Anda di halaman 1dari 1

Kurnia Tri Atmojo

15/XA
MENCARI KOST
Disuatu hari, disiang yang sangat panas dan gersang, aku dan kedua teman kostku,
yaitu Pandu dan Tegar mencoba mencari kost. Dengan semangat yang berkobar-kobar kami
berniat untuk mencari kost-kostan yang lebih luas dan Ibu kostnya lebih sabar. Dengan
membaca Bismillahirrahmanirrahim! kami keluar dari kost-kostan kami yang lama. Setelah
kami memasuki jalan Merbabu dengan informasi dan bensin seadanya, kami mencoba
mencari kost di daerah Kauman. Yang pertama, kami mencoba bertanya kepada Bapak-bapak
yang berjualan wedang uwuh, seperti biasanya yang bertanya Tegar, karena dia yang paling
mau berkorban. Dengan wajah yang berseri-seri Bapak itu langsung memberikan saran
tempat kost. Dengan rasa senang, kami langsung menuju ke TKP. Tapi setelah kami melihat
kost yang disarankan, ternyata kost-kostannya tidak sebaik yang kami bayangkan, dan kami
langsung bersepakat untuk tidak mengambilnya, tapi untuk menghargai Bapak yang
menyarankan tempat kost itu, kami terus melihat-lihat ruangan-ruangannya dengan
memasang wajah yang antusias, setelah selesai lagi-lagi yang berbincang-bincang dengan
pemilik kost bahwa kami akan tanya orang tua dulu adalah Tegar.
Tetapi ternyata penjual wedang uwuh tadi belum menyerah umtuk memberikan saran
tempat kost yang cocok untuk anak SMA seperti kami. Lalu ia menyarankan kami untuk
bertanya-tanya ke kost-kostan di dekat pertigaan utama kauman. Masih dengan perasaan
optimistis kami segera menuju ke TKP. Kost-kostan itu dalam keadaan tertutup pintunya,
untung saja da benl, yang tentunya akan memudahkan kami. Dengan semangat yang
membara, Tegar memencet-mencet bel kost-kostan itu, dan tiba-tiba keluar seorang Ibu-ibu,
dengan perawakan yang tidak kurus dan tidak tinggi, sambil berkata Sabar Gituuuk!!!,
dengan nada yang tinggi dan logat tegalnya, tenntu saja kami tersentak kaget, akupun
langsung berfikir, ketika kami masih jadi tamu saja sudah dibentak-bentak, lalu bagaimana
kalau sudah jadi Ibu kost kami. Seperti biasanya karena alasan menghargai, kami terus
mengikuti dan mendengarkan penjelasan-penjelasan dari ibu kost itu, dan tentu saja sambil
memasang wajah yang antusias, hingga selesai. Dan lagi, yang mengatakan bahwa kami akan
tanya orang tua kami terlebih adalah Tegar. Dengan rasa pesimis kami kembali pulang ke
kost-kostan kami yang lama, dengan kepala tertunduk dan badan yang lemas karena belum
makan siang.
Karena itu semua kami menyadari kalau mencari kost itu memang sulit, dan kost yang
kami tempati hingga saat ini, sudah lebih dari baik.

The End

Anda mungkin juga menyukai