Katarak Senilis
Katarak Senilis
1
Kata pengantar
Salam sejahtera,
Pertama-tama dilafaz puji syukur di atas rezeki yang dilimpahkan-Nya sehingga saya
mampu menyiapkan makalah Blok 23 Sistem Pengindraan ini tepat pada masa yang ditetapkan.
Setinggi-tinggi ucapan terima kasih ditujukan kepada dosen pembimbing kelompok ini
yaitu Dr. Hartanto yang telah banyak membimbing dan memberi input dan tunjuk ajar kepada
kami anggota kelompok B2 sepanjang proses perbincangan PBL dijalankan.
Tidak dilupakan ucapan terima kasih kepada anggota kelompok B6 sendiri yang sudi
berkongsi ide-ide dan keterbukaan dalam ikut serta sepanjang perbincangan kasus dijalankan.
Perkongsian maklumat dan sumber-sumber rujukan turut sangat membantu kelancaran
penghasilan makalah ini. Sokongan moral dari semua pihak turut di awali dengan ucapan ribuan
terima kasih. Diharapkan makalah ini mampu menerangkan atau memperkenalkan serba sedikit
tentang penyakit katarak yang sering mengena orang tua dengan gejala khas yaitu mata seperti
berasap.
Jakarta, 19 Maret 2011
Yang
benar,
Nurul Najiha Binti Noor Azhar
10 2008 243
Bilangan
Tajuk
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Isi
Halaman
2.1.
Anamnesis
2.2.
Pemeriksaan
2.3.
Working Diagnosis
2.4.
Differential diagnosis
2.5.
Etiologi
11
2.6.
Epidemiologi
12
2.7.
Patofisiologi
13
2.8.
Penatalaksanaan
18
2.9.
Preventif
27
2.10.
Komplikasi
28
2
Prognosis
28
29
Daftar pustaka
29
BAB I
1.2.
Pendahuluan
Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan obyek
dengan jelas di retina. Kata katarak itu sendiri berasal dari Yunani katarrhakies, Inggeris
cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Digambarkan pernglihatan seperti
tertutup air terjun. Katarak senilis pula adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Katarak senilis ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa
distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,
disertai penglihatan jauh makin kabur, penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga
pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight) dan miopia artifisial yang
disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipiens.
BAB II
2.1. Anamnesis
Ditanyakan data demografi pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa dan
lain-lain. Ditanyakan secara kapan dirasakan penurunan penglihatan atau terlihat asap. Adakah
terjadi secara akut atau kronik. Ditanyakan riwayat perjalanan penyakit sekarang dan terdahulu
seperti riwayat refraksi, penyakit mata sebelumnya, ambliopia, operasi mata atau pernah
mengalami trauma.
Turut ditanyakan riwayat kesehatan pasien secara umum, penggunaan obat-obatan yang
bisa mempengaruhi hasil operasi maupun prosedur dalam operasi. Keracunan obat juga bisa
menyebabkan katarak seperti eserin (0.25-0.5%), kortikosteroid, ergot dan antikolinesterase
local. Dicari gali adakah pasien alergi terhadap antibiotik atau obat anastesi. Ini membantu
melancarkan prosedur operasi.1
2.2. Pemeriksaan
Pemeriksaan rutin yang dilakukan pada penderita tersangka katarak adalah seperti
pertamanya dengan pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole.
Kedua, dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.
Ketiga, Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz. Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil
dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan
dengan slit lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien.
Derajat 1: nukleus lunak, biasanya visus masih baik dari 6/12, tampak sedikit
kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refleks fundus masih mudah diperoleh.
Usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun.
Derajat 2 : nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12-6/30, tampak
nukelus mulai sedikit berwarna kekuningan. Refleks fundus masih mudah diperoleh
dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.
Derajat 4 : nukleus keras, biasanya visus antara 3/60-1/60, tampak nukleus berwarna
kuning kecoklatan. Refleks fundus sulit dinilai.
Derajat 5 : nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia
penderita sudah diatas 65 tahun. Tampak nukleus berwarna kecoklatan bahkan sampai
7
2. Katarak sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisi lensa yang tertinggal setelah
ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK) atau pasca trauma yang memecah lensa. Bentuk
lainnya adalah profilerasi epitel lensa berupa mutiara Elsching dan cincin Sommering.
10
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus dan biasanya
bilateral. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk. Pertama pasien
dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan
berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,
kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. Bentuk kedua, pasien
diabetes juvenil dan tua yang tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata
dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular. Bentuk ketiga, katarak
pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan biokimia sama dengan
katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan
sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak
yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan true diabetic katarak. Pada lensa akan
terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.
Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa untuk menegakkan
diagnosis.3
11
2.5. Etiologi
Penyebab sebenar katarak sehingga kini belum diketahui pasti. Namun diperkirakan
ianya ada hubungkait dengan konsep penuaan. Antaranya adalah teori putaran biologi, teori
mutasi spontan, teori a free radical dan teori a cross-link.
Teori putaran biologi. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali sebelum
jaringan mati. Sistem imunologis pula akan bertambah cacat dengan bertambahnya usia.
Akibatnya, sel akan mengalami kerusakan. Teori mutasi spontan. Teori a free radical .
Radikal bebas terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Reaksi antara radikal bebas
dengan molekul normal akan mengakibatkan degenerasi. Namun, radikal bebas dapat
dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E. Teori a cross-link. Ahli biokimia mengatakan
terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi
normal sel.3
Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat
disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti katarak traumatik yang disebabkan oleh
riwayat trauma/cedera pada mata, katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti
penyakit atau gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus,
katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi, katarak kongenital yang dipengaruhi oleh
12
Semakin lanjut usia, lensa mengalami perubahan berupa yang pertama, kapsul menebal
dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau
kabur,dan terlihat bahan granular. Kedua, epitel makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator
bertambah besar dan berat, bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata. Ketiga, serat lensa
lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet
lama-kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa,
sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
Manakala sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
14
16
Imatur
Matur
Hipermatu
r
Kekeruha
n
Ringan
Sebahagian Seluruh
Masif
Cairan
lensa
Normal
Bertambah Normal
(air masuk)
Berkurang
(air keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik mata
depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut
bilik mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Tes
Shadow
Normal
penyulit
+
glaukoma
Pseudops
Uveitis dan
glaukoma
Katarak Intumesen berupa kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
17
18
2.8. Penatalaksanaan
Hasil pemeriksaan, faktor-faktor penyulit dan hasil evaluasi digunakan sebagai dasar
penatalaksanaan. Perlu dicaritahu apakah penurunan kemampuan visual pasien dapat ditolong
dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa komplikasi,
apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk perawatan postoperatif, apakah opasitas lensa
berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler pasien.7
Pengobatan katarak adalah dengan pembedahan namun bisa juga menggunakan obatan
jika katarak tidak terlalu mengganggu. Pembedahan dilakukan atas tiga indikasi yaitu indikasi
social, medis dan optik. Indikasi sosial merujuk kepada penderita yang tidak dapat melihat
dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegitan sehari-harinya. Beberapa
penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya,
menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Indikasi
medis merujuk kepada kondisi katarak yang harus segera dioperasi walaupun prognosis
penglihatannya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat pada perbaikan penglihatannya.
Misalnya katarak hipermatur, Lens induced glaucoma, Lens induced uveitis, dislokasi atau
subluksasi lensa, korpus alienum intralentikular, retinopati diabetik yang diterapi dengan
fotokoagulasi laser, ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana diagnosis atau
tata laksananya akan terganggu dengan adanya opasitas lensa. Indikasi optic merujuk kepada
hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60.5
19
Pengeluaran lensa
ECCE
ICCE
korteks disuction
Kapsula posterior & zonula
Intak
dikeluarkan
Incisi
Iridektomi perifer
Tidak dilakukan
zinii
Diperlukan
Tidak diperlukan
Waktu
Lebih lama
Lebih singkat
Implantasi IOL
Posterior chamber
Teknik
Lebih sulit
Lebih mudah
Biaya
Lebih banyak
Lebih sedikit
Komplikasi yang
After-Cataract
meningkat
Retinopathy
After-Cataract
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3 bagian
zonula rusak)
3. Chronic Lens Induced Uveitis
4. Katarak hipermatur dengan
kapsula anterior yang tebal
5. korpus alienum intralentikular saat ada gangguan
integritas kapsula posterior
Kontraindikasi
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3
bagian zonula rusak)
lensa.
Pasien berusia < 35 tahun dimana
terjadi perlengketan erat antara lensa
dan vitreus (Ligament of Weigert)
Implantasi IOL
IOL adalah metode terbaik untuk mengatasi kondisi afakia. IOL terbuat dari PMMA (Polymethyl
Methacrylate), Silicone atau Acrylic (foldable), terdapat 2 tipe yaitu posterior chamber lens
24
Multifokal, dengan berbagai fokus, perlu dilakukan seleksi pasien karena dapat
menimbulkan masalah penglihatan postoperative.
Toriq IOL, tidak hanya mengkoreksi ametropia sferis, tetapi juga memperbaiki
astigmatisme hingga 3 dioptri. Orientasi yang benar letak lensa ini menetukan koreksi
visual.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 4 : Jenis-jenis IOL, (a) monofokal, (b) multifokal, (c) toriq IOL, (d) accommodatif IOL.
Aphakic spectacles
25
Magnifikasi. Setiap satu dioptri lensa sferis konveks menyebabkan magnifikasi bayangab
sebesar 3%. Oleh karena itu, lensa sferis konveks 10 dioptri yang digunakan untuk
koreksi afakia akan menyebabkan magnifikasi bayangan hingga 30% yang akan
menimbulkan diplopia.
Roving Ring Scotoma, sudut alfa pada kacamata afakia lebih besar sehingga sinar jatuh
pada lensa dan dibelokkan ke bagian sentral lensa dan tidak mencapai pupil, hal ini
menyebabkan ada area pada lapang pandang yang tidak terlihat, dan oleh karena sudut
lensa ada di sekeliling lensa, menghasilkan skotoma berbentuk cincin, dan tidak terfiksasi
di satu tempat pada lapang pandang, bergerak sesuai dengan pergerakan mata (roving).
Pin cushion effects, objek terlihat tertalik keluar dari sudut lensa koreksi.
Spherical aberrations, sinar dikonvergensikan lebih dekat dengan sudut lensa sehingga
difokuskan di depan dan jatuh di sentral. Hal ini menyebabkan kualitas visual yang buruk
walaupun sudah dikoreksi dengan lensa sferis yang sesuai.
Chromatic aberrations, warna dengan panjang gelombang lebih pendek akan mengalami
refraksi lebih banyak, dengan demikian warna ungu akan mengalami refraksi lebih
banyak daripada merah. Hal ini menyebabkan difraksi cahaya sudut objek berwarna putih
terlihat seperti pelangi.
26
Contact lenses
Lensa kontak mengurangi magnifikasi bayangan hingga 3-4%. Diindikasikan terutama pada
pasien usia muda dan kasus-kasus dengan afakia unilateral dimana tidak terdapat fasilitas untuk
implantasi IOL.4,5
Medika mentosa
Penatalaksanaan medikal pada katarak secara ketat dilakukan. Penghambat aldose
reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan
27
2.9. Preventif
Proses penuaan tidak dapat mencegah terjadinya katarak. Jadi pemeriksaan mata setiap
tahun secara teratur sangat dianjurkan pada usia 60 tahun keatas untuk mengetahui adanya
katarak. Antara langkah yang bisa diambil untuk memeperlambat terjadinya katarak adalah
dengan tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah. Amalkan pola makan yang sehat,
memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar
UV mengakibatkan katarak pada mata dan jagalah kesehatan tubuh seperti kencing manis
dan penyakit lainnya.
2.10.
Komplikasi
28
Prognosis
Pasien katarak senilis tanpa dengan pembedahan ECCE standar yang berjaya tanpa
komplikasi menjanjikan prognosis yang baik. Sekurang-kurangnya peningkatan 2 baris pada uji
Snellen chart. Pasien katarak senilis dengan faktor resiko seperti diabetes mellitus dan retinopati
diabetikum memberikan prognosis kurang baik terhadap penglihatan pasien.
BAB III
29
30