REFERAT
KB HORMONAL
Pembimbing :
dr. Kadek Sp. OG
Oleh:
Dian Ayuningtyas
112011101055
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul Kontrasespsi
Hormonal. Tinjauan pustaka ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Ilmu Penyakit Ginekologi dan Obstetri
RSD dr. Soebandi Jember.
Penyusunan tinjauan pustaka ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. dr. Kadek, Sp. OG yang telah memberikan judul dan membimbing penyusunan
tinjauan pustaka ini,
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
tinjauan pustaka ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar. Laju
pertumbuhan penduduk Indonesia cukup besar, sehingga perlu dilakukan program
pembatasan angka kelahiran. Program pembatasan angka kelahiran di Indonesia dikenal
dengan program keluarga berencana yang disingkat dengan KB. Pembatasan kelahiran
tersebut bertujuan tidak hanya untuk membatasi angka kelahiran tetapi juga mengurangi
angka mortalitas ibu dan anak, terutama ibu dengan usia tua, yang ketika hamil, angka
morbiditas dan mortalitas cukup tinggi dan juga kemungkinan anak yang dilahirkan
menderita gangguan kromosomal seperti sindrom Down dan sebagainya cukup tinggi.
Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena
idealnya suatu kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal .
Sejak diberlakukannya program KB di Indonesia dan sejak berkembangnya kontrasepsi
di Indonesia, penggunaan kontrasepsi masih dalam taraf belum cukup memuaskan , sampai
saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang enggan untuk menggunakan kontrasepsi
dengan alasan takut akan efek samping yang merugikan bahkan lebih memprihatinkan adalah
bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu apa itu kontrasepsi, terutama
masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dan yang tidak berpendidikan. Padahal
sampai saat ini kontrasepsi di Indonesia telah mengalami evolusi yang cukup signifikan
dalam hal daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat dan efek samping minimal.
Dengan mengenal seluk beluk alat kontrasepsi, mulai dari apa itu kontrasepsi hingga efek
samping yang ditimbulkan diharapkan kedepannya kontrasepsi dapat dengan mudah diterima
dan jangkau oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di
daerah terpencil. Untuk itu perlunya digalakkan edukasi yang optimal mengenai kontrasepsi.
Oleh karena itu, adalah sebuah langkah yang baik jika pemahaman tentang kontrasepsi
ditingkatkan oleh seorang calon dokter praktik umum. Sehingga nantinya diharapkan seorang
dokter praktik umum mampu melakukan edukasi dan penatalaksanaan secara paripurna
mengenai kontrasepsi. Dan pada akhirnya, dengan pemahaman yang baik di kalangan calon
dokter praktik umum, program keluarga berencana di Indonesia dapat berjalan dengan baik.
Jenis
Monofasik
Pil
yang
tersedia
dalam
kemasan
21
tablet
mengandung
hormon
aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. Contoh:
microgynon
Komposisi
21 tablet masing-masing mengandung 0.15 mg Levonorgestrel dan 0.03 mg Etinilestradiol
serta 7 tablet plasebo.
Dosis dan Cara Pemakaian
Satu tablet diminum tiap hari selama 28 hari berturut-turut. Kemasan berikutnya
dimulai setelah tablet pada kemasan sebelumnya habis.
Tidak menggunakan kontrasepsi hormon sebelumnya (pada bulan yang lalu).
Pemakaian tablet harus dimulai pada hari ke-1 dari siklus alami wanita (yaitu hari pertama
menstruasi) dimulai dari bidang biru dari kemasan dan pilih tablet sesuai dengan harinya
(seperti "Sen" untuk Senin). Mulai pada hari ke 2-5 diperbotehkan, akan tetapi selama siklus
pertama dianjurkan untuk menggunakan metoda pencegahan tambahan selama 7 hari
pertama minum tablet.
Pemakaian selanjutnya
Jika kemasan pertama Microgynon telah habis, mulailah kemasan yang baru tanpa
terputus pada hari berikutnya, sekali lagi pilih tablet pada bidang biru sesuai dengan hari pada
saat itu.
Bifasik
Pil
yang
tersedia
dalam
kemasan
21
tablet
mengandung
hormon
aktif
estrogen/progestin dalam dua dosuis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Contoh: Climen 28
Komposisi
Terdiri dari 16 tablet putih berisi estradiol valerate 2 mg dan 12 tablet pink berisi
estradiol valerate 2 mg dan cyproterone acetate 1 mg.
Cara pemakaian
Minumkan tablet putih satu kali sehari selama 16 hari dilanjutkan dengan tablet pink
satu kali sehari hingga habis.
Trifasik
Pil
yang
tersedia
dalam
kemasan
21
tablet
mengandung
hormon
aktif
estrogen/progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Contoh: TRINORDIOL*-28
Komposisi
Tiap kemasan Trinordiol*-28 berisi 28 tablet. Tablet-tablet ini disusun dalam kemasan
menurut urutan sebagai berikut: 6 tablet kuning tua dari 0.03 mg etinilestradiol dan 0.05 mg
levonorgestrel, 5 tablet putih dari 0.04 mg etinilestradiol dan 0.075 mg levonorgestrel, 10
tablet kuning dari 0.03 mg etinilestradiol dan 0.125 mg levonorgestrel, 7 tablet innert merah
dari 31.835 mg laktosa.
Dosis dan Cara Pemakaian
Satu tablet sehari untuk 28 hari berturut-turut dalam urutan yang tepat
seperti
diuraikan di atas. Tablet-tablet diminum terus menerus tanpa dihentikan. Segera setelah satu
kemasan habis, mulailah dengan kemasan yang baru dan diminum seperti diuraikan di atas.
Dianjurkan tablet Trinordiol*-28 diminum setiap hari pada waktu yang sama, sebaiknya
setelah makan atau pada waktu mau tidur. Bila pemakai merasa mual, sebaiknya tablet
diminum dengan susu.
Sikluspertama:
Selama pemakaian siklus pertama, pasien dianjurkan meminum satu tablet setiap hari selama
28 hari berturut-turut, dimulai dari hari pertama dari siklus haid (hari kesatu datangnya haid
adalah hari pertama). Perdarahan akan terjadi sebelum tablet Trinordiol*-28terakhir diminum.
Siklus-siklus Berikutnya:
Pemakai hendaknya segera mulai kemasan berikutnya walaupun perdarahan masih
berlangsung. Tiap 28 hari penggunaan Trinordiol*-28 dimulai pada hari yang samaseperti
pada pemakaian pertama kalinya pada bagian foil berwarna merah dan mengikuti jadual yang
sama.
Meskipun terjadinya kehamilan sangat kecilbila tablet digunakan sesuai petunjuk bila
perdarahan tidak terjadi setelah tablet terakhir diminum, kemungkinan hamil harus
dipertimbangkan.
Bila pasien tidak menuruti cara penggunaan yang tertera (lupa satu atau lebih tablet atau
mulai minum tablet yang terlupa pada hari terlambat daripada seharusnya) kemungkinan
hamil harus dipertimbangkan pada saat tidak terjadi haid dan dilakukan cara-cara dianostik
yang tepat sebelum pengobatan dilanjutkan.Bila pasien telah mengikuti petunjuk pengobatan
dan telah minum tablet dua siklus berturut-turut tidak terjadi haid, tidak terjadinya kehamilan
harus benar-benar dipastikan oleh dokter atau petugas kesehatan yang ditunjuk sebelum
penggunaan tablet kontrasepsinya dilanjutkan.
Tablet-tablet yang Terlupa Diminum
Pemakai harus diinstruksikan untuk meminum tablet yang terlupa secepatnya setelah
teringat. Bila dua tablet berturut-turut terlupakan, keduanya harus diminum setelah teringat.
Tablet berikutnya harus diminum pada waktu yang sama. Tiap saat pasien terlupakan satu
atau dua tablet , ia harus juga mnggunakan cara kontraseptiva tambahan non steroidal
(misalnya cara mekanis) sampai ia telah meminum satu tablet tiap hari untuk 7 hari berturutturut. Bila tiga tablet berturut-turut selain tablet berwarna merah terlupakan, semua
pengobatan harus dihentikan dan sisa obat harus dibuang. Siklus tablet yang baru harus
dimulai pada hari kedelapan setelah tablet terakhir diminum dan suatu kontraseptiva
tambahan non steroidal (misalnya cara mekanis) sampai ia telah meminum satu tablet tiap
hari untuk 14 hari berturut-turut.
b.
Cara kerja
Secara umum pil kombinasi berkerja dengan cara menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma, dan Pergerakan tuba
terganggu sehingga transportasi ovum akan tergenggu.
c.
Manfaat
Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia),
tidak terjadi nyeri haid.
d.
Keterbatasan
Berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru
memilki dampak positif.
Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana
hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang.
Dapat meningkatkan tekanan darah dan terensi cairan, sehingga risiko stroke dan
gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia
>35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
e.
Usia reproduksi.
Pasca keguguran.
10
Varises vena.
f.
Menyusui eksklusif.
g.
Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
Boleh menggunakan pada hari ke-8 haid, tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari 8 sampai hari 14 atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
11
Setelah melahirkan: 6 bulan pemberian ASI eksklusif; setelah 3 bulan dan tidak
menyusui; pascakeguguran segera atau dalam waktu 7 hari).
Cara kerja
Secara umum menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, atrofi endometrium, dan
Menghambat transportasi ovum lewat tuba.
b.
Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu
kuat).
c.
Efektivitas
12
Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet
karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat
mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena dapat meningkatkan
penetrasi sperma. Dalam menggunakan minipil sebaiknya jangan sampai ada tablet yang
lupa, tablet digunakan pada jam yang sama, senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah
penggunaan minipil.
d.
Keuntungan
e.
Keterbatasan
13
Bila lupa satu pil saja maka kegagalan menjadi lebih besar.
Efektivitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan dengan obat OAT
(rifampisin) dan obat epilepsi (fenitoin, barbiturat).
f.
Kontraindikasi
Hamil/diduga hamil
Kanker payudara.
Mioma uteri.
Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
diameter 3,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 4 mm, dan
diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-dosegestrel dan lamam kerjanya 3
tahun.
Jadena dan Indoplan. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel
dengan lamam kerja 3 tahun.
14
b. Cara kerja
Secara umum bekerja dengan menekan ovulasi, Mengentalkan lendir serviks, Atrofi
endometrium, dan menghambat transportasi ovum lewat tuba. Efektivitas sangat efektif 0,2-1
kehamilan per 100 perempuan.
Kontraindikasi absolut
Penyakit Wilson.
b.
Keuntungan
Mungkin merupakan metode kontrasepsi revesibel yang paling efektif untuk periode 5
tahun.
15
Dosegestrel/Etinil estradiol.
Indikasi
Interaksi
Efek samping dari obat beta bloker atenolol, selegiline, teofilin, dan
c.
Sediaan beredar
Perhatian
Resiko kehamilan jika terlupa minum pil, terutama awal siklus. Harus dilakukan
pemeriksaan darah tinggi, perabaan hati, gula darah, kadar lemak.
e.
Efek samping
Absorbsi
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan diubah menjadi
etonogestrel. Konsentrasi plasma puncak mencapai 2 ng/ml setelah 1,5 jam setelah minum.
Bioavailabilitas 62-81%.
g.
Distribusi
16
Etonogestrel terikat pada albumin serum dan sex hormone binding globulin (SHBG).
Hanya 2-4% dari total konsentrasi serum berada dalam bentuk steroid bebas, 40-70%
berikatan dengan SHBG. Etinil estradiol sendiri menginduksi peningkatan ikatan desogestrel
dengan SHBG dan menurunkan ikatan desogestrel dengan albumin. Volume distribusi
desogestrel adalah 1,5l/kg.
h.
Metabolisme
Mestranol/noretindrone.
Nama
generik:
Mestranol/Norethindrone
(MES-tra-nole/nor-eth-IN-drone)
Indikasi
Mencegah kehamilan.
b.
Kontraindikasi
Alergi
Tumor hati.
c.
Interaksi Obat
17
rifamycins seperti rifampin, St. John's wort, tetrasiklin seperti doksisiklin, topiramate, atau
troglitazone menurunkan efektivitas mestranol/norethindron.
peningkatan berat badan, retensi cairan, peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah,
ditingkatkan oleh mestranol/ norethindron.
oleh mestranol/noretindron.
3.
Depomedroksiprogesteron asetat.
Indikasi
Kontrasepsi oral.
b.
Kontraindikasi
Efek Samping
18
Sediaan
4.
Linestrenol.
a.
Indikasi
Kontrasepsi Oral
b.
Kontraindikasi
Kehamilan, penyakit hati parah, ikterus, sindrom rotor, dan Dubbin Johnson, dan
wanita muda dengan siklus belum teratur.
c.
Efek Samping
Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara. Jika timbul perdarahanringan pada
bulan-bulan awal dapat dilanjutkan tapi jika parah hentikan.
d.
Perhatian
Interaksi obat
19
f.
Sediaan beredar
5.
Levonorgestrel.
a.
Indikasi
Kontraindikasi
Perdarahan vagina dengan penyebab yang tidak jelas, kanker yang berkaitan
dengan hormonal, perdarahan uterus dengan sebab tidak jelas, gangguan
tromboemboli atautrombofleblitis.
c.
Efek Samping
Etonogestrel.
a.
Indikasi
Kontraindikasi
c.
Perhatiaan
20
Sediaan beredar
Implanon (Organon)
7.
Gestoden.8,13
a.
Indikasi
Kontrasepsi oral
b.
Kontraindikasi
Sediaan beredar
Gynera (Schering)
8.
Drospirenon.
Memiliki efek antimineral kortikoid dengan megabit sistem RAAS dan sebagai anti
antiandrogenik yang bermanfaat untuk wanita yang mengalami retensi cairan karena hormon
dan wanita yang menderita akne dan seborea. Bioviabilitas sekitar 76 % dan tidak diikat oleh
sex hormon maupun oleh kortikosteroid. Akan tetapi diikat oleh protein serum. Pada sebagian
orang dapat menyebabkan hiperkalemia jika dikombinasi oleh sprinalaktone.
a.
Indikasi
Kontrasepsi oral
b.
Kontraindikasi
21
hipersensitif.
c.
Sediaan Obat
Yasmin (Schering)
9.
Cyproterone Acetat.
Nama generik
: (3'H-Cyclopropa(1,2)pregna-1,4,6-triene 3,20-dione,6-chloro-
1-beta,2-beta-dihydro-17-hydroxy-).
Nama dagang
: Diane 35 (Schering)
finasteride dapat mengatasi keluahan hirsutisme. Beberapa studi invitro juga menunjukkan
bahwa cyproterone atau cyproterone acetate dapat mengobati benign prostat hyperplasia.
a.
Indikasi
Kontraindikasi
22
Wanita hamil, Tromboemboli vena dan arteri, pankreatitis akut, penyakit hati,
gagal ginjal akut, tumor hati (jinak atau ganas), keganasan alat genital atau
payudara, perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnostik, dan hipersensitif.
c.
Efek Samping
Dosis
Komposisi
Merupakan kontrasepsi oral monofasik. Dua puluh satu tablet besar warna putih
mengandung 0,15 mg desogestrel dan 0,03 mg etinilestradiol. Tujuh tablet putih yang tidak
mengandung zat aktif. Yang mengandung silicon dioksida, laktosaa, magnesium stearat,
tepung kentang, povidone, asam stearat, alfa tokoferol.
b.
Indikasi
Kontrasepsi oral.
c.
Kontraindikasi
Trombosis atau riwayat trombosis vena dalam, emboli paru, infark miokard dan
stroke.
Tia, angina pektoris.
Terdapat faktor yang meningkatkan kejadian trombosis seperti hipertensi.
Gangguan fungsi hati yang lama dan ireversibel.
23
Tumor hati.
Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.
Diketahui atau dicurigai hamil.
DM dengan komplikasi vaskular.
Hipersensitif terhadap komponen.
Absorbsi
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap. Konsentrasi plasma
puncak dicapai 80 pg/ml dalam 1-2 jam setelah pemberian. Biaoavailabilitas setelah
mengalami konjugasi presistemik dan metabolisme pintas pertama adalah 60%.
b.
Distribusi
Etinil estradiol berikatan dengan albumin hampir 98,5% dan menginduksi peningkatan
kadar SHBG serum. Volume distribusi adalah 5L/kg.
c.
Metabolisme
Etinil estradiol mengalami konjugasi presistemik oleh mukosa usus dan hati.
Metabolitnya akan dikonjugasi dengan glukoronida dan sulfat. Laju klirens metabolik adalah
5 ml/menit/kg. Eliminasi Metabolitnya diekskresikan lewat urin dan empedu dengan rasio
4:6. Waktu paruh ekskresi metabolitnya adalah 1 hari.
d.
Cara pemberian
Konseling
24
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana
(KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dalam melalukan konseling berarti petugas
membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan
sesuai dengan pilihannya.konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
b.
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat tindakan medis
diperlukan. Misalnya pada kontrasepsi mantap, amak persetujuan harus dari pasangan suami
istri. Setelah calon peserta dan pasangannya menandatangani persetujuan tindakan medik,
pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan
medik terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan
tindakan. Catatan tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode,
keberhasilan tindakan, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan
sesuai dengan standar.
BAB 3. KESIMPULAN
Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena
idealnya suatu kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal .
Kontrasepsi
25
sehingga mencegah ovulasi. Progestin juga menyebabkan penebalan mukus leher rahim
sehingga mempersulit perjalanan sperma dan atrofi endometrium sehingga menghambat
implantasi.
DAFTAR PUSTAKA
National Institute for Health and Care Exellence. 2014. Long-acting reversible contraception
(update). Nice Clinical Guideline.
Center for Disease Control and Prevention. 2013. Hormonal Contraception and HIV.
Usaid.gov
Emergency Departement .2014. Key Facts about Emergency Contraception (EC):for
Emergency Departement Staff that Provide Care to Sexual Assault and Rope
Survivors.
26
Pratiwi, Dhana. Et al. 2014. Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik
DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota Padang.
Wiknjosastro H. 2007. Buku Ilmu kandungan Edisi 7. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.