Anda di halaman 1dari 5

1.

PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA KUNYIT (Curcuma domestica) dan MENIRAN


(Phyllanthus niruri)
Proses pembuatan simplisia diawali pengolahan bahan baku meliputi
sortasi, pencucian, pengeringan dan pengecilan ukuran dari bahan baku. Hal
ini terutama dilakukan pada pembuatan simplisia kunyit, yang bahan awal
yang ada masih berupa kunyit basah, sementara itu untuk meniran sudah
dalam bentuk kering. Ukuran bahan baku kunyit berkisar (11 x 8,5 cm),
sedangkan Herba Meniran kering memiliki panjang sekitar (16 cm. Bahan
baku kunyit dan meniran diperoleh dari Kebun Gama Herbal (Mangunan).
Proses diawali dengan mensortasi kunyit untuk memisahkan kunyit yang
busuk, kisut dan komponen pengotor lainnya. Selanjutnya dilakukan
pencucian dengan air mengalir, untuk menghilangkan kotoran dan tanah
yang menempel di kunyit. Setelah pencucian, kunyit dijemur di bawah sinar
matahari selama kurang lebih setengah hari. Penjemuran dilakukan hingga
kunyit benar-benar kering untuk menghindarkan tumbuhnya jamur. Kunyit
yang sudah kering kemudian dirajang dan hasil rajangan dikeringkan
menggunakan oven. Pengovenan dilakukan selama 1-2 hari pada suhu 50 o
C. Dari total bobot kunyit basah sebesar 37,5 kg, setelah mengalami
serangkaian proses sampai dengan pengeringan oven bobot total menjadi
4,8 kg. Sementara itu, total bobot meniran kering yang ada sebesar 1,19 kg.
Serbuk kunyit dan meniran yang dihasilkan kemudian diuji kandungan
cemaran logam berat Cd, Pb dan Hg di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas
MIPA UGM menggunakan spektrofotometri serapan atom. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa logam Cd, Pb dan Hg tidak terdeteksi ada di dalam
serbuk kunyit maupun meniran. Adapun batas deteksi alat untuk loga, Cd
yaitu 0,01 ppm; Pb 0,01 ppm dan Hg 0,025 ppm.
2. PEMBUATAN EKSTRAK KUNYIT DARI SIMPLISIA KUNYIT DISTILASI, EKSTRAK
KUNYIT NON-DISTILASI DAN EKSTRAK MENIRAN
Distilasi pada Simplisia Kunyit dilakukan untuk menghilangkan komponen
minyak atsiri yang terdapat di dalam kunyit. Proses distilasi dilakukan
menggunakan distilasi uap air. Metode destilasi uap air dapat digunakan
untuk bahan yang kering maupun basah yang rusak bila dididihkan atau
kontak langsung dengan air mendidih. Pada metode ini, bahan diletakkan di
atas rak atau saringan berlubang. Pengisian bahan ke dalam ketel harus
diatur sedemikian rupa sehingga uap dapat berpenetrasi secara merata ke
dalam bahan. Air diisikan sampai permukaan air tidak jauh berada di bawah
bahan yang akan disuling. Ciri metode ini adalah uap selalu dalam keadaan
basah jenuh, terlalu panas dan bahan yang disuling hanya berhubungan
dengan uap, tidak dengan air panas (Samhoedi, 1976). Pada penelitian ini
distilasi dilakukan terhadap 1,5 kg simplisia kunyit kering selama 6 jam.
Minyak atsiri yang dihasilkan ditampung dan dihitung rendemennya,
sementara simplisia yang sudah di-distilasi dikeringkan menggunakan oven
selama 3 hari. Minyak atsiri yang dihasilkan pada proses ini sebanyak 23
ml, sementara bobot simplisia kunyit berkurang menjadi 1,4 kg.
Proses selanjutnya yaitu penghalusan simplisia kunyit menggunakan alat
penyerbuk. Sebanyak 1 kg dari serbuk kunyit yang dihasilkan kemudian

dimaserasi menggunakan etanol 96% selama 24 jam. Perbandingan pelarut


yang digunakan untuk maserasi yaitu 1:7, artinya 1 kg serbuk kunyit
dimaserasi dengan 7 L etanol 96%. Selama proses maserasi dilakukan
pegadukan beberapa kali agar sel yang kontak dengan cairan penyari lebih
banyak, sehingga difusi senyawa ke cairan dalam penyari juga banyak,
dan penyarian dapat berjalan optimal. Setelah 24 jam maserat disaring
menggunakan corong Buchner dengan bantuan vacuum. Maserat yang
diperoleh kemudian diuapkan menggunakan penangas air dengan bantuan
kipas angin, selama 2 hari. Rendemen ekstrak kunyit yang dihasilkan
sebanyak 144,02 gram (% Rendemen sebesar 14,40%). Kenampakan ekstrak
yang dihasilkan secara visual berwarna coklat-orange, bau khas kunyit
dengan tekstur cukup padat dan liat menyerupai pasta.
Adapun rangkaian proses yang sama dilakukan pada pembuatan ekstrak
kunyit dari simplisia yang tidak di-distilasi. Simplisia kunyit diserbuk,
kemudian sebanyak 1 kg serbuk kunyit dimaserasi dengan etanol 96%
selama 24 jam. Selanjutnya maserat disaring dan diuapkan. Rendemen
ekstrak yang diperoleh sebanyak 193,74 gram dengan % rendemen sebesar
19,37%. Kenampakan visual ekstrak warna coklat-orange, bau khas kunyit
dan tekstur yang lebih lunak jika dibanding ekstrak dari kunyit yang didistilasi.
Sementara itu, untuk pembuatan ekstrak meniran, proses yang dilakukan
sama, hanya saja penyari yang digunakan yaitu etanol 70%. Sebanyak 1 kg
serbuk meniran dimaserasi menggunakan etanol 70% dengan perbandingan
pelarut 1:7 selama 24 jam. Maserat disaring dan diuapkan, sehingga
diperoleh rendemen ekstrak sebanyak 110,92 g (% rendemen ekstrak
sebesar 11,09%). Secara visual ekstrak nampak berwarna coklat gelapkehijauan dengan tekstur ekstrak liat dan lengket.
Ketiga ekstrak yang diperoleh kemudian diuji kadar airnya menggunakan
distilasi toluene. Penetapan kadar air ini diperlukan untuk mengetahui
kandungan air di dalam ekstrak memenuhi standar ataukah tidak,
standarnya yakni kurang dari 10% b/b. Prinsip distilasi toluene yaitu
penguapan air dengan bantuan cairan kimia yang memiliki titiik didih lebih
tinggi daripada air, tidak bercampur dengan air dan memiliki berat jenis yang
lebih rendah daripada air. Beberapa cairan kimia yang memenuhi syarat
tersebut diantaranya Toluene, Xylen, Benzen, Tetrakhlorethilen dan Xylol.
Proses distilasi toluene dilakukan terhadap 5 gram ekstrak yang dimasukkan
ke dalam labu distilasi, kemudian ditambahkan toluene sebanyak 150 ml.
Labu kemudian dipasang ke alat distilasi khusus dengan penampung air yang
menguap. Setelah itu dilakukan pemanasan hingga tidak terdapat air yang
menetes ke penampung. Volume air yang dihasilkan inilah yang dihitung
sebagai kadar air di dalam ekstrak. Dari hasil pengujian, diperoleh kadar air
ekstrak meniran sebesar 6,024 % b/b, ekstrak kunyit-distilasi sebesar 0,798
% b/b dan ekstrak kunyit non-distilasi sebesar 1,798 % b/b. Hasil ini
menunjukkan ketiga ekstrak tersebut memenuhi standar kadar air di dalam
ekstrak.
3. PREFORMULASI EKSTRAK KUNYIT DAN MENIRAN

Tahapan preformulasi dilakukan dengan mencampurkan bahan pengisi ke


dalam masing-masing ekstrak. Bahan pengisi yang digunakan yaitu
Amprotab dan Comprecel masing-masing dengan perbandingan 1:1. Adapun
rencana formula yang akan dibuat dalam tiap kapsul, sebagai berikut:
Komponen
Formula A
Formula B
Ekstrak meniran
160 mg
160 mg
Ekstrak kunyit
240 mg
240 mg
Amprotab
86 mg
86 mg
Comprecel
86 mg
86 mg
Formula A merupakan formulasi dari ekstrak meniran dan kunyit dari
simplisia yang didistilasi, sementara
Formula B merupakan formulasi
dari ekstrak meniran dan kunyit dari simplisia yang tidak didistilasi. Total
bahan pengisi yang ditambahkan sebesar 30% dari keseluruhan komponen
formula dalam 1 kapsul.
Proses pre formulasi diawali dengan menghitung kebutuhan bahan dan
menimbang sejumlah bahan yang diperlukan. Dengan jumlah ekstrak yang
ada direncanakan dapat dibuat sebanyak 250 kapsul untuk Formula A dan
250 kapsul untuk Formula B. Berikut merupakan data kebutuhan bahan
beserta data penimbangannya:
Komponen
jumlah
Kebutuhan
Penimbanga
kapsul
bahan
n
Ekstrak meniran
500
80 gram
84,82 gram
Ekstrak
kunyit 250
60 gram
60,88 gram
(distilasi)
Ekstrak kunyit (non- 250
60 gram
61,97 gram
distilasi)
Bahan pengisi Formula 250
43 gram
44,12 gram
A
Bahan pengisi Formula 250
43 gram
44, 62 gram
B
Pada formula A, dari 44, 12 gram bahan pengisi yang ditimbang, 12,01
bahan pengisi digunakan untuk dicampurkan ke dalam ekstrak meniran,
sedangkan 32,11 gram dicampurkan ke esktrak kunyit-distilasi. Sementara
pada formula B, dari 44,62 gram bahan pengisi yang ditimbang, 12,01 bahan
pengisi digunakan untuk campuran ekstrak meniran, sedangkan 32,61 gram
digunakan untuk campuran ekstrak kunyit non-distilasi.
Proses selanjutnya yaitu pencampuran bahan pengisi dan ekstrak, yang
dilakukan secara terpisah untuk masing-masing ekstrak. Bahan pengisi dan
ekstrak dicampurkan di atas media wajan yang dipanaskan dengan
penangas air. Tujuan pemanasan untuk mempermudah pencampuran bahan
pengisi dan ekstrak, karena dalam kondisi panas ekstrak cenderung melunak
sehingga lebih mudah bercampur dengan bahan pengisinya. Setelah
dicampur homogen, campuran serbuk+ekstrak diletakkan di loyang
kemudian dimasukkan ke dalam oven hingga membentuk massa granul yang
kering. Setelah masing-masing granul ekstrak kering, kemudian granul
dihaluskan menggunakan blender sehingga terbentuk serbuk halus. Serbuk

granul yang sudah halus kemudian diayak dengan ayakan 20 mesh, dan
ditimbang. Berikut merupakan hasil penimbangan dari masing-masing
ekstrak:
No Ekstrak
Bobot
total
.
(ekstrak+eksipien)
1
Meniran
92,125 gram
2
Kunyit distilasi
73,214 gram
3
Kunyit non-distilasi 68,375 gram
Secara visual Kenampakan fisik dari granul yang dihasilkan ekstrak
meniran berwarna coklat gelap-agak kehijauan, granul free flowing,
ekstrak kunyit distilasi coklat terang, granul free flowing dan ekstrak
kunyit non-distilasi coklat gelap cenderung pucat, granul free flowing
4. FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DAN MENIRAN
Proses formulasi diawali dengan penimbangan masing-masing ekstrak
yang disesuaikan dengan formula yang akan dibuat. Setelah serangkaian
proses preformulasi, banyak dari massa ekstrak dan eksipiennya yang hilang.
Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan ulang jumlah kapsul yang akan
dibuat. Adapun perhitungannya sebagai berikut:
Formula A (meniran + kunyit distilasi)
a. meniran = (bobot zat aktif + eksipien)
= (160 mg + 48 mg)
= 208 mg
b. kunyit distilasi = (zat aktif + eksipien)
= (240 mg + 128 mg)
= 368 mg
Bobot total zat aktif + eksipien dalam 1 kapsul : 208 mg + 368 mg =
576 mg
Ketersediaan ekstrak yang ada (ekstrak meniran + ekstrak kunyit
distilasi):
46,0625 gram + 73,214 gram = 119,2765 119,28 gram,
Sehingga jumlah kapsul optimal yang dapat dibuat sebanyak 207
kapsul.
Formula B (meniran + kunyit non-distilasi)
a. meniran = (bobot zat aktif + eksipien)
= (160 mg + 48 mg)
= 208 mg
b. kunyit distilasi = (zat aktif + eksipien)
= (240 mg + 130 mg)
= 368 mg
Bobot total zat aktif + eksipien dalam 1 kapsul : 208 mg + 370 mg =
578 mg
Ketersediaan ekstrak yang ada (ekstrak meniran + ekstrak kunyit
distilasi):
46,0625 gram + 68, 375gram = 114,4375 114,44 gram,
Sehingga jumlah kapsul optimal yang dapat dibuat sebanyak 197
kapsul.
Meskipun alokasi optimal kapsul yang dapat dibuat untuk Formula A
sebanyak 207 kapsul dan Formula B 197 kapsul, jumlah kapsul yang akan
dibuat untuk Formula A sebanyak 190 kapsul dan Formula B 180 kapsul. Hal

ini dilakukan sebagai langkah antisipasi bahan yang hilang selama proses
formulasi, sehingga jumlah bahan yang ditimbang disesuaikan dengan
sejumlah kapsul tersebut. Setelah proses penimbangan, dilakukan
pencampuran serbuk ekstrak masing-masing formula. Kapsul yang
digunakan pada peneltian ini berukuran 00. Sebelum proses kapsulasi,
sejumlah kapsul diletakkan di tatakan kapsul, dengan posisi tutup kapsul
dibuka. Kemudian setelah itu, serbuk formula A dan B yang sudah homogen
dimasukkan ke dalam kapsul secara bertahap. Pada penelitian ini, dihasilkan
kapsul Formula A sebanyak 190 kapsul dan kapsul Formula B sebanyak 180
kapsul.

Dapus:
Samhoedi, R., 1976, Kuliah dan Praktek Kimia Farmasi Preparatif, Toko Buku
Gunung Agung,
Yogyakarta.
http://pengolahanpangan.blogspot.com/2014/02/analisa-kadar-air-denganmetode_12.html

Anda mungkin juga menyukai