Anda di halaman 1dari 1

Reflection Paper II

20 Oktober, 2011

Siara Pers Ibas


Edhie Baskoro Yudhoyono adalah Sekretaris Jenderal Partai yang paling
pelit bicara. Tiap kali bertemu wartawan, ia tersenyum kaku. Ada kekikukan
dari bahasa tubuhnya. Ia cenderung emoh menanggapi pertanyaanpertanyaan wartawan. Padahal, posisinya sebagai Sekjen adalah posisi
strategis yang seharusnya banyak bersuara untuk menegaskan sikap
partai atas sebuah persoalan.
Bungkamnya Ibas menegaskan anggapan publik selama ini. Ia duduk sebagai sekjen
bukan karena kompetensi personalnya, tapi semata-mata karena ia adalah putra Ketua Dewan
Pembina Partai Demokrat yang juga pendiri Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Bisa jadi, ia memang bingung dan tidak tahu harus omong apa, minimal takut salah,
ketika berhadapan dengan wartawan. Sebagai politisi, Ibas punya keharusan untuk menjalin
komunikasi dengan konstituennya. Media merupakan salah satu ruang komunikasi itu.
Media juga bisa menjadi ruang pertanggungjawaban publik atas apa yang dikerjakan
wakil rakyat, bagaimana sikap dia atas suatu persoalan. Selain itu, bagi politisi, media juga kerap
diajadikan ruang untuk menaikkan reputasi.
Tapi toh, Ibas merasa perlu untuk tampil di media. Dia punya cara untuk melakukan
"infiltrasi" ke media tanpa harus berhadapan dengan wartawan yang mungkin membuatnya harus
panas dingin: siaran pers.
Siaran pers merupakan salah satu praktik media relation yang bertujuan untuk
mempublikasikan informasi sekaligus membina dan mengembangkan hubungan baik dengan
media sebagai sarana komunikasi. Karena ditujukan ke media, siaran pers ditulis dalam format
berita (Iriantara, 2008).
Ibas menyewa konsultan PR Image Dynamics untuk menggarap siaran persnya. Siaran
pers ibas dikirim ke sejumlah media. Isinya normatif, mengawang-ngawang. Yang lucu, di
bagian bawah siaran pers itu disebutkan, untuk kontak selanjutnya silakan menghubungi
konsultan PR itu, ada nomor contact person-nya. Di lembar siaran pers pun Ibas tetap tidak
tersentuh.
Kenapa lucu? Merespon siaran pers, acapkali wartawan perlu menggali lebih dalam
pernyataan yang disebut dalam siaran pers itu. Saya sudah tidak bernafsu untuk menggali
gagasan Ibas dalam siaran persnya yang besar kemungkinan bukan gagasan orisinil Ibas. Sebagai
politisi selayaknya ia mencantumkan nomor direct yang bisa dihubungi langsung. Saya
membayangkan, jika saya ingin menghubungi Ibas, saya harus melewati proses yang panjang.
Saya juga tidak yakin bisa menghubungi Ibas melalui contact person itu.
Rupanya, media begitu menakutkan buat putra bungsu Presiden Yudhoyono itu.

Pustaka
Iriantara, Y. (2008). Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.

Anda mungkin juga menyukai