Anda di halaman 1dari 31

Makalah katarak senilis 201

1
Kata pengantar
Salam sejahtera,
Pertama-tama dilafaz puji syukur di atas rezeki yang dilimpahkan-Nya sehingga saya
mampu menyiapkan makalah Blok 23 Sistem Pengindraan ini tepat pada masa yang ditetapkan.
Setinggi-tinggi ucapan terima kasih ditujukan kepada dosen pembimbing kelompok ini
yaitu Dr. Hartanto yang telah banyak membimbing dan memberi input dan tunjuk ajar kepada
kami anggota kelompok B2 sepanjang proses perbincangan PBL dijalankan.
Tidak dilupakan ucapan terima kasih kepada anggota kelompok B6 sendiri yang sudi
berkongsi ide-ide dan keterbukaan dalam ikut serta sepanjang perbincangan kasus dijalankan.
Perkongsian maklumat dan sumber-sumber rujukan turut sangat membantu kelancaran
penghasilan makalah ini. Sokongan moral dari semua pihak turut di awali dengan ucapan ribuan
terima kasih. Diharapkan makalah ini mampu menerangkan atau memperkenalkan serba sedikit
tentang penyakit katarak yang sering mengena orang tua dengan gejala khas yaitu mata seperti
berasap.
Jakarta, 19 Maret 2011
Yang
benar,
Nurul Najiha Binti Noor Azhar
10 2008 243

Makalah katarak senilis 201


1
Daftar isi makalah

Bilangan

Tajuk

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Isi

Halaman

2.1.

Anamnesis

2.2.

Pemeriksaan

2.3.

Working Diagnosis

2.4.

Differential diagnosis

2.5.

Etiologi

11

2.6.

Epidemiologi

12

2.7.

Patofisiologi

13

2.8.

Penatalaksanaan

18

2.9.

Preventif

27

2.10.

Komplikasi

28
2

Makalah katarak senilis 201


1
2.11.

Prognosis

28

Bab III : Kesimpulan

29

Daftar pustaka

29
BAB I

1.2.

Pendahuluan
Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat menggambarkan obyek
dengan jelas di retina. Kata katarak itu sendiri berasal dari Yunani katarrhakies, Inggeris
cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Digambarkan pernglihatan seperti
tertutup air terjun. Katarak senilis pula adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Katarak senilis ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa
distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,
disertai penglihatan jauh makin kabur, penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga
pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight) dan miopia artifisial yang
disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipiens.

Makalah katarak senilis 201


1

BAB II
2.1. Anamnesis
Ditanyakan data demografi pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa dan
lain-lain. Ditanyakan secara kapan dirasakan penurunan penglihatan atau terlihat asap. Adakah
terjadi secara akut atau kronik. Ditanyakan riwayat perjalanan penyakit sekarang dan terdahulu
seperti riwayat refraksi, penyakit mata sebelumnya, ambliopia, operasi mata atau pernah
mengalami trauma.
Turut ditanyakan riwayat kesehatan pasien secara umum, penggunaan obat-obatan yang
bisa mempengaruhi hasil operasi maupun prosedur dalam operasi. Keracunan obat juga bisa
menyebabkan katarak seperti eserin (0.25-0.5%), kortikosteroid, ergot dan antikolinesterase
local. Dicari gali adakah pasien alergi terhadap antibiotik atau obat anastesi. Ini membantu
melancarkan prosedur operasi.1

Makalah katarak senilis 201


1

2.2. Pemeriksaan
Pemeriksaan rutin yang dilakukan pada penderita tersangka katarak adalah seperti
pertamanya dengan pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole.

Makalah katarak senilis 201


1

Makalah katarak senilis 201


1
Gambar 1 : Kartu Snellen.

Gambar 2 : Slit lamp.

Kedua, dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.
Ketiga, Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz. Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil
dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan
dengan slit lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien.

Derajat 1: nukleus lunak, biasanya visus masih baik dari 6/12, tampak sedikit
kekeruhan dengan warna agak keputihan. Refleks fundus masih mudah diperoleh.
Usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun.

Derajat 2 : nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12-6/30, tampak
nukelus mulai sedikit berwarna kekuningan. Refleks fundus masih mudah diperoleh
dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.

Derajat 3: nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30-3/60,


tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang keabu-abuan.

Derajat 4 : nukleus keras, biasanya visus antara 3/60-1/60, tampak nukleus berwarna
kuning kecoklatan. Refleks fundus sulit dinilai.

Derajat 5 : nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia
penderita sudah diatas 65 tahun. Tampak nukleus berwarna kecoklatan bahkan sampai
7

Makalah katarak senilis 201


1
kehitaman. Katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence cataract
atau Black cataract.
Keempat, pemeriksaan pupil dengan menggunakan center, pupil disinar dari depan
kemudian diperhatikan warna pupil. Pupil berwarna hitam jika lensa jernih atau bisa didapat
pada afakia. Pupil kelihatan putih atau abu-abu akibat kekeruhan atau katarak. Arah sinar diubah
menjadi 45% dari samping kemudian diperhatikan perubahan kekeruhan lensa. Jika terlihat
seluruh lensa tetap putih, bermakna katarak matura dengan Tes Shadow negatif. Jika
sebahagian lensa terlihat hitam, bermakna katarak immature dengan hasil Tes Shadow
positif.
Kelima, dilakukan pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan. Syarat-syarat
untuk melakukan pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan alat oftalmoskop, sebaiknya
dilakukan di ruang yang relative gelap, bila mata kanan pasien yang ingin diperiksa, pemeriksa
harus duduk di sebelah kanan, memegang oftalmoskop dengan tangan kanan dan memeriksa
dengan mata kanan dan sebaliknya. Diperhatikan fundus okuli. Normalnya bila media
refraksi jernih, refleks fundus berwarna merah kekuningan di seluruh lingkaran pupil.
Bila keruh, kelihatan bercak hitam didepan latar belakang merah kekuningan. Ini perlu
dibedakan karena katarak matura sering dengan hasil refleks fundus negatif.
Antara pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah biometri untuk mengukur
power Intraocular lens (IOL) jika pasien akan dioperasi katarak dan retinometri untuk
mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi.2

Makalah katarak senilis 201


1

2.3. Working diagnosis


Merujuk kepada kasus Tn. S, 65 tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur. Mata
kanan hanya bisa melihat lambaian tangan. Mata kiri masih jelas melihat dengan bantuan kaca
mata tetapi pandangan mata kirinya seperti terhalang asap. Pemeriksaan refraksi mata kanan
1/300 dan mata kiri 6/12 dengan kaca mata maksimal.
Dari kasus, didapatkan gejala khas katarak yaitu pandangan seperti terhalang asap.
Selanjutnya dibahas dalam isi-isi kedepan makalah ini.3,4,5

2.4. Differential diagnosis


1. Katarak komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi seperti
ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior
segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga
disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid, galaktosemia,dan
miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral
kontraseptik dan miotika antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus
9

Makalah katarak senilis 201


1
dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan
dapat difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol. Dikenal dua bentuk
yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan polus anterior bola mata.
Katarak pada polus posterior mata terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,
ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca.
Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat didalam nukleus, sehingga sering
terlihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan
gambaran agak berlainan.
Katarak pada polus anterior bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea berat,
iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan mengakibatkan katarak
subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma akan terlihat katarak disiminata pungtata
subkapsular anterior (katarak Vogt).
Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile,
hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu waktu
menjadi katrak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.3

2. Katarak sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisi lensa yang tertinggal setelah
ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK) atau pasca trauma yang memecah lensa. Bentuk
lainnya adalah profilerasi epitel lensa berupa mutiara Elsching dan cincin Sommering.
10

Makalah katarak senilis 201


1
Mutiara Elsching adalah epitel subscapular yang berproliferasi dan membesar sehingga
tampak sebagai busa atau telur kodok dan bisa menghilang dalam beberapa tahun oleh karena
pecah dindingnya. Cincing Soemering terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah
pingir-pingir melekat pada kapsula posterior menimbulkan daerah yang jernih ditengah. Cincin
ini dapat bertambah besar karena daya regenerasi epitel didalamnya.
Katarak ini diobati dengan cara pembedahan seperti disisio katarak sekunder,
kapsulotomi, membranektomi atau mengeluarkan seluruh membran keruh.3
3. Katarak diabetes

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus dan biasanya
bilateral. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk. Pertama pasien
dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan
berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,
kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. Bentuk kedua, pasien
diabetes juvenil dan tua yang tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata
dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular. Bentuk ketiga, katarak
pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan biokimia sama dengan
katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan
sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak
yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan true diabetic katarak. Pada lensa akan
terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.
Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa untuk menegakkan
diagnosis.3
11

Makalah katarak senilis 201


1

2.5. Etiologi
Penyebab sebenar katarak sehingga kini belum diketahui pasti. Namun diperkirakan
ianya ada hubungkait dengan konsep penuaan. Antaranya adalah teori putaran biologi, teori
mutasi spontan, teori a free radical dan teori a cross-link.
Teori putaran biologi. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali sebelum
jaringan mati. Sistem imunologis pula akan bertambah cacat dengan bertambahnya usia.
Akibatnya, sel akan mengalami kerusakan. Teori mutasi spontan. Teori a free radical .
Radikal bebas terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Reaksi antara radikal bebas
dengan molekul normal akan mengakibatkan degenerasi. Namun, radikal bebas dapat
dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E. Teori a cross-link. Ahli biokimia mengatakan
terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi
normal sel.3
Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat
disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti katarak traumatik yang disebabkan oleh
riwayat trauma/cedera pada mata, katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti
penyakit atau gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus,
katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi, katarak kongenital yang dipengaruhi oleh
12

Makalah katarak senilis 201


1
faktor genetik, kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol, kurang asupan
antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E, katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
jangka panjang, seperti seperti obat-obat golongan statin dan squalene synthase inhibitor.
Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan dalam metabolisme
kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzimsqualene synthase akibat penggunaan obat penurun
kolesterol dapat memicu terjadinya katarak.
2.6. Epidemiologi
Diperkirakan 5-10 juta individu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap
tahun (Newell, 1986). Di USA sendiri 300.000400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya. Menurut
WHO, di negara berkembang 1 - 3 % penduduk mengalami kebutaan dan 50 % penyebabnya
adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju perbandingannya adalah 1,2 % penyebab kebutaan
adalah katarak Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua. Insidensi
kebutaan adalah 1.47% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 3,5 juta orang dan katarak
terjadi sebanyak 0.76% atau 210,000 orang pertahun. (Survey Kesehatan Indra Mata Depkes RI).
Presentasi angka kebutaan utama ialah katarak sebesar 0,70 %, kelainan kornea 0,1%, penyakit
glaucoma 0,10%, kelainan refraksi 0,06%, kelainan retina 0,03% dan kelainan nutrisi 0,02%.
Survey tersebut menyebutkan usia paling banyak yang terkena adalah usia di atas 55 tahun. Di
Amerika Serikat, perubahan lenticular berkaitan dengan usia telah dilaporkan di 42% dari
mereka antara usia 52-64, 60% dari mereka antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka yang
berusia antara 75 dan 85. Prevalensi katarak adalah 6,9 % dengan catatan kurang lebih 10 %
mendapatkan terapi dan katarak dapat mengenai semua kelompok umur. Golongan wanita lebih
mudah terkena daripada pria. Sedangkan menurut catatan The Framinghan Eye Study, katarak
13

Makalah katarak senilis 201


1
terjadi 18 % pada usia 65 74 tahun dan 45 % pada usia 75 84 tahun. Beberapa derajat katarak
diduga terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun. Sehingga 95 % penyebab katarak adalah
katarak senilis.
2.7. Patofisiologi

Gambar 3 : Anatomi lensa mata.

Semakin lanjut usia, lensa mengalami perubahan berupa yang pertama, kapsul menebal
dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau
kabur,dan terlihat bahan granular. Kedua, epitel makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator
bertambah besar dan berat, bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata. Ketiga, serat lensa
lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet
lama-kelamaan merubah protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa,
sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
Manakala sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

14

Makalah katarak senilis 201


1
Klasifikasi katarak senilis bisa berdasarkan perubahan morfologi atau maturitas.
Mengikut perubahan morfologi, katarak senilis dibahagi menjadi katarak nuklear, katarak
kortikal dan katarak kupuliform.
Pada Katarak Nuklear, inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi
sklerotik. Lama-kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi
coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut Katarak Brunesen atau
Katarak Nigra. Jenis katarak Nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien diabet dan miopia tinggi
dimana tajam penglihatan lebih baik dari sebelumnya dan biasanya pada usia lebih dari 65 tahun.
Pada Katarak Kortikal, terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan
terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila
menyetir pada malam hari.
Katarak Kupuliform atau posterior subcapsular mulai dapat terlihat pada stadium dini
katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan
gambaran piring.
Klasifikasi katarak senilis berdasarkan maturitas dibagi menjadi empat yaitu Katarak
insipient, Katarak Imatur, Katarak Hipermatur dan Katarak Matur.
Katarak insipient. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal seperti kekeruhan mulai dari
tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal), vakuol
mulai terlihat di dalam korteks, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda morgagni), kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
15

Makalah katarak senilis 201


1
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa, bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama.
Katarak Imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana
mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Katarak Matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran
normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal
kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium (Ca). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
Katarak Hipermatur adalah katarak yang terjadi akibat korteks yang mencair sehingga
massa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (Katarak Morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat massa lensa
yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
galukoma fakolitik.3,6

16

Makalah katarak senilis 201


1

Tabel 1 : Perbedaan stadium katarak berdasarkan klasifikasi maturitas.


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatu
r

Kekeruha
n

Ringan

Sebahagian Seluruh

Masif

Cairan
lensa

Normal

Bertambah Normal
(air masuk)

Berkurang
(air keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik mata
depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut
bilik mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Tes
Shadow

Normal

penyulit

+
glaukoma

Pseudops

Uveitis dan
glaukoma

Sumber : Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Katarak Intumesen berupa kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
17

Makalah katarak senilis 201


1
glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan
slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Manifestasi klinik penderita katarak lazimnya adalah seperti penglihatan kabur dan
berkabut atau seperti berasap (gejala khas), merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang
merasa seperti ada film didepan mata, seperti ada titik gelap di depan mata, penglihatan ganda,
sukar melihat benda yang menyilaukan, halo berupa warna disekitar sumber sinar, warna manik
mata berubah atau putih, sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari, penglihatan dimalam hari
lebih berkurang, sukar mengendarai kendaraan dimalam hari, waktu membaca penerangan
memerlukan sinar lebih cerah, sering berganti kaca mata, penglihatan menguning dan lazimnya
untuk sementara, mereka jelas melihat dekat.

18

Makalah katarak senilis 201


1

2.8. Penatalaksanaan
Hasil pemeriksaan, faktor-faktor penyulit dan hasil evaluasi digunakan sebagai dasar
penatalaksanaan. Perlu dicaritahu apakah penurunan kemampuan visual pasien dapat ditolong
dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa komplikasi,
apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk perawatan postoperatif, apakah opasitas lensa
berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler pasien.7
Pengobatan katarak adalah dengan pembedahan namun bisa juga menggunakan obatan
jika katarak tidak terlalu mengganggu. Pembedahan dilakukan atas tiga indikasi yaitu indikasi
social, medis dan optik. Indikasi sosial merujuk kepada penderita yang tidak dapat melihat
dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegitan sehari-harinya. Beberapa
penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya,
menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Indikasi
medis merujuk kepada kondisi katarak yang harus segera dioperasi walaupun prognosis
penglihatannya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat pada perbaikan penglihatannya.
Misalnya katarak hipermatur, Lens induced glaucoma, Lens induced uveitis, dislokasi atau
subluksasi lensa, korpus alienum intralentikular, retinopati diabetik yang diterapi dengan
fotokoagulasi laser, ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana diagnosis atau
tata laksananya akan terganggu dengan adanya opasitas lensa. Indikasi optic merujuk kepada
hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60.5

19

Makalah katarak senilis 201


1

Non medika mentosa


Sebelum pembedahan dilakukan anestesi diperlukan sebagai pelancar prosedur. Ada
dua teknik anestesi untuk operasi katarak yaitu anestesi lokal dan umum. Anestesi lokal paling
sering digunakan menggunakan Lidokain + Markain dengan nisbah 1:1 subkonjungtiva.
Manakala anestesi umum digunakan pada bayi, anak dan pasien yang tidak kooperatif.
Tindakan operasi melibatkan pengangkatan lensa dan mengganti dengan lensa buatan.
Ada dua jenis pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa yaitu ECCE dan ICCE.
Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) atau EKEK. Lensa diangkat dengan
meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa
melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).
Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan
pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan
presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina,
mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
Tahap-tahap ekstraksi katarak ekstrakapsular. Setelah dilakukan anestesia, mata
dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5% dan saccus konjungtiva diirigasi dengan saline
fisiologis. Kelopak mata diretraksi dengan spekulum. Superior rectus bridle suture dipasang
20

Makalah katarak senilis 201


1
untuk mendorong limbus ke bawah dan stabilisasi bola mata. Forceps rectus superior dipasang
pada insertion rectus superios dan benang silk 4.0 dipasangkan di bawahnya. Forniks yang
mendasari lipatan konjungtiva diangkat dengan memotong konjungtiva di tempat perlekatannya
pada limbus dari jam 10 sampai jam 2. Titik-titik perdarahan dan pembuluh darah besar
dikoagulai dengan elektrokauter bipolar. Insisi dibuat setengah ketebalan pada limbus dengan
menggunakan razor mounted on blade breaker-holder, sehingga akan tampak insisi dengan
konfigurasi bi-planar. Cairan visko-elastik (Poly-propyl hydroxy methyl cellulose or sodium
hyaluronate) diinjeksikan ke bilik mata depan, cairan ini akan meliputi endotel kornea,
melindunginya dari kerusakan, dan memperdalam bilik mata depan untuk memperluas area
operasi. Dilakukan kapsulotomi anterior dengan menggunakan jarum bent hypodermic 26 or 30
G, dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain bear-can opener, Christmas tree, envelope,
capsulorrhexis, dan lain-lain. Insisi lumbal diperluas dengan menggunakan gunting kornea.
Nukleus dinyatakan dengan memberikan tekanan lain pada jam 12 dan jam 6 meridian. Korteks
dikeluarkan dengan suction dilakukan dengan IA Cannula (Irrigation-Aspiration), kemudian
diirigasi dengan saline fisiologis atau ringer laktat. Jika akan dilakukan implantasi lensa, larutan
viskoelastik diinjeksikan kembali ke bilik mata depan. IOL (intraocular lens) dimasukkan ke
dalam kapsula lensa kemudian dirotasikan sampai diperoleh kedudukan yang terbaik. Larutan
viskoelastik diaspirasi dengan IA Cannula. Insisi lumbal dijahit dengan menggunakan Prolene
10.0 atau Nylon sekitar ketebalan kornea dan sklera dengan jahitan interuptus atau kontinu.
Jahitan diangkat setelah 6-8 minggu. Adapun penyembuhan sempurna luka terjadi setelah 1-3
tahun. Konjungtiva direposisikan menutup luka di daerah limbus. Antibiotik kombinasi dan
steroid diinjeksikan subkonjungtiva, dan mata ditutup selama 24 jam.
21

Makalah katarak senilis 201


1
Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) atau EKIK. Ekstraksi jenis ini merupakan
tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa beserta kapsulnya dikeluarkan
dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Kerugiannya hanya dapat dilakukan implantasi anterior
chamber IOL yang dapat menimbulkan komplikasi terhadap kornea. Selain itu tidak ada barrier
segmen anterior dan posterior bola mata sehingga mudah timbul komplikasi. Keuntungannya
adalah tidak akan terjadi katarak sekunder karena seluruh komponen lensa telah dikeluarkan.
Tahap-tahap pembukaan bola mata dan penutupan luka di limbus sama dengan yang
dilakukan pada ECCE. Namun, metode pengeluaran lensa berbeda dengan insisi yang lebih besar
(jam 9.30 2.30 atau lebih) dan dilakukannya iridektomi perifer sebelum pengeluaran lensa.
Teknik-teknik yang dilakukan untuk pengeluaran lensa, antara lain Cryo-extraction, Erysiphake,
Sliding technique, Tumbling, Lens Forceps technique dan Wire-vectis technique. Teknik Cryoextraction menggunakan cryoprobe dan N2O menyebabkan suhu turun hingga -400C, yang
menyebabkan perlekatan lensa ke probe, lensa dikeluarkan secara perlahan.

Tabel 2 : Perbandingan ECCE dengan ICCE


22

Makalah katarak senilis 201


1

Pengeluaran lensa

ECCE

ICCE

Nucleus dikeluarkan dari kapsul,

Lens dikeluarkan secara in toto

korteks disuction
Kapsula posterior & zonula

Intak

dikeluarkan

Incisi

Lebih kecil (8 mm)

Lebih besar (10 mm)

Iridektomi perifer

Tidak dilakukan

Dilakukan untuk menghindari

zinii

glaukoma karena blokade pupil


Instrumen (rumit)

Diperlukan

Tidak diperlukan

Waktu

Lebih lama

Lebih singkat

Implantasi IOL

Posterior chamber

Anterior chamber (Pseudo-phakic


Bullous Keratopathy)

Teknik

Lebih sulit

Lebih mudah

Biaya

Lebih banyak

Lebih sedikit

Komplikasi yang

After-Cataract

meningkat

1. Prolaps & degenerasi vitreus


2. Edema makula
3. Endophthalmitis
4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous & Endothelial
ingrowth
6. Neovascular Glaucoma in
Proliferative Diabetic

Komplikasi yang berkurang Seluruh komplikasi yang

Retinopathy
After-Cataract

disebutkan pada ICCE


23

Makalah katarak senilis 201


1
Indikasi

Prosedur rutin untuk semua jenis


katarak (kecuali bila merupakan
komplikasi)

1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3 bagian
zonula rusak)
3. Chronic Lens Induced Uveitis
4. Katarak hipermatur dengan
kapsula anterior yang tebal
5. korpus alienum intralentikular saat ada gangguan
integritas kapsula posterior

Kontraindikasi

1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3
bagian zonula rusak)

lensa.
Pasien berusia < 35 tahun dimana
terjadi perlengketan erat antara lensa
dan vitreus (Ligament of Weigert)

2. Mengganti dengan lensa buatan


Sesudah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya
adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada keadaan ini mata kehilangan
daya akomodasinya (hipermetropia tinggi absolut), terjadi gangguan penglihatan warna, sinar
UV yang sampai ke retina lebih banyak, dan dapat terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka
operasi. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis +10.0 Dioptri supaya dapat melihat jauh
dan ditambah dengan S +3.0 D untuk penglihatan dekatnya. Ada tiga cara untuk mengatasi
gangguan visus ini, yaitu:

Implantasi IOL

IOL adalah metode terbaik untuk mengatasi kondisi afakia. IOL terbuat dari PMMA (Polymethyl
Methacrylate), Silicone atau Acrylic (foldable), terdapat 2 tipe yaitu posterior chamber lens
24

Makalah katarak senilis 201


1
(PCL) dan anterior chamber lens (ACL). Implantasi terbaik IOL dalam kapsula lensa paling baik
di bilik posterior. Saat ini telah tersedia IOL multifokus yang memungkinkan rehabilitasi visual
tanpa perlu koreksi tambahan.
Adapun jenis-jenis IOL yang tersedia, antara lain :
-

Monofokal, memiliki satu fokus untuk melihat jauh dan dekat.

Multifokal, dengan berbagai fokus, perlu dilakukan seleksi pasien karena dapat
menimbulkan masalah penglihatan postoperative.

Toriq IOL, tidak hanya mengkoreksi ametropia sferis, tetapi juga memperbaiki
astigmatisme hingga 3 dioptri. Orientasi yang benar letak lensa ini menetukan koreksi
visual.

Accomodative IOL dapat bergerak ke depan dan belakang, memungkinkan lensa


berakomodasi dengan kekuatan 0,75 dioptri.

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 4 : Jenis-jenis IOL, (a) monofokal, (b) multifokal, (c) toriq IOL, (d) accommodatif IOL.

Aphakic spectacles

25

Makalah katarak senilis 201


1
Lensa sferis konveks dipakai untuk mengkoreksi afakia dengan kekuatan 10 dioptri untuk
penglihatan jauh dan sekitar 13 dioptri untuk melihat dekat. Lensa dengan kekuatan tinggi ini
menyebabkan masalah optik dan fisik terutama pada afakia unilateral. Masalah-masalah tersebut
antara lain :
-

Fisik, kacamata yang tebal menyebabkan ketidaknyamanan secara fisik

Magnifikasi. Setiap satu dioptri lensa sferis konveks menyebabkan magnifikasi bayangab
sebesar 3%. Oleh karena itu, lensa sferis konveks 10 dioptri yang digunakan untuk
koreksi afakia akan menyebabkan magnifikasi bayangan hingga 30% yang akan
menimbulkan diplopia.

Roving Ring Scotoma, sudut alfa pada kacamata afakia lebih besar sehingga sinar jatuh
pada lensa dan dibelokkan ke bagian sentral lensa dan tidak mencapai pupil, hal ini
menyebabkan ada area pada lapang pandang yang tidak terlihat, dan oleh karena sudut
lensa ada di sekeliling lensa, menghasilkan skotoma berbentuk cincin, dan tidak terfiksasi
di satu tempat pada lapang pandang, bergerak sesuai dengan pergerakan mata (roving).

Jack-in-the-box Phenomenon, adanya skotoma menyebabkan objek yang terlihat di


perifer lapang pandang pasien terlihat kabur, sehingga pasien akan memalingkan
wajahnya menuju ke objek tersebut, namun objek akan menghilang karena bayangan
objek jatuh pada area skotoma. Hal ini akan menyebabkan pasien memalingkan
pandangannya lebih dekat ke arah objek tersebut dan akan diperoleh bayangan objek
yang jelas dan tajam.

Pin cushion effects, objek terlihat tertalik keluar dari sudut lensa koreksi.

Spherical aberrations, sinar dikonvergensikan lebih dekat dengan sudut lensa sehingga
difokuskan di depan dan jatuh di sentral. Hal ini menyebabkan kualitas visual yang buruk
walaupun sudah dikoreksi dengan lensa sferis yang sesuai.

Chromatic aberrations, warna dengan panjang gelombang lebih pendek akan mengalami
refraksi lebih banyak, dengan demikian warna ungu akan mengalami refraksi lebih
banyak daripada merah. Hal ini menyebabkan difraksi cahaya sudut objek berwarna putih
terlihat seperti pelangi.

26

Makalah katarak senilis 201


1

Contact lenses

Lensa kontak mengurangi magnifikasi bayangan hingga 3-4%. Diindikasikan terutama pada
pasien usia muda dan kasus-kasus dengan afakia unilateral dimana tidak terdapat fasilitas untuk
implantasi IOL.4,5

Tata laksana postoperatif


1. 24 jam postoperative verban dibuka dan mata dibersihkan
2. Mata diperiksa seluruhnya terutama tajam penglihatan, secret dalam saccus konjungtiva,
aposisi luka, kejernihan cornea, kedalaman bilik mata depan dan hifema, pupil, IOL,
kapsula posterior, retina, dan tekanan intra okuli.
3. Tetes antibiotic-steroid topical diberikan setiap 4-6 jam dan salep diberikan sebelum
tidur, digunakan untuk mengontrol infeksi dan inflamasi postoperatif dan diturunkan
dosisnya dalam 4-6 minggu.
4. Pasien dianjurkan untuk menghindari mencuci kepala dalam waktu 1 minggu,
mengangkat beban berat dalam 3 bulan.

Medika mentosa
Penatalaksanaan medikal pada katarak secara ketat dilakukan. Penghambat aldose
reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan
27

Makalah katarak senilis 201


1
pencegahan katarak karena gula pada hewan. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitollowering agent, aspirin, glutathion-raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang
dikenal di pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin , Quinax,
Catarlen dan Karyuni.
Beberapa pasien dengan fungsi visual yang terbatas dapat dibantu dengan alat bantu optik bila
operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5 x 2,8, dan 4x lebih dekat ke objek,
penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja dekat. Katarak akan
mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan
penyebaran warna, intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada
kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.5

2.9. Preventif
Proses penuaan tidak dapat mencegah terjadinya katarak. Jadi pemeriksaan mata setiap
tahun secara teratur sangat dianjurkan pada usia 60 tahun keatas untuk mengetahui adanya
katarak. Antara langkah yang bisa diambil untuk memeperlambat terjadinya katarak adalah
dengan tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah. Amalkan pola makan yang sehat,
memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar
UV mengakibatkan katarak pada mata dan jagalah kesehatan tubuh seperti kencing manis
dan penyakit lainnya.
2.10.

Komplikasi

28

Makalah katarak senilis 201


1
Katarak dapat berkembang menjadi glaukoma khususnya pada glaukoma sekunder
melalui 3 cara, yaitu glaukoma fakomorfik, glaukoma fakolitik dan glaukoma fakotopik.
Pada Glaukoma fakomorfik lensa membesar dengan menyerap cairan yang
mengakibatkan pendangkalan bilik anterior. Sudut akan menutupi trabecular meshwork dan
tekanan intra okular meningkat. Proses ini merupakan tipe dari glaukoma sekunder sudut
tertutup. Glaukoma fakolitik. Pada stadium hipermatur protein lensa bocor sehingga mengalir
menuju bilik anterior dan akan diliputi makrofag. Makrofag yang bengkak akan menyumbat
trabecular meshwork yang mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular. Proses ini
merupakan tipe dari glaucoma sekunder sudut terbuka. Glaukoma fakotopik. Lensa hipermatur
dapat mengalami dislokasi dan meningkatkan tekanan intra okular dengan menutupi pupil atau
sudut, atau mengambil tempat dari vitreus sehingga terjadi hambatan.
2.11.

Prognosis
Pasien katarak senilis tanpa dengan pembedahan ECCE standar yang berjaya tanpa

komplikasi menjanjikan prognosis yang baik. Sekurang-kurangnya peningkatan 2 baris pada uji
Snellen chart. Pasien katarak senilis dengan faktor resiko seperti diabetes mellitus dan retinopati
diabetikum memberikan prognosis kurang baik terhadap penglihatan pasien.

BAB III

29

Makalah katarak senilis 201


1
Kesimpulan
Katarak senilis merupakan penyakit yang bisa mengena siapa sahaja apabila usia mula
meningkat. Tidak hanya dijanjikan mengena pada penderita dengan penyakit mata atau sistemik
lain. Jadi sebaiknya dilakukan langkah pencegahan bukan hanya apabila telah masuk usia tua,
pencegahan juga bisa dimulakan dari usia muda dengan mengamalkan pola pemakanan dan
hidup sehat.
Daftar pustaka
1. Anamnesis. Case katarak. Edisi 3 januari 2011. Diunduh dari http://www.scribd.com, 18
Maret 2011.
2. Pemeriksaan katarak. Edisi 2011. Diunduh dari
http://www.inascrs.org/doc/PPM_1_katarak_rev03.pdf, 18 Maret 2011.
3. Ilyas HS. Katarak senilis. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
Universitas Indonesia; 2010: 205-8.
4. Wijana, Nana. Lensa. Dr. ilmu penyakit mata: 190-218.
5. Vaughn DG, Taylor A, Paul RE. Oftalmologi umum.Widya medika. Jakarta; 2000.
6. Patofisiologi katarak. Katarak. Edisi 10 september 2009. Diunduh dari
http://www.docstoc.com, 18 Maret 2011.
7. Cataract. American Ophtometric Association. Diunduh dari http://www.oaa.org/, 19
Maret 2011.

30

Anda mungkin juga menyukai