Anda di halaman 1dari 19

PERCOBAAN II

ASIDI-ALKALIMETRI
2.1. PENDAHULUAN
2.1.1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar asidi alkali pada
suatu sampel air.
2.1.2. Latar Belakang
Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting
dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi,
kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut
asidimetri alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering
juga dipakai akhiran ometri menggantikan imetri. Kata metri berasal dari
bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian
asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan
basa.
Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana
pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam basa
(melalui asidi alkalimetri) diantaranya adalah HCl, H 2SO4, NaOH, KOH dan
sebagainya. Asam dan basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan
konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung dari
proses hasil pembuatan atau pengencerannya. Larutan ini disebut larutan standar
sekunder yang konsentrasinya ditentukan melalui pembakuan dengan suatu
standar primer.
Asidi-alkalimetri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh
karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran asidi alkalimetri dan
mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan
peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam
oksalat.
2.2.

DASAR TEORI

Asiditas (keasaman) adalah banyaknya basa yang diperluka untuk


menetralkan asam dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan keasaman dalam
air adalah:
CO2, umumnya terdapat dalam air permukaan dimana CO 2 diserap dari udara
jika tekanan CO2 dalam air >2 dalam udara. CO2 juga terdapat dalam air
karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organic oleh mikroorganisme.

Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar.


Asam mineral, umumnya terdapat dalam air limbah industry pengolahan
logam atau pembuatan senyawa kimia. Kadang-kadang juga terdapat dalam

air alam.
Asam humus, umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena adanya
rumput-rumputan atau tumbuh - tumbuhan yang hidup dalam air tersebut
melepaskan senyawa asam dan warna (Widya, 2009).
Air yang bersifat asam dapat mempercepat pengkaratan dari pipa-pipa air,

apabila pipa-pipa tersebut tidak terbuat atau dilindungi bahan tahan karat. Untuk
menanggulangi hal tersebut, maka pH air harus dinaikkan dengan menambahkan
senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya digunakan kapur (CaO)
(Widya, 2009).
Pada sistem perairan alami, asiditas adalah kapasitas air untuk menetralkan
OH-. Istilah asiditas tidak dipergunakan sesering alkalinitas dan umumnya tidak
mempunyai arti yang penting seperti alkalinitas pada perairan yang tidak tercemar.
Penyebab asiditas umumnya adalah asam-asam lemah seperti,
CO2,

, protein dan ion-ion logam yang bersifatasam, terutama Fe 3+ (Achmad,

2004).
Penentuan asiditas lebih sukar dibandingkan alkalinitas. Hal ini
disebabkan oleh adanya dua zat utama yang berperan yaitu CO2 dan H2S yang
keduanya mudah menguap, yang mudah hilang dari sampel yang diukur. Hal
tersebut berakibat terjadinya kesukaran dalam pengawetan contohair yang baik
terhadap adanya gas-gas tersebut untuk dianalisa (Achmad,2004).

Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air danindikasi


kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas
air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan.
Alkalinitas merupakan ketidakmurnian air karena adanya karbonat dan
bikarbonat dan hidroksida dalam air. Kebanyakan air bersifat alkalin
karenagaram-garam alkalin sangat umum berada di tanah. Alkalinitas tidak
berhubungan dengan pH, tetapi berhubungan dengan kemampuan air untuk
menahan perubahan pH. Air dengan alkalinitas rendah sangat mudah untuk
merubah nilai pH. Sedangkan, air dengan alkalinitas tinggi dapat menahan
perubahan nilai pH (Ainzha, 2009).
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm
disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm
disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan
yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm
(Prihatmoko, 2009).
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, secara khusus
alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ionhidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas optimal pada
nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan
jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh
pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan
fungsinya.
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah
sebagai berikut :
1.

Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;

2.

Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi.

Alkalinitas umumnya dinyatakan sebagai alkalinitas phenolphthalein yaitu


proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana

merupakan ion

terbanyak, dan alkalinitas total, yang menyatakan situasidengan asam menuju titik
akhir indikator metil jingga (pH 4,3), yang ditunjukkan oleh berubahnya kedua
jenis ion karbonat dan bikarbonat menjadi CO2 (Achmad,2004).
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan:
1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas
2.

Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga


alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air.
Kadar alkalinitas dengan tingkat kesadahan air haruslah seimbang.

Jikakadar alkalinitas terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+
(kesadahan), maka air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa.
Sebaliknya, bila kadar alkalinitasnya rendah dapat menyebabkan kerak CaCO 3
pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa(Prihatmoko,
2009).
Pada air buangan, khususnya dari industri, kadar alkalinitas yang tinggi
menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat,
propionate, amoniak dan sulfit. Alkalinitas juga sebagai parameter pengontrol
untuk anaerobik digestes dan instalansi lumpur aktif (Sutrisno,2006).
Konsentrasi larutan merupakan suatu parameter sangat penting dalam
perancangan produk, maupun dalam pengujian hasil-hasil industri, baik
itumerupakan hasil langsung yang merupakan produk industri itu sendiri,maupun
hasil sampingannya, yaitu berupa sisa/limbah (Rachman, 2001).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi(titrasi
asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yangdiuji,
kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya. Jadi
apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harusdiberikan basa
sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai
karena merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan dalam
laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan) (Rachman, 2001).

Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang


dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentulainnya.
Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan. Jika larutan bakunya asam disebut
asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri (Ratisah,2009).
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa
organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan
warna ion-ionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil,dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat. Indikator asam-basa terletak pada titik
ekivalen dan ukuran dari pH (Ratisah, 2009).
Dalam metode titrasi asam-basa, larutan uji (larutan standar) ditambahkan
sedikit demi sedikit (secara eksternal), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk
larutan yang konsentrasinya diketahui. Penambahan larutan standar ini diteruskan
sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan yang diuji. Untuk
mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan, digunakan
suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator yang
ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji dilakukan.
Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan
perubahan warna.Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik
kesetaraan (ekuivalensi). Titik dalam titrasi asam-basa pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat
mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan
kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah
satuaspek penting dari analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah
larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida.Jadi
apabila larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji (larutan
standar ) asam, dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya(Sujono, 2008).

2.3.

METODOLOGI PERCOBAAN

2.3.1. Alat dan Bahan

2.3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah sebagai berikut.
1. Pipet mohr
2. Pipet tetes
3. Erlenmeyer
4. Gelas beker
5. Gelas ukur
6. Corong
2.3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Larutan asam oxalat 0,1 N
2. Indikator fenolphtalein 0,035 %
3. Indikator metil orange 0,1 %
4. Larutan natrium borat 0,1 N
5. Larutan HCl 0,1 N
6. Limbah cair tahu
7. Limbah deterjen
2.3.2

Cara Kerja

2.3.2.1 Standarisasi Larutan NaOH 0,01 N


1. Mengambil 5 mL asam oxalate 0,1 N
2. Menambahkan 4 tetes indikator fenolphatalein 0,035%
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna merah
muda dan mencatat banyaknya larutan NaOH yang digunakan
2.3.2.2 Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
1. Mengambil 5 mL Natrium Borat 0,1 N
2. Menambahkan 4 tetes indikator metal orange 0,1 %
3. Mentitrasi dengan HCL 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna merah muda
dan mencatat banyaknya larutan HCL yang digunakan
2.3.2.3 Pengukuran Asidi Alkalinitas
1. Mengambil 10 mL sampel limbah industri
2. Menambahkan 5 tetes indicator fenolphatalein 0,035%
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna merah
muda
Asiditas
a. Menambahkan 3 tetes metal orange 0,1%

b. Mentitrasi dengan HCL 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna orange/
kuning dan mencatat banyaknya larutan HCL yang digunakan
Alkalinitas
a. Mentitrasi dengan HCL 0,1 N sampai larutan tidak berwarna dan mencatat
banyaknya larutan HCL yang digunakan
b. Menambahkan 3-5 tetes metal orange 0,1 %

c. Mentitrasi dengan HCL 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna merah muda
dan mencatat banyaknya larutan HCL yang digunakan
2.3.2.4 Pengukuran Asidi Alkalinitas Berdassarkan SNI 06-2422-1991
1. Asiditas Metil Orange (pH air < 4,3)
a. Mengambil 10 mL sampel limbah industri
b. Menambahkan 3 tetes indikator metal orange 0,1 %
c. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna orange/
kuning dan mencatat banyaknya larutan NaOH yang digunakan
2. Asiditas Total (pH air < 8,3)
a. Mengambil 10 mL sampel limbah industri
b. Menambahkan 2 tetes indikator fenolphatalein
c. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna merah
muda dan mencatat banyaknya larutan NaOH yang digunakan
3. Alkalinitas Penolphetalein
a. Mengambil 10 mL sampel limbah deterjen
b. Menambahkan 4 tetes indikator fenolphatalein
c. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna merah muda
dan mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan
4. Alkalinitas Total
a. Mengambil 10 mL sampel limbah deterjen
b. Menambahkan 4 tetes indicator metal orange
c. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan berubah menjadi warna merah muda
dan mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan

2.4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.4.1. Hasil Pengamatan


2.4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Tabel 1. Hasil pengamatan standarisasi larutan NaOH 0,1 N
No.
Percobaan
1. 5 mL larutan standar Asam Oxalat 0,1

Pengamatan

N diambil.
2.

Warna = bening
Ditambahkan 4 tetes indikator PP

0,035 %.

V awal =20 mL
V akhir = 3,8 mL

Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan V NaOH = 16,2 mL


dicatat larutan NaOH yang digunakan

Warna = merah muda

2.4.1.2 Standarisasi Larutan HCl 0,1 N


Tabel 2. Hasil pengamatan standarisasi larutan HCl 0,1 N
No.

Percobaan

Pengamatan

1.
2.

5 mL larutan standar Natrium Borat


0,1 N diambil.
Ditambahkan 4 tetes indikator MJ Warna = hijau muda

3.

0,1%.

keruh

Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan dicatat V awal = 10 mL


larutan HCl yang digunakan

V akhir = 5,3 mL
V HCl = 4,7 mL
Warna = Merah muda

2.4.1.3 Pengukuran Asidi Alkalinitas


Tabel 3. Hasil pengamatan Pengukuran Asidi Alkalinitas
No.

Percobaan

Pengamatan

1.
2.

5 mL sampel limbah tahu diambil.

0,035 %.

Warna = kuning keruh

Ditambahkan 5 tetes indikator PP


Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan V awal = 10 mL
dicatat larutan NaOH yang digunakan

V akhir = 5 mL

V NaOH = 5 mL
Asiditas
a. Ditambahkan 3 tetes indikator Warna = orange
MJ 0,1 %.
b. Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan
V awal = 10 mL
dicatat larutan HCl yang
V akhir = 9,8 mL
digunakan.
V HCl = 0,2 mL
Alkalinitas
a. Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan

Warna = orange pekat

yang V awal = 5 mL
V akhir = 1 mL
digunakan.
b. Ditambahkan 4 tetes indikator V HCl = 4 mL
dicatat

larutan

HCl

MJ 0,1 %.
Warna = merah muda
c. Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan
Warna = orange
dicatat larutan HCl yang
digunakan.

V awal = 9,4 mL
V akhir = 6 mL
V HCl = 3,4 mL
Warna = merah muda

2.4.1.4 Pengukuran asidi alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991 (asiditas


total)
Tabel 4. Hasil pengamatan pengukuran asidi alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422
1991 (asiditas total)
No.
1.

Percobaan

Pengamatan

Asiditas Metil Orange (pH air < 4,3)


a). 10 mL sampel limbah cair tahu
diambil.
b). Ditambahkan 4 tetes indikator metil Warna = orange
orange 0,1%.
c). Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan V awal = 10 mL

2.

dicatat

larutan

NaOH

yang V akhir = 8,1 mL

digunakan

V NaOH = 1,9 mL
Warna = kuning

Alkalinitas Total (pH air < 8,3)


a). 10 mL sampel limbah cair tahu
diambil.
3.

b). Ditambahkan 2 tetes indikator PP.

Warna = hijau muda

c). Dititrasi dengan HCL 0,1 N dan keruh


dicatat

larutan

HCL

yang V awal = 10 mL

digunakan

V akhir = 5 mL
V HCl = 5 mL

4.

Warna = merah muda


Alkalinitas Penolphtalein
a). 10 mL sampel deterjen diambil.

b). Ditambahkan 10 tetes indikator PP Warna = merah muda


0,1%.

V awal = 10 mL

c). Dititrasi dengan HCL 0,1 N dan V akhir = 8,4 mL


dicatat

larutan

HCL

yang V HCl = 1,6 mL

digunakan

Warna = putih keruh

Alkalinitas Total
a). 10 mL sampel deterjen diambil.
b). Ditambahkan 4

tetes indikator Warna = keruh

metal orange.

V awal = 10 mL

c). Dititrasi dengan HCL 0,1 N dan V akhir = 9,2 mL


dicatat

larutan

HCL

digunakan

yang V HCl = 0,8 mL


Warna = merah muda

2.4.2. Pembahasan
2.4.2.1 Standarisasi Larutan NaOH 0,01 N
Standarisasi terhadap larutan NaOH 0,1 N digunakan larutan standar asam
oksalat sebanyak 5 mL. Dengan menggunakan 4 tetes indikator phenolphthalein
0,035%, larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan
menggunakan pipet tetes. Dimana trayek pH indikator yang digunakan adalah
phenolphthalein yaitu suatu indikator yang digunakan untuk menaikan pH sesuai
yang di tetapkan adalah 8,3 - 10.

Titrasi dilakukan hingga cairannya berwarna

merah muda. Percobaan ini menggunakan konsep titrasi sederhana, sebelum


melakukan titrasi terlebih dahulu dicatat volume awal dari NaOH yang tertera
pada angka yang terdapat di gelas ukur. Volume awal NaOH menujukkan angka
20 mL. Ketika melakukan titrasi dengan menggunakan pipet tetes harus dengan
hati-hati agar saat pembacaan volume akhir tepat ketika terjadi perubahan warna
dari bening menjadi merah muda. Dalam percobaan ini volume akhir titrasi adalah
3,8 mL. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa volume NaOH yang
digunakan adalah sebanyak 16,2 mL. Volume NaOH yang digunakan, dapat
ditentukan besarnya dari normalitas dari NaOH tersebut. Dari hasil perhitungan,
didapatkan bahwa Normalitas NaOH sebesar 0,031 N dimana reaksinya adalah :
H2C2O4 + NaOH Na2C2O4 + H2O

2.4.2.2 Standarisasi Larutan HCL 0,01 N


Standarisasi larutan NaOH telah dilakukan, maka dilanjutkan dengan
menstandarisasi larutan HCl 0,1 N.Dalam melakukan standarisasi larutan HCl 0,1
N digunakan larutan standar Natrium Tetra Borat 0,1 N. Dengan menggunakan
indikator metil orange 0,1 % yang diteteskan sebanyak 5 tetes ke dalam larutan
standar tersebut hingga larutan berwarna kuning. Dimana trayek pH indikator
yang digunakan adalah metil orange yaitu suatu indikator yang digunakan untuk
menaikan pH sesuai yang di tetapkan adalah < 4,3. Selanjutnya dilakukan titrasi
dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N. Sebelumnya larutan HCl tersebut
dimasukkan dulu ke dalam gelas beker dan dicatat volume awal dari HCl tersebut.
Dalam percobaan ini volume awal HCl adalah 10 mL. Titrasi dilakukan hingga
warna cairan berubah menjadi orange. Setelah dilakukan titrasi, dicatat volume
akhir dari HCl. Volume akhirnya adalah sebesar 5,3 mL. Dari sini didapatkan
bahwa volume titrasi HCl sebanyak 4,7 mL. Volume titrasi dari Natrium tetra
borat dengan HCl telah diketahui maka dapat diketahui normalitas dari HCl yang
didapat dari perhitungan yaitu sebesar 0,11 N dimana rekasinya adalah:
Na2B4O7.10 H2O + 2 HCl 2NaCl + 4H3BO3 + 5 H2O
2.4.2.3 Pengukuran Asidi Alkalinitas
Standarisasi larutan NaOH dan HCl telah dilakukan, maka kemudian
melakukan pengukuran asiditas alkalinitas pada sampel. Penambahan dengan 5
tetes indikator phenolphthalein 0,035%, sampel tidak mengalami perubahan
warna. Hal ini terjadi karena sampel belum mencapai titik ekivalen indikator
yang di tentukan yaitu antara 8,3 - 10. Pada percobaan titrasi secara asidimetri
dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang di masukkkan kedalam gelas
beker. Larutan yang telah di tetesi indikator phenolphthalein kemudian di titrasi
dengan NaOH. Titrasi dilakukan hingga warna berubah menjadi warna merah
muda. Volume awal larutan NaOH sebesar 10 mL dan volume akhir yaitu sebesar
10 mL. Dari sini kemudian didapat volume titrasi sebesar 5 mL. Selanjutnya
menambahkan 3 tetes indikator metil orange 0,1 % ke dalam sampel air.
Kemudian mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N warna berubah menjadi orange
pekat. Volume awal HCl 0,1 N sebesar 10 mL dan volume akhir sebesar 9,8 mL

dan di dapat volume titrasi sebesar 0,2 mL. Dari hasil perhitungan di atas
didapatkan kandungan CO2 sebesar 27,28 mg/L.
Sedangkan untuk perhitungan secara alkalinitas, sama dengan uji secara
asiditas, dititrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N yang di masukkkan
kedalam gelas beker. Larutan yang telah di tetesi indikator phenolphthalein
sebanyak 5 tetes kemudian di titrasi dengan NaOH, dimana PP memiliki range pH
antara 8,3-10. Pada awalnya larutan sampel berwarna orange, yang kemudian
dititrasi hingga warna berubah menjadi warna merah muda. Hal ini terjadi karena
sampel sudah mencapai titik ekivalen indikator yang di tentukan yaitu 8,3-10
Volume awal larutan NaOH sebesar 5 mL dan volume akhir yaitu sebesar 1 mL.
Dari sini kemudian didapat volume titrasi sebesar 4 mL. Selanjutnya
menambahkan 4 tetes indikator metil orange 0,1 % ke dalam sampel. Kemudian
mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N warna berubah menjadi orange. Volume awal
HCl 0,1 N sebesar 9,4 mL dan volume akhir sebesar 6 mL dan di dapat volume
titrasi sebesar 3,4 mL. Dari hasil perhitungan di atas didapatkan kandungan
sebesar 132 mg/L dan kandungan

sebesar 134,2 mg/L.

2.4.2.2 Pengukuran Asiditas Alkalinitas Menurut SNI 06-2422-1991


Pengujian terakhir adalah pengukuran asiditas alkalinitas menurut SNI 062422-1991. Pada uji ini hanya percobaan asiditas total yang aman fungsinya untuk
menetralkan asiditas dalam sampel air hingga pH nya mencapai 8,3 (kondisi
basa). Pada percobaan kali ini sampel air yang digunakan tetap yaitu sampel air
limbah tahu dan lombah deterjen. Indikator phenolphthalein ditambahkan
sebanyak 3 tetes ke dalam 10 mL sampel air. Selanjutnya dilakukan titrasi
terhadap sampel air dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang sudah
distandarisasi. NaOH kemudian dimasukkan ke dalam buret. Saat dimasukkan
dicatat volume awal dari NaOH, volume awal sebesar 10 mL. Selanjutnya
dilakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
Selanjutnya dicatat volume akhir dari NaOH, didapatkan volume akhir sebanyak 5
ml. Sehingga dapat dihitung bahwa volume titrasi NaOH sebesar 5 mL. Volume
titrasi didapat sehingga dapat diketahui asiditas total dari larutan tersebut. Dimana

dari perhitungan didapatkan bahwa asiditas total dari larutan ini sebesar 29,45
mg/L CaCO3.
2.5

PENUTUP

2.5.1 Kesimpulan
1. Pengukuran asidi-alkalinitas maka dapat dikatakan bahwa sampel air
tersebut mengandung H+ 26,6 mg/L sebesar CO2 sebesar 193,6 mg/L,
OH- sebesar 598,4 mg/L dan kandungan CO32- sebesar 4.448 mg/L.
2. Pengukuran asidi-alkalinitas menurut SNI 06-2422-1991 untuk asiditas
total sebesar 29,45 mg/l CaCO3.
2.5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini praktikan harus cermat dan berkonsentrasi
terutama pada saat pembacaan miniskus dan perubahan warna larutan. Kebersihan
alat-alat juga harus diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta, Andi.


Ainzha. 2009. Air.
http://ainzha.blogspot.com/2009/08/air.html.
Diakses tanggal 29 Desember 2014
Prihatmoko, Angkit Daru. 2009. Alkalinitas.
http://neffo-lovers.blogspot.com/2009/03/alkalinitas-alkalinitas-secara
umum.html.
Diakses tanggal 29 Desember 2014
Rachman, A. Sjamsjiar. 2001. Aplikasi PPI 8255 sebagai Pengukur Konsentrasi
Larutan Metode Titrasi.
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek36.html.
Diakses tanggal 29 Desember 2014
Ratisah, Sri. 2009. Titrasi Asam-Basa.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah
%20054828/materi.HTM.
Diakses tanggal 29 Desember 2014
Sujono. 2008. Sistem Pengukur Molaritas Larutan Dengan Metode Titrasi Asam
Basa Berbasis Komputer.
http://jurnal.bl.ac.id/wp-content/uploads/2008/01/7Jono.pdf.
Diaksestanggal 29 Desember 2014
Sutrisno, Totok. 2006. TeknologiPenyediaan Air Bersih. Jakarta.
Widya, E. 2009, Asiditas
http://wempigembul.blogspot.com/2009/08/asiditas.html

DAFTAR PERTANYAAN
ASIDI ALKALINITAS

1.
2.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan


a Asiditas
b Alkalinitas
Jelaskan dampak yang diakibatkan apabila suatu daerah airnya bersifat
asam ? Dan bagaimana cara mengatasinya !
JAWAB

1.

Asiditas adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan asam


diperairan
alkalinitas adalah banyaknya asam yang digunakan untuk mentralkan basa

2.

dalam air.
Air yang bersifat asam dapat mempercepat pengkaratan pada pipa-pipa air,
apabila pipa-pipa tersbut tidak dilindungi bahan tahan karat. Untuk
menganggulangi hal tersebut, maka pH air harus dinaikkandengan
menambahkan senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya digunakan
kapur.

LAMPIRAN

Perhitungan
a. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Diketahui
: Volume NaOH = 16,2 ml
Ditanya
: N NaOH ?
Jawab
:
Normalitas NaOH

=
=

b. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N


Diketahui
: Volume HCl = 4,7 ml
Ditanya
: NHCl?
Jawab
:
Normalitas HCl =

=
=

c. Pengukuran Asiditas-alkalinitas berdasarkan SNI 06-24221991


Asiditas Methyl orange

1.

Diketahui

: Volume titrasi NaOH = 16,2 mL


N NaOH

Ditanya

: Asiditas Methyl Orange

Jawab

Asiditas Methyl orange = (1000/5) x mL NaOH x N NaOH x (5/2)


= ( 200 x 16,2 x 0,031 x 2,5 )
= 251,1 mg/L CaCO3
2. Asiditas Total

Diketahui

: Volume titrasi NaOH = 1,9 ml


N NaOH = 0,031 N

Ditanya

: Asiditas Total

Jawab

Asiditas Total = (1000/5) x mL NaOH x N NaOH x (5/2)


= 200 x 1,9 x 0,031 x 2,5
= 29,45 mg/L CaCO3
3.

Alkalinitas PP
Diketahui
Ditanya
Jawab

: Volume titrasi HCl = 1,6 mL


N HCl = 0,11 N
: Alkalinitas PP
:

Alkalinitas PP = (1000/5) x mL HCl x N HCl x (5/2)


= 200 x 1,6 x 0,11 x 2,5
= 88 mg/L CaCO3
4. Alkalinitas Total
Diketahui

:Volume titrasi HCl = 0,8 ml


HCl = 0,11 N

d.

Ditanya

: Alkalinitas total

Jawab

Alkalinitas total = (1000/5) x mL HCl x N HCl x (5/2)


= 200 x 0,8 x 0,11 x 2,5
= 44 mg/L CaCO3
Perhitungan Asiditas Alkalinitas
Asiditas
Diketahui

: Volume sampel = 5 mL
Normalitas NaOH = 0,031 N
Normalitas HCl = 0,11 N
p (larutan NaOH 0,1 N) = 5 mL
q (larutan HCl 0,1 N) = 0.2 mL

Ditanya

: nilai asiditas ?

Jawab

: Jika p > q, asiditas disebabkan oleh H+ & CO2

+
H (mg/L)

= 1000/5 x [(p x NNaOH) (q x NHCl)] x 1

= (1000/5) x [( 5 x 0,031) ( 0,2 x 0,11)] x 1

= 200 x 0,133 x 1
= 26,6 mg/L
CO2 (mg/L)

= 1000/5 x q x NHCl x 44
= (1000/5) x 0,2 x 0,11x 44
= 200 x 0,2 x 0,11 x 61
= 193,6 mg/L

Alkalinitas
Diketahui

: Volume sampel = 5 mL

Normalitas HCl = 0,11 N

Ditanya
Jawab

p (larutan NaOH 0,1 N) = 5 mL


m (larutan HCl 0,1 N) = 3,4 mL
: nilai alkalinitas ?
:

Jika p > q, alkalinitas disebabkan oleh OH- & CO32OH (mg/L)

= 1000/5 x (p q) x NHCl x 17
= (1000/5) x (5 - 3,4) x 0,11 x 17

= 200 x 1,6 x 0,11 x 17


= 598,4 mg/L
CO32- (mg/L) = 1000/5 x q x NHCl x 60
= (1000/5) x 3,4 x 0,11 x 60
= 200 x 3,4 x 0,11 x 60
= 4.448 mg/L

Anda mungkin juga menyukai