Anda di halaman 1dari 13

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacammacam pula latar belakang penuturnya, mau

tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam


bahasa. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut penutur / pembicara dan cara
penyampaiannya. Ragam bahasa menurut penutur didasarkan pada daerah, pendidikan,
dan sikap penutur. Ragam daerah disebut logat/dialek. Contoh logat/dialek dalam
bahasa Indonesia, antara lain, Batak, Bali, Betawi, Banyumas, Tegal, dan lain
sebagainya. Ragam pendidikan dibedakan dari ragam nonpendidikan. Ragam bahasa
pendidikan merupakan ragam bahasa tinggi, sedangkan ragam nonpendidikan disebut
ragam rendah. Ragam menurut sikap penutur dibagi menjadi ragam bahsa resmi dan
ragam santai. Varasi ini sering disebut langgam, laras, atau gaya. Selain itu, menurut
bidang pemakaiannya, ragam bahasa dapat diperinci menjadi bahasa berita, bahasa
laporan, bahasa hukum, bahasa prosa, bahasa puisi, dan sebagainya.
Macam Ragam Bahasa Indonesia
Macam ragam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian.
Pertama, ragam bahasa berdasarkan jenis pemakai bahasa Indonesia. Kedua, ragam
bahasa berdasarkan jenis pemakaian bahasa Indonesia. Berdasarkan golongan pemakai
bahasa, dapat ditinjau menurut patokan: (a) daerah, (b) pendidikan, (c) sikap para
pemakai atau penutur bahasa Indonesia. Sedangkan berdasarkan jenis pemakaiannya,
dapat ditinjau dari patokan (a) bidang atau pokok persoalan yang diungkapkan, (b)
sarana yang digunakan, dan (c) adanya gangguan pencampuran dalam berbahasa.
Ragam Daerah
Ragam berdasarkan patokan daerah, lazim dikenal dengan nama dialek/logat.
Ragam ini digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari suatu wilayah atau
daerah tertentu. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh sejumlah besar penutur dengan
cakupan wilayah yang luas pula, mengenal berbagai dialek. Misalnya : dialek Medan,
dialek Bali, dan sebagainya.

Dialek dapat dikomunikasikan secara timbale balik oleh penuturannya dalam


konteks wilayah yang bersangkutan. Itu bersifat khas. Oleh karenanya,dialek bahasa
Indonesia yang digunakan didaerah Medan berbeda dengan dialek didaerah Bali.
Ragam Sosialek
Dari segi tata bunyi, perbedaan pengucapan dapat dikenali dengan mengamati
pemakaian bunyi /f/ dan konsonan /ks/ pada kata-kata tertentu. Meraka yang mpernah
mengecap bangku pendidikan dapat membedakan pengucapan kata-kata seperti:
folio,film,golf,ekstra. Sedangkan mereka yang belum pernah mengecap bangku
pendidikan akan semena-mena mengucapkan

kata-kata tersebut menjadi : polio,

pilm/pelem, golep, dan estra.


Bila diperhatikan dari sudut penerapan tata bahasa ,keduanya menunjukkan
perbedaan cukup mencolok. Kaum terpelajar dengan mudah mengucapkan atau memilih
kalimat: Paman Widyawati seorang arsitek. Sedangkan untuk mengungkapkan konsep
yang sama tentangnya, umumnya dipilih pengucapan: Pamannya Widyawati seorang
arsitek, bagi kaum non pelajar.
Ragam-ragam yang dicontohkan tersebut termasuk kedalam ragam sosiolek.
Ragam bahasa ini dalam kaitan lebih luas, digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat dari suatu golongan. Misalnya ragam para pekrja di pelabuhan, berbeda
dengan ragam bahasa kaum terdidik atau masyarakat yang umum.
Ragam Fungsiolek
Ragam berdasarkan sikap penutur mancakup daya ucap secara khas. Ragam
bahasa ini digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastera, olahraga,
jurnalistik, lingkungan, karya ilmiah. Karena kekhasannya,setiap bidang tersebut
menampakkan ciri tersendiri dalam pengungkapannya.
Perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini!

(1) Infeksi adalah sejenis penyakit yang paling merajalela di kalangan masyarakat
kita. Dari infeksi tenggorokan, infeksi alat pencernaan,sampai infeksi pada
operasi dan persalinan. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan
memberikan antibiotik, sehingga tidak aneh bila diantara semua media, terapi
antibiotik yang tergolong paling banyak digunakan.Terpaku pada kenyataan itu,
begitu berhadapan dengan pasien, banyak dokter hampir secara otomatis
memberikan antibiotik. Maka, terjadilah penggunaan secara berlebihan.
(2) Persebaya dan Persib tampil cemerlang. Kedua tim ini berhasil melenggang ke
grand final setelah menundukkan lawan-lawannya pada pertandingan penentuan
Piala Persija II di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Kepastian itu direnggut
Persebaya dengan manis. Selama tiga kali bertarung, arek-arek Suroboyo ini
belum sekali pun menderita kekalahan. Terakhir,mereka menghajar PSMS
Medan 2-0.Sedangkan Persib harus berjuang keras mengalahkan Persija untuk
melangkah ke grand final. Pada pertandingan kedua, Maung Bandung ini
memupus macan Kemayoran Persija 2-0.Atas kemenangan tersebu, Persib ada
pada peringkat kedua dengan mengantongi nilai 4. Sedangkan Persebaya tetap
bercokol di papan atas dengan nilai 5.
Kedua kutipan di atas, jika diperhatikan secara cermat masing-masing
menampakkan cirri khas. Kekhasan tersebut tampak pada pemilihan kata, istilah, dan
ungkapan yang khusus sesuai dengan bidangnya. Berdasarkan criteria tersebut, kutipan
(1) merupakan wacana teknis bidang kesehatan, kutipan (2) merupakan wacana teknis
bidang olah raga.
Ragam bahasa yang digunakan dalam dua kutipan diatas termasuk, ragam
bahasa fungsiolek. Ragam ini selalu digunakan dalam kegiatan keprofesian dari
berbagai profesi tertentu.
Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan,
serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi
dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Tidak dapat kita mungkiri, bahasa

Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam
ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratuspersen sebab tidak
semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat
dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagai ragam tulis.
Kedua ragam itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut.
1) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di
depan pembicara, sedangkan ragam tuklis tidak mengharuskan adanya teman
bicara ada ddepan.
2) Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan
objek tidak

selalu

dinyatakan.

Unsure-unsur itu

kadang-kadang

dapat

ditinggalkan. Hal ini dapat disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat
dibantu oleh gerak, mimic, pandangan, anggukan, atau intonasi.
Contoh :
Orang yang berbelanja di pasar.
Bu, berapa cabenya?
Tiga puluh.
Bisa kurang?
Dua lima saja, Nak.
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsifungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua
berada didepan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang
yang diajak bicara mengenai isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisantulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.
3) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang

dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan
berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang
diskusi susastra belum tentu dapat mengerti oleh orang yang berada di luar ruang
itu. Ragam tulis tidak terikat oleh kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam
sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh

orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun
1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh orang yang hidup tahun 2000 dan
seterusnya. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam ragam
tulis.
Contoh ragam lisan lainnya.
Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya.
Kenapa dia, San.
Tahu, Tuan, miring kali.
Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang
diperbincangkannya itu.
4) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
miring.
Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam
tulis. Perbandingan ini didasarkan atas perbedaan dan penggunaan bentuk kata,
kosakata, dan struktur kalimat.
Ragam Lisan
a. Penggunaan Bentuk Kata
(3) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
(4) Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
(5) Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan Kosakata
(4) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
(5) Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
(6) Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang
diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
(7) Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
(8) Dalam Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa
Aceh.
(9) Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung
untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Ragam Tulis
a. Penggunaan Bentuk Kata
(1) Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohom mahoni.
(2) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.

(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dulu oleh pimpinan akademi.


c. Penggunaan Kosakata
(4) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
(5) Mereka sedang bikin denah untuk pameran nanti..
(6) Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang
diterima.
d. Penggunaan Struktur Kalimat
(7) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
(8) Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
(9) Karena terlalu banyak saran berbeda-beda, ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.
RAGAM BAKU DAN TIDAK BAKU
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan
tidak baku.
Ragam baku adalah rgan yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar
warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahsa dalam penggunaannya. Ragam tidak naku adalah ragam yang tidak
dilembagakan dan ditandai oleh cirri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
a)
Kemantapan Dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan
pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe-,akan terbentuk kata peraba.
Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi
perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidk
dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas
merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya
bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan
dan tokoh tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang
yang berlangganan itu desebut pelanggan.
b)

Cendikia

Ragam baku bersifat cendikia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat
resmi. Perwujud ragam baku ini

adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini

dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahsa yang lebih banyak melalui
jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang
ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, rgam baku dapat memberikan
gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak
cendikia adalah sebagai berikut.
Rumah sang jutawan yang aneh akan di jual.
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu
rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian, kalimat itu tidak
meberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendikia kalimat tersebut harus
diperbaiki sebagai berikut.
(1) Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
(2) Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
c)
Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah
proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian
titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah
pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan
kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerpan itu seragam, kata itu
menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini
tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara atau
pramugari..
d)
Jelas
Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas
hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak
jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
Contoh :
Struktur cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada apikal akar berbentuk
bebas dan berpengaruh tidak langsung terhadap kapasitas serapan hara oleh akar,
misalnya dalam kompetisidalam memanfaatkan karbohidrat, karena cendawan
pembentuk mikorisa sangat tergantung kepada kandungan karbon tanaman inang

sebagai sumber energinya serta kapasitas dan mekanisme CPM dalam menyerap hara
hanya akan dievaluasi dari asosiasinya dengan tanaman inang.
e)

Formal

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat


keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan
kata, dan kalimat.

Kata Formal
Wanita
Daripada
Hanya
Membuat
Dipikirkan
Bagaimana
Matahari

Kata Non-formal
Cewek
Ketimbang
Cuma
Bikin
Dipikirin
Gimana
Mentari

Tulisan ilmiah termasuk katagori paparan yang bersifat teknis.


Kata Ilmiah Teknis
Modern
Alibi
Argumen
Informasi
Sinopsis
Urine

Kata Ilmiah Populer


Maju
Alasan
Bukti
Keterangan
Ringkasan
Air kencing

Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan
aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Bentukan Kata bernada
Formal
Menulis
mendengarkan
Mencuci
Bagaimana
Mendapat
Tertabrak

Bentukan Kata bernada


Non-formal
Nulis
Dengarkan
Nyuci
Gimana
Dapat
Ketabrak

Pengesahan

Legalisir

Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh (1) kelengkapan unsur wajib (subyek
dan predikat), (2) ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, (3) kebernalaran
isi, dan (4) tampilan esei formal. Sebuah kalimat dalam tulisan ilmiah setidak-tidaknya
memiliki subyek dan predikat.
Contoh:
Apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen, maka tanaman tersebut akan
mengalami khlorosis.
f)

Konsisten

Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah
maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
Contoh :
Untuk mengatasi bahaya kelaparan pada musim kemarau 2001, masyarakat
dihimbau untuk menghemat penggunaan beras dengan sistem diversifikasi pangan dan
menggalakan kembali lumbung desa.
g)

Bertolak Dari Gagasan

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih
cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu
dihindari.
Contoh:
Penulis menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza yang
berasosiasi dengan akar tanaman mampu membantu tanaman untuk menyerap unsur
hara fosfor dan nitrogen.
Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga
perlu dihindari.
Contoh:
Para dosen mengetahui dengan baik bahwa kurikulum sangat penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan di perguruan tinggi.
h)

Ringkas dan Padat

Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsurunsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur
bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.

Contoh:
Tri dharma perguruan tinggi sebagaimana yang tersebut pada Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Tinggi menjadi ukuran kinerja dan
prosedur standar setiap sivitas akademika.
Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai
dengan tidak adanya kalimat atau paragrap yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Contoh:
Berdasarkan hasil analisis biji tanaman di Laboratorium Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Jember bahwa biji kedelai tidak mengandung genetic modified
organism (GMO).
Dengan demikian, tidak menyalahi aturan tentang uji coba produk berbahan baku
kedelai. Artinya, produk olahan berbahan baku kedelai aman bagi kesehatan manusia.
Isu negatif yang selama ini berkembang bahwa kedelai mengandung GMO adalah tidak
benar.
RAGAM BAKU TULIS DAN RAGAM BAKU LISAN
Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis,
ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam baku tulis dan ragam
baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam bukubuku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan
ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan dan
menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Demikian pula, pengadaan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia
merupakan pula usaha kearah itu.
Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan nilai ragam baku
lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam
ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam
pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
Pengenalan terhadap kedua ciri-ciri ragam tersebut dapat dibagi sebagai berikut.

No. Ragam Bahasa Lisan


1.

Memanfaatkan

alat

Ragam Bahasa Tulisan


ucap

dengan Menggunakan

ejaan

dalam

bantuan : intonasi,mimik,gerak-gerik penyampaian informasi.


anggota tubuh dalam penyampaian
informasi.
2.

Komunikasi berlangsung secara tatap Komunikasi berlangsung secara tidak


muka.

(a)
(b)
(c)
(a)
(b)
(c)
(d)

tatap muka.

Ragam bahasa lisan,dalam kegiatan sehari-hari terwujud melalui :


Ragam percakapan ;
Ragam pidato ;
Ragam kuliah.
Sedangkan ragam bahasa tulis dapat dilihat pada penggunaan :
Ragam teknis ;
Ragam undang-undang ;
Ragam catatan ;
Ragam surat-menyurat.

RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL


Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai pula oleh
adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat. Ragam bahsa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang
yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Selain itu, ragam sosial tidak
jarang dihubungkan dengan tinggi rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai
ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau ragam sosial yang lain
merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam professional, adalah
ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan
tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan
penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa Negara
dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi,
kedokteran, dan keagamaan.
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Setelah masalah baku dan nonbaku dibicarakan, perlu pula bahasa yang baik dan
benar dibicarakn. Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak
jauh berbeda dari apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata
sudah menunjukkan masalah benar suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah
baik tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu
kalimat.
Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang
diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata
dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini
akan dipaparkan sebuah contoh.
Kuda makan rumput
Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur, yaitu ada
subjek (kuda), ada predikat

(makan), dan ada objek (rumput). Kalimat ini juga

memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah informasi
yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan kalimat dibawah ini.
Rumput makan kuda
Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek (rumput), ada predikat (makan)
ada objek (kuda). Akan tetapi, dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak
mendukung makna yang baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan
yang benar menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya
karenapemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan.
Pembentukan penyerapan yang benar ialah aktivitas karena diserap dari kata activity.
Kata perseuratan kabar dan pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti
kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata persuratkabaran dan
pertanggungjawaban.
Pengertian baik ada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang
diarahkan dari pilihan kata(diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata
yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan tidak
itu tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata ynag
akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sangat berpengaruh terhadap makna
kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika kita menggunakan kata menugasi, tetapi

pada waktu lain kita menggunakan kata memerintahkan, meminta bantuan,


memercayakan, dan sebagainya.
Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa
yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa
yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan
situasi pemakaiannya.

Anda mungkin juga menyukai