I.
Pendahuluan
Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar
adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada tubuh termasuk mengontrol respon
inflamasi.(1)
Kortikosteroid
terbagi
kepada
dua
golongan
utama
yaitu
glukokortikoid
dan
hormon
steroid
sama-sama
mempunyai
rumus
bangun
(Gambar 1). Modifikasi dari struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan
perubahan pada efektivitas dari steroid tersebut. Atom karbon tambahan dapat ditambahkan
pada posisi 10 dan 13 atau sebagai rantai samping yang terikat pada C17. Semua steroid
termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar 4 cincin kolestrol dengan 3 cincin
heksana dan 1 cincin pentana.(7,8,9,13)
Hormon steroid adrenal disintesis dari kolestrol yang terutama berasal dari plasma.(7)
Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolestrol, yang kemudian dengan bantuan enzim
diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan androgen lemah
dengan 19 atom karbon. Hormon steroid pada prekursor serta metabolitnya memperlihatkan
perbedaan pada jumlah dan jenis gugus yang tersubstitusi, jumlah serta lokasi ikatan
rangkapnya, dan pada konfigurasi stereokimiawinya. Tatanama yang tepat untuk
menyatakan formulasi kimiawi ini sudah disusun. Atom karbon yang asimetris (pada
molekul C21) memungkinkan terjadinya stereoisomerisme. Gugus metil bersudut (C19 dan
C18) pada posisi 10 dan 13 berada di depan sistem cincin dan berfungsi sebagai titik acuan.
Substitusi nukleus dalam bidang yang sama dengan bidang gugus ini diberi simbol cis atau
. Substitusi yang berada di belakang bidang sistem cincin diberi simbol trans atau .
Ikatan rangkap dinyatakan oleh jumlah atom karbon yang mendahului. Hormon steroid
diberi nama menurut keadaan hormon apakah hormon tersebut mempunyai satu gugus
metil bersudut (estran, 18 atom karbon), dua gugus metil bersudut (androstan, 19 atom
karbon) atau dua gugus bersudut plus 2 rantai samping karbon pada C17 (pregnan, 21
atom karbon).(2,7,8)
II. Klasifikasi Kortikosteroid Topikal
Berdasarkan potensi klinisnya dibedakan ke dalam beberapa golongan, yaitu :(9,14,15)
1. Golongan I : Super Poten
Clobetasol proprionate ointment dan cream 0,5%
Betamethasone diproprionate gel dan ointment 0,05%
Diflorasone diacetate ointment 0,5%
Halobetasol proprionate ointment 0,05%
(atropi dermal, striae), efek vaskuler kebanyakan berhubungan dengan jaringan konektif
vaskuler (telangiektasis, purpura), dan kerusakan angiogenesis (pembentukan jaringan
granulasi yang lambat).(10,13)
Khasiat glukokortikoid adalah sebagai anti radang setempat, anti-proliferatif, dan
imunosupresif. Melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalam inti sel-sel lesi,
berikatan dengan kromatin gen tertentu, sehingga aktivitas sel-sel tersebut mengalami
perubahan. Sel-sel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapat membentuk atau
menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat mitosis (anti-proliferatif),
bergantung pada jenis dan stadium proses radang. Glukokotikoid juga dapat mengadakan
stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak
dikeluarkan.(3,6,11)
Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering dipakai.
Glukokortikoid dapat menekan limfosit-limfosit tertentu yang merangsang proses radang.
Ada beberapa faktor yang menguntungkan pemakaiannya yaitu:(6,11)
1. Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek anti radang yang cukup
memadai.
2. Bila pilihan glukokortikoid tepat, pemakaiannya dapat dikatakan aman.
3. Jarang terjadi dermatitis kontak alergik maupun toksik.
4. Banyak kemasan yang dapat dipilih : krem, salep, semprot (spray), gel, losion, salep
berlemak (fatty ointment).
Kortikosteroid mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi di daerah yang
menghasilkan vasokontriksi. Fagositosis dan stabilisasi membran lisosom yang menurun
diakibatkan ketidakmampuan dari sel-sel efektor untuk degranulasi dan melepaskan
sejumlah mediator inflamasi dan juga faktor yang berhubungan dengan efek anti-inflamasi
kortikosteroid.(3,10,15)
Meskipun demikian, harus digaris bawahi di sini bahwa khasiat utama anti radang bersifat
menghambat : tanda-tanda radang untuk sementara diredakan. Perlu diingat bahwa
penyebabnya tidak diberantas, maka bila pengobatan dihentikan, penyakit akan kambuh.
(11)
hidrokortison
banyak
mengalami
perubahan.
Pada
umumnya
molekul
Efek anti-proliferatif kortikosteroid topikal diperantarai dengan inhibisi dari sintesis dan
mitosis DNA. Kontrol dan proliferasi seluler merupakan suatu proses kompleks yang terdiri
dari penurunan dari pengaruh stimulasi yang telah dinetralisir oleh berbagai faktor inhibitor.
Proses-proses ini mungkin dipengaruhi oleh kortikosteroid. Glukokortikoid juga dapat
mengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak
jaringan tidak dikeluarkan. (6,8,11)
Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. Mekanisme yang terlibat
dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi menunjukkan bahwa kortikosteroid bisa
menyebabkan pengurangan sel mast pada kulit. Hal ini bisa menjelaskan penggunaan
kortikosteroid topikal pada terapi urtikaria pigmentosa.(3,6,8)
Mekanisme sebenarnya dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang dimengerti.
Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya dengan menghibisi
pembentukan prostaglandin dan derivat lain pada jalur asam arakidonik. Mekanisme lain
yang turut memberikan efek anti-inflamasi kortikosteroid adalah menghibisi proses
fagositosis
dan
menstabilisasi
membran
lisosom
dari
sel-sel
fagosit.(3,8,10)
Pada umumnya dipilih kortikosteroid topikal yang sesuai, aman, efek, samping sedikit dan
harga murah ; disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis
penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas / tidaknya
lesi, dalam / dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur
penderita.(4,10)
Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3 kali per hari sampai penyakit tersebut
sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis adalah menurunnya
respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang ; berupa
toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila
pengolesan obat tetap dilanjutkan.(4)
Ada
beberapa
cara
pemakaian
dari
kortikosteroid
topikal,
yakni
(4,5,11)
1. Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
2. Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per minggu, sebaiknya
jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik, pilihlah salah satu dari golongan
sedang
dan
bila
perlu
diteruskan
dengan
hidrokortison
asetat
1%.
3. Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat mujarab (panacea) untuk
semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak jelas, jangan pakai
kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkan ruam khas suatu dermatosis. Tinea
dan scabies incognito adalah tinea dan scabies dengan gambaran klinik tidak khas
disebabkan pemakaian kortikosteroid.
Kortikosteroid topikal tidak seharusnya dipakai sewaktu hamil kecuali dinyatakan perlu
atau sesuai oleh dokter untuk wanita yang hamil. Percobaan pada hewan menunjukkan
penggunaan kortikosteroid pada kulit hewan hamil akan menyebabkan abnormalitas pada
pertumbuhan fetus. Percobaan pada hewan tidak ada kaitan dengan efek pada manusia,
tetapi mungkin ada sedikit resiko apabila steroid yang mencukupi di absorbsi di kulit
memasuki aliran darah wanita hamil. Oleh karena itu, penggunaan kortikosteroid topikal
pada waktu hamil harus dihindari kecuali mendapat nasehat dari dokter untuk
menggunakannya. Begitu juga pada waktu menyusui, penggunaan kortikosteroid topikal
harus dihindari dan diperhatikan.(1)
Kortikosteroid
juga
hati-hati
digunakan
pada
anak-anak.
Anak-anak
juga
Penggunaan
kortikosteroid
topikal
yang
lama
dan
berlebihan.
Penggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau
ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. Pendarahan intradermal yang terjadi akan
menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ini nantinya akan
terserap dan membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usia kulit prematur.
Efek Vaskular
Efek ini termasuk :
1. Vasodilatasi
yang
terfiksasi.
Kortikosteroid
pada
awalnya
menyebabkan