
PERSEMBAHAN
motivasi
menyemangatiku,
yang
baik
selalu
spiritual
motivasi
yang
membuat
semangat.
4. .. Teruntuk dosen pembimbingku Bu
Cemy dan Bu Yuli yang telah
memberiku semangat dan motivasi,
ide-idenya yang sabar membimbing
dalam menyelesaikan tugas akhir ini
vi
5. .. Buat
Someone
memberiku
terimakasih
semangat,
telah
waktu,
seperjuangan
2011
Muhammadiyah
kasih banyak.
vii
DIII
Keperawatan
STIKES
Surakarta
PKU
terima
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, innayah dan hidayahNya. Dialah yang sesungguhnya Maha
Pemberi Petunjuk, yang memberi kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam
berfikir untuk menyelesaikan penelitian ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpah
kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat, dan segenap
pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul Kajian Asuhan
Keperawatan pada Tn S dengan Nyeri Post Operasi Kolostomi Hari ke II dengan
Indikasi Kanker Kolon di RSUD Dr. Moewardi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini mengalami
banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat
teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih segala bantuan yang telah diberikan dan mohon maaf
atas segala kekhilafan kepada :
1. Weni Hastuti, S.Kp.,M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
2. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Progam Studi DIII
Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta sekaligus selaku dosen
pembimbing I, dengan sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ideidenya dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
3. Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing II, dengan sabar
dan bijaksana membantu dan meyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi,
merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Bapak dan Ibu
viii
Surakarta,
Juni 2014
Penulis
ix
ABSTRAK
ABSTRACT
A STUDY OF NURSING CARE FOR Tn S THE SECOND DAY OF POST COLOSTOMY SURGERY
TWINGE WITH INDICATION OF COLON CANCER AT dr. MOEWARDI HOSPITAL
Febriana Dewi Purwanti1, Yuli Widyastuti2, Cemy Nur Fitria 3
Background: World Health Organization (WHO), (of year 2003), within one year,
940,000 new cases of colon cancer are found with a death rate, reaching 500,000
patients throughout the world. From the data of Health Department of the Republic
of Indonesia (of year 1986), 1,8 % of incidence rate is found in 100,000 people. And
out of that number, those who are treated with the same treatment of the colon
cancer procedure, as much as 19 (11,7%) are indicated as hemilolectomy and
colostomy cases. Based on the data taken from RSUD Dr. Moewardi, it is obtained
that the number of patients who suffer from colon cancer with post- colostomy
surgery is 32 persons with 24 male patients, and 8 female patients. Based on the
above data, the researcher is interested in doing observation entitled A Study of
Nursing Care for the Second Day of Post-Colostomy Surgery Twinge with Indication
of Colon Cancer at Dr. Moewardi Hospital.
Objective: Carrying out observation of study of nursing care for twinge resulted
from post-colostomy surgery with indication of colon cancer on the second day.
Methods: This study of nursing care is conducted with descriptive method.
Results: Mr. S said that he had a twinge after a colostomy surgery done on June
12th, 2014. He had a piercing twinge right below his lower abdomen, and it reveals
and disappears upon moving with twinge (pain) scale of 5. The result of study for the
case of Mr. S shows that three (3) nursing diagnosis are found, namely; acute
twinge which results from the discontinuity of tissue that is caused by the surgical
incision, and from the intolerance of activity that derives from the deteriorating
physical condition, dermatological disorder which has something to do with the
surgical incision (stoma colostomy formation).
Conclusion: After 3 X 24 hour nursing treatment, the patient still feels the twinge, a
piercing twinge with twinge scale of 2 and he cannot afford doing his own activity,
without the assistance of his family members. Moreover, he still has a red, moist
stoma.
Keywords: colon cancer, post colostomy surgery, twinge
1. Student of Diploma 3 Program of Nursing Care of PKU Muhammadiyah
Surakarta
2. Lecturer of Nursing Care of Diploma 3 Program of PKU Muhammadiyah
Surakarta
3.
Lecturer of Nursing Care of Diploma 3 Program of PKU Muhammadiyah
Surakarta
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
ii
iii
iv
vi
viii
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
xi
xii
xiv
xv
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................
B. Tujuan ..........................................................................................
C. Manfaat ........................................................................................
26
55
56
56
57
D. Instrumen .....................................................................................
57
60
xii
64
B. Pembahasan ................................................................................
74
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................
88
B. Saran .............................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Pathway ...........................................................................................................
xiv
55
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Analisa Data ...................................................................................
70
71
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya makanan yang dicurigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan yang tinggi lemak terutama
hewan dari daging merah yang menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob
yang menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang digoreng
dan dipanggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker.
Resiko dari kanker kolon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga
menderita penyakit tersebut (Padila, 2012: 132). Kanker kolon adalah suatu
kanker yang berada di kolon. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan
karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.
Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolon (Padila,
2012: 129).
Menurut Sabiston (2013 : 36) Populasi umum, insiden kanker kolon mulai
meningkat secara bermakna setelah usia sampai 45 tahun dan meningkat tiap
dasawarsa setelah itu oleh faktor sekitar dua sampai mencapai puncaknya pada
usia 75 tahun. Resiko bagi pria dan wanita di atas usia 40 tahun dan bila kanker
kolon muncul sebelum usia 40 tahun, maka biasanya terjadi bersama sejumlah
faktor resiko lain, terutama familial. Di rumah sakit memorial sloan-cattering,
frekuensi pasien kanker kolorektum dengan kanker kolon sebelumnya 3,6% atau
serentak 1,9% sebesar 5,5%. Resiko tertinggi bagi kanker kolon kedua pada lesi
sekum. Disamping itu, resiko spesifik kanker kolon dalam keluarga pasien kanker
kolon, tiga kali lebih besar daripada populasi nornal. Jika anggota keluarga
menderita beberapa kanker kolon, maka mulainya kanker kolon dalam
keluarganya muncul 5 sampai 10 tahun lebih dini dibandingkan yang
diperkirakan.
Menurut Padila (2012 : 132) 152.000 orang di Amerika Serikat terdiagnosa
Kanker Kolon pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker ini
pada tahun yang sama. Sebagian besar klien pada kanker kolon mempunyai
frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kanker pada kolon kanan
biasanya terjadi pada wanita dan ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki.
Menurut Yusni (2008) World Health Organisation,WHO (2003) Dalam setahun
didapatkan sekitar 940.000 kasus baru dari kanker kolon dengan angka kematian
mencapai 500.000 pasien di seluruh dunia. Dari data Departemen Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 1986 didapatkan angka kejadian 1,8 setiap
penduduk 100.000 penduduk. Insidens karsinoma kolon dan rektum di indonesia
cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Insidens pria sebanding dengan
wanita, dan lebih banyak pada orang muda (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005: 658).
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Oemiati (2011)
penelitian yang pernah dilakukan, prevalensi kanker berdasarkan provinsi
menunjukkan bahwa ada 5 provinsi yang prevalensi kankernya melebihi
prevalensi kanker nasional (>5,03%), yaitu provinsi DIY sebesar 9,66%, Provinsi
Jawa Tengah sebesar 8,06%, provinsi DKI Jakarta sebesar 7,44%, Provinsi
Banten sebesar 6,35%, dan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 5,76%.
Menurut Sander (2012) data rawat inap RSUP Hasan Sadikin Bandung,
insidensi kanker di Indonesia secara umum adalah kanker kolon 1.635 kasus
(3,7%) (Sistem Informasi Rumh Sakit, 2008). Penderita kanker kolon dan rektum
di Poliklinik Bedah Digestif RSUP dari Januari tahun 2005 sampai Desember
2008, ada 163 sampel yang eligible, dimana yang berusia di bawah 40 tahun 19
(11,7%) dan di atas 55 tahun 61 (37,4 %). Penatalaksanaan yang sering dilakukan
untuk kanker kolon yaitu hemilolectomy dan kolostomi sebanyak 19 (11,7 %).
Prognosis didapatkan sembuh 90 (55,2%), tidak sembuh 24 (14,7%), tidak
kontrol 38 (23,3%), dan yang kontrol ditempat lain 2 (1,2%). Berdasarkan data
dari RSUD Dr. Moewardi didapatkan data pasien yang menderita penyakit
kanker kolon dengan post operasi kolostomi sebanyak 32 orang dengan pasien
laki-laki sebanyak 24 orang, sedangkan yang perempuan sebanyak 8 orang.
Menurut Padila (2012:139), pada kasus kanker kolon membuat insisi
dalam perut dan memeriksa rongga abdomen untuk menentukan letak reseksi dari
tumor tersebut. Bagian dari kolon dengan tumor adalah menghilangkan dan
terakhir membuka dua pada usus yang diirigasi sebelum hubungannya dengan
kolon. Jika hubungan ini tidak dapat dijalankan karena lokasi tumor atau kondisi
pada usus (contoh inflamasi) ahli bedah membuat kolostomi.
Operasi kolostomi dilakukan untuk berbagai penyakit dan kondisi.
Beberapa kolostomi dilakukan karena keganasan (kanker) suatu penyakit kanker
yang menyerang kolon, dimana terjadi pertumbuhan yang cepat, proresif dan
mematikan, dikarenakan penyakit ini penyebab kematian kedua (Padila,
2012:129). Kolostomi mulai berfungsi 2 sampai 4 hari setelah operasi. Ketika
B. Tujuan
1. Umum
Diperoleh
pengalaman
nyata
dalam
melaksanakan
asuhan
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan nyeri post operasi kolostomi dengan indikasi kanker kolon.
2. Bagi Profesi
Sebagai menambah pengetahuan teoritis maupun aplikatif bagi pofesi
perawat dalam asuhan keperawatan nyeri post operasi kolostomi dengan
indikasi kanker kolon.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan nyeri post
operasi kolostomi dengan indikasi kanker kolon dan mungkin bisa menjadi
salah satu acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Serat
otot
berbentuk
sirkular
memungkinkan
usus
membesar
dan
dan
longitudinal,
berkontraksi
melebar
yang
dan
Fungsi utama kolon adalah absorpsi air dan zat gizi, perlindungan
mukosa dinding usus dan eliminasi fekal. Kolon juga memberi fungsi
perlindungan karena kolon mensekresikan lendir. Lendir berperan untuk
melindungi dinding usus besar dari trauma akibat pembentukan asam di
dalam feses dan berperan sebagai pengikat untuk menyatukan material
fekal dan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri. Kolon berperan
untuk mengangkut produk pencernaan di sepanjang lumennya yang pada
akhirnya dieliminasi melalui saluran anus (Kozier, et al., 2011 : 812).
Tipe-tipe pergerakan di usus besar, haustral churning, peristaltik
kolon, dan peristaltik massa. Haustral churning untuk mencampur isi
usus, kerja tersebut membantu penyerapan air dan menggerakkan isi usus
ke depan menuju haustra berikutnya. Peristaltik adalah pergerakan
menyerupai gelombang yang dihasilkan oleh serat otot sirkular dan
longitudinal pada dinding usus, gerakan ini mendorong isi usus ke depan.
Peristaltik kolon sangat lambat dan sangat sedikit menggerakan kime di
sepanjang usus. Peristaltik massa, tipe ketiga dari pergerakan kolon,
melibatkan suatu gelombang kontraksi otot yang kuat sehingga
menggerakkan sebagian besar area kolon. Biasanya peristaltik massa
terjadi setelah makan, distimulasi oleh keberadaan makanan di dalam
lambung dan usus halus. Pada orang dewasa, gelombang peristaltik massa
hanya terjadi beberapa kali dalam sehari (Kozier, et al., 2011 : 812).
10
2. Pengertian
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Kanker
kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika serikat setelah kanker
paru-paru. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit
ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Pembedahan
adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolon (Padila, 2012 : 129).
3. Etiologi
Penyebab dari pada kanker kolon tidak diketahui. Diet dan
pengurangan waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang
meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh
Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi
kanker lainnya.
Makanan-makanan yang pasti dicurigai mengandung zat-zat kimia
yang menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga
mengurangi waktu peredaran pada perut yang mempercepat terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama hewan dari daging merah yang
menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob yang menyebabkan
timbulnya kanker di dalam usus besar.
Daging yang digoreng dan dipanggang juga dapat berisi zat-zat kimia
yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung
serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam
usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengandung sedikit
lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan.
11
Daging merah
b.
Lemak hewan
c.
Makanan berlemak
d.
e.
b.
c.
12
13
14
6. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan
pada lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :
a. Perforasi usus besar yang disebebkan peritonitis
b. Pembentukan abses
c. Pembentukkan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ
yang berada disekitarnya (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kateter (Padila, 2012 : 130).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Kanker kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat.
Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan agar melakukan deteksi dini melalui
pemeriksaan darah dalam tinja dan kolonoskopi. Sebaiknya, deteksi dini
dilakukan sejak usia 40 tahun bagi orang yang memiliki riwayat ketiga jenis
kanker tersebut dalam keluarganya. Apalagi bagi orang yang telah mengalami
gejala-gejala, seperti perdarahan saat buag air besar dan tertutupnya jalan
usus atau penyumbatan. Maka, deteksi dini kanker kolon melalui tahapan
berikut :
a. Pemeriksaan colok dubur. Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui adanya
kelainan pada prostat.
15
16
metastase.
Sebagai
ukuran
nyeri,
terapi
radiasi
17
dapat
bersifat
temporer
atau
permanen.
18
dari
kolon
sigmoid.
Letak
ostomi
19
waktu
pemakaian
konsistensi
feses,
ostomi
juga
membantu
terutama
pada
kolostomi
colostomy,
biasanya
dilakukan
dalam
kondisi
kedaruratan medis
(2) End colostomy, terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari
ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran
gastrointestinal dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut
kantong Hartmann) dan dibiarkan di dalam rongga
abdomen. End colostomy merupakan hasil terapi bedah pada
kanker kolorektal.
(3) Double-barrel colostomy, terdiri dari dua stoma yang
berbeda; stoma proksimal dan stoma distal (Potter dan
Perry, 2006 : 1748).
20
Hemoragi
g) Ostomi
21
h) Prolaps
i)
Striktur
j)
Retraksi
22
23
24
25
mengirigasi
ostomi
mereka.
Kualitas
otot
kolon
mengenakan
kantong
stoma
terus-menerus,
walaupun
26
27
2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera,
persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikininn, prostaglandin
dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan jaringan
akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal,
listrik, atau mekanis.
Selanjutnya,
stimulasi
yang
diterima
oleh
reseptor
tersebut
28
29
30
4. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau
dapat mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold).
Menurut Alimul (2006 : 216,217) terdapat beberapa jenis stimulus
nyeri, diantaranya: Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah
akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
a. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
b. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
c. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria
yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
d. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang
mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Perawat mempertimbangkan
semua faktor yang mempengaruhi klien yng merasakan nyeri. Hal ini sangat
penting dalam upaya untuk memastikan bahwa perawat menggunakan
pendekatan yang holistik dalam pengkajian dan perawatan klien yang
menglami nyeri.
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia.
31
b. Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berespons terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri (Potter dan Perry, 2006 : 1511).
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya adalah :
1) Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan
merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan,
dan pengalaman.
2) Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini
dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3) Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obatobatan
hipnotis,
gesekan
atau
garukan,
pengalihan
perhatian,
32
33
34
klien pada kejadian lain; (2) keadaan kesadaran klien, (3) tingkat
aktivitas, dan (4) harapan klien.
Skala nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut:
0
tidak nyeri
1-3
nyeri ringan
4-6
nyeri sedang
7-9
10 =
0
Tidak
nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
6
Nyeri
sedang
8
Nyeri
sangat berat
10
Nyeri terburuk
yang pernah
dialami
tidak nyeri
1 =
nyeri ringan
2 =
nyeri sedang
35
3 =
4 =
5 =
nyeri hebat
7. Manajemen Nyeri
a. Strategi kesehatan holistik menjadi intervensi yang penting untuk
mempertahankan kesejahteraan individu. Kesehatan holistik merupakan
suatu kelangsungan kondisi kesejahteraan yang melibatkan upaya
merawat diri secara fisik, upaya mengekspresikan emosi dengan benar
dan efektif dan upaya untuk menggunakan pikiran dengan konstruktif,
upaya untuk secara kreatif terlibat dengan orang lain dan upaya untuk
memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
1) Sentuhan terapeutik
Pendekatan ini menyatakan bahwa individu yang sehat, terdapat
ekuilibrium antara aliran energi didalam dan diluar tubuh. Sentuhan
terapeutik meliputi penggunaan tangan untuk secara sadar melakukan
36
37
relaksasi
progresif
meliputi
kombinasi
latihan
diafragma,
sehingga
memungkinkan
abdomen
38
39
peristiwa
yang
menyakitkan.
Pengetahuan
tentang
nyeri
40
41
42
apapun,
perawat
menginstruksikan
klien
untuk
43
obat,
cemas
akan
melakukan
kesalahan
dalam
44
NSAID
diyakini
bekerja
menghambat
sintesis
45
depresi dan mual. Agens tersebut diberikan dalam bentuk tunggal atau
disertai analgesik. Sedative seringkali diresepkan untuk penderita
nyeri kronik. Obat-obatan ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan
kerusakan koordinasi, keputusan, dan kewaspadaan mental.
Analgesik narkotik, apabila diberikan secara oral atau injeksi,
bekerja pada pusat otak yang lebih tinggi dan medulla spinallis
melalui ikatan dengan reseptor opiat untuk memodifikasi persepsi
nyeri dan reaksi terhadap nyeri. Morfin sulfat merupakan devirat
opium dan memiliki karakteristik efek analgesik sebagai berikut:
a) Meningkatkan ambang nyeri, sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
b) Mengurangi
kecemasan
dan
ketakutan,
yang
merupakan
46
47
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah
adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,
kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
PQRST.
1) P (Pemicu), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya
nyeri
2) Q (quality), dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat.
3) R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri.
4) S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri
5) T (time), adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.(Alimul,
2006 : 218).
Pengkajian
nyeri
yang
akurat
sangat
penting
untuk
48
Deliver/Berikan
intervensi
secara
terjadwal,
logis,
dan
terkoordinasi.
5) E: Empower/Dayagunakan klien dan keluarga mereka
Enable/mampukan mereka mengontrol pengobatan sejauh yang
dapat lakukan.
Menurut Inayah (2000) pengkajian pada pasien post operasi
kolostomi :
1) Observasi / temuan
a) Tipe ostomi
(1) Ileostomi : biasanya permanen
49
Diagnosa Keperawatan
Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat untuk klien yang
mengalami nyeri dilakukan berdasarkan pengumpulan data dan analisis
data yang cermat (Potter dan Perry , 2006 : 1524).
Menurut Herdman (2012) terdapat diagnosa keperawatan yaitu:
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalan masuk organisme
ke dalam tubuh
50
51
2)
Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
adanya
jalan
masuk
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
insisi
operasi,
pembentukan stoma.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
integritas kulit kembali utuh dengan kriteria hasil :
a) Integritas kulit membaik
52
53
Intervensi :
a) Jelaskan batasan aktivitas klien sesuai kondisi
b) Tingkatkan aktivitas secara bertahap
c) Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal sehari-hari
d) Motivasi peningkatan aktivitas dan beri penghargaan pada
kemajuan yang dicapai
e) Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat/ tidak boleh
dilakukan klien, kalau perlu libatkan keluarga (Nugroho, 2011:
111)
5)
ketrampilan
koping
positif
dalam
54
55
C. Pathway/Kerangka Teori
Faktor Pencetus
Kurang
Pengetahuan
Stadium I
Stadium II
Jinak
Asendens
Neoplasi
Stadium III
Ganas Ca
Kolonoskopi
bedah
kemoterapi,
radiologi
(Diare, Malaise)
Penumpukan di
Kompensasi
Meransang saraf
Sigmoid dan
rectum (konstipasi,
feses terdapat
darah nyeri pada
bagian bawah
panggul)
Rawat luka,
penkes efek
kemoterapi
Aliran balik vena
Obstruksi
Desendens
(Konstipasi feses
berbentuk)
Nyeri
Cemas
Feses Tetap
Distensi
Vasodilatasi
Perut
Nyeri
Kerja
Nyeri
Gas
Konstipasi
Kembung
Hemoroid
Tekanan
Pecah
BAB bercampur
darah
Resiko defisit
volume cairan
Diit
serat, pencahar
minum
Kolostomi
Resiko Infeksi
Kerusakan integritas
kulit
Nyeri
56
BAB III
METODE STUDI KASUS
dengan
keadaan
kasus
itu
sendiri,
faktor-faktor
yang
56
57
D. Instrumen
Instrumen
merupakan
alat
atau
fasilitas
yang digunakan
untuk
: Tidak nyeri
1-3
: Nyeri ringan
4-6
: Nyeri Sedang
7-9
58
10
4. Buku tulis
5. Alat tulis
6. Nursing Kit
7. Status dan catatan pasien
8. Menurut Nursalam (2008: 44,55-57) format pengkajian:
a. Data umum
1) Biodata: Identitas pasien dan identitas penangggungjawab
2) Alasan masuk rumah sakit
3) Keluhan utama
4) Riwayat penyakit sekarang
5) Riwayat penyakit dahulu
6) Riwayat penyakit keluarga
b. Pola fungsi Kesehatan (Gordon,1982 dikutib Asih,1994) : 11 Pola yaitu :
1) Persepsi kesehatan: pola penatalaksanaan kesehatan
2) Nutrisi: pola metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Akivitas: pola latihan
5) Tidur: pola istirahat
6) Kognitif: pola perseptual
Pengkajian (P,Q,R,S,T)
7) Persepsi diri: pola konsep diri
8) Peran: pola hubungan
59
60
61
2) Palpasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada
bagian tubuh yang mengalami gangguan (Dermawan, 2012). Pada kasus
ini dilakukan untuk memeriksa apakah ada nyeri tekan.
3) Perkusi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk jari
telunjuk atau refleks hammer pada bagian tubuh tertentu (Dermawan,
2012). Pada kasus ini pemeriksaan dilakukan pada pasien gangguan
nyeri post operasi kolostomi dengan indikasi kanker kolon untuk
mengetahui apakah masih ada nyeri.
4) Auskultasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
bunyi pada bagian tubuh tertentu (Dermawan, 2012). Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendeteksi frekuensi jantung.
b. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien, keluarga pasien,
masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien.
Data yang dapat diambil antara lain identitas pasien, keluhan, riwayat
sosial, riwayat kesehatan yang lalu (Dermawan, 2012).
Pada kasus ini wawancara atau tanya jawab dengan pasien atau
perawat dengan menggunakan format asuhan keperawatan pada pasien
gangguan nyeri post operasi kolostomi dengan indikasi kanker kolon.
62
c. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati subyek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang
berhubungan dengan kasus yang akan diambil guna memperoleh data
penunjang yang dibutuhkan (Notoatmodjo, 2010).
Pada kasus ini peneliti memperoleh data objektif yaitu melakukan
pengamatan
langsung
pada
klien
untuk
mengetahui
keadaan
63
Studi kepustakaan ini diambil telah sesuai dengan teori pada kasus
gangguan nyeri post operasi kolostomi dengan indikasi kanker kolon.
Bahan pustaka dalam kasus ini penulis mengambil buku-buku yang
berhubungan dengan gangguan nyeri post operasi kolostomi dengan
indikasi kanker kolon.
64
BAB IV
RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Resume Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Juni 2014 pukul 08.00 WIB di
Bangsal Mawar 2.
a. Identitas
Identitas pasien : nama Tn S, umur 46 tahun, jenis kelamin Lakilaki, alamat : Sirnoboyo 05/01 Pacitan, Jawa Timur, pendidikan SMA,
pekerjaan swasta, agama Islam, tanggal masuk rumah sakit 9 Juni 2014
pukul 14.30 WIB, nomor rekam medis: 01256918, diagnosa medis: post
operasi kolostomi hari ke-2 indikasi kanker kolon.
Identitas penanggung jawab: nama Ny M, umur 37 tahun, jenis
kelamin Perempuan, alamat: Sirnoboyo 05/01 Pacitan, Jawa Timur,
pendidikan SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, agama islam ,
hubungan dengan pasien: istri.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri post operasi kolostomi tanggal 12 Juni
2014, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada bagian perut bawah dan
hilang timbul saat bergerak, skala nyeri 5.
65
c. Riwayat keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan 3 bulan yang lalu mengeluh nyeri
perut bagian bawah , BAB sakit dan cair, nafsu makan berkurang
kemudian di bawa ke RSUD Pacitan tanggal 9 Juni 2014 karena di
RSUD Pacitan tidak ada alat pemeriksaan colonoscopy, kemudian
dirujuk ke RSUD Dr Moewardi dan dibawa ke IGD pukul 14.30
WIB dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, BAB sakit, nafsu
makan berkurang dan dilakukan pemeriksaan colonoscopy dengan
hasil pemeriksaan adanya kanker kolon kemudian di bawa ke
bangsal Mawar 2 pukul 19.00 WIB dan dilakukan operasi pada
tanggal 11 juni 2014.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUD
Pacitan 5 bulan yang lalu dengan keluhan BAB cair 5x/hari
serta mual muntah.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mempunyai
penyakit yang sama seperti pasien dan keluarga tidak ada penyakit
yang menurun maupun menular.
d. Pola Fungsional
Pola persepsi dan manajemen kesehatan: pasien dan keluarga
beranggapan bahwa kesehatan itu sangat penting, dikeluarga pasien
66
Total: 13
Keterangan:
0 : mandiri
1 : bantuan alat minimal
67
hubungan:
pasien
mengatakan
hubungan
pasien
dengan
laki-laki
dan
tidak
mengalami
gangguan
pada
alat
68
kepada istri dan anaknya apabila memiki masalah. Pola nilai dan
Kepercayaan : pasien beragama islam.
Pemeriksaan fisik pada tanggal 12 Juni 2014 pukul 09.00 WIB
didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran: composmentis. Tanda
tanda vital: tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 82 kali permenit, suhu:
36,1C, pernapasan: 24 kali permenit. Kepala: bentuk kepala
mesocephal. Rambut: berwarna hitam dan pendek, kulit kepala bersih,
tidak ada lesi. Mata: konjungtiva anemis, sklera anikterik, dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung bentuk simetris, bersih,
tidak ada sekret, tidak ada polip dan tidak menggunakan alat bantu
pernafasan.Telinga: simetris, bersih, tidak ada lesi dan benjolan, tidak
ada serumen, pendengaran berfungsi baik. Mulut: mukosa bibir lembab,
gigi kuning, tidak ada stomatitis. Leher: tidak ada benjolan dan lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Pemeriksaan fisik Thorak: Jantung; inspeksi; iktus kordis tidak
tampak, palpasi; iktus kordis tidak kuat angkat, perkusi jantung pekak,
auskultasi;
bunyi
jantung
dan
II
reguler.
Paru:
inspeksi;
pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi; fremitus raba kanan
sama dengan kiri,perkusi; sonor, auskultasi; vesikuler. Abdomen:
inspeksi; ada lubang kolostomi dengan ketinggian stoma 2-3 cm , stoma
yang berwarna merah muda-kemerahan dan tidak ada pembesaran
abdomen, Auskultasi; peristaltik usus 11x/menit, Palpasi; ada nyeri
tekan perut bagian kanan bawah di kuadran 4, Perkusi; pekak.
69
Genetalia: bersih, tidak terpasang DC, BAK 5-6 kali per hari
menggunakan pispot. Ekstremitas atas: Tangan kiri; terpasang infuse
RL 20 tetes per menit, tidak ada oedem, bisa digerakkan, Tangan kanan;
tidak ada lesi, dapat bergerak bebas dan dapat berfungsi dengan baik.
Ekstremitas bawah: Kaki kanan; tidak ada oedem, tidak ada lesi, dapat
digerakkan, Kaki kiri; tidak ada oedem, dapat digerakkan, tidak ada
lesi. Kulit: sawo matang, turgor kulit buruk.
Pemeriksaan penunjang tanggal 9 Juni 2014 didapatkan data
laboratorium hematologi: hemoglobin 9,4 gr/dl, hematokrit 27 %,
leukosit 19,2 ribu/ul, trombosit 69 ribu/ul, eritrosit 3,46 juta/ul, HbSAg
Negatif. Kimia klinik: albumin 2,2 gr/dl. Elektrolit: natrium darah 119
mmol/L, kalium darah 3,6 mmol/L, chlorida darah 89 mmol/L. Tanggal
03 Juni 2014 pukul 11.50 pemeriksaan serologi: tumor marker; CEA
3,64 ng/ml. Terapi tanggal 12 Juni 2014: infuse RL 20 tetes per menit,
ketorolax 30 mg/8 jam, ranitidine 50 mg/8 jam, metamizole 1 gr/8 jam,
Asam tranexsamat 500 mg/8 jam, Vitamin K 1 gr/24 jam.
Data Fokus yang diperoleh setelah dilakukan pengkajian, meliputi
data subyektif: Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi
kolostomi, provokatif (penyebab): pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah karena post operasi kolostomi, qualitas/quantitas: pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, Skala: Skala nyeri 5, time
(waktu/lama): pasien mengatakan nyeri muncul hilang timbul saat
bergerak, pasien mengatakan lemas dan pucat, pasien mengatakan
70
Data Fokus
: Pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah
P : Pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah karena
post operasi kolostomi
Q : Pasien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri muncul hilang timbul
DO : Pasien tampak meringis, dan menahan
kesakitan
TD : 110/70 mmHg
N
: 82 x/menit
RR : 24 x/menit
S
: 36C
DS : Pasien mengatakan badan lemas dan
aktivitas dibantu oleh keluarga dan
perawat
DO : a. Pasien tampak terbaring di tempat
tidur
b. Pasien tampak lemas dan pucat
c. Aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat
d. Tingkat kemampuan aktivitas pada
angka 2 yaitu memerlukan bantuan
orang lain
DS
Etiologi
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
akibat insisi
pembedahan
Problem
Nyeri akut
Penurunan
kondisi fisik
Intoleransi
aktifitas
71
insisi
pembedahan,
pembentukan
stoma
colostomy.
Gangguan
integritas
kulit
Daftar Masalah
Paraf
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas Febriana
jaringan akibat insisi pembedahan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan Febriana
kondisi fisik
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi Febriana
pembedahan (pembentukan stoma colostomy)
72
73
74
75
76
perawatan
primer, somatik, dan nyeri alih. Nyeri primer, atau viseral, nyeri yang berasal
dari organ itu sendiri dan dialami bersama kondisi lain, seperti apendisitis,
pankreatitis, obstruksi usus. Nyerinya seperti kram dan gas, nyeri ini makin
intens dan kemudian berkurang. Nyeri ini biasanya periumbilikus. Nyeri
somatis, atau nyeri sekunder diakibatkan oleh iritasi struktur sekitar dan serat
saraf yang penyebabnya adalah bakteri atau kimia. Nyeri somatis dan nyeri
viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit
(superfisial) pada otot dan tulang. Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa
pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera
organ viseral. Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan sebagai nyeri yang
berasal dari tempat yang berbeda dari titik asal yang sebenarnya tersebut.
titik asal yang sebenarnya untuk tipe nyeri ini biasanya berasal dari organ
viseral atau struktur somatik dalam, dan Titik alih berada dibeberapa area
permukaan tubuh (Morton, 2011: 935).
Diagnosa keperawatan ini muncul pada Tn S karena ditemukan data
pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah post operasi kolostomi,
nyeri bertambah jika bergerak, wajah tampak menahan nyeri. Nyeri yang
terjadi pada Tn S disebabkan terputusnya kontinuitas jaringan akibat insisi
pembedahan, didapatkan skala nyeri 5 yang tergolong nyeri sedang (Potter
dan Perry, 2006: 1518). Biasanya pada pola kognitif dan perceptual muncul
adanya nyeri dengan menggunakan metode Provocate, Quality, Region,
Severe, Time (PQRST) (Potter dan Perry, 2006).
77
78
79
bagaimana
menghembuskan
napas
secara
perlahan.
Distraksi
80
dan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari (Carpenito, 2009:
210).
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kondisi fisik
Intoleransi akivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan seharihari yang harus atau yang ingin dilakukan (Herdman, 2012:315). Intoleransi
aktivitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis seseorang untuk
melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan.
Intoleransi aktivitas adalah penilaian diagnostik yang menggambarkan bahwa
seorang individu mengalami gangguan kondisi fisik. Individu ini dapat
mengikuti terapi yang meningkatkan kekuatan dan ketahanan (Carpenito,
2009: 102). Data yang mendukung adalah aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga dan pasien tampak lemas karena data dari laboratorium didapatkan
hasil hemoglobin: 9,4 gr/dl.
Penulis melakukan pembenaran dalam pemeriksaan laboratorium, nilai
hemoglobin Tn S : 9,4 gr/dl yang kurang dari 13,5-17,5 gr/dl sebagai
pendukung yaitu hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi di
dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paruparu ke seluruh tubuh, menurunnya asupan besi yang merupakan unsur utama
pembentukan hemoglobin maka kadar/produksi homoglobin juga akan
menurun yang mengakibatkan lelah karena simpanan oksigen dalam otot
berkurang sehingga metabolisme otot terganggu, kelemahan otot dan
penurunan kekuatan.
81
82
integritas
kulit
berhubungan
insisi
pembedahan,
83
84
mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting
untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau
konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong
kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk
memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
Tujuan dari diagnosa ini adalah integritas kulit kembali utuh setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam untuk mengetahui bagaimana
integritas kulit (warna, bau, besaran luka, keadaan sekitar kulit, perdarahan,
edema)
dan
untuk
mengetahui
tanda-tanda
infeksi
karena
proses
penyembuhan luka ada 3 tahap yaitu fase inflamasi terjadi pada hari pertama
dan kedua, fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai
setelah beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah cedera.
Proses perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim
darah dan sel ke area yang mengalami cedera (inflamasi), dan membentuk
sel-sel epitel pada tempat cedera (epitelialisasi). Selama proses hemostasis,
pembuluh darah yang cedera akan mengalami kontriksi dan trombosit
berkumpul dan menghentikan perdarahan. Bekuan-bekuan darah membentuk
matriks fibrin yang nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel.
Jaringan yang rusak dan sel mast menyekresi histamin, yang menyebabkan
vasodilatasi kapiler di sekitarnya dan mengeluarkan serum dan sel darah putih
ke dalam jaringan yang rusak.
85
menjadi
lambat.
Terlalu
banyak
inflamasi
juga
dapat
memperpanjang masa penyembuhan karena sel yang tiba pada luka akan
bersaing untuk mendapatkan nutrisi yang memadai. Fase proliferasi terjadi
pada hari ketiga dan keempat, fase maturasi terjadi pada hari ke 21 (Potter
dan Perry, 2006:1854,1857). Kriteria hasil tidak ada tanda-tanda infeksi
(rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungsiolesa), integritas kulit membaik, Hb
dalam batas normal, tidak ada push
Intervensi yang ditetapkan antara lain kaji dan pantau keadaan
integritas kulit (warna, bau, besaran luka, keadaan sekitar kulit, perdarahan,
86
87
88
BAB V
PENUTUP
D. Simpulan
3. Umum
Memperoleh
pengalaman
nyata
dalam
melaksanakan
asuhan
88
89
simpulan
tersebut
penulis
memberikan
saran
dalam
dapat
mengembangkan
pengetahuan
tentang
asuhan
keperawatan nyeri post operasi kolostomi dengan indikasi kanker kolon dan
mungkin bisa menjadi salah satu acuan bagi penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta: EGC
Dermawan, Deden. 2011. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Gasyen Publishing :
Yogyakarta
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA-Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. EGC. Jakarta
Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika:
Jakarta
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Salemba Medika : Jakarta
Jitowiyono, Sugeng dan kristinayasari, Weni. 2010. Asuhan Keperawatan Post
Operasi. Nuha Medika : Yogyakarta
Kozier, Barbara. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. EGC : Jakarta
Morton, Patricia Gonce. 2011. Keperawatan Kritis. Volume 2. EGC. Jakarta
Nursalam. 2008. Proses dan Keperawatan Dokumentasi Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Nuha Medika : Yogyakarta
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawaan Medikal Bedah. Nuha Medika : Yogyakarta
Perry, Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC : Jakarta
Sabiston, David . 2013. Buku Ajar Bedah. Bagian 2. EGC: Jakarta
Santosa, Budi Satmoko. 2009. Buku Ajar Kanker, Edisi 1. Power Books (Inhida) :
Yogyakarta
Sander, M.A. 2012. Profil Penderita Kanker Kolon dan Rektum Di RSUP Hasan
Sadikin Bandung. Http://Ejournal.Umm.Ac.Id Diakses Tanggal 13 Februari
2014 Am 15.15 WIB
Saputra, Dr. Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara
Publisher : Tangerang Selatan
Shamsuhidajat, R Dan Jong, Wim De . 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC:
Jakarta
Oemiati, Ratih. 2011. Prevalensi Kanker di Indonesia dan Dunia. Http://manajemen
rumahsakit.net. Diakses tanggal 14 februari 2014 jam 14.22
Yusni, M.A. 2008. Perbedaan Pengaruh Pemberian Fraksi Etanolik Bawang Dayak
(Eliuthence Palmifolia L. Mer) dengan 5 Fluorovracil terhadap penghambatan
pertumbuhan Galur sel karsinoma kolon HT29 dan Ekspresi PS3 Mutan.
http://eprints.uns.ac.id. Diakses tanggal 14 februari 2014 jam 12.00 WIB
Lampiran 2
FORMAT PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Jenis kelamin
5) Agama
6) Suku / Bangsa
7) Pekerjaan
8) Pendidikan
b) Identitas Penanggungjawab
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Jenis kelamin
5) Agama
6) Suku / Bangsa
7) Pekerjaan
8) Pendidikan
2. Keluhan Utama
B. Analisa Data
Data Fokus
Kemungkinan Penyebab
(Etiologi)
DS :
DO:
D. Perencanaan / Intervensi
No Diagnosa
Tanggal/Jam
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi
Rasional
E. Implementasi
Tanggal / jam
No Diagnosa
Implementasi
Respon
F. Evaluasi
Tanggal/jam
No Diagnosa
Evaluasi
S:
O:
A:
P:
Lampiran 5
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
123
456
789
10
Tidak nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Nyeri berat
Keterangan :
0
= tidak nyeri
*) Pasien dianjurkan memilih sesuai dengan keadaan pada skala nyeri yang
disediakan oleh peneliti
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12