Anda di halaman 1dari 53

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai ciri khas dan karakteristik tiap
daerah, keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia antara lain dari segi geografis,
potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana, kondisi sosial budaya, dan berbagai
keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula
tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka
meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah.Terkait dengan
pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik daerah.Pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual
untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Pada kurikulum 2013, muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat nasional,
muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan pendidikan.Muatan kurikulum
pada tingkat nasional terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikembangkan oleh pusat.Muatan
kurikulum pada tingkat daerah terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata
pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan.Sedangkan muatan kekhasan
satuan pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal serta
program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik.
Kondisi yang terjadi didaerah menunjukkan bahwa, ada daerah yang sudah menetapkan muatan lokal
melalui peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, ada juga daerah yang belum menetapkan muatan lokal.
Di tingkat satuan pendidikan, masih ada satuan pendidikan yang belum menetapkan dan
melaksanakan muatan lokal. Kondisi lainnya terjadi bahwa dalam menetapkan muatan lokal belum
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, agar pelaksanaan muatan lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA)dapat terlaksana
dengan baik, Direktorat Pembinaan SMA menerbitkan panduan pelaksanaan muatan lokal.Panduan
ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi satuan pendidikan (TPK sekolah, kepala sekolah, dan
pendidik), pengawas sekolah, dan komite sekolah dalam menganalisis dan menetapkan muatan lokal
yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi di masing-masing satuan pendidikan.Panduan ini juga

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

dapat digunakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menyiapkan dan


menetapkan muatan lokal, untuk diimplementasikan pada satuan pendidikan di daerahnya masingmasing.

B.

Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah di ubah
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan PemerintahNomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
5. Peraturan PemerintahNomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu
Pendidikan
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum;
13. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tentang
Implementasi Kurikulum 2013;

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Tujuan

C.

Panduan pelaksanaan muatan lokal ini disusun dengan tujuan:


1. Memberikan pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal;
2. Sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam pengembangan dan
pelaksanaan muatan lokal.

Hasil yang Diharapkan

D.

Hasil yang diharapkan dari panduan ini adalah:


1. Adanya pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal;
2. Terwujudnya acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam pengembangan dan
pelaksanaan muatan lokal.

E.

Sasaran
Sasaran penggunaan panduan ini adalah:

1. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah dan daerah


2. Kepala SMA
3. Pendidik
4. Pengawas Sekolah
5. Komite sekolah
6. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota
7. Pemangku kepentingan lainnya.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

BAB II
KONSEP MUATAN LOKAL
A.

Pengertian
Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang dimaksudkan untuk membentuk
pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.Muatan lokalbermanfaat
untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:
1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang
berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; dan
3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di
daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam
rangka menunjang pembangunan nasional.
Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman
peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.

B. Pengembangandan Pengelolaan
Dalam struktur kurikulum 2013 disebutkan bahwa matapelajaran kelompok A dan C adalah
kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran kelompok B
adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.Oleh karena itu setiap daerah perlu
mengembangkan muatan lokal.
Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa muatan
lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan
keunikan lokal, muatan lokal tersebut dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan
pendidikan.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Berdasarkan ketentuan diatas maka setiap daerah dan satuan pendidikan berkewajiban
mengembangkan dan melaksanakan muatan lokal melalui pembekalan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kepada peserta didik tentang potensi daerahnya untuk dikembangkan dalam rangka
menunjang pembangunan nasional.
Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut:
1. Utuh
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan berbasis
kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
2. Kontekstual
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi, dan masalah
daerah.
3. Terpadu
Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan, termasuk terpadu
dengan dunia usaha dan industri.
4. Apresiatif
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan, lomba-lomba,
pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
5. Fleksibel
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat
fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
6. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga mengupayakan
peserta didik untuk belajar secara terus-menerus.
7. Manfaat
Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan mengembangkan budaya
lokal dalam menghadapi tantangan global.
Pengembangan muatan lokal dapat dibangun melalui dua strategi: (1) Satuan pendidikan menentukan
jenis muatan lokal berdasarkan hasil analisis potensi daerah dan potensi satuan pendidikan. (2)
Pemerintah daerah membuat kebijakan tentang muatan lokal yang diselenggarakan di daerahnya,
berdasarkan hasil analisisyang diperoleh dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan pada satuansatuan pendidikandi daerahnya.

Berikut digambarkan dua strategi pengembangan muatan lokal:


1. Dari bawah ke atas (bottom up)
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Menetapkan
Jenis Mulok

Analisis Potensi
Daerah dan Satdik

Menetapkan
Bahan Kajian

Pelaksanaan
Mulok

Gambar 1. Alur pengembangan muatan lokal dari bawah ke atas


Gambar diatas menjelaskan alurpengembangan muatan lokal yang dibangun secara bertahap dan
tumbuh

pada

satuan

pendidikan.

Hal

inimenunjukkan

bahwa

satuan

pendidikan

mempunyaikewenangan untuk menentukan sendiri jenis muatan lokal yang akan dilaksanakan sesuai
dengan hasil analisis konteks identifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendukung.
Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan kurikulum yang sesuai.
2. Dari atas ke bawah (top down)
TPK Daerah
mengidentifikasi Jenis
Mulok di Satuan
Pendidikan daerahnya

Menganalisis
Core and
Content Jenis
Mulok

Implementasi di
Satuan Pendidikan
daerahnya

Merumuskan
rekomendasi ke
Pemerintah
Daerah (Pemda)

Pemda mengeluarkan
kebijakan tentang
Jenis Mulok yang
diselenggarakan

Menentukan
Pelaksanaan
Mulok

TPK Daerah
Merumuskan Bahan
Kajian Mulok

Gambar 2. Alur pengembangan muatan lokal dari atas ke bawah

Gambar diatas menjelaskan alurpengembangan muatan lokal dimana pemerintah daerah sudah
memiliki bahan kajian muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan
oleh satuan-satuan pendidikan di daerahnya.Tim pengembang muatan lokalmengidentifikasi
danmenganalisis core and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and
content umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah merumuskan rekomendasi
kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis muatan lokal yang akan
diselenggarakan di daerahnya.
Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi
maupun kabupaten/kota.Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur, sedangkan muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah
Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Pasal 77P Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikanmengamanatkanbahwa pemerintah
daerah provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

menengah, sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi


pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar. Pengelolaan muatan lokal meliputi penyiapan,
penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal, buku teks pelajaran, dan buku panduan
guru. Satuan pendidikan mengelola: muatan lokal, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan
pelaksanaan pembelajaran.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup muatan lokal adalah:
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya
berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial
budaya.Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu
daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat
tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensidaerah yang
bersangkutan.Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:
a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan keadaan
perekonomian daerah;
c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan untuk
mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata; dan
d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2.

Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal


Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa:
a. bahasa daerah;
b. bahasa Inggris;
c. kesenian daerah;
d. keterampilan dan kerajinan daerah;
e. adat istiadat;
f.

pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar;

g. serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.

D.

Daya Dukung
Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan penting untuk
mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa hal penting yang perlu

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

diperhatikan adalah:
1. Kebijakan Muatan Lokal
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
Kebijakan diperlukan dalam hal:
a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;
b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-lain); dan
c. penentuan jenis muatan lokal pada level Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai muatan lokal
wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah yang memiliki
kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan sosial, rawan bencana, dan lain-lain.
2. Pendidik
Pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.
Pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan pendidikan
terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Jika satuan
pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, maka pemenuhannya dapat
dibantu melalui kerja sama dengan pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah perlu:
a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara khusus untuk
muatan lokal;
b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran; dan
c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik satuan
pendidikan.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Untuk mendukung pengembangan muatan lokal di sekolah, tim pengembang muatan lokal perlu
menjalin kerjasama dengan unsur-unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi,
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Instansi/Lembaga lain misalnya Dunia Usaha/Industri,
dan Dinas lain yang terkait. Peran masing-masing unsur adalah sebagai berikut:

1. Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara umum adalah


memberikan bimbingan teknis dalam:
a. mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b. mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c. mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;
d.

menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan;

e.

menentukan pelaksanaan muatan lokal;

f.

menyusun KD, dan silabus muatan lokal;

g.

menyusun buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru;

h.

memilih alternatif metode pembelajaran muatan lokal;

i.

mengembangkan RPP dan penilaian yang tepat untuk muatan lokal yang dilaksanakan.

2. Peran LPMP dan Perguruan Tinggi secara umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam:
a.

Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam


komposisi jenis muatan lokal;

b.

Menentukan lingkup materi masing-masing bahan kajian yang telah ditetapkan;

c.

Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
dan jenis bahan kajian.

3. Peran Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara umum adalah:


a.

memberi informasi mengenai potensi daerah, serta prioritas pembangunan daerah di


berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan;

b.

memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada


sektor-sektor tertentu;

c.

memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam menentukan


prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.

d.

Melakukan supervisi keterlaksanaan muatan lokal di daerahnya.

4. Peran Instansi/Lembaga lain seperti Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait secara umum
adalah:
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

a.

memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik untuk
muatan lokal tertentu;

b.

memberi masukan dan atau contoh kompetensiyang dapat diadaptasi untuk


kompetensi muatan lokal;

c.

memberi fasilitas kepada peserta didik untuk berkunjung/belajar/praktik di tempat


tersebut guna memantapkan kemampuan/keterampilan yang didapat dalam muatan lokal.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

10

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

BAB III
TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL

Berdasarkan strategi pengembangan muatan lokal yang telah dibahas pada bab II, maka setiap satuan
pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal dalam rangka menentukan dan melaksanakan muatan lokal
di satuan pendidikan masing-masing.

Sebelum menetapkan muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan agar
muatan lokal yang dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan
peserta didik terhadap pengembangan potensi di daerah tempat tinggalnya. Langkah awal penentuan
muatan lokal, meliputi (1) identifikasi dan analisis muatan lokal, (2) menentukan jenis muatan lokal, dan
(3) menentukan bahan kajian muatan lokal.
Penentuan dan pelaksanaan muatan lokaldapat digambarkan sebagai berikut:

Identifikasi & Analisis

Penentuan Mulok

Pelaksanaan Mulok

Mata Pelajaran Tersendiri


Potensi dan Kebutuhan Daerah
Dipadukan ke Mata Pelajaran Lain
Jenis Mulok
Bahan kajian Mulok
Potensi Satuan Pendidikan
Pengembangan Diri

TAHAP PENENTUAN MULOK

PELAKSANAAN MULOK

Gambar 3. Alur tahap penentuan dan pelaksanaan muatan lokal

A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal


Identifikasi dan analisis muatan lokal dilakukan melalui tahapan mengidentifikasi dan menganalisis
potensi dan kebutuhan daerah serta mengidentifikasi dan menganalisis potensi satuan pendidikan.
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

11

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

1.

Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah


Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah meliputi analisis ciri khas, potensi,
keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode identifikasi dan analisis
disesuaikan dengan kemampuan tim pengembang muatan lokal. Kegiatan identifikasi dan
analisis ini dilakukan untuk mendata dan menelaah berbagai potensi dan kebutuhan daerah.
Data dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, Dunia Usaha/Industri, dan Dinas
terkait.
a. Identifikasi dan analisis potensi daerah
Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan potensi daerah yang meliputi: (1) Sumber
Daya Alam; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Geografis; (4) Budaya; dan (5) Historis.
1) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya alam
Sumber Daya Alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan udara
yang dalam bentuk asalnya dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan. Contoh
untuk bidang: pertanian (padi, buah-buahan, ubi kayu, jagung, sayur-sayuran, dll.),
perkebunan (tebu, tembakau, kopi, karet, coklat, dll.), peternakan (unggas, sapi,
kambing, dll.), dan perikanan (ikan laut/tawar, tumbuhan laut, dll.).
2) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia dengan segenap potensi yang
dimilikinya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan agar menjadi makhluk sosial yang
adaptif (mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan perubahan sosial budaya) dan transformatif (mampu
memahami, menterjemahkan, dan mengembangkan seluruh pengalaman dan kontak
sosialnya bagi kemaslahatan diri dan lingkungannya pada masa depan), sehingga
mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya

secara seimbang dan

berkesinambungan.
Aspek SDM menjadi penentu keberhasilan dari semua aspek/potensi muatan lokal,
karena SDM sebagai sumber daya dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap
kualitas muatan lokal yang akan dikembangkan, bergantung kepada paradigma, kultur,
dan etos kerja SDM yang bersangkutan. Tidak ada realisasi dan implementasi muatan

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

12

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia sebagai aspek sentral dalam proses
pencapaiannya.

3) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi geografis


Proses pengkajian muatan lokal ditinjau dari aspek geografi perlu memperhatikan
berbagai aspek, seperti

aspek oseanologi (potensi kelautan),

antropologi (ragam

budaya/suku bangsa yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sektor


pariwisata), ekonomi (meningkatkan kehidupan/taraf hidup masyarakat setempat), dan
demografi (daerah/obyek wisata). Aspek-aspek dimaksud merupakan salah satu aspek
penentu dalam menetapkan potensi muatan lokal.
4) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi budaya
Budaya merupakan suatu sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Untuk itu,
salah satu sikap menghargai kebudayaan suatu daerah, adalah upaya

masyarakat

setempat untuk melestarikan dan menonjolkan ciri khas budaya daerah menjadi muatan
lokal. Sebagai contoh muatan lokal yang berkaitan dengan aspek budaya, antara lain
berbagai upacara keagamaan/adat istiadat (upacara Ngaben di Bali, Sekaten dan Grebeg
di Yogyakarta, dll.).
5) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi historis
Potensi historis merupakan potensi sejarah dalam wujud peninggalan benda-benda
purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika
dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi arena/wahana wisata yang bisa menjadi
aset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Untuk itu, perlu
dilakukan pelestarian terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi sentuhan baru
agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern,
sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi bagian dari muatan lokal. Misalnya,
Satuan Pendidikan di sekitar objek wisata Candi Borobudur Magelang mengembangkan
muatan lokal kepariwisataan.
b. Identifikasi dan analisis kebutuhan daerah
Pengumpulan data untuk identifikasi dan analisis kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui
wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden. Dalam melakukan wawancara atau
menyusun kuesioner, tim mengumpulkan data mengenai:
1) Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar penduduk, kerukunan antarumat
beragama, dsb.);
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

13

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

2) Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb.)


3) Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang banyak digunakan,
dsb.);
4) Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.);
5) Makanan khas daerah (gudeg Yogya, rendang Padang, gado-gado Jakarta, asinan Bogor,
dsb.);
6) Prioritas pembangunan daerah (pariwisata, pusat perbelanjaan, pengentasan kemiskinan,
dsb.);
7) Kepedulian masyarakat akan konservasi, pengembangan daerah, dsb.;
8) Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan
daerah sebagai daerah/kota (pelajar/pariwisata/perdagangan, dsb.), seperti kemampuan
berbahasa asing, keterampilan komputer;
9) Dan data lainnya yang mendukung.
Format 1 : Contoh Format Identifikasi dan Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah

No

Potensi daerah

Peluang

Tantangan/Hambat

Potensi Mulok

an

Contoh pengisian format pada lampiran 1

2.

Identifikasi dan analisis potensi satuan pendidikan


Kondisi internal satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah sangat
bervariasi. Oleh karena itu, untuk menentukan muatan lokal yang akan dilaksanakan, setiap
satuan pendidikan harus melakukan identifikasi terhadap potensi satuan pendidikan masingmasing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata dan menganalisis daya dukung yang dimiliki
satuan pendidikan yang meliputi daya dukung internal dan daya dukung eksternal. Kegiatan
yang dilaksanakan adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang
ditekankan pada kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan:
a. Lingkungan;
b. sarana dan prasarana;
c. ketersediaan sumber dana;
d. sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik);

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

14

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

e. dukungan komite sekolah dan masyarakat setempat;


f.

dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri; dan

g. kemungkinan perkembangan sekolah.

Ketersediaan daya dukung/potensi satuan pendidikan (internal) antara lain:


a. Lingkungan satuan pendidikan yang mendukung muatan lokal;
b. Sarana prasarana: ruang belajar, peralatan praktik, media pembelajaran, buku/bahan ajar
sesuai dengan muatan lokal yang diselenggarakan;
c. Ketenagaan dengan keahlian sesuai tuntutan muatan lokal; dan
d. Biaya operasional pendidikan yang diperoleh melalui berbagai sumber.
Format 2 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Satuan Pendidikan (Internal)

No

Komponen

Kekuatan

Kelemahan

Rencana Tindak
Lanjut

Contoh pengisian format pada lampiran 2


Ketersediaan daya dukung eksternal satuan pendidikan antara lain:
a. Dukungan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota berupa kebijakan, pembinaan
dan fasilitas/pembiayaan;
b. Stakeholders yang memiliki kepedulian untuk mendukung keseluruhan proses
penyelenggaraan muatan lokal, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program;
c. Nara sumber yang memiliki kemampuan/keahlian sesuai dengan materi Muatan Lokal
yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan.
Format 3 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Lingkungan Satuan Pendidikan (Eksternal)

No

Komponen

Peluang

Tantangan

Rencana Tindak
Lanjut

Contoh pengisian format pada lampiran 3


2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

15

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

B. Menentukan Jenis Muatan Lokal


Jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan
persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik), kewirausahaan, pra-vokasional
(dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).
Penjelasan empat rumpun muatan lokal adalah sebagai berikut:
1. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial, dan artifakartifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.
2. Kewirausahaan dan pravokasional adalah muatan lokal yang mencakup pendidikan yang tertuju
pada pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya.
3. Pendidikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran muatan lokal yang
bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik, mengembangkan kepedulian terhadap
lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan.
4. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pravokasional, lingkungan hidup, dan
kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup.
Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa:
1. bahasa daerah;
2. kesenian daerah;
3. adat istiadat;
4. keterampilan dan kerajinan daerah;
5. pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar;
6. bahasa Inggris (yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran bahasa inggris);
7. serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.
Format 4 : Contoh Format Penentuan Jenis Muatan Lokal

Potensi Daerah

Potensi Mulok

Daya Dukung

Jenis Mulok

Contoh pengisian format pada lampiran 4

C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal


2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

16

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang
dapat diangkat sebagai bahan kajian/pelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah dan
satuan pendidikan.

Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:


1. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2. kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3. tersedianya sarana dan prasarana;
4. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
5. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
6. kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan;
7. karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah;
8. komponen

analisis

kebutuhan

muatan

lokal

(ciri

khas,

potensi,

keunggulan,

dan

kebutuhan/tuntutan);
9. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti;
10. menyusun silabus muatan lokal.
Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan
pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik.Pembelajaran diatur agar tidak
memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional.Oleh karena itu,
pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
Bahan kajian diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar
dan sumber belajar. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan
sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan,
misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi
terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru
diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta didik yang
meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam
lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa
bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai
dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan kajian perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu:
1. bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak;
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

17

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

2. dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui;


3. dari pengalaman lama ke pengalaman baru;
4. dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit.
Selain itu, bahan kajian diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat
membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu
tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik.Namun demikian bahan
kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas X sampai
dengan kelas XII.Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka
waktu satu semester, dua semester, atau satu tahun ajaran.
Format 5 : Contoh Format Penentuan Bahan Kajian Muatan Lokal

No

Jenis Muatan Lokal

Bahan kajian Muatan Lokal

Contoh pengisian format pada lampiran 5

BAB IV
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

18

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

TAHAP PELAKSANAAN MUATAN LOKAL

Setelah menentukan bahan kajian muatan lokal, langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan
muatan lokal di satuan pendidikan.

Pelaksanaan muatan lokal memerlukan penanganan secara

profesional dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. Dengan demikian, muatan lokal dapat
mendukung pengembangan potensi peserta didik, pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta
memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing.

A.

Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal


Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan muatan lokal:
1. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang
dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.
2. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran khusus muatan
lokal.
3. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan selama tiga tahun.
4. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif, psikomotor, dan
action).
5. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.
6. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata pelajaran muatan
lokal.
7. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik satuan pendidikan.
8. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat bekerja sama
atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.

B. Pelaksanaan Muatan Lokal


Berdasarkan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan (seperti yang sudah dijelaskan pada
Bab III),maka langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan.
Pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu muatan lokal
dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata
pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.
1. Muatan lokal berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

19

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri apabila bahan kajian muatan lokal
berupa materi pembelajaran yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran
kelompok B (Seni Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Prakarya dan
Kewirausahaan).
2. Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain
Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain apabila bahan
kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada
kelompok B, maka muatan lokal tersebut berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata
pelajaran kelompok B. Namun apabila bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka
dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal.
3. Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri
Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri apabila bahan kajian muatan lokal
berupa program kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan melalui kegiatan ekstrakurukuler, maka bahan kajian tersebut dapat
diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Pada lampiran 1 Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
disebutkan bahwa pengembangan diri merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri melalui berbagai
kegiatan ekstrakurikuler.
Adapun ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran seni budaya SMA
Tingkat Kelas X-XI
a. Apresiasi dan kreasi karya seni rupa (seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni rupa, dan
pameran seni rupa)
b. Apresiasi dan kreasi karya seni musik (gubahan lagu dan musik, kritik musik, dan
pertunjukan musik)
c. Apresiasi dan kreasi karya seni tari (penciptaan tari, kritik tari, dan pertunjukan tari)
d. Apresiasi dan kreasi seni teater (rancangan karya teater, kritik teater, dan pertunjukan
teater).
Tingkat Kelas XII
a. Apresiasi dan kreasi karya seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni rupa dan pameran
seni rupa
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

20

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

b. Apresiasi dan kreasi karya seni musik (musik kreasi, kritik musik, dan pertunjukan musik)
c. Apresiasi dan kreasi karya seni tari (Kreasi tari sesuai iringan, kritik tari dan pertunjukan
tari)
d. Apresiasi dan kreasi karya seni teater (naskah teater, kritik seni teater, dan pertunjukan seni
teater).
2. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
SMA
Tingkat Kelas X-XI
a. Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket,
b. Permainan bola kecil, dan atletik: softball, bulutangkis, tenis meja,
c. Aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau permainan tradisional
sejenis
d. Menguasai aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau beladiri tradisional
sejenis
e. Menguasai rangkaian Aktivitas fisik melalui: latihan pengembangan kekuatan, daya tahan,
kelentukan, kecepatan, dan koordinasi
f.

Menguasai aktivitas fisik rangkaian : senam lantai dan senam alat

g. Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan SKJ secara
harmonis
h. Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan
penyelamatan dalam aktivitas air.
i.

Makanan dan minuman sehat, pencegahan dan penanggulangan penyakit, bahaya


penggunaan

NARKOBA

dan

psikotropika

serta

upaya

pencegahan

dan

penanggulangannya, dampak seks bebas, cara mencegah HIV dan AIDS serta cara
penanggulangannya.
Tingkat Kelas XII
a. Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basketpermainan bola kecil, softball,
bulutangkis, tenis meja,
b. aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau permainan tradisional
sejenis dengan baik dan benar
c. Menguasai gerakan aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau permainan
tradisional sejenis
d. Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik: latihan pengembangan kekuatan, daya tahan,
kelentukan, kecepatan, dan koordinasi
e. Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik : senam lantai dan senam alat dengan baik dan
benar
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

21

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

f.

Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan SKJ baik dan benar

g. Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan
penyelamatan dalam aktivitas air
h. STDS (Sexually Transmitted Disease), AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS)
i.

Peraturan perundangan berkaitan NARKOBA dan psikotropika.

3. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan SMA
Tingkat Kelas X-XI
a. Kerajinan tekstil dan limbah tekstil
b. Kerajinan dari bahan lunak dan bahan keras
c. Rekayasa alat komunikasi sederhana dan alat pengatur gerak sederhana
d. Rekayasa pembangkit listrik sederhana dan inovatif menggunakan teknologi tepat guna
e. Budidaya tanaman hias dan tanaman pangan
f.

Usaha budidaya pembenihan ikan konsumsi dan ikan hias

g. Pengawetan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pangan khas daerah dan
nusantara,
h. Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi produk non pangan pembersih dan kosmetik
i.

Nilai dan peluang wirausaha, serta aspek-aspek perencanaan usaha.

Tingkat Kelas XII


a. Kerajinan fungsi hias dan pakai dari limbah
b. Rekayasa elektronika praktis dan dengan kendali elektronika
c. Budidaya ternak unggas petelur dan pedaging
d. Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi makanan khas daerah dan produk non
pangan kesehatan.
Ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B tersebut sangat penting dalam rangka
menetapkan pelaksanaan muatan lokal berdasarkan jenis dan bahan kajian muatan lokal yang telah
ditetapkan. Berikut disajikan contoh penentuan pelaksanaan muatan lokal.
Format 6 : Contoh Format Penentuan Pelaksanaan Muatan Lokal

Jenis Mulok

Bahan Kajian

Keterkaitan dengan Ruang Lingkup

Mulok
Seni Budaya

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Materi
Penjasorke

Prak&Kw

Pelaksanaan
Mulok

22

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Contoh pengisian format pada lampiran 6

Pelaksanaan Muatan Lokal melalui Mata Pelajaran

C.

Tersendiri
Sudah dijelaskan diatas bahwa apabila bahan kajian muatan lokal berupa materi pembelajaran
tersendiri yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B, maka
muatan lokal tersebut dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Demikian juga
apabila bahan kajian pada muatan lokal sebenarnya berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup
materi pelajaran pada kelompok B, namun bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka
dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal.
Perlu diketahui bahwa mata pelajaran muatan lokal merupakan mata pelajaran yang berisi bahan
kajian muatan lokal yang memungkinkan untuk berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Alokasi waktu
yang disediakan dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran. Dalam struktur kurikulum 2013, mata
pelajaran muatan lokal masuk pada mata pelajaran kelompok B.
Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya dapat
melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu
mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat melaksanakan
muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat
meminta bantuan kepada satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa
satuan pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta
bantuan tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) di daerahnya.
Pelaksanaan muatan lokalmelalui mata pelajaran tersendiri dapat digambarkan sebagai berikut:

TAHAP PERENCANAAN

Penyusunan
Kompetensi Dasar

TAHAP PELAKSANAAN

TAHAP PENILAIAN

Kegiatan
Pendahuluan

Kegiatan Inti:
Pendekatan saintifik.
Aspek proses
Penyusunan Buku
pembelajaran:
Teks Pelajaran
&
2014,Direktorat
Pembinaan SMA-Ditjen
Pendidikan Menengah
Kognitif, Afektif,
Buku Panduan Guru
Psikomotor, dan
Action

Penilaian Autentik

Penyusunan Silabus

Kegiatan Penutup

Mengutamakan:
Unjuk kerja
Produk
23
Portofolio

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Penyusunan RPP

Gambar 4. Alurpelaksanaan muatan lokalmelalui mata pelajaran tersendiri


Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri:

1. Perencanaan
Perencanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal meliputi penyusunan KD,
penyusunan silabus, penyusunan buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru, serta
penyusunan RPP.
a. Menyusun Kompetensi Dasar
Seperti mata pelajaran lainnya, muatan lokal yang berdiri sebagai mata pelajaran harus
memiliki dokumen lengkap yang meliputi KI, KD, silabus, buku teks pelajaran, buku
panduan guru, dan RPP. Semua dokumen ini harus disiapkan oleh satuan pendidikan.
Penyusunan KD adalah langkah awal agar muatan lokal dapat dilaksanakan melalui mata
pelajaran. Penyusunan KD dapat dilakukan bersama instansi lain, misalnya TPK
Provinsi/Kabupaten/Kota, LPMP, Dunia Usaha/Industri, atau Dinas/Instansi terkait.Sebagai
contoh, jika SMA menentukan jenis muatan lokal yang berkaitan dengan:
1) kewirausahaaan atau kepariwisataan, maka dapat bekerjasama dengan Dinas
perdagangan, Perguruan Tinggi Pariwisata, atau Dinas pariwisata;
2) keterampilan atau kerajinan, maka dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Seni
Kriya/Kerajinan, PLS/kursus-kursus, atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
3) budi daya tanaman, maka dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Perguruan
tinggi Pertanian;dll.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

24

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan


berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia,
dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut
ditetapkan kompetensi yang bersifat generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan
dalam mengembangkan kompetensi yang bersifat spesifik dan ruang lingkup materi untuk
setiap muatan kurikulum.Selanjutnya, kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan
untuk menentukan kompetensi dasar pada pengembangan kurikulum satuan dan jenjang
pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas maka dalam mengembangkan kompetensi dasar pada mata
pelajaran muatan lokal harus memperhatikan tingkat kompetensi. Adapun tingkat
kompetensi kelas X, XI, dan XII SMA adalah sebagai berikut:
1) Tingkat kompetensi kelas X dan XI SMA
Kompetensi
Sikap Spiritual

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

Deskripsi Kompetensi

Sikap Sosial

dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

Pengetahuan

pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya

Keterampilan

untuk memecahkan masalah


4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

25

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara


efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan
2) Tingkat kompetensi kelas XII SMA
Kompetensi
Sikap Spiritual

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

Deskripsi Kompetensi

Sikap Sosial

dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

Pengetahuan

pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya

Keterampilan

untuk memecahkan masalah


4.Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

Penyusunan kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal harus memperhatikan dan
menyesuaikan tingkat kompetensi yang telah ditetapkan diatas.
Pengembangan kompetensi dasar pada mata pelajaran muatan lokal dirumuskan untuk
mencapai

kompetensi

inti.Rumusan

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

kompetensi

dasar

dikembangkan

26

dengan

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
matapelajaran muatan lokal.
Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan
kompetensi inti sebagai berikut:
1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan
KI-1;
2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI2;
3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI3;
4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI4.
Dengan menggunakan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan, tim pengembang
melakukan pemetaan bahan kajian muatan lokal tersebut berdasarkan tingkat kompetensi
dan kompetensi inti yang sesuai. Berikut ini merupakan format dalam mengembangkan
kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal.
Format 7 : Contoh Format Penentuan Kompetensi Dasar

No

Jenis Mulok

Bahan Kajian

Kompetensi Dasar

Contoh pengisian format pada lampiran 7


Format 8 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas X
KOMPETENSI INTI

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

KOMPETENSI DASAR
............................................................

agama yang dianutnya


2. Menghayati dan mengamalkan perilaku

............................................................

jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli


(gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

27

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

dan menunjukkan sikap sebagai bagian


dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami,menerapkan, menganalisis

............................................................

pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam

............................................................

ranah konkret dan ranah abstrak terkait


dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Contoh pengisian format pada lampiran 8
Format 9 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XI

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI DASAR
............................................................

agama yang dianutnya


2. Menghayati dan mengamalkan perilaku

............................................................

jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli


(gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

28

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

dari solusi atas berbagai permasalahan


dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan

............................................................

menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam

............................................................

ranah konkret dan ranah abstrak terkait


dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Contoh pengisian format pada lampiran 9
Format 10 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XII

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI DASAR
............................................................

agama yang dianutnya


2. Menghayati dan mengamalkan perilaku

............................................................

jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli


(gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

29

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

dan menunjukkan sikap sebagai bagian


dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis

............................................................

dan mengevaluasi pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan

............................................................

mencipta dalam ranah konkret dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan
kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

b. Menyusun Silabus
Penyusunan silabus mata pelajaran muatan lokal pada dasarnya sama dengan penyusunan
silabus pada mata pelajaran lainnya, namun pada proses pembelajaran muatan lokal
mencakup empat aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor, dan action.
Silabus mata pelajaran muatan lokal paling sedikit memuat:
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

30

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

1) Identitas mata pelajaran;


2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3) Kompetensi inti;
4) kompetensi dasar;
5) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
6) pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan, proses pembelajaran muatan lokal mencakup
empat aspek (kognitif, afektif, psikomotor, danaction);
7) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, penilaian pada pembelajaran
muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio;
8) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk
satu semester atau satu tahun, alokasi waktu mata pelajaran muatan lokal sebanyak 2
jam/minggu; dan
9) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau
sumber belajar lain yang relevan.

Format 11 : Contoh Format Silabus


Satuan Pendidikan

: SMA

Mata Pelajaran

:.

Kelas

:X

Kompetensi Inti

1.
2.
3.
4.

Kompetensi

Materi

Dasar

Pokok

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Pembelajaran

Penilaian

Alokasi

Sumber

Waktu

Belajar

31

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

c. Menyusun Buku Teks Pelajaran Muatan Lokal dan Buku Panduan Guru
Dengan lahirnya kurikulum 2013 yang diikuti dengan perubahan yang mendasar pada
SKL, SI, standar proses, dan standar penilaian sehingga dibutuhkan suatu buku panduan
yang mengantar satuan pendidikan dan guru untuk dapat melaksanakan kurikulum 2013
dengan baik. Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah
yang memuat pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, budi
pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan.
Buku Teks Pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi
Dasar dan Kompetensi Inti (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 23).Buku Panduan Guru adalah pedoman yang memuat
strategi Pembelajaran, metode Pembelajaran, teknik Pembelajaran, dan penilaian untuk
setiap mata pelajaran dan/atau tema Pembelajaran(Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 22).
Buku teks pelajaran muatan lokal pada pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakanpakainya terlebih dahulu oleh Dinas Pendidikan Provinsi berdasarkan standar nasional
pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau peserta didik sebagai sumber belajar
di satuan pendidikan.Kelayakan pakai buku teks muatan lokal ditetapkan oleh Gubernur.
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 pasal 4 Ayat 3 dan 4).
Berdasarkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri tersebut maka mata pelajaran
muatan lokal sebaiknya didukung oleh buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan
guru. Buku teks pelajarandan buku panduan guru tersebut disusun oleh guru mata pelajaran
muatan lokal bersama dengan Tim Pengembang Kurikulum, dan dapat meminta bantuan
dari Perguruan Tinggi, LPMP, dan lembaga terkait lainnya.Buku teks pelajaran muatan
lokal dan buku panduan guru tersebut dinilai kelayakan pakainya oleh Dinas Pendidikan
Provinsi setempat.
Kriteria standar buku teks pelajaran muatan lokaldan buku panduan guru adalah sebagai
berikut:
1) Kelayakan isi/materi:
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

32

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

a) Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir;


b) Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias;
c) Kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat kemenarikan sesuai
dengan minat dan pengetahuan siswa;
d) Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya;
e) Ilustrasi harus sesuai dengan teks;
f) Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat, dan sederhana;
g) Perincian materi harus sesuai dengan kurikulum;
h) Perincian materi harus memperhatikan keseimbangan dalam penyebaran materi,
baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan
masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun
pemahaman.
2) Kelayakan penyajian
Kelayakan penyajian berkenaan dengan: tujuan pembelajaran, keteraturan urutan
dalam penguraian, kemenarikan minat dan perhatian peserta didik, kemudahan
dipahami, keaktifan peserta didik, hubungan bahan, serta latihan dan soal.
3) Kelayakan bahasa
Aspek bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian bahan, seperti kosakata,
kalimat, paragraph, dan wacana.Sedangkan aspek keterbacaan berkaitan dengan
tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) bagi kelompok
atau tingkatan peserta didik.
4) Kelayakan kegrafikan
Yang berkaitan dengan aspek grafika adalah kemenarikan, yaitu berhubungan dengan
minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan RPP pada mata pelajaran muatan lokal sama dengan penyusunan RPP pada
mata pelajaran lainnya. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan
indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6)
media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7)
penilaian.
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

33

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah dibuat.
Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait
dengan materi yang akan dipelajari;
3) mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan
dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau
KD yang akan dicapai; dan
4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan matapelajaran muatan lokal, yang meliputi proses observasi,
menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran
muatan lokal mencakup empat aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor, danaction.
Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu
penguasaan kurikulum nasional.Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan
dari penugasan pekerjaan rumah.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap
seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang
lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin
relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan,
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

34

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

perpustakaan, museum, dan sebagainya.Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahu


dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan
balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.

3. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian pada mata pelajaran muatan lokal:
a. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan peserta didik.
c. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi ketuntasan.
d. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran.

D.

Pelaksanaan Muatan Lokal Dipadukan ke Dalam


Mata Pelajaran Lain
Seperti yang sudah dijelaskan pada tahap penentuan pelaksanaan muatan lokal bahwa apabila bahan
kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pada pelajaran

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

35

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

kelompok B, maka bahan kajian tersebut dapat dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B
tersebut.
Adapun mata pelajaran kelompok B terdiri dari:
1. mata pelajaran seni budaya;
2. mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan; dan
3. mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan.
Pelaksanaan muatan lokaldipadukan ke dalam mata pelajaran lain dapat digambarkan sebagai berikut:

TAHAP PERENCANAAN

TAHAP PELAKSANAAN

TAHAP PENILAIAN

Pemetaan Kompetensi
Dasar
Kegiatan
Pendahuluan

Pengembangan
Kompetensi Dasar
Pengembangan
Silabus
Pengembangan RPP
Pengembangan Bahan
Ajar

Kegiatan Inti:
Pendekatan saintifik.
Aspek proses
pembelajaran:
Kognitif, Afektif,
Psikomotor, dan
Action
Kegiatan Penutup

Penilaian Autentik
Mengutamakan:
Unjuk kerja
Produk
Portofolio

Gambar 5. Alurpelaksanaan muatan lokaldipadukan ke dalam mata pelajaran lain

Pelaksanaan muatan lokal yang dipadukan pada mata pelajaran kelompok B, dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan berikut ini:

1. Perencanaan
Perencanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran lain,
meliputi pemetaan KD mata pelajaran kelompok B dengan bahan kajian muatan lokal,
pengembangan silabus, mengembangan RPP, dan pengembangan bahan ajar.

a) Pemetaan Kompetensi Dasar


Pemetaan KD dilaksanakan melalui pemetaan KD pada mata pelajaran kelompok B dengan
bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan.
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

36

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Pemetaan tersebut digunakan untuk menentukan pengembangan KD pada mata pelajaran


kelompok B.Berikut ini merupakan contoh format pemetaan KD mata pelajaran kelompok
B dengan bahan kajian muatan lokal.

Format 12 : Contoh Format pemetaan KD Mata Pelajaran Kelompok B dengan Bahan


kajian Mulok
KD Mapel Kel. B

Bahan Kajian Mulok

Pengembangan KD Mapel Kel. B

Contoh pengisian format pada lampiran 10


Hasil pengembangan KD pada mata pelajaran kelompok B tersebut digunakan sebagai
dasar pengembangan silabus, RPP, dan bahan ajar.

b) Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok
Bmengacu pada silabus mata pelajaran kelompok B kemudian dipadukan dengan KD hasil
pemetaan. Sistematika penulisannya sama dengan penyusunan silabus pada mata pelajaran
muatan lokal, yaitu paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran;
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti;
d. kompetensi dasar, dikembangkan berdasarkan hasil pemetaan;
e. materi pokok;
f.

pembelajaran;

g. penilaian;
h. alokasi waktu; dan
i.

Sumber belajar.

c) Pengembangan RPP
Pengembangan RPP muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok
Bsama dengan pengembangan RPP pada mata pelajaran muatan lokal.
d) Penyusunan Bahan Ajar
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

37

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Bahan ajar muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B disusun
berdasarkan RPP yang telah dikembangkan. Bahan ajar tersebut dapat berupa bahan ajar
cetak dan atau bahan ajar berbasis TIK. Bahan ajar cetak maupun non cetak memuat
beberapa komponen-komponen sebagai berikut: judul, petunjuk belajar, KI-KD, informasi
pendukung, latihan, tugas/langkah kerja dan penilaian.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran
kelompok B sama dengan pelaksanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal,
yaitu meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pelaksanaan proses
pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek: kognitif, afektif, psikomotor, dan action.
3. Penilaian
Penilaian muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajarankelompok Bsama dengan
penilaian yang dilakukan pada mata pelajaran muatan lokal. Penilaian pembelajaran muatan
lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.

E. Pelaksanaan Muatan Lokal Melalui Pengembangan Diri


Seperti yang telah dijelaskan pada rambu-rambu penentuan pelaksanaan muatan lokal bahwa apabila
bahan kajian muatan lokal berupa program kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengekspresikan diri melalui berbagai kegiatan ekstrakurukuler, maka bahan kajian
tersebut dapat diimplementasikan melalui pengembangan diri pada program ekstrakurikuler.
Format 13 : Contoh Format Penentuan Muatan Lokal melalui Program Ekstrakurikuler
No

Jenis Mulok

Bahan Kajian

Program Ekstrakurikuler

Contoh pengisian format pada lampiran 11


Program ekstrakurikuler tersebut digunakan oleh pembina ekstrakurikuler untuk menyusun program,
melaksanakan, dan menilai.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

38

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Pelaksanaan muatan lokal melalui program ekstrakurikuler dapat digambarkan sebagai berikut:

TAHAP PERENCANAAN

TAHAP PELAKSANAAN

Pelaksanaan Ektrakurikuler:
- Ekstrakurikuler
Pilihan
- Diluar jam belajar
Bahan Kajian Muatan Lokal
kurikulum Standar
- Dilakukan tiap hari
atau waktu tertentu
Program Kegiatan Ekstrakurikuler
(Blok Waktu)

TAHAP PENILAIAN

Jenis Muatan Lokal

Penilaian Kualitatif

Gambar 6. Alur pelaksanaan muatan lokal melalui program ekstrakurikuler


Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan muatan lokal melaluiprogram ekstrakurikuler:
1. Perencanaan
Kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan menjadi ekstrakurikuler wajib
dan ekstrakurikuler pilihan, kepramukaan ditetapkan sebagai ekstrakurikuler wajib.Muatan
lokal yang dilaksanakan melalui pengembangan diri dilaksanakan melalui ekstrakurikuler
pilihan.Kegiatan ekstrakurikuler ini dapat berbentukkrida, karya ilmiah, latihan/olah
bakat/prestasi, dan jenis lainnya yang kegiatannya dikembangkan atau berkenaan denganbahan
kajian muatan lokal, misalnya klub penghijauan, bentuk-bentuk seni tradisi, pencak silat, batik,
penelitian, dll.
2. Pelaksanaan
Penjadwalan waktu kegiatan ekstrakurikuler sudah harus dirancang pada awal tahun atau
semester dan di bawah bimbingan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum
dan peserta didik.Jadwal waktu kegiatan ekstrakurikuler diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menghambat pelaksanaan kegiatan kurikuler atau dapat menyebabkan gangguan bagi peserta
didik dalam mengikuti kegiatan kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam
pelajaran kurikuler yang terencana setiap hari. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan setiap
hari atau waktu tertentu (blok waktu).
3. Penilaian
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

39

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Penilaian perlu diberikan terhadap kinerja peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kriteria
keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Penilaian dilakukan secara kualitatif dan dinyatakan dalam buku rapor.Penilaian
didasarkan atas keikutsertaan dan prestasi peserta didik dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler
yang diikuti.Hanya nilai memuaskan atau di atasnya yang dicantumkan dalam buku rapor.
Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada peserta didik yang
memiliki

prestasi

sangat

memuaskan

atau

cemerlang

dalam

kegiatan

ekstrakurikuler.Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan kegiatan dalam satu kurun


waktu akademik tertentu; misalnya pada setiap akhir semester, akhir tahun, atau pada waktu
peserta didik telah menyelesaikan seluruh program pembelajarannya.Penghargaan tersebut
memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai prestasi seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan
memberikan penghargaan terhadap prestasi baik akan menjadi bagian dari diri peserta didik
setelah mereka menyelesaikan pendidikannya.
Pelaksanaan muatan lokal melalui program ekstrakurikuler harus memperhatikan prinsip-prinsip
kegiatan ekstrakurukuler. Adapun prinsip kegiatan ekstrakurikuler adalah:
1. Bersifat individual, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan potensi,
bakat, dan minat peserta didik masing-masing.
2. Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan minat dan
diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
3. Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik
secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing.
4. Menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang
menggembirakan bagi peserta didik.
5. Membangun etos kerja, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan
dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan
giat.
6. Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan
dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

40

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

BAB V
PENUTUP

Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman
peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.
Dalam mendukung pengembangan muatan lokal, satuan pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan
unsur-unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi, dan instansi/lembaga lain misalnya dunia
usaha/industri, dan Dinas lain yang terkait.
Sebelum menyusun muatan lokal, perlu melakukan serangkaian kegiatan agar muatan lokal yang
dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan daerah. Langkah awal penyusunan muatan lokal, meliputi (1)
identifikasi dan analisis muatan lokal, (2) menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan, dan
(3) menentukan bahan kajian muatan lokal.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

41

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu muatan lokal
dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata
pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.
Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri apabila bahan kajian muatan lokal berupa
materi pembelajaran tersendiri yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran
kelompok B (Seni Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Prakarya dan Kewirausahaan).
Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain apabila bahan kajian
muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada kelompok B, maka
muatan lokal tersebut berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B. Namun
apabila bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran
muatan lokal.
Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri apabila bahan kajian muatan lokal berupa program
kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan melalui kegiatan
ekstrakurukuler, maka bahan kajian tersebut dapat diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya dapat
melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu mengembangkan
kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat melaksanakan muatan lokal
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan
kepada satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan pendidikan dalam
satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta bantuan tim pengembang kurikulum
daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di provinsinya.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

42

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan, Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Jakarta,
2013.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

43

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian,
Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA,
Jakarta, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum 2013, Jakarta, 2013.
Naskah Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2008 tentang Pengembangan Program Muatan Lokal,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.
Naskah Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2012 tentang Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.

Lampiran 1 : Contoh Identifikasi dan Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah

No
1.

Potensi

Peluang

Tantangan/Hambatan

daerah
Sumber Daya Lahan perkebunan luas Hasil perkebunan belum Peningkatan
Alam

dan subur

dimanfaatkan secara

Hasil perkebunan

optimal

melimpah

Taman belum

Potensi untuk taman

dimanfaatkan sebagai
obyek wisata

wisata alam
Dst.

2.

Potensi Mulok

Sumber Daya Masyarakat bersifat


Manusia

Dst.
Kurangnya motivator dan

pemanfaatan lahan
perkebunan
Pemasaran hasil
perkebunan
Kewirausahaan
Promosi pariwisata
Pemandu wisata

Peningkatan

terbuka dan mau

inovator yang terampil

kompetensi peserta

menerima inovasi di

di bidang ilmu

didik sebagai

bidang ilmu

pengetahuan, teknologi,

motivator dan

pengetahuan,
teknologi, dan seni

dan seni
Dst.

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

inovator di bidang
44

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Dst.

3.

Lokasi
Geografis

ilmu pengetahuan,
Sekolah belum menjalin

teknologi, dan seni


Pemanfaatan

jauh dari

kemitraan dengan

kerjasama dengan

perkantoran

pemda, perguruan tinggi

instansi terkait

pemerintah daerah,

dan instansi terkait

dalam

Lokasi sekolah tidak

pusat perbelanjaan

4.

Budaya

lainnya
dan perguruan tinggi Dst.
Dst.

pengembangan

Terdapat berbagai

Pelestarian,

Kesenian daerah belum

kesenian khas daerah


Dst.

5.

Historis

Terdapat berbagai
sejarah
Dst.

berkembang, karena

pengembangan dan

kurang kurang diminati

promosi kesenian

oleh masyarakat
Dst.
Peninggalan sejarah

macam peninggalan

mulok

belum banyak dikenal

daerah
Promosi pariwisata,
Pemandu wisata.

masyarakat
Dst.

Lampiran 2 : Contoh Analisis Daya Dukung Satuan Pendidikan (Internal)

No
1.

Komponen

Kekuatan

Peserta Didik Kehadiran dan motivasi


belajar tinggi
Mau menerima inovasi di
bidang ilmu
pengetahuan, teknologi,
dan seni
Minat dan bakat di bidang
bhs Inggris dan

2.

Pendidik

Kelemahan
Kondisi ekonomi
keluarga pada
umumnya rendah
Lulusan yang
melanjutkan ke
perguruan
tinggisangat kecil
Dst.

wirausaha cukup tinggi


Dst.
Semua pendidik
Kompetensi pendidik

Rencana Tindak
Lanjut
Membekali dan
mengembangkan
potensi peserta didik
melalui muatan lokal
kewirausahaan,
pariwisata, dan
kesenian

Mendayagunakan

berkualifikasi S-1,
Mengajar sesuai latar

dibidang wirausaha,

pendidik yang

pariwisata, dan

belakang pendidikan
Ada pendidik yang

memiliki potensi

kesenian belum

sesuai muatan lokal

termanfaatkan secara

yang akan

memiliki keterampilan
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

45

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

wirausaha dan
pariwisata
Ada pendidik yang

optimal
Dst.

dikembangkan di
sekolah

menguasai seni

3.

Sarana
Prasarana

tradisional
Dst.
Kondisi dan kelengkapan Kelengkapan sarana

Memanfaatkan ruang

ruang laboratorium,

dan prasarana

laboratorium, studio

studio seni, dan lahan

sekolah belum

seni, dan lahan

dimanfaatkan secara

sekolah untuk

sekolah cukup memadai


Dst.

optimal
Dst.

pengembangan
muatan lokal

Lampiran 3 : Contoh Analisis Daya Dukung Lingkungan Satuan Pendidikan (Eksternal)

No
1.

Komponen
Komite
sekolah

Peluang
Komite sekolah

Tantangan
Nara sumber dari
unsur Komite

Komite Sekolah yang

sebagai nara sumber

Sekolah belum

berpotensi sebagai

dalam pengembangan

dimanfaatkan secara

nara sumber dalam

optimal
Dst.

membantu sekolah

pemenuhan sarana dan

diperlukan untuk

prasarana muatan

pengembangan

Usaha/Dunia
Industri
(DU/DI)

sekitar sekolah cukup


banyak
DU/DI memiliki potensi
mendukung sekolah di

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

muatan lokal
pengadaan/

sarpras yang

muatan lokal
Dst.
Keberadaan DU/DI di

mengembangkan
Mengajukan rencana

dalam pemenuhan

Dunia

Mengundang unsur

memiliki potensi

muatan lokal
Komite punya potensi

2.

Rencana Tindak
Lanjut

lokal kepada komite


sekolah
Kepedulian DU/DI

Mengadakan

untuk mendukung

kerjasama dengan

program-program

DU/DI untuk

sekolah masih

pengembangan

rendah

muatan lokal
46

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

bidang kewirausahaan Dst.


Dst.

3.

Dunia
Pendidikan

Dekat dengan SMK dan Belum ada kerjasama


Perguruan Tinggi

Menjalin kerjasama

dengan SMK dan

dengan SMK dan

Perguruan Tinggi

Dst.
kajian dan kompetensi

Perguruan Tinggi

dasar di bidang

muatan lokal

yang memiliki bahan

kewirausahaan
Dst.

dalam pengembangan
kewirausahaan

Lampiran 4 : Contoh Penentuan Jenis Muatan Lokal

Potensi Daerah

Potensi Mulok

Lahan perkebunan luas Wirausaha


dan subur

Kondisi dan kelengkapan


laboratorium, studio seni dan

Agrobisnis

Hasil perkebunan

Pengolahan hasil

melimpah

perkebunan

Potensi untuk taman


wisata alam
Terdapat berbagai
peninggalan sejarah
Kesenian khas daerah

Daya Dukung

Pemasaran hasil
perkebunan

lahan sekolah cukup memadai


Peserta didik memiliki bakat dan

Kewirausahaan
Pariwisata
Kesenian Daerah

minat di bidang bhs. Inggris


dan wirausaha
Memiliki pendidik yang

Pariwisata

kompeten dibidang

Kesenian daerah
Dst.

Jenis Mulok

kewirausahaan dan pariwisata


Peluang menjalin kerjasama
dengan DU/DI, dunia

Dst.

pendidikan (SMK dan PT), dan


instansi terkait
Dst.

Lampiran 5 : Contoh Penentuan Bahan Kajian Muatan Lokal

No
1.

Jenis Muatan Lokal


Kewirausahaan

Bahan kajian Muatan Lokal

Sikap dan perilaku wirausaha

Menerapkan jiwa kewirausahaan

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

47

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

2.

3.

Pariwisata

Kesenian Daerah

Merencanakan usaha kecil/mikro

Mengelola usaha kecil/mikro

Dst.
Industri pariwisata

Pemandu wisata

Promosi pariwisata
Kesenian kethoprak

Tari tradisional angguk

Lampiran 6 : Format Penentuan Pelaksanaan Muatan Lokal

Jenis
Mulok

Bahan Kajian
Mulok

Keterkaitan dg Ruang Lingkup


Materi
Seni Bdy
Penjas
Prak&Kw
u
V

Kewira

Sikap dan perilaku

usahaan

wirausaha
Menerapkan jiwa

kewirausahaan
Merencanaan

usaha kecil/mikro
Mengelola usaha

Pariwisat

kecil/mikro
Industri Pariwisata

Pelaksanaan Mulok

Dipadukan pada
Matapelajaran
Prakarya dan
Kewirausahaan.

Mata

pelajaran

muatan
Promosi Pariwisata

lokal

(Pariwisata)

Pemandu Wisata
Kesenian

Kesenian

Daerah

Kethoprak

Ekstrakurikuler

Tari Tradisional
Angguk
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

48

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Lampiran 7 : Contoh Penentuan Kompetensi Dasar

No
1.

Jenis Mulok
Pariwisata

Bahan Kajian
Industri pariwisata

Kompetensi Dasar

Jenis dan ciri produk serta objek wisata

Jenis dan ruang lingkup karir pada industri


pariwisata

Pemandu wisata

Promosi wisata

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Usaha-usaha jasa wisata

Usaha-usaha sarana usaha

Dampak dan kondisi industri pariwisata

Modal dasar pengembangan industri pariwisata


Profesi pramuwisata

Tugas dan jenis-jenis pramuwisata

Pemimpin rombongan wisata

Teknik pemanduan wisata


Ruang lingkup promosi wisata

Pemanfaatan TIK dalam bidang promosi wisata

Fungsi Bahasa Inggris dalam bidang pariwisata

49

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

Lampiran 8 : Contoh penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal (Pariwisata) kelas X


KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran


agama yang dianutnya

1.1 Menghayati karuniaTuhan Yang MahaEsa,


melaluipemahaman selukbelukpariwisata dan
mampu menjaga, melestarikan keutuhan jiwa
raga manusia sebagai tindakan pengamalan
menurut agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku


jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.

2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan


rasa ingin tahu dalam menemukan dan
memahami berbagai aspek terkait dengan
pariwisata
2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (jujur ,
disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramahlingkungan, gotongroyong) dalam
melakukan pengamatan kondisi
kepariwisataan sebagai bagian dari sikap
ilmiah
2.3 Menunjukan perilaku cinta damai dan
toleransi dalam membangun kerjasama
sebagai wujud tanggungjawab dalam
implementasi sikap kerja untuk melestarikan
pariwisata

3. Memahami,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa

3.1Mendeskripsikan jenis dan ciri produk serta


objek wisata
3.2Mendeskripsikan jenis dan ruang lingkup

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

50

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,


teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan

karir pada industri pariwisata


3.3Menjelaskan usaha-usaha jasa wisata
3.4Menjelaskan usaha-usaha sarana usaha
3.5Mendeskripsikan dampak dan kondisi industri
pariwisata
3.6Mendeskripsikan modal dasar pengembangan
industri pariwisata

4.1Mengevaluasi berbagai objek wisata yang


ada di Indonesia
4.2 Mengevaluasi jenis dan ruang lingkup karir
pada industri pariwisata berdasarkan daerah
pengembangan wisata
4.3 Membedakan karakteristik berbagai usaha
jasa usaha wisata
4.4 Membedakan karakteristik berbagai usaha
sarana wisata
4.5 Menganalisis dampak negatif dan positif
industri pariwisata di suatu daerah
4.6Mengevaluasi potensi suatu wilayah untuk
pengembangan industri pariwisata

Lampiran 9 : Contoh penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal (Pariwisata) kelas XI


KOMPETENSI INTI

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran


agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku


jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

KOMPETENSI DASAR
1.1. Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur
dan keyakinan terhadap kebesaran Sang
Pencipta karena menyadari keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya diatur oleh
Sang Pencipta
1.2. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan
alam semesta dan semua unsur di dalamnya
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun,
hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis,
kreatif, inovatif dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan diskusi
dan praktek perencanaan dan pengelolaan
perjalanan wisata
2.2. Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

51

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

implementasi melaksanakan praktek


perencanaan dan pengelolaan perjalanan wisata
dan melaporkan hasil praktek perencanaan dan
pengelolaan perjalanan wisata

cerminan bangsa dalam pergaulan


dunia

3. Memahami, menerapkan, dan


menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah

3.1. Memuktahirkan informasi umum bagi


pramuwisata
3.2. Menjelaskan tugas pramuwisata
3.3. Mendeskripsikan tugas memimpin rombongan
3.4. Menyusun komentar pemanduan city tour

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif,
serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan

4.1. Mempresentasikan informasi umum bagi


pramuwisata
4.2. Mempraktekan tugas pramuwisata
4.3. Mempraktekkan tugas memimpin rombongan
4.4. Melakukan komentar pemanduan city tour

Lampiran 10 : Contoh pemetaan KD Mapel Kel. B (Prakarya dan Kewirausahaan) dengan Bahan kajian
Mulok (Kewirausahaan).
KD Prakarya dan
Kewirausahaan

3.8 Menganalisis sikap

Kela
s

dan perilaku wirausaha

Bahan Kajian Mulok

Menerapkan jiwa
kewirausahaan

Pengembangan KD Mulok

3.9 Menerapkan jiwa


kewirausahaan pada

kerajinan limbah tekstil

produksi kerajinan limbah

yang dapat mendukung

tekstil

keberhasilan dalam
menjalankan sebuah
usaha
4.8 Menyajikan hasil
analisa sikap dan

Merencanaan usaha
kecil/mikro

perilaku wirausaha
2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

4.9 Merencanakan usaha


kecil/mikro produk
rekayasa alat pengatur
52

Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal

produk rekayasa alat

gerak sederhana dengan

pengatur gerak

sumber arus listrik

sederhana dengan
sumber arus listrik
dst.

Lampiran 11 : Contoh penentuan program ekstrakurikuler


No
1.

Jenis Mulok
Kesenian daerah

Bahan Kajian
Klup kethoprak

Program Ekstrakurikuler
Apresiasi, kreasi, dan pementasan

Tari tradisional angguk

Apresiasi, kreasi, dan pementasan

2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

53

Anda mungkin juga menyukai