Anda di halaman 1dari 12

HIPERTIROIDISME

Di susun oleh:kelompok 2
Muh. Nardiansyah

Muh. muchlis

Ahmad dahlan syam


Arafah . p
Helma pelu
Harnia
Munawwarah syam
Wahyuni tahir

Mutmainnah
Fachryati nosar
Annisahrahwani
Sutriani
Azizah verawati

PROGRAM STUDI ILMU KEPEAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

HIPERTIROIDISME PADA KEHAMILAN


1. DEFINISI

Hipertiroidisme adalah suatu keadaan akibat dari produksi hormon tiroid yang

berlebihan oleh kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kadar hormon tiroid didalam
darah berlebihan baik tiroksin (T4), triiodotironin (T3) atau keduanya. Hipertiroid
dijumpai 5 - 7 kali lebih sering pada wanita dibanding pria dan terjadi pada 1- 2 dari
1000 kehamilan.

Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan.

Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan.

Hipertiroidisme tirotoksikosis dapat juga disebut sebagai respon tubuh

terhadap T3 atau T4 berlebihan , atau keduanya.

2. ETIOLOGI

goiter toksik, penyakit graves terutama terjadi pada dewasa muda dan pada goiter

nodular toksik yang terutama terjadi pada dewasa yang berusia lebih tua.
Hiperfungsi kelenjar tiroid hipofisi, dan hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF

karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.


Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH
yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi

disertai TSH dan TRH yang berlebihan.


antibody yang menyebabkan hipertiroidisme pasti timbul sebagai akibat autoimunitas.

Salah satu penyebab dari hipertiroidisme adalah graves. Penyakit graves dan

goiter toksik.

Penyakit graves suatu bentuktiroiditis autoimun yang timbul dengan gejala

hipertiroidisme, pembesaran difus kelenjar tiroid, eksoftalamus, serta gejal dan tanda
lain hipermetabolisme ( intoleransi panas, berkeringat, penurunan berat badan, takikardi,
kecemasan, dan keletihan. Peyakit graves disebabkan oleh terdapatnya antibody lgG
yang disebut sebagai stimulator tiroid kerja lama yang bekeja secara langsung pada sel
folikel tiroid, merangsangnya untuk membela (menyebabkan hyperplasia) dan untuk
menyintesis dan menyekresi hormion tiroid secara terus-menerus di luar control TSH
dari hipofisis.

Goiter noduler toksik ditandai dengan dengan nodul kecil terpisah

yang berfungsi secara otonom dalam mensekresi hormone tiroid yang berlebihan.
Penyakit ini tidak terlalu paranh dari penyakit graves, dalam hal ini eksoftalmus tidak
terjadi, namun dapat terjadi mata terbelalak dan jarang mengedip akibat peningkatan
aktivitas simpatis.
3. TANDA DAN GEJALA HIPERTIROID :

Eksoftalmus
Tremor
Takikardia
Pembesaran kelenjar tiroid
Hiperkinesis
Kenaikan BMR sampai 25 %
Aneroksia
Lekas letih
Kesulitan dalam menelan
Mual dan muntah
Konstipasi
Hiptonik obat
Peningkatan frekuensi denyut jantung.
Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran

terhadap panas, keringat berlebihan.


Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik).
Peningkatan frekuensi buang air besar.
Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.

Gangguan reproduksi
Tidak tahan panas.
Cepat letih.
Tanda bruit.
Haid sedikit dan tidak tetap.
Pembesaran kelenjar tiroid.
Mata melotot (exoptalmus).

4. PATOFISIOLOGI

Kelebihan hormon tiroid akan menyebabkan kondisi hipermetabolik yang


disertai peningkatan aktifitas simpatis, sehingga menyebabkan :
-peningkatan cardiac output
-Peningkatan konsumsi oksigen

-Peningkatan aliran darah tepi


-Peningkatan suhu tubuh

5. PENATALAKSANAAN
terapi yang biasanya diberikan adalah obat-obatan antitiroid yang menghambat produksi
TH atau obat-obatan penyekat beta untuk menurunkan hiperresponsifitas simpatis. Obatobatan yang nerusak jaringan tiroid juga dapat digunakan. Misalnya, iodin radioaktif
(I131) yang diberikan dalam sediaan oral, diserap secara aktif oleh sel tiroid yang
hiperaktif. Setelah masuk I131 merusak sel tersebut. Terapi ini adalah terapi permanen
untuk hipertiroidisme dan sering menyebabkan inndividu menjadi hipotiroid dan

memerlukan penggantian TH seumur hidup.


Tiroidektomi parsial atau total dapat menjadi pilihan terapi. Tiroidektomi total maupun

parsial dapat menyebabkan hipotiroidisme.


Injeksi tiroid etanol perkutan digunakan pada pasien yang memiliki nodula tiroid
benigna dan pasien yang mengalami peningkatan resiko pembedahan akibat penyakit
jantung atau paru, usia lanjut, multimorbiditas atau dialisis.

6. KOMPLIKASI HIPERTIROIDISME

Pada kehamilan meliputi morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan bayi
baru lahir. Pada ibu dapat diinduksi hipertensi pada kehamilan, pre-eklamsia, gagal
jantung, dan persalinan preterm. Pada janin dan neonatus dapat terjadi kelahiran mati,
goiter, hipertiroiditis dan hipotiroiditis.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik :
a. Kulit
1) Panas, lembab, banyak keringat, halus, licin, mengkilat, kemerahan.
2) Erythema, pigmentasi, mixedema local.
3) Kuku terjadi onycholosi terlepas, rusak.
4) Ujung kuku/jari terjadi Aerophacy, yaitu perubahan ujung jari tabuh / clubbing
finger disebut PLUMER NAIL.
5) Kalau ada peningkatan suhu lebih dari 37,8o C indikasi Krisis Tyroid.
b. Mata ( Opthalmoptik )
1) Retraksi kelopak mata atas mata membelalak / tanda Dalrymple.
2) Proptosis ( eksoptalmus ), karena jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh
limposit.

3) Iritasi Conjunction dan Hemosis.


4) Laktrimasi
5) Ortalmoplegia
6) Tanda Jefrey : kulit tidak dapat mengkerut pada waktu kepala sedikit menunduk dan
mata melihat objek yang digerakkan ke atas.
7) Tanda Rosenbach : tremor pada kelopak mata pada waktu mata menutup.
8) Tanda stelwag : mata jarang berkedip.
9) Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga memberi kesan mata
membelalak.
10) Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa mata.
11) Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata / gagal
konvergensi.
c. Cardio vaskuler.
1) Peningkatan tekanan darah
2) Tekanan nadi meningkat
3) Takhikardia
4) Aritmia
5) Berdebar-debar
6) Gagal jantung
d. Respirasi
1) Perubahan pola nafas
2) Dyspnea
3) Pernafasan dalam
4) Respirasi rate meningkat
e. Gastrointestinal
1) Poliphagia nafsu makan meningkat.
2) Diare bising usus hyperaktif
3) Enek
4) Berat badan turun

f. Otot
1) Kekuatan menurun
2) Kurus
3) Atrofi
4) Tremor
5) Cepat lelah
6) Hyperaktif refleks tendom
g. Sistem persyarafan
1) Iritabiltas gelisah
2) Tidak dapat berkonsentrasi
3) Pelupa
4) Mudah pindah perhatian
5) Insomnia
6) Gematar
h. Status mental dan emosional
1) Emosi labil lekas marah, menangis tanpa sebab
2) Iritabilitas
3) Perubahan penampilan
i. Status ginjal
1) Polyuri ( banyak dan sering kencing ).
2) Polidipsi ( rasa haus berlebihan banyak minum )
j. Status reproduksi
1) Pada wanita :
a. Hypomenorrhoe
b. Amenorrhoe
Karena kelenjar tyroid mempengaruhi LH
2) Laki-laki :
a. Kehilangan libido
b. Penurunan potensi

k. Leher
1) Teraba adany apembesaran tyroid ( goiter ).
2) Briut ( + ).
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Serum T3 dan T4 meningkat ( Normal : T3 :8 16 g. T4 4-11 g )
b. TSH serum menurun
c. Tyroid radio aktif iodine up take ( RAIU ) meningkat ( Normal: 10-35 % )
d. BMR meningkar
e. PBI meningkat ( Normal :4 g 8 g, hypertiroid > 8 g, hypertiroid < g)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare,
mual,nyeri abdomen dan atau peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaporesis.
Tujuan : nutrisi adekuat.
Intervensi :
a. Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, tinggi vitamin B.

Rasional: penurunan BB terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang

cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi anti tiroid


b. Tawarkan makanan dalam jumlah kecil tapi sering dan tambahan diantara waktu
makan.
c. Konsulkan pasien untuk makanan yang disukai.
d. Hindari stimulan : kopi, the, cola, atau makanan yang lain yang mengandung kafein
atau teobromin yang meningkatkan perasaan kenyang dan paristaltik.
e. Hindari makanan dengan jumlah yang banyak serat atau makanan yang banyak
mengandung bumbu.
f. Berikan dorongan untuk memperbanyak minum 2 sampai 3 liter setiap hari ; hindari
jus yang mungkin dapat menyebabkan diare.
g. Berikan lingkungan dengan pengunjung yang cocok bila pasien yang
menginginkannya.
h. Timbang pasien setiap hari, pada waktu yang sama dengan timbangan dan pakaian
yang sama.
i. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam.
j. Kaji efektifitas pengobatan untuk mengatasi mual dan nyeri abdomen.

Hasil yang diharapkan / evaluasi :


Berat badan meningkat sampai batas yang normal bagi pasien : makan diet yang
dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen ;tidak yang dianjurkan tanpa
menunjukkan ketidaknyamanan abdomen; tidak mengalami diare; masukan dan haluaran
seimbang.
2. Hipetermia yang berhubungan dengan status hipermetabolik ditandai dengan panas.
Tujuan : suhu normal 36,5oC 37,5oC.
Intervensi ;
a. Berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
b. Gunakan pakaian dan linen tempat tidur yang tipis.
c. Pertahankan lingkungan yang sejuk.
d. Kaji efektifitas selimut hipetermia bila dilakukan :
- Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
e. Berikan asetamenofen sesuai pesanan ( aspirin merupakan kontra indikasi )
f. Tingkatkan masukan cairan sampai 2500 ml / hari.
g. Pantau tanda vital, tingkat kesadaran, halyaran urine setiap 2 sampai 4.
h. Kolaborasikan dengan dokter dalam menggunakan tindakan pendinginan tambahan
bila keadaannya membutuhkan.

Hasil yang diharapkan /evaluasi :


a. Pasien sadar dan responsif
b. Tanda-tanda vital dan haluaran urine normal.
3. Intoleran aktivitas yang berhubunagan dengan ketiddakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan karena peningkatan kecepatan metabolisme dan intoleransi
terhadap panas ditandai dengan kelemahan.
Tujuan : Aktifitas dapat dilakukan sesuai toleransi.
Intervensi :
a. Kaji tanda vital dasar dan tingkat aktivitas sebelumnya.
b. Batasi akatifitas sampai tingkat toleransi pasien dengan melakukan pangkajian
respon(

mis:kaji tanda vital selama melakukan aktifitas dan bandingkan dengan

tanda vital dasar).


c. Biarkan pasien membuat priorotas dalam perawatan di dalam keterbatasanna.

d. Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istitrahat yang
cukup.
e. Berikan peralatan yang dibutuhkan, kebutuhan lain untuk mencegah penggunaan
energi yang berlebihan oleh pasien sebelum aktivitas.
f. Hentikan aktifitas pada awal timbulnya gejala intoleran : dispnea, takipnea,
takikardia, keletihan.
g. Bantu pasien saat melakukan aktifitas yang tidak mampu dilakukan karena
kelemahan atau tremor.
h. Rencanakan aktifitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan
meningkatan toleransi untuk perawatan diri.
Hasil yang diharapkan / evaluasi :
a. Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran.
b. Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan.

4. Perubahan proses fikir yang berhubungan dengan peningkatan rangsangan sistem


saraf simpatis oleh tingginya kadar hormon tiroid ditandai dengan labil, peka rangsang,
gugup.
Tujuan : tidak terjadi perubahan proses pikir.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kesadaran, orientasi, afek dan persepsi setiap 4 jam sampai 8 jam :
laporkan adanya perubahan negatif.
b. Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi dan orang : berikan penekanan bahwa
hal tersebut tepat adanya.
c. Berikan lingkungan yang stabil, tenang, tanpa stress, dan tidak merangsang.
1) Atasi lingkunangan yang terlalu berisik.
2) Konsisten dalam waktu dan saat melakukan prosedur atau aktifitas.
3) Batasi pengunjung sesuai kebutuhan.
4) Hindari pergantian personel yang sering.
5) Cegah situasi yang menimulkan kemarahan emosional bila memungkinkan
d. Rencanakan perawatan bersama pasien; berikan penjelasan yang jelas dan singkat.
e. Antisipasi kebutuhan akan pencegahan reaksi hiperaktif.
f. Informasikan pasien bahwa aktifitasnya mungkin dibatasi.

g. Ajarkan teknik menurunkan stress dan kaji penggunaannya oleh pasien.


h. Berikan aktifitas yang menghibur dan benda-benda yang menurunkan rangsangan ;
hindari hal-hal yang membutuhkan manipulasi motorik halus.
i. Orientasikan kembali pasien pada lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan dan
berikan petunjuk yang mengorientasikan ( misalnya : jam, kalender, gambar-gambar
yang dikenal pasien dan sebagainya ).
j. Panyau terhadap reaksi buruk terhadap pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Prise dan Wilson. 2006. Patofisiologi konsep klinis dan proses- proses Penyakit.
Jakarta: EGC

Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

http://ajibkedokteran.wordpress.com

http://catatan.legawa.com/

http://www.scribd.com/doc

Anda mungkin juga menyukai