Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

PENDIDIKAN KESEHATAN
PENYAKIT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
PADA KELUARGA PASIEN ANAK DI RUANG ANAK BOUGENVILE
RSUD Dr. HARYOTO LUMAJANG

Disusun guna memenuhi tugas praktek profesi


Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Khoirul Ramadhan., S.Kep
Yosyita Rahmah., S.Kep.
Muhammad Rofiq, S.Kep.

(082311101031)
(102311101004)
(102311101085)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang sehingga mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Program pencegahan dan pemberantasan
penyakit merupakan

salah satu strategi Departemen Kesehatan tahun

2010

sampai dengan 2014 yang bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular (Depkes RI, 2010).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang diprioritaskan dalam
program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Penyakit DBD merupakan penyakit demam akut yang berpotensi
menyebabkan kematian (Mansjoer, 2000). Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina (Ginanjar, 2008).
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa Asia Tenggara mencapai
1,3 miliar atau 52% dari 2,5 miliar orang di seluruh dunia berisiko DBD
(WHO, 2011). WHO memperkirakan 50 sampai 100 juta infeksi terjadi
setiap tahun, termasuk 500.00 kasus DBD dan 22.000 mortalitas, sebagian
besar anak -anak (CDC, 2012). DBD pertama kali ditemukan di Indonesia tahun
1968 di Jakarta dan Surabaya. Setiap tahun Indonesia merupakan daerah
endemis DBD dan menempati urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN,
jumlah kasus DBD tahun 2010 ada 150.000 kasus (Kompas, 2013) dan
kelompok usia anak-anak memiliki proporsi 70 persen (okezone.com, 2013).
Provinsi Jawa Timur (Jatim) merupakan daerah endemis DBD, tahun 2010
kasus DBD di Jatim mencapai 26.059 kasus dengan jumlah kematian 234 orang,
tahun 2011 mencapai 5.372 kasus dengan jumlah kematian 63 orang dan
akhir bulan Desember tahun 2012 mencapai 5.140 kasus dengan jumlah
kematian

69 orang (Dinkes Provinsi Jatim, 2012).

Jurnal Nasional (2012)

menyebutkan bahwa Jember termasuk salah satu wilayah endemik yang


mempunyai insidensi kasus DBD yang tinggi di Jawa Timur. Kasus DBD di
Jember yaitu 161 kasus dan angka kematian sampai September 2012 yaitu
1.86% sedangkan target Case Fatality Rate (CFR) DBD Provinsi Jatim 1%
(Dinkes Provinsi Jatim, 2012).
DHF banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini banyak
ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk
di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita demam berdarah dengue tiap tahun. Hal ini disebabkan oleh karena
curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan
ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.
Puncak kasus DHF terjadi pada musim hujan yaitu bulan Desember
sampai dengan Maret. WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus
demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk
dunia hidup di daerah endemis DHF. Anak merupakan salah satu generasi yang
diharapkan sebagai penerus bangsa, sehingga anak diharapkan menjadi seorang
yang cerdas dan sehat rohani maupun jasmsani. Jika balita sakit maka harus
ditangani secara cepat dan tepat, keluarga sebagai orang yang paling dekat dengan
balita hendaknya menegerti dan tahu bagaimana cara penanganan awal pada balita
yang sakit sebelum dibawa ke rumah sakit ataupun pelayanan kesehatan yang
terdekat. Penanganan yang diberikan oleh keluarga hendaknya juga penangan
yang tepat dan tidak justru membahayakan ataupun memperparah kondisi balita,
sehingga orang tua perlu mengetahui bagaimana penanganan awal pada balita
yang sakit.
Kondisi sakit yang sering dialami oleh anak dengan DHf adalah demam.
Selain pemberian antipiretik, demam juga dapat diturunkan dengan melakukan
pengompresan. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai komponen-komponen
dalam menjaga keseimbangan energi dan keseimbangan suhu tubuh. Diantaranya
adalah hipotalamus, asupan makanan, kelenjar keringat, pembuluh darah kulit dan
otot rangka. Dan juga manusia memiliki mekanisme untuk menurunkan suhu

tubuh apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktifitas otot rangka
atau dari lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena
kecepatan reaksi kimia sel-sel bergantung pada suhu tubuh dan panas yang
berlebihan dapat merusak protein sel (Sherwood, 2001).
Di hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu. Regio
posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang
memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior yang
diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks-refleks yang memperantarai
pengurangan panas (Ganong, 2002). Sehingga pemberian kompres hangat
memberikan sinyal ke hipotalamus menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Hal ini
menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat
(berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai
keadaan normal kembali. Pemberian kompres hangat ini dilakukan secara
berulang-ulang dan lakukan evaluasi suhu tubuh anak setelah 20 menit
(Budiartha, 2009).
Data pasien anak yang dirawat di ruang anak Bougenvile RSUD dr.
Haryoto Lumajang adalah sebanyak 231 anak pada tahun 2014, dan pada tahun
2015 pada bulan Januari 32 anak, Februari 40 anak, Maret 31 anak dan April 31
anak dan semua dari keluhan utama pasien DHF yang datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan tidak mau makan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya DHF pada anak
di ruang anak bougenvile RSD Dr. Haryoto Lumajang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang bahaya penyakit DHF pada
anak, mengetahui pencegahan dan penatalaksanaanya.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat:

a. mengerti mengenai tentang bahaya penyakit DHF dan penyebebnya


pada anak minimal 80%;
b. mengerti tentang tentang tanda gejala dan proses perjalanan penyakit
DHF pada anak yang benar minimal 80%;;
c. mengerti tentang penanganan DHF pada anak minimal 80%;;
d. mengetahui dan paham tentang pencegahan DHF pada anak minimal
80%;;
C. POKOK BAHASAN

: Konsep dasar dan penatalakasanaan


penyakit DHF

D. SUB POKOK BAHASAN

1. Pengertian dan bahaya penyakit DHF


2. Penyebab penyakit DHF
3. Tanda dan gejala penyakit DHF
4. Proses perjalanan penyakit DHF
5. Pencegahan penyakit DHF
6. Penatalaksanaan penyakit DHF
E. KEGIATAN PENYULUHAN
Topik/ Materi
: Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Sasaran
: Keluarga dari anak yang di Rawat di Ruang Anak
Bougenville
Hari/Tgl
: Rabu, 6 Mei 2015
Alokasi Waktu : 45 Menit
Tempat
: Rawat di Ruang Anak Bougenville RSD Dr. Haryoto
Lumajang

Tahap
Kegiatan
(Waktu)
Pendahuluan
(5 menit)

Tindakan
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan
Sasaran
a. Memberikan salam, Memperhatikan
memperkenalkan
dan menjawab
diri, dan membuka salam
penyuluhan
b. Menjelaskan materi Memperhatikan
secara umum dan
manfaat bagi

Media dan
Alat
Demonstrasi
Leaflet

Penyajian
(25 Menit)

Penutup
(15 Menit)

sasaran
c. Menjelaskan TIU
dan TIK
a. Menanyakan
kepada keluarga
pasien tentang
materi yang
diberikan apakah
pernah diperoleh
sebelumnya
b. Menerima jawaban
dan memberi
komentar terhadap
jawaban kepada
keluarga pasien
c. Menjelaskan tentang
bahaya DHF secara
umum:
1) Pengertian
DHF.
2) Penyebab DHF.
3) Tanda gejala
DHF
4) Proses
perjalanan
penyakit DHF
5) Komplikasi
6) Pencegahan
pneumoni.
d. Menanyakan
kepada keluarga
pasien mengenai
materi yang baru
disampaikan.
e. Mendiskusikan
bersama jawaban
yang diberikan.
a. Menutup
pertemuan dengan
memberi
kesimpulan dari
materi yang
disampaikan
b. Mengajukan
pertanyaan kepada
sasaran

Memperhatikan
Memperhatikan

Leaflet
Slide PPT
LCD

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Menyakan
Memperhatikan

Menjawab
pertanyaan

Leaflet

c. Mendiskusikan
bersama jawaban
dari pertanyaan
yang telah
diberikan
d. Menutup
pertemuan dengan
memberi salam

Memberi
komentar

Memperhatikan
dan membalas
salam

F. MEDIA PENYULUHAN
1. Leaflet
2. Slide Power point
3. LCD
G. PENGORGANISASIAN
1. Penanggungjawab

: Khoirul Ramadhan, S. Kep

2. Panyaji
3. Moderator

: Yosyita Rahmah, S. Kep


: Muhammad Rofiq, S. Kep

H. METODE PENYULUHAN
1. Jenis model pembelajaran: ceramah dan tanya jawab
2. Landasan teori: Konstruktivisme dengan metode ceramah dan diskusi
Langkah pokok:
a) Menciptakan suasana pertemuan yang baik;
b) Mengajukan masalah;
c) Membuat keputusan nilai personal;
d) Mengidentifikasi pilihan tindakan;
e) Memberi komentar;
f) Menetapkan tindak lanjut
I. EVALUASI
1. Sebutkan pengertian dan penyebab penyakit DHF?
2. Sebutkan tanda gejala dan komplikasi DHF?
3. Sebutkan penatalaksanaan dan pencegahan terjadinya penyakit DHF?
J. LAMPIRAN
1. Materi
2. Media yang digunakan (booklet)
3. SOP kompres hangat

4. Daftar hadir peserta


5. Berita acara penyuluhan
K. HASIL KEGIATAN
a. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Mahasiswa telah melakukan pengkajian sebagai data dasar sebelum
memulai pendidikan kesehatan
b. Mahasiswa telah menyiapkan media pembelajaran dalam proses
pendidikan kesehatan
c. Pihak ruangan dan sasaran menyatakan bersedia mengikuti proses
pendidikan kesehatan
d. Mahasiswa dapat mengembangkan pola komunikasi interaktif dan
menarik
e. Materi yang akan disajikan sudah dalam bahasa dan istilah yang
mudah dipahami
f. Mahasiswa mampu meningkatkan antusiasme sasaran
g. Mahasiswa mampu menjaga sikap selama pendidikan kesehatan dan
demonstrasi cara menyusui dilakukan
h. Mahasiswa mampu bersikap caring, empati dan mengutamakan
kebutuhan anak-anak selama pendidikan kesehatan dan demonstrasi
dilakukan.
i. Tersedia lingkungan yang nyaman, kondusif dan tenang selama
pendidikan kesehatan dan demonstrasi dilaksanakan.
2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penyakit DHF, pencegahan
dan penanganannya
b. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penularan penyakit DHF
c. Mahasiswa mampu mengajarkan cara pencegahan
penanganannya penyakit DHF di rumah
d. Ibu dapat mengikuti pendidikan kesehatan

penyakit

dan
DHF,

pencegahan dan penanganannyasampai selesai


e. Proses pendidikan kesehatan dapat berjalan sistematis dan lancar
3. Evaluasi hasil
a. Ibu dapat menyebutkan pengertian penyakit DHF
b. Ibu dapat menyebutkan cara penularan penyakit DHF
c. Ibu dapat menyebutkan cara pencegahan dan penatalaksanaan
penyakit DHF di rumah
b. Faktor Pendorong

1. Persediaan tempat dan waktu yang mencukupi untuk kebutuhan


penyelenggaran pendidikan kesehatan dan demonstrasi sehingga
dapat berjalan dengan lancer dan tingginya apresiasi dan motivasi
ibu akan kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi cara
menyusui yang baik dan benar.
2. Keluarga pasien dan pasien antusias atau bersemangat untuk
mengikuti penyuluhan kesehatan ini, kerena memang sasaran ini
belum pernah mendapatkan informasi terkait materi yang diberikan
dan anaknya kebanyakan sedang sakit DHF.
3. Materi yang diberikan tepat sasaran karena kebutuhan dari sasaran
adalah bagaimana anaknya tidak terulang penyakit DHF dan dapat
menangani pertolongan pertama di rumah
4. Materi yang disampaikan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
tingkat pegetahuan, sehingga sasaran dapat mengerti dan memahami
materi dengan baik.
5. Cara mencegah dan menatalaksanakan mudah dilakukan karena
strategi penyuluhan kesehatan diberikan dengan cara diskusi dan
menayangkan video untuk menyakan apa yang belum dimengerti.
c. Faktor Penghambat
1. Waktu penyuluhan yang terbatas sehingga ada pertanyaan yang ingin
disampaikan tidak tersampaikan.
2. Adanya beberapa anak yang sedikit rewel mengikuti sehingga
mengganggu konsentrasi pemateri dan peserta penyuluhan
L. REFERENSI
Depkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: Direktorat
Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI. [serial on line]
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-KesehatanAnak.pdf . [2 Mei 2015].
CDC.

Global

Dengue

[serial

online].

http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/ [diakses tanggal 2 Mei


2015].
Dardjito, dkk. Beberapa Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kabupaten

Banyumas

[serial

online].http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDEQF
jAB&url=http%3A%2F%2Fejournal.litbang.depkes.go.id
%2Findex.php%2FMPK%2Farticle%2Fdownload
%2F1080%2F544&ei=Ty9AUtfmLsa5rgedhoG4CA&usg=AFQjCNG
72mIyIaNB85xytjhwk88QLUBOew&bvm=bv.52434380,d.bmk
[diakses tanggal 2 Mei 2015].
Dahlan Sopiyudin. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika
Departemen

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2005.

Penemuan

dan

Tatalaksana Penderita Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Depkes RI


Departemen

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2005.

Pemberantasan

Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Depkes RI


Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Strategi Pembelajaran dan
Pemilihannya. Jakarta : Depdiknas.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012. Program Pengendalian
Penyakit
Menular Di Jawa Timur. Surabaya : Dinkes Provinsi Jawa Timur
Ginanjar, Dr. Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta: PT Bentang
Pustaka.
Hastuti,

Oktri.

2008.

Demam

Berdarah

Dengue

Penyakit

Cara

Pencegahannya. Yogyakarta: Kanisius.


Kementerian

Kesehatan

RI.

2010.

Rencana

Strategis

Kementerian

Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta : Depkes RI.


WHO. Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue
and

Dengue

Haemorrhagic

Fever

[serial

online]http://www.searo.who.int/entity/vector_borne_tropical_disease
s/documents/SEAROTPS60/en/index.html [diakses tanggal 2 Mei
2015]
WHO. 2001. Pencegahan dan Pengendaliaan Dengue dan Demam
Berdarah Dengue : Panduan Lengkap. Jakarta : EGC.

Lampiran 1
MATERI
a. Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung
polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapatmenimbulkan
kematian. (Depkes, 2006). Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam
Dengue (DD), Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock

Dengue (SSD). Infeksi dengue di jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada
musim hujan. Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang
masih menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini masih disebabkan oleh
karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Depkes, 2006).
b. Penyebab Timbulnya Penyakit DHF
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne
viruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya
nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi
selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes
reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah berturut
turut nyamuk. (Soegijanto,2004)
Ciri nyamuk ini adalah tubuhnya dan kakinya yang berbelang-belang
putih. Nyamuk ini hanya muncul dan beraksi di jam-jam tertentu misal di
waktu pagi dan sore hari. Berkembangbiak di tempat penampungan air ( TPA)
dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti: Bak mandi,
tempayan, drum, vas bunga, ban bekas, dll. Nyamuk aedes Aegypti tidak dapat
berkembang biak di selokan /got atau kolam yang airnya langsung
berhubungan dengan tanah. Biasanya menggigit manusia pada pagi atau sore
hari dan mampu terbang sampai 100 meter.

Nyamuk yang menyebarkan virus dengue ini ada dua jenis yaitu nyamuk
aedes aegypti dan nyamuk aedes albopictus. Nyamuk yang pertama biasa
beraksi di dalam rumah, sedangkan nyamuk ke dua lebih suka berhabitat di
pekarangan atau halaman rumah. Jika anda memiliki anak-anak yang suka
bermain-main di halaman atau pekarangan terutama pada pagi atau sore hari
sebaiknya oleskan lotion anti nyamuk demam berdarah ke anak anda agar
terhindar dari gigitan nyamuk demam berdarah tersebut.
c. Tanda dan gejala Penyakit DHF
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai
sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam;
ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya
mucul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar
hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga
muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare,
pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan
pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera
konsultasi ke Dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari
berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi
fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan
puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis,
jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 15 hari orang yang tertular dapat
mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
1) Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2) Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 7 hari, nyerinyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercakbercak perdarahan di bawah kulit.
3) Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya
sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung
(epistaksis/mimisan), mulut, dubur dsb.

4) Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok
/ presyok. Bentuk ini sering berujung padakematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga
menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus
segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat
mengalami syok / kematian.
Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi,
pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa
menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Pada awal sakit, dimana penderita infeksi virus dengue timbul gejala panas,
tidak dapat dibedakan apakah akan menjadi varian klinis Demam Dengue atau
Demam Berdarah Dengue. Pada saat panas turun, penderita Demam Berdarah
Dengue ditandai dengan penampilan klinis yang memburuk. Penderita tampak
sakit berat, gangguan hemostatik yang berupa gejala perdarahan menjadi lebih
prominen dan kebocoran plasma yang ditandai dengan adanya defisit cairan
yang ringan berupa peningkatan PCV 20 % sampai gangguan sirkulasi/syok.
1) Demam
Timbul mendadak, berlangsung 2-7 hari
Disertai dengan tidak mau bermain (not doing well), nafsu makan
menghilang, mual , dan tidak jarang disertai muntah.
Kadang kurva suhu berbentuk pelana (sadle-back fever)
Suhu turun mendadak, kemudian penderita merasa/tampak membaik dan
muncul nafsu makan.
2) Nyeri
Nyeri kepala
Nyeri belakang mata (retro orbital)
Nyeri otot (myalgia)
Nyeri sendi (arthralgia)
3) Ruam
Pada awal sakit dapat timbul kemerahan (flushing) pada kulit penderita
Pada periode penyembuhan dapat muncul confalescence rash, berupa
morbilli like rash yang lokasinya di ekstremitas bawah (shoe like
appearance) dan di ekstremitas atas (handglove like appearance)
4) Manifestasi perdarahan
tidak selalu ada

Dapat berupa tourniquet test yang positip, petekiae, epistaksis, perdarahan


gusi dan dapat terjadi perdarahan masif berupa hematemesis/melena yang
sampai membutuhkan transfusi darah.
Dapat dijumpai gejala gastro intestinal, berupa diare dan gejala saluran
napas atas berupa batuk serta pilek yang ringan
d. Kompilkasi
Pada kasus-kasus tertentu, demam berdarah bisa sampai menimbulkan
kematian yang disebut dengan Dengue Shock Syndrome atau DSS. Gejala
demam berdarah pada anak yang mengalami DSS ini awalnya akan mengalami
gejala-gejala sakit demam berdarah seperti yang sudah kita bahas di atas.
Namun, setelah demam mereda akan mulai muncul gejala-gejala lain yang
lebih parah seperti sulit bernapas atau sesak napas, perut sakit, dan terjadi
masalah pada sistem pencernaan. Apabila terlambat untuk ditangani maka anak
bisa mengalami syok seperti tekanan darah yang turun secara drastis dan cepat,
dehidrasi, serta pendarahan hebat.
e. Penatalaksanaan
Pertolongan Pertama Penderita Demam Berdarah
Dr Rita menjelaskan dalam menangani kasus demam berdarah hanya perlu
bermain dengan cairan, saat terjadi kebocoran harus banyak minum, tapi saat
kebocorannya sudah selesai maka dalam waktu 224 jam asupan cairan harus
dikurangi.
Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pertolongan
pertama terhadap penderita demam berdarah yaitu:
1) Memberikan minum sebanyak mungkin, Minum banyak 1,5 2 Liter / hari,
berupa air gula, susu teh dengan gula atau air buah dan oralit
2) Kompres hangat agar panasnya turun.
3) Memberikan obat penurun panas.
4) Segera bawa ke rumah saki:
a) Jika dalam waktu 3 hari demam tidak turun atau malah naik segera bawa
ke rumah sakit atau puskesmas.
b) Jika tidak bisa minum atau muntah terus menerus, kondiai bertambah
parah, kesadaran menurun atau hilang maka harus dirawat di rumah sakit.
c) Nyeri abdomen
d) Tanda perdarahan dikulit, petekiae dan ekimosis
e) Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi

f) Penderita tampak loyo, mengantuk, lemas dan pada perabaan terasa


dingin
f. Pencegahan
Cara pencegahan dilakukan dengan :
1) Pemberantasan
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara; Menguras, menutup,
mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
Pengurasan tempat tempat penampungan air perlu dilakukan secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang

biak ditempat itu. Pemberantasan

jentik Aedes

aegypti

dengan memelihara ikan pemakan jentik yaitu ikan kepala timah, ikan
gupi, ikan cupang/tempalo dan lain-lain.
2) Fogging atau pengasapan
Foging dilaksanakan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif
atau lebih, ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat
tinggal penderita DBD Positif atau ada 1 penderita DBD meninggal
3) Abatisasi
Yaitu dengan menaburkan bubuk abate ke dalam bak mandi atau tempat
penampungan air.
4) Sistem kewaspadaan dini
Menghidari kebiasaan

menggantung

pakaian

didalam

kamar,

mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang cukup, menggunakan


kelambu dan memakai obat nyamuk. Laporan penderita penyakit dari rumah
sakit dikirim ke Puskesmas di wilayah penderita untuk dilakukan
penyelidikan epidemiologi.

Lampiran 3.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KOMPRES HANGAT
PSIK
Universitas
Jember
1 Pengertian
2

Tujuan

3
4
5

Indikasi
Kontraindikasi
Persiapan pasien

Persiapan alat

Cara kerja

Evaluasi

Metode penurunan Temperatur Tubuh dengan cara


menyeka dan mengompres tubuh pasien dengan
menggunakan air hangat kuku
a. Memberikan kebutuhan rasa nyaman pada anak
b. Menurunkan temperature tubuh dalam kondisi set
poin normal
c. Menurunkan panas akibat lingkungan
Anak hipertermi non infeksi
Anak hipotermi
a. Kaji kondisi anak
b. Jelaskan maksut dan tujuan pada keluarga
c. Libatkan orang tua atau pengasuh
a. Ember atau Waskom berisi air hangat
b. Thermometer tubuh
c. Perlak
d. Handuk atau waslap
e. Botol yang berisi air hangat
1. Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan
2. Letakan perlak di bawah tubuh balita
3. Lepaskan baju dan pasang selimut
4. Celup washlap pada air hangat, peras sebelum
digunakan
5. Letakan washlap lembab menutupi pembuluh darah
besar (lipatan lengan atas, selangkangan, dan bawah
lutut) ganti bila waslap hangat
6. Letakan botol air panas tertutup pada bawah lutut
dan letakan handuk yang sudah di rendam air hangat
pada kepala
7. Lanjutkan menyeka pada bagian tubuh lain, seka
dada dan perut selama 5 menit dan cek suhu tubuh
balita
8. Keringkan seluruh bagian tubuh dan perikasa
kembali kondisi dan respon balita terhadap terapi
kompres
1. Evaluasi repon penderita
2. Berikan reinforcement positif

Dokumentasi

3. Akhiri pertemuan dengan baik


1. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan
jam pelaksanaan
2. Catat respon klien

Dikutip dari: Buku Praktikum keperawatan anak 2, PSIK UNEJ

Lampiran 4. Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan pendidikan kesehatan oleh mahasiswa P3N Stase Keperawatan


Maternitas Anak di Ruang Bougenvile RSUD dr. Haryoto Lumanjang

Gambar 2. Kegiatan pendidikan kesehatan oleh mahasiswa P3N Stase Keperawatan


Maternitas Anak di Ruang Bougenvile RSUD dr. Haryoto Lumanjang

Anda mungkin juga menyukai