Anda di halaman 1dari 22

REFLEKSI KASUS

Desember 2014

GIZI BURUK TIPE MARASMUS DENGAN DIARE AKUT


DEHIDRASI RINGAN-SEDANG PADA ANAK

Nama

: Amirah Zahidah Mardhiyah

No. Stambuk

: N 101 10 072

Pembimbing

: dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2014

PENDAHULUAN

Gizi buruk adalah keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai
dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-3SD tabel baku WHONCHS dan < - 3 SD juga pada tabel Z-score. Gizi buruk secara klinis terdiri atas
marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor.1,2,3
Menurut Depkes (2003), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan
seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang
berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan
indikator yang digunakan dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran
baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di
Indonesia adalah World Health Organization National Centre for Health Statistic
(WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :
Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi
baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup
mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk
severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor. 3
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk
adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap
kasus yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi
tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua
pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat,

dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran) harus dirawat di rumah sakit,
Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic Feeding Center
(TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan.4
Penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk adalah defisiensi vitamin A,
tuberkulosis paru, bronkopneumonia, askariasis, dan sebagainya. 4,5

LAPORAN KASUS
Identitas
Nama

: An. D

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 5 tahun

Tanggal Lahir

: 08 Oktober 2009

Tanggal Masuk RS

: 27 Oktober 2014

Anamnesa
Keluhan utama

: BAB cair

Riwayat penyakit sekarang

BAB cair (+) banyak kali atau >6 kali sehari sejak 3 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, volume banyak, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau amis,

warna kuning kehijauan.


Mual (-), muntah (+) sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,

muntah 10 kali sehari, muntah berisi makanan, .


Panas (+) sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, panas naik turun
dan turun dengan pemberian obat penurun panas, kejang (-), menggigil (-),

mimisan (-), perdarahan spontan (-).


Batuk (-), Flu (-)., sesak napas (-), sakit menelan (-)
Nafsu makan menurun saat sakit, minum seperti orang kehausan
BAK biasa

Riwayat penyakit sebelumnya

: Pasien pernah dirawat di RS karena gizi buruk

5 hari yang lalu.


Riwayat keluarga

: Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang

sama. Riwayat alergi (-), riwayat asma (-)


Riwayat persalinan & kehamilan :
G2P0A1, anak lahir spontan dirumah dibantu oleh dukun beranak
pasien cukup bulan, dengan BBL = 3800 gram, dan PBL tidak diketahui
Kondisi ibu hamil dalam keadaan normal.
Anamnesis Makanan

Anak mengkonsumsi ASI dan susu formula sejak lahir sampai usia 4 bulan.
Susu formula diteruskan sampai usia 2 tahun
Mulai makan nasi pada usia 3 tahun
Sekarang anak sudah makan nasi, sayur dan lauk pauk, namun sejak sakit
nafsu makan anak menurun.

Imunisasi

: Imunisasi wajib lengkap

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Berat badan

: 9,3 kg

Tinggi badan

: 90 cm

Status Gizi

: CDC 9,3/14 = 66% Gizi buruk

Tanda vital
Denyut nadi

: 100 x/menit

Kulit

Suhu

: 38oC

Pernapasan

: 26 x/menit

Tekanan darah

: 85/65 mmHg

:
Ruam (-)
Turgor melambat
CRT < 2 detik
Warna sawo matang
Rumple leed Test (-)
Lapisan lemak di bawah kulit kurang (severe wasting) mengakibatkan kulit
menjadi keriput, kurangnya lapisan lemak terutama pada daerah bahu, lengan

Kepala

atas, paha,dan pada bagian bokong (baggy pants)


Tidak ditemukan edema
: Normocephal, rambut kering, wajah tampak seperti orang tua
(old man face), tulang pipi tampak menonjol menutup

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

gerakan bola mata normal, refleks cahaya (+/+), palpebra

mata cekung (+)


Hidung
: Sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-)
Telinga
: Sekret (-/-)
Mulut
: bibir tidak tampak sianosis, bibir kering (+),
lidah kotor (-), gusi normal, tonsil T1/T1 hiperemis (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar


tiroid (-)

Paru

Inspeksi

retraksi intercosta (-)


Palpasi
: vocal fremitus kanan=kiri

: Pergerakan dinding dada simetris bilateral,

Perkusi
: sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+,Rhongki -/-,Wheezing -/-

Inspeksi
Palpasi

midklavikula sinistra
Perkusi
: batas jantung atas teraba di sela interkosta II

Jantung
: ictus cordis tidak tampak
: ictus cordis teraba pada interkosta V linea

linea parasternal sinistra; batas jantung kanan pada sela


interkosta IV linea midklavikula dekstra; batas jantung kiri

pada sela interkosta V linea midklavikula sinistra


Auskultasi : bunyi jantung I & II murni reguler, murmur (-)

Inspeksi : cekung , distensi (-)


Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan meningkat
Perkusi
: timpani pada 4 kuadran abdomen
Palpasi
: nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

Abdomen

Genitalia

: Normal

Anggota gerak

Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah

: akral hangat, edema (-/-)


: akral hangat, edema (-/-)

Tulang belakang

: tidak ada kelainan

Otot-otot

: tonus otot menurun, atrofi (tidak terdapat otot di bawah


kulit)

Refleks

: Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)

Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pemeriksaan Darah Lengkap

WHOLE BLOOD
Hemoglobin
RBC
WBC
HCT
PLT
MCHC
MCH
MCV

Hasil
12,3
3,52
24,0
29,6
281
32,6
27,4
84

Rujukan
12-14
4,10-5,50
5-15
36- 44
200-400
32-36
24- 30
73-89

Eritrosit
Leukosit
Epitel
Telur cacing

=1
=1
= positif
= tidak ditemukan

Satuan
g/dl
106/mm3
103/mm3
%
103/mm3
g/dl
Pg
fl

b. Pemeriksaan Feses

RESUME

Pasien laki-laki usia 5 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB cair
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi banyak kali, 6 kali sehari
volume banyak, konsistensi lunak, berlendir, berampas, warna kuning

kehijauan dan bau amis.


Pasien muntah berisi makanan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,

frekuensi muntah 10 kali sehari


Nafsu makan menurun saat sakit, minum seperti orang kehausan.
Berdasarkan skor WHO ditemukan turgor melambat, mata cekung, bibir
kering

dan kuat minum sehingga dikategorikan sebagai dehidrasi ringan

sedang.
Pasien juga demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, suhu tubuh
meningkat dan menurun saat di beri obat antipiretik

Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan, lapisan lemak di bawah kulit kurang
(severe wasting) mengakibatkan kulit menjadi keriput, kurangnya lapisan
lemak terutama pada daerah bahu, lengan atas, paha,dan pada bagian bokong

(baggy pants), dan tampakan wajah seperti orang tua (Old Man Face)
Pada pemeriksaan abdomen diperoleh peristaltik usus (+) kesan meningkat

dan timpani pada 4 kuadran abdomen.


Pada pemeriksaan darah lengkap diperoleh leukositosis dengan kadar
leukositosis dengan kadar WBC 24,0 103/mm3

Diagnosis

: Gizi buruk tipe marasmus dengan konsidi 3 (Diare dan


dehidrasi ringan sedang)

Terapi

Bolus D10% 50 ml
IVFD Dex 5% 8 tpm
Vitamin A 200.000 IU
Ceftriaxone 2 x 350 mg IV
2 jam pertama Resomal 50 cc tiap 30 menit
10 jam berikutnya resomal selang-seling dengan F75 tiap
1 jam

(Resomal 50-100 cc)


(F75 105 cc tiap 2 jam)
bila diare (-) hentikan Resomal
Observasi Tanda vital tiap 2 jam

FOLLOW UP

Tanggal

: 28 Oktober 2014

Subjek (S)

: BAB cair (+) 6 kali, darah (-), lendir (+), ampas (+) warna
kuning kehijauan, bau tinja biasa, demam (+), muntah (+) 3 kali
berisi makanan

Objek (O)
o
o
o
o
o

:
Denyut Nadi
: 96 kali/menit
Respirasi
: 20 kali/menit
Suhu
: 37,70 C
BB
: 9,3 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali

cepat, peristaltik (+) kesan meningkat.


Assesment (A)
: Gizi buruk tipe marasmus dengan konsidi 3 (Diare akut post
dehidrasi ringan sedang)
: Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-2
- IVFD Dex 5% 8 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg
- Tablet Zinc 1 x 20 mg
- F-75 setiap 3 jam 150 ml
- Beri resomal jika diare (50-100 cc)
- Observasi tanda vital tiap 3 jam

Plan (P)

Tanggal

: 29 Oktober 2014

Subjek (S)

: BAB cair (+) 5 kali, darah (-), lendir (+), ampas (+) warna
kuning kehijauan, bau tinja biasa, demam (+), muntah (+) 1 kali
berisi makanan.

Objek (O)

o Denyut Nadi
o Respirasi

: 112 kali/menit
: 24 kali/menit

o Suhu
: 37,50 C
o BB
: 9,3 kg
o Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali
cepat, peristaltik (+) kesan meningkat.
\Assesment (A)
: Gizi buruk tipe marasmus dengan konsidi 3 (Diare akut post
dehidrasi ringan sedang)
: Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-3
- Oksigen 1-2 L/menit
- IVFD Dex 5%
- Ceftriaxone 2 x 350 mg
- Tablet Zinc 1 x 20 mg
- F-75 setiap 3 jam 150 ml
- Beri resomal jika diare (50-100 cc)
- Periksa tanda vital tiap 3 jam

Plan (P)

Tanggal

: 30 Oktober 2014

Subjek (S)

: BAB dan BAK biasa, muntah (-), demam (+)

Objek (O)

o
o
o
o
o

Denyut Nadi
: 108 kali/menit
Respirasi
: 26 kali/menit
Suhu
: 37,80 C
BB
: 9,4 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali

cepat, peristaltik (+) kesan normal.


Assesment (A)
: Gizi buruk tipe marasmus
Plan (P)
: Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-4
- IVFD D5% 8 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg
- Vitamin B 2 x 1
- Pct 4 x 100 mg
- Terapi gizi buruk, diberikan F-75 setiap 3 jam 150 ml
- Periksa tanda vital tiap 3 jam
Tanggal

: 31 Oktober 2014

Subjek (S)

: BAB dan BAK biasa, demam (+).

Objek (O)

o
o
o
o
o

Denyut Nadi
: 116 kali/menit
Respirasi
: 25 kali/menit
Suhu
: 37,70 C
BB
: 9,4 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali

cepat, peristaltik (+) kesan normal.


Assesment (A)
: Gizi buruk tipe marasmus
Plan (P)
: Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-5
- IVFD D5% 8
- Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg
- Vitamin B 2 x 1
- Pct 4 x 100 mg
- F-75 setiap 3 jam 150 ml
- Periksa tanda vital tiap 3 jam

Tanggal

: 01 November 2014

Subjek (S)

: BAB dan BAK biasa, muntah (-), demam (-)

Objek (O)

Mata

Denyut Nadi : 140 kali/menit


Respirasi
: 20 kali/menit
Suhu
: 37.50 C
BB
: 9,5 kg
cekung (-),konjungtiva anemis (-),bibir kering (-), turgor

kembali cepat, peristaltik (+) kesan normal.


Assesment (A)

: Gizi buruk tipe marasmus

Plan (P)

: Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-6


-

IVFD D5% 8
Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg
Vitamin B 2 x 1
Pct 4 x 100 mg
F-75 setiap 3 jam 150 ml
Periksa tanda vital tiap 3 jam

Tanggal

: 02 Oktober 2014

Subjek (S)

: BAB dan BAK biasa, muntah (-), demam (+), batuk skaliskali

Objek (O)
o
o
o
o
o

:
Denyut Nadi
: 116 kali/menit
Respirasi
: 44 kali/menit
Suhu
: 37,30 C
BB
: 9,5 kg
Mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), bibir kering (-), turgor kembali

cepat, peristaltik (+) normal.


Assesment (A)
: Gizi buruk tipe marasmus
Plan (P)

: Lanjut pengobatan fase stabilisasi hari ke-7


-

IVFD D5% 8
Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg
Vitamin B 2 x 1
Pct 4 x 100 mg
F-75 setiap 3 jam 150 ml
Periksa tanda vital tiap 3 jam

Pasien Pulang Atas Permintaan Keluarga

DISKUSI
Pada kasus ini, gizi buruk yang dialami oleh pasien termasuk tipe Marasmus.
Hal ini berdasarkan pada hasil perhitungan status gizi menggunakan grafik CDC
didapatkan hasil < 70% yang menunjukkan bahwa berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB) anak tidak sesuai dengan umurnya dimana harusnya anak memiliki BB 14 kg
dari TB 90 cm.1,6
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis
besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang
kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi. Gizi buruk di kategorikan berdasarkan
gambaran klinisnya sebagai berikut : 2,3,7
1. Marasmus
Ciri dari marasmus menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004) antara lain:4
- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
- Perubahan mental
- Kulit kering, dingin dan kendur
- Rambut kering, tipis dan mudah rontok
- Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang
- Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas
- Sering diare atau konstipasi
- Kadang terdapat bradikardi
- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
- Kadang frekuensi pernafasan menurun
2. Malnutrisi protein (Malnutrisi protein-kalori (PCM), kwashiorkor)
Ciri dari Kwashiorkor menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004)
antara lain:4
- Perubahan mental sampai apatis
- Sering dijumpai Edema
- Atrofi otot
- Gangguan sistem gastrointestinal
- Perubahan rambut dan kulit
- Pembesaran hati
- Anemia
3. Marasmus-kwashiorkor

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor


dan marasmus. Jika diukur dengan menggunakan antropometri maka didapatkan
hasil perhitungan BB/TB < -3SD. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal.5,6
Pada kasus ini, gizi buruk yang dialami oleh pasien termasuk tipe marasmus.
Hal ini berdasarkan pada hasil perhitungan status gizi menggunakan grafik CDC
yakni <70% menunjukkan bahwa BB dan TB anak tidak sesuai dengan umurnya
dimana harusnya anak memiliki BB 14 kg dan TB 90 cm. Selain itu pada
pemeriksaan fisik didapatkan lapisan lemak di bawah kulit kurang (severe
wasting) mengakibatkan kulit menjadi keriput, kurangnya lapisan lemak terutama
pada daerah bahu, lengan atas, paha, dan pada bagian bokong (baggy pants), tidak
ditemukan edema. Wajah tampak seperti orang tua (old man face), tulang pipi
tampak menonjol dan perut cekung.4,6
Pada kasus ini, anak mengalami gizi buruk karena:
a) Penyebab langsung
Penyebab langsung timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah makanan
tidak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak. Kedua penyebab
tersebut saling berpengaruh. Penyebab langsung pada kasus ini yaitu anak terkena
penyakit infeksi dimana pasien terkena infeksi paru sehingga menyebabkan
bronkopneumonia, kaitan infeksi dan kurang gizi seperti lingkaran setan yang sukar
diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi
malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan tubuh
sehingga mempermudah terjadinya infeksi.5

Pasien ini juga mendapatkan ASI hanya sampai umur 4 bulan. Hal inilah yang
dapat menyebabkan anak kekurangan gizi karena anak hanya mendapatkan sumber
nutrisi dari susu formula, yang tidak mampu mencukupi gizi dari anak.3
b) Penyebab tidak langsung
Penyebab langsung yang seperti diuraikan diatas, timbul karena ketiga faktor
penyebab tidak langsung, yaitu: (1) tidak cukup tersedia pangan atau makanan di
keluarga, (2) pola pengasuhan anak yang tidak memadai, dan (3) keadaan sanitasi
yang buruk dan tidak tersedia air bersih, serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak
memadai. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut tidak berdiri sendiri tetapi
saling berkaitan. 3
Pada kasus ini, penyebab tidak langsung memegang peranan penting karena
pasien pada kasus ini berasal dari keluarga menengah kebawah, sehingga akan
mempengaruhi ketersedian pangan atau makanan keluarga.
Penatalaksanaan gizi buruk berdasarkan kondisi yang dialaminya. Menurut
Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 fase yang harus dilalui yaitu
fase stabilisasi (Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase rehabilitasi (Minggu ke 3
6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26). Dimana tindakan pelayanan terdiri dari 10
tindakan pelayanan sebagai berikut:6,8
1. Fase stabilisasi (hari 1-7)
Pada fase ini energi yang dibutuhkan adalah 640 800/hari, protein 8-12
gr/hari, dan cairan 1040 ml/hari. Terapi yang diberikan pada fase ini adalah:

Mengatasi hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dalam darah pada anak

gizi buruk < 3 mmol/liter atau 54 mg/dl. Tanda-tanda hipoglikemia adalah letargi,
tidak sadar, dan nadi lemah. Gejala lain berkeringat dan pucat tapi sangat jarang
dijumpai pada anak gizi buruk. Biasa gejalanya hanya diawali oleh mengantuk saja.

Cara mengatasi hipoglikemia:6,8


1) Jika pasien masih sadar: berikan cairan glukosa 10% atau glukosa oral 10% atau
NGT 50 ml.
2) Jika pasien tidak sadar: berikan cairan glukosa 10% (IV) dan bolus sebanyak 5
mL/kgBB. Selanjutnya larutan glukosa 10% atau gula pasir 10 % secara oral
atau NGT bolus 50 mL.
3) Jika pasien syok: Berikan cairan IV berupa RL dan dekstrose/glukosa 10%
dengan perbandingan 1:1 (= RL D 5%) sebanyak 15 mL/kgBB selama1 jam

pertama atau 5 tetes/menit/kgBB.


Mencegah dan mengatasi dehidrasi, dalam hal ini sesuai terapi rencana 3,
pasien diberi cairan resomal pada 10 jam pertama masuk RS ditambah dengan

pemasangan cairan infus


Pada pasien ini tidak terjadi hipotermia
Mengobati infeksi
Infeksi ditangani pada fase stabilisasi dan transisi. Pada kasus ini karena
terdapat peningkatan leukosit yang merupakan indikator infeksi bakteri,

sehingga pasien diberi antibiotik ceftriaxone 2 x 350 mg.


Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
Pada pasien ini diberikan vitamin A pada hari pertama. Dosis yang diberikan
pada anak ini adalah 200.000 SI (1 kapsul merah)
Tabel 3. Dosis vitamin A

Asam folat diberikan pada fase stabilisasi dan transisi dengan dosis 5 mg/hari
pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari.
Vitamin B kompleks 1 tablet/hari selama fase stabilisasi dan transisi.
2. Fase transisi (hari 8-14)

Fase transisi energi yang dibutuhkan adalah 930-1391 kkal/hari, protein 21928 gr/hari, dan cairan 1425 ml/hari. Pada fase transisi F-75 diubah menjadi F-100.
Sebelum diganti ke F-100, diberikan dulu 1 hari F-100 dengan volume seperti F75. dosis F-100/4 jam sesuai dengan BB pada kasus, didapatkan dosis F-100: 235
ml. Dosisnya dimulai dari dosis rendah, kemudian 4 jam dosisnya dinaikkan 10 ml
sampai dosis maksimal. F-100 diberikan dari hari ke 3-7.6
Namun, pada kasus ini pasien pulang sebelum mendapatkan penanganan fase
transisi.
3. Fase rehabilitasi
Kebutuhan energi pada fase ini adalah 1425-2090 kkal/hari, protein 38-57
gr/hari, dan cairan 1425-1900 ml/kgBB/hari. Pada fase rehabilitasi tetap diberikan
F-100 sesuai dengan dosis pada fase transisi, tapi harus perhatikan kondisi anak.
Pada fase ini F-100 diberikan bersama dengan makanan padat sesuai dengan BB
anak. Pemberian F-100 pada fase ini diberikan selama minggu 2-6.
Tablet Fe mulai diberikan pada fase rehabilitasi selama 4 minggu. Dosis yang
diberikan pada kasus ini adalah 1 x 1 sendok teh (1 sendok=5ml=30 mg).
Tabel 5. Dosis Fe

Kurangi pemberian F-100 bila ada tanda bahaya sebagai berikut:8


Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat
Vena jugularis terbendung
Edema meningkat
Pada kasus ini, pasien sudah pulang sebelum fase rehabilitasi.
4. Fase tindak lanjut

Dimulai pada minggu 7-26 minggu. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan
sering, sesuai dengan umur anak. Pada kasus ini, anak pada fase tindak lanjutnya
seharusnya diberikan makanan seperti dibawah ini :
Berikan nasi lembek yang ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging

sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak.
Berikan makanan tersebut 3 x sehari
Berikan juga makanan selingan 2 x sehari diantara waktu makan seperti: bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dan sebagainya.
Pada kasus ini, pasien hanya diberi edukasi berupa makanan tersebut tapi

petugas kesehatan tidak dapat memantau apakah anak memenuhi gizi yang seharusnya
atau tidak.

Adapun penatalaksanaan gizi buruk kondisi 3 ialah :6

Pasien dalam kasus ini mengalami gizi buruk marasmus dengan kondisi 3, namun
setelah 2 hari dirawat inap, pasien tidak diare lagi, tidak ada dehidrasi, syok, maupun
letargi. Namun pemberian F75 di lanjutkan tanpa resomal.
Prognosis pada pasien ini adalah buruk, karena pasien meminta untuk pulang.
Sehingga petugas RS tidak dapat memantau fase pemulihan gizi buruk, selain itu
komplikasi yang dapat terjadi pada pasien gizi buruk adalah mudah terinfeksi,
hipotermia, hipoglikemia, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, mengganggu
kecerdasan anak, dan dapat menyebabkan kematian.8

DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat data dan informasi departemen kesehatan Republik Indonesia 2006.
Glosarium data & informasi kesehatan. Available from:URL:
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf.
2. WHO
Severe
Acute
Malnutrition:
http://www.who.int/nutrition/topics/malnutrition/en/
3. Anonim.
Gizi
buruk.
Available

from.URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20850/4/Chapter%20II.pdf
4. IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta. Penerbit Infomedika
6. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana anak gizi buruk
buku I. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.
7. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995.
8. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana anak gizi buruk
buku II. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.

Anda mungkin juga menyukai