Anda di halaman 1dari 28

1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Kegiatan ini di lakukan di Puskesmas Watubaing Kecamatan
Talibura Kabupaten Sikka. Besar sampel adalah sebanyak 58
responden. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini di sajikan
sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk
masing-masing variabel baik untuk variabel penunjang maupun
variabel penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui sebaran
frekuensi responden berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.
1.1
Deskriptif Variabel Penunjang
a. Kelompok Umur Responden
Berikut ini adalah karakteristik responden menurut
kelompok umur ibu.
Tabel 4.1
Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan
Talibura Kabupaten Sikka NTT
Tahun 2012
Kelompok Umur (Tahun)
n
%
< 20 tahun
20 35 tahun
> 35 tahun
Total
Sumber: Data Primer Agustus 2012
Berdasarkan Tabel 4.1

1
45
12
58

1,7
77,6
20,7
100

menunjukkan

bahwa

sebagian besar responden berada pada kelompok umur


20-35 tahun yaitu 45 orang (77,6%), sedangkan kelompok

umur > 35 tahun sebanyak 12 orang (20,7%) dan


kelompok umur < 20 tahun hanya 1 orang (1,7%).
b. Tingkat Pendidikan Responden
Berikut ini karakteristik responden menurut tingkat
pendidikan ibu.
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan
Talibura Kabupaten Sikka NTT
Tahun 2012
Tingkat Pendidikan
Terakhir
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Akademik/PT
Total
Sumber : Data Primer Agustus 2012

1
6
8
10
23
10
58

1,7
10,3
13,8
17,2
39,9
17,2
100

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa tingkat


pendidikan terakhir responden paling banyak adalah
SMA/Sederajat yaitu 23 orang (39,9%), dan yang paling
sedikit yaitu tidak sekolah sebanyak 1 orang (1,7%).

c. Jenis Pekerjaan Ibu


Berikut ini karakteristik responden berdasarkan
jenis pekerjaan ibu.

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
Jenis Pekerjaan

Buruh Harian
5
Wiraswasta
7
PNS
4
IRT
25
Pegawai Swasta
11
Dosen
1
Guru Honorer
3
Mahasiswa
2
Total
58
Sumber: Data Primer Agustus 2012

%
8,6
12,1
6,9
43,1
19,0
1,7
5,2
3,4
100

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jenis


pekerjaan ibu yang paling banyak adalah sebagai Ibu
Rumah Tangga yakni 25 orang (43,1%), dan yang paling
sedikit adalah Dosen yakni 1 orang (1,7%).

d. Kelompok Umur Bayi


Berikut ini karakteristik responden berdasarkan
kelompok umur bayi.

Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Bayi
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing
Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
Umur Bayi ( Bulan )

0
1
2
3
4
5
6

2
2
3
4
9
15
23

3,4
3,4
5,2
6,9
15,5
25,9
39,7

Total

58

100

Sumber : Data Primer Agustus 2012


Tabel 4.4 menunjukkan bahwa bayi umur bayi
yang paling banyak adalah bayi yang berusia 6 bulan yaitu
sebanyak 23 bayi (39,7%), sedangkan yang paling sedikit
adalah yang berusia 0 dan 1 bulan masing masing 2
bayi (3,4%).

e. Jenis Kelamin Bayi.


Tabel 4.5
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi
Di Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka 2012
Umur Bayi ( Bulan )

Laki Laki
34
Perempuan
24
Total
58
Sumber : Data Primer Agustus 2012

%
58,6
41,4
100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jenis kelamin lakilaki lebih banyak yakni 34 bayi (58,6%), di bandingkan
dengan jenis kelamin perempuan yaitu 24 bayi ( 41,4%).
f. Urutan Kelahiran Anak
Tabel 4.6
Distribusi Responden Menurut Urutan Kelahiran Anak
Di Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
Anak Ke -

1
21
36,2
2
13
22,4
3
10
17,2
4
6
10,3
5
5
8,6
6
2
3,4
7
1
1,7
Total
58
100
Sumber : Data Primer Agustus 2012
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa urutan kelahiran
anak yang paling banyak adalah anak pertama yaitu 21
bayi (36,2%), dan yang paling sedikit adalah anak ke-7
yakni 1 bayi (1,7%).
g. Berat Badan Waktu Lahir
Tabel 4.7
Distribusi Responden Menurut Berat Badan Waktu Lahir
Di Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT 2012

Berat Badan Lahir

< 2,5
2,5 3,5
> 3,5
Total

4
52
2
58

6,9
89,7
3,4
100

Sumber : Data Primer Agustus 2012


Tabel 4.7 menunjukkan bahwa berat badan bayi
pada waktu lahir adalah paling banyak pada interval 2,5
3,5 Kg (normal) yakni sebanyak 52 bayi ( 89,7%), dan
yang paling sedikit yaitu berat badan bayi pada interval >
3,5 Kg yakni 2 bayi (3,4%).

h. Pemberian ASI Eksklusif


Tabel 4.8
Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif
Di Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
ASI Eksklusif

Memberikan
8
Tidak Memberikan
50
Total
58
Sumber : Data Primer Agustus 2012

%
13,8
82,2
100

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jumlah bayi


yang diberikan ASI Eksklusif lebih sedikit yakni 8 bayi
(13,8) dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI
Eksklusif yaitu sebanyak 50 bayi (86,2%).

1.2

Deskriptif Variabel Penelitian

a. Pengetahuan tentang ASI


Berikut ini tabel distribusi responden berdasarkan
tingkat pengetahuan.
Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
Pengetahuan

Cukup
30
Kurang
28
Total
58
Sumber: Data Primer Agustus 2012

51,72
48,27
100

Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa jumlah


responden yang berpengetahuan cukup lebih banyak
yaitu 30 orang (51,72%), dibandingkan dengan yang
berpengetahuan kurang yaitu 28 orang (48,27%).
b. Pendidikan
Berikut

ini

tabel

distribusi

responden

berdasarkan pendidikan.
Tabel 4.10
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah
Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura Kabupaten
Sikka NTT Tahun 2012
Pendidikan
n
Rendah
15
Tinggi
43
Total
58
Sumber: Data Primer Agustus 2012

%
25,86
74,13
100

Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa jumlah


responden yang berpendidikan rendah sedikit yaitu 15

orang (25,86%) dibandingkan dengan responden yang


berpendidikan tingg yaitu 43 orang (74,13%).
c. Pekerjaan
Berikut
ini
tabel
distribusi
responden
berdasarkan pekerjaan.
Tabel 4.11
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing
Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka NTT
Tahun 2012
Pekerjaan

Bekerja
49
Tidak Bekerja
9
Total
58
Sumber : Data Primer Agustus 2012

84,48
15,51
100

Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa jumlah


responden yang bekerja lebih banyak, yaitu 9 orang
(84,48%) dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja, yaitu 9 orang (15,51%).

d. Pendapatan Keluarga
Berikut ini karakteristik responden berdasarkan
pendapatan keluarga.
Tabel 4.12
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT
Tahun 2012
Pendapatan Keluarga
Rendah

12

20,68

Tinggi
46
Total
58
Sumber : Data Primer Agustus 2012

79,71
100

Berdasarkan Tabel 4.12 terlihat bahwa sebagian


besar responden berpendapatan tinggi yaitu 46 orang
(79,71%),

dan

paling

sedikit

responden

yang

berpendapatan rendah yaitu 12 orang (20,68%).

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian
ASI Eksklusif.
Tabel 4.13
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
Pemberian ASI
Pengetahua
Total
Non
n
Eksklusif
Eksklusif
Ibu
n
%
N
%
N
%
Kurang
26 92,9
2
7,1
28
100
Cukup
24
80
6
20
30
100
Total
50 86,2
8
13,8
58
100
Sumber : Data Primer Agustus 2012
p=0,036
Tabel 4.13 menunjukkan dari 28 responden yang
pengetahuannya kurang, sebanyak 2 orang ( 7,1%) yang
memberikan ASI Eksklusif dan 26 responden (92,9%) yang tidak

10

memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan dari 30 responden yang


memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 6 responden (20%)
yang

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya

dan 24

responden (80%) yang tidak memberikan ASI Eksklusifnya.


Sedangkan dari hasil uji stastistik dengan menggunakan Uji
Chi-Square

Test

melalui

pendekatan

Fisher

Exact

Test

menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,036 (p-value < = 0,05),


berarti

ada

hubungan

antara

pengetahuan

ibu

dengan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas


Watubaing Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka 2012.
b.

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pemberian


ASI Eksklusif
Berikut ini tabel hubungan antara pendidikan dengan
pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4.14
Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
Pemberian ASI
Pendidkan
Non
Eksklusif
Ibu
Eksklusif
n
%
n
%
Rendah
14 93,3
1
6,7
Tinggi
36 83,7
7 16,3
Total
50 86,2
8 13,8
Sumber: Data Primer Agustus 2012
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari

Total
N
15
43
58

%
100
100
100
p=0,666
15 responden yang

berpendidikan rendah terdapat 1 orang (6,7%) yang memberikan


ASI Eksklusif dan sebanyak 14 orang (93,3%) yang tidak

11

memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Sedangkan dari 43


responden yang memiliki pendidikan tinggi hanya 7 orang (16,3%),
yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 36 orang
(83,7%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
Sedangkan dari Hasil Uji Stastistik dengan menggunakan uji ChiSquare Test melalui pendekatan Fisher Exact Test menunjukkan
bahwa nilai p-value = 0,666 ( p-value>=0,05), artinya tidak ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Watubaing Kecamatan
Talibura Kabupaten Sikka 2012.
c. Analisis Hubungan antara Jumlah Pendapatan dengan
Pemberian ASI Eksklusif
Berikut ini tabel hubungan antara pendapatan dengan
pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4.15
Hubungan Pendapatan dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Watubaing
Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka NTT Tahun 2012
Pemberian ASI
Non
Pendapatan
Eksklusif
Eksklusif
n
%
n
%
Rendah
11
91,7
1
8,3
Tinggi
39
84,8
7
15,2
Total
50
86,2
8
13,8
Sumber : Data Primer Agustus 2012
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari

Total
n
%
12
100
46
100
58
100
p=1,000
12 responden

yang pendapatannya rendah sebanyak 1 orang (8,3%) yang


memberikan ASI Eksklusif pada banyina dan 11 orang ( 91,7%)

12

yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Sedangkan


dari 46 responden yang memiliki pendapatn keluarga tinggi
hanya sebanyak 7 orang (15,2%) yang memberikan ASI
Eksklusif pada bayinya, dan 39 orang (84,8%) yang tidak
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Berdasarkan Hasil Uji
Statistik dengan menggunakan Uji Chi-Squere Test melalui
pendekatan Fisher Exact Test menunjukkan bahwa nilai p-value
= 1,000 (p-value>=0,05), artinya tidak ada hubungan antara
pendapatan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Watubaing Kecamatan
d.

Talibura Kabupaten Sikka 2012.


Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian
ASI Eksklusif.
Tabel 4.16
Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Puskesmas Watubaing Kecamatan Talibura
Kabupaten Sikka 2012
Pemberian ASI
Non
Pekerjaan Ibu
Eksklusif
Eksklusif
n
%
n
%
Tidak
42
85,6
7
14,3
Bekerja
8
88,9
1
11,1
Total
50
86,2
8
13,8
Sumber : Data Primer Agustus 2012
Berdasarkan tabel 4.16 diatas menunjukkan

Total
n
%
49
100
9
100
58
100
p=1,000
bahwa dari 49

responden yang tidak bekerja sebanyak 7 orang (14,3%) yang


memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 42 orang (85,7%)
yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Sedangkan

13

dari 9 responden yang bekerja hanya 1 orang (11,1%) yang


memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 8 orang (88,9%) yang
tidak memberikan ASI Eksklusif pada banyinya. Berdasarkan
Hasil Uji Stastistik dengan menggunakan Uji Chi-Squere Test
melalui pendekatan Fisher Exact Test menunjukka bahwa nilai
p-value=1,000 (p-value>=0,05), artinya tidak ada hubungan
antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan Di Puskesmas Watubaing Kecamatan
Talibura Kabupaten Sikka 2012.

B. Pembahasan
1. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu
diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca

14

buku tantang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf dapat menyusui
anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan
kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah
selalu mudah. Pengetahuan ASI Eksklusif adalah yang meliputi
pengertian, manfaat

ASI Eksklusif, Kolostrum serta manajemen

laktasi yang dapat menunjang keberhasilan pemberian ASI


Eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh
bahwa dari 30 responden yang memiliki pengetahuan yang cukup
hanya sebanyak 6 orang (20,0%), yang memberikan ASI Eksklusif
dan sebanyak 24 orang (80,0%), yang tidak memberikan ASI
Eksklusif pada bayinya. Adapun penyebab sehingga responden
yang memiliki pengetahuan yang cukup namun tidak memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya adalah antara lain karena :
a.
ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga mereka
beranggapan perlu dibantu dengan susu formula atau
tambahan cairan lainnya. Pada hal sebenarnya pada hari
pertama bayi belum memerlukan cairan, sehingga tidak
memerlukan susu formula atau cairan lain sebelum ASI keluar.
Memang pada umur 30 menit bayi harus mengisap ASI ibunya
karena reflex isap bayi baru lahir akan mencapai puncaknya
pada saat ia berumur 20-30 menit. Apabila terlambat
menyusui, feflex ini akan berkurang dan tidak akan kuat lagi

15

sampai beberapa jam kemudian. Selain itu juga memberikan


b.

kesempatan si ibu untuk belajar menyusui bayinya.


Kurangnya motivasi/dukukungan dari pihak

keluarga

khususnya suami sehingga ibu tersebut tidak memberikan ASI


Eksklusif, pada hal peran serta ayah sangat mempengaruhi
c.

hormone oksitosin untuk memproduksi ASI.


Adanya persepsi lain dari responden bahwa ASI Eksklusif
adalah bayi diberikan makanan/minuman lain setelah bayi
berusia 6 bulan kecuali air putih. Jadi banyak responden yang
mengira bahwa dirinya telah memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya namun sebenarnya tidak karena tidak sesuai dengan
standar ASI Eksklusif yang sebenarnya.

Selain itu pemberian ASI Eksklusif juga dipengaruhi karena


adanya mitos-mitos menyusui yang beredar dalam masyarakat
seperti (Roesli,2010)
a.
Menyusui mengubah bentuk payudara.
Sebenarnya yang mengubah bentuk

payudara

adalah

kehamilan. Selama hamil hormon-hormon pembentuk air susu


akan mulai pengisi payudara. Payudara yang terisi tentu
berbeda dengan payudara yang belum terisi. Selain itu juga
dipengaruhi oleh faktor keturunan, dan sebagian disebabkan
b.

penambahan berat badan sewaktu hamil.


Menyusui menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan.
Sebenarnya menyusui membantu ibu dalam menurunkan
berat badan selama hamil. ASI Eksklusif membantu ibu

16

menurunkan badannya karena timbunan lemak selama hamil


c.

akan dipergunakan selama proses menyusui.


Payudara kecil tidak menghasilkan ASI cukup.
Besar kecilnya payudara tidak menentukan jumlah produksi
ASI karena payudara besar hanya mengandung jaringan
lemak yang lebih banyak dibandingkan payudara kecil.
Payudara kecil lebih banyak mengandung kelenjar pembantu
susu.

d.

ASI kurang, ASI tidak cukup karena bayi minumnya banyak.


Sebenarnya semua ibu mampu menghasilkan ASI dengan
baik asalkan dapat menata laktasi dengan baik dan benar.
Dari hasil penelitian ini juga diperoleh 2 responden (7,1%)

yang memiliki pengetahuan yang kurang namun tetap memberikan


ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini mungkin disebabkan karena
responden mengikuti kebiasaan-kebiasaan dari keluarganya atau
masyarakat yang ada disekitarnya, walaupun responden tidak
mengetahui apa itu ASI Eksklusif dan manfaatnya bagi kesehatan
bayinya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Irianti (Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar Tahun
2010) yang

bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan

dengan pemberian ASI Eksklusif.

Jadi pengetahuan seseorang

dapat berguna sebagai motivasi dalam bersikap dan bertindak


sesuatu bagi orang tersebut seperti pemberian ASI Eksklusif
meskipun hal ini masih dipengaruhi oleh faktor faktor lainnya.

17

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan


oleh Muminah (Wilayah Kerja Puskesmas Rappang Kab.Sidrap
Tahun 2010 ) dan Fatmawati ( Wilayah Kerja Puskesmas Salomekko
Kota Kabupaten Bone Tahun 2011) yang menunjukkan ada
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI
Eksklusif. Jadi pengetahuaan seseorang dapat berguna sebagai
motivasi dalam bersikap dan bertidak sesuatu bagi orang tersebut
seperti pemberian ASI Eksklusif meskipun hal ini masih dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya.
Walaupun penelitian ini sejalan dengan penelitian Muminah,
Irianti dan Fatmawati namun penelitian ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Amiruddin di Kelurahan Pabaeng-baeng Kota
Makassar

Tahun

2006,

yaitu

tidak

ada

hubungan

antara

pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Ia berpendapat


bahwa meskipun pengetahuan ibu cukup atau kurang maka tidak
berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. Menurutnya faktor
keluarga dan kebudayaan yang berpengaruh terhadap pemberian
ASI Eksklusif.
2. Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Tingkat pendidikan merupakan salah satu komponen yang
dapat memungkinkan seseorang memggunakan nalar untuk
menerima inovasi serta dapat mempengaruhi pola pikir seseorang.

18

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan mudah baginya


untuk menerima transformasi pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa dari
58 responden sebanyak 43 responden (74,1%) yang pendidikannya
tinggi. Melihat kenyataan tersebut diharapkan agar responden yang
berpendidikannya tinggi dapat memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. Namun, kenyataannya berbeda, karena dari 43 responden
yang berpendidikan tinggi hanya 7 responden (16,3%) diantaranya
yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
Dari beberapa studi terakhir yang telah oleh Hamilton (1984)
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka akan menambah kemampuan berfikirnya untuk menyerap
informasi-informasi

dan

menggunakan

secara

tepat

dalam

pengambilan keputusan khususnya yang berhubungan dengan


kesejahteraan anak atau status gizi anak menurut Elfindri (1996)
pendidikan

ibu terkait dengan sosial cultural yang memberi

pengaruh pada status gizi anak. Ibu yang terdidik diharapkan


mengasuh anak dengan baik. Mac Dowell mengatakan tak beda
nyata pengetahuan gizi calon guru dengan tamatan SD keduanya
hanyalah sedikit tahu dibanding yang buta huruf (Ahmadi Abu :
1998).
Beberapa

ibu

yang

berpendidikan

tinggi

namun

tidak

memberikan ASI Eksklusif menyatakan bahwa produksi air susu


mereka kurang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan sang
anak, padahal air susu ibu semakin sering di hisap oleh bayi maka

19

semakin tinggi produksi ASI dan sebaliknya. Disamping itu, mereka


sibuk mengerjakan tugas rumah tangga yang lain sehingga pada
saat menyusui mereka merasa lelah setelah bekerja dan malas
untuk memberikan ASI pada bayinya.
Selain itu juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan
responden tentang ASI Eksklusif. Walaupun responden memiliki
pendidikan

tinggi

namun

responden

kurang

mendapatkan

penyuluhan tentang ASI Eksklusif. Masih banyak ibu-ibu baik di


desa maupun di kota, bahkan yang berpendidika tinggi hingga yang
tidak sempat mengenyam pendidikan sekalipun, belum sepenuhnya
mendapatkan informasi yang benar tentang ASI.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 15
responden yang berpendidikan rendah, 1 diantaranya (6,7%) telah
memberikan ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan karena adanya faktor
kebiasaan / pengalaman ibu tersebut dimana responden selalu
memberikan makanan tambahan pada bayinya pada saat umur 6
bulan.
Menurut Roesli Utama (2001), ayah merupakan bagian yang
vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui. Banyak ayah
yang berpendapat salah. Para ayah ini berpendapat bahwa
menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka beranggapan
cukup menjadi pengamat pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai
peran sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena
ayah akan turut menentukan kelancaran reflex pengeluaran ASI
yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.

20

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan


antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil
penelitin

ini

sama

dengan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Soeparmanto dan Soleha (Surabaya : 2011). Irianti (Wilayah kerja


Puskesmas Tamalanrea Kota Makassar Tahun 2005) dan Muminah
(Wilayah Kerja Puskesmas Rappang Kab. Sidrap tahun 2008) dan
Fatmawati (Wilayah Kerja Puskesmas Salomeko Kab. Bone Tahun
2010). Yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara
pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini mungkin
disebabkan karena mereka memiliki criteria objektif yang berbeda
dengan penelitian ini yaitu mereka mengkategorikan tinggi apabila
> SMA sedangkan pada penelitian ini responden dikatakan memiliki
pendidikan tinggi apabila responden memiliki pendidikan > SLTP.
3. Hubungan Antara Pendapatan keluarga Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Menurut Lawrence (2005), ASI adalaha pemberian yang
sangat berharga bagi ibu kepada bayinya. Sewaktu bayi sedang
sakit, ASI merupakan obat yang dapat menyelamatkan hidup bayi,
dan dalam kemiskinan ASI merupakan hadiah satu-satunya yang
dapat diberikan ibu kepada bayinya (Roesli,2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
responden yang

memiliki pendapatan keluarga yang

jumlah
tinggi

sebanyak 46 responden dan 39 diantaranya (84,8%), tidak


memberikan ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi pendapatan, maka kesempatan untuk makan bergizi juga

21

semakin tinggi. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan


Amiruddin (2006) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya
pendapatan keluarga atau status sosial ekonomi yang tinggi serta
lapangan

pekerjaan

bagi

perempuan

berhubungan

dengan

cepatnya pemberian susu botol.


Selain itu penyebab sehingga responden yang memiiki
pendapatan keluarga yang tinggi tetapi tidak memberikan ASI
Eksklusif adalah karena kebanyakan responden melahirkan di
rumah sakit bersalin sehingga mereka diberikan susu formula di
tempat mereka melahirkan. Selain itu biasanya bayi dipisahkan dari
ibunya begitu melakhirkan oleh si penolong persalinan sehingga
menghambat naluri bayi untuk menyusu pada ibunya.
Faktor lain yang juga memiliki peran yang besar adalah
faktor lingkungan, kurang pengetahuan responden dan gencarnya
susu formula. Banyak ibu-ibu yang beranggapan bahwa disamping
praktis menyiapkannya, susu formula juga lebih baik dari pada
ASInya sendiri karena pengaruh dari media. Ibu-ibu kurang
mengatahui bahwa pemilihan susu formula yang tidak tepat akan
mengakibatkan gangguan beberapa fungsi dan organ tubuh seperti
diare, sering batuk, sesak dan sebagainya. Secara umum prinsip
pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu yang
sesuai dan biasa diterima oleh system tubuh anak. Susu terbaik
tidak harus susu yang disukai bayi atau susu yang harganya mahal.
Bukan juga susu yang banyak dipakai oleh kebanyakan bayi atau

22

susu yang paling laris. Karena, susu formula dengan penjualan


terbesar beredar disetiap Negara selalu berbeda (Judarwanto,
2006).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 12
responden yang berpendapatan keluarganya rendah, 11 responden
(91,7%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan
karena responden menganggap ASI saja tidak cukup untuk bayinya
sehingga mereka memberikan minuman/makanan lain meskipun
minuman tersebut hanya air putih saja, madu, air gula atau susu
formula yang diencerkan.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pendapatan keluarga yang tinggi dengan
pemberian ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan karena tidak semua
ibu memiliki pendapatan keluarga yang tinggi memberikan susu
formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan. Banyak
responden yang memiliki pendapatan keluarga yang tinggi tetapi
hanya memberikan air putih kepada bayinya sebagai pendamping
ASI.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Soparmanto dan Soleha (Surabaya Tahun 2010) dan
Amiruddin (Kelurahan PAbaeng-baeng Tahun 2010). Dari hasil
penelitian Amiruddin didapatkan bahwa walaupun ibu memiliki
sosial ekonomi yang tinggi maupun sosial ekonomi yang rendah
tidak

mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan penelitian ini ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah

23

tetap membeli susu formula dan memberikannya kepada bayi


mereka yang kemudian mengalami pengeceran yang salah yang
tidak sesuai dengan ketentuan secara lengkap.
4. Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Aktifitas sehari-hari terutama yang bersifat mempertahankan
kelangsungan hidup sering kali menyingkirkan kepentingan atau
masalah

lain

yang

dianggap

kurang

mendesak

karena

keterbatasan waktu, hal ini berkaitan dengan ibu yang banyak


menghabiskan waktunya untuk bekerja khususnya di luar rumah
sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk mempertahankan diri
dan bayinya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan
bahwa

sebanyak

responden

yang

bekerja

yang

dapat

menghambat pemberian ASI Eksklusif dan 49 responden yang tidak


bekerja. Dari 9 responden yang berkerja, hanya 1 responden
(11,1%), yang memberikan ASI Eksklusif. Walaupun presentasenya
rendah, namun hal ini mendukung teori yang dikemukakan oleh
Roesli (2001), bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan
pemberian ASI Eksklusif, meskipun cuti melahirkan hanya 3 bulan,
ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
dengan cara memerah Asinya sehari sebelum ibu pergi.
Salah satu alasan yang paling sering di kemukakan bila ibu
tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu
bekerja, terutama pada usia subur. Sehingga bekerja bukan saja

24

berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tetapi bisa


saja bekerja di ladang bagi masyarakat pedesaan (Savage, 1991).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu dari 9
responden yang bekerja sebanyak 8 responden (88,9%), yang tidak
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini disebabkan karena
ibu menggunakan susu formula secara dini sehingga menggantikan
kedudukan ASI.
Untuk
memenuhi

kebutuhan

nutrisi

bayi,

WHO

merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapatkan ASI Eksklusif


selama 6 bulan. Tidak ada jadwal khusus yang bisa diterapkan
untuk pemberian ASI pada bayi. Jadi ibu harus setia setiap saat
bayi membutuhkan ASI. Akibatnya, jika ibu diharuskan kembali
bekerja penuh diluar rumah sebelum bayi berusia 6 bulan,
pemberian ASI Eksklusif ini tidak bisa berjalan sebagaimana
mestinya.
Di Indonesia, sesuai kebijakan Pemerintah sebagian besar
perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan
hanya 3 bulan. Karena itu kendati kampanye nasional pemberian
ASI Eksklusif di canangkan, kenyataan hal itu sulit dilakukan bagi
ibu yang bekerja diluar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah
setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran
produksi ASI. Kendati demikian hal itu tidak berarti kesempatan ibu
yang bekerja untuk memberi ASI Eksklusif kepada bayinya hilang
sama sekali (Rahmawati dan Kuntari.2006).

25

Dari hasil penelitian juga terlihat bahwa dari 49 responden


yang tidak bekerja, sebanyak 42 responden (85,7%), yang tidak
memberikan ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan pemberian ASI
Eksklusif pada bayinya. Selain itu, beberapa kendala yang
menyebabkan

kurangnya

pemberian

ASI

Eksklusif

adalah

kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASInya cukup untuk


bayinya, pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar,
nasehat-nasehat dari banyak teman yang bernaksud baik, adanya
anggapan bahwa menyusui bukan untuk wanita modern.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa tidak ada
hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status pekerjaan
ibu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Irianti (2005), dan Amiruddin (2006). Hal ini adalah karena
faktor lebih dominan yang bisa mempengaruhi ASI Eksklusif pada
bayinya
bahwa

diantaranya faktor lingkungan dan adanya anggapan


dengan

pemberian

ASI

saja

maka

anak

lambat

pertumbuhannya sehingga perlu di berkan makanan/minuman


tambahan. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Muminah (Wilayah Kerja Puskesmas Rappang Tahun
2006), yaitu ada hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif.

26

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI Eksklusif Pada bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas
Watubaing Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa Tenggara
Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Di Puskesmas
Watubaing Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa
Tenggara Timur 2012. Hal ini berarti ibu berpengetahuan
cukup berpeluang lebih banyak memberikan ASI Eksklusif
2.

pada bayinya.
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Di Puskesmas
Watubaing Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa
Tenggara Timur 2012. Hal ini berarti pendidikan bukan faktor
penentu pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah

3.

tersebut.
Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Di Puskesmas
Watubaing Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa

27

Tenggara Timur 2012. Hal ini berarti pedapatan bukan


penentu pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah
4.

tersebut.
Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Di Puskesmas Watubaing
Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur
2012. Hal ini berarti pekerjaan bukan faktor pemberian ASI

B.

Eksklusif pada bayi di wilayah tersebut.


Saran
1.
Dengan melihat begitu pentingnya pemberian ASI Eksklusif,
maka

perlu

dilakukan

pemasyarakatan

melalui

upaya

peningkatan pengetahuan kepada seluruh lapisan masyarakat


mulai dari remaja sampai ibu-ibu yang telah memiliki anak dan
juga para suami dengan metode informasi yang disesuaikan
2.

dengan kelompok-kelompok masyarakat.


Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pentingnya pemberian ASI Eksklusif baik bagi masyarakat
berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan yang nantinya
diharapkan dapat melakukan perubahan prilaku dari tidak baik

3.

menjadi baik.
Perlu dilakukan

penyuluhan

kepada

semua

lapisan

masyarakat bahwa ASI disamping murah juga merupakan


makanan terbaik untuk bayi yang tidak ada bandingnya
karena komposisinya selalu berubah sesuai dengan umur
bayi.

28

4.

Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat baik yang


berpenghasilan rendah maupun yang berpenghasilan tinggi
bahwa ASI disamping murah juga mempunyai nutrisi yang
terbaik bagi bayi bila dibandingkan dengan makanan/minuman

5.

lain yang harganya jauh lebih mahal.


Perlu dukungan dari pihak yang terkait khususnya instansi
yang mempekerjakan wanita agar ibu yang berkerja dapat
tetap

memberikan

ASI

Eksklusifnya,

misalnya

dengan

memperpanjang cuti hamil dan setalah melahirkan serta


menyediakan tempat khusus bagi ibbu untuk menyusui
6.

bayinya.
Sebaiknya

bagi

peneliti

selanjutnya

perlu

melakukan

penelitian tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan


pemberian ASI Eksklusif seperti faktor sosial, budaya,
dukungan keluarga dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai