Hubungan Gangguan Pernapasan Dengan Mekanisme Pernapasan
Hubungan Gangguan Pernapasan Dengan Mekanisme Pernapasan
Mekanisme Pernapasan
Avena Athalia Alim
102011031
greenochaken@yahoo.com
Pendahuluan
Latar Belakang
Setiap
makhluk
hidup termasuk
tanaman
pasti bernapas
untuk
Pembahasan
Pada kasus laki-laki berusia 25 tahun mengalami batuk dan sesak napas.
Terdapat gangguan pernapasan, batuk dan sesak napas, yang menyebabkan
mekanisme pernapasan terganggu.
Struktur
Fungsi keseluruhan struktur pernapasan adalah untuk menyalurkan udara
dan menukarkan gas-gas dari dan ke paru-paru. Secara garis besar, struktur
pernapasan dibagi menjadi dua, yaitu strutur berdasarkan histologi dan
berdasarkan anatomi.
Mikroskopis
Sistem pernapasan dibagi menjadi bagian konduksi dan bagian respirasi.
Bagian konduksi merupakan bagian yang menyalurkan udara. Sedangkan bagian
respirasi merupakan bagian dimana terjadi pertukaran gas. Bagian konduksi
meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
bronkiolus terminalis. Bagian respirasi meliputi bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris dan alveolus. (Lihat Gambar 1)
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron
dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet
mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fossa nasalis. Pada vestibulum
di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di
dalam vestibulum merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan
berubah menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet sebelum masuk
fossa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi
pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing
dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblet, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius
2
tanpa lapisan tanduk, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis
(otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan
frekuensi yang berbeda-beda.2
Pada trakea, terdapat sel bersilia, sel goblet, sel sikat I, sel sikat II, sel
sekretorik bergranul, dan sel basal. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria
dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya
berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet
dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk
mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk
menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang
rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis
dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah
distensi berlebihan. Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars
kartilagenia, sedangkan yang mengandung otot disebut pars membranasea.1,2
Paru-paru ada sepasang, paru kanan terdiri dari 3 lobus (superior, medius,
inferior) dan paru kiri terdiri dari 2 lobus (superior dan inferior). Selaput
pembungkus paru-paru disebut pleura. Pleura merupakan lapisan yang
memisahkan antara paru dan dinding toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars
parietal dan pars viseral. Di antara pelura terdapat kavum pleura, yang berisi
cairan serosa.1,2 (Lihat Gambar 3)
Pada bronkus, bronkus ekstrapulmonal sama dengan trakea namun
diameternya lebih kecil, sedangkan bronkus intrapulmonal epitelnya epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak
teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin
tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis
tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan
hialin.1,2 (Lihat Gambar 4)
Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya.
Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya
terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar,
epitelnya adalah epitel bertingkat torak bersilia, yang makin memendek dan makin
4
sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada
bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus
terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang
penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan
partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom
dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.1,2
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling
melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas
membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya
sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang
berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.
Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang
bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan
memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.
Gambar 1. Pernapasan
Sumber : Campbell et al, 1999.
Gambar 3. Paru-paru
Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci paru-paru
Makroskopis
A. Rongga Hidung dan Nasal3 : (Lihat Gambar 5)
A.1. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan
rongga nasal. Bagian anterior septum adalah kartilago.
A.2. Naris eksternal dibatasi oleh kartilago nasal. Kartilago nasal lateral
terletak di bawah jembatan hidung. Ala besar dan ala kecil kartilago
nasal mengelilingi nostril.
A.3. Tulang hidung (tulang nasal) membentuk jembatan dan bagian
superior kedua sisi hidung. Vomer dan lempeng perpendikular tulang
etmoid membentuk bagian posterior septum nasal. Lantai rongga
8
nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan
palatinum. Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari
lempeng kribiform tulang etmoid, pada sisi anterior dari tulang
frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sfenoid.
B. Faring : tabung muskular yang berukuran 12,5 cm yang merentang dari
bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring adalah bagian
posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui dua
naris internal (koana). Pada nasofaring juga terdapat tuba Eustachius yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Pada orofaring terdapat
uvula (prosesus kerucut kecil), amandel palatinum. Laringofaring
mengelilingi mulut esofagus dan laring.3
C. Laring : menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah tabung
pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh sembilan
kartilago.3
D. Trakea : tuba dengan panjang 10-20 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak
di atas permukaan anterior esofagus. Tuba ini merentang dari laring dari
laring pada area vertebra serviks keenam sampai area vertebra toraks
kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama. Trakea dapat
tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk-C.
Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot
sehingga memungkinkan ekspansi esofagus.3
E. Percabangan Bronkus3 :
E.1.
E.2.
E.3.
10
Mekanisme Pernapasan
Keadaan dimana tekanan udara atmosfer sama dengan tekanan udara
dalam alveoli disebut tekanan intra-alveolar (intrapulmonar). Sedangkan keadaan
dimana tekanan kurang dari tekanan atmosfer disebut tekanan intrapleura. Recoil
adalah kemampuan paru-paru kembali ke bentuknya setelah diregangkan.
Sedangkan compliance adalah kemampuan paru-paru untuk meregangkan atau
mengembangkan paru-paru.3,6
A.
Volume Paru-Paru
Jumlah udara yang bergerak masuk ke dalam paru-paru dalam sekali
inspirasi tenang dinamakan volume tidal (TV), nilai rata-rata = 500 ml. Udara
inspirasi dengan inspirasi maksimal yang melebihi volume tidal adalah volume
cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, VCI), nilai rata-ratanya = 3.000
ml. Volume yang dikeluarkan oleh usaha ekspirasi aktif setelah ekspirasi pasif
adalah volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume, VCE), nilai rataratanya = 1.000 ml. Udara yang tersisa setelah ekspirasi maksimal adalah volume
residu (VR), nilai rata-ratanya = 1.200 ml.6,7
11
penentuan ventilasi paru atau minute ventilation, yaitu volume udara yang dihirup
dan dihembuskan dalam satu menit. Faktor lain yang pentig adalah frekuensi
pernapasan (kecepatan bernapas) yang rata-rata sebesar 12 kali napas per menit.6
Ventilasi paru (ml/menit) = tidal volume (ml/napas) x frekuensi pernapasan (napas/menit)
12
Tekanan
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan terjadi melalui
karbon dioksida dalam darah dapat terjadi. Pada transpor oksigen, sekitar 97%
oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin
(Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma. Oksigen dibawa dalam darah
dengan cara berikatan dengan hemoglobin menjadi oksihemoglobin (HbO2).
Oksigen terkadang dapat lepas dari Hb. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
terpisahnya O2 dengan Hb. Hal ini dapat dilihat dari kurva disosiasi (saturasi).
Ketika PCO2, suhu, dan 2,3-DPG naik, maka kurva akan bergeser ke sebelah
13
kanan yang berarti ikatan antara oksigen dan hemoglobin melemah (afinitas/daya
ikat antara Hb dengan O2 menurun). Sedangkan ketika PO2 dan pH naik, maka
kurva akan bergeser ke sebelah kiri yang berarti ikatan antara oksigen dan
hemoglobin kuat (afinitas/daya ikat antara Hb dengan O2 naik).3,6 (Lihat Gambar
7)
Pada transpor karbon dioksida, karbon dioksida yang berdifusi ke dalam
darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui beberapa cara. Cara pertama,
sejumlah kecil karbon dioksida tetap terlarut dalam plasma. Cara kedua, karbon
dioksida yang tersisa membentuk karbaminohemoglobin dengan gugus amino.
Cara ketiga, karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam
plasma dan dapat berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat dalam
reaksi bolak-balik yang dikatalisis oleh anhidrase karbonik. Cara keempat, dengan
mengadakan pertukaran antara ion bikarbonat dengan ion klorida untuk
menyeimbangkan kadar asam-basa dalam darah. Cara ini disebut pergeseran
klorida (clorida shift).3 (Lihat Gambar 8)
C.
Kadar pH Buffer
pH darah arteri normal adalah 7,35-7,45. Proses perubahan pH darah ada
dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat matabolik (karena perubahan
konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat
respiratorik (karena perubahan tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan
respirasi). Perubahan PaCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. pH darah
akan turun (asidosis) jika PaCO2 naik (asidosis respiratorik) atau jika HCO3- turun
(asidosis metabolik). pH darah akan naik (alkalosis) jika PaCO 2 turun (alkalosis
respiratorik) atau jika HCO3- naik (alkalosis metabolik). Naik atau turunnya pH
dapat disebabkan karena beberapa hal.7,8
Normalnya, keseimbangan asam-basa tubuh diatur oleh sistem buffer.
Sistem buffer adalah keadaan dimana jika ditambahkan sedikit asam atau basa dan
jika diencerkan tidak akan mengubah pH. Dalam tubuh, terdapat buffer
pernapasan, buffer ginjal, dan buffer darah.
14
16
Penutup
Kesimpulan
Adanya gangguan pada pernapasan baik ringan ataupun berat akan
mempengaruhi sistem pernapasan. Karena ketika ada gangguan, maka saluran
pernapasan akan terganggu sehingga jalan masuk oksigen dan jalan keluarnya
karbon dioksida tidak lancar. Jika dibiarkan, dapat berakibat fatal, yaitu tidak
terjadinya pertukaran gas di paru-paru.
Gangguan pernapasan tidak hanya mengganggu saluran pernapasan, tetapi
juga dapat mengganggu faktor-faktor yang mendukung proses mekanisme
pernapasan.
Gangguan
tersebut
bisa
terjadi
pada
sistem
difusi,
bisa
17
Daftar Pustaka
1.
Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks & atlas. Edisi 10. Jakarta:
EGC; 2007.h.335-54.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2005.h.625-61.
8.
9.
18