OLEH :
KELOMPOK IV :
1. EMILIUS DAY LENA
2. HANGRY B. NAWAMATARA
3. RUT NOMLENI
NIM : (01.11.00486)
NIM : (01.11.00489)
NIM : (01.11.00514)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga tak lupa ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan
makalah ini karena kami merasa bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat penekan sistem
saraf pusat?
3. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat analgesik
narkotik dan analgesik nonnarkotik?
4. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat antikonvulsi?
5. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat anti psikotik,
anti ansietas, dan anti depresi?
6. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat susunan saraf
otonom?
7. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat adrenergik dan
penghambat adrenergik?
8. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat kolinergik dan
antikolinergik?
9. Bagaimana jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat untuk kelainan
neuromuskular : parkinsonisme, miastenia gravis, spasme otot?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat
neurologik dan neuromuskular terhadap tubuh.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui
jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat
perangsang sistem saraf pusat.
2. Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat penekan
sistem saraf pusat.
3. Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat analgesik
narkotik dan analgesik nonnarkotik
4. Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat
antikonvulsi.
5. Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat anti
psikotik, anti ansietas, dan anti depresi.
6. Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat susunan
saraf otonom.
7. Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat adrenergik
dan penghambat adrenergik.
8. Mengetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat kolinergik
dan antikolinergik.
9. Megetahui jenis-jenis, mekanisme kerja dan efek samping dari obat-obat untuk
kelainan neuromuskular : parkinsonisme, miastenia gravis, spasme otot.
BAB II
PEMBAHASAN
Saraf Pusat dan pernapasan, dilatasi pupil, peningkatan aktivitas motorik dan
kewaspadaan mental, mengurangi keletihan, dan meningkatkan semangat.
1. Amfetamin dan obat-obat seperti amfetamin
a. Amfetamin
Mekanisme Kerja
Amfetamin adalah simpatomimetik amina yang merangsang sistem saraf
pusat,
mungkin
dengan
meningkatkan
kerja
sinap
melepaskan
DOSIS
sulfat D: 5-20 mg, q.d sampai t.i.d
(benzedrine)
narkolepsi,
gangguan
penurun
A > 6 th: 2,5-5 mg, sehari untuk perhatian (GPP). Dosis harus minimal
GPP; naikkan dosis jika perlu.
Dekstroamfetamin
sulfat (dexedrine)
Metamfetamin
hidroklorida (desoxyn)
sampai
gejala-gejala
berkurang.
Pemolin (cylert)
buruk
pada
SSP,
DOSIS
santin)
Kafein (tablet)
Bayi dan A: 5-10 mg/kg Diapakai untuk bayi baru lahir dengan apnea
pada
hari
Teofilin
pertama;
kemudian
2 untuk
merangsang
pernapasan.
Diberikan
Tirend)
Kopi
Perangsang pernapasan
Doxapram (dopram)
penyakitk
pernapasan
obstruktif
menahun
Kerja cepat
DOSIS
S: 250 mg, t.i.d
H: 0,5-1 g/jam
Paraldehida (paral)
iritasi lambung
5-10 ml, dalam sari Dikeluarkan melalui paru-paru. Kini jarang dipakai;
buah-buahan
susu.
Barbiturat
*Masa Kerja Singkat
Pentobarbital (nembutal)
Sekobarbital(seconal)
mg/m2
dalam
dosis terbagi 3
H:50-100mg,h.s
Hipnotik Benzodiazepin
Flurazepam (dalmane)
H:15-30 mg, h.s
Temazepam (restoril)
Triazolam (halcion)
Lorazepam (ativan)
dan
insomnia.
Dapat
Metiprilon (noludar)
Sedatif
Hipnotik
Lainnya
Etklorvinol (placidyl)
pemakaian;
penyakit
ginjal/hati,
dan
penyalahgunaan obat.
EFEK SAMPING
Hangover
REM rebound
seringkali terjadi setelah memakai hipnotik dalam jangka waktu lama dan
kemudian tiba-tiba berhenti. Tetapi, ini juga dapat terjadi setelah hanya memakai 1
dosis hipnotik.
Ketergantungan adalah akibat dari penggunaan hipnotik yang kronis. Dapat timbul
Ketergantungan
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik tampak pada gejalagejala putus obat yang khas jika obat dihentikan setelah pemakaian jangka
panjang.
Timbul ketika diperlukan dosis yang lebih tinggi dari waktu ke waktu untuk
Toleransi
Depresi
berlebihan
Depresi pernapasan
Reaksi
psikologis.
Sedatif-hipnotik dosis tinggi dapat menekan pusat pernapasan pada medulla.
Ruam kulit dan urtikaria dapat timbul pada pemakaian barbiturat. Reaksi seperti
hipersensitifitas
2. Anestetik
Diklasifikasikan ke dalam anestesi umun dan lokal. Anestesi umum menekankan
Sistem saraf pusat, mengurangi nyeri, dan menyebabkan hilangnya kesadaran.
Anestesi lokal digunakan untuk menghilanhkan sakit pada tempat dimana obat akan
diberikan dan kesadaran tetap dipertahankan.
Saat ini digunakan anestesi seimbang yakni anestesi dari kombinasi obat-obatan,
terdiri dari:
Hipnotik diberikan semalam sebelumnya.
DOSIS
PEMAKAIAN dan PERTIMBANGAN
IM, IV: 5-15 mg, Narkotik kuat untuk nyeri yang berat. Morfin
setiap 4 jam, PRN
pernapasan,
Hidromorfin (dilaudid)
Oksikodon
percodan)
Levorfanol
dromoran)
Meperidin (demerol)
Propoksifen (darvon)
65
beda)
mg
TIK.
(berbeda- Untuk nyeri ringan, analgesik rendah.
ES: tidak menimbulkan konstipasi dan sedikit
menimbulkan ketergantungan fisik.
narkotik
menyebabkan
terjadinya
OBAT
DOSIS
Salisilat
Aspirin (ecotrin, anacin PO:
dalam bentuk buffer)
325-650
mg,
jam/hari (sakit kepala, pegal otot inflamasi dan nyeri pada arthritis, dan
dan nyeri otot), 1 g, 4-6 sebagai antikoagulan ringan.
Efek samping: tidak enak pada lambung, tinitus,
x/hari(inflamasi)
vertigo, tuli (reversibel), bertambahnya
Diflunisal (dolobid)
Mula-mula 1000 mg
PO:500 mg, 2-3 x/hari
perdarahan.
Dipakai u/ nyeri ringan-sedang.
Dianggap kurang toksik dibandingkan dengan
aspirin.
DOSIS
*Mefenitoin
terbagi.
D: PO: mula-mula 50-100 mg; Serangan kejang grand-mal, psikomotor, fokal
(mesantoin)
(simpel)
mg/hari
dalam
dosis
terbagi.
D:PO: 1-3 g/hari dalam dosis Serangan grand-mal, psikomotor.
terbagi
A:0,5-1 g/hari
Barbiturat:
*Fenobarbital
(luminal)
dosis terbagi
mungkin.
Mefobarbital
D:PO:400-600 mg/hari
(mebaral)
Serangan
kejang
grand-mal
q.i.d
A: PO: 125-250 mg, b.i.d Erat berkaitan dengan barbiturat
sampai q.i.d
A:O:,<8 tahun: dosis dewasa
Suksinimid
Etosksimid
(zarontin)
dosis bertahap
A:3-6 tahun: PO:250 mg/hari
dan
Metsuksimid
D&A:PO:dosis
awal
(celontin)
mg/hari selama 1 minggu; dapat terhadap obat lain. Sering terjadi toksisitas. Lebih
Fensuksimid
(milontin)
Oksazolidon
Trimetadion
D: PO: 300-600 mg, t.i.d atau Serangan kejang petit-mal (absence). Jarang
(tridion)
q.i,d
(paradion)
Benzodiazepin
(antiansietas)
Klonazepam
(klonopim)
bertahap naikan dosis setiap 3 ES: toleransi setelah 6 bulan terapi obat.
hari saapai kejang dikendalikan
A:PO:0,01-0,03
mg/kg/hari,
Nitrazepam
(tranxene)
Diazepam (valium)
terapi tambahan.
D: IV:5-10 mg, 2-5 mg/menit; q Status epileptikus (obat pilihan). Pemakaian
2-4 jam,PRN
IM: 5mg
A:IV: 1 mg selama 3 menit
Iminostilben
Karbamazepin
D:PO:200
(tegretol)
mg,
b.i.d
ES: hepatotoksisitas
D&A:PO: 15 mg/kg sampai Serangan
kejang
grand-mal,
dan
mioklonik.
dosis terbagi.
tiap
minggu
ditingkatkan
petit-mal,
Dosis
sebanyak
dapat
5-10
mg/kg/hari
sampai
seranagan
kejang
dapat
bahwa
gejala-gejala
psikotik
diakibatkan
oleh
ketidaksimbangan
DOSIS
Feotiazin Alifatik
Klorpromazin
25 mg, t.i.d untik mulai dan Fektif untuk psikosis akut. Efek sedasi
hidroklorida (thorazine)
tingkatkan
secara
bertahap. kuat.
Dapat
menimbulkan
hipotensi
(sparine)
Triflupromazin (vesprin) D:PO: 10-50 mg, b.i.d atau t.i.d
dapat
perilaku
psikotik
ringan.
(compazine)
Perfenazin (trilafon)
masa
kerja
panjang
Trifluoperazin
mingguan/dua mingguan
D:PO: 1-5 mg, b.i.d maksimum 40 Untuk psikosis.
hidroklorida (stelazine)
mg/hari
Asetofenazein
(tindal)
Piperidin
Tioridazin (mellaril)
D:PO:50-100 mg t.i.d
Lanjut usia: 1/3 sampai dosis psikosis berat. Dosis lebih rendah (10-50
dewasa regular
Mesoridazin
(serentil)
hipotensi ortostatik
Untuk psikosis dan skizofrenia, ansietas
Lanjut usia: 1/3 sampai dosis berat, sindroma otak kronik (dosis lebih
dewasa regular
rendah).
Sedikit
efek
hipotensi
dibandingkan tioridazin.
Butirofenon
Haloperidol (haldol)
menyerang.
Kemungkinan
Lanjut usia: dosis lebih rendah dari menimbulkanpra EPS. Mempunyai efek
dewasa muda
Droperidol (inapsine)
minimal.
D: IM: IV: 2,5-10 mg, 30-60 menit Diresepkan sebagai obat prabedah yang
sebelum anestesi
diberikan
tersendiri/dengan
narkotik.
Tiosantin
Klorprotiksen (taractan)
D:PO:
25-50
mg,
t.i.d
ortostatik.
D:PO: 2 mg, t.i.d mula-mula, naikan Untuk psikosis dan skizofrenia. Serupa
dengan
fenotiazin
piperazin.
psikosis
dan
skizofrenia.
D:PO:
IM,
50
mg/hari.
mg/hari
dalam
dosis
terbagi.
doksepin
hidroklorida
(sinequan),
despramin
hidroklorida
reaksi
alergi
(ruam
kulit,
pruritus,
petekie),
gejala-gejala
sulfat (nardil). Penghambat MAO dipakai untuk depresi ringan, reaktif, dan
atipikal (ansietas kronik, hipersomnia, dan ketakutan).
Efek samping dari penghambat MAO adalah rangsangan SSP (agitasi,
gelisah, insomnia),hipotensi ortostatik, dan efek-efek antikolinergik.
c. Antimanik : litium (karbonat atau sitrat)
Litium dipakai untuk mengobati gangguan afektif bipolar, atau penyakit
manik-depresif. Litium mempunyai efek menenangkan tanpa mengganggu
efek intelektual.
Efek sampingnya adalah mulut kering, rasa haus, bertambahnya
pengeluaran urin (kehilangan urin, dan natrium) bertambahnya berat badan,
rasa kembung, rasa kecap logam, edema tangan dan mata kaki.
F. JENIS-JENIS, MEKANISME KERJA dan EFEK OBAT-OBAT SUSUNAN SARAF
OTONOM
Sistem saraf otonom disebut juga sebagai sistem viseral bekerja pada otot polos dan
kelenjar. Fungsi dari sistem saraf otonom adalah mengendalikan dan mengatur jantung,
sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar. Sistem
saraf otonom bekerja pada otot polos tetapi sistem saraf otonom merupakan sistem saraf
involunter yang kita tidak atau sedikit kita kendalikan. Obat otonom mempengaruhi
transmisi neurohumural dengan cara menghambat atau mengintensifkannya. Terdapat
beberapa kemungkinan tempat pengaruh obat pada transmisi sistem kolinergik maupun
adrenergik, yaitu :
1) Hambatan pada sintesis atau penglepasan transmitter.
2) Mempengaruhi penglepasan transmiter.
3) Ikatan dengan reseptor.
4) Hambatan destruktif atau pengambilan transmiter.
a. Sistem saraf simpatis
Sistem saraf simpatis juga dikenal juga sebagai sistem adrenergik karena dulu
diperkirakan bahwa adrenalin merupakan neurotransmiter yang mempersarafi otototot polos, kini neurotransmiter tersebut dikenal sebagai norepinefrin. Obat-obat yang
merupakn efek dari norepinefrin disebut sebagi obat-obat adrenergik disebut sebagai
penghambat adrenergik atau simpatolitik.
b. Sistem saraf parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis
dikenal
sebagai
sistem
kolinergik
karena
neurotransmiter yang terdapat pada ujung neuron yang mempersarafi otot adalah
asetilkolin. Obat-obat yang menyerupai asetilkolin disebut sebagai obat-obat
yang
merangsang
reseptor
adrenergik
ADRENERGIK
RESEPTOR
Alfa1,
beta2
Norepinefrin
DOSIS
PEMAKAIAN
KLINIK
beta1, Berbeda-beda
Syok nonhipovolemik, henti
D: IV, IM, SK:0,2-1 mL dari
jantung, anafilaksis akut, asma
1:1000
akut.
beta1, D: PO: 25-50 mg, t.i.d atau q.i.d Keadaan
hipotensi,
D:SK, IM, IV: 10-25 mg
bronkospasme, kongesti hidung,
Alfa1, beta1
hipotensi ortostatik.
D: IV: 4 mg, dalam 250-500 mL Syok.
Merupakan
(levarterenol,
dalam
levophed)
Dopamin (intropin)
beta1
dekstrose
D:IV:
bertahap;
naikan
tidak
atau vasokonstriktor
ginjal
(dimetapp,
kapsul
dristan,
contac,
Alfa1, beta1
Kongesti hidung
Alfa1, beta1
Kongesti hidung
beta1
triaminicol,
dexatrim,
dietc,
prolamine, control)
Dobutamin
dosis
cold
formula)
Fenilpropanolamin
dalam
melebihi <5g/kg/menit)
kuat,
50/kg/menit
Larutan 0,123-1%
(neo- Alfa1
synephrine)
Pseudoefedrin
5%
mula-mula
5/kg/menit;
Fenilefrin
DALAM
(dobutrex)
dapat
bertahap:
Isoproterenol
beta1, beta2
(isuprel)
ditingkatan
tidak
secara
melebihi
40/kg/menit
Inhal: 1-2 semprotan,
jantung
(meningkatan
beta1,
(alupent, metaprel)
(beberapa)
beta1, beta2
tidak
terhadap atropin)
Bronkospasme
Bronkospasme
Bronkospasme
Relaksasi uterus
melebihi
80/menit
D:PO: 10-20 mg, q 4-6 h, tidak Relaksasi uterus
melebihi 120 mg/hari
IV: 50-300 /menit
Efek sampingnya seringkali timbul jika dosis obat dinaikan atau obat
bersifat nonselektif (bekerja pada reseptor). Efek samping yang sering timbul
pada obat-obt adrenergik adalah hipertensi, takikardia, palpitasi, aritmia, tremor,
pusing, kesulitan berkemih, mual dan muntah.
b.
darah
melebihi 12 semprotan/hari
akut ( hanya dipakai pada
D: PO: 10-20 mg, t.i.d atau q.i.d
bradikardi
yang
refrakter
bertahap;
Ritodrin (yutopar)
aliran
Metaproterenol
Terbutalin (brethine)
kongastif,
Penghambat Adrenergik
Obat-obat yang menghambat efek neurotransmiter adrenergik disebut
sebagai penghambat adrenergik, atau simpatolitik. Obat-obat ini merupakan
antagonis terhadap agonis adrenergik dengan menghambat tempat-tempat reseptor
alfa dan beta. Obat-obat ini menghambat efek neurotransmiter secara langsung
dengan menempati reseptor alfa atau beta, atau tidak langsung dengan
menghambat pelepasan neurotransmiter, norepinefrin dan epinefrin. Ketiga
reseptor simpatolitik adalah alfa1, beta1, dan beta2. Berikut adalah efek-efek
penghambat adrenergik pada reseptor .
RESEPTOR
menurunkan
RESPONS
TD. ES: Dapat
Alfa1
Vasodilatasi:
Beta1
Beta 2
terjadi
refleks
takikardia,
PENGHAMBAT
ADREGENIK
Tolazolin
RESEPTOR
Alfa
DOSIS
D: IM: IV: 25 mg, q.i.d
(proscoline)
Fentolamin
(regitine)
A:IM:IV: 1mg
hipertensi
Prazosin (minipress)
Alfa
Beta1, beta2
melebihi 20 mg/hari.
D:PO: 10-20 mg, t.i.d atau Hipertensi,
Propanolol (inderal)
Alfa
aritmia,
angina
jika perlu.
D:PO: 40-80 mg/hari, tidak Hipertensi, angina
Pindolol (viken)
Beta1,beta2
Timolol (blocarden)
Beta1,beta2
dosis terbagi
D:PO: 10-20 mg, b.i.d tidak Hipertensi,
pasca
infark
Metoprolol
Beta1
melebihi 60 mg/hari
miokardium
D:PO: 100-450 mg, q.i.d; q Hipertensi,
pasca
infark
Nadolol (corgard)
(lopressor)
Atenolol (tenormin)
Asebutolol (sectral)
rata-rata 50 mg b.i.d
D:PO: 50-100 mg/hari
D:PO: 200 mg, b.i.d
Beta1
Beta1
miokardium,angina
Hipertensi, angina
Hipertensi, aritmia ventrikel
yang
bekerja
(asetilkolinesterase)
tidak
dengan
langsung;
membentuk
menghambat
suatu
kerja
kompleks
kolinesterase
kimia,
sehingga
untuk
obat
pemakaian
jangka
panjang
dapat
terjadi
toleransi
obat.
dapat
dipakai
bersama
obat
antiparkinsonisme
antiparkinsonisme
yang
paling
banyak
dipakai.kategori
kehamilan C.
Etopropazin (parsidol) : untuk semua jenis parkinsonisme.merupakan
suatu
bersama
lain.kategori kehamilan C.
Triheksifinidil (artane) : untuk semua jenis parkinsonisme.merupakan
obat
dipakai
obat.kategori kehamilan C.
Prosiklidin (kemadrin) : untuk parkinsonisme dan parkinsonisme
akibat
distonia.dapat
mengurangi
derivate
fenotiazin
dengan
efek
antikolinergik.kategori
kehamilan C.
Orfenadrin (disipal, norflex) : untuk parkinsonisme.merupakan suatu
antihistamindengan beberapa efek antikolinergik.sedikit merangsang
yang
mencapai
otak;karbidopa
menghambat
dopa
singkat.
Neostigmun (prostigmin) :untuk mengendalikan miastenia gravis harus
diberikan tepat pada waktunya untuk mencegah krisis miastenia, rute
pemberian
dengan
parenteral
dilakukan
jika
terdapat
gangguan
neuromuskular.
Ambenonium (mytelase) :untuk miastenia gravis merupakan suatu
jangka pendek.
Klorzoksazon (paraflex) : untuk spasme otot akut atau berat.diminum
pengobatan tetanus.
Orfenadrin (norflex) : untuk spasme otot akut, dapat bersifat toksik pada
overdosis yang ringan.dipakai dalam kombinasi dengan aspirin dan
kafein(norgesic).
b. Pelemas otot yang bekerja perifer
Jenis obat :
Dantrolen (dantrium) :untuk gangguan neurologis yang menyebabkan
spasme otot. Mulai dengan dosis rendah dan naikan setiap 4-7hari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Neurologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang susunan sistem
saraf pada tubuh makhluk hidup. Sedangkan Neuromuskular berkenaan dengan saraf dan
otot. Jenis-jenis obat neurologik dan neuromuskular seperti obat-obat perangsang sistem
saraf pusat seperti amfetamin, selain itu obat perangsang sistem saraf pusat terdapat pula
obat penekan sistem saraf pusat, obat analgesik narkotik dan analgesik non-narkotik,
antikonvusi atau antiepilepsi dan antipsikotik, antiansietas serta antidepresi.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mahasiswa keperawatan
memahami tentang mekanisme kerja, jenis-jenis dan efek samping dari obat-obat
neurologik dan neuromuskular.
DAFTAR PUSTAKA