Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Biji jengkol merupakan hasil tanaman yang cukup digemari di negaranegara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, serta beberapa
negara lain.

Biji jengkol biasanya dimakan sebagai lauk untuk makanan pokok

nasi, dapat setengah matang, rebus, goreng atau dipanggang. Di Indonesia, biji
jengkol terutama dikonsumsi oleh penduduk di pulau Sumatera dan Jawa.

Konsumsi biji jengkol dapat menyebabkan intoksikasi berupa nefritis,


obstruksi urin dan gagal ginjal akut. Intoksikasi yang berat dapat mengancam
jiwa. Diduga, terdapat kerentanan khusus dari individu-individu sehingga terjadi
intoksikasi pada individu satu namun tidak pada yang lain meski jengkol
dikonsumsi secara luas.
Patogenesis terjadinya intoksikasi jengkol belum jelas, diduga terjadi
pembentukan kristal asam jengkolat dapat menyebabkan sumbatan pada
saluran kemih, penekanan dan kerusakan jaringan. Obstruksi aliran urin yang
terjadi menyebabkan peninggian tekanan intrarenal yang menyebabkan aliran
balik urin yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Gejala-gejala intoksikasi jengkol bervariasi dari ringan sampai berat.
diantaranya nyeri pinggang dan perut, oliguria, anuria, hematuria, hingga gejalagejala gagal ginjal akut yang nyata. Gejala-gejala ini timbul antara 2-36 jam
setelah mengkonsumsi jengkol. 2,3
Tatalaksana terhadap intoksikasi jengkol dengan cepat dan tepat dapat
memberikan prognosis yang sangat baik. Sebaliknya kegagalan identifikasi dan
tatalaksana dini dapat berakibat fatal.
Komplikasi yang terjadi dapat berupa gagal ginjal,gagal jantung kongestif,
edema paru, aritmia jantung, hiperkalemia, perdarahan gastrointestinal kejang
dan penurunan kesadaran.
Tujuan dari laporan kasus ini adalah membahas intoksikasi jengkolat
dengan komplikasi retensio urin dan pembentukan fistula uretrokutan sebagai
akibat lanjut dari obstruksi.

KASUS
IDENTIFIKASI
T/ Laki-laki/ usia 7 tahun / berat badan 18 kg / tinggi badan 121 cm / alamat luar
kota dirujuk oleh dokter rumah sakit daerah dengan keterangan tidak bisa BAK
setelah makan jengkol dan telah dilakukan pemasangan drain suprapubik.
Dirawat di Boks Nefrologi Anak RS Moh Hoesin mulai 20 Januari 2008.

ANAMNESIS
Keluhan utama :
Tidak bisa BAK setelah makan jengkol.
Keluhan tambahan :
Sakit perut
Riwayat perjalanan penyakit:
Lima hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengkonsumsi jengkol
dalam bentuk keripik, jumlah setidaknya sepuluh biji.
Sejak empat hari sebelum masuk rumah sakit (keesokan harinya)
penderita mengeluh mendadak tidak bisa BAK. Bila mau BAK terasa nyeri,
tidak ada air seni yang dapat dikeluarkan. Penderita juga mengeluh nyeri perut.
Tidak ada demam, mual, muntah, sakit kepala. Tidak ada bengkak-bengkak
pada tubuh.

Sebelumnya BAK jumlah biasa, warna biasa. BAB tidak ada

kelainan. Penderita diberi minum air dalam jumlah banyak, namun masih juga
belum bisa BAK. Penderita kemudian dibawa ke puskesmas, diberi obat namun
tidak ada perubahan.

Dua hari kemudian penderita dibawa ke rumah sakit

kabupaten dan di rawat. Saat di rumah sakit penderita dilakukan sirkumsisi dan
pemasangan drainase buli-buli melalui pungsi supra pubik. Keluar air seni
melalui drainase, berwarna kuning tua jernih. Penderita juga diberi obat makan
dan injeksi. Karena tidak ada perbaikan penderita dirujuk ke RS Moh Hoesin.
Riwayat penyakit terdahulu:
Riwayat pernah tidak bisa BAK/ BAK menetes sebelumnya tidak ada.
Riwayat nyeri saat BAK sebelumnya tidak ada

Riwayat sering sakit pinggang sebelumnya tidak ada


Riwayat badan bengkak-bengkak tidak ada
Riwayat penyakit dalam keluarga:
Riwayat intoksikasi jengkol pada ayah dan ibu penderita sebelumnya
Riwayat kehamilan dan persalinan
Lahir ditolong dokter, spontan, langsung menangis, berat badan 3800 g
Riwayat makanan
Setiap hari penderita makan nasi dua kali sehari porsi dengan lauk terutama
ikan 1 potong sehari, terkadang os juga mengkonsumsi telur/tahu/tempe.
Ayam/daging jarang di konsumsi. Konsumsi sayuran terutama bayam habis
hanya sekitar 2-3 sendok. Konsumsi susu jarang. Hampir setiap hari penderita
makan mi instan, sekali sehari terutama pagi hari.
Kesan: kualitas dan kuantitas kurang
Riwayat perkembangan
Penderita dapat tengkurap usia 3 bulan, duduk sekitar usia 6 bulan, bisa berjalan
usia 13 bulan dan mulai bicara baik sekitar usia 1 tahun.
Pencapaian perkembangan normal
Riwayat imunisasi
Hanya pernah diberi imunisasi polio oral 1 kali.
Riwayat sosial ekonomi keluarga
Penderita anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga dengan sosial ekonomi
kurang. Pekerjaan ayah adalah buruh kebun kopi dan ibu tidak bekerja.

PEMERIKSAAN FISIK
3

KEADAAN UMUM
Tampak sakit berat, kesadaran komposmentis, TD 100 / 60 mmHg,
nadi 76 x /menit (isi dan tegangan cukup), suhu 36,7oC, pernafasan: 24 x/ menit
Berat badan: 18 kg, Tinggi badan: 121 cm
BB/U : 78,6% TB/U: 99,42% BB/TB: 79,64% (KEP II)
KEADAAN SPESIFIK
Kepala :
Mata: pupil normal, isokor, reflek cahaya (+). Mulut: dalam batas normal
nafas bau jengkol (+).
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tekanan vena jugular normal,
Toraks :
Simetris, retraksi (-)
Paru : vesikuler normal, ronki (-) wheezing (-)
Jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising jantung (-).
Abdomen:
Datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba.
Terdapat drainase melalui aspirasi supra pubik, vesika urinaria teraba setinggi
dua jari dibawah pusat, nyeri tekan (+).
Genitalia eksterna :
Penis nampak edema, terdapat luka bekas sirkumsisi, tidak ada perdarahan aktif
pus (+). Skrotum edema. Infiltrat urin (+).
Urin merembes melalui kulit penis.
Ekstremitas:
Edema (-)
STATUS NEUROLOGIS:
Motorik

Tungkai

Lengan
4

Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
R/ fisiologis
R/ patologis

luas
+5
eutoni
normal
-

luas
+5
eutoni
normal
-

luas
+5
eutoni

luas
+5
eutoni

normal
-

Normal
-

ANALISIS AWAL
Penderita adalah anak laki-laki usia 7 tahun yang mengalami retensio urin
mendadak setelah makan jengkol. Pada penderita ini dicurigai adanya intoksikasi
jengkol. Kecurigaan adanya keracunan jengkol pada penderita ini didasarkan
atas anamnesis bahwa satu hari sebelumnya penderita mengkonsumsi jengkol
dan pemeriksaan fisik dimana masih ditemukan nafas bau jengkol, adanya
retensi urin, dan adanya infiltrat urin. Diagnosis pasti didapatkan
menemukan kristal asam jengkolat pada urin.

dengan

Keadaan-keadaan lain yang

menyebabkan retensi urin seperti batu uretra dan batu buli-buli dapat
disingkirkan karena dari anamnesis tidak ada riwayat sering mengeluh nyeri
pinggang sebelumnya, tidak ada riwayat nyeri saat BAK sebelumnya, tidak ada
BAK menetes sebelumnya, tidak ada riwayat menarik penis saat mau BAK dan
tidak ada riwayat keluar kristal-kristal seperti pasir saat mau BAK. Juga terdapat
luka sirkumsisi dan pungsi suprapubik yang dilakukan di rumah sakit daerah
sebagai upaya pertolongan terhadap retensio urin pada penderita. Pada luka
sirkumsisi terdapat pus sehingga membutuhkan perawatan luka dan pemberian
antibiotik.
Status gizi penderita adalah KEP II diduga karena asupan yang kurang.
MASALAH AWAL
M1 : Umum
M2 : Intoksikasi jengkol
M3 : Inflamasi pasca sirkumsisi
M4 : Fistula uretrokutaneus
M5: KEP II
RENCANA AWAL
M1 : Umum
Rencana diagnostik : darah, urin, feses rutin

Rencana pengobatan : tidak ada


Rencana edukasi : tidak ada
M2 : Intoksikasi jengkol
Rencana diagnostik:
- Pemeriksaan kristal asam jengkolat dari spesimen urin segar
- Urin rutin, ureum, kreatinin, asam urat, LFG, elektrolit
Rencana pengobatan:
- Natrium bikarbonat 10% 7,5 cc bolus iv pelan
- IVFD D5% 3:1 + Natrium bikarbonat 10% 10 CC gtt 10 tetes makro
- Rawat bersama dengan bagian bedah Urologi untuk perawatan drain
Rencana edukasi : menjelaskan kepada orang tua mengenai penyakit anaknya,
komplikasi apa yang juga timbul, dan prosedur yang akan dilakukan
M3: Inflamasi pasca sirkumsisi
Rencana diagnostik : darah rutin
Rencana pengobatan : Ampisilin 3 x 600 mg
Rencana edukasi:

menjelaskan mengenai kondisi anak dan mengenai

pentingnya penjagaan kebersihan di sekitar luka


M4: Fistula uretrokutan
Rencana diagnostik: konsul ke bagian bedah urologi
Rencana pengobatan: pemasangan kateter
Rencana edukasi: menjelaskan kepada orang tua mengenai komplikasi yang
telah timbul.
M5: KEP II
Rencana diagnostik: darah, urin, feses rutin
Rencana pengobatan : diet tinggi kalori, tinggi protein
Rencana edukasi : memberitahukan kepada orang tua mengenai pola makan
yang baik dan benar yang dapat diteruskan di rumah.

Anda mungkin juga menyukai