Desember 2014
Nama
No. Stambuk
: N 101 10 072
Pembimbing
PENDAHULUAN
Gizi buruk adalah keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai
dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-3SD tabel baku WHONCHS dan < - 3 SD juga pada tabel Z-score. Gizi buruk secara klinis terdiri atas
marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor.1,2,3
Menurut Depkes (2003), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan
seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang
berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan
indikator yang digunakan dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran
baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di
Indonesia adalah World Health Organization National Centre for Health Statistic
(WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :
Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi
baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup
mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk
severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor. 3
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk
adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap
kasus yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi
tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua
pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat,
dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran) harus dirawat di rumah sakit,
Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic Feeding Center
(TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan.4
Penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk adalah defisiensi vitamin A,
tuberkulosis paru, bronkopneumonia, askariasis, dan sebagainya. 4,5
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: An. D
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 5 tahun
Tanggal Lahir
: 08 Oktober 2009
Tanggal Masuk RS
: 27 Oktober 2014
Anamnesa
Keluhan utama
: BAB cair
BAB cair (+) banyak kali atau >6 kali sehari sejak 3 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, volume banyak, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau amis,
Anak mengkonsumsi ASI dan susu formula sejak lahir sampai usia 4 bulan.
Susu formula diteruskan sampai usia 2 tahun
Mulai makan nasi pada usia 3 tahun
Sekarang anak sudah makan nasi, sayur dan lauk pauk, namun sejak sakit
nafsu makan anak menurun.
Imunisasi
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 9,3 kg
Tinggi badan
: 90 cm
Status Gizi
Tanda vital
Denyut nadi
: 100 x/menit
Kulit
Suhu
: 38oC
Pernapasan
: 26 x/menit
Tekanan darah
: 85/65 mmHg
:
Ruam (-)
Turgor melambat
CRT < 2 detik
Warna sawo matang
Rumple leed Test (-)
Lapisan lemak di bawah kulit kurang (severe wasting) mengakibatkan kulit
menjadi keriput, kurangnya lapisan lemak terutama pada daerah bahu, lengan
Kepala
Mata
Leher
Paru
Inspeksi
Perkusi
: sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+,Rhongki -/-,Wheezing -/-
Inspeksi
Palpasi
midklavikula sinistra
Perkusi
: batas jantung atas teraba di sela interkosta II
Jantung
: ictus cordis tidak tampak
: ictus cordis teraba pada interkosta V linea
Abdomen
Genitalia
: Normal
Anggota gerak
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Tulang belakang
Otot-otot
Refleks
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
WHOLE BLOOD
Hemoglobin
RBC
WBC
HCT
PLT
MCHC
MCH
MCV
Hasil
12,3
3,52
24,0
29,6
281
32,6
27,4
84
Rujukan
12-14
4,10-5,50
5-15
36- 44
200-400
32-36
24- 30
73-89
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Telur cacing
=1
=1
= positif
= tidak ditemukan
Satuan
g/dl
106/mm3
103/mm3
%
103/mm3
g/dl
Pg
fl
b. Pemeriksaan Feses
RESUME
Pasien laki-laki usia 5 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB cair
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi banyak kali, 6 kali sehari
volume banyak, konsistensi lunak, berlendir, berampas, warna kuning
sedang.
Pasien juga demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, suhu tubuh
meningkat dan menurun saat di beri obat antipiretik
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan, lapisan lemak di bawah kulit kurang
(severe wasting) mengakibatkan kulit menjadi keriput, kurangnya lapisan
lemak terutama pada daerah bahu, lengan atas, paha,dan pada bagian bokong
(baggy pants), dan tampakan wajah seperti orang tua (Old Man Face)
Pada pemeriksaan abdomen diperoleh peristaltik usus (+) kesan meningkat
Diagnosis
Terapi
Bolus D10% 50 ml
IVFD Dex 5% 8 tpm
Vitamin A 200.000 IU
Ceftriaxone 2 x 350 mg IV
2 jam pertama Resomal 50 cc tiap 30 menit
10 jam berikutnya resomal selang-seling dengan F75 tiap
1 jam
FOLLOW UP
Tanggal
: 28 Oktober 2014
Subjek (S)
: BAB cair (+) 6 kali, darah (-), lendir (+), ampas (+) warna
kuning kehijauan, bau tinja biasa, demam (+), muntah (+) 3 kali
berisi makanan
Objek (O)
o
o
o
o
o
:
Denyut Nadi
: 96 kali/menit
Respirasi
: 20 kali/menit
Suhu
: 37,70 C
BB
: 9,3 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali
Plan (P)
Tanggal
: 29 Oktober 2014
Subjek (S)
: BAB cair (+) 5 kali, darah (-), lendir (+), ampas (+) warna
kuning kehijauan, bau tinja biasa, demam (+), muntah (+) 1 kali
berisi makanan.
Objek (O)
o Denyut Nadi
o Respirasi
: 112 kali/menit
: 24 kali/menit
o Suhu
: 37,50 C
o BB
: 9,3 kg
o Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali
cepat, peristaltik (+) kesan meningkat.
\Assesment (A)
: Gizi buruk tipe marasmus dengan konsidi 3 (Diare akut post
dehidrasi ringan sedang)
: Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-3
- Oksigen 1-2 L/menit
- IVFD Dex 5%
- Ceftriaxone 2 x 350 mg
- Tablet Zinc 1 x 20 mg
- F-75 setiap 3 jam 150 ml
- Beri resomal jika diare (50-100 cc)
- Periksa tanda vital tiap 3 jam
Plan (P)
Tanggal
: 30 Oktober 2014
Subjek (S)
Objek (O)
o
o
o
o
o
Denyut Nadi
: 108 kali/menit
Respirasi
: 26 kali/menit
Suhu
: 37,80 C
BB
: 9,4 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali
: 31 Oktober 2014
Subjek (S)
Objek (O)
o
o
o
o
o
Denyut Nadi
: 116 kali/menit
Respirasi
: 25 kali/menit
Suhu
: 37,70 C
BB
: 9,4 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali
Tanggal
: 01 November 2014
Subjek (S)
Objek (O)
Mata
Plan (P)
IVFD D5% 8
Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg
Vitamin B 2 x 1
Pct 4 x 100 mg
F-75 setiap 3 jam 150 ml
Periksa tanda vital tiap 3 jam
Tanggal
: 02 Oktober 2014
Subjek (S)
: BAB dan BAK biasa, muntah (-), demam (+), batuk skaliskali
Objek (O)
o
o
o
o
o
:
Denyut Nadi
: 116 kali/menit
Respirasi
: 44 kali/menit
Suhu
: 37,30 C
BB
: 9,5 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali
IVFD D5% 8
Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg
Vitamin B 2 x 1
Pct 4 x 100 mg
F-75 setiap 3 jam 150 ml
Periksa tanda vital tiap 3 jam
DISKUSI
Pada kasus ini, gizi buruk yang dialami oleh pasien termasuk tipe Marasmus.
Hal ini berdasarkan pada hasil perhitungan status gizi menggunakan grafik CDC
didapatkan hasil < 70% yang menunjukkan bahwa berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB) anak tidak sesuai dengan umurnya dimana harusnya anak memiliki BB 14 kg
dari TB 90 cm.1,6
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis
besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang
kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi. Gizi buruk di kategorikan berdasarkan
gambaran klinisnya sebagai berikut : 2,3,7
1. Marasmus
Ciri dari marasmus menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004) antara lain:4
- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
- Perubahan mental
- Kulit kering, dingin dan kendur
- Rambut kering, tipis dan mudah rontok
- Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang
- Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas
- Sering diare atau konstipasi
- Kadang terdapat bradikardi
- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
- Kadang frekuensi pernafasan menurun
2. Malnutrisi protein (Malnutrisi protein-kalori (PCM), kwashiorkor)
Ciri dari Kwashiorkor menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004)
antara lain:4
- Perubahan mental sampai apatis
- Sering dijumpai Edema
- Atrofi otot
- Gangguan sistem gastrointestinal
- Perubahan rambut dan kulit
- Pembesaran hati
- Anemia
3. Marasmus-kwashiorkor
Pasien ini juga mendapatkan ASI hanya sampai umur 4 bulan. Hal inilah yang
dapat menyebabkan anak kekurangan gizi karena anak hanya mendapatkan sumber
nutrisi dari susu formula, yang tidak mampu mencukupi gizi dari anak.3
b) Penyebab tidak langsung
Penyebab langsung yang seperti diuraikan diatas, timbul karena ketiga faktor
penyebab tidak langsung, yaitu: (1) tidak cukup tersedia pangan atau makanan di
keluarga, (2) pola pengasuhan anak yang tidak memadai, dan (3) keadaan sanitasi
yang buruk dan tidak tersedia air bersih, serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak
memadai. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut tidak berdiri sendiri tetapi
saling berkaitan. 3
Pada kasus ini, penyebab tidak langsung memegang peranan penting karena
pasien pada kasus ini berasal dari keluarga menengah kebawah, sehingga akan
mempengaruhi ketersedian pangan atau makanan keluarga.
Penatalaksanaan gizi buruk berdasarkan kondisi yang dialaminya. Menurut
Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 fase yang harus dilalui yaitu
fase stabilisasi (Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase rehabilitasi (Minggu ke 3
6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26). Dimana tindakan pelayanan terdiri dari 10
tindakan pelayanan sebagai berikut:6,8
1. Fase stabilisasi (hari 1-7)
Pada fase ini energi yang dibutuhkan adalah 640 800/hari, protein 8-12
gr/hari, dan cairan 1040 ml/hari. Terapi yang diberikan pada fase ini adalah:
Mengatasi hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dalam darah pada anak
gizi buruk < 3 mmol/liter atau 54 mg/dl. Tanda-tanda hipoglikemia adalah letargi,
tidak sadar, dan nadi lemah. Gejala lain berkeringat dan pucat tapi sangat jarang
dijumpai pada anak gizi buruk. Biasa gejalanya hanya diawali oleh mengantuk saja.
Asam folat diberikan pada fase stabilisasi dan transisi dengan dosis 5 mg/hari
pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari.
Vitamin B kompleks 1 tablet/hari selama fase stabilisasi dan transisi.
2. Fase transisi (hari 8-14)
Fase transisi energi yang dibutuhkan adalah 930-1391 kkal/hari, protein 21928 gr/hari, dan cairan 1425 ml/hari. Pada fase transisi F-75 diubah menjadi F-100.
Sebelum diganti ke F-100, diberikan dulu 1 hari F-100 dengan volume seperti F75. dosis F-100/4 jam sesuai dengan BB pada kasus, didapatkan dosis F-100: 235
ml. Dosisnya dimulai dari dosis rendah, kemudian 4 jam dosisnya dinaikkan 10 ml
sampai dosis maksimal. F-100 diberikan dari hari ke 3-7.6
Namun, pada kasus ini pasien pulang sebelum mendapatkan penanganan fase
transisi.
3. Fase rehabilitasi
Kebutuhan energi pada fase ini adalah 1425-2090 kkal/hari, protein 38-57
gr/hari, dan cairan 1425-1900 ml/kgBB/hari. Pada fase rehabilitasi tetap diberikan
F-100 sesuai dengan dosis pada fase transisi, tapi harus perhatikan kondisi anak.
Pada fase ini F-100 diberikan bersama dengan makanan padat sesuai dengan BB
anak. Pemberian F-100 pada fase ini diberikan selama minggu 2-6.
Tablet Fe mulai diberikan pada fase rehabilitasi selama 4 minggu. Dosis yang
diberikan pada kasus ini adalah 1 x 1 sendok teh (1 sendok=5ml=30 mg).
Tabel 5. Dosis Fe
Dimulai pada minggu 7-26 minggu. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan
sering, sesuai dengan umur anak. Pada kasus ini, anak pada fase tindak lanjutnya
seharusnya diberikan makanan seperti dibawah ini :
Berikan nasi lembek yang ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging
sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak.
Berikan makanan tersebut 3 x sehari
Berikan juga makanan selingan 2 x sehari diantara waktu makan seperti: bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.
Pada kasus ini, pasien hanya diberi edukasi berupa makanan tersebut tapi
petugas kesehatan tidak dapat memantau apakah anak memenuhi gizi yang seharusnya
atau tidak.
Pasien dalam kasus ini mengalami gizi buruk marasmus dengan kondisi 3, namun
setelah 2 hari dirawat inap, pasien tidak diare lagi, tidak ada dehidrasi, syok, maupun
letargi. Namun pemberian F75 di lanjutkan tanpa resomal.
Prognosis pada pasien ini adalah buruk, karena pasien meminta untuk pulang.
Sehingga petugas RS tidak dapat memantau fase pemulihan gizi buruk, selain itu
komplikasi yang dapat terjadi pada pasien gizi buruk adalah mudah terinfeksi,
hipotermia, hipoglikemia, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, mengganggu
kecerdasan anak, dan dapat menyebabkan kematian.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat data dan informasi departemen kesehatan Republik Indonesia 2006.
Glosarium data & informasi kesehatan. Available from:URL:
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf.
2. WHO
Severe
Acute
Malnutrition:
http://www.who.int/nutrition/topics/malnutrition/en/
3. Anonim.
Gizi
buruk.
Available
from.URL:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20850/4/Chapter%20II.pdf
4. IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta. Penerbit Infomedika
6. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana anak gizi buruk
buku I. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.
7. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995.
8. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana anak gizi buruk
buku II. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.