BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai ciri khas dan karakteristik tiap
daerah, keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia antara lain dari segi geografis,
potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana, kondisi sosial budaya, dan berbagai
keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula
tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka
meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah.Terkait dengan
pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik daerah.Pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual
untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Pada kurikulum 2013, muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat nasional,
muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan pendidikan.Muatan kurikulum
pada tingkat nasional terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikembangkan oleh pusat.Muatan
kurikulum pada tingkat daerah terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata
pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan.Sedangkan muatan kekhasan
satuan pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal serta
program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik.
Kondisi yang terjadi didaerah menunjukkan bahwa, ada daerah yang sudah menetapkan muatan lokal
melalui peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, ada juga daerah yang belum menetapkan muatan lokal.
Di tingkat satuan pendidikan, masih ada satuan pendidikan yang belum menetapkan dan
melaksanakan muatan lokal. Kondisi lainnya terjadi bahwa dalam menetapkan muatan lokal belum
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, agar pelaksanaan muatan lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA)dapat terlaksana
dengan baik, Direktorat Pembinaan SMA menerbitkan panduan pelaksanaan muatan lokal.Panduan
ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi satuan pendidikan (TPK sekolah, kepala sekolah, dan
pendidik), pengawas sekolah, dan komite sekolah dalam menganalisis dan menetapkan muatan lokal
yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi di masing-masing satuan pendidikan.Panduan ini juga
B.
Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah di ubah
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan PemerintahNomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
5. Peraturan PemerintahNomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu
Pendidikan
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum;
13. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tentang
Implementasi Kurikulum 2013;
Tujuan
C.
D.
E.
Sasaran
Sasaran penggunaan panduan ini adalah:
BAB II
KONSEP MUATAN LOKAL
A.
Pengertian
Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang dimaksudkan untuk membentuk
pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.Muatan lokalbermanfaat
untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:
1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang
berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; dan
3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di
daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam
rangka menunjang pembangunan nasional.
Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman
peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.
B. Pengembangandan Pengelolaan
Dalam struktur kurikulum 2013 disebutkan bahwa matapelajaran kelompok A dan C adalah
kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran kelompok B
adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.Oleh karena itu setiap daerah perlu
mengembangkan muatan lokal.
Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa muatan
lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan
keunikan lokal, muatan lokal tersebut dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan
pendidikan.
Berdasarkan ketentuan diatas maka setiap daerah dan satuan pendidikan berkewajiban
mengembangkan dan melaksanakan muatan lokal melalui pembekalan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kepada peserta didik tentang potensi daerahnya untuk dikembangkan dalam rangka
menunjang pembangunan nasional.
Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut:
1. Utuh
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan berbasis
kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
2. Kontekstual
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi, dan masalah
daerah.
3. Terpadu
Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan, termasuk terpadu
dengan dunia usaha dan industri.
4. Apresiatif
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan, lomba-lomba,
pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
5. Fleksibel
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat
fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
6. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga mengupayakan
peserta didik untuk belajar secara terus-menerus.
7. Manfaat
Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan mengembangkan budaya
lokal dalam menghadapi tantangan global.
Pengembangan muatan lokal dapat dibangun melalui dua strategi: (1) Satuan pendidikan menentukan
jenis muatan lokal berdasarkan hasil analisis potensi daerah dan potensi satuan pendidikan. (2)
Pemerintah daerah membuat kebijakan tentang muatan lokal yang diselenggarakan di daerahnya,
berdasarkan hasil analisisyang diperoleh dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan pada satuansatuan pendidikandi daerahnya.
Menetapkan
Jenis Mulok
Analisis Potensi
Daerah dan Satdik
Menetapkan
Bahan Kajian
Pelaksanaan
Mulok
pada
satuan
pendidikan.
Hal
inimenunjukkan
bahwa
satuan
pendidikan
mempunyaikewenangan untuk menentukan sendiri jenis muatan lokal yang akan dilaksanakan sesuai
dengan hasil analisis konteks identifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendukung.
Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan kurikulum yang sesuai.
2. Dari atas ke bawah (top down)
TPK Daerah
mengidentifikasi Jenis
Mulok di Satuan
Pendidikan daerahnya
Menganalisis
Core and
Content Jenis
Mulok
Implementasi di
Satuan Pendidikan
daerahnya
Merumuskan
rekomendasi ke
Pemerintah
Daerah (Pemda)
Pemda mengeluarkan
kebijakan tentang
Jenis Mulok yang
diselenggarakan
Menentukan
Pelaksanaan
Mulok
TPK Daerah
Merumuskan Bahan
Kajian Mulok
Gambar diatas menjelaskan alurpengembangan muatan lokal dimana pemerintah daerah sudah
memiliki bahan kajian muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan
oleh satuan-satuan pendidikan di daerahnya.Tim pengembang muatan lokalmengidentifikasi
danmenganalisis core and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and
content umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah merumuskan rekomendasi
kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis muatan lokal yang akan
diselenggarakan di daerahnya.
Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi
maupun kabupaten/kota.Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur, sedangkan muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah
Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Pasal 77P Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikanmengamanatkanbahwa pemerintah
daerah provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup muatan lokal adalah:
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya
berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial
budaya.Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu
daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat
tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensidaerah yang
bersangkutan.Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:
a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan keadaan
perekonomian daerah;
c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan untuk
mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata; dan
d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2.
g. serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.
D.
Daya Dukung
Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan penting untuk
mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Kebijakan Muatan Lokal
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
Kebijakan diperlukan dalam hal:
a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;
b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-lain); dan
c. penentuan jenis muatan lokal pada level Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai muatan lokal
wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah yang memiliki
kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan sosial, rawan bencana, dan lain-lain.
2. Pendidik
Pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.
Pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan pendidikan
terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Jika satuan
pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, maka pemenuhannya dapat
dibantu melalui kerja sama dengan pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah perlu:
a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara khusus untuk
muatan lokal;
b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran; dan
c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik satuan
pendidikan.
Untuk mendukung pengembangan muatan lokal di sekolah, tim pengembang muatan lokal perlu
menjalin kerjasama dengan unsur-unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi,
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Instansi/Lembaga lain misalnya Dunia Usaha/Industri,
dan Dinas lain yang terkait. Peran masing-masing unsur adalah sebagai berikut:
e.
f.
g.
menyusun buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru;
h.
i.
mengembangkan RPP dan penilaian yang tepat untuk muatan lokal yang dilaksanakan.
2. Peran LPMP dan Perguruan Tinggi secara umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam:
a.
b.
c.
Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
dan jenis bahan kajian.
b.
c.
d.
4. Peran Instansi/Lembaga lain seperti Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait secara umum
adalah:
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
a.
memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik untuk
muatan lokal tertentu;
b.
c.
10
BAB III
TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL
Berdasarkan strategi pengembangan muatan lokal yang telah dibahas pada bab II, maka setiap satuan
pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal dalam rangka menentukan dan melaksanakan muatan lokal
di satuan pendidikan masing-masing.
Sebelum menetapkan muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan agar
muatan lokal yang dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan
peserta didik terhadap pengembangan potensi di daerah tempat tinggalnya. Langkah awal penentuan
muatan lokal, meliputi (1) identifikasi dan analisis muatan lokal, (2) menentukan jenis muatan lokal, dan
(3) menentukan bahan kajian muatan lokal.
Penentuan dan pelaksanaan muatan lokaldapat digambarkan sebagai berikut:
Penentuan Mulok
Pelaksanaan Mulok
PELAKSANAAN MULOK
11
1.
berkesinambungan.
Aspek SDM menjadi penentu keberhasilan dari semua aspek/potensi muatan lokal,
karena SDM sebagai sumber daya dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap
kualitas muatan lokal yang akan dikembangkan, bergantung kepada paradigma, kultur,
dan etos kerja SDM yang bersangkutan. Tidak ada realisasi dan implementasi muatan
12
lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia sebagai aspek sentral dalam proses
pencapaiannya.
antropologi (ragam
masyarakat
setempat untuk melestarikan dan menonjolkan ciri khas budaya daerah menjadi muatan
lokal. Sebagai contoh muatan lokal yang berkaitan dengan aspek budaya, antara lain
berbagai upacara keagamaan/adat istiadat (upacara Ngaben di Bali, Sekaten dan Grebeg
di Yogyakarta, dll.).
5) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi historis
Potensi historis merupakan potensi sejarah dalam wujud peninggalan benda-benda
purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika
dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi arena/wahana wisata yang bisa menjadi
aset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Untuk itu, perlu
dilakukan pelestarian terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi sentuhan baru
agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern,
sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi bagian dari muatan lokal. Misalnya,
Satuan Pendidikan di sekitar objek wisata Candi Borobudur Magelang mengembangkan
muatan lokal kepariwisataan.
b. Identifikasi dan analisis kebutuhan daerah
Pengumpulan data untuk identifikasi dan analisis kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui
wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden. Dalam melakukan wawancara atau
menyusun kuesioner, tim mengumpulkan data mengenai:
1) Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar penduduk, kerukunan antarumat
beragama, dsb.);
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
13
No
Potensi daerah
Peluang
Tantangan/Hambat
Potensi Mulok
an
2.
14
No
Komponen
Kekuatan
Kelemahan
Rencana Tindak
Lanjut
No
Komponen
Peluang
Tantangan
Rencana Tindak
Lanjut
15
Potensi Daerah
Potensi Mulok
Daya Dukung
Jenis Mulok
16
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang
dapat diangkat sebagai bahan kajian/pelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah dan
satuan pendidikan.
analisis
kebutuhan
muatan
lokal
(ciri
khas,
potensi,
keunggulan,
dan
kebutuhan/tuntutan);
9. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti;
10. menyusun silabus muatan lokal.
Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan
pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik.Pembelajaran diatur agar tidak
memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional.Oleh karena itu,
pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
Bahan kajian diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar
dan sumber belajar. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan
sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan,
misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi
terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru
diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta didik yang
meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam
lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa
bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai
dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan kajian perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu:
1. bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak;
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
17
No
BAB IV
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
18
Setelah menentukan bahan kajian muatan lokal, langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan
muatan lokal di satuan pendidikan.
profesional dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. Dengan demikian, muatan lokal dapat
mendukung pengembangan potensi peserta didik, pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta
memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing.
A.
19
Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri apabila bahan kajian muatan lokal
berupa materi pembelajaran yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran
kelompok B (Seni Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Prakarya dan
Kewirausahaan).
2. Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain
Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain apabila bahan
kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada
kelompok B, maka muatan lokal tersebut berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata
pelajaran kelompok B. Namun apabila bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka
dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal.
3. Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri
Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri apabila bahan kajian muatan lokal
berupa program kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan melalui kegiatan ekstrakurukuler, maka bahan kajian tersebut dapat
diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Pada lampiran 1 Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
disebutkan bahwa pengembangan diri merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri melalui berbagai
kegiatan ekstrakurikuler.
Adapun ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran seni budaya SMA
Tingkat Kelas X-XI
a. Apresiasi dan kreasi karya seni rupa (seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni rupa, dan
pameran seni rupa)
b. Apresiasi dan kreasi karya seni musik (gubahan lagu dan musik, kritik musik, dan
pertunjukan musik)
c. Apresiasi dan kreasi karya seni tari (penciptaan tari, kritik tari, dan pertunjukan tari)
d. Apresiasi dan kreasi seni teater (rancangan karya teater, kritik teater, dan pertunjukan
teater).
Tingkat Kelas XII
a. Apresiasi dan kreasi karya seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni rupa dan pameran
seni rupa
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
20
b. Apresiasi dan kreasi karya seni musik (musik kreasi, kritik musik, dan pertunjukan musik)
c. Apresiasi dan kreasi karya seni tari (Kreasi tari sesuai iringan, kritik tari dan pertunjukan
tari)
d. Apresiasi dan kreasi karya seni teater (naskah teater, kritik seni teater, dan pertunjukan seni
teater).
2. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
SMA
Tingkat Kelas X-XI
a. Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket,
b. Permainan bola kecil, dan atletik: softball, bulutangkis, tenis meja,
c. Aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau permainan tradisional
sejenis
d. Menguasai aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau beladiri tradisional
sejenis
e. Menguasai rangkaian Aktivitas fisik melalui: latihan pengembangan kekuatan, daya tahan,
kelentukan, kecepatan, dan koordinasi
f.
g. Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan SKJ secara
harmonis
h. Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan
penyelamatan dalam aktivitas air.
i.
NARKOBA
dan
psikotropika
serta
upaya
pencegahan
dan
penanggulangannya, dampak seks bebas, cara mencegah HIV dan AIDS serta cara
penanggulangannya.
Tingkat Kelas XII
a. Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basketpermainan bola kecil, softball,
bulutangkis, tenis meja,
b. aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau permainan tradisional
sejenis dengan baik dan benar
c. Menguasai gerakan aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau permainan
tradisional sejenis
d. Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik: latihan pengembangan kekuatan, daya tahan,
kelentukan, kecepatan, dan koordinasi
e. Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik : senam lantai dan senam alat dengan baik dan
benar
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
21
f.
Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan SKJ baik dan benar
g. Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan
penyelamatan dalam aktivitas air
h. STDS (Sexually Transmitted Disease), AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS)
i.
3. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan SMA
Tingkat Kelas X-XI
a. Kerajinan tekstil dan limbah tekstil
b. Kerajinan dari bahan lunak dan bahan keras
c. Rekayasa alat komunikasi sederhana dan alat pengatur gerak sederhana
d. Rekayasa pembangkit listrik sederhana dan inovatif menggunakan teknologi tepat guna
e. Budidaya tanaman hias dan tanaman pangan
f.
g. Pengawetan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pangan khas daerah dan
nusantara,
h. Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi produk non pangan pembersih dan kosmetik
i.
Jenis Mulok
Bahan Kajian
Mulok
Seni Budaya
Materi
Penjasorke
Prak&Kw
Pelaksanaan
Mulok
22
C.
Tersendiri
Sudah dijelaskan diatas bahwa apabila bahan kajian muatan lokal berupa materi pembelajaran
tersendiri yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B, maka
muatan lokal tersebut dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Demikian juga
apabila bahan kajian pada muatan lokal sebenarnya berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup
materi pelajaran pada kelompok B, namun bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka
dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal.
Perlu diketahui bahwa mata pelajaran muatan lokal merupakan mata pelajaran yang berisi bahan
kajian muatan lokal yang memungkinkan untuk berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Alokasi waktu
yang disediakan dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran. Dalam struktur kurikulum 2013, mata
pelajaran muatan lokal masuk pada mata pelajaran kelompok B.
Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya dapat
melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu
mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat melaksanakan
muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat
meminta bantuan kepada satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa
satuan pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta
bantuan tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) di daerahnya.
Pelaksanaan muatan lokalmelalui mata pelajaran tersendiri dapat digambarkan sebagai berikut:
TAHAP PERENCANAAN
Penyusunan
Kompetensi Dasar
TAHAP PELAKSANAAN
TAHAP PENILAIAN
Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Inti:
Pendekatan saintifik.
Aspek proses
Penyusunan Buku
pembelajaran:
Teks Pelajaran
&
2014,Direktorat
Pembinaan SMA-Ditjen
Pendidikan Menengah
Kognitif, Afektif,
Buku Panduan Guru
Psikomotor, dan
Action
Penilaian Autentik
Penyusunan Silabus
Kegiatan Penutup
Mengutamakan:
Unjuk kerja
Produk
23
Portofolio
Penyusunan RPP
1. Perencanaan
Perencanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal meliputi penyusunan KD,
penyusunan silabus, penyusunan buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru, serta
penyusunan RPP.
a. Menyusun Kompetensi Dasar
Seperti mata pelajaran lainnya, muatan lokal yang berdiri sebagai mata pelajaran harus
memiliki dokumen lengkap yang meliputi KI, KD, silabus, buku teks pelajaran, buku
panduan guru, dan RPP. Semua dokumen ini harus disiapkan oleh satuan pendidikan.
Penyusunan KD adalah langkah awal agar muatan lokal dapat dilaksanakan melalui mata
pelajaran. Penyusunan KD dapat dilakukan bersama instansi lain, misalnya TPK
Provinsi/Kabupaten/Kota, LPMP, Dunia Usaha/Industri, atau Dinas/Instansi terkait.Sebagai
contoh, jika SMA menentukan jenis muatan lokal yang berkaitan dengan:
1) kewirausahaaan atau kepariwisataan, maka dapat bekerjasama dengan Dinas
perdagangan, Perguruan Tinggi Pariwisata, atau Dinas pariwisata;
2) keterampilan atau kerajinan, maka dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Seni
Kriya/Kerajinan, PLS/kursus-kursus, atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
3) budi daya tanaman, maka dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Perguruan
tinggi Pertanian;dll.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
24
Deskripsi Kompetensi
Sikap Sosial
dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
Pengetahuan
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
Keterampilan
25
Deskripsi Kompetensi
Sikap Sosial
dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
Pengetahuan
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
Keterampilan
Penyusunan kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal harus memperhatikan dan
menyesuaikan tingkat kompetensi yang telah ditetapkan diatas.
Pengembangan kompetensi dasar pada mata pelajaran muatan lokal dirumuskan untuk
mencapai
kompetensi
inti.Rumusan
kompetensi
dasar
dikembangkan
26
dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
matapelajaran muatan lokal.
Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan
kompetensi inti sebagai berikut:
1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan
KI-1;
2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI2;
3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI3;
4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI4.
Dengan menggunakan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan, tim pengembang
melakukan pemetaan bahan kajian muatan lokal tersebut berdasarkan tingkat kompetensi
dan kompetensi inti yang sesuai. Berikut ini merupakan format dalam mengembangkan
kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal.
Format 7 : Contoh Format Penentuan Kompetensi Dasar
No
Jenis Mulok
Bahan Kajian
Kompetensi Dasar
KOMPETENSI DASAR
............................................................
............................................................
27
............................................................
............................................................
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
............................................................
............................................................
28
............................................................
............................................................
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
............................................................
............................................................
29
............................................................
............................................................
b. Menyusun Silabus
Penyusunan silabus mata pelajaran muatan lokal pada dasarnya sama dengan penyusunan
silabus pada mata pelajaran lainnya, namun pada proses pembelajaran muatan lokal
mencakup empat aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor, dan action.
Silabus mata pelajaran muatan lokal paling sedikit memuat:
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
30
: SMA
Mata Pelajaran
:.
Kelas
:X
Kompetensi Inti
1.
2.
3.
4.
Kompetensi
Materi
Dasar
Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
31
c. Menyusun Buku Teks Pelajaran Muatan Lokal dan Buku Panduan Guru
Dengan lahirnya kurikulum 2013 yang diikuti dengan perubahan yang mendasar pada
SKL, SI, standar proses, dan standar penilaian sehingga dibutuhkan suatu buku panduan
yang mengantar satuan pendidikan dan guru untuk dapat melaksanakan kurikulum 2013
dengan baik. Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah
yang memuat pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, budi
pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan.
Buku Teks Pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi
Dasar dan Kompetensi Inti (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 23).Buku Panduan Guru adalah pedoman yang memuat
strategi Pembelajaran, metode Pembelajaran, teknik Pembelajaran, dan penilaian untuk
setiap mata pelajaran dan/atau tema Pembelajaran(Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 22).
Buku teks pelajaran muatan lokal pada pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakanpakainya terlebih dahulu oleh Dinas Pendidikan Provinsi berdasarkan standar nasional
pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau peserta didik sebagai sumber belajar
di satuan pendidikan.Kelayakan pakai buku teks muatan lokal ditetapkan oleh Gubernur.
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 pasal 4 Ayat 3 dan 4).
Berdasarkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri tersebut maka mata pelajaran
muatan lokal sebaiknya didukung oleh buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan
guru. Buku teks pelajarandan buku panduan guru tersebut disusun oleh guru mata pelajaran
muatan lokal bersama dengan Tim Pengembang Kurikulum, dan dapat meminta bantuan
dari Perguruan Tinggi, LPMP, dan lembaga terkait lainnya.Buku teks pelajaran muatan
lokal dan buku panduan guru tersebut dinilai kelayakan pakainya oleh Dinas Pendidikan
Provinsi setempat.
Kriteria standar buku teks pelajaran muatan lokaldan buku panduan guru adalah sebagai
berikut:
1) Kelayakan isi/materi:
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
32
33
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah dibuat.
Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait
dengan materi yang akan dipelajari;
3) mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan
dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau
KD yang akan dicapai; dan
4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan matapelajaran muatan lokal, yang meliputi proses observasi,
menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran
muatan lokal mencakup empat aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor, danaction.
Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu
penguasaan kurikulum nasional.Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan
dari penugasan pekerjaan rumah.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap
seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang
lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin
relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan,
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
34
3. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian pada mata pelajaran muatan lokal:
a. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan peserta didik.
c. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi ketuntasan.
d. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran.
D.
35
kelompok B, maka bahan kajian tersebut dapat dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B
tersebut.
Adapun mata pelajaran kelompok B terdiri dari:
1. mata pelajaran seni budaya;
2. mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan; dan
3. mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan.
Pelaksanaan muatan lokaldipadukan ke dalam mata pelajaran lain dapat digambarkan sebagai berikut:
TAHAP PERENCANAAN
TAHAP PELAKSANAAN
TAHAP PENILAIAN
Pemetaan Kompetensi
Dasar
Kegiatan
Pendahuluan
Pengembangan
Kompetensi Dasar
Pengembangan
Silabus
Pengembangan RPP
Pengembangan Bahan
Ajar
Kegiatan Inti:
Pendekatan saintifik.
Aspek proses
pembelajaran:
Kognitif, Afektif,
Psikomotor, dan
Action
Kegiatan Penutup
Penilaian Autentik
Mengutamakan:
Unjuk kerja
Produk
Portofolio
Pelaksanaan muatan lokal yang dipadukan pada mata pelajaran kelompok B, dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan berikut ini:
1. Perencanaan
Perencanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran lain,
meliputi pemetaan KD mata pelajaran kelompok B dengan bahan kajian muatan lokal,
pengembangan silabus, mengembangan RPP, dan pengembangan bahan ajar.
36
b) Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok
Bmengacu pada silabus mata pelajaran kelompok B kemudian dipadukan dengan KD hasil
pemetaan. Sistematika penulisannya sama dengan penyusunan silabus pada mata pelajaran
muatan lokal, yaitu paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran;
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti;
d. kompetensi dasar, dikembangkan berdasarkan hasil pemetaan;
e. materi pokok;
f.
pembelajaran;
g. penilaian;
h. alokasi waktu; dan
i.
Sumber belajar.
c) Pengembangan RPP
Pengembangan RPP muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok
Bsama dengan pengembangan RPP pada mata pelajaran muatan lokal.
d) Penyusunan Bahan Ajar
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
37
Bahan ajar muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B disusun
berdasarkan RPP yang telah dikembangkan. Bahan ajar tersebut dapat berupa bahan ajar
cetak dan atau bahan ajar berbasis TIK. Bahan ajar cetak maupun non cetak memuat
beberapa komponen-komponen sebagai berikut: judul, petunjuk belajar, KI-KD, informasi
pendukung, latihan, tugas/langkah kerja dan penilaian.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran
kelompok B sama dengan pelaksanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal,
yaitu meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pelaksanaan proses
pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek: kognitif, afektif, psikomotor, dan action.
3. Penilaian
Penilaian muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajarankelompok Bsama dengan
penilaian yang dilakukan pada mata pelajaran muatan lokal. Penilaian pembelajaran muatan
lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.
Jenis Mulok
Bahan Kajian
Program Ekstrakurikuler
38
Pelaksanaan muatan lokal melalui program ekstrakurikuler dapat digambarkan sebagai berikut:
TAHAP PERENCANAAN
TAHAP PELAKSANAAN
Pelaksanaan Ektrakurikuler:
- Ekstrakurikuler
Pilihan
- Diluar jam belajar
Bahan Kajian Muatan Lokal
kurikulum Standar
- Dilakukan tiap hari
atau waktu tertentu
Program Kegiatan Ekstrakurikuler
(Blok Waktu)
TAHAP PENILAIAN
Penilaian Kualitatif
39
Penilaian perlu diberikan terhadap kinerja peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kriteria
keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Penilaian dilakukan secara kualitatif dan dinyatakan dalam buku rapor.Penilaian
didasarkan atas keikutsertaan dan prestasi peserta didik dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler
yang diikuti.Hanya nilai memuaskan atau di atasnya yang dicantumkan dalam buku rapor.
Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada peserta didik yang
memiliki
prestasi
sangat
memuaskan
atau
cemerlang
dalam
kegiatan
40
BAB V
PENUTUP
Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman
peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.
Dalam mendukung pengembangan muatan lokal, satuan pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan
unsur-unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi, dan instansi/lembaga lain misalnya dunia
usaha/industri, dan Dinas lain yang terkait.
Sebelum menyusun muatan lokal, perlu melakukan serangkaian kegiatan agar muatan lokal yang
dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan daerah. Langkah awal penyusunan muatan lokal, meliputi (1)
identifikasi dan analisis muatan lokal, (2) menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan, dan
(3) menentukan bahan kajian muatan lokal.
41
Pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu muatan lokal
dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata
pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.
Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri apabila bahan kajian muatan lokal berupa
materi pembelajaran tersendiri yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran
kelompok B (Seni Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Prakarya dan Kewirausahaan).
Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain apabila bahan kajian
muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada kelompok B, maka
muatan lokal tersebut berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B. Namun
apabila bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran
muatan lokal.
Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri apabila bahan kajian muatan lokal berupa program
kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan melalui kegiatan
ekstrakurukuler, maka bahan kajian tersebut dapat diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya dapat
melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu mengembangkan
kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat melaksanakan muatan lokal
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan
kepada satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan pendidikan dalam
satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta bantuan tim pengembang kurikulum
daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di provinsinya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan, Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Jakarta,
2013.
43
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian,
Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA,
Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum 2013, Jakarta, 2013.
Naskah Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2008 tentang Pengembangan Program Muatan Lokal,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.
Naskah Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2012 tentang Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.
No
1.
Potensi
Peluang
Tantangan/Hambatan
daerah
Sumber Daya Lahan perkebunan luas Hasil perkebunan belum Peningkatan
Alam
dan subur
dimanfaatkan secara
Hasil perkebunan
optimal
melimpah
Taman belum
dimanfaatkan sebagai
obyek wisata
wisata alam
Dst.
2.
Potensi Mulok
Dst.
Kurangnya motivator dan
pemanfaatan lahan
perkebunan
Pemasaran hasil
perkebunan
Kewirausahaan
Promosi pariwisata
Pemandu wisata
Peningkatan
kompetensi peserta
menerima inovasi di
di bidang ilmu
didik sebagai
bidang ilmu
pengetahuan, teknologi,
motivator dan
pengetahuan,
teknologi, dan seni
dan seni
Dst.
inovator di bidang
44
Dst.
3.
Lokasi
Geografis
ilmu pengetahuan,
Sekolah belum menjalin
jauh dari
kemitraan dengan
kerjasama dengan
perkantoran
instansi terkait
pemerintah daerah,
dalam
pusat perbelanjaan
4.
Budaya
lainnya
dan perguruan tinggi Dst.
Dst.
pengembangan
Terdapat berbagai
Pelestarian,
5.
Historis
Terdapat berbagai
sejarah
Dst.
berkembang, karena
pengembangan dan
promosi kesenian
oleh masyarakat
Dst.
Peninggalan sejarah
macam peninggalan
mulok
daerah
Promosi pariwisata,
Pemandu wisata.
masyarakat
Dst.
No
1.
Komponen
Kekuatan
2.
Pendidik
Kelemahan
Kondisi ekonomi
keluarga pada
umumnya rendah
Lulusan yang
melanjutkan ke
perguruan
tinggisangat kecil
Dst.
Rencana Tindak
Lanjut
Membekali dan
mengembangkan
potensi peserta didik
melalui muatan lokal
kewirausahaan,
pariwisata, dan
kesenian
Mendayagunakan
berkualifikasi S-1,
Mengajar sesuai latar
dibidang wirausaha,
pendidik yang
pariwisata, dan
belakang pendidikan
Ada pendidik yang
memiliki potensi
kesenian belum
termanfaatkan secara
yang akan
memiliki keterampilan
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
45
wirausaha dan
pariwisata
Ada pendidik yang
optimal
Dst.
dikembangkan di
sekolah
menguasai seni
3.
Sarana
Prasarana
tradisional
Dst.
Kondisi dan kelengkapan Kelengkapan sarana
Memanfaatkan ruang
ruang laboratorium,
dan prasarana
laboratorium, studio
sekolah belum
dimanfaatkan secara
sekolah untuk
optimal
Dst.
pengembangan
muatan lokal
No
1.
Komponen
Komite
sekolah
Peluang
Komite sekolah
Tantangan
Nara sumber dari
unsur Komite
Sekolah belum
berpotensi sebagai
dalam pengembangan
dimanfaatkan secara
optimal
Dst.
membantu sekolah
diperlukan untuk
prasarana muatan
pengembangan
Usaha/Dunia
Industri
(DU/DI)
muatan lokal
pengadaan/
sarpras yang
muatan lokal
Dst.
Keberadaan DU/DI di
mengembangkan
Mengajukan rencana
dalam pemenuhan
Dunia
Mengundang unsur
memiliki potensi
muatan lokal
Komite punya potensi
2.
Rencana Tindak
Lanjut
Mengadakan
untuk mendukung
kerjasama dengan
program-program
DU/DI untuk
sekolah masih
pengembangan
rendah
muatan lokal
46
3.
Dunia
Pendidikan
Menjalin kerjasama
Perguruan Tinggi
Dst.
kajian dan kompetensi
Perguruan Tinggi
dasar di bidang
muatan lokal
kewirausahaan
Dst.
dalam pengembangan
kewirausahaan
Potensi Daerah
Potensi Mulok
Agrobisnis
Hasil perkebunan
Pengolahan hasil
melimpah
perkebunan
Daya Dukung
Pemasaran hasil
perkebunan
Kewirausahaan
Pariwisata
Kesenian Daerah
Pariwisata
kompeten dibidang
Kesenian daerah
Dst.
Jenis Mulok
Dst.
No
1.
47
2.
3.
Pariwisata
Kesenian Daerah
Dst.
Industri pariwisata
Pemandu wisata
Promosi pariwisata
Kesenian kethoprak
Jenis
Mulok
Bahan Kajian
Mulok
Kewira
usahaan
wirausaha
Menerapkan jiwa
kewirausahaan
Merencanaan
usaha kecil/mikro
Mengelola usaha
Pariwisat
kecil/mikro
Industri Pariwisata
Pelaksanaan Mulok
Dipadukan pada
Matapelajaran
Prakarya dan
Kewirausahaan.
Mata
pelajaran
muatan
Promosi Pariwisata
lokal
(Pariwisata)
Pemandu Wisata
Kesenian
Kesenian
Daerah
Kethoprak
Ekstrakurikuler
Tari Tradisional
Angguk
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
48
No
1.
Jenis Mulok
Pariwisata
Bahan Kajian
Industri pariwisata
Kompetensi Dasar
Pemandu wisata
Promosi wisata
49
KOMPETENSI DASAR
3. Memahami,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa
50
KOMPETENSI DASAR
1.1. Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur
dan keyakinan terhadap kebesaran Sang
Pencipta karena menyadari keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya diatur oleh
Sang Pencipta
1.2. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan
alam semesta dan semua unsur di dalamnya
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun,
hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis,
kreatif, inovatif dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan diskusi
dan praktek perencanaan dan pengelolaan
perjalanan wisata
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
51
Lampiran 10 : Contoh pemetaan KD Mapel Kel. B (Prakarya dan Kewirausahaan) dengan Bahan kajian
Mulok (Kewirausahaan).
KD Prakarya dan
Kewirausahaan
Kela
s
Menerapkan jiwa
kewirausahaan
Pengembangan KD Mulok
tekstil
keberhasilan dalam
menjalankan sebuah
usaha
4.8 Menyajikan hasil
analisa sikap dan
Merencanaan usaha
kecil/mikro
perilaku wirausaha
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
pengatur gerak
sederhana dengan
sumber arus listrik
dst.
Jenis Mulok
Kesenian daerah
Bahan Kajian
Klup kethoprak
Program Ekstrakurikuler
Apresiasi, kreasi, dan pementasan
53