DASAR TEORI
2.1 Konverter DC-DC
Salah satu aplikasi elektronika daya adalah konverter dc-dc atau yang lazim
disebut dc chopper. Konverter dc-dc berfungsi untuk mengkonversi tegangan
masukan searah konstan menjadi tegangan output searah yang dapat divariasikan
berdasarkan perubahan duty cycle rangkaian kontrol chopper.
Dc chopper digunakan untuk mengubah sumber tegangan dc yang tetap
menjadi tegangan dc yang variabel dengan mengatur kondisi on-off (duty cycle)
rangkaian dc chopper melalui rangkaian kontrol PWM,komponen yang digunakan
untuk menjalankan fungsi penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid
state electronic switch) seperti misalnya Thyristor, MOSFET, IGBT, GTO. [4]
2.1.1
tegangan keluarannya dapat diatur lebih besar atau sama dengan sumber. Pada
umumnya rangkain ini digunakan untuk regulated power supply (catu daya yang
tegangannya dapat diatur). Rangkaian dasar Boost converter dapat ditunjukan
dalam gambar 2.1 kapasitor C harus mempunyai kapasitas yang sangat besar agar
dapat memberikan tegangan konstan saat beban tidak mendapat suplai dari
sumber.
Boost converter tanpa isoslasi terdiri dari satu induktor, satu kapasitor,
sebuah saklar frekuensi tinggi (transistor atau mosfet) dan sebuah dioda. Skema
boost converter jenis ini dapat dilihat pada gambar 2.1
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.2 Prinsip kerja konverter dc-dc tipe boost[]
(a) Rangkaian konverter dc-dc tipe boost
(b) rangkaian ekuivalen konverter dc dc tipe boost saat Q1 on
(c) rangkaian ekuivalen konverter dc dc tipe boost saat Q1 off
Gambar 2.2 (b) menjelaskan konverter boost bekerja pada mode ON,
dimana dioda mendapatkan tegangan mundur (reverse bias), sehingga dioda
sehingga dioda tidak menghantar dan tidak ada arus yang mengalir ke beban. Arus
dari sumber hanya mengalir ke induktor L. Sesuai dengan sifatnya, arus yang
mengalir akan disimpan oleh induktor dalam bentuk magnet. Perubahan Arus
Induktor (IL) yang mengalir melali induktor dengan rumus:
I L VIn
=
t
L
..................................................................................................
(2.1)
Peningkatan Arus Induktor (IL) ketika switch pada posisi ON dengan rumus :
DT
1
DT
I L on = V dt=
V .....................................................(2.2)
L 0
L
Gambar 2.2 (c) menjelaskan konverter boost bekerja pada mode OFF,
dimana dioda D mendapatkan tegangan maju (foward bias), sehingga dapat
mengalirkan arus dari Vin atau Vsumber. Arus yang mengalir ke beban R akan
lebih besar daripada arus yang dikeluarkan sumber, karena mendapat tambahan
arus yang sebelumnya disimpan oleh induktor L. Maka perubahan
IL
dirumuskan dengan :
VinVout=L
dI L
dt
Sehingga, perubahan
(1D )
I L off =
(2.3)
I L selama periode OFF adalah :
( V V 0 ) dt ( V V 0 ) ( 1d ) T
L
(2.4)
Timing diagram untuk penjelasan diatas dapat dilihat pada gambar 2.3
Jadi, arus induktor harus sama pada awal dan akir siklus pergantian. Ini berarti
perubahan keseluruhan dalam saat ini (jumlah perubahan) adalah nol.
I L on + I Loff =0
(2.5)
V DT ( V V 0 ) ( 1d ) T
+
=0
L
L
(2.6)
V0
1
=
V 1D
(2.7)
Dari persamaan diatas (2.7), untuk mengetahui duty ratio (D) dapat ditentukan
dengan persamaan :
D=1
V
V0
(2.8)
Rata rata arus yang mengalir pada induktor ditentukan dengan mengenali daya
yang dialirkan dari sumber harus sama dengan rata rata daya yang digunakan
pada beban resistor. Jadi, daya output :
(2.9)
Dan daya input adalah VsIs = VsIL . Sesuai Vs = Vo dengan menggunakan rumus
(2.9) dan menggunakan rumus (2.7) :
(2.10)
2.1.3
penyimpan energi dan menentukan nilai ripple arus. Untuk menentukan nilai
induktor dapat digunakan persamaan berikut :
2
I L=
VS
V
V I
= O = O O
2
VS
(1D) R V S R
(2.11)
iL
VS
V DT
=
+ S
2
2 (1D) R
2L
(2.12)
I min=I L
iL
VS
V S DT
=
2
2L
(1D )2 R
(2.13)
Persamaan (2.8) dapat diasumsikan arus induktor sebagai kondisi continous, yang
mengakibatkan arus selalu bernilai positif. Sedangkan kondisi continous tersebut
memerlukan nilai Imin selalu positif. Maka dari itu perbedaan antara arus induktor
kondisi continous dan discontinuous didapat dari
I min=0=
VS
2
(1D) R
V S DT
2L
(2.14)
atau
VS
2
(1D) R
V S DT V s D
=
2L
2 Lf
(2.15)
D(1D) R
( Lf )min =
2
(2.16)
atau
2
Lmin =
D(1D) R
2f
(2.17)
Boost converter didesain untuk operasi dalam kondisi arus continous yaitu nilai
induktor lebih besar dari Lmin.
2
L>
2.1.4
D ( 1D ) R
2f
(2.18)
riak tegangan yang dihasilkan dari rangakaian Boost Converter. Untuk membatasi
riak tegangan output (vo = vr) maka besar kapasitansi minimal filter capasitor
dihitung dengan menggunakan Perssamaan :
C=
2.1.5
D
V o
R
f
Vo
(2.19)
CCM dan DCM. Continuous Conduction Mode (CCM) adalah modus operasi
dimana arus induktor ( I l ) mengalir secara kontinyu, dalam artian tidak pernah
mencapai nilai nol. Discontinuous Conduction Mode (DCM) adalah modus
dimana arus induktor pada konverter mencapai nilai nol, atau tidak continue.
Bentuk gelombang pada kondisi Continuous Conduction Mode (CCM) dan
Discontinuous Conduction Mode (DCM) jika dibandingkan maka akan tampak
seperti Gambar 2.4.
Ton
.T
On
Of
DT
D1T
On
vL
Vs
Vs V0 iD
Imax
D1T
(a)
Gambar 2.4
Ton
.T
On
Of
DT
D1T
On
vL
Vs
Vs V0 iD
Imax
D1T
(b)
2.1.6
Solenoida[5]
Solenoida merupakan salah satu jenis komponen induktor. Bentuk fisik
solenoida umumnya berupa konduktor yang dililit secara spiral dengan bentuk
memanjang, seperti pada Gambar 2.5.
adalah
2.1.7
(2.20)
dapat diatur frekuensi dan lebar pulsanya. Komponen utama yang digunakan
sebagai rangkaian kontrol PWM adalah IC TL 494. IC ini mempunyai 16 pin yang
tersusun dalam 2 jalur (Dual In Package, DP) seperti terlihat pada Gambar 2.5 di
bawah ini :
Pin 1 (1 IN-)dan pin 2 (1 IN+) serta pin 15(2 IN-) dan pin 16 (2 IN+)
Merupakan pin penguat kesalahan (error amplifier) yang berfungsi
sebagai pengontrol tegangan masukan modialtor lebar pulsa
Pin 3 (FEEDBACK)
Merupakan pin feedback di mana lebar pulsa ditentukan dari tegangan
pin ini, yang besarnay anatar 0,5 V 3,5 V.
Pin 4 (DTC)
Meruapakan pin deadtime kontrol
Pin 7 (GND)
Merupakan pin terminal ground (terminal suplai negatif)
Pin 8 (C1) dan pin 9 (E1) serta pin 10 (E2) dan pin 11 (C2)
Merupakan pin yang berfungsi sebagai keluaran dari IC TL 494.
Pin 12 (VCC)
Merupakan pin terminal untuk sumber tegangan (terminal suplai
positif) yang besarnya antara 7V 40 V.
Pin 14 (REF)
Meruapakan pin tegangan referensi yang besarnya 5V + 5%.
Yang perlu diperhatikan dari IC TL494 ini adalah pin 13. Hal ini dikarenakan
apabila pin 13 dihubungkan ke pin 7 maka duty cycle maksimal yang dihasilkan
hanya 48%. Sedangkan apabila pin 13 dihubungkan ke pin 14 maka duty cycle
yang dihasilkan mencapai 96%. Dalam tugas akhir ini duty cycle yang dibutuhkan
2V
2
V m Sint d (t )= m =0.6366 V m
V DC = 2 x V RMS
(2.21)
(2.22)
yang
Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana
pada keadaan ini arus untuk beban R dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya
garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat
pengosongan kapasitor. Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang
mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan
membentuk garis horizontal. Tetapi jika beban arus semakin besar, kemiringan
kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi
gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya dapat dicari dengan Persamaan
(2.23)
V R=
V mT
RC
(2.23)
Dapat dilihat dari Persamaan (2.11), bahwa faktor yang mempengaruhi tegangan
ripple adalah tegangan puncak (Vm), periode, nilai R beban, dan nilai kapasitansi
beban. Bila pada tegangan dan periode yang telah ditentukan, untuk memperhalus
ripple adalah dengan memperbesar nilai kapasitansi (C), dan memperkecil beban
(memperbesar R).
2.4 MOSFET[4][6]
MOSFET merupakan singkatan dari Metal Oxide Semiconductor Field
Effect Transistor yang merepresentasikan bahan-bahan penyusunnya yang terdiri
dari logam, oksida dan semikonduktor. Terdapat 2 jenis MOSFET yaitu tipe NPN
atau N channel dan PNP atau biasa disebut P channel. MOSFET dibuat dengan
meletakkan lapisan oksida pada semikonduktor dari tipe NPN maupun PNP dan
lapisan logam diletakkan diatasnya. Gambar 2.12 memperlihatkan konfigurasi
dasar dari MOSFET yang terdiri dari 3 buah kaki yaitu gate, drain, source dan
perbandingan antara tipe MOSFET NPN dengan PNP.
2.
Untuk tipe PNP, prinsip kerjanya sama hanya saja tegangan yang
diberikan pada gate berkebalikan dengan MOSFET tipe NPN. Ketika
tegangan negatif diberikan ke gate, hole dari semikonduktor tipe P dari
source dan drain tertarik ke semikonduktor tipe N yang berada
diantaranya. Dengan adanya jembatan hole ini maka arus listrik dapat
mengalir dari source ke drain. Prinsip kerja mosfet tipe PNP terlihat
pada Gambar 2.14.
Karena adanya lapisan oksida antara gate dan semikonduktor, maka arus listrik
tidak mengalir menuju gate. Arus listrik mengalir diantara drain dan source yang
dikendalikan oleh tegangan gate.
2.5 Kapasitor
Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan
dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal
dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
2
Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke
ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif di awan.
Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :
1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain.
2. Sebagai filter dalam rangkaian.
3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antena.
4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon.
5. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar