yang lebih rendah pada hari ketiga. Penelitian propofol vs midazolam dan ketamin
vs sufentanil tidak menemukan perbedaan efek obat pada tekanan intrakranial dan
tekanan perfusi serebral.
Kesimpulan: review/ulasan sistematis ini tidak menemukan bukti yang
meyakinkan bahwa satu agen obat sedatif saja lebih efektif dibandingkan agen
obat lain pada perbaikan status kesehatan pasien, tekanan intrakranial, atau
tekanan perfusi serebral pada orang dewasa yang sakit kritis dengan cedera otak
traumatis berat. Dosis bolus tinggi opioid, bagaimanapun, memiliki efek yang
berpotensi merusak tekanan intrakranial dan tekanan perfusi serebral. Penelitan
terkontrol secara acak yang adekuat, berkualitas tinggi sangat mendesak
diperlukan. (Crit Perawatan Med 2011; 39: 2743-2751)
KATA KUNCI: benzodiazepin; etomidate; hipnotik; ICU; ketamin; analgesik
opioid; propofol; cedera otak traumatis; obat sedatif.
Agen obat sedatif biasanya diberikan kepada orang dewasa yang sakit
kritis dengan cedera otak traumatis berat (TBI/Traumatic Brain Injury) untuk
menginduksi
anxiolysis,
mencegah
agitasi,
dan
membantu
penyesuaian
dengan Tajuk Utama (Judul) Subjek Medis secara besar-besaran and teks word,
masing-masing
dikombinasikan
dengan
Operator
Boolean
"OR."
Kami
digunakan di ICU), dan mereka yang belum dipublikasikan secara penuh atau
sebagai abstrak yang rinci/detail dalam jurnal yang diindeks.
Abstraksi Data dan Kualitas Metodelogi
Bekerja secara mandiri dan dalam sistem kerja yang sama, dua peneliti
(DJR,
DAZ)
mengekstraksi
data
menggunakan
formulir
pra-desain.
intervensi
tambahan
penurun
ICP
(misalnya,
drainase
sebagian besar pertanyaan, terdapat data yang memadai atau penelitian terlalu
heterogen secara klinis sehingga memerlukan penggabungan statistik.
HASIL
Seleksi Penelitian
Pencarian data dasar elektronik kami telah mengidentifikasi 1.892 kutipan
(Gbr.1). Dari jumlah tersebut, 158 menjalani tinjauan teks secara lengkap. Dari
158 artikel, 145 dieksklusikan karena 35 adalah bukan penelitian acak (non-acak),
salah satunya "pseudo-acak" (26), 96 ditujukan populasi pasien yang berbeda (70
bedah saraf intraoperatif dan dua pasien operasi jantung, 23 Non-traumatis, cedera
otak tak terdefinisi, atau <50% pasien bedah saraf cidera otak traumatis, satu
pasien rehabilitasi neurotrauma, dan dua penelitian pada hewan), salah satu
mengevaluasi hasil yang berbeda (efek sedasi dan ICP pada pengosongan
lambung setelah cedera otak) (27), tujuh tidak melaporkan data asli, dan lima
meneliti alternatif intervensi pada cidera otak traumatis berat. Tidak ada kutipan
lanjut yang diidentifikasi dengan metode pencarian alternatif. Sebanyak 13
penelitian RCT diterbitkan berbahasa Inggris, dengan tanggal penerbitan mulai
1982-2007, oleh karena itu memenuhi kriteria inklusi kami (8 -20). Kami
meminta data tambahan dari tiga penulis dan satu penulis telah menanggapi (8).
Terjadi persetujuan yang baik antar peneliti dalam pemilihan independen 12
penelitian. Penelitian ke-13 diperlukan klarifikasi dari penulis sebelum konsensus
dimulai (8).
Eksklusi, n=1734
Tidak relevan, penelitian pada binatang, artikel ulasan sebelumnya, bukan
Artikel Full-Text yang berhasil didapatkan untuk diulas/dikaji
n=158
Eksklusi, n=145
Tidakn acak n=35
Pseudo-acak n=1
50% pasien
cidera otak traumatis tidak dirawat di ICU n=96
RCT yang sesuai pada ulasan/kajian
sistematis
n=13 Tidak melaporkan data asli n=7
Intervensi yang salah n=5
Hasil intervensi yang salah n=1
Gambar 1. Proses seleksi untuk kriteria inklusi penelitian terkontrol-acak
(RCT). Sebanyak 13 RCT termasuk dalam kajian/ulasan sistematis.
Deskripsi Penelitian
13 RCT yang termasuk kriteria inklusi, dirangkum dalam Tabel 1.
Diantara 13, salah satu adalah penelitiannya adalah multisenter (15) dan yang lain
adalah penelitian single-center. Lima penelitian dilakukan di Amerika Serikat (8,
10-12, 15), sedangkan delapan lainnya mewakili data dari empat negara di Eropa
(9, 13, 14, 16-20). Empat penelitian diacak silang (8, 10, 14, 16).
Penelitian yang termasuk kriteria, telah mengikutsertakan total 380 pasien,
dengan enam penelitian (8 -12, 14) mengikutertakan <25 pasien. Sembilan
penelitian termasuk orang dewasa sakit kritis dengan cidera otak traumatis berat
(8 -10, 12, 14, 16, 18-20), sedangkan empat penelitian juga termasuk pasien ICU
dengan cidera otak traumatis sedang (skor Glasgow Coma Scale 9-12) (7%) (15 ),
cidera pembuluh darah non-traumatis atau cedera iskemik neurologis nontraumatis (43%) (11), atau trauma multisistem tanpa cedera kepala (41% dan
23%) (13, 17).
Efektivitas relatif dari morfin, fentanil, sufentanil, atau alfentanil telah
dibandingkan dalam empat penelitian RCT (10, 12, 14, 16), sedangkan dua
Sedatif
Pembanding (n per
(sedatif tambahan)
Penurun Tekanan
Populasi
Lama Sedasi
Kelompok)
Dosis Rata-rata
Co-sedatifb
Intra Kranial
bolus 12 menit
Intravena atau
1.5 mg/kg
Steroid
Sebelum
intratekal,
Suction pipa
lidocain (15)
1 mg/kg
endotrakeal)
Suuksinilkolin (15)
Fentanyl (9)
3 g/kg
Vekuronium
Fentanyl (5)
1.63 0.48 g/kg/jam
Osmotherapi
Sufentanil (5)
0.33 0.16 g/kg/hr
Alfentanil (6)
0.75 mg/kg/min
Fentanil (6)
0.075 mg/kg/min
Pendek (bolus)
Morfin (30)
0.2 mg/kg
Midazolam
Hiperventilasi
(16)
Morfin
Osmotherapi
Fentanil (30)
2 g/kg
Vekuronium
Sanchez-Izquierdo-Riera
Panjang (6.3-hari)
Propofol (33)
2.12 mg/kg/jam
Morfin
Blok neuromuscular
Midazolam (34)
0.19 mg/kg/jam
Propofol
1.60 + 0.14 mg/kg/jam
Dengan trauma
midazolam (33)
multisistem(n =100)
Sandiumenge Camps et
Panjang (8.7-hari)
Propofol (32)
3.7 mg/kg/jam
Morfin
Hiperventilatsi
Midazolam (31)
0.16 mg/kg/jam
Blok neuromuscular
Osmotherapi
Dengan trauma
Drainase ventrikel
Midazolam (15)
0.10.3 mg/kg/hr
Morfin
Vekuronium
Sufentanil (13)
0.008 0.002 g/kg/min
Propofol
saat tidur
Thiopental
Hiperventilasi
Hipotermia
Neuromuscular blockade
Osmotherapy
Ventricular drainage
Pentobarbital
1985 (9)
infus)
Althesin (5)
0.20.5 mL/kg/hr
saat tidur
Dexamethason
cidera vaskular
mg/kg/jam
Furosemid
otak (n =7)
Hiperventilasi
Osmoterapi
Pankuronium
Drainase ventrikel
Morfin (19)
10 6.7 mg/jam
Morfin
Mannitol
TBI sedang
Pentobarbital
Blok neuromuscular
(n =42)
Drainase ventrikel
Keterangan :
TBI (Traumatic Brain Injury)=cedera otak traumatis.
a. Target ganda mengindikasikan pemberan dosis dua kali lipat dari konsentrasi plasma sasaran selama
15 menit.
b. Agen-agen dapat diberikan kepada semua atau hanya pasien tertentu dalam penelitian.
c. Etiologi untuk pasien komatous GCS=15, pasien ICU dengan cedera otak difus" (Glasgow Coma
Scale skor=8) dijelaskan dalam penelitian ini dikonfirmasi trauma kepala tertutup dengan
korespondensi dengan penulis pertama.
d. Penelitian Acak Silang.
Skor
Rangkaian
Data Hasil
Pelaporan
Jadad
Alokasi
Alokasi
Tidak komplit
Bentuk bebas
Bentuk bebas
Sumber, Tahun
(05)
Adekuat
Disembunyiakn
Dirahasiakan
Selektif
Bias lain
Mungkin
Tidak mungkin
Tidak
Tidak mungkin
Ya
Mungkin
Sperry et al, 1992 (10)
3
Mungkin
Mungkin
Ya
Ya
Ya
Tidak mungkin
Lauer et al, 1997 (12)
1
Mungkin
Tidak mungkin
Tidak
Ya
Ya
Tidak mungkin
Albanse et al, 1999 (14)
Mungkin
Tidak mungkin
Tidak
Ya
Ya
Tidak
de Nadal et al, 2000 (16)
4
Mungkin
Mungkin
Ya
Ya
Ya
Ya
Propofol vs. Midazolam (pasien TBI berat dan
ICU)
Ya
Tidak mungkin
Tidak
Ya
Ya
Ya
Sandiumenge Camps et al, 2000 (17)
3
Ya
Tidak mungkin
Tidak
Tidak mungkin
Mungkin
Ya
Ghori et al, 2007 (20)
2
Mungkin
Ya
Tidak
Tidak mungkin
Ya
Tidak
Ketamine vs. Sufentanil (pasien TBI berat)
Ya
Mungkin
Ya
Ya
Ya
Ya
Bourgoin et al, 2005 (19)
3
Ya
Mungkin
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Etomidate vs. Althesin atau Pentobarbital
Vaskuler Otak)
Mungkin
Mungkin
Ya
Ya
Ya
Tidak mungkin
Levy et al, 1995 (11)
2
Mungkin
Mungkin
Ya
Ya
Ya
Ya
Propofol vs. Morphine (pasien TBI sedang sampai
Berat)
Mungkin
Mungkin
Ya
Ya
Ya
Ya
Keterangan :
TBI (Traumatic Brain Injury)=cedera otak traumatis.
Tabel 3. Ringkasan dari lima penelitian tentang perbedaan efek dari agen obat sedatif pada hasil klinis
Outcome Scale
Penelitian, Tahun
45)
Mortalitas
Ventilasi Mekanik, d
Efektivitas/Lama Sedasi
Trauma Multisistem
ICU)
Sanchez-Izquierdo-Riera
Tidak Tersedia
Tidak Tersedia
(p = NS)
(p = NS)
Tidak Tersedia
Pf: 16 6
gagal terapi akibat tidak efektifnya
(p = NS)
menggunakan skala sedasi
4-poin
Sedang sampai Berat)
(p = .07)
(p = NS)
(p NS)
S: 6/13 (46.2%)
K: 4/12 (33.3%)
K: 21 13
Tidak Tersedia
(p = NS)b
S: 3/13 (23.1%)
S: 18 13
(p = NS)b
(p = NS)b
Keterangan :
K, ketamin; Mz, Midazolam; NS, tidak signifikan (p>05); Pf, Propofol; S, sufentanil; TBI, cedera otak
traumatis.
a
Kami berusaha untuk mendapatkan perlakuan terapi pada kelompok kematian dari penulis, tetapi mereka
tidak menanggapi.
b
Tabel 4. Ringkasan 13 penelitian pada perbedaan efek agen obat sedatif pada tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak, tekanan arteri rata-rata,
dan efek samping obat
Tekanan Intrakranial
Tekanan Perfusi Otak
Efek Hemodinamik, mm Hg
Penelitian, Tahun
Dari Nilai Awal, mm Hga
Dari Nilai Awal, mm Hga
atau bpma
Efek Samping
Propofol vs. Midazolam (Pasien TBI Berat dan Trauma Multisistem ICU)
Sperry et al, 1992 (10)
Sanchez-Izquierdo-Riera et al, 1998 (13)
Sandiumenge Camps et
al, 2000 (17)
suction pipa
endotrakeal versus
.05)
Dearden and McDowall,
1985 (9)
Tidak Ada
intrakranial yang terjadi
hampir 510 menit
(p < .05)
meningkat dengan suction
sekitar 10 menit (p
Pipa endotrakel)
<.05; kembali
ke awal sekitar
menit)
Setelah 5 menit tp tetap
sekitar 25 menit)
60 menit)
selama penelitian)
Tidak ada perbedaan
signifikan
Tidak ada perbedaan
signifikan
MAP pada 10 and 45
menit
Tidak Ada
setelah pemberian 5
pada kedua obat di
MAP setelah pemberian obat 5
Tidak Ada
menit and 60 menit (p<
.05)
.05 for both)
keduanya)
Tidak Ada
sufentanil, alfentanil, and
sufentanil, alfentanil, and
sufentanil, alfentanil, and
Kembali ke awal
setelah15
(peningkatan bertahap
maximum
kegagalan
terapetik
both)
Tidak ada perbedaan signifikan Tidak ada perbedaan signifikan Tidak ada efek signifikan
Tidak tersedia
absolut
and 70 menit
Tidak ada perbedaan
signifikan No significant
difference Tidak ada
pada MAP; denyut
Tidak tersedia
etomidate and
pentobarbital (tidak
ada statistik)
Berat)
kada kelompok
tekanan intrakranial
<.05); drainase
P= .07)
pada kelompok
and 3 sebagaimana
morfin(26.3% vs.
penggunaan
13%; p = .06)
blok neuromuscular,
benzodiazepin, and
pentobarbital (p <.05)
Keterangan :
a
Perbedaan yang berarti kecuali dinyatakan lain; perubahan nilai dan obat terkait yang tercantum dalam
urutan masing-masing.
dua penelitian melaporkan tidak ada perbedaan antara agen ini pada lama
perawatan di ICU atau pada kualitas sedasinya (13, 17), yang diukur dengan skala
sedasi Ramsey yang disederhanakan (13, 28) atau 4-poin skala sedasi spesifik
(17 ). Namun, dua penelitian menemukan tingkat kegagalan terapi yang lebih
tinggi dari propofol yang ditandai dengan hipertrigliseridemia (13) atau in-efektif
(tidak efektif) (didefinisikan sebagai dosis yang dibutuhkan >6 mg / kg / jam
untuk maintenans sedasi) (17).
Pada satu-satunya penelitian multisenter di penelitian ini, 42 pasien (93%)
cidera otak traumatis berat diacak untuk mendapatkan propofol atau morfin, dan
tidak ada perbedaan signifikan yang teramati dalam tingkat mortalitas atau status
neurologis yang baik pada 6 bulan (15). Kualitas sedasi dan lama perawatan ICU
dan lama penggunaan ventilasi mekanik, tidak dilaporkan atau tidak dianalisis.
Dalam analisis post hoc, propofol dosis tinggi (100 mg / kg untuk 24 jam dan
dimulai diantara 48 jam dari cedera) vs propofol dosis rendah menghasilkan
tingkat yang lebih tinggi dari status neurologis yang baik pada 6 bulan (7/10
[70%] vs 5/13 [ 39%], risiko relatif, 1.82; 95% interval kepercayaan, 0.81- 4.05).
Hasil klinis akhir dari 25 pasien yang diacak pada ketamin atau sufentanil,
hasilnya tidak ditemukan perbedaan dalam lama perawatan ICU, mortalitas, atau
status neurologis yang baik (18).
Perbedaan Pengaruh Agen Sedatif pada ICP, CPP, MAP, dan Efek Samping
Obat
Pengaruh agen obat sedatif pada hasil di atas dilaporkan dalam semua 13
penelitian (Tabel 4) (8 -20). Tidak ditemukan agen sedatif yang berpengaruh
signifikan pada tekanan oksigen jaringan otak, saturasi oksigen vena jugularis,
perbedaan oksigen arterioveTidaksa otak, atau perbandingan (rasio) laktat
terhadap piruvat.
Dari empat percobaan yang membandingkan bolus atau infus pendek pada
satu opioid vs opioid lain, tiga penelitian melaporkan adanya peningkatan ICP dan
empat penelitian melaporkan penurunan MAP setelah pemberian morfin, fentanil,
dan sufentanil (10, 12, 14, 16). Satu-satunya penelitian yang melaporkan bahwa
opioid tidak berpengaruh pada ICP pada dosis opioid yang telah ditentukan,
namun mengakibatkan penurunan maksimum 5% pada MAP (12). Dalam sebuah
penelitian kelima, terdapat kenaikan ICP akibat pengurangan suction (penyedotan)
pada endotrakeal, tetapi tidak dicegah dengan bolus fentanil vs saline (8). Empat
dari lima penelitian terkontrol PCO2 selama pemberian opioid (8, 10, 12, 14).
Perubahan ICP dan MAP mengakibatkan penurunan CPP setelah pemberian
morfin, fentanil, dan suftentanil dalam tiga penelitian (10, 14, 16). ICP meningkat
setelah fentanil dan sufentanil adalah bersifat sementara pada dua penelitian (10,
14), seperti penurunan MAP dan CPP dalam satu penelitian (10), dengan masingmasing parameter kembali ke nilai awal dalam 15 sampai 25 menit. Namun, salah
satu penelitian menemukan bahwa meskipun ada peningkatan bertahap dalam
MAP dan CPP setelah penurunan awal, parameter ini tetap terus menurun dari
nilai awal (14).
Tiga dari 13 penilaian tidak menemukan perbedaan di ICP, CPP, atau MAP
selama infus panjang propofol dan midazolam pada pasien trauma multisistem
dengan cidera otak traumatis berat (13, 17, 20). Satu penelitian melaporkan
peeningkatan secara signifikan dari kraniotomi dekompresi pada pasien yang
menerima propofol vs midazolam (20). Namun, pada kelompok propofol, sepuluh
dari 13 pasien yang menjalani kraniotomi dekompresi vs sepuluh dari 15 pada
kelompok midazolam. Perbedaan ini menyebabkan p= 0,69 dengan menggunakan
uji Fisher dua sisi (risiko relatif, 1,15; interval kepercayaan 95%, 0,72-1,84). Dua
dari tiga penelitian (13, 17) juga menggambarkan konsentrasi trigliserida yang
meningkat pada pasien yang menerima propofol, yang mengakibatkan tingkat
kegagalan terapi yang lebih besar pada satu penelitian (13).
Dalam dua penelitian tambahan yang melibatkan pasien cidera otak
traumatis berat, tidak ada perubahan signifikan dalam ICP atau CPP yang
ditemukan setelah pemberian dosis dua kali lipat sementara konsentrasi obat
plasma atau selama infus panjang ketamin atau sufentanil (18, 19). Meskipun
ketamin dan sufentanil juga tidak berpengaruh pada MAP dalam kedua penelitian,
pasien yang diberikan ketamine vs sufentanil memiliki denyut jantung lebih tinggi
pada hari-hari ketiga dan keempat terapi (18).
Infus pendek dan panjang etomidat dan baik dengan menggunakan
althesin atau pentobarbital, telah dibandingkan dalam dua penelitian (9, 11). Tidak
ada hasil statistik yang dibuat pada salah satu penelitian (11), pada penurunan ICP
vs nilai awal setelah etomidat, pentobarbital, dan althesin (9). Infus etomidat
menyebabkan penurunan MAP dan peningkatan denyut jantung dalam satu
penelitian (9). Namun, perubahan ini tidak diamati selama infus panjang obat
dalam penelitian kedua (11), dimana terjadi toksisitas propilen glikol pada semua
pasien yang diberikan etomidat.
Dalam penelitian akhirnya (15), meskipun secara keseluruhan kontrol ICP
adalah sama selama infus panjang propofol dan morfin, ICP lebih rendah terlihat
pada kelompok propofol pada hari ketiga infus. Selain itu, penggunaan agen blok
neuromuscular, benzodiazepin, dan pentobarbital yang kurang pada kelompok
propofol dan pasien diobati propofol, memerlukan drainase ventrikulostomi cairan
serebrospinal yang
efek hipotensi akibat opioid. Hipotensi sendiri dapat meningkatkan ICP dan
menurunkan CPP melalui refleks autoregulasi cerebral (38). Jika penurunan MAP
dapat dicegah, seperti dalam penelitian oleh Lauer et al (12), atau diimbangi
dengan resusitasi hemodinamik, seperti dalam studi Tidakn-acak oleh Werner et
al (39), maka kita merasa tidak mungkin penulis akan menemukan penurunan
CPP yang signifikan. Meskipun ada keterbatasan penelitian ini, bagaimanapun
juga, opioid telah dikaitkan dengan peningkatan ICP melalui penurunan resistensi
serebrovaskular, peningkatan aliran darah otak dan PCO2, dan terganggunya
autoregulasi cerebral (4, 10, 14, 39).
Propofol dan midazolam lazimnya digunakan pada pasien sakit kritis
dengan cidera otak traumatis berat yang diberikan relatif singkat (1/2 dari waktu
paruh mereka) dan efek yang baik pada ICP dan hemodinamik serebral (2, 4, 40).
Membandingkan propofol untuk morfin, pada satu penelitian multicenter (15),
menemukan pengurangan kebutuhan penggunaan agen blok neuromuscular,
benzodiazepin, dan pentobarbital dengan propofol, bersama dengan pengurangan
kebutuhan untuk drainase ventriculostomi cairan serebrospinal pada hari kedua
dan ketiga. Namun, ada juga kecenderungan peningkatan penggunaan vasopressor
dan manitol dalam kelompok propofol. Tiga penelitian RCT (13, 17, 20)
melaporkan propofol dan midazolam yang sama untuk kontrol ICP dan CPP.
Namun, dua penelitian menemukan bahwa pasien yang diobati propofol lebih
cenderung untuk beralih ke terapi alternatif sekunder karena hipertrigliseridemia
atau ketidakmampuan untuk mendapatkan tingkat sedasi yang adekuat meskipun
penggunaan dosisnya sudah maksimum (13, 17).
KESIMPULAN
Pada orang dewasa yang sakit kritis dengan cidera otak traumatis berat,
sebagian besar agen sedatif yang tersedia, dapat meningkatkan ICP dan CPP vs
nilai awalnya. Tidak ada bukti yang meyakinkan, bagaimanapun juga, bahwa satu
agen obat sedatif lebih efektif dibandingkan obat sedatif lain untuk perbaikan
kondisi pasien yang mengacu pada hasil klinis, ICP, atau CPP. Dosis bolus tinggi
opioid memiliki potensi efek merusak pada ICP dan CPP. Penelitian RCT yang