Anda di halaman 1dari 3

Resume

Kuantitas dan Kualitas Limpasan Air Hujan dari Atap Hijau


(Green Roof Storm-Water Runoff Quantity and Quality)

Atap hijau adalah atap yang didesain memiliki vegetasi diatasnya. Media tumbuh
yang digunakan adalah media rekayasa yang lebih ringan dibandingkan tanah, lebih mudah
kering, anorganik, dan dapat mendukung tanaman untuk tetap bertumbuh. Terdapat 2 skema
klasifikasi untuk atap hijau. Klasifikasi pertama yaitu antara pemasangan di tempat (BIP)
atau modular. Klasifikasi kedua yaitu intensive (kedalaman media tumbuh minimal 20 cm)
atau extensive (kedalaman media tumbuh berkisar antara 5 sampai 15 cm). Atap hijau dengan
pemasangan BIP biasanya bertipe intensive, sedangkan atap hijau dengan pemasangan
modular biasanya bertipe extensive. Namun tidak menutup kemungkinan yang terjadi bisa
sebaliknya. Dikarenakan tingginya kedalaman dari atap hijau intesive, menyebabkan beratnya
bertambah namun dapat ditanami berbagai macam tanaman termasuk pohon kecil. Oleh
karena itu, atap hijau intensive lebih sering digunakan untuk atap yang didesain dapat diakses
oleh penghuni gedung. Sedangkan keunggulan dari sitem modular adalah kemudahan untuk
mengakses dibawah atap bila diperlukan misalnya perbaikan sistem mesin atau perbaikan
atap. Selain itu, modular dapat dibuat bahkan sebelum atap dipasang.
Atap hijau baru-baru ini sangat populer terutama di Amerika Serikat terkait dengan
kemampuannya untuk mengurangi sumber polusi perkotaan dan penghematan energi.
Manfaat yang dapat diterima untuk penggunanya yaitu meningkatkan masa pakai atap,
mengurangi biaya perawatan permukaan tanah karena pengurangan limpasan air hujan, dan
mengurangi konsumsi energi.
Jurnal ini merangkum tentang hasil dari penelitian yang mengevaluasi kuanitas dari
limpasan air hujan dan kualitas dari atap hijau yang nantinya akan mengalami 4 musim
dengan temperatur berkisar antara 0-38 C dan juga menerima presipitasi berkisar 98 cm.
Tujuan dari penelitian atap hijau ini untuk mengukur kontribusi dari komponen sistem atap
hijau pada jumlah limpasan air hujan. Dari seluruh percobaan yang dilakukan akan mengarah
untuk menjawab beberapa pertanyaan ini. Pertama yaitu apakah kuantitas limpasan air hujan
dari atap hijau akan bebrbeda bila memiliki desain dan komponen penyusun yang berbeda.

Kedua apakah kualitas air limpasan dari atap hijau akan berbeda bila memiliki desain dan
komponen penyusun yang berbeda.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengurangan jumlah limpasan
air hujan bergantung kepada banyak faktor. Lebar cakupan tanaman pada atap salah satu yang
mempengaruhi. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan lebar cakupan tanaman kurang
lebih 20-25% untuk meningkatkan retensi air hujan selain dari kapasitas media tumbuh.
Faktor lainnya yaitu ketebalan dari media tumbuh. Sistem BIP dengan ketebalan 10
cm merupakan yang paling optimum dibandingkan ketebalan 5, 15,20 cm untuk atap hijau
dalam hal ini yaitu retensi dan lebar cakupan tanaman pada atap. Dengan ketebalan 10 cm ini
bisa mendapatkan retensi dan lebar cakupan tanaman pada atap sama dengan ketebalan yang
tinggi namun lebih murah dan berbobot lebih ringan.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kedalaman medium tumbuh sebesar 5 cm
tidak dapat membuat lebar cakupan tanaman pada atap sebesar 100% dengan waktu yang
memadai yang dimana sangat penting untuk menciptakan atap hijau yang terlihat. Namun
jika terdapat permasalahan berat atap, dapat diatasi dengan menanam tanaman sedum di
media tumbuh setebal 5 cm dengan waktu tumbuh selama 6 tahun untuk dapat menghasilkan
lebar cakupan tanaman pada atap 100%.
Sedangkan dari hasil penelitian evapotranspirasi diketahui ada perbedaan kehilangan
air diantara 2 sistem modular dan juga terdapat perbedaan kehilangan air bila digunakan tipe
media tumbuh yang berbeda. Pada umumnya berdasarkan penelitian sistem bag kehilangan
lebih banyak air dibandingkan sistem tray, pada seluruh media tumbuh yang telah diuji
cobakan meskipun pada sistem bag terdapat ventilasi yang lebih besar. Secara tipikal,
arkalyte kehilangan air paling sedikit dan yang paling kecil dalam cakupan tanaman pada
atap sedangkan lava kehilangan air paling tinggi dan yang paling luas dalam cakupan
tanaman pada atap. Kehilangan air pada media lava yang cukup besar kemungkinan
diakibatkan besarnya persen cakupan tanaman pada atap dan karakteristik fisik dari
agregatnya. Lava memiliki permukaan yang sangat porus sehingga air dapat terakumulasi
saat hujan. Hal itu menyebabkan tanaman yang tumbuh dapat lebih tersedia oleh air yang
telah terakumulasi di agregatnya, sehingga menyebabkan tingginya cakupan tanaman pada
atap.

Kehilangan berat pada atap hijau bergantung pada 2 faktor yaitu tipe sistem dan tipe
media tumbuh. Sistem tray memiliki permukaan terbuka yang memungkinkan media tumbuh
tergerus akibat angin ketika cakupan tanaman rendah sedangkan sitem bag menutupi sebagian
besar permukaannya sehingga mengurangi penggerusan akibat angin. Media tumbuh yang
dapat memberikan cakupan tanaman lebih baik akan mengalami penggerusan akibat angin
lebih jarang.
Kandungan nitrat pada limpasan dari model atap hijau BIP dengan kedalaman yang
berbeda-beda 17 kali lebih sedikit dibandingkan limpasan dari atap biasa yang telah
terkontrol selama 15 bulan. Hal itu mengindikasikan bahwa atap hijau dapat mempengaruhi
kualitas air dalam hal ini konsentrasi nitrat. Meskipun semakin dalam medium tumbuh
semakin dapat mengurangi konsentrasi nitrat tetap harus dipertimbangkan berat yang harus
ditanggungnya. Atap hijau terlihat juga sedikit mengurangi pH dari limpasan dibandingkan
dengan atap EPDM pada umumnya, dan terlihat bahwa yang mempunyai peran lebih besar
adalah tanamannya dibandingkan media tumbuhnya. Meskipun begitu masih harus dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efek ini. Jumlah padatan dan kekeruhan pada
limpasan juga dipengaruhi tipe media tumbuh dan ada tidaknya tanaman yang bedampak
pada periode pertumbuhan. Namun tingkat dari seluruh polutan umumnya rendah.
Atap hijau merupakan alat yang penting untuk mengatasi kuantitas limpasan air huajn
terutama di daerah perkotaan. Sedangkan dampak atap hijau untuk kualitas limpasan air
hujan masih dipertanyakan. Dari hasil eksperimen diatas terihat jelas bahwa desain atap hijau
yaitu tipe sistem (modular dan BIP), kedalaman media tumbuh, tipe media tumbuh, dan
pilihan tanaman sangat mempengaruhi performa atap dan performa atap hijau semakin lama
akan semakin meningkat diakibatkan cakupan dari atap hijau dan musim. Namun, kinerja
atap yang diinginkan harus diseimbangi dengan kendala di lapangan, misalnya batas beban
dan estetika.

Anda mungkin juga menyukai