Anda di halaman 1dari 32

Kok saya sering bersin-bersin dan

keluar ingus yang encer?


KELOMPOK 4

LAPORAN KASUS
Boy mahasiswa baru merasakan bahwa
akhir-akhir ini setiap bangun tidur pagi
bersin-bersin dengan mengeluarkan ingus
yang encer seperti air.bersin-bersin bisa
lebih dari 10x disertai dengan rasa gatal di
hidung dan matanya.hidungnya menjadi
tersumbat yang sangat menurunkan
kualitas hidupnya.
Keluhan bersin timbul semenjak ia kos
bersama temannya dibelakang
kampus,sekamar berdua dengan kamar
yang cukup banyak perabotannya

TERMINOLOGI
Bersin-bersin : mekanisme tubuh untuk
mencegah zat asing masuk kedalam tubuh.
Hidung tersumbat: peradangan dalam
lapisan hidung karena pembengkakan
pembuluh darah hidung dan hiper produksi
lendir.
Rinore: keluarnya cairan dar hidung,karena
proses inflamasi.
Gatal: sensasi tidak nyaman yang
menimbulkan rasa ingin menggaruk.
Asma: inflamasi kronis pada jalan nafas.

IDENTIFIKASI MASALAH
Riwayat
Kebiasaaan

Boy,
Mahasiswa

- Kos 1 kamar
berdua
- Banyak
Perabotan

Faktor
sensitisasi

Faktor Alergi
(Alergen
Inhalan )

Riwayat
keluarga :
Ibu Asma yg
Sering kambuh

Riwayat Atopi
Dalam keluarga
Sering Bersin
>10x
- Gatal hidung & mata
- kambuh setiap
bangun
- Ingus encer
- Hidung tersumbat

Kualitas
hidup
menurun

HIPOTESIS
1.
2.
3.
4.

Rinitis
Rinitis
Rinitis
Rinitis

alergi
vasomotor
medikamentosa
akut

ANATOMI HIDUNG
Anatomi hidung luar
Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagianbagiannya dari atas ke bawah :
1. pangkal hidung (bridge)
2. batang hidung (dorsum nasi)
3. puncak hidung (hip)
4. ala nasi
5. kolumela
6. lubang hidung (nares anterior).

Hidung Luar
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang
rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa
otot kecil.
Kerangka tulang terdiri dari :
1) tulang hidung (os nasal)
2) prosesus frontalis os maksila
3) prosesus nasalis os frontal
Tulang rawan:
1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut
juga sebagai kartilago ala mayor
3) tepi anterior kartilago septum.
Tidak bersilia (psudostratified collumnar non ciliated
epithelium)
Epitelnya dibentuk oleh 3 macam sel : sel penunjang, sel

Hidung Dalam
Kavum nasi
berbentuk terowongan dari depan ke
belakang.
terbagi 2 oleh septum menjadi :
- nares anterior : pintu masuk bagian
depan
- nares posterior (koana) : lubang
belakang, menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring
-vestibulum
letak sesuai ala nasi, tepat belakang

Konka
Dinding lateral dari kedua sisi kavum
nasi
Terdiri : - konka superior
- konka media
- konka suprema
- konka inferior, merupakan
tulang tersendiri dan melekat
pada os.
maksila dan labirin
etmoid.

Meatus nasi
Rongga sempit diantara dinding lateral
hidung dan konka, dibagi menjadi :
1. Superior : ruang antara konka superior
dan konka media. Terdapat muara sinus
etmoid posterior dan sinus sfenoid.
2. Medius : antara konka media dan dinding
lateral hidung. Terdapat muara sinus
frontal, sinus maksila dan sinus etmoid
anterior.
3. Inferior : antara konka inferior dengan
dasar hidung dan dinding lateral rongga

Batas kavum nasi


1. Inferior : os maksila dan os
palatum
2. Atap : lamina kribriformis
3. Posterior : os sfenoid

Jalan Nafas

Penyesuaian
udara

FUNGSI
HIDUNG

Mengatur volume dan tekanan udara


yang lewat
- Udara inspirasi di hangatkan /
didinginkan mendekati suhu tubuh
- Melembabkan udara (oleh
mukosa)

Purifikasi
udara

Filtrasi udara yang masuk oleh


rambut hidung (vibrisa)

Penghidu

Mengenali bau dengan cara


mengendus agar udara yang masuk
mencapai area olfaktorius

Hubungan
dengan
paru-paru

Faal paru-paru normal bergantung


pada pernapasan hidung

Modifikasi
bicara

Resonansi hidung berperan pada


bunyi tertetu misalnya m,n,ing.

HISTOLOGI
Dilapisi oleh 2 mukosa :
1. Mukosa pernafasan (respiratori) terdapat :
. Sebagian rongga besar hidung
. Permukaanya dilapisi oleh epitel thorak berlapis semu
. Mempunyai silia (ciliated pseudostratified collumner
epithelium)
. Terdapat sel goblet
. Warna merah muda
. Selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous
blanket)
. Dibawah epitel banyak tunika propria, pembuluh
darah, kelenjar mukosa, dan jaringan limfoid.
2. Mukosa penghidu (olfaktori) terdapat :
. Atas rongga hidung, konka superior, sepertiga atas
septum

RINITIS ALERGI

PEMERIKSAAN FISIK
Pada mukosa bisanya didapatkan
garis Dennie-Morgan dan allergic
shinner.
Pada pemeriksaan rinoskopi
ditemukan mukosa hidung basah,
bewarna pucat dengan konka edema,
dan sekret yang encer dan banyak.
Dapat ditemukan allergic crase.

PATOFISIOLOGI
Etiologi
Rinitis alergi
Kontak pertama
tubuh dengan
alergen
Makrofag / monosit
menangkap alergen
dimukosa hidung
+ sel limfosit B
Menghasilkan Ig E
Hematogen

Tahap
sensitisasi

Bersin - bersin
Melepas mediator
inflamasi
( Histamin )

Terjadi
degranulasi

Ig E akan mengikat
alergen
tersensitisasi
Basofil menjadi
aktif

Rasa gatal
pada hidung

Merangsang
resseptor H1 pd
ujung saraf
vidianus

Terpapar
alergen
yang sama

Kelenjar mukosa
dan sel goblet
Hipersekresi dan
peningkatan
permiabilitas
kapiler

Ig E diikat oleh
basofil atau
monosit
Masuk ke
jaringan

Hidung
tersumbat

Rinore

RINITIS VASOMOTOR

PEMERIKSAAN FISIK
Rinoskopi anterior : edema
mukosa hidung, konka berwarna
merah gelap atau merah tua,
dapat pula pucat.
Permukaan konka dapat licin
atau berbenjol-benjol (hipertrofi).
Rongga hidung terdapat sekret
mukoid, biasanya sedikit.

PATOFISIOLOGI
Paparan suatu
iritan

hidung tersumbat
dan rinore

memicu
ketidakseimbangan sistem
saraf otonom dalam
mengontrol pembuluh
darah dan kelenjar pada
mukosa hidung

vasodilatasi dan
edema pembuluh
darah mukosa
hidung

RINITIS MEDIKAMENTOSA

PEMERIKSAAN FISIK
Hidung tersumbat terus menerus
dan berair.
Konka edema dan hipertrofi
dengan sekret hidung yang
berlebihan.
Apabila diberi tampon adrenalin,
edema konka tidak berkurang.

PATOFISIOLOGI
Pemakaian
vasokontriktor topikal
yang berulang dalam
waktu lama

Reseptor adrenergik di
pembuluh darah

Aktivitas tonus
simpatik untuk
dekongestan hidung
menghilang

Terjadi rebound
dilatation
setelah
vasokontriksi

Timbul Gejala
obstruksi

Kadar agonis adrenergik


mukosa hidung

Pasien lebih
sering dan lebih
banyak lagi
memakai
vasokontriksor
topikal

Dilatasi dan
kongesti jaringan
mukosa hidung
(Rebound
Congestion)

Kerusakan tang terjadi pada mukosa hidung


pada pemakaian obat tetes hidung dalam waktu
lama :
1. Silia rusak
2. Sel goblet berubah ukuran
3. Membran basal menebal
4. Pembuluh darah melebar
5. Stroma tampak edema
6. Hipersekresi kelenjar mukus dan perubahan
PH sekret hidung
7. Lapisan submukosa menebal
8. Lapisan perioustium menebal

RINITIS AKUT

Radang akut pada mukosa hidung


yang disebabkan oleh infeksi virus
atau bakteri.
Predisposisi

faktor luar :
suhu, ventilasi ruangan, debu dan gas
faktor dalam:
Daya tahan tubuh, daya tahan lokal
cavum nasi
Penyakit excanthemata:
Morbili, variola,scarlet fever

PATOFISIOLOGI
Perubahan
mukosa hidung

Infiltrasi
leukosit &
deskuamasi
epitel
Sekret mulamula encer,
jernih berubah
kental dan
mukoid
berwarna

Stadium
permula
an

Vasokontriksi

Vasodilatasi,
edema,
aktivitas
kelenjar
seromucous
dan sel goblet

STADIUM
Stadium prodormal
Berlangsung beberapa jam setelah masa
inkubasi, dengan gejala panas, kering,
gatal, serta bersin-bersin.
Stadium hiperemi
Ditandai dengan hidung terumbat, ingus
encer, demam dan nyeri kepala.
Stadium infeksi sekunder
Sumbatan hidung semakin berat, sekret
menjadi kuning dan lebih kental.
Stadium resolusi
Akan terjadi kesembuhan setelah 5-10 hari

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rinitis Alergi

Rinitis
Vasomotor

Rinitis Akut

1. Hitung
1. Pemeriksaa 1. Pemeriksaa
eosinofil
n rinoskopi
n Rinoskopi
2. Pemeriksaa
anterior
anterior
n IgE total
2. Pemeriksaa 2. Pemeriksaa
3. Pemeriksaa
n
n kuman
n IgE
laboratoriu
dari sekret
spesifik
m untuk
hidung
RAST dan
menyingkirk
ELISA
an rinitis
4. Mencari
alergi
alergen
3. Pemeriksaa
penyebab
n radiologi
tes cukit
sinus
kulit, uji
intrakutan/in

Rinitis
Medikamento
sa
1. Pemeriksaa
n radiologi
edema
konka,
sekret
hidung
berlebihan
2. Pengujian
dengan
adrenalin
edema
konka tidak
berkurang

TATALAKSANA
Rinitis Alergi

Rinitis Vasomotor Rinitis Akut

Rinitis
Medikamentosa

1. Terapi yang
paling ideal adalah
dengan alergen
penyebabnya
(avoidance) dan
eliminasi.

1. Menghindari
penyebab /
pencetus
( Avoidance
therapy )

Lokal
- uap hangat
(nebulizer )
-tetes hidung
(decongestant )

Hentikan
pemakaian obat
tetes /semprot
hidung

Umum
- Istirahat
- terapi
simptomatik :
antipiretik/analgetik
a, antihistamin,
dekongestan,
mukolitik

Untuk mengatasi
sumbatan hidung
berulang (
rebound
congestion
) berikan
kortikosteroid
secara tappering
off dengan
penurunan dosis
sebanyak 5mg/hari

2. Medikamentosa- 2. Pengobatan
Antihistamin yang
konservatif
dipakai adalah
( Farmakoterapi )
antagonis H-1
3. Imunoterapi Jenisnya
desensitasi,
hiposensitasi &
netralisasi

KOMPLIKASI
Rinitis
Alergi

Rinitis
Vasomotor

Polip hidung

Sinusitis

Otitis media
yang sering
residif,
terutama
pada anakanak.
Sinusitis
paranasal

Pembengkak
an wajah

Rinitis Akut

Rinitis
Medikament
osa
Takifilaksis

Occlusio
tubae sampai
otitis media
Eritema pada Sinusitis
Tidak respon
hidung
paranasales
terhadap
sebelah luar
pengobatan

Faringitis,
bronkhitis,
pneumonia

PROGNOSIS
Ad vitam
: Bonam
Ad fungsionam : Dubia ad
bonam
Ad sanationam : Dubia ad
bonam

Anda mungkin juga menyukai