Anda di halaman 1dari 14

NAMA

: DEVI ARIYANTI KADAR


NPM
: 110.2007.079
KELOMPOK: A-18
SKENARIO 3 :
TIDAK BISA BUANG AIR KECIL
1. Memahami dan menjelaskan makroskopik dan mikroskopik prostat
1.1.
Mampu memahami dan menjelaskan makroskopik, vaskularisasi, batas
dan persyarafan prostat
Lokasi :
Prostat adalah sebuah kelenjar yang merupakan bagian dari sistem reproduksi
pada pria yang mengelilingi uretra, mengeluarkan semen yang membawa sperma.
Atau kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars prostatika. Prostat
mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara collum vesicae di
bagian atas dan diafragma uregenital pada bagian bawah. Prostat dikelilingi oleh
capsula fibrosa, di bagian luar capsula terdapat selubung fibrosa yang merupakan
bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut disebut basis
prostat yang berhadapan dengan collum vesicae. Apex prostat di bagian inferior
dan berhadapan dengan diafragma urogenital.
Hubungan :
Ke superior : basis prostat berhubungan dengan collum vesicae. Otot prostat
melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Uretra masuk pada
bagian tengah basis prostat.
Ke inferior : apex prostat terletak pada facies superior diafraghma urogenital.
Ke anterior : facies anterior prostat berbatasan dengan simfisis pubis, di pisahkan
denga lemak ektraperitoneal dan ada ligamentum puboprostatika yang terletak di
samping kanan dan kiri linea mediana dan merupkan penebalan fascia pelvis.
Ke posterior : facies posterior prostat berhubungan dengan facies anterior ampula
recti dan di pisahkan dari rectum oleh septum rektovesiacale ( facies
denonvillier ).
Ke lateral : facies lateralis prostat difikasi oleh serabut anterior muscularis levator
ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.
Struktur prostat :
Lobus anterior : terletak di depan uretra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar.
Lobus medius : kelenjar berbentuk baji yang terletak diantara uretra dan duktus
ejakulatorius. Permukaan atas lobus medius berhubungan dengan trigonum
vesicae, bagian ini mengandung banyak kelenjar.
Lobus posterior : terletak dibelakang uretra dan di bawah ejakulatorius, juga
mengandung kelenjar.
Vaskularisasi :
Arteri : cabang aa.vesicalis inferior dan arteri rektalis media.
Vena : vena membentuk fleksus venosus prostatika, yang terletak antara kasula
prostatika dengan selubung fibrosa.
Fleksura venosus prostatika menuju vena dorsalis profunda penis dan vena
vesikalis bermuara ke vena iliaca interna.

Persyarafan :
Fleksus hypogastricus inferior
Syaraf simpatis merangsang otot polos prostat saat ejakulasi.
Aliran limfe :
Pembuluh limfe dari prostat mengalirkan cairan limfe dari nody iliaca interna.

1.2.

Mampu memahami dan menjelaskan mikroskopik prostat


Pada kelenjar prostat, asini sekretorisnya merupakan bagian kelenjar
tubule asinar dengan banyak cabang kecil yang tidak teratur. Kelenjar asini
yang lebih besar memiliki lumen lebar yang tidak teratur dan epitel yang
bervariasi. Kelenjar itu terbenam di dalam stroma fibromuskular khas dengan
berkas-berkas otot polos, serta serat-serat kolagen dan elastin uretra prostatika
adalah struktur berbentuk bulan sabit dengan divertikula kecil di dalam
lumennya. Divertikula ini khususnya mencolok di dalam resesus uretra. Epitel
uretra prostatika umumnya transtitional dan terdapat stroma fibromuskular
mengelilingi uretra. Terdapat lamina propria tipis membran mukusanya, yang
tipis secara khas berlipat-lipat dan epitelnya bertingkat silindris.

2. Memahami dan menjelaskan fisiologi prostat


Fungsi prostat :
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer seperti susu yang mengandung ion
sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembekuan dan fibrinolium. Selama pengisian,
simpai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga
cairan seperti susu yang dikeluarkan untuk kelenjar prostat menambah banyak jumlah
semen sifat yang sedikit basa dari cairan prostat penting untuk keberhasilan fertilisasi
ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil
akhir metabolisme sperma, dan sebagai akibatnya akan menghambat fertilisasi
sperma. Juga sekret vagina bersifat asam ( pH 3,5 4,0 ). Sperma tidak dapat
bergerak optimal sampai pH sekitarnya meningkat kira-kira 6-6,5. Akibatnya, fungsi
cairan prostat untuk menetralkan sifat asam dari cairan lainnya setelah ejakulasi dan
juga meningkatkan motilitas fertilitas sperma.

3. Memahami dan menjelaskan BPH


3.1.

Mampu memahami dan menjelaskan definisi BPH


BPH adalah hyperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan
prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.

3.2.

Mampu memahami dan menjelaskan etiologi BPH


Meskipun penyebab BPH belum jelas, bukti yang ada saat ini
menunjukkan bahwa androgen dan estrogen berperan sinergistik dalam
pembentukannya. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria
usia 20-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomi pada pria usia 50 tahun angka kejadian sekitar
50%, usia 80 tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun sekitar 100%.
1. Teori dihidrotestosteron
DHT adalah
meatbolik androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel sel kelenjar prostate. Dibentuk dari di dalam sel
prostate oleh oleh 5 alfa reduktase dengan bantuan koenzim NADPH.
DHT yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor androgen ( RA ).
Membentuk kompleks DHT RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi
sintesis protein growth factor berstimulasi pertumbuhan sel prostate.
Pada berbagai penelitian disebutkan bahwa kadar DHT dan BPH tidak
jauh berbeda dengan kadar yang normal. Namun pd BPH aktivitas enzim
dan jumlah reseptornya meningkat. Hal ini yang diperkirakan penyebab
protate membesar.
2.

Ketidak seimbangan antara esterogen testosteron


Pada usia tua , kadar testosterone akan menurun sedangkan esterogen
ralatif tetap. Oleh karena itu terjadinya proliferasi sel sek kelenjar prostat
dengan cara menaikan sensifitas sel sel prostat terhadap rangsangan
hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan
menurunkan jumlah kematian sel sel prostat . oleh karena itu terjadinya
sel sel baru akibat ruanagn testeron menurun dan memperpanjang umur
yang lebih panjang sehingga massa menjadi lebih besar.

3.

Interaksi stroma epitel


Karena differensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak
langsung dikontrol oleh sel sel stroma melalui suatu mediator . sel sel
stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol . stimulasi tadi
menyebabkan terjadinya proliferasi sel sel epitel maupun sel strroma

4. Berkurangnya kematian sel prostat


Program kematian sel prostat terhambat karena kerja berlebih hormon
androgen
5. Teori sel stem
Terjadi proliferasi pada sel sel stem yang dikarenakan ketidak tepatan
aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi berlebihan sel stroma maupun
sel epitel

3.3.

Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi BPH


Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrotis dan disfungsi saluran kemih.
Patofisiologi dan masing-masing gejala :
Penurunan kekuatan dan caliber aliran yang disebabkan resistensi uretra
adalah gambaran awal dan menetap dari BPH
Hesistency terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat melawan resitensi uretra.
Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra
sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada
tiap miksi sehingga interval antar miksi pendek.
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan
normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama
tidur.
Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan
detrusor sehingga terjadi kontrak

3.4.

Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi Klinis BPH


Karena hyperplasia nodular terutana mengenai bagaian dalam prostat,
manifestasinya yang tersering adalah gejala obstruksi saluran kemih bawah.
Gejala ini mencakup kesulitan melalui aliran urin (hesistency) dan interupsi
intermitten aliran urin sewaktu berkemih. Pada beberapa pasien dapat terjadi
obstruksi total aliran kemih yang menyebabkan peregangan kandung kemih,
nyeri, dan kadang-kadang hidronefdrosis. Gejala obstruksi sering disertai oleh
urgency, frekuensi, dan nicturia, yang semuanya menunjukkan iritasi kandung
kemih.

3.5.

Mampu memahami dan menjelaskan Komplikasi BPH


Apabila buli-buli menjadi dekompensasi, akan terjad retensi urin,
karena pereduksi urin terus berlanjut maka pada saat buli-buli tidak mampu
lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat
jika terjadi infeksi.

Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan dalam
buli-buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
hematuria. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi
refluks dapat terjadi pielonefritis.
Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehinggga lama-lama dapat
menyebabkan hernia atau hemoroid.
4. Memahami dan menjelaskan diagnosis BPH
4.1.

Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis BPH


Menganamesa keluhan miksi terhadap setiap pria berumur 50 tahun
atau lebih jika ditemukan prostatismus lakukan pemeriksaan dasar standar
kemudian jika perlu dilengkapi dengan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan
standar meliputi :
a. Hitung skor gejala, dapat ditentukan dengan menggunakan skor IPSS
(International Prostate Symptom Score, IPSS)
b. Riwayat penyakit lain atau pemakai obat yang memungkinkan
gangguan miksi.
c. Pemeriksaan fisik khususnya colok dubur.
Pemeriksaan Tambahan :
a. Pemeriksaan uroflowmetri (pengukuran pancaran urin pada saat miksi)
b. Pemeriksaan TRUS-P (Transrectal Ultrasonography of the prostate)
c. Pemeriksaan serum PSA (Prostatic spesific antigen)
d. Pemeriksaan USG transabdominal
e. Pemeriksaan patologi anatomi (diagnosa pasti).

4.2.

Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding BPH


Proses miksi tergantung pada kekuatan kontraksi otot detrusor,
elastisitas leher kandung kemih dengan tonus ototnya dan resistensi uretra.
Setiap kesulitan miksi disebabkan oleh salah satu ketiga dari faktor tersebut.
Kelemahan otot detrusor dapat disebabkan oleh gangguan syaraf (gangguan
neorologic), misalnya pada lesi medula spinalis, neuropatia diabetes, bedah
radikal yang mengorbankan persyarafan di daerah pelvis, penggunaan obatobat penenang, alkoholisme, obat penghambat alfa, parasimpatolitilc.
Kekakuan leher vesika disebabkab proses fibrosis sedangkan resistensi uretra
disebabkan oleh hiperplasia prostat, tumor di leher kandung kemih, batu
diuretra atau striktura uretra, uretritis akut atau kronis.

4.3.

Mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan BPH


1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Eamination (DRE) sangat
penting. Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang
keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya

kelainan lain seperti benjolan pada di dalam rektum dan tentu saja teraba
prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
a. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
b. Adakah asimetris
c. Adakah nodul pada prostate
d. Apakah batas atas dapat diraba
e. Sulcus medianus prostate
f. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi
prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan
tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat
keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris.
Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria
bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi
pnielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang.
Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal
harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna
harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang
dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau
uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi
penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan
kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : - Ureum dan Kreatinin
- Elektrolit
- Blood urea nitrogen
- Prostate Specific Antigen (PSA)
- Gula darah
b. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
- Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
- Sedimen
3. Pemeriksaan pencitraan
a. Foto polos abdomen (BNO)
Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan
misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih
juga dapat untuk menghetahui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma
prostat.

b. Pielografi Intravena (IVP)


- pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling
defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter
membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish).
- mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter
ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli buli yaitu adanya
trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli buli.
- foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
c. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin,
maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
d. Transrektal Ultrasonografi (TRUS)
- deteksi pembesaran prostat
- mengukur volume residu urin
e. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam
macam potongan.
4. Pemeriksaan lain
a. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan
oleh :
- daya kontraksi otot detrusor
- tekanan intravesica
- resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju
pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran
melemah menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik.
Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
b. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan
uroflowmetri tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi
atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua
hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan
Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan
intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.

c. Pemeriksaan Volume Residu Urin


Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin
yang masih tinggal. Pemeriksaan sisa urin dapat juga diperiksa (meskipun
kurang akurat) dengan membuat foto post voiding atau USG.
5. Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan BPH
5.1.

Mampu memahami dan menjelaskan terapi medika mentosa BPH


Terapi minimal invasif
1. Laser
Dua sumber energi utama yang digunakan pada operasi dengan sinar
laser adalah Nd:YAG dan holomium:YAG.
Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah :
1. Kehilangan darah minimal.
2. Sindroma TUR jarang terjadi.
3. Dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan.
4. Dapat dilakukan out patient procedure.
Kerugian operasi dengan laser :
1. Sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi.
2. Pemasangan keteter postoperasi lebih lama.
3. Lebih iritatif.
4. Biaya besar.
2. Transurethral electrovaporization of the prostate
Transurethral electrovaporization of the prostate menggunakan
resektoskop. Arus tegangan tinggi menyebabkan penguapan jaringan karena
panas, menghasilkan cekungan pada uretra pars prostatika. Prosedurnya lebih
lama dari TUR.
3. Hyperthermia
Hipertermia dihantarkan melaluli kateter transuretra. Bagian alat
lainnya mendinginkan mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari
45C, alat pendingin tidak diperlukan.
4. Transurethal needle ablation of the prostate
Transurethal needle ablation of the prostate menggunakan kateter
khusus yang akan melaluli uretra.

5. High Intensity focused ultrasound


High Intensity focused ultrasound berarti melakukan ablasi jaringan
dengan panas. Untrasound probe ditempatkan pada rektum.
6. Intraurethral stents
Intraurethral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika
dengan endoskopi dan dirancang untuk mempertahankan uretra pars prostatika
tetap paten.
7. Transurethral balloon dilation of the prostate
Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat
melebarkan fossa prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat
yang ukurannya kecil (<40>3). Teknik ini jarang digunakan sekarang ini.
5.2.

Mampu memahami dan menjelaskan terapi suportif BPH


1. Penghambat alfa (alpha blocker)
Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1,
dan prostat memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen
yang berperan dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer
diperantarai oleh reseptor 1a. Penghambatan terhadap alfa telah
memperlihatkan hasil berupa perbaikan subjektif dan objektif terhadap gejala
dan tanda (sing and symptom) BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa
dapat diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya.
2. Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors)
Finasteride adalah penghambat 5-Reduktase yang menghambat
perubahan testosteron menjadi dihydratestosteron. Obat ini mempengaruhi
komponen epitel prostat, yang menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan
memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna
melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan
gejala-gejala.
3. Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5Reduktase memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan
aliran urin hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin.
Penelitian terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung.

4. Fitoterapi

Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuhtumbuhan untuk tujuan medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular
di Eropa selama beberapa tahun. Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui,
efektifitas dan keamanan fitoterapi belum banyak diuji.
5. Operasi konvensional
1. Transurethral resection of the prostate (TURP)
Sembilan puluh lima persen simpel prostatektomi dapat dilakukan
melalui endoskopi. Umumnya dilakukan dengan anastesi spinal dan dirawat di
rumah sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan
TURP lebih tinggi dan bersifat invasif minimal. Risiko TURP adalah antara
lain ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%) dan inkotinensia urin
(<1%).>(2).
2. Transurethral incision of the prostate
Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi
hiperplasia komisura posterior (menaikan leher buli-buli). Pasien dengan
keadaan ini lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini
lebih cepat dan kurang menyakitkan dibandingkan TURP. Retrograde
ejakulasi terjadi pada 25% pasien.
3. Open simple prostatectomy
Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka
enukleasi terbuka diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya
dipertimbangkan untuk dilakukan enukleasi. Open prostatectomy juga
dilakukan pada BPH dengan divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada
posisi litotomi tidak memungkinkan. Open prostatectomy dapat dilakukan
dengan pendekatan suprapubik ataupun retropubik.
5.3 Mampu memahami dan menjelaskan prognosis BPH
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada
tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang
tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat
merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru5.
BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup
merugikan bagi penderita.
5.4 Mampu memahami dan menjelaskan pencegahan BPH
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi
pembesaran kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan
utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto
menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon androgen
dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan dalam proses

pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH).


Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di
antaranya adalah :
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah
pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain
tidak terlalu berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan
pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran
rangsangan ke susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas
sperma.
Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
2. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam
makanan laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
3. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
4. Berolahraga secara rutin
5. Pertahankan berat badan ideal

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi : 2. Jakarta : EGC.
Purnomo B.P. 2000. Buku Kuliah Dasar Dasar Urologi. Jakarta : CV.Sagung Seto.
Arthur C. Guyton, dkk. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi : 9. Jakarta : EGC.
Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi : 6.
Volume 2. Jakarta : EGC.
Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta : EGC.
Pendekatan Farmakologis pada Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) oleh I. Nasution.
http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/pus-3.htm
Pembesaran
Prostat
Jinak
oleh
Ponco
Birowo
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-3.htm

dan

Pembesaran Prostat Sering Tak Bergejala oleh Wiwied.


http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/02/hikmah/lainnya02.htm
Richard S.,Snell. Neuroanatomi Klinik

Djoko

Rahardjo.

Anda mungkin juga menyukai