Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Periode

setelah

lahir

merupakan

awal

kehidupan

yang

tidak

menyenangkan bagi bayi. Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan


sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang sangat
berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yang dilahirkan dengan
penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit
untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain
yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase
berikutnya (meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan istilah bayi resiko
tinggi.1
Salah satu dari bayi resiko tinggi adalah bayi dengan sindroma gawat nafas
atau Respiratory Distress Syndrome. RDS didapatkan sekitar 5 -10% pada bayi
kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 500-1500 gram. Angka kejadian
berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan. RDS sering ditemukan pada
bayi premature. Insidens berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat
badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu semakin tinggi kejadian RDS
pada bayi tersebut. Sebaliknya, semakin tua usia kehamilan semakin rendah
kejadian RDS.2
Bayi dengan berat lahir rendah juga salah satu bayi yang memiliki risiko
tinggi. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi baru lahir yang berat
badannya 2500 gram atau lebih rendah tanpa memandang masa gestasi. Dalam
definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang daripada 1000
gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
Berdasarkan definisi dari WHO, bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum
usia kehamilan (gestasi) 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir4.

Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi
yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu; 15-30% pada bayi
antara 32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi yang cukup bulan.
Insiden pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam dan lebih
sering terjadi pada bayi laki-laki dari pada perempuan. Selain itu kenaikan
frekuensi juga sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita
gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu menderita
penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio serta perdarahan antepartum.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bayi
resiko tinggi dapat hidup dengan baik tanpa mengalami cacat. Hal ini terjadi jika
ia dirawat di ruang perawatan intensif neonatus, dengan tenaga perawat yang
memiliki spesialisasi kealihan di bidang tersebut.

BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI
Nama

: By. Y

Umur

: 1 hari

Jenis Kelamin :Laki-laki


Kebangsaan
Agama

: Indonesia
: Islam

MRS Tanggal : 7 Februari 2015

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak

(alloanamnesis)
Bayi lahir secara spontan dikamar bersalin pada tanggal 7 Februari 2015
pada pukul 13.15 WITA dengan letak belakang kepala. Bayi lahir tidak
langsung menangis, ketuban berwarna hijau, sianosis (+) hilang dengan
pemberian oksigen, sesak (+), merintih (+), caput subsadenum (+),

anus/palatum ada. Sempat dilakukan resusitasi dan rangsang takti pada


bayi. APGAR score 3/5/7.

Riwayat kehamilan

Riwayat ibu demam (-)


Riwayat ibu Hipertensi (-)
Riwayat ibu diabetes melitus (-)
Riwayat ibu anemia (-)
Minum alkohol (-)
Merokok (-)

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat penyakit anak sebelumnya yang sama dalam keluarga tidak ada
(Pasien anak pertama)

Pedigree Keluarga:
Ny. DK 20 thn
Ny. E23 thn,
Ibu Rumah Tangga

Tn. R24 thn,


Buruh

Ibu rumah

tangga

os

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah anak pertama dari Tn.R yang bekerja sebagai buruh, dan Ny.DK
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga pasien
tergolong ekonomi menengah kebawah.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

Tampak sakit sedang,


Aktifitas: hipoaktif
Refleks hisap: lemah
Refleks tangis: lemah
Anemis (-), ikterik (-), dypneu (+), sianosis (-)
Heart Rate
: 128 x/menit
Pernapasan
: 80 x/menit
Suhu badan
: 36,80C
Berat badan
: 2700 gram
Panjang badan
: 50cm
Lingkar kepala
: 33,5 cm
Lingkar dada
: 32 cm
Lingkar perut
: 31 cm

Pemeriksaan Khusus

Kepala
Rambut
Ubun-ubun
Muka
Mata

: normocephal
: hitam
:frontanemia mayor dan minor belum menutup.
:tidak ada kelainan bentuk, muka oval.
:simetris, sklera tidak icterus, conjungtiva tidak

anemis.
Hidung
Mulut
Telinga

: sekret (-), epistaksis (-)


: Sianosis (-), bibir kering (-)
: Simetris, bersih, tidak ada serumen.

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB

Thoraks

: Simetris , retraksi (+)

Cor

: BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikular (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen

: Datar, lemas, hepar-lien tidak teraba, BU (+) N

Ekstremitas

: Akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 3 detik

Genitalia dan Anus

: Anus (+) tidak ada atresia ani, tidak ada fistula.


mekoneum (+) keluar.

Pemeriksaan Down Score


SKOR

FREKUENSI

< 60x/menit

60 80 x/menit

> 80 x/menit

Tidak sianosis

Sianosis hilang

Sianosis menetap

dengan O2

walaupun diberin O2

NAFAS
SIANOSIS

RETRAKSI

Tidak ada retraksi

Retraksi ringan

Retraksi berat

AIR ENTRY

Udara masuk baik

Penurunan ringan

Tidak ada udara

udara masuk

masuk

Dapat didengar

Jelas terdengar tanpa

dengan stetoskop

stetoskop

MERINTIH

Tidak merintih

Total down score : 5 gawat napas

DIAGNOSA SEMENTARA
Neo

: Aterm 34-36 minggu

Ibu

: G1P0A0

Lahir

: spontan

Bayi

: RDS

DIAGNOSIS KERJA
BCB/SMK+RDS

PENATALAKSANAAN
Awal :
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Inj. Vit K 1 x 1 mg (Intramuskular)


Gentamicyn 0.3% tetes mata
IVFD Dex 5% 8 tetes per menit
O2 0.5-2 Liter/menit
Inj. Cefotaxim 2x100mg/IV
Inj. Gentamicyn 2x8mg/.IV
Inj. Dexametasone 3x0.8mg/IV
Puasakan
Bersihkan pusat pagi dan sore

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungsional : dubia ad bonam

FOLLOW UP
(Tanggal 8 Februari 2015) perawatan hari kedua
S : Bayi tidak panas, ada sesak, tidak sianosis, tidak merintih, tidak
ikterus, tidak muntah`. BAB: biasa, BAK: lancar.
O: suhu 37.1oC
Pernapasan 70x/menit (ada retraksi intercostal dan subcostal)
HR

: 147x/m

Extremitas: Akral hangat , CRT < 2


A: BCB/SMK+RDS
Penatalaksanaan

IVFD Dextrose 5% 4 tetes per menit


O2 0.5-2 Liter/menit
Inj. Cefotaxim 2x100mg/IV
Inj. Gentamicin 2x8mg/.IV
Inj. Dexametasone 3x0.8mg/IV
ASI/PASI 20CC/2 jam (sonde)
Bersihkan pusat pagi dan sore
Sinari bayi dengan matahari

(Tanggal 9 February 2015) perawatan hari ketiga


S :Bayi tidak panas, ada sesak, tidak sianosis, tidak merintih, tidak
ikterus, tidak muntah`. BAB: biasa, BAK: lancar.

O: suhu 36.8oC
Pernapasan 68x/menit (ada retraksi intercosta dan subcosta)
HR

: 145x/m

Extremitas: Akral hangat, CRT < 2


A: BCB/SMK+RDS
Penatalaksanaan

IVFD Dextrose 5% 4 tetes per menit


O2 0.5-2 Liter/menit
Inj. Cefotaxim 2x100mg/IV
Inj. Gentamicin 2x8mg/.IV
Inj. Dexametasone 3x0.4mg/IV
ASI/PASI 30CC/2 jam (sonde)
Bersihkan pusat pagi dan sore
Sinari bayi dengan matahari
(Tanggal 21 September 2013) perawatan hari ke empat
S :Bayi tidak panas, tidak ada sesak, tidak sianosis, tidak merintih,
tidak ikterus, tidak muntah`. BAB: biasa, BAK: lancar.
O: KU: Aktif
R. Hisap: (+)
Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)
HR

: 140x/m

RR

: 50 x/mnt

Suhu

: 36,8oC

Extremitas: Akral hangat, CRT <2


A: BCB/SMK+POST RDS
9

Penatalaksanaan
o
o
o
o
o
o

IVFD Dextrose 5% 4 tetes per menit


Inj. Cefotaxim 2x100mg/IV
Inj. Gentamicin 2x8mg/.IV
ASI/PASI
Bersihkan pusat pagi dan sore
Sinari bayi dengan matahari

(Tanggal 11 Februari 2015) follow up hari ke lima


S :Bayi tidak panas, tidak ada sesak, tidak sianosis, tidak merintih,
tidak ikterus, tidak muntah`. BAB: biasa, BAK: lancar.
O: KU: Aktif
R. Hisap: (+)
Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)
HR

: 117x/m

RR

: 48 x/mnt

Suhu

: 36,7oC

Extremitas: Akral hangat, CRT <2


A: BCB/SMK+POST RDS
Penatalaksanaan
o
o
o
o
o
o

IVFD Dextrose 5% 4 tetes per menit


Inj. Cefotaxim 2x100mg/IV
Inj. Gentamicin 2x8mg/.IV
ASI/PASI
Bersihkan pusat pagi dan sore
Sinari bayi dengan matahari

(Tanggal 12 Februari 2015) follow up hari keenam


10

Bayi dipulangkan. Keadaan umum bayi baik, tidak panas, tidak


sesak, tidak ikerus, tidak muntah. BAB: biasa, BAK: lancar. Bayi
dianjurkan kontrol ke poli anak jika terdapat tanda-tanda kegawatan
seperti sesak, panas, kejang, muntah, diare.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Respiratory Distres Sindrom

11

A. Definisi
Kumpulan dari 2 atau lebih gejala: gangguan ventilasi paru yang menetap
setelah 4 jam pertama sesudah lahir, ditandai dengan frekuensi napas >60
kali/menit; merintih pada waktu ekspirasi; retraksi otot-otot bantu pernapasan
pada

waktu

inspirasi/rektraksi

interkostal,

subkostal,

supra-sternal,

epigastrium; pernapasan cuping hidung dan sianosis.3

B. Etiologi

Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease (HMD),


Transient Tachypnoe of the Newborn (TTN), infeksi (Pneumonia),
Sindrom Aspirasi, Hipoplasia Paru, Hipertensi Pulmonal, Kelainan
Kongenital (Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre Robin

Syndrome), Pleural Effusion, Kelumpuhan syaraf frenikus, dll 3


Gangguan luar traktus respiratorius: Kelainan jantung kongenital,
Kelainan metabolik, darah, dan SSP

C. Diagnosis4
Penegakan diagnosis :
a
b

Berdasarkan gejala klinis


Pemeriksaan radiologis
Pada banyak kasus, diagnosis tepat dapat ditegakkan dari

pemeriksaan rontgen paru. Pada foto rontgen akan terlihat bercak difus
berupa infiltrate

retikulogranular disertai adanya air bronchogram

(Ground glass appearance). Gambaran retikulogranular ini merupakan


manifestasi adanya kolaps alveolus sehingga apabila penyakit semakin
berat gambaran ini akan semakin jelas.

12

Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
Stadium 1.

Terdapat sedikit bercak retikulogranular.

Stadium2.

Bercak retikulogranular homogen pada kedua


lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara
terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer
menutupi bayangan jantung dengan penurunan
aerasi paru.

Stadium 3.

Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga


kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan
bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram
udara lebih luas.

Stadium 4.

Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga


jantung tak dapat dilihat.

d. Pemeriksaan fungsi paru


- Isi tidal volume menurun
- Lung compliance berkurang
- Kapasitas sisa fungsional merendah dan kapasitas vital terbatas
- Fungsi ventilasi dan perfusi paru terganggu.
c Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler

13

Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperlihatkan beberapa


perubahan dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten,
pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada
lanjutnya penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan sistemik.

Gambaran histopatologi
Secara makroskopis Paru tampak merah keunguan dan berkonsistensi
seperti hepar
Secara miskroskopis
-

Adanya atelektasis yang luas dengan pelebaran kapiler dan saluran

limfe intra alveolar


Duktus alveolaris, alveolus dan bronkiolus pernapasan dilapisi

membrane yang asidofilik, homogen/ granuler


Sisa- sisa amnion, perdarahan intraalveolar dan emfisema intersfistel
Membran hialin yang khas, terbentuk dari fibrin, sel paru dan endotel
pembuluh darah yang nekrosis.

Gambaran Laboratorium
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih

tinggi dari 45 mg% prognosisnya lebih buruk. Kadar bilirubin lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan yang sama. Kadar
PaO2 menurun disebabkan berkurangnya oksigenasi di dalam paru dan
karena adanya pirau arteri- vena. Kadar PaCO2 meninggi, karena gangguan
ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru. pH darah
menurun dan deficit basa meningkat adanya asidosis respiratorik dan
metabolik dalam tubuh.

D. Diagnosis Banding4

14

Takipnue sementara pada neonates


Penyakit membrane hialin
Pneumonia
Sepsis

E. Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED, dan kultur
Foto toraks

F. Tatalaksana
Pengobatan suportif pada RDS pada umumnya sama: 3

Pemberian oksigen intranasal sampai nasofaring atau dengan head box


IVFD dektrose 5%
Antibiotika:
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis
Mencari penyebab RDS dengan melakukan foto thoraks cito
Pemberian makanan peroral ditunda sampai frekuensi pernapasan <60
x/menit
Terapi khusus diberikan sesuai dengan penyebab RDS

G. Tindak lanjut:

Pengamatan rutin: 3
Tanda-tanda vital dan bentuk pernapasan.
Awasi tanda-tanda kegagalan pernapasan, infeksi, asidosis, gagal
ginjal akut.
Pemeriksaan laboratorium rutin: Hb, Leuko, Diff 1 kali 3 hari. Analisa
gas darah, pada tahap awal tiap 2 jam, kemudian jika keadaan
membaik, pengamatan dijarangkan. Urin diukur. Elektrolit diperiksa
sekali sehari.
15

Diamati kemampuan minum dan pertumbuhan berat badan.


Pemeriksaan khusus: sesuai bentuk klinik dan perkiraan munculnya
komplikasi

H. Indikasi Pulang:
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik,
tidak ada tanda infeksi dan penyakit penyebab telah terkendali.

Edukasi : penjelasan mengenai factor risiko dan penatalaksanaan serta


komplikasi

I. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi:
1

Ruptur

alveoli

Bila

dicurigai

terjadi

kebocoran

udara

(pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema


intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan
gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis
2

yang menetap.
Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk

dan

adanya

perubahan

jumlah

leukosit

dan

thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti


3

pemasangan jarum vena, kateter, dan alat2 respirasi.


Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi

terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.


Paten Duktus Arteriosus dengan peningkatan shunting dari kiri ke
kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi
yang dihentikan terapi surfaktannya.

16

Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas


oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan
kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1

Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik


yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36
minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang
digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,
inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi.

Retinopathy of premature (ROP). Kegagalan fungsi neurologi, terjadi


sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya
hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

J. Prognosis
Baik bila tidak ada komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kehehatan Anak RSMH. 2010. Standar Penatalaksanaan Ilmu

Kesehatan Anak. RSMH, Palembang, Indonesia


Hassan R. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2011.

17

IDAI.. Hyalin Membran Disease : Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI


Wiknjosastro, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan : Bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,

Indonesia.
Surasmi,Asrining,dkk.2013.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC
6 Ladewig,patricia,dkk.Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru
5

Lahir Edisi 5.Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai