Anda di halaman 1dari 507

Profil Kesehatan indonesia 2012

Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI


Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
Profil Kesehatan Indonesia 2012, -- Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2013
ISBN: 978-602-8937-89-4
1. Judul
I. HEALTH STATISTICS
Buku ini diterbitkan oleh :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432, 5277168
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes .go.id
Web site: http://www.kemkes.go.id
351.770.212
Ind
p

ii

Profil Kesehatan indonesia 2012

TIM PENYUSUN
PENGARAH
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS (Sekretaris Jenderal Kemenkes RI)
KETUA
drg. Oscar Primadi, MPH (Kepala Pusat Data dan Informasi)
EDITOR
Boga Hardhana, S.Si, MM
Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes
drg. Vensya Sitohang, M.Epid
drg. Titi Aryati Soenardi, M.Kes
ANGGOTA
Ir. Zulfi, MM; Farida Sibuea, SKM, MScPH; Marlina Indah Susanti, SKM, M.Epid;
Supriyono Pangribowo, SKM, MKM; Athi Susilowati Rois, SKM;
Budi Prihantoro, S.Si ; Margiyono, SKom; Dewi Roro Kumbini, S.Pd, MKM;
Diah Puspitasari, SKM; Doni Hadhi Kurnianto, SKom; B.B. Sigit;
Muslichatul Hidayah, Hanna Endang Wahyuni; Sondang Tambunan;
Hellena Maslinda; Hadi Nuramsyah
KONTRIBUTOR
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Keuangan dan Perlengkapan;
Pusat Penanggulangan Krisis; Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;
Pusat Komunikasi Publik; Biro Kepegawaian; Set. Ditjen Bina Gizi dan KIA; Dit. Bina Gizi;
Dit Bina Kesehatan Ibu; Dit Bina Kesehatan Anak; Set. Ditjen Bina Upaya Kesehatan;
Set. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
Dit. Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
Dit. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; Dit. Surveilans Imunisasi dan Karantina;
Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular; Set. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
Set. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
Set. Badan PPSDM Kesehatan.

iii

KATA PENGANTAR
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI
Saya menyambut gembira hadirnya Profil Kesehatan Indonesia
2012 yang terbit untuk merespon tingginya kebutuhan akan
data dan informasi. Di tengah banyaknya tantangan yang
dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi sebagai landasan
pengambilan keputusan yang evidence-based, Pusat Data dan
Informasi pada akhirnya berhasil menyusun produk publikasi
Profil Kesehatan Indonesia 2012.
Saya menyadari, bukan hal mudah untuk dapat menyajikan data
yang berkualitas, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Kendala yang
dihadapi dalam pengelolaan data dan informasi baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi,
maupun pusat berperan terhadap penyusunan Profil Kesehatan Indonesia. Pemenuhan
kelengkapan data baik dari segi cakupan wilayah maupun indikator merupakan masalah
utama yang ditemui dalam rangka penyusunan profil yang tepat waktu. Selain itu, dalam
menyusun Profil Kesehatan Indonesia diperlukan komitmen bersama antara pusat dan
daerah dalam mewujudkan penyediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Pengelola
data dan informasi di tingkat pusat dan daerah juga harus menjadikan pengelolaan data dan
informasi sebagai komponen prioritas dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pusat Data dan Informasi telah melakukan banyak upaya agar data dan informasi yang
disajikan pada Profil Kesehatan Indonesia dapat hadir lebih cepat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Saya sangat berharap dengan hadirnya Profil Kesehatan Indonesia 2012 ini,
kebutuhan terhadap data dan informasi kesehatan di semua lini, baik institusi pemerintah,
institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dapat
terpenuhi dengan baik. Profil Kesehatan ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan dalam mengukur kinerja program pembangunan kesehatan baik di pusat maupun
di daerah yang berguna bagi perencanaan program pembangunan kesehatan berikutnya.
Melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggitingginya kepada semua pihak, dalam hal ini pengelola data di tingkat pusat, daerah, serta
lintas sektor yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia 2012.
Semoga, Profil Kesehatan Indonesia di masa mendatang dapat menyajikan data yang lebih
berkualitas dan dapat terbit lebih cepat.
Jakarta, Juli 2013

dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS


NIP. 195408112010061001

iv

SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Data dan informasi yang berkualitas adalah landasan pengambilan
keputusan dalam Pembangunan Kesehatan. Di samping itu,
sesuai amanat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun
2009, setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Oleh
karena itu, ketersediaan data dan informasi sangat diperlukan
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
Penyediaan data dan informasi dilaksanakan melalui serangkaian proses panjang mulai
dari hulu sampai hilir. Proses ini dimulai dari pengumpulan data dan informasi dari tingkat
layanan kesehatan masyarakat, dilanjutkan dengan pengelolaan data dan informasi di
tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Langkah perbaikan dan penyempurnaan dalam
pelaksanaan proses ini perlu dilakukan dari waktu ke waktu. Sebab, tuntutan terhadap
pemenuhan data dan informasi yang lengkap dan tepat waktu dari hari ke hari semakin
meningkat.
Saya menyambut baik terbitnya Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini dan menyampaikan
apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan
buku ini. Semoga buku ini dapat memenuhi tuntutan ketersediaan data dan informasi untuk
dijadikan landasan pengambilan keputusan yang evidence-based dalam Pembangunan
Kesehatan.
Jakarta, Juli 2013
MENTERI KESEHATAN RI

dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., M.P.H

Kunjungan kerja Menkes ke RSUD Mimika - Papua

vi

Foto: Puskom Publik

Profil Kesehatan indonesia 2012

Profil Kesehatan indonesia 2012

DAFTAR SINGKATAN
:

Angka Bebas Jentik

ACT

Artemisinin-based Combination Therapy

AFP

Acute Flaccid Paralysis

ABJ
- Larva Free
Index

Adolescent Fertility Rate

AFR
AHH

Angka Harapan Hidup


Jumlah rata-rata usia yang diperkirakan pada seseorang atas dasar
angka kematian pada masa tersebut yang cenderung tidak
berubah di masa mendatang

AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome

AKABA

Angka Kematian Balita

AKB

Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Neonatal

AMH

Angka Melek Huruf

API

Annual Parasite Incidence

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APK

Angka Partisipasi Kasar

APM

Angka Partisipasi Murni

APS

Angka Partisipasi Sekolah

ARV

Anti Retro Virus

ASEAN

Association of Southeast Asian Nations

ASI
Eksklusif

Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa tambahan

BAN-PT

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

BBLR

Berat Bayi Lahir Rendah

BB/TB

Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan

- Infant
Mortality
Rate (IMR)
AKI
- Maternal
Mortality
Rate (MMR)
AKN
- Neonatal
Mortality
Rate

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6
bulan.

vii

Profil Kesehatan indonesia 2012

viii

BB/U

Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Umur

BCG

Bacille Calmette-Gurin

BNN

Badan Narkotika Nasional

BOK

Biaya Operasional Kesehatan

BPS

Badan Pusat Statistik

BSB

Brigade Siaga Bencana

BTA +

Basil Tahan Asam positif

BUMN

Badan Usaha Milik Negara

CBR

Crude Birth Rate = Angka Kelahiran Kasar

CDR

Case Detection Rate

CFR

Case Fatality Rate

CNR

Case Notification Rate

CR

Cure Rate = Angka Kesembuhan

CTKI

Calon Tenaga Kerja Indonesia

CTPS

Cuci Tangan Pakai Sabun

DAK

Dana Alokasi Khusus

DBD

Demam Berdarah Dengue

DBK

Daerah yang Bermasalah Kesehatan

Diknakes

Pendidikan Tenaga Kesehatan

DIPA

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DM

Diabetes Mellitus

DO Rate

Drop Out Rate

DOTS

Directly Observed Treatment Shortcourse

DPT

Diphteri Pertusis Tetanus

DTPK

Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan

FCP

Female Cancer Program

FK

Fakultas Kedokteran

FKG

Fakultas Kedokteran Gigi

GDR

Gross Death Rate = Angka Kematian Umum

GDI

Gender-related Development Index

GEM

Gender Empowerment Measure

GHPR

Gigitan Hewan Penular Rabies

GII

Gender Inequality Index = Indeks Ketidaksetaraan Gender

GNI

Gross National Income

HDI

Human Development Index

HIV

Human Immunodeficiency Virus

ICCP

Indonesian Cancer Control Progam

IDU

Injecting Drug User

IEBA

Industri Ekstrak Bahan Alam

IGME

Inter Agency Group for Child Mortality Estimates

Profil Kesehatan indonesia 2012


IMS

Infeksi Menular Seksual

IMT

Indeks Massa Tubuh

IMT/U

Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur

IOT

Industri Obat Tradisional

IPM

Indeks Pembangunan Manusia

IR

Incidence Rate

ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut

IUD

Intra Uterine Device

Jamkesmas

Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jampersal

Jaminan Persalinan

K1

Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil pertama kali
pada masa kehamilan.

K4

Kontak minimal empat kali selama masa kehamilan untuk


mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal satu
kali kontak pada trimester pertama, satukali pada trimester kedua
dan duakali pada trimester ketiga.

KB

Keluarga Berencana

KEP

Kurang Energi Protein

KF 3

Kunjungan Nifas; Pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada


6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada
minggu ke VI termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan
dan/atau pemasangan KB pasca persalinan.

KIE

Komunikasi, Informasi dan Edukasi

KKI

Konsil Kedokteran Indonesia

KKS

Kabupaten/Kota Sehat

KLB

Kejadian Luar Biasa

KN1

Kunjungan Neonatus 1; pelayanan kesehatan neonatal dasar,


kunjungan ke-1 (pertama) pada 6-24 jam setelah lahir.

KN Lengkap

Kunjungan Neonatus Lengkap ; pelayanan kesehatan neonatal


dasar meliputi ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan
mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan
pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak
diberikan pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda.
Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah
lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari setelah lahir yang dilakukan
di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.

KONAS

Kebijakan Obat Nasional

KT

Konseling dan Tes HIV

KtA

Kekerasan Terhadap Anak

KTR

Kawasan Tanpa Rokok

Body
Mass Index
(BMI)

ix

Profil Kesehatan indonesia 2012

KTS

Konseling Tes HIV Sukarela

LAM-PT Kes

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan

Lapas

Lembaga Pemasyarakatan

LIL

Lima Imunisasi Dasar Lengkap

LMKM

Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

LPP

Laju Pertumbuhan Penduduk

LSL

Lelaki Seks dengan Lelaki

MBC

Millenium Challence Coorporation

MDGs

Millenium Development Goals

MNTE

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination

MOP

Metode Operatif Pria; cara kontrasepsi dengan tindakan


pembedahan pada saluran sperma pria.

MOW

Metode Operatif Wanita; cara kontrasepsi dengan tindakan


pembedahan pada saluran telur wanita.

MP ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu

MTBM

ManajemenTerpadu Balita Muda; suatu pendekatan keterpaduan


dalam tata laksana bayi umur 1 hari 2 bulan, baik yang sehat
maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan
pelayanan kesehatan dasar maupun yang dikunjungi oleh tenaga
kesehatan pada saat kunjungan neonatal.

MTBS

ManajemenTerpadu Balita Sakit; suatu pendekatan yang


terintegrasi/terpadu dalam tata laksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.

MTKI

Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia

NAPZA

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain

NCDR

Newly Case Detection Rate

NHA

National Health Account

NSPK

Norma Standar Prosedur Kriteria

OAT

Obat Anti Tuberkulosis

ODHA

Orang Dengan HIV/AIDS

P4K

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

PAH

Penampungan Air Hujan

PAK

Penyakit Akibat Kerja

PAUD

Pendidikan Anak Usia Dini

PD3I

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

PDAM

Perusahaan Daerah Air Minum

PDB

Produk Domestik Bruto

PDBK

Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan

PDP

Layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan

PET

Post Exposure Treatment

Profil Kesehatan indonesia 2012


PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PJK

Penyakit Jantung Koroner

PJPD

Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

PK

Penanganan Komplikasi Maternal

PKH

Program Keluarga Harapan

PKHS

Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat

PKPR

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

PKRT

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

PMO

Pengawas Menelan Obat

PMS

Penyakit Menular Seksual

Poltekkes

Politeknik Kesehatan

Polindes

Pondok Bersalin Desa

POMP

Pemberian Obat Massal Pencegahan; program untuk filariasis

PONED

Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar

PONEK

Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif

Posbindu

Pos Pembinaan Terpadu

Poskesdes

Pos Kesehatan Desa

Posyandu

Pos Pelayanan Terpandu

PN
(Salinakes)

Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

PPA

Project Partnership Agreement

PPIA

Pencegahan Penularan Ibu ke Anak

PSN

Pemberantasan Sarang Nyamuk

PTRM

Program Terapi Rumatan Metadon

PTT

Pegawai Tidak Tetap

PUS

Pasangan Usia Subur

Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat

PWS KIA

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak

RAD

Rencana Aksi Daerah

RDT

Rapid Diagnostic Test

RKP

Rencana Kerja Pemerintah

Riskesdas

Riset Kesehatan Dasar

RITL

Rawat Inap Tingkat Lanjut

RITP

Rawat Inap Tingkat Pertama

RJTL

Rawat Jalan Tingkat Lanjut

RJTP

Rawat Jalan Tingkat Pertama

RPJMN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RSK

Rumah Sakit Khusus

RSU

Rumah Sakit Umum

Sakernas

Survei Angkatan Kerja Nasional

xi

Profil Kesehatan indonesia 2012


SBS

Stop Buang Air Besar Sembarangan

SDIDTK

Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang

SDKI

Survei Demografi Kesehatan Indonesia

SDM

Sumber Daya Manusia

SEAR

WHO South-East Asia Regional

SIRS

Sistem Informasi Rumah Sakit

SKN

Sistem Kesehatan Nasional

SKRT

Survei Kesehatan Rumah Tangga

SLB

Sekolah Luar Biasa

SPAL

Saluran Pembuangan Air Limbah

SPAM

Sistem Penyediaan Air Minum

SPM

Standar Pelayanan Minimal

SR

Success Rate = Angka Keberhasilan Pengobatan

Srikandi

Sistem Registrasi Kanker di Indonesia

STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

STRA

Surat Tanda Registrasi Apoteker

STR

Surat Tanda Registrasi

STRTTK

Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian

SUPAS

Survey Penduduk Antar Sensus

Susenas

Survei Sosial Ekonomi Indonesia

TB

Tuberkulosis

TB/U

Status gizi berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur

TFR

Total Fertility Rate = Angka Fertilitas Total; jumlah rata-rata anak


yang dilahirkan setiap wanita selama hidupnya

TKI

Tenaga Kerja Indonesia

TN

Tetanus Neonatorum

TT

Tetanus Toksoid

UCI

Universal Child Immunization; tercapainya imunisasi dasar secara


lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan
anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B,
1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2
dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1
dosis campak dan 2 dosis TT.

UKBM

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat;


Bentuk UKBM yang adalah Poskesdes, Polindes, Pos UKK,
Poskestren, TOGA, Saka Bhakti Husada, dan lain-lain.

xii

UKS

Usaha Kesehatan Sekolah

UMOT

Usaha Mikro Obat Tradisional

UNICEF

United Nations Children's Fund

UPT

Unit Pelaksana Teknis

VAR

Vaksin Anti Rabies

Profil Kesehatan indonesia 2012


VCT

Voluntary, Counseling, and Testing

WHA

World Health Assembly

WHO

World Health Organization

WPS

Wanita Penjaja Seks

WUS

Wanita Usia Subur; keadaan organ reproduksinya berfungsi


dengan baik antara umur 20-45 tahun.

xiii

Profil Kesehatan Indonesia 2012

Daftar Gambar
Bab 2. Gambaran Umum & Perilaku Penduduk
GAMBAR 2.1
GAMBAR 2.2
GAMBAR 2.3
GAMBAR 2.4
GAMBAR 2.5
GAMBAR 2.6

GAMBAR 2.7
GAMBAR 2.8
GAMBAR 2.9
GAMBAR 2.10
GAMBAR 2.11

GAMBAR 2.12

GAMBAR 2.13

GAMBAR 2.14

GAMBAR 2.15

GAMBAR 2.16

GAMBAR 2.17

GAMBAR 2.18

GAMBAR 2.19

GAMBAR 2.20


GAMBAR 2.21

GAMBAR 2.22

GAMBAR 2.23

GAMBAR 2.24

GAMBAR 2.25

xiv

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012......................................... 7


ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012...................................... 8
ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012.................................. 10
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012......................... 13
PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA INDONESIA TAHUN 2011..... 14
PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT
PENDIDIKAN DI INDONESIA AGUSTUS TAHUN 2012............................................... 16
GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 2012........................................ 18
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2006 2012.................... 19
PETA PERSEBARAN PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2012..................... 20
PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2012 ........... 21
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS
DI INDONESIA TAHUN 2007 2011......................................................................... 24
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT
GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011................................. 25
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7-24 KE ATAS YANG MASIH SEKOLAH
TAHUN 2011............................................................................................................ 26
PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT STTB
TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011................................................................. 27
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011......................................................................... 28
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011.......................................................................... 29
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH
DI INDONESIA TAHUN 2007 2011......................................................................... 30
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN DI INDONESIA
TAHUN 2007 2011................................................................................................ 31
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN DI INDONESIA
TAHUN 2007 2011................................................................................................ 32
PERSENTASE HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM YANG
MEMENUHI SYARAT MIKROBIOLOGI MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 34
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES AIR MINUM LAYAK
DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG DI INDONESIA TAHUN 1995 2012 ...................... 36
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES KE SUMBER AIR MINUM
LAYAK MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012........................................ 37
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS
AIR MINUM INDONESIA TAHUN 2011 .................................................................... 38
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS ..........................
TEMPAT BUANG AIR BESAR INDONESIA TAHUN 2011............................................. 39
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................................. 40

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL


GAMBAR 2.26

GAMBAR 2.27
GAMBAR 2.28
GAMBAR 2.29

GAMBAR 2.30

GAMBAR 2.31

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK


DI INDONESIA TAHUN 1995 2012......................................................................... 41
PERSENTASE RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2012 .................... 42
PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012................. 43
PERSENTASE DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012........... 46
PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH
SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012......................................................................... 48
PERSENTASE PROVINSI YANG MEMILIKI PERATURAN TENTANG KAWASAN
TANPA ROKOK DI INDONESIA TAHUN 2010 2012 ................................................ 50

Bab 3. Situasi Derajat Kesehatan


GAMBAR 3.1

GAMBAR 3.2

GAMBAR 3.3

GAMBAR 3.4

GAMBAR 3.5

GAMBAR 3.6

GAMBAR 3.7

GAMBAR 3.8

GAMBAR 3.9

GAMBAR 3.10

GAMBAR 3.11

GAMBAR 3.12
GAMBAR 3.13
GAMBAR 3.14
GAMBAR 3.15

GAMBAR 3.16

GAMBAR 3.17

GAMBAR 3.18

GAMBAR 3.19

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP


DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012 . .......................................................................... 55
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 56
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 57
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012 . .......................................................................... 58
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 59
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 59
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 2012............................................................................ 60
ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012..................................................... 61
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012............................ 62
ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007........................................................................... 63
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2011............................................................................................................ 64
ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR DI INDONESIA TAHUN 2006-2011........... 65
ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011.......... 66
PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2012............ 70
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU DI INDONESIA
TAHUN 2007-2012................................................................................................... 71
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 72
ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS PER 100.000
PENDUDUK TAHUN 2007-2012............................................................................... 73
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012............................................................................................ 74
ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA+ DI INDONESIA
TAHUN 2006-2012................................................................................................... 75

xv

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.20
GAMBAR 3.21
GAMBAR 3.22

GAMBAR 3.23

GAMBAR 3.24

GAMBAR 3.25

GAMBAR 3.26
GAMBAR 3.27

GAMBAR 3.28

GAMBAR 3.29

GAMBAR 3.30

GAMBAR 3.31

GAMBAR 3.32

GAMBAR 3.33
GAMBAR 3.34

GAMBAR 3.35

GAMBAR 3.36

GAMBAR 3.37

GAMBAR 3.38

GAMBAR 3.39

GAMBAR 3.40
GAMBAR 3.41
GAMBAR 3.42
GAMBAR 3.43
GAMBAR 3.44

GAMBAR 3.45

GAMBAR 3.46
GAMBAR 3.47

xvi

JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI INDONESIA TAHUN 2005 2012................. 76


PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA TAHUN 2012...................................................... 77
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI
DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 2012............. 77
JUMLAH KASUS BARU PENDERITA AIDS 10 PROVINSI TERTINGGI DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 78
PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN DI INDONESIA SAMPAI
TAHUN 2012............................................................................................................ 78
PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 79
PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKODI INDONESIA TAHUN 2012 .80
ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN DI INDONESIA
TAHUN 2000-2012................................................................................................... 81
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA
TAHUN 2007-2012................................................................................................... 85
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 86
ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
TAHUN 2007-2012 . ................................................................................................ 87
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK MENURUT
PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012 ................................................................... 88
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA KASUS BARU
KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2001-2012................................................................ 89
CASE FATALITY RATE (CFR) PADA KLB DIARE DI INDONESIA TAHUN 20072012.... 90
INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 92
PROPORSI KASUS CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK MENURUT KELOMPOK
UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012 ........................................................................ 93
PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 94
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN DI INDONESIA
TAHUN 2012............................................................................................................ 95
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2008-2012.................................................................................................. 96
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 97
JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD DI INDONESIA TAHUN 2008-2012.. 98
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2007-2012........................ 99
JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2008 2012................ 100
PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2012.................. 101
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS
TAHUN 2010-2012................................................................................................. 102
ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2000-2012............................................. 103
SITUASI KASUS KONFIRMASI FLU BURUNG DI INDONESIA TAHUN 2005-2012..... 104
DISTRIBUSI KASUS DAN KEMATIAN FLU BURUNG MENURUT
KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2005-2012........................................... 106

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL


GAMBAR 3.48

GAMBAR 3.49
GAMBAR 3.50
GAMBAR 3.51
GAMBAR 3.52
GAMBAR 3.53

DISTRIBUSI KASUS FLU BURUNG MENURUT FAKTOR RISIKO DI INDONESIA


TAHUN 2005-2012................................................................................................. 106
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012.............................................. 107
SITUASI RABIES (GHPR DAN LYSSA) DI INDONESIA TAHUN 2012.......................... 108
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012................................. 110
JUMLAH KASUS DAN CFR ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2008-2012 .............. 111
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI INDONESIA TAHUN 2012.............................. 114

Bab 4. Situasi Upaya Kesehatan


GAMBAR 4.1
GAMBAR 4.2
GAMBAR 4.3

GAMBAR 4.4

GAMBAR 4.5
GAMBAR 4.6
GAMBAR 4.7

GAMBAR 4.8
GAMBAR 4.9
GAMBAR 4.10
GAMBAR 4.11
GAMBAR 4.12
GAMBAR 4.13
GAMBAR 4.14

GAMBAR 4.15

GAMBAR 4.16

GAMBAR 4.17
GAMBAR 4.18

GAMBAR 4.19

GAMBAR 4.20

GAMBAR 4.21

GAMBAR 4.22
GAMBAR 4.23
GAMBAR 4.24
GAMBAR 4.25
GAMBAR 4.26
GAMBAR 4.27

CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI INDONESIA TAHUN 2004 2012......120


CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DI INDONESIA TAHUN 2012....................... 121
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2004 2012....................................................................... 123
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012........................................................................ 124
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF-3) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012............... 127
CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS (KF-3) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 ....... 127
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL DI INDONESIA
TAHUN 2008-2012................................................................................................. 129
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL DI INDONESIA TAHUN 2012... 131
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) DI INDONESIA TAHUN 2012...... 133
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012.......... 134
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2004-2012 . ..... 135
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................... 136
CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI INDONESIA TAHUN 2012...................... 138
CAKUPAN SEKOLAH DASAR YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI INDONESIA TAHUN 2012................................. 140
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU
TATA LAKSANA PKPR DI INDONESIA TAHUN 2012................................................. 142
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU
TATA LAKSANA KTA DI INDONESIA TAHUN 2012................................................... 144
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.... 146
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI
TAHUN 2012.......................................................................................................... 147
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN KB
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 148
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3)
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 149
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012........................................................................ 151
CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012... 152
CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S) DI INDONESIA TAHUN 2012................... 155
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN 2012............ 157
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI INDONESIA TAHUN 2012.... 158
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI DI INDONESIA TAHUN 2012............................. 159
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI

xvii

Profil Kesehatan Indonesia 2012



GAMBAR 4.28

GAMBAR 4.29

GAMBAR 4.30

GAMBAR 4.31

GAMBAR 4.32

GAMBAR 4.33

GAMBAR 4.34

GAMBAR 4.35

GAMBAR 4.36
GAMBAR 4.37
GAMBAR 4.38
GAMBAR 4.39

GAMBAR 4.40

GAMBAR 4.41
GAMBAR 4.42

GAMBAR 4.43

GAMBAR 4.44

DI INDONESIA TAHUN 2006-2012......................................................................... 160


PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 161
PERSENTASE BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA
TAHUN 2005-2012................................................................................................. 165
PERSENTASE PASIEN TB PARU BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG
DIPERIKSA DAHAKNYA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012................................... 166
PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN
TB PARU DI INDONESIA TAHUN 2001-2012........................................................... 167
PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TB PARU
(SUCCESS RATE) DI INDONESIA TAHUN 2012 (PENGOBATAN TAHUN 2011) . ....... 167
PERSENTASE PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH SUSPEK MALARIA
TAHUN 2008 - 2012............................................................................................... 169
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2005 2012....................................................................... 171
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15 TAHUN MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012......................................................................................... 174
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DI INDONESIA TAHUN 2012... 175
PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003-2012...... 176
ANGKA BEBAS JENTIK/ABJ (%) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012......................... 177
CAKUPAN PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012......................................................................... 179
PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012......................................................................... 180
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA TAHUN 2012...... 186
PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2012................................................................... 188
PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 190
PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA
TAHUN 2008-2012................................................................................................. 191

Bab 5. Situasi Sumber Daya Kesehatan


GAMBAR 5.1
GAMBAR 5.2
GAMBAR 5.3
GAMBAR 5.4

GAMBAR 5.5

GAMBAR 5.6

GAMBAR 5.7

GAMBAR 5.8

xviii

JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2008 2012........................................................... 195


RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 20112.................... 196
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2012.................................. 197
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2008 2012.............................................................................................. 198
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN
NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI INDONESIA TAHUN 2012.................. 199
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATA
PEDULI REMAJA DI INDONESIA TAHUN 2012....................................................... 200
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2008 2012 . .................................................................... 204
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL



GAMBAR 5.9

GAMBAR 5.10
GAMBAR 5.11

GAMBAR 5.12

GAMBAR 5.13

GAMBAR 5.14

GAMBAR 5.15

GAMBAR 5.16

GAMBAR 5.17

GAMBAR 5.18

GAMBAR 5.19

GAMBAR 5.20

GAMBAR 5.21

GAMBAR 5.22

GAMBAR 5.23

GAMBAR 5.24
GAMBAR 5.25

GAMBAR 5.26


GAMBAR 5.27

GAMBAR 5.28

GAMBAR 5.29

GAMBAR 5.30

GAMBAR 5.31

TAHUN 2008 2012.............................................................................................. 205


PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) MENURUT JENIS DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 206
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2012......... 206
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM DAN
RUMAH SAKIT KHUSUS DI INDONESIA TAHUN 2008 2012 ................................ 207
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000
PENDUDUK TAHUN 2008 2012.......................................................................... 208
PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA SESUAI STANDAR
TAHUN 2012.......................................................................................................... 211
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 2012....................................................................... 213
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 2012....................................................................... 213
PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF MENURUT TINGKATAN
(STRATA) TAHUN 2012........................................................................................... 214
RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012.......................................................................................................... 215
PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI
POLTEKKES DAN NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008-2012................... 217
PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 218
PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI NON-POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 219
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 222
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012.......................................................................................................... 223
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012................................................ 224
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DI INDONESIA TAHUN 2012........ 225
KEBERADAAN DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT
DI INDONESIA TAHUN 2012................................................................................... 227
PERSENTASE PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS,
DOKTER UMUM, DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP
(PTT) DI INDONESIA TAHUN 2012......................................................................... 228
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2008 2012.............................................................................................. 232
PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD MENURUT
PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012.................................................................. 233
PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN
MASYARAKAT/ ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012...................... 234
PERSENTASE PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PESERTA
JAMKESMAS TAHUN 2012..................................................................................... 235
PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN
(BOK) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012.............................................................. 236

xix

Profil Kesehatan Indonesia 2012

Bab 6. Perbandingan Indonesia Dengan Negara Anggota Asean Dan Sear


GAMBAR 6.1
GAMBAR 6.2

GAMBAR 6.3

GAMBAR 6.4

GAMBAR 6.5
GAMBAR 6.6
GAMBAR 6.7
GAMBAR 6.8
GAMBAR 6.9
GAMBAR 6.10
GAMBAR 6.11
GAMBAR 6.12

GAMBAR 6.13
GAMBAR 6.14

GAMBAR 6.15
GAMBAR 6.16

GAMBAR 6.17

GAMBAR 6.18

GAMBAR 6.19
GAMBAR 6.20
GAMBAR 6.21
GAMBAR 6.22
GAMBAR 6.23

GAMBAR 6.24

GAMBAR 6.25

GAMBAR 6.26

JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012............................. 242


KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR (Jiwa per km2)
TAHUN 2011.......................................................................................................... 243
PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2001-2011 ................................................. 244
KOMPOSISI PENDUDUK YANG PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 246
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012..... 247
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012..... 248
INDEKS KETIDAKSETARAAN GENDER DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012... 251
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012............... 253
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................... 254
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011.......... 256
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011........................ 257
ANGKA KEMATIAN BALITA (PER 1000 KELAHIRAN HIDUP)
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 259
ANGKA KEMATIAN IBU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010......................... 260
ANGKA KEMATIAN KASAR (PER 1000 PENDUDUK) DI NEGARA
ASEAN & SEAR TAHUN 2011.................................................................................. 262
ANGKA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012 .................... 264
PREVALENSI TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 265
KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011............................................................... 266
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT FLU BURUNG
DI NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2003-2012 ................................................ 267
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2004-2012................. 270
CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN CAMPAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012.... 273
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011......... 275
ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010.......... 275
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................................................ 276
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI LAYAK
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011................................................ 277
PERSENTASE PENGELUARAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2010.......................................................................................................... 279
PREVALENSI BALITA STUNTING DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2007-2011................................................................................................. 281

xx

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

daftar tabel
TABEL 2.1


TABEL 2.2

TABEL 2.3

TABEL 2.4

TABEL 2.5

TABEL 3.1


TABEL 3.2


TABEL 3.3
TABEL 3.4

TABEL 4.1
TABEL 4.2

TABEL 4.3

TABEL 5.1

TABEL 5.2

TABEL 5.3

TABEL 6.1

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT


JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 11
ESTIMASI PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2012..................................................................................... 12
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2010 2012................... 15
PERSEBARAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT KELOMPOK
BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2010 2012.................................................. 19
JUMLAH KABUPATEN PERBATASAN DAN PUSKESMAS PRIORITAS DTPK
DI INDONESIA TAHUN 2011..................................................................................... 23
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN
YANG PERNAH MENDENGAR TENTANG HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK
LATAR BELAKANG TAHUN 2012 .............................................................................. 82
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN
TENTANG CARA MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS MENURUT
KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012..................................................... 84
SITUASI FLU BURUNG MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2005-2012.... 105
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 5 PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2005 2012.............................................................................................. 109
PENEMUAN PENDERITA HIV DAN AIDS DI INDONESIA TAHUN 2005 2012......... 162
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR) DAN ANGKA CACAT TINGKAT II
KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2004 2012............................................................ 172
PROVINSI DENGAN KABUPATEN/KOTA YANG MENGEMBANGKAN DETEKSI
DINI KANKER PAYUDARA DAN KANKER LEHER RAHIM.......................................... 182
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2008 2012....................................................................... 204
JUMLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI . ................................ 216
SAMPAI DENGAN 31 MARET 2013........................................................................ 216
JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
TAHUN 2008-2012................................................................................................. 220
JUMLAH KASUS POLIO NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2005-2011................ 269

xxi

Profil Kesehatan Indonesia 2012

DAFTAR LAMPIRAN
BAB 2. GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK
LAMPIRAN 2.1

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI


TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.2
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012 287
LAMPIRAN 2.3
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS
KELAMIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 288
LAMPIRAN 2.4
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN
PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 289
LAMPIRAN 2.5
ESTIMASI JUMLAH LAHIR HIDUP, JUMLAH BAYI (0 TAHUN), JUMLAH BATITA
(0-2 TAHUN), JUMLAH ANAK BALITA (1 - 4 TAHUN), JUMLAH BALITA (0 - 4
TAHUN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 290
LAMPIRAN 2.6
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK
UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012 291
LAMPIRAN 2.7
ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI
(15 - 39 TAHUN), IBU HAMIL, IBU BERSALIN DAN IBU NIFAS MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.8
ESTIMASI JUMLAH ANAK PRA-SEKOLAH, JUMLAH ANAK USIA KELAS 1 SD/
SETINGKAT, DAN JUMLAH ANAK USIA SD/SETINGKAT MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.9
IN DIKATOR KONSUMSI TERPILIH DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2012
LAMPIRAN 2.10 INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.11 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT
KELOMPOK BARANG MAKANAN DAN NON MAKANAN INDONESIA TAHUN
2007-2012
LAMPIRAN 2.12 PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN
DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG DAN GOLONGAN
PENGELUARAN PER-KAPITA SEBULAN TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.13 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH
PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG TAHUN 2010
- 2011
LAMPIRAN 2.14 PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT
KELOMPOK BARANG INDONESIA TAHUN 2010 - 2011
LAMPIRAN 2.15 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH PENDUDUK MISKIN, DAN PERSENTASE
PENDUDUK MISKIN TAHUN 1996 - 2012
LAMPIRAN 2.16 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI
DAERAH PERKOTAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2012
LAMPIRAN 2.17 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI
DAERAH PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012
LAMPIRAN 2.18 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI
DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 2012
LAMPIRAN 2.19 JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN
TIPE DAERAH TAHUN 2010 - 2012
LAMPIRAN 2.20 INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)
DAN INDEKS KEPARAHAN
KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012
LAMPIRAN 2.21.1 INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2011

xxii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL


LAMPIRAN 2.21.2 INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA (LANJUTAN) TAHUN 2007 - 2011
LAMPIRAN 2.22 PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS MENURUT DAERAH TEMPAT
TINGGAL, JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKANSTTB TERTINGGI
YANG DIMILIKI TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.23 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT GOLONGAN
UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.24 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7 - 24 TAHUN KE ATAS MENURUT STATUS
PENDIDIKANTAHUN 2011
LAMPIRAN 2.25 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI
TAHUN 2007 - 2011
LAMPIRAN 2.26 ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI TAHUN
2007 - 2011
LAMPIRAN 2.27 ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) PENDIDIKANMENURUT PROVINSI TAHUN
2007 - 2011
LAMPIRAN 2.28 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI,
JENIS KELAMIN, KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.29 PERSENTASE PENDUDUK BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN
2007 - 2011
LAMPIRAN 2.30 JUMLAH KECAMATAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PUSKESMAS DI
45 KABUPATEN PERBATASAN
DAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
BERPENDUDUK SASARAN PRIORITAS DALAM PENGEMBANGAN PELAYANAN
KESEHATAN DTPK* TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.31 JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.32 DAFTAR KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS)
DI INDONESIA SAMPAI DESEMBER 2012**
LAMPIRAN 2.33 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG AKSES AIR MINUM LAYAK DAN AIR
KEMASAN/ISI ULANG TAHUN 1993 - 2012
LAMPIRAN 2.34 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN SUMBER AIR MINUM LAYAK DI INDONESIA TAHUN 2008 2012
LAMPIRAN 2.35 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI DAN SUMBER AIR
MINUM TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.36 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN FASILITAS AIR MINUM DI INDONESIA TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.37 REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM TAHUN
2012
LAMPIRAN 2.38 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK TAHUN 1993
- 2012
LAMPIRAN 2.39 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN SANITASI LAYAK DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.40 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR DI INDONESIA TAHUN
2011
LAMPIRAN 2.41 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
TINJA MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2011
LAMPIRAN 2.42 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT
TINGGAL DAN RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012
LAMPIRAN 2.43 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2011
LAMPIRAN 2.44 JUMLAH LOKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BERDASARKAN IN
DIKATOR INPRES NOMOR 3 TAHUN 2011 DAN 2012

xxiii

Profil Kesehatan Indonesia 2012


LAMPIRAN 2.45

PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)


TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.46.1 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.46.2 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 1) TAHUN 2012
LAMPIRAN 2.46.3 PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 2) TAHUN 2012

BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN


LAMPIRAN 3.1
LAMPIRAN 3.2
LAMPIRAN 3.3
LAMPIRAN 3.4
LAMPIRAN 3.5
LAMPIRAN 3.6

LAMPIRAN 3.7
LAMPIRAN 3.8
LAMPIRAN 3.9
LAMPIRAN 3.10
LAMPIRAN 3.11
LAMPIRAN 3.12
LAMPIRAN 3.13
LAMPIRAN 3.14
LAMPIRAN 3.15
LAMPIRAN 3.16
LAMPIRAN 3.17
LAMPIRAN 3.18
LAMPIRAN 3.19
LAMPIRAN 3.20

xxiv

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL, ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA


KEMATIAN BALITA TAHUN 2012 DAN ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT
PROVINSI TAHUN 2011
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2010- 2011
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT
UMUR (BB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT
UMUR (TB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT
TINGGI BADAN (BB/TB MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2010 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN
TINGGI BADAN MENURUT UMUR DAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI
BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN) BERDASARKAN
KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI TAHUN 2010
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN
PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT KELOMPOK UMUR,
JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP DAN
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
JUMLAH KASUS BARU AIDS DAN KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT
PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012
JUMLAH KASUS BARU INFEKSI HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN
(IDU) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI DAN
KELOMPOK UMUR TAHUN 2012
CASE FATALITY RATE PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI DAN
KELOMPOK UMUR TAHUN 2012
KEJA DIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
PENEMUAN KASUS DIARE DITANGANI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000
PENDUDUK MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012
PROPORSI KECACATAN KUSTA TINGKAT 2 DAN KASUS KUSTA PADA ANAK
0-14 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL


LAMPIRAN 3.21
LAMPIRAN 3.22
LAMPIRAN 3.23
LAMPIRAN 3.24
LAMPIRAN 3.25
LAMPIRAN 3.26
LAMPIRAN 3.27
LAMPIRAN 3.28
LAMPIRAN 3.29
LAMPIRAN 3.30
LAMPIRAN 3.31
LAMPIRAN 3.32
LAMPIRAN 3.33
LAMPIRAN 3.34
LAMPIRAN 3.35
LAMPIRAN 3.36
LAMPIRAN 3.37
LAMPIRAN 3.38

JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO MENURUT


PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH KASUS CAMPAK PER BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH KASUS CAMPAK DAN KASUS CAMPAK YANG DIVAKSINASI
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2012
FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLBCAMPAK MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 KLBCAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI
LABORATORIUM
JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI
TAHUN 2012
JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH KASUS NON POLIO AFP DAN
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN
JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CASE FATALITY RATE (%) FLU BURUNG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2012
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK
BERISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA MENURUT PROVINSI TAHUN
2008-2012
JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS
MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%) DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD/DHF)MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2010-2012
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN
2008-2012
SITUASI PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DI INDONESIA TAHUN 2012
REKAPITULASI KEJA DIAN BENCANA DAN JUMLAH KORBAN TAHUN 2012

BAB 4.

SITUASI UPAYA KESEHATAN

LAMPIRAN 4.1

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA


KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN
2012
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN
PROVINSI TAHUN 2012
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN
PROVINSI TAHUN 2012
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN
PROVINSI TAHUN 2012
PERSENTASE WANITA BERSTATUS KAWIN UMUR 15-49 TAHUN MENURUT
ALAT ATAU CARA KB YANG DIPAKAI DAN PROVINSI HASIL SDKI TAHUN 2012
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN KELUARGA BERENCANA (KB) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2010-2012
CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI DAN OBSTETRI
DENGAN KOMPLIKASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012

LAMPIRAN 4.2
LAMPIRAN 4.3
LAMPIRAN 4.4
LAMPIRAN 4.5
LAMPIRAN 4.6
LAMPIRAN 4.7
LAMPIRAN 4.8
LAMPIRAN 4.9
LAMPIRAN 4.10

xxv

Profil Kesehatan Indonesia 2012


LAMPIRAN 4.11

CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN


SISWA SD/MI KELAS 1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.12 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU
LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.13 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU
TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.14 JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK DI
PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.15 PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN
2012
LAMPIRAN 4.16 PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYAN DANG CACAT MELALUI
PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.17 CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET BESI (FE3) PADA IBU HAMIL MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.18 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN
BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.19 PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.20 PERSENTASE ANAK USIA 2 - 4 TAHUN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011
LAMPIRAN 4.21 CAKUPAN BALITA DITIMBANG MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.22 KASUS GIZI BURUK DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.23 CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.24 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009-2012
LAMPIRAN 4.25 DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2012
LAMPIRAN 4.26 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.27 CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.28 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.29 JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.30 JUMLAH LAYANAN PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN (PDP),
PENCEGAHAN DAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA) INFEKSI
MENULAR SEKSUAL (IMS), PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM),
DAN TB-HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.31 CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP, DAN
SUCCESS RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.32 PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.33 TOTAL AFP RATE, NON POLIO AFP RATE, SPESIMEN ADEKUAT, DAN
KUNJUNGAN ULANG 60 HARI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.34 JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT
PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.35 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) PESERTA
JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
LAMPIRAN 4.36 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RJTL) PESERTA
JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

xxvi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL


LAMPIRAN 4.37
LAMPIRAN 4.38
LAMPIRAN 4.39
LAMPIRAN 4.40
LAMPIRAN 4.41

JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH KABUPATEN/KOTA MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRA
DISIONAL, ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER MENURUT PROVINSI SAMPAI
DENGAN TAHUN 2012
PERSENTASE KETERSE DIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA
BULAN DESEMBER 2012
PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH JEMAAH HAJI WAFAT DAN PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG
MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN KESEHATAN HAJI SESUAI
STANDAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


LAMPIRAN 5.1
LAMPIRAN 5.2
LAMPIRAN 5.3
LAMPIRAN 5.4
LAMPIRAN 5.5
LAMPIRAN 5.6
LAMPIRAN 5.7
LAMPIRAN 5.8
LAMPIRAN 5.9
LAMPIRAN 5.10
LAMPIRAN 5.11
LAMPIRAN 5.12
LAMPIRAN 5.13
LAMPIRAN 5.14
LAMPIRAN 5.15
LAMPIRAN 5.17
LAMPIRAN 5.16
LAMPIRAN 5.18

JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK MENURUT


PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012
JUMLAH PUSKESMAS
DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN
PENGEMBANGAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2012 JUMLAH RUMAH SAKIT
DI INDONESIA
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR MENURUT PENGELOLA
TAHUN 2008 - 2012
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR MENURUT JENIS
RUMAH SAKIT TAHUN 2008 - 2012
JUMLAH RUMAH SAKIT DAN TEMPAT TIDUR MENURUT KELAS RUMAH
SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT MENURUT KELAS PERAWATAN
DAN PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH SARANA PRODUKSI.BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2011
JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU
MENURUT PROVINSI DAN TINGKATAN (STRATA) DI INDONESIA TAHUN 2012
LAYANAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (TRM) MENURUT
PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
LAYANAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
JUMLAH PROGRAM STU DI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN
(POLTEKKES) MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN
2012
JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK
KESEHATAN (POLTEKKES) MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES)
JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT JURUSAN/PROGRAM STU DI
DAN PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES JENJANG PENDIDIKANTINGGI
(JPT) MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2012

xxvii

Profil Kesehatan Indonesia 2012


LAMPIRAN 5.19
LAMPIRAN 5.20
LAMPIRAN 5.21
LAMPIRAN 5.22
LAMPIRAN 5.23
LAMPIRAN 5.24
LAMPIRAN 5.25
LAMPIRAN 5.26
LAMPIRAN 5.27
LAMPIRAN 5.28
LAMPIRAN 5.29
LAMPIRAN 5.30
LAMPIRAN 5.31
LAMPIRAN 5.32
LAMPIRAN 5.33
LAMPIRAN 5.34
LAMPIRAN 5.35
LAMPIRAN 5.36
LAMPIRAN 5.37
LAMPIRAN 5.38
LAMPIRAN 5.39

xxviii

REKAPITULASI PESERTA DI DIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS


TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
REKAPITULASI PESERTA DI DIK NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKANTINGGI
(JPT) MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
REKAPITULASI LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2012
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES MENURUT JURUSAN/PROGRAM
STU DI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN
TINGGI (JPT) MENURUT PROGRAM STU DI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN
2012/2013
REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN MENURUT
PROVINSI MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BI DAN TERHADAP
JUMLAH PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
REKAPITULASI DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN
DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012
REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA
REGISTRASI (STR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN
DESEMBER TAHUN 2012
REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN INDONESIA YANG BEKERJA DI LUAR
NEGERI MENURUT JENIS TENAGA DAN NEGARA TAHUN 2012
REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS
DAN DOKTER GIGI
SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA
WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK
TETAP (PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN
2012 (KON DISI 31 DESEMBER 2012)
REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP
(PTT) AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KON DISI 31
DESEMBER 2012
REKAPITULASI KEBERADAAN BI DAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KON DISI 31 DESEMBER
2012
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI
SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA
WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK
TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK
TETAP (PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
REKAPITULASI PENGANGKATAN BI DAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP
(PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012
REKAPITULASI PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN
DAN TENAGA
PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

LAMPIRAN 5.40
LAMPIRAN 5.41
LAMPIRAN 5.42
LAMPIRAN 5.43

DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012


ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
MENURUT ESELON I TAHUN 2012
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH
PROVINSI MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2012
DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2012
ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

BAB 6. PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEAR


LAMPIRAN 6.1 PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012
LAMPIRAN 6.2 ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DI NEGARA ASEAN & SEAR
LAMPIRAN 6.3 HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) DAN GENDER INEQUALITY INDEX (GII) DI
NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011 - 2012
LAMPIRAN 6.4 PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK DAN YANG
MENGGUNAKAN SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN
2011
LAMPIRAN 6.5 PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN
2010/2011
LAMPIRAN 6.6 ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011
LAMPIRAN 6.7 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA DI NEGARANEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2004-2012
LAMPIRAN 6.8 JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012
LAMPIRAN 6.9 PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI NEGARA ASEAN &
SEAR TAHUN 2011
LAMPIRAN 6.10 PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2005 2012
LAMPIRAN 6.11 PEMBIAYAAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2010
LAMPIRAN 6.12 PREVALENSI BALITA MENURUT STATUS GIZI DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN
2007 - 2011

xxix

Profil Kesehatan indonesia 2012

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI......................iv
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.....................................................v
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................... xxii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................................2
BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK..............................................6
A. KEADAAN PENDUDUK.........................................................................................7
B. KEADAAN EKONOMI . .......................................................................................13
C. KEADAAN PENDIDIKAN.....................................................................................23
D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN.............................................................33
1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas......................................................33
2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar...................................................38
3. Rumah Tangga Kumuh..................................................................................42
4. Rumah Sehat ................................................................................................43
E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT.................................................................44
1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ..................................................44
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).......................................................47
3. Kabupaten/Kota Sehat (KKS).........................................................................48
4. Kawasan Tanpa Rokok (KTR).........................................................................49
BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN................................................................................54
A. MORTALITAS . ....................................................................................................54
1. Angka Kematian Neonatal (AKN)..................................................................54
2. Angka Kematian Bayi (AKB)...........................................................................57
3. Angka Kematian Balita (AKABA)....................................................................60
4. Angka Kematian Ibu (AKI) ............................................................................62
B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA...................................................................64
C. STATUS GIZI ......................................................................................................67
1. Status Gizi Balita...........................................................................................67
2. Status Gizi Penduduk Dewasa.......................................................................68
D. MORBIDITAS.......................................................................................................69
1. Penyakit Menular..........................................................................................79
a. Tuberkulosis Paru..................................................................................69
i. Kasus Baru dan Prevalensi BTA Positif..........................................70
ii. Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus..............71
iii. Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)...........73
iv. Angka Penemuan Kasus................................................................75
b. HIV & AIDS............................................................................................76
i. Jumlah Kasus HIV Positif dan AIDS...............................................76
ii. Angka Kematian Akibat AIDS .......................................................81
iii. Pengetahuan AIDS........................................................................81

xxx

Profil Kesehatan indonesia 2012


c. Pneumonia............................................................................................85
d. Kusta . .................................................................................................87
e. Diare . .................................................................................................90
2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)................................91
a. Tetanus Neonatorum............................................................................91
b. Campak ...............................................................................................92
c. Difteri . .................................................................................................94
d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut).................95
3. Penyakit Bersumber Binatang.......................................................................96
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)..........................................................96
b. Chikungunya ........................................................................................98
c. Filariasis................................................................................................99
d. Malaria................................................................................................100
e. Angka Kesakitan Malaria.....................................................................102
f. Flu Burung...........................................................................................104
g. Rabies .................................................................................................107
h. Leptospirosis ......................................................................................108
i. Antraks................................................................................................111
4. Penyakit Tidak Menular .............................................................................112
a. Diabetes Melitus.................................................................................112
b. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah..............................................112
E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA......................................................114
BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN..................................................................................118
A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK...............................................................118
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil..................................................................119
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin .............................................................123
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas ..................................................................126
4. Penanganan Komplikasi Maternal...............................................................128
5. Penanganan Komplikasi Neonatal...............................................................130
6. Kunjungan Neonatal...................................................................................132
7. Pelayanan Kesehatan pada Bayi..................................................................135
8. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita......................................................137
9. Pelayanan Kesehatan pada Siswa SD dan Setingkat....................................138
10. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)...............................................141
11. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA) . ..........143
12. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti................144
13. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)...........................................................146
B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT......................................................................148
1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe) . .............................148
2. Pemberian Kapsul Vitamin A . ....................................................................150
3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif...............................................................152
4. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)........................................154
C. PELAYANAN IMUNISASI..................................................................................156
1. Imunisasi Dasar pada Bayi..........................................................................156
2. Imunisasi pada Ibu Hamil............................................................................160

xxxi

Profil Kesehatan indonesia 2012


D. UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT ................................................................162
1. Pengendalian HIV AIDS...............................................................................162
2. Pengendalian Penyakit TB Paru...................................................................164
a. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa......164
b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR)

dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR)...................166
3. Pengendalian Penyakit Malaria...................................................................168
4. Pengendalian Penyakit ISPA........................................................................170
5. Pengendalian Penyakit Kusta......................................................................172
6. Pengendalian Penyakit Polio.......................................................................173
7. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)...........................176
8. Pengendalian Penyakit Filariasis.................................................................178
9. Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah................................180
10. Pengendalian Penyakit Kanker....................................................................181
11. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik.............184
E. UPAYA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ............................................185
1. Ketersediaan Obat dan Vaksin....................................................................185
2. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan......................188
F. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT......................................189
BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN.....................................................................194
A. SARANA KESEHATAN.......................................................................................194
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).................................................194
a. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal

Emergensi Dasar (PONED)..................................................................198
b. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).......200
c. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja........................................201
d. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga..................................202
e. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan

terhadap Anak (KtA)...........................................................................202
2. Rumah Sakit................................................................................................203
a. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK).......................................................................208
b. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)........................................209
c. Layanan Pencegahan Penularan HIV...................................................209
d. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer.......210
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.........211
4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat...........................................214
5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan.......................................................216
a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi...............................................216
b. Akreditasi Institusi..............................................................................219
c. Peserta Didik.......................................................................................220
d. Lulusan...............................................................................................220
B. TENAGA KESEHATAN..........................................................................................221
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan...........................................................222
a. Tenaga Kesehatan di Puskesmas.........................................................223

xxxii

Profil Kesehatan indonesia 2012


b. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit..........................................................225
2. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT).....................226
3. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus.................................229
4. Registrasi Tenaga Kesehatan.......................................................................229
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN . ..........................................................................231
1. Anggaran Kementerian Kesehatan..............................................................231
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bidang Kesehatan ......232
3. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat ............................................234
4. Bantuan Operasional Kesehatan.................................................................235
BAB 6. PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN DAN SEAR...............................................................................................240
A. KEPENDUDUKAN.............................................................................................241
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk . ............................................................241
2. Laju Pertumbuhan Penduduk ....................................................................243
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur . .......................................................245
4. Indeks Pembangunan Manusia...................................................................247
5. Gender Inequality Index..............................................................................249
6. Total Fertility Rate ......................................................................................252
7. Angka Kelahiran Kasar . ..............................................................................253
8. Sosial Ekonomi ...........................................................................................254
B. DERAJAT KESEHATAN .....................................................................................257

MORTALITAS.....................................................................................................257
1. Angka Kematian Bayi . ................................................................................257
2. Angka Kematian Balita ...............................................................................258
3. Angka Kematian Ibu....................................................................................260
4. Angka Kematian Kasar . ..............................................................................262
5. Angka Harapan Hidup.................................................................................263

MORBIDITAS.....................................................................................................264
1. Prevalensi Tuberkulosis ..............................................................................264
2. Flu Burung (Avian Influenza).......................................................................267
3. Polio............................................................................................................269
4. Campak.......................................................................................................271
5. Tetanus Neonatorum..................................................................................271
C. UPAYA KESEHATAN..........................................................................................272
1. Cakupan Imunisasi .....................................................................................272
2. Pengendalian TB Paru.................................................................................274
3. Air Minum Layak dan Sanitasi ...................................................................276
4. Pelayanan Kesehatan Ibu ...........................................................................278
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN..............................................................................279
E. STATUS GIZI......................................................................................................280
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................282
LAMPIRAN.......................................................................................................................285

xxxiii

Menkes berdialog santai dengan ibu-ibu kader di Ternate

Foto: Puskom Publik

BAB 1
PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

BAB 1. PENDAHULUAN

rofil Kesehatan Indonesia yang pertama diterbitkan pada tahun 1988. Sejak
saat itu Profil Kesehatan Indonesia terbit setiap tahunnya hingga saat ini.
Profil diterbitkan dalam bahasa Indonesia, dan pada tahun 2003, selain

berbahasa Indonesia, diterbitkan juga dalam bahasa Inggris. Profil kesehatan Indonesia
membahas beberapa topik yang terdapat dalam setiap bab yang disajikan dalam urutan
sebagai berikut:
BAB GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum, yang meliputi kependudukan,
perekonomian, dan lingkungan fisik serta perilaku penduduk yang terkait dengan
kesehatan. Indonesia tergolong struktur penduduk muda dengan masih banyak
penduduk yang berumur 0-14 sebesar 28,87% dan juga ditopang oleh penduduk usia
produktif sebanyak 66% merupakan potensi besar bagi Indonesia untuk membangun
lebih maju. Selain itu jumlah penduduk usia tua juga menjadi perhatian bagi kebijakan
pemerintah dalam menangani usia lanjut karena pada tahun 2012 jumlah penduduk
lanjut usia (>65 tahun) juga mengalami peningkatan karena umur harapan hidup
semakin tinggi, dari 69,09 pada tahun 2007 menjadi 69,65 tahun 2012.
BAB SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup
tentang angka kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan
hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. Angka kematian pada bayi, balita,

pendahuluan
dan maternal selama beberapa tahun ini menggunakan data SDKI 2007. Sedangkan
pada Profil Kesehatan Indonesia 2012 angka kematian menggunakan data mutakhir
yang merupakan hasil SDKI 2012. Angka kematian neonatal, bayi, dan balita mengalami
penurunan walaupun tidak setajam hasil SDKI sebelumnya.
BAB SITUASI UPAYA KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang merupakan pelaksanaan program
pembangunan di bidang kesehatan. Upaya kesehatan yang diuraikan pada Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2012 mencakup program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, pengendalian penyakit, kefarmasian dan alat
kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Upaya kesehatan ibu dan anak
diharapkan mampu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian anak
sebagaimana yang telah disepakati dalam komitmen global MDGs.
BAB SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai
tahun 2012. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan
sarana/fasilitas kesehatan, sarana produksi/distribusi obat dan perbekalan kesehatan,
institusi pendidikan tenaga kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Salah satu yang dibahas dalam bab ini adalah ketersedian puskesmas dan rumah sakit
beserta rasionya.
BAB PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA ASEAN DAN SEAR
Bab ini menyajikan perbandingan antar negara anggota ASEAN dan negara anggota
SEAR dimana Indonesia menjadi anggota dari kedua organisasi tersebut. Beberapa
indikator yang dibandingkan meliputi data kependudukan, Angka Kelahiran, Angka
Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, Gender Inequality Index, data tuberkulosis,
angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi,
dan cakupan imunisasi pada bayi.

Anak-anak sehat berkat Jamkesmas di Ambon - 2012

Foto: Puskom Publik

GAMBARAN UMUM
DAN PERILAKU PENDUDUK

Profil Kesehatan indonesia 2012

BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU


PENDUDUK

ndonesia secara geografis terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan
Australia serta di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik. Kondisi ini membuat letak Indonesia sangat strategis karena posisi

Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra memungkinkan menjadi
persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara maupun laut dan sebagai titik
persilangan kegiatan perekonomian dunia, antara perdagangan negara-negara industri
dan negara-negara yang sedang berkembang. Secara astronomis, Indonesia terletak
antara 6o Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan dan 95o sampai 141o Bujur Timur
yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke.
Menurut data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 13.466, luas daratan 1.922.570
km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Luasan wilayah dalam peta NKRI dari masa ke
masa memperlihatkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengalami
beberapa perubahan. Saat ini peta NKRI yang terbaru memperlihatkan penambahan
luas wilayah yurisdiksi Kelautan Republik Indonesia di luar 200 mil laut seluas 4.209
Km2 yang terletak di sisi barat laut Pulau Sumatera, yang disetujui dan disahkan oleh
PBB tanggal 17 Agustus 2010 lalu, saat menggelar sidang di New York Amerika Serikat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2011 tentang Kode dan
Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri menunjukkan
bahwa pada tahun 2012 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi,
497 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.994 kecamatan, 8.216 kelurahan

gambaran umum dan perilaku penduduk


dan 69.249 desa. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat
istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai
aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Pembagian wilayah Indonesia secara administratif menurut provinsi pada tahun 2012
dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk
pada tahun 2012 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan
pendidikan, keadaan kesehatan lingkungan, dan keadaan perilaku penduduk.

A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar
237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.630.913 penduduk laki-laki dan 118.010.413
penduduk perempuan. Estimasi jumlah penduduk tahun 2012 dilaksanakan oleh Pusat
Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan dengan bantuan dari Badan Pusat Statistik.
Estimasi dilakukan dengan metode geometrik yang berasumsi bahwa laju pertumbuhan
penduduk konstan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk yang digunakan
adalah Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2000-2010 (LPP 2000-2010). Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.
GAMBAR 2.1
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

Profil Kesehatan indonesia 2012


Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2012 sebesar 244.775.797 jiwa, yang terdiri
dari jumlah penduduk laki-laki sebesar 123.222.475 dan jumlah penduduk perempuan
121.553.322 dengan rasio jenis kelamin 101. Angka ini berarti bahwa terdapat 101 lakilaki di antara 100 perempuan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.3.
Estimasi jumlah penduduk tahun 2012 berasumsi bahwa laju/angka pertumbuhan
penduduk bersifat konstan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk yang
digunakan adalah laju pertumbuhan penduduk provinsi. Pada Gambar 2.1, estimasi
jumlah penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah
penduduk sebesar 44.655.786, Jawa Timur sebesar 38.006.413 dan Jawa Tengah
sebesar 32.586.588. Estimasi jumlah penduduk terendah terdapat di Provinsi Papua
Barat dengan jumlah penduduk sebesar 816.986, Gorontalo sebesar 1.086.506 dan
Maluku Utara sebesar 1.088.794.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk
piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk yang telah dilakukan,
dapat disusun sebuah piramida penduduk tahun 2012. Dasar piramida menunjukkan
jumlah penduduk, badan piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk lakilaki dan badan piramida bagian kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan.
GAMBAR 2.2
ESTIMASI PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

gambaran umum dan perilaku penduduk


Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur
penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan
kependudukan, sosial, budaya, dan ekonomi.
Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasuk
struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia
muda (014 tahun) yang masih tinggi, walaupun jumlah kelahiran telah menurun jika
dibandingkan dengan lima tahun yang lalu. Angka harapan hidup semakin meningkat
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua, untuk laki-laki dan
perempuan. Badan piramida membesar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia
produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini
dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, kondisi ini mengharuskan
adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua, karena golongan penduduk ini relatif
tidak produktif. Rincian estimasi jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok
umur di Indonesia tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 2.2.
Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) per tahun
selama tahun 19711980 sebesar 2,31% dan menurun secara tajam selama rentang
tahun 19902000. Pada tahun 2000 LPP sebesar 1,40%, penurunan laju pertumbuhan
penduduk ini dimungkinkan karena berhasilnya program keluarga berencana yang
dicanangkan oleh pemerintah pada masa itu. Kebijaksanaan kependudukan yang
diambil pemerintah tidak hanya menurunkan angka fertilitas tetapi diharapkan ikut
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Hal berbeda terjadi di periode 20002010, LPP sebesar 1,49% per tahun, sedikit
meningkat jika dibandingkan dengan LPP pada tahun 19902000. Peningkatan yang
terjadi masih relatif kecil, dimungkinkan karena program keluarga berencana tidak
mampu lagi menghambat angka kelahiran di Indonesia. Semakin tinggi laju pertumbuhan
penduduk menyebabkan jumlah penduduk yang semakin banyak di masa yang akan
datang.
Kepadatan penduduk menunjukkan banyaknya penduduk per kilometer persegi. Hasil
estimasi penduduk menunjukkan pada tahun 2012 kepadatan penduduk di Indonesia
sebesar 128 penduduk per km2. Estimasi kepadatan penduduk paling besar terdapat
di Provinsi DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk 14.864, Jawa Barat sebesar 1.262
dan Banten 1.161. Estimasi kepadatan penduduk paling kecil terdapat di Provinsi Papua
Barat dengan kepadatan penduduk 8, Papua sebesar 9 dan Kalimantan Tengah sebesar
14,91. Rincian kepadatan penduduk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4.

Profil Kesehatan indonesia 2012


GAMBAR 2.3
ESTIMASI KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk
mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency
Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun
ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 1564 tahun).
Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban
tanggungan umur produktif terhadap umur nonproduktif. Semakin tinggi rasio beban
tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk nonproduktif yang ditanggung oleh
penduduk umur produktif.
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur yang ditunjukkan oleh Tabel
2.1, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia 0-14 tahun sebesar 28,87% yang
berusia 15-64 tahun sebesar 66,08% dan yang berusia 65 tahun sebesar 5,05%.
Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan penduduk Indonesia pada tahun 2012
sebesar 51,33%. Hal ini berarti bahwa 100 orang Indonesia yang masih produktif akan
menanggung 51 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan
antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki-laki lebih besar jika dibandingkan

10

gambaran umum dan perilaku penduduk


dengan Angka Beban Tanggungan perempuan, yaitu 51,50% untuk laki-laki dan 51,15%
untuk perempuan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6.
TABEL 2.1
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang


serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus
didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan
tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai
penduduk sebagai sasaran program pembangunan kesehatan.

11

Profil Kesehatan indonesia 2012


TABEL 2.2
ESTIMASI PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2012, Hasil Estimasi

Penduduk sasaran program pembangunan kesehatan sangatlah beragam, sesuai dengan


karakteristik kelompok umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus kehidupan
yang terjadi. Beberapa upaya program kesehatan memiliki sasaran ibu hamil, ibu
melahirkan, dan ibu nifas. Beberapa program lainnya dengan penduduk sasaran
terfokus pada kelompok umur tertentu, meliputi: bayi, batita, balita, anak balita, anak
usia sekolah SD, wanita usia subur, penduduk produktif, dan usia lanjut.

12

gambaran umum dan perilaku penduduk

B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara. Berdasarkan data dari BPS, Nilai Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp 2.618,1
triliun dan apabila dilihat berdasarkan atas dasar harga berlaku menjadi Rp 8.241,9
triliun pada tahun 2012. Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2005-2011
belum stabil, yang antara lain dipengaruhi oleh kondisi politik dan iklim investasi yang
ada.
GAMBAR 2.4
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2005 - 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23% dibanding tahun
2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Saat terjadi krisis
ekonomi global pada tahun 2008, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 4,50%.
Pada tahun 2012, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan
komunikasi yang tumbuh mencapai 9,98%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran tumbuh 8,11%, sektor konstruksi 7,50%, sektor keuangan, real estat dan jasa
perusahaan tumbuh 7,15%, sektor listrik, gas, dan air bersih 6,40%, sektor industri
pengolahan tumbuh 5,73%, sektor jasa-jasa 5,24%, sektor pertanian tumbuh 3,97%,
dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 1,49 %. Pertumbuhan PDB tanpa
migas pada tahun 2012 mencapai 6,81% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan
PDB. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total

13

Profil Kesehatan indonesia 2012


pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,47%. Selanjutnya diikuti
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi
yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing sebesar 1,44% dan 0,98%.
PDB per kapita merupakan PDB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Pada tahun 2012, nilai PDB per kapita diperkirakan mencapai Rp.
33,3 juta dengan laju peningkatan sebesar 9,58 persen dibandingkan dengan PDB per
kapita tahun 2011 yang sebesar Rp. 30,4 juta. Sementara itu Produk Nasional Bruto
(PNB) per kapita juga meningkat dari Rp. 29,6 juta pada tahun 2011 menjadi Rp. 32,4
juta pada tahun 2012 atau terjadi peningkatan sebesar 9,52 persen.
Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan
suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam
kegiatan Susenas, dilakukan pendekatan melalui data pengeluaran rumah tangga.
Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan
dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah
GAMBAR 2.5
PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

14

gambaran umum dan perilaku penduduk


tangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah
tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar
provinsi khususnya dilihat dari segi ekonomi.
Pengeluaran per kapita untuk non makanan mengalami kenaikan pada tahun 2011
jika dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 persentase pengeluaran yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan sebesar 50,55% dan pengeluaran
yang dilakukan oleh makanan sebesar 49,45%. Pengeluaran makanan terbesar untuk
makanan jadi dan padi-padian. Pengeluaran non makanan terbesar untuk perumahan,
bahan bakar, penerangan dan air. Biaya kesehatan per kapita sebulan hanya sebesar
3,04% dari total pengeluaran per kapita sebulan. Nilai ini masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan kebutuhan terhadap perumahan, bahan bakar, penerangan dan
air. Rincian lengkap pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang dapat
dilihat pada Lampiran 2.14.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di Indonesia.
Penggolongan usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun
ke atas. Penduduk dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga
kerja, namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk
yang masuk usia kerja yang dapat menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk
usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan yang
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja
dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang sedang mencari pekerjaan,
sedang mempersiapkan suatu usaha dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka.

TABEL 2.3
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2010 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

15

Profil Kesehatan indonesia 2012


Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas). Konsep pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak
mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan/putus asa (sebelumnya dikategorikan sebagai bukan angkatan
kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan
sebagai bekerja).
Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari kerja
dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka di sini didefinisikan sebagai
orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau
juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan
pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus
rumah tangga.Pada Tabel 2.3 dapat diketahui keadaan ketenagakerjaan di Indonesia
pada Tahun 2012. Agustus tahun 2012 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang
digambarkan dengan adanya penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja
pada Agustus 2012 turun sebesar 2,4 juta orang dibanding keadaan Februari 2012.
Penduduk yang bekerja pada Agustus 2012 berkurang sebesar 2,0 juta orang dibanding
keadaan Februari 2012 .Jumlah penganggur pada Agustus 2012 mengalami penurunan
sekitar 370 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2012.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk telah menyebabkan peningkatan jumlah
angkatan kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja menyebabkan semakin sempitnya
peluang kerja karena minimnya lapangan pekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja lebih
lambat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya pengangguran terbuka yang cukup tinggi. Hal yang menggembirakan
adalah turunnya jumlah pengangguran terbuka dari tahun ke tahun, walaupun angka
pengangguran masih cukup tinggi.
Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna untuk acuan pemerintah
dalam pembukaan lapangan kerja baru di masa mendatang. Angka ini juga menunjukkan
tingkat keberhasilan pembangunan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan publikasi data hasil Sakernas BPS tahun 2012 ada penurunan angka
pengangguran. Jumlah pengangguran pada Agustus 2012 mencapai 7,2 juta orang,
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana pada Agustus
2012 sebesar 6,14% turun dari kondisi Februari 2012 yang sebesar 6,32% dan kondisi
Agustus 2011 yang sebesar 6,56%.

16

gambaran umum dan perilaku penduduk


GAMBAR 2.6
PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN
DI INDONESIA AGUSTUS TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Pembahasan yang cukup menarik tentang pengangguran adalah pengangguran


berdasarkan tingkat pendidikan. Pada Gambar 2.6, dapat ditunjukkan bahwa
pengangguran tertinggi ada pada penduduk yang menamatkan pendidikan pada tingkat
SMA dengan persentase sebesar 39,66%. Pengangguran tertinggi kedua ada pada
penduduk dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 23,48%. Tingkat pengangguran
tertinggi ketiga adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebesar 20,01%.
Tingkat pengangguran pada tingkat pendidikan diploma/universitas sebesar 8,76%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012 masih terdapat pengangguran yang
berpendidikan.
Kemiskinan menjadi isu yang harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan
termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan daya beli dan akses dari masyarakat. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar
dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat dan bergizi sehingga
dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk
terserang penyakit-penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta keterbatasan
pemenuhan pangan dan gizi masyarakat.
Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi kebutuhan dasar
(basic need approach) dalam mengukur kemiskinan di Indonesia. Secara umum

17

Profil Kesehatan indonesia 2012


kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu memenuhi hakhak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Definisi yang sangat luas ini menunjukkan bahwa
kemiskinan merupakan masalah multi dimensional, sehingga tidak mudah untuk
mengukur kemiskinan dan perlu kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai.
Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan maupun non makanan yang diukur dari pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus dipenuhi
seseorang untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut
digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan
tidak miskin. Garis pembatas tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan.
GAMBAR 2.7
GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per
bulan kurang dari garis kemiskinan. Perhitungan Garis Kemiskinan tersebut dilakukan
secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Tahun 2012, dilakukan 2 kali
pengukuran penduduk miskin, yaitu bulan Maret dan September. Pada September
2012, kategori penduduk miskin di desa adalah mereka dengan tingkat pengeluaran
per kapita per bulan kurang dari Rp 240.441,00 dan penduduk miskin di kota adalah
mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp 277.382,00.
Garis kemiskinan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Rincian lengkap mengenai
garis kemiskinan per tahun desa dan kota dapat dilihat pada Lampiran 2.15.

18

gambaran umum dan perilaku penduduk


GAMBAR 2.8
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2006 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar 2.8 menunjukkan tentang jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia
dari tahun 2006 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin semakin menurun
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin berjumlah 28,59 juta
penduduk miskin, turun jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang berjumlah 30,01 juta
penduduk miskin dan 31,02 juta penduduk miskin pada tahun 2010. Secara persentase,
penduduk miskin tahun 2012 sebesar 11,66%, tahun 2011 sebesar 12,49% dan tahun
2010 sebesar 13,33%. Secara persentase kemiskinan semakin turun jika dibandingkan
per tahun, tetapi jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup besar. Secara
lengkap jumlah dan persentase penduduk miskin terdapat pada Lampiran 2.19.
TABEL 2.4
PERSEBARAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
MENURUT KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2010 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

19

Profil Kesehatan indonesia 2012


Berdasarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi dari BPS
terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata perbedaannya. Dari Tabel
2.4 dapat diketahui lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau
Jawa yaitu 55,83% tahun 2010 dan tahun 2012 menurun menjadi 55,33%. Separuh
penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa. Persebaran jumlah penduduk
miskin pada tahun 2011 di Sumatera 21,49%, Jawa 55,72%, Kalimantan 3,23%, Bali
dan Nusa Tenggara 6,91%, Sulawesi 7,14%, Maluku dan Papua 5,50%. Pada tahun 2012
persentase penduduk miskin di Sumatera 21,60%, Sulawesi 7,15%, Kalimantan 3,26%,
Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 6,96%, Maluku dan Papua 5,69%. Selama rentang
tahun 2010 2012, penurunan persentase penduduk miskin terjadi di Pulau Jawa dan
kenaikan persentase penduduk miskin tertinggi terjadi di Pulau Maluku dan Papua.
GAMBAR 2.9
PETA PERSEBARAN PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Pada Gambar 2.9 ditunjukkan persebaran penduduk miskin di Indonesia. Persentase


penduduk miskin terbesar pada tahun 2012 terdapat di Provinsi Papua dengan persentase
penduduk miskin 30,66% dan Provinsi Papua Barat dengan persentase penduduk miskin
sebesar 27,04%. Penduduk miskin terendah di Indonesia terdapat di Provinsi Bali dengan
persentase penduduk miskin sebesar 3,95% dan Provinsi DKI Jakarta dengan persentase
penduduk miskin sebesar 3,70%.
Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin
saja, ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan. Selain menekan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga
sekaligus mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Rincian mengenai
indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan dapat dilihat pada
Lampiran 2.20.

20

gambaran umum dan perilaku penduduk


Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena
pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena data pendapatan sulit
diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan
data pengeluaran. Ukuran yang dapat menggambarkan ketimpangan pendapatan ini
adalah koefisin Gini/Indeks Gini (Gini Ratio). Indeks Gini adalah suatu koefisien yang
menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan secara
menyeluruh. Nilai indeks Gini ada diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini
menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Apabila nilai indeks
Gini adalah 0 artinya terdapat kemerataan sempurna pada distribusi pendapatan,
sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan yang sempurna.
Rincian mengenai indeks Gini dapat dilihat pada Lampiran 2.10.
Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan,
baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang
tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal
karena beberapa faktor penyebab, yaitu: geografis, sumber daya alam, sumber daya
manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan
pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya
kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah administrasi
kabupaten. Menurut definisinya, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif
kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk
relatif tertinggal. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam kriteria dasar yaitu: perekonomian
masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan
lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten
yang berada di daerah pedalaman, kepulauan (pulau kecil dan gugus pulau), perbatasan
antar negara, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik, dan sebagian besar
wilayah daerah pesisir.
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah menetapkan 183 kabupaten
yang dikategorikan sebagi kabupaten tertinggal. Ketetapan ini berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 2014. Saat ini di
Indonesia terdapat 45 kabupaten perbatasan, 33 pulau-pulau kecil terluar berpenduduk,

21

Profil Kesehatan indonesia 2012


183 daerah tertinggal dan 158 Kabupaten Prioritas Percepatan Pembangunan Kualitas
Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal. Pada tahun 2012 persentase daerah
tertinggal adalah 36,8% (183 kabupaten dari 497 kabupaten/kota) yang terdapat di 27
provinsi.
GAMBAR 2.10
PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2012

Gambar 2.10 menunjukkan provinsi dengan persentase kabupaten tertinggal tertinggi


adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, Nusa Tenggara Timur sebesar 95,24% dan
Provinsi Papua sebesar 93,10%. persentase kabupaten tertinggal terendah terdapat di
Kalimantan Tengan sebesar 7,14% dan Jawa Barat sebesar 7,69%. Terdapat 6 provinsi di
Indonesia yang tidak memiliki kabupaten tertinggal yaitu: Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, dan Bali. Rincian kabupaten tertinggal per provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 2.31.
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar juga
memprioritaskan pembangunan pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK). Salah satu agenda kegiatan adalah pembangunan kesehatan di 45 Kabupaten
Prioritas Nasional di Perbatasan dengan Negara Tetangga. Dengan menggunakan skala
prioritas, terdapat 45 kabupaten prioritas dan 101 puskesmas prioritas kabupaten
prioritas nasional di perbatasan dengan negara tetangga.
Pada Tabel 2.5 dapat diketahui bahwa pulau dengan jumlah kabupaten perbatasan
dengan negara lain terbanyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
yang berjumlah 17 kabupaten atau 37,78%. Sedangkan di Pulau Jawa tidak terdapat
kabupaten yang berbatasan dengan wilayah asing. 101 puskesmas prioritas nasional
terbesar berada dalam wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan jumlah

22

gambaran umum dan perilaku penduduk


puskesmas prioritas sebesar 55 puskesmas. Puskesmas prioritas di Pulau Kalimantan
sebesar 29 puskesmas dan puskesmas prioritas tidak terdapat di Pulau Jawa. Dengan
ditetapkannya skala prioritas ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja Kementerian
Kesehatan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan.
Rincian jumlah kecamatan, jumlah penduduk, dan jumlah puskesmas di 45 kabupaten
perbatasan dapat dilihat pada Lampiran 2.30.
TABEL 2.5
JUMLAH KABUPATEN PERBATASAN DAN PUSKESMAS PRIORITAS DTPK
DI INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Direktorat BUK Dasar, Kemenkes RI, 2011

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus
berkembang. Hal ini sejalan dengan karakter manusia yang memiliki potensi kreatif
dan inovatif dalam segala bidang kehidupan. Kondisi pendidikan merupakan salah satu
indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu
negara. Melalui pengetahuan, pendidik an berkontribusi terhadap perubahan perilaku
kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku
sehat.
Pendidikan memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Laju perubahan sebagai
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disejajarkan dengan
penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kemudian menjadi
pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan
salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan
tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya peningkatan peran pendidikan dalam

23

Profil Kesehatan indonesia 2012


pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan. Beberapa program
pemerintah telah diupayakan sebagai sebuah alternatif dalam rangka menyiapkan dan
meningkatkan mutu pendidikan, sebagai contoh adalah dari program wajib belajar 9
tahun.
GAMBAR 2.11
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS
DI INDONESIA TAHUN 2007 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Pada Gambar 2.11 dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah
penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 7,9 tahun. Nilai ini sama jika
dibandingkan dengan tahun 2010, tetapi semakin meningkat jika dibandingkan dengan
rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2007 yang sebesar
7,4 tahun dan pada tahun 2008 sebesar 7,5 tahun. Apabila dibandingkan dengan
program wajib belajar 9 tahun, maka pada tahun 2011 program ini belum berjalan
optimal. Rincian mengenai indikator pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 2.21.1 dan
Lampiran 2.21.2.
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural,
dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa serta keseluruhan.
Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan sangat strategis. Pendidikan
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
manusia. Kualitas sumber daya manusia tercermin dari kualitas pendidikan. Dengan

24

gambaran umum dan perilaku penduduk


GAMBAR 2.12
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS MENURUT
GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial


ekonomi. Partisipasi penduduk bersekolah disajikan dalam persentase penduduk
berumur 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah dan tidak
sekolah lagi.
Secara total, persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas di Indonesia yang tidak/
belum pernah sekolah sebesar 8,38%, masih sekolah 24,88% dan 66,74% sudah tidak
bersekolah lagi. Pada Gambar 2.12 dapat diketahui bahwa golongan umur 10-14 status
sekolahnya 95,24% masih bersekolah dan golongan umur 15-19 tahun status sekolahnya
57,48% masih bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk usia
muda (kelompok umur 5-9 dan 10-14 tahun) telah/sedang menempuh pendidikan dasar
(telah memenuhi wajib belajar 9 tahun). Semakin tua golongan umur maka semakin
kecil persentase penduduk tersebut untuk bersekolah lagi, karena banyak dari golongan
umur ini yang telah masuk dalam golongan bekerja atau mencari pekerjaan. Rincian
menurut golongan umur dan status sekolah dapat dilihat pada Lampiran 2.23.
Pada Gambar 2.13 persentase penduduk berumur 7-24 tahun ke atas yang masih sekolah
tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 75,12%. Lengkapnya sarana dan prasarana
pendidikan telah membuat predikat bagi provinsi ini sebagai kota pendidikan. Pada

25

Profil Kesehatan indonesia 2012


provinsi ini juga sebagai kota tujuan penduduk dari luar provinsi untuk menimba ilmu.
Persentase penduduk berumur 7-24 tahun ke atas yang masih sekolah terendah ada di
Provinsi Papua sebesar 54,22%. Kondisi ini dimungkinkan karena kurangnya sarana dan
prasaran pendidikan. Provinsi DKI Jakarta 58,74% penduduk umur 7-24 tahun ke atas
masih sekolah, nilai ini terendah kedua setelah Provinsi Papua. Rincian menurut provinsi
dan status sekolah dapat dilihat pada Lampiran 2.24.
GAMBAR 2.13
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7-24 KE ATAS YANG MASIH SEKOLAH TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas


pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk
suatu negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara tersebut. Pada Gambar 2.14,
ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki tertinggi pada tingkat pendidikan SMU/SMA/SMK
dengan persentase 22,71% dan SMP/MTs sebesar 20,74%. Penduduk dengan tingkat
pendidikan Diploma I/II sebesar 0,77% dan persentase penduduk dengan ijazah/
STTB tertinggi Akademi/Diploma III/IV/S1/S2/S3 sebesar 5,96%. Penduduk yang tidak
memiliki ijazah/STTB masih cukup tinggi, yaitu 21,10%. Rincian persentase penduduk
usia 15 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan STTB yang dimiliki tahun 2011 dapat
dilihat pada Lampiran 2.22

26

gambaran umum dan perilaku penduduk


GAMBAR 2.14
PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT STTB
TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan


oleh penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca
dan menulis tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf. Angka buta huruf
berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak dapat membaca
secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan
itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.
Secara nasional persentase penduduk yang buta huruf sebesar 7,19%. Gambar 2.15
menunjukan persentase penduduk yang buta huruf terkecil terdapat di Provinsi Sulawesi
Utara sebesar 1,15% dan tertinggi terdapat di Provinsi Papua sebesar 35,92%. Terdapat
21 provinsi yang angka buta hurufnya lebih rendah jika dibandingkan dengan angka
nasional. Enam provinsi di Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang buta huruf
relatif tinggi, di atas 10%, yaitu Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Bali. Papua mempunyai angka
buta huruf terbesar, hal ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang menunjang
pendidikan di provinsi ini masih sangat kurang. Rincian per provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.28.

27

Profil Kesehatan indonesia 2012


GAMBAR 2.15
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti
sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan AMH adalah untuk:
1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di
daerah perdesaan yang masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah
atau tidak tamat SD,
2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi
dari berbagai media,
3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Sehingga angka melek huruf berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi
perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin
besar angka melek huruf diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan sehingga
tingkat kesejahteraan dapat semakin meningkat.
Pada Gambar 2.16, persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf
tertinggi di Sulawesi Utara dengan persentase penduduk melek huruf 98,85% dan DKI
Jakarta dengan persentase penduduk melek huruf 98,83%. Persentase penduduk melek
huruf terendah di Provinsi Papua dengan persentase 64,08% dan Provinsi Nusa Tenggara
Barat dengan persentase 83,24. Rincian per provinsi dan per jenis kelamin dapat dilihat
pada Lampiran 2.28.

28

gambaran umum dan perilaku penduduk


Secara nasional, persentase penduduk yang melek huruf sebesar 92,91% pada tahun
2010 dan sedikit menurun menjadi 92,81% pada tahun 2011. Angka melek huruf pada
tahun 2011 di perkotaan sebesar 95,68% dan angka melek huruf di perdesaan sebesar
89,89%. Angka ini apabila dibandingkinkan dengan kondisi tahun 2010 terjadi penurunan
di tingkat perkotaan dan terjadi peningkatan di perkotaan. Apabila dibandingkan antar
GAMBAR 2.16
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

daerah perkotaan dan perdesaan, persentase penduduk yang melek huruf relatif
lebih tinggi di daerah perkotaan. Hal ini dimungkinkan dengan relatif majunya fasilitas
pendidikan dan relatif baiknya akses sarana menuju tempat pendidikan.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid
kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang masih
bersekolah di semua jenjang pendidikan. APS dari BPS secara umum dikategorikan
menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun
mewakili umur setingkat SMP/MTs, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/
SMK. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah pada
suatu daerah. Berdasarkan angka ini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi
jenjang pendidikan, semakin rendah APS.

29

Profil Kesehatan indonesia 2012


Gambar 2.17 merupakan APS nasional menurut usia sekolah dari tahun 2007-2011.
Berdasarkan 4 kelompok umur dimana kelompok umur 712 tahun mewakili umur
setingkat sekolah dasar, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP, 16-18 tahun
mewakili umur setingkat SMA, dan 1924 tahun mewakili umur setingkat perguruan
tinggi. Pada gambar dapat diketahui bahwa semakin tinggi kelompok umur maka tingkat
partisipasi sekolahnya semakin kecil. Hal ini dimungkinkan pada kelompok umur 1618 tahun dan 19-24 tahun telah masuk dalam angkatan kerja dan bekerja. APS pada
kelompok umur 712 tahun dan 1315 tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun
menunjukkan bahwa program pendidikan 9 (sembilan) tahun semakin baik dijalankan.
Rincian per provinsi dan per tahun dapat dilihat pada Lampiran 2.25.
GAMBAR 2.17
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH
DI INDONESIA TAHUN 2007 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Untuk memahami dan melakukan analisis tentang kondisi pendidikan di Indonesia,


dapat menggunakan dua indikator tentang partisipasi sekolah. Terdapat dua ukuran
partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi
Murni (APM). Kedua ukuran tersebut mengukur partisipasi penduduk usia sekolah oleh
sektor pendidikan. Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia
"standar" di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia
yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan.
APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan

30

gambaran umum dan perilaku penduduk


jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara
umum di suatu jenjang pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana
untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang
pendidikan. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak
yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin
tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang
pendidikan pada suatu wilayah.
APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan tanpa menggunakan batasan
kelompok umur. Kondisi ini memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%, hal ini sering
terjadi pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai di atas 100% ini terjadi karena masih banyak
penduduk dengan kelompok usia di bawah 7 tahun yang sudah bersekolah di tingkat
sekolah dasar, atau penduduk yang berusia lebih dari 12 tahun yang masih bersekolah
pada tingkat SD/MI.
Pada Gambar 2.18 diketahui nilai APK untuk SD/MI melebihi 100%, sedangkan untuk
pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA lebih rendah dari nilai APK SD. Pada tahun
2011 nilai APK untuk tingkat SD sebesar 102,58%, SMP 89,57% dan SMA 64,66%. Kondisi
pada tahun 2011 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2010 pada jenjang
pendidikan SMP/MTS dan SMA/SMK/MA tetapi menurun pada jenjang pendidikan SD/
MI. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.26.
GAMBAR 2.18
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2007 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

31

Profil Kesehatan indonesia 2012


Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi pendidikan, karena memasukkan
semua penduduk dalam jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan kelompok umur
yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sehingga diperlukan indikator yang lebih
mencerminkan partisipasi sekolah, yaitu APM.
APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada
jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya
dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui
banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya. Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia sekolah yang bersekolah
di suatu daerah. Jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator pendidikan yang
lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang
pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.
APM membagi jumlah siswa dengan jenjang pendidikan dengan menggunakan batasan
kelompok umur. Kondisi ini tidak memungkinkan nilai APM yang melebihi 100%. Nilai
APM lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai APK. Pada Gambar 2.19, tahun 2011
nilai APM untuk tingkat SD/MI sebesar 91,03%, SMP/MTs 68,12% dan SMA/SMK
47,97%. Nilai APM ini jika dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami kenaikan pada
jenjang pendidikan SMP/MTs dan pada jenjang pendidikan SMA/SMK tetapi mengalami
penurunan pada jenjang pendidikan SD/MI. Kondisi APM ini lebih mencerminkan kondisi
partisipasi sekolah. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.27.
GAMBAR 2.19
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2007 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

32

gambaran umum dan perilaku penduduk

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan
adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia
Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang harus diatasi
bersama. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator seperti: akses air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah
tangga kumuh dan rumah sehat.

1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas


Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk memastikan
komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan
kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi
rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar
hingga 2015.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggara air
minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi,
badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual
yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air
minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010,
diantaranya adalah sebagai berikut :

Parameter mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang di
perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel,

Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna,

Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5.

33

Profil Kesehatan indonesia 2012


Dalam rangka pencapaian target Renstra tentang persentase kualitas air minum
berkualitas dengan salah satu target prioritas adalah persentase kualitas air minum
yang memenuhi syarat kesehatan, dalam hal ini adalah air minum yang didistribusikan
oleh PDAM dengan target tahun 2012 adalah 95%. Hal tersebut di atas merupakan
salah satu upaya pencegahan terjadinya kemungkinan munculnya penyakit berbasis air
(waterborne disease) karena air merupakan salah satu media lingkungan yang berperan
dalam penyebaran penyakit melalui media pertumbuhan mikrobiologi serta adanya
kemungkinan terlarutnya unsur kimia yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Sebagai salah satu pengawasan kualitas air minum PDAM, dilakukan uji petik
terhadap kualitas air minum PDAM secara eksternal. Penghitungan dilakukan dengan
membandingkan jumlah sampel air minum yang memenuhi syarat dibanding dengan
jumlah seluruh sampel air minum yang diambil pada jaringan distribusi PDAM.
GAMBAR 2.20
PERSENTASE HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM YANG MEMENUHI
SYARAT MIKROBIOLOGI MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, 2012

Pada Gambar 2.20 persentase hasil pemeriksaan kualitas air minum PDAM yang
memenuhi syarat mikrobiologi di Indonesia sebesar 95,39%, lebih tinggi dibandingkan
target Renstra tahun 2012. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 20 provinsi di
Indonesia mempunyai kualitas air minum PDAM yang baik, karena dari jumlah sampel

34

gambaran umum dan perilaku penduduk


yang diuji nilainya 100% memenuhi syarat mikrobiologi. Persentase terendah terjadi
di Provinsi Bali, hasil pengujian sampel hanya sebesar 34,78% yang memenuhi syarat
mikrobiologi, sedangkan di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 62,47%. Rincian lengkap
terdapat di Lampiran 2.37.
Amanat Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang selanjutnya
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum pada Pasal 6 disebutkan bahwa :
1. Air minum yang dihasilkan dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang
digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kualitas
berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan,
2. Air minum yang tidak memenuhi syarat kualitas sebagaimana dimaksud pada Ayat
1 dilarang didistribusikan kepada masyarakat.
Upaya pengawasan kualitas air sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas
Air Minum, dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai pengawasan
eksternal dan penyelenggara air minum sebagai pengawasan internal. Selain itu
diatur pula mengenai adanya upaya penyampaian informasi tentang data kualitas air
minum oleh penyelenggara air minum ke dinas kesehatan kabupaten/kota serta upaya
penyampaian kondisi kualitas air oleh pemerintah daerah di wilayahnya.
Seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk minum,
sementara itu persediaan air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air minum
telah mengalami pencemaran, rumah tangga kini mulai beralih kepada produk air minum
dalam kemasan/isi ulang. Produk ini merupakan salah satu solusi untuk konsumsi air
minum karena produk dapat langsung diminum karena telah melalui proses produksi.
Sementara menurut definisi MDGs air minum kemasan dan isi ulang tidak termasuk
dalam sumber air minum layak. Hal ini dikarenakan air kemasan tidak dapat dipastikan
keberlanjutannya dan sumbernya berasal dari wilayah lain.
Pada Gambar 2.21, persentase rumah tangga yang dapat mengakses air minum
layak dengan air kemasan/isi ulang di Indonesia menunjukkan tren yang berlawanan.
Persentase penduduk yang mengkonsumsi air minum layak semakin menurun jika
dibandingkan dengan penduduk yang mengkonsumsi air kemasan/isi ulang. Penduduk
yang mengkonsumsi air dalam kemasan semakin meningkat.

35

Profil Kesehatan indonesia 2012


GAMBAR 2.21
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES AIR MINUM LAYAK
DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG DI INDONESIA TAHUN 1995 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Tahun 2011 persentase penggunaan air minum layak sebesar 42,76% dan persentase
penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 22,13%, sedangkan pada tahun 2012
triwulan I, persentase penggunaan air minum layak sebesar 41,66% dan persentase
penggunaan air minum kemasan/isi ulang sebesar 23,33%. Secara kuantitas pengguna
air minum layak masih tinggi tetapi persentasenya semakin menurun, sedangkan
penggunaan air minum kemasan/isi ulang persentasenya semakin meningkat. Rincian
per tahun dapat dilihat pada Lampiran 2.33.
Sumber air minum mempengaruhi kualitas air minum. Untuk sumber air minum yang
berasal dari sumber air minum layak, konsep yang digunakan meliputi air leding (kran,
kran umum, hidran umum), terminal air, Penampungan Air Hujan (PAH), sumur bor/
pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung. Khusus untuk sumur bor/pompa,
sumur terlindung, dan mata air terlindung harus memenuhi syarat jarak ke tempat
penampungan kotoran/tinja minimal 10 meter.
Pada Gambar 2.22, persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak di
Indonesia sebesar 41,66%. Provinsi dengan persentase tertinggi untuk sumber air
minum layak terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 61,38%, DI Yogyakarta sebesar
59,39 dan Jawa Tengah sebesar 56,31%%. Persentase terendah terdapat di Provinsi
Banten sebesar 20,40%, Kepulauan Riau sebesar 22,80% dan DKI Jakarta sebesar
22,87%. Terdapat 16 provinsi yang persentasenya berada diatas persentase nasional

36

gambaran umum dan perilaku penduduk


dan 17 provinsi yang persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak kurang
dari persentase nasional.
GAMBAR 2.22
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES KE SUMBER AIR MINUM LAYAK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum layak secara nasional terus menerus
dilakukan. Masih banyak kendala dalam pencapaiannya, antara lain :
1. Rencana Aksi Daerah (RAD) pencapaian target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan
Renstra tidak didukung dengan skema pembiayaan yang jelas untuk implementasi,
2. Belum optimalnya peran pemerintah provinsi dalam menggalang kerjasama antar
pemerintah kabupaten/kota dalam mengembangkan SPAM untuk mencapai
sasaran RKP dan Renstra,
3. Belum optimalnya keterpaduan antara program dengan pembiayaan pengembangan
SPAM perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi untuk percepatan pencapaian
sasaran air minum layak,
4. Penanganan pembangunan SPAM di pulau-pulau kecil, daerah terpencil termasuk
daerah pesisir belum dilaksanakan secara terpadu, berbasis teknologi tepat guna
dan berkelanjutan,
5. Perilaku masyarakat dan pelaku usaha masih kurang memperhatikan efisiensi dan
efektivitas pemanfaatan air minum dan air hasil daur ulang serta sanitasi.

37

Profil Kesehatan indonesia 2012


Pada Gambar 2.23, persentase rumah tangga menurut fasilitas air minum sendiri di
Indonesia sebesar 58,69%, bersama 25,92%, umum 11,74% dan tidak ada fasilitas air
minum sebesar 3,65%. Persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas air minum
sendiri terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 79,64%, persentase tertinggi rumah
tangga dengan fasilitas air minum bersama terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 49,57%. Provinsi dengan persentase rumah tangga dengan fasilitas air minum
milik umum terbesar terdapat di Provinsi Maluku sebesar 43,31% dan yang provinsi
dengan rumah tangga yang tidak ada fasilitas air minum terbesar terdapat di Provinsi
Kalimantan Barat sebesar 39,95%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.36.
GAMBAR 2.23
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS AIR MINUM
INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar


Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat
yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan
berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan
hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya
jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit.

38

gambaran umum dan perilaku penduduk


Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan,
diantaranya adalah anggapan membangun jamban itu mahal, lebih enak buang air besar
di sungai, tinja dapat digunakan sebagai pakan ikan, dan lain-lain. Perilaku ini harus
diubah karena dapat meningkatkan risiko masyarakat untuk terkena penyakit menular.
Pada Gambar 2.24, persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar
sendiri di Indonesia sebesar 65,20%, bersama 13,37%, umum 3,65% dan tidak ada
fasilitas tempat buang air besar sebesar 17,78%. Persentase tertinggi rumah tangga
dengan fasilitas tempat buang air besar sendiri terdapat di Provinsi Riau sedangkan
persentase tertinggi rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar bersama
terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang
tidak ada fasilitas tempat buang air besar terdapat di Provinsi Sulawesi Barat. Rincian
per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.40.
GAMBAR 2.24
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KEPEMILIKAN FASILITAS
TEMPAT BUANG AIR BESAR INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Sesuai dengan konsep dan defnisi MDGs, disebut akses sanitasi layak apabila penggunaan
fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan
jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik
atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu
dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur

39

Profil Kesehatan indonesia 2012


3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Pada Gambar 2.25 persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak di
Indonesia sebesar 56,24%, lebih rendah dari target Renstra Tahun 2012 sebesar 69%.
Provinsi dengan persentase tertinggi untuk menurut akses terhadap sanitasi layak
terdapat di Provinsi Bali sebesar 87,86% dan Provinsi DI Yogyakarta sebesar 80,37%.
Terdapat 12 provinsi yang persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi
layak berada diatas persentase nasional. Persentase terendah terdapat di Provinsi
Papua sebesar 25,92% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 27,33%. Terdapat 21 provinsi
yang persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak dari persentase
nasional.
GAMBAR 2.25
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Upaya meningkatkan akses air bersih dan sanitasi dasar yang layak juga dilakukan
melalui kerjasama dengan donor agency internasional seperti WHO dan World Bank
yang diimplementasikan melalui kegiatan Pamsimas, ICWRMIP, MCC (Millenium
Challence Coorporation) untuk mengatasi stunting pada anak-anak dengan intervensi

40

gambaran umum dan perilaku penduduk


nutrisi dan kesehatan lingkungan. Selain itu beberapa lembaga internasional melakukan
kegiatan berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana air minum dan sanitasi dasar
bagi masyarakat khusunya bagi yang berpenghasilan rendah di perdesaan.
Pada Gambar 2.26, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak lebih tinggi
di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Persentase ini sejak tahun 2007
semakin meningkat setiap tahunnya, baik pada daerah perkotaan maupun perdesaan.
Persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak di perkotaan sebesar 71,66% dan
di perdesaan 41,25%. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan sarana dan prasarna
sanitasi di perkotaan lebih baik. Secara total perkotaan dan perdesaan, persentase rumah
tangga dengan akses sanitasi layak sebesar 56,24%. Nilai ini semakin meningkat jika
dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2010, persentase
rumah tangga dengan akses sanitasi layak di Indonesia sebesar 55,60% dan 55,54%.
GAMBAR 2.26
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK
DI INDONESIA TAHUN 1995 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

Secara umum kendala yang dihadapi dalam upaya pencapain target, yaitu :
1. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara instan,
cenderung membutuhkan waktu yang relative lama agar masyarakat dapat
mengadopsi perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
demikian, kondisi sosial budaya yang sangat bervariasi dapat mempengaruhi cepat
lambatnya perubahan perilaku,

41

Profil Kesehatan indonesia 2012


2. Belum meratanya ketersediaan sarana air minum dan sanitasi yang mudah, murah
dan terjangkau oleh masyarakat,
3. Kondisi geografis yang sangat bervariasi mengakibatkan sulitnya menentukan
pilihan teknologi sanitasi yang dapat diterapkan di daerah tersebut.

3. Rumah Tangga Kumuh


Rumah tangga kumuh merupakan indikator komposit yang disusun dari banyaknya
rumah tangga dengan kategori air minum tidak layak (bobot 15%), sanitasi tidak
layak (bobot 15%), sufficient living area (bobot 35%) dan durability of housing (bobot
35%). Suatu rumah tangga dinyatakan sebagai rumah tangga kumuh apabila nilai hasil
penghitungan indikator komposit rumah tangga lebih dari 35%.
Sufficient living area adalah luas lantai hunian per kapita > 7,2m2 (Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat). Durability of housing dihitung dari rumah tangga yang menghuni
bangunan dengan kriteria: (i) jenis atap terluas terbuat ijuk/rumbia dan lainnya, (ii) jenis
dinding terluas dari bambu dan lainnya, (iii) jenis lantai terluas tanah. Apabila minimal
2 kriteria terpenuhi, maka rumah tangga tersebut dapat dikategorikan sebagai rumah
tangga kumuh. Persentase rumah tangga kumuh di Indonesia sebesar 14,60%.
Pada Gambar 2.27, persentase tertinggi terdapat di Provinsi Papua dengan persentase
57,80% dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 47,89%. Persentase terendah untuk
GAMBAR 2.27
PERSENTASE RUMAH TANGGA KUMUH DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)

42

gambaran umum dan perilaku penduduk


rumah tangga kumuh terdapat di Provinsi DI Yogyakarta dengan persentase sebesar
4,12% dan Provinsi Jawa Tengah dengan persentase sebesar 6,90%.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata nasional, 15 provinsi di Indonesia mempunyai
persentase rumah tangga kumuh kurang dari persentase nasional, sedangkan 18 provinsi
lainnya masih berada diatas angka nasional.

4. Rumah Sehat
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 162 dan 163
mengamanatkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untu mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pada pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup
lingkungan permukiman.
Untuk menjalankan amanat dari pasal tersebut, maka untuk penyelenggaraan
penyehatan permukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat. Rumah sehat
adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban
sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor 1077/PER/V/
MENKES/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah).
GAMBAR 2.28
PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH SEHAT DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2012

43

Profil Kesehatan indonesia 2012


Pencapaian rumah sehat di Indonesia sebesar 68,69%, lebih tinggi jika dibandingkan
dengan target nasional yang ditetapkan sebesar 60%. Pada Gambar 2.29, pencapaian
tertinggi rumah sehat terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 98,99%, Maluku
sebesar 96,54% dan Bali sebesar 85,11%. Capaian terendah rumah sehat terdapat di
Sulawesi Tenggara sebesar 18,35%, Kalimantan Tengah sebesar 35,1% dan Kalimantan
Selatan sebesar 43%.
Salah satu strategi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan rumah sehat adalah
memperkuat jejaring penyehatan permukiman hingga tingkat daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) bekerja sama dengan tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK). Kader PKK tersebut dapat diberdayakan sebagai kader kesehatan
lingkungan yang menilai rumah dengan instrument kartu rumah.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yang berkaitan dengan perilaku
masyarakat, diantaranya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, dan Kawasan Tanpa Rokok.

1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu diikuti dengan perilaku
yang higienis untuk mencapai tujuan kesehatan, melalui pelaksanaan STBM. Dalam
kerangka pembangunan kesehatan, sektor air minum, sanitasi dan higienis merupakan
satu kesatuan dalam prioritas pembangunan bidang kesehatan dengan titik berat pada
upaya promotif-preventif dalam perbaikan lingkungan untuk mencapai salah satu
sasaran MDGs. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan
penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai
pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam
rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu:
1. Stop buang air besar sembarangan,
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan

44

gambaran umum dan perilaku penduduk


5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.
Pemerintah memberikan prioritas dan komitmen yang tinggi terhadap kegiatan STBM,
hal ini tercantum pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 yang mempertegas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 dan Surat Edaran
Menteri Kesehatan Nomor 132 Tahun 2012 terkait dengan STBM. Tujuan dari STBM
adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higienis dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan 3 komponen strategi yaitu:
1. Menciptakan lingkungan yang mendukung terlaksananya kegiatan STBM melalui:
a. Advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan secara
berjenjang;
b. Peningkatan kapasitas institusi pelaksana di daerah; dan
c. Meningkatkan kemitraan multi pihak.
2. Peningkatan kebutuhan akan sarana sanitasi melalui peningkatan kesadaran
mayarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan
dilanjutkan pemicuan perubahan perilaku komunitas:
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material
dan biaya sarana sanitasi yang sehat; dan
b. Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk
memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat dan mengembangkan
sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga
keberlanjutan STBM melalui deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS).
3. Peningkatan penyediaan melalui peningkatan kapasitas produksi swasta lokal
dalam penyediaan sarana sanitasi, yaitu melalui pengembangan kemitraan dengan
kelompok masyarakat, koperasi, pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.
Suatu desa/kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM didasarkan pada kondisi:
1. Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/
kelurahan tersebut,
2. Adanya masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi
STBM baik individu atau dalam bentuk komite dan sebagai respon dari aksi
intervensi STBM, dan
3. Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai
komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah disepakati
bersama.

45

Profil Kesehatan indonesia 2012


Pelaksanaan STBM dilakukan secara bertahap dengan prioritas pada pilar ke-1 yaitu
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dan adopsi perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS), dan secara bertahap mengembangkan pilar-pilar lain dari STBM.
Dalam Renstra Kemenkes 2010 2014 ditargetkan pelaksanaan STBM di 20.000 desa
pada tahun 2014. Pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 11.000 desa/kelurahan telah
melaksanakan STBM dan sebanyak 11.165 desa/kelurahan telah melaksanakan STBM
atau 101,5% dibandingkan target.
Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2011, jumlah desa/kelurahan
di Indonesia mencapai 77.468. Persentase desa/kelurahan yang telah melaksanakan
STBM sebesar 11.165 atau 14,41%.
Pada Gambar 2.29, persentase desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM terbesar
di Nusa Tenggara Barat sebesar 86,69%, Sumatera Barat sebesar 63,02% dan Nusa
Tenggara Timur sebesar 37,06%. Persentase desa/kelurahan terkecil yang melakukan
STBM terdapat di DKI Jakarta sebesar 0,75%, Papua sebesar 0,90% dan Aceh sebesar
1,35%. Berdasarkan jumlah, lokasi STBM terbanyak ada di Jawa Timur dengan jumlah
desa/kelurahan mencapai 2.838 desa/kelurahan, Jawa Tengah dengan jumlah lokasi
STBM 1.423 desa/kelurahan. Jumlah terkecil lokasi STBM terkecil terdapat di DKI Jakarta
sejumlah 2 desa/kelurahan dan Bali dengan jumlah 10 desa/kelurahan. Rincian menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.44.
GAMBAR 2.29
PERSENTASE DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2012

46

gambaran umum dan perilaku penduduk


Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan STBM adalah masih belum optimalnya
investasi bidang air minum dan sanitasi khususnya di daerah perkotaan seperti investasi
untuk PDAM serta disparitas capaian antar provinsi untuk pelayanan air minum dan
sanitasi di perdesaan dan akselerasi edukasi perilaku sehat melalui pelaksanaan STBM.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan upaya peningkatan advokasi untuk
meningkatkan investasi bidang air minum dan sanitasi terutama untuk masyarakat
miskin, perluasan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat melalui
program Air Bersih untuk Rakyat serta meningkatkan edukasi perilaku sehat dengan
akselerasi STBM.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,
karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang
menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup
bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan
aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kesehatan
anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan
persentase rumah tangga ber-PHBS.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga berPHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: (1) persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI ekslusif, (3) menimbang balita setiap
bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
(6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, (8)
makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10)
tidak merokok di dalam rumah.
Dalam Renstra Kemenkes 2010 2014 ditargetkan persentase rumah tangga yang
telah PHBS sebesar 70% pada tahun 2014. Pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 60%
rumah tangga telah melaksanakan PHBS. Hasil kegiatan pada tahun 2012 menunjukkan
sebanyak 56,70% rumah tangga telah melaksanakan PHBS atau 94,5% dibandingkan
target. Secara nasional persentase pencapaian rumah tangga yang ber-PHBS mencapai
56,70%.

47

Profil Kesehatan indonesia 2012


Pada Gambar 2.30, persentase tertinggi rumah tangga ber-PHBS terdapat di Provinsi
Jawa Tengah dengan persentase sebesar 76,42%, Kalimantan Timur dengan persentase
sebesar 75,26% dan Kalimantan Selatan dengan persentase sebesar 72,62%. Terdapat 9
provinsi di Indonesia yang berada di atas target Renstra 2012 persentase rumah tangga
ber-PHBS di Indonesia, yaitu : Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, DKI
Jakarta, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Bali, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
Sedangkan provinsi yang persentase rumah tangga ber-PHBS terendah terdapat di
Papua Barat dengan persentase 25,50%, Papua dengan persentase 25,80% dan Sulawesi
Barat dengan persentase 30,85%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.45.
GAMBAR 2.30
PERSENTASE PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2012

3. Kabupaten/Kota Sehat (KKS)


Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu indikator pelaksanaan kegiatan
penyehatan lingkungan dalam RPJMN dan Renstra 2010-2014. KKS adalah suatu kondisi
kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang
dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang
terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota.
Penyelenggaraan KKS merupakan pendekatan terpadu, menyeluruh, lintas sektor
berbasis masyarakat, masyarakat sebagai pelaku utama. Selain itu juga merupakan
operasionalisasi pembangunan berkelanjutan, berbasis pembangunan berwawasan

48

gambaran umum dan perilaku penduduk


lingkungan dan pembangunan berwawasan kesehatan seperti yang diatur dalam
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun
2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat.
Pendekatan KKS tidak hanya mengutamakan pada terselenggaranya upaya peningkatan
lingkungan fisik tapi juga sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan
agar dilaksanakan secara adil, merata, dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh
potensi sumber daya di kabupaten/kota tersebut secara mandiri sehingga diharapkan
dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan
produktivitas dan ekonomi wilayah dan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan
masyarakat yang lebih baik.
Pencapaian KKS tahun 2011 sebesar 55% per provinsi, dan diharapkan pada tahun 2013
sudah mencapai 65% per provinsi. Sampai dengan tahun 2012 sebanyak 309 kabupaten/
kota (62,17%) tersebar di 33 provinsi dari keseluruhan kabupaten/kota yang ada (497
kab/kota) di Indonesia telah melaksanakan pendekatan KKS. Terdapat 3 provinsi yang
sudah melaksanakan program KKS sebesar 100%, yaitu Jawa Timur, DI Yogyakarta dan
Nusa Tenggara Barat. Penilaian KKS dilaksanakan 2 tahun sekali, jadi penilaian KKS
berikutnya dilaksanakan tahun 2013.

4. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok.
Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko
ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. KTR merupakan
tanggung jawab seluruh komponen bangsa baik individu, masyarakat, parlemen,
maupun pemerintah, untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang.
Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan KTR. Ruang lingkup KTR meliputi, tempat-tempat umum, tempat
kerja tertutup, sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak,
tempat ibadah, dan angkutan umum.
Pemerintah telah menetapkan/mengupayakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok untuk
melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115 ayat 1 dan Pemerintah Daerah
wajib menetapkan dan menerapkan KTR di wilayahnya sesuai Pasal 115 ayat 2, serta

49

Profil Kesehatan indonesia 2012


GAMBAR 2.31
PERSENTASE PROVINSI YANG MEMILIKI PERATURAN TENTANG KAWASAN
TANPA ROKOK DI INDONESIA TAHUN 2010 2012

Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, 2012

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/
PB/I/2011 dan Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok, dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan. Pada tahun 2011 sudah ada 21 provinsi di wilayah kerjanya yang memiliki
peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak
merokok terhadap kesehatan (Surat Edaran/ Instruksi/SK/Peraturan Gubernur/ Perda/
Perwali/Perbub).
Sedangkan pada tahun 2012 bertambah menjadi 27 provinsi di wilayah kerjanya yang
memiliki peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan
dampak merokok terhadap kesehatan. Selain itu jumlah kab/kota yang memiliki
peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan penanggulangan dampak
merokok terhadap kesehatan (surat Edaran/Instruksi/ SK/ Peraturan Gubernur/Perda/
Perwali/Perbub) pada tahun 2011, sebanyak 50 kab/kota, dan bertambah pada tahun
2012 menjadi 85 kab/kota.

50

Foto: Arif Wibowo

gambaran umum dan perilaku penduduk

Membiasakan cuci tangan sejak dini

51

Pemberian ASI Sebagai Pilihan Utama untuk Bayi

Foto: M. Syafir Makki

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 3. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

erajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa


indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan
morbiditas (kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di

Indonesia digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas angka kematian neonatal,
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA), Indeks Pembangunan
Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa
penyakit balita dan dewasa.
Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan
sumber daya kesehatan, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor lain
seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta faktor lain yang kondisinya
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

A. MORTALITAS
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu
yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya.
Mortalitas yang disajikan pada bab ini yaitu angka kematian neonatal, angka kematian
bayi, dan angka kematian balita serta kematian yang disebabkan oleh penyakit dan
bencana.

1. Angka Kematian Neonatal (AKN)


Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan
pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup

54

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


pada tahun yang sama. Angka kematian neonatal periode 5 tahun terakhir mengalami
stagnasi. Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup. Kematian neonatal menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi
(59,4%), sedangkan jika dibandingkan dengan angka kematian balita, kematian neonatal
menyumbangkan 47,5%.
Hasil estimasi angka kematian neonatal di atas merupakan AKN dalam periode 5 tahun
terakhir sebelum survei, misalnya pada SDKI tahun 2012 menggambarkan AKN untuk
periode 5 tahun sebelumya yaitu tahun 2008-2012 yang sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Keadaan kematian neonatal sejak tahun 1991 diperlihatkan pada gambar berikut
ini.
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012

Sumber: BPS, Laporan SDKI


Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei

Pada grafik di atas tampak penurunan yang tajam antara tahun 1991 sampai 2003,
hal ini didukung kebijakan penempatan tenaga bidan di desa serta peningkatan
cakupan persalinan tenaga kesehatan. Antara tahun 2003 sampai 2012 menunjukkan
kecenderungan penurunan yang landai, dikarenakan antara lain pelayanan kesehatan
belum menjangkau seluruh neonatus. Data menunjukkan indikator kunci dari intervensi
penurunan kematian neonatus masih belum tinggi cakupannya, diantaranya inisiasi
menyusui dini menunjukkan cakupan 28%, pelayanan kesehatan neonatal pertama
71%, dan perlindungan tetanus neonatorum sebesar 79% (berdasarkan Riskesdas

55

Profil Kesehatan Indonesia 2012


2010). Sementara itu cakupan persalinan tenaga kesehatan juga tidak menunjukkan
peningkatan yang tajam antara periode 2003 2012. Cakupan persalinan menurut
Riskesdas 2010 sebesar 82%. Capaian tersebut baru mengindikasikan akses yang baik,
tetapi belum mengindikasikan kualitas pelayanan.
Grafik 3.2 berikut ini menggambarkan AKN periode 10 tahun terakhir sebelum survei
menurut provinsi.
GAMBAR 3.2
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 10 tahun terakhir sebelum survei

Sebanyak 5 provinsi yang mencapai Angka Kematian Neonatal kurang sama dengan
15/1.000 kelahiran hidup yaitu Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, DKI
Jakarta, dan Riau. Provinsi dengan AKN terendah yaitu Kalimantan Timur sebesar 12
per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKN tertinggi terdapat di Provinsi Maluku Utara
sebesar 37 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Papua Barat sebesar 35 per 1.000
kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat sebesar 33 per 1.000 kelahiran hidup.

56

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Pada Gambar 3.3 terdapat 39% provinsi (13 provinsi) menunjukkan peningkatan Angka
Kematian Neonatal antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu,
Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
GAMBAR 3.3
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012

2. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai
usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia
bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian.
Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB cukup tajam antara tahun 1991 sampai 2003
yaitu dari 68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup. Berbagai
faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB diantaranya dukungan peningkatan
akses pelayanan kesehatan antara lain peningkatan cakupan imunisasi dasar sehubungan
penyebab kematian bayi pada periode 1990an antara lain diphteri dan campak. Pada
gambar 3.4 dapat dilihat penurunan AKB dari tahun 1991 sampai tahun 2012.

57

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.4
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 - 2012

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei

Capaian AKB 32 di tahun 2012 kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra


Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga target MDGs sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Penurunan AKB yang melambat antara tahun
2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup, memerlukan
akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI eksklusif atau imunisasi
dasar, sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan ASI eksklusif sebesar 15%,
imunisasi DPT-HB3 sebesar 62%, dan imunisasi campak 74%.Gambar 3.5 berikut ini
memperlihatkan AKB per 1.000 kelahiran hidup periode 10 tahun terakhir sebelum
survei menurut provinsi tahun 2012. Dari 33 provinsi di Indonesia, terdapat dua provinsi
yang telah mencapai target MDGs 2015 untuk AKB yaitu Kalimantan Timur dan DKI
Jakarta. Provinsi dengan AKB tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar 74 per 1.000
kelahiran hidup, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67 dan Maluku Utara sebesar 62 per
1.000 kelahiran hidup.
Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan kematian bayi antara
tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Jateng, Yogyakarta, Kalteng, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

58

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


GAMBAR 3.5
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 10 tahun terakhir sebelum survei

GAMBAR 3.6
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012

59

Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai
usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Berikut ini
merupakan gambar perkembangan AKABA sejak tahun 1991 sampai tahun 2012.
GAMBAR 3.7
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA)* PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA, SDKI 1991 2012

Target MDGs 2015 = 32

Sumber: BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012


Keterangan: *periode 5 tahun terakhir sebelum survei

Gambar 3.7 memperlihatkan kecenderungan penurunan AKABA cukup tajam antara


tahun 1991 sampai 2003 yaitu dari 97 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1.000
kelahiran hidup. Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKABA
diantaranya dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan meliputi peningkatan
akses balita terhadap pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan imunisasi dasar
(sehubungan proporsi kematian balita sebagian besar merupakan kematian neonatal
dan kematian bayi).
Selanjutnya penurunan AKABA melandai antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari
46/1.000 menjadi 40/1.000 kelahiran hidup. Untuk mempertajam penurunan diperlukan
peningkatan akses balita terhadap sanitasi, air bersih, dan penanganan segera terhadap
gejala penyakit. Sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan balita diare mendapat
oralit hanya 35%, cakupan balita demam ke fasilitas kesehatan sebesar 56%, dan cakupan
balita mendapat pengobatan malaria hanya 22%.

60

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat
tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per 1.000
kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah
dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup. SDKI tahun 2012 mengestimasikan nilai
AKABA periode 5 tahun terakhir sebelum survei sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kategori tersebut, maka secara nasional Indonesia masuk dalam kategori
AKABA sedang. Sedangkan gambaran AKABA periode 10 tahun terakhir sebelum survei
di Indonesia menurut provinsi seperti terlihat pada Gambar 3.8 berikut ini.
GAMBAR 3.8
ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2012

Sumber : BPS, Laporan Pendahuluan SDKI 2012

Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi, diketahui bahwa tidak
terdapat satu pun provinsi di Indonesia yang masuk kategori AKABA rendah. Demikian
juga tidak ada provinsi yang masuk kategori AKABA sangat tinggi. Sebagian besar
provinsi di Indonesia masuk ke dalam kategori AKABA sedang yaitu sebanyak 27 provinsi
(81,8%), sama seperti laporan SDKI sebelumnya pada tahun 2007. Sebanyak 6 provinsi
selebihnya masuk dalam kategori AKABA tinggi, berturut-turut dari yang tertinggi yaitu
Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Nusa Tenggara
Barat.
Provinsi yang telah mencapai target MDGs 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup
sebanyak 5 provinsi yaitu Riau, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
dan Kalimantan timur. Berikut ini perkembangan AKABA tahun 2007 dan 2012 menurut

61

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.9
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, SDKI 2007 DAN SDKI 2012

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 dan 2012

provinsi.Provinsi yang menunjukkan tren penurunan lebih banyak dibanding yang


mengalami peningkatan. Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan
kematian balita antara tahun 2007-2012 yaitu Aceh, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

4. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup.
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.
Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan
selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Data kematian ibu yang digunakan saat ini masih menggunakan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia Tahun 2007. SDKI 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode

62

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup.
Pada Gambar 3.10 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak tahun
1994 sampai dengan tahun 2007.
GAMBAR 3.10
ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007

Sumber: BPS, Hasil SDKI 2007

63

Profil Kesehatan Indonesia 2012

B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang mengukur pencapaian
keseluruhan suatu negara yang direpresentasikan tiga dimensi pembangunan manusia
yaitu indeks kesehatan; panjang umur dan menjalani hidup sehat yang diukur dari angka
harapan hidup waktu lahir, indeks pendidikan; diukur dari tingkat kemampuan baca tulis
seseorang dan rata-rata lama sekolah, serta indeks daya beli; memiliki standar hidup
yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita. Berikut ini disajikan capaian IPM di
33 provinsi di Indonesia tahun 2011.
GAMBAR 3.11
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011

Sumber: BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

64

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Pada tahun 2011 IPM di Indonesia sebesar 72,77, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun
2010 yang sebesar 72,27. Gambar 3.11 memperlihatkan provinsi dengan IPM tertinggi
yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Riau. Sedangkan provinsi dengan IPM terendah
yaitu Papua, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
IPM dikategorikan menjadi 3, yaitu IPM tinggi (IPM 80), IPM sedang (IPM 50-79,99),
dan IPM rendah (IPM <50). Berdasarkan kategori tersebut keadaan IPM di Indonesia
sama seperti tahun 2010 yaitu belum ada satu provinsi mencapai IPM tinggi, begitu pula
tidak ada satu provinsi pun memiliki IPM rendah. Artinya, seluruh provinsi di Indonesia
memiliki IPM berkategori sedang. IPM menurut provinsi beserta komponennya dapat
dilihat pada Lampiran 3.2.

Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator yang
digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH yaitu ratarata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir. Gambar 3.12
menunjukkan perubahan AHH tahun 2006 sampai tahun 2011.
GAMBAR 3.12
ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR
DI INDONESIA TAHUN 2006-2011

Sumber: BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

65

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Angka harapan hidup di Indonesia meningkat dari 68,5 tahun pada tahun 2006 menjadi
69,65 tahun pada tahun 2011. Provinsi dengan AHH tertinggi DKI Jakarta sebesar 73,35
tahun yang diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 73,27 tahun dan Sulawesi Utara sebesar
72,33 tahun. Sedangkan AHH terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar
62,41 tahun, yang diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 64,17 tahun dan Banten
sebesar 65,05 tahun seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.13 berikut ini :
GAMBAR 3.13
ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2011

Sumber : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

66

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

C. STATUS GIZI
1. Status Gizi Balita
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs
adalah status gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan
(BB), dan tinggi badan/panjang badan (TB). Variabel umur, BB, dan TB ini disajikan dalam
bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator
BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan
indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang
rendah dapat disebabkan karena tubuh yang pendek (kronis) atau karena diare atau
penyakit infeksi lain (akut). Pada tahun 2010 terdapat 17,9% balita kekurangan gizi yang
terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Sebesar 5,8%
balita dengan status gizi lebih. Dibandingkan tahun 2007, terjadi penurunan kekurangan
gizi balita pada tahun 2010 dari 18,4% menjadi 17,9%.
Berdasarkan prevalensi menurut provinsi, prevalensi balita kekurangan gizi terendah
dicapai Sulawesi Utara (10,6%), Bali (10,9%) dan DKI Jakarta (11,3%). Sedangkan provinsi
dengan prevalensi tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat (30,5%), Nusa Tenggara Timur
(29,4%) dan Kalimantan Barat (29,2%). Target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015
untuk indikator ini sebesar 15,5%. Dengan demikian dari 33 provinsi terdapat 9 provinsi
di antaranya telah mencapai target tersebut pada tahun 2010. .
Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama,
misalnya kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat dan pola asuh/pemberian makan
yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.
Indikator BB/TB dan Indeks Massa Tubuh (IMT) memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak
lama (singkat), misalnya mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang
mengakibatkan anak menjadi kurus.
Pada tahun 2010 terdapat 35,6% balita dengan tinggi badan di bawah normal yang
terdiri dari 18,5% balita sangat pendek dan 17,1% balita pendek. Dibandingkan tahun
2007, terjadi sedikit penurunan persentase balita pendek dan sangat pendek pada
tahun 2010 dari 36,8% menjadi 35,6%.

67

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Menurut provinsi, prevalensi balita pendek terendah terjadi di Provinsi DI Yogyakarta
(22,5%), DKI Jakarta (26,6%) dan Kepulauan Riau (26,9%). Sedangkan provinsi dengan
prevalensi tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur (58,4%), Papua Barat (49,2%) dan
Nusa Tenggara Barat (48,3%).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014 menetapkan 4
sasaran pembangunan kesehatan, dimana salah satu sasaran yang harus dicapai adalah
menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%, sehingga ada sebanyak 11 provinsi
di Indonesia (33,3%) yang telah mencapai target tersebut pada tahun 2010.Indikator
antropometri lain untuk menilai status gizi balita yaitu berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB). Pada tahun 2010 terdapat 13,3% balita wasting (kurus) yang terdiri dari 7,3%

balita kurus dan 6,0% sangat kurus. Dibandingkan tahun 2007, terjadi sedikit penurunan
persentase balita kurus pada tahun 2010 dari 13,6% menjadi 13,3%.
Standar prevalensi balita kurus pada suatu populasi menurut WHO sebesar 5%. Hal
itu berarti masalah kekurusan di Indonesia belum memenuhi standar WHO. Demikian
juga berdasarkan prevalensi menurut provinsi, seluruh provinsi di Indonesia belum
memenuhi standar WHO karena memiliki prevalensi balita kurus lebih dari 5%. Provinsi
dengan prevalensi balita kurus terendah yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(7,5%), Kepulauan Riau (8,0%) dan Sumatera Barat (8,2%). Sedangkan provinsi dengan
prevalensi tertinggi terjadi di Jambi (20,0%), Bengkulu (17,8%) dan Maluku Utara
(17,7%).

2. Status Gizi Penduduk Dewasa


Gambaran status gizi pada kelompok umur >18 tahun dapat diketahui melalui prevalensi
gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi pada kelompok dewasa
berusia di atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus
juga masih cukup tinggi. Prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak
11,7% dan berat badan lebih sebesar 10,0%. Dengan demikian prevalensi kelompok
dewasa kelebihan berat badan sebesar 21,7%. Angka kelebihan berat badan pada
perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu 26,9% pada perempuan dan 16,3% pada
laki-laki. Pada semua kelompok umur penduduk dewasa, kelebihan berat badan lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Rata-rata prevalensi kelebihan berat
badan relatif tinggi terdapat pada usia 35-59 tahun pada laki-laki maupun perempuan.
Pada usia tersebut, sekitar sepertiganya mengalami kelebihan berat badan di kelompok
perempuan dan sekitar seperlimanya di kelompok laki-laki.

68

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Menurut laporan Riskesdas tahun 2010 provinsi dengan prevalensi kelebihan berat
badan pada penduduk >18 tahun terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (13,0%), Sulawesi
Tenggara (16,3%), dan Nusa Tenggara Barat (16,8%). Provinsi dengan prevalensi
kelebihan berat badan tertinggi yaitu Sulawesi Utara (37,1%), Kepulauan Riau (30,8%),
dan Kalimantan Timur (29,4%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi IMT normal
tertinggi yaitu Sulawesi Tenggara (72,8%), Lampung (70,7%) dan Riau (69,4%).
Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang
tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang
tertinggi. Rincian status gizi pada balita dan dewasa menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 3.3 sampai dengan Lampiran 3.7.

D. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka
prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam
suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1.

Penyakit Menular

a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah
terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis
menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
MDGs.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insiden
(didefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis yang muncul
dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan
mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu).

69

Profil Kesehatan Indonesia 2012


i. Kasus Baru dan Prevalensi BTA Positif


Jumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 202.301
kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan kasus baru BTA+
yang ditemukan tahun 2011 yang sebesar 197.797 kasus.

Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah


penduduk yang tinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus baru
di tiga provinsi tersebut sekitar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.

Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki hampir 1,5 kali dibandingkan
kasus BTA+ pada wanita. Sebesar 59,4% kasus BTA+ yang ditemukan berjenis
kelamin laki-laki dan 40,6% kasus berjenis kelamin perempuan. Seluruh kasus
di 33 provinsi di Indonesia lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi
di Aceh, kasus pada laki-laki hampir 3/2 dari kasus perempuan, yaitu 66,1%
penderita laki-laki dan 33,9%-nya merupakan penderita perempuan.
GAMBAR 3.14
PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

70

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,72% diikuti kelompok umur 35-44
tahun sebesar 19,38% dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,26%.
Proporsi kasus baru BTA+ menurut kelompok umur dapat dilihat pada Gambar
3.14.

Kasus baru BTA+ kelompok umur 0-14 tahun merupakan proporsi yang paling
rendah. Dari gambar di atas terlihat bahwa kasus tuberkulosis rata-rata terjadi
pada orang dewasa. Pada seluruh kelompok umur tersebut penderita laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan, kecuali pada kelompok umur 0-14 tahun
penderita perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

ii. Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus


Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus adalah persentase
pasien baru BTA positif di antara semua pasien TB paru tercatat. Indikator
ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara
seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah
dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA positif di bawah 65% maka hal itu
menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas
untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).

GAMBAR 3.15
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

71

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada Gambar 3.15, terlihat bahwa sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2012
proporsi pasien baru BTA positif di antara seluruh kasus belum mencapai target
yang diharapkan meskipun tidak terlalu jauh berada di bawah target minimal
(yang sebesar 65%). Hal itu mengindikasikan kurangnya prioritas menemukan
kasus BTA positif. Namun, menurut provinsi, terdapat beberapa provinsi yang
telah mencapai target tersebut seperti yang terlihat pada Gambar 3.16.
GAMBAR 3.16
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 proporsi BTA positif di antara seluruh kasus TB Paru tertinggi
dicapai oleh Provinsi Sulawesi Tenggara (94%), Sulawesi Utara dan Jambi masingmasing 92%. Sedangkan capaian terendah yaitu Provinsi Papua Barat (31%),
DKI Jakarta (33%) dan Papua (38%). Sebanyak 21 dari 33 provinsi (63,6%) telah
mencapai target minimal 65%.

72

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


iii. Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)

Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan
penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna
untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya
penemuan pasien pada wilayah tersebut.
GAMBAR 3.17
ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambar 3.17 menunjukkan angka notifikasi kasus baru TB paru BTA positif
dari tahun 2007-2011 mengalami peningkatan kecuali tahun 2012 yang sedikit
menurun menjadi 82 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka notifikasi seluruh
kasus BTA positif semenjak 2007 sampai 2012 cenderung meningkat.

73

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.18
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambar 3.18 menunjukkan besarnya angka notifikasi atau case notification rate
(CNR) semua kasus tuberkulosis per provinsi tahun 2012 yang secara nasional
terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011. Sebaliknya, CNR TB BTA+
pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011. Provinsi
dengan angka notifikasi kasus TB BTA+ tertinggi yaitu Sulawesi Utara sedangkan
yang terendah D.I.Yogyakarta.

74

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


iv. Angka Penemuan Kasus


Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection
Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan
diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam
wilayah tersebut. Berikut ini ditampilkan angka penemuan kasus tahun 20062012.
GAMBAR 3.19
ANGKA PENEMUAN KASUS (CASE DETECTION RATE) TB PARU BTA+
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 3.19 terlihat kecenderungan peningkatan angka penemuan


kasus BTA+ sejak 2007 sampai tahun 2012. WHO menetapkan standar angka
penemuan kasus sebesar 70%. Dengan demikian sejak tahun 2006 sampai
tahun 2012, Indonesia telah mencapai standar tersebut. Sedangkan Kemenkes
menetapkan target Renstra minimal 80% untuk angka penemuan kasus pada
tahun 2012. Berdasarkan hal tersebut, capaian angka penemuan kasus tahun
2012 yang sebesar 82,3% juga telah memenuhi target Renstra.
Informasi mengenai Tuberkulosis menurut provinsi secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 3.8-3.11.

75

Profil Kesehatan Indonesia 2012


b. HIV & AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif.
Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu
pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu
Biologis dan Perilaku (STBP).

i. Jumlah kasus HIV positif dan AIDS


Perkembangan kasus HIV positif sejak 2005 sampai dengan tahun 2012 disajikan
pada Gambar 3.20 berikut ini.
GAMBAR 3.20
JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF
DI INDONESIA TAHUN 2005 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Sampai dengan tahun 2005 kasus baru HIV positif sebesar 859 kasus kemudian
meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun 2012. Pemetaan epidemi HIV di
Indonesia dibagi menjadi lima kategori, yaitu <90 kasus, 90-206 kasus, 207-323
kasus, 324-440 kasus, dan > 440 kasus. Gambar 3.21 berikut ini memperlihatkan
distribusi HIV di Indonesia.

76

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


GAMBAR 3.21
PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan gambar di atas, sebanyak 11 provinsi (33,3%) di Indonesia memiliki


kasus HIV > 440, sebanyak 8 provinsi (24,2%) dengan kasus HIV < 90 kasus,
sebanyak 7 provinsi (21,2%) dengan kasus HIV 206-323. Provinsi dengan jumlah
HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Papua, dan Jawa Timur. Sedangkan estimasi
jumlah ODHA dewasa tahun 2012 sebesar 591.823.

Gambar berikut menampilkan kasus baru dan kumulatif penderita AIDS yang
terjadi sampai dengan tahun 2012.
GAMBAR 3.22
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI
SARANA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

77

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.23
JUMLAH KASUS BARU PENDERITA AIDS
10 PROVINSI TERTINGGI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Menurut provinsi, Jawa Timur merupakan provinsi dengan penemuan kasus


baru AIDS tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar 822 kasus, diikuti oleh Jawa
Tengah dan Bali yang masing-masing sebesar 798 dan 650 kasus.

Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2012 pada kelompok
laki-laki lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok perempuan yaitu
sebesar 51,6% berbanding 33,0% seperti digambarkan di bawah ini.
GAMBAR 3.24
PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

78

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Walaupun pada tahun 2012 proporsi kasus baru AIDS pada kelompok penderita
laki-laki masih lebih besar daripada perempuan, namun gambar di atas
memperlihatkan proporsi penderita perempuan semakin lama cenderung
semakin meningkat. Sebaliknya, proporsi penderita laki-laki semakin lama
semakin menurun. Hal itu menunjukkan laju peningkatan penderita baru AIDS
perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki.
Pada Gambar 3.25 berikut ini disajikan penderita AIDS menurut kelompok umur.
GAMBAR 3.25
PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa


sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun,
dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut memang termasuk ke dalam
kelompok usia produktif yang juga aktif secara seksual dan termasuk kelompok
umur yang menggunakan NAPZA suntik.

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan


seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks
dengan Lelaki (LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah

79

Profil Kesehatan Indonesia 2012


dan dari ibu ke anak. Berikut ini disajikan persentase kasus AIDS menurut cara
penularan tersebut.
GAMBAR 3.26
PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKO
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas nampak bahwa hubungan heteroseksual masih merupakan


cara penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu sebesar
77,75%, diikuti oleh penasun atau Injecting Drug User (IDU) sebesar 9,16% dan
dari ibu ke anak sebesar 3,76%.

80

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


ii. Angka kematian akibat AIDS


Angka kematian (Case Fatality Rate) akibat AIDS pada periode 2000-2012 secara
umum cenderung menurun seperti Gambar 3.27 berikut ini. Pada tahun 2012
CFR AIDS di Indonesia sebesar 3,17%.
GAMBAR 3.27
ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN
DI INDONESIA TAHUN 2000-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

iii. Pengetahuan AIDS


Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk


tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49 tahun yang
pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 76,7%. Sedangkan pria kawin umur
15-54 tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 82,3%. Tabel
berikut ini memperlihatkan persentase responden yang pernah mendengar
tentang HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang.

Data pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa wanita umur 15-24 tahun cenderung
memiliki pengetahuan tentang HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita pada
kelompok umur 30 tahun keatas. Wanita belum kawin memiliki pengetahuan
yang lebih tinggi dari wanita kawin. Di antara wanita yang belum kawin, mereka

81

Profil Kesehatan Indonesia 2012


TABEL 3.1
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN YANG PERNAH
MENDENGAR TENTANG HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG
TAHUN 2012

t.a.d = tidak sesuai


1

Termasuk pria berstatus hidup bersama

yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai pengetahuan mengenai


HIV-AIDS yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita belum kawin dan
belum pernah melakukan hubungan seksual. Pengetahuan tentang HIV-AIDS di
antara wanita perkotaan lebih tinggi dibanding wanita perdesaan. Pengetahuan
mengenai HIV-AIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita.
Persentase wanita kelompok umur 15-19 tahun yang mengetahui tentang HIVAIDS lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pria kawin pada kelompok
umur yang sama. Tingkat pengetahuan pria kawin di perkotaan lebih tinggi dari
di perdesaan.

82

Hasil SDKI 2012 juga menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


tahun yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV AIDS
dengan menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks dengan satu
pasangan sebesar 37,3%. Sedangkan pria kawin umur 15-54 tahun yang memiliki
pengetahuan yang sama sebesar 49,1%. Tabel berikut ini memperlihatkan
persentase responden yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi
HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang.

Tingginya persentase wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 1554 tahun yang pernah mendengar tentang HIV-AIDS, tidak sesuai dengan
tingkat pengetahuan tentang cara mengurangi risiko tertular HIV-AIDS. Secara
keseluruhan, 57,6% wanita mengetahui bahwa membatasi seks hanya dengan
satu partner (pasangan) sebagai cara mengurangi risiko penularan, 42,9%
mengatakan bahwa menggunakan kondom secara teratur akan mengurangi
kemungkinan terinfeksi, dan 37,3% dengan menggunakan kondom dan
membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan akan mengurangi
risiko tertular HIV-AIDS.

Pengetahuan pria mengenai HIV-AIDS sedikit lebih tinggi dibanding wanita.


Untuk pria kawin, 62,8% mengatakan HIV-AIDS dapat dihindari dengan
membatasi hubungan seks hanya dengan satu pasangan, 58,5% menggunakan
kondom, dan 49,1% menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks
hanya dengan satu pasangan.

Menurut kelompok umur, wanita umur 25-29 tahun cenderung memiliki


pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV-AIDS lebih tinggi dibandingkan
wanita pada kelompok umur yang lain, namun pada sub kelompok umur 2024 tahun persentasenya paling tinggi dibandingkan kelompok umur lain yaitu
sebesar 42,5%.

Wanita belum kawin memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari wanita kawin.
Di antara wanita yang belum kawin, mereka yang pernah melakukan hubungan
seksual mempunyai pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIVAIDS (menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan
satu pasangan) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita belum kawin dan
belum pernah melakukan hubungan seksual.

83

Profil Kesehatan Indonesia 2012


TABEL 3.2
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN TENTANG CARA
MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG
TAHUN 2012

t.a.d = tidak sesuai


1 Termasuk pria yang berstatus hidup bersama
2 Menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks
3 Pasangan yang tidak memiliki pasangan lain

Pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan


kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) di
antara wanita perkotaan lebih tinggi dibanding wanita perdesaan. Pengetahuan
mengenai HIV-AIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita.

84

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Berbeda dengan persentase pernah mendengar HIV AIDS yang lebih tinggi pada
wanita, persentase pria kawin kelompok umur 15-19 tahun yang mengetahui
cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan kondom dan membatasi
berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) tentang HIV-AIDS lebih tinggi
dibandingkan dengan persentase wanita kawin pada kelompok umur yang sama.
Tingkat pengetahuan pria kawin di perkotaan lebih tinggi dari di perdesaan.

c. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun
dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
ISPA, khususnya pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia terutama pada balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Data cakupan
penemuan pneumonia balita pada kurun waktu enam tahun terakhir disajikan pada
gambar berikut ini.
GAMBAR 3.28
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

85

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Sejak tahun 2007 sampai 2012, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27,71%. Selama kurun
waktu tersebut cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional,
termasuk target tahun 2012 yang sebesar 80%.
Berikut ini ditampilkan angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut provinsi
tahun 2012.
GAMBAR 3.29
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 tidak ada satupun provinsi yang mencapai target program penemuan
pneumonia pada balita. Provinsi dengan cakupan penemuan pneumonia pada balita
tertinggi berturut-turut yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,35%, Nusa Tenggara Barat
sebesar 59,24%, dan Jawa Barat sebesar 43,16%. Sedangkan tiga provinsi dengan
cakupan terendah yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,75%, Aceh sebesar
3,84%, dan Sulawesi Utara sebesar 4,19%. Provinsi Papua Barat dan Papua seperti tahun
sebelumnya, tidak melaporkan data pneumonia pada balita. Data cakupan masingmasing provinsi menurut kelompok umur beserta angka kematian penderita pneumonia
terdapat pada Lampiran 3.15 dan Lampiran 3.16

86

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


d. Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Pada tahun 2000, dunia (termasuk Indonesia) telah berhasil mencapai status eliminasi.
Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1
kasus per 10.000 penduduk. Dengan demikian, sejak tahun tersebut di tingkat dunia
maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat.
Sejak tercapainya status eliminasi kusta, situasi kusta di Indonesia menunjukkan kondisi
yang relatif statis. Hal ini dapat terlihat dari angka penemuan kasus baru kusta yang
berkisar antara 7 hingga 8 per 100.000 penduduk per tahunnya. Begitu pula halnya
dengan angka prevalensi kusta yang berkisar antara 8 hingga 10 per 100.000 penduduk
dan telah mencapai target < 10. Situasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
GAMBAR 3.30
ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

87

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada tahun 2012 dilaporkan terdapat 16.123 kasus baru kusta, terdiri dari kasus tipe
Multi Basiler sebanyak 13.268 kasus dan tipe Pausi Basiler sebanyak 2.855 kasus dengan
Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 6,6 per 100.000 penduduk. NCDR tahun
2012 relatif lebih kecil dibandingkan 5 tahun sebelumnya.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan telah menetapkan
33 provinsi di Indonesia ke dalam 2 kelompok beban kusta, yaitu provinsi dengan beban
kusta tinggi (high endemic) dan beban kusta rendah (low endemic). Provinsi dengan
high endemic jika NCDR > 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus baru lebih dari
1.000, sedangkan low endemic jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus
baru kurang dari 1.000 kasus.
Pada Gambar 3.31 terlihat bahwa terdapat sebanyak 13 provinsi (39,4%) yang termasuk
dalam beban kusta tinggi. Sebanyak 20 provinsi lainnya (60,6%) termasuk dalam beban
kusta rendah. Hampir seluruh provinsi di bagian timur Indonesia merupakan daerah
dengan beban kusta tinggi.
GAMBAR 3.31
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

88

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Proporsi cacat tingkat II menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta,
sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator
proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun
2012 sebesar 5,8%. Sedangkan proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2012
sebesar 5,66%.
GAMBAR 3.32
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK
DI ANTARA KASUS BARU KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2001-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada kurun waktu 2001-2012 terjadi kecenderungan peningkatan proporsi cacat tingkat
II, pada tahun 2012 sebesar 11,4%. Menurut provinsi, Sumatera Selatan, Kep Bangka
Belitung, dan Jawa Barat merupakan 3 provinsi dengan proporsi cacat pada anak
tertinggi yaitu masing-masing sebesar 23,88%, 23,68%, dan 23,27%. Sedangkan proporsi
kusta pada anak cenderung meningkat sampai dengan tahun 2011. Namun pada tahun
2012 sedikit menurun menjadi sebesar 11,4%. Papua Barat, Papua, dan NTB merupakan
provinsi dengan proporsi kusta anak tertinggi. Data/informasi terkait penyakit kusta
menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.19 dan Lampiran 3.20.

89

Profil Kesehatan Indonesia 2012


e. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007
menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada
bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan
penyebab kematian yang ke empat (13,2%).
Hasil survei morbiditas diare menunjukan penurunan angka kesakitan penyakit diare
yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000
penduduk pada tahun 2010.
Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan
tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012. KLB diare terjadi di
15 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat,
dan Sumatera Utara masing-masing sebanyak 292, 274 dan 241 penderita. Pada Gambar
3.33 disajikan kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2007-2012.
GAMBAR 3.33
CASE FATALITY RATE (CFR) PADA KLB DIARE
DI INDONESIA TAHUN 20072012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

90

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Pada gambar di atas terlihat adanya kecenderungan penurunan CFR diare sejak tahun
2008 sampai tahun 2011, dari 2,94% menjadi 0,4%. Walaupun terjadi penurunan
penderita pada KLB diare pada tahun 2012, namun terjadi peningkatan CFR pada tahun
2012 menjadi 1,45%. CFR KLB diare tertinggi terjadi di Provinsi Papua sebesar 5%.
Target CFR KLB Diare diharapkan <1%. Dengan demikian secara nasional, CFR KLB
diare tidak memenuhi target program. Hal ini terjadi pada umumnya karena penderita
terlambat memperoleh pertolongan, yang antara lain akibat letak geografis yang sulit
dan biasanya jauh dari sarana pelayanan kesehatan.
Penanganan diare sesuai standar di fasilitas kesehatan pada tahun 2012 sebesar 36,6%
dengan capaian tertinggi di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur yang masing-masing
sebesar 100%.

2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


a. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan
oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum
banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang rendah.
Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 119 kasus Tetanus Neonatorum dengan jumlah
meninggal 59 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum
pada tahun 2012 sebesar 49,6%, relatif menurun dibandingkan tahun 2011 yang sebesar
60,5%. Kasus yang meninggal tersebut dilaporkan dari 20 provinsi.
Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebagian
kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 77 kasus (65%). Sebanyak 64
kasus (53,8%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan bidan. Namun, menurut faktor
penolong persalinan, 81 kasus (68%) ditolong oleh penolong persalinan tradisional,
misalnya dukun. Untuk pemotongan tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan
pemotongan tali pusat dengan gunting yaitu 71 kasus (60%). Gambaran kasus Tetanus
Neonatorum beserta persentase kasus menurut faktor risiko dan provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 3.21.

91

Profil Kesehatan Indonesia 2012


b. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan
dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang
telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah
dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.
Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 15.987 kasus campak dari 32 provinsi yang
melaporkan adanya kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 4 kasus, yang dilaporkan
dari 2 provinsi, yaitu Kalimantan Barat 3 kasus dan Sulawesi Selatan 1 kasus. Incidence
Rate pada tahun 2012 sebesar 6,5 per 100.000 penduduk, lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2011 yang sebesar 9,22 per 100.00 penduduk.
GAMBAR 3.34
INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

92

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Menurut kelompok umur, kasus campak pada kelompok umur 5-9 tahun merupakan yang
terbesar yaitu sebesar 31%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak
pada bayi (1 tahun), merupakan yang tertinggi. Gambar 3.35 berikut memperlihatkan
proporsi kasus campak per kelompok umur.
GAMBAR 3.35
PROPORSI KASUS CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu
4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan
epidemiologis. Pada tahun 2012, jumlah KLB campak yang terjadi sebanyak 160 KLB
dengan jumlah kasus sebanyak 2.303 kasus. Berdasarkan konfirmasi laboratorium,
73 kejadian (45,6%) diantaranya merupakan rubella. Frekuensi KLB campak tertinggi
terjadi di Jawa Barat (21 kejadian) dan Jambi (17 kejadian). Untuk jumlah kasus KLB
campak, kasus terbanyak terdapat di Jawa Barat (315 kasus) dan Sulawesi Tengah (208
kasus). Jumlah kasus yang meninggal pada KLB campak tersebut sebanyak 4 kasus yang
dilaporkan dari Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara.
Data/informasi mengenai penyakit campak menurut provinsi terdapat pada Lampiran
3.22 sampai Lampiran 3.26.

93

Profil Kesehatan Indonesia 2012


c. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang
sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak
usia 1-10 tahun.
Jumlah kasus difteri pada tahun 2012 sebanyak 1.192 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 76 kasus sehingga CFR difteri sebesar 6,38%. Dari 18 provinsi
yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak
954 kasus (80%), diikuti oleh Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan masing-masing
sebanyak 61 kasus (5,1%) dan 50 kasus (4,2%).
Gambaran kasus menurut kelompok umur pada tahun 2012 menunjukkan jumlah
kasus pada kelompok umur 5-9 bulan sebanyak 30%, pada kelompok umur > 14 bulan
sebanyak 29,9%. Pada tahun 2012 sebanyak 47,32% kasus telah mendapatkan vaksinasi.
GAMBAR 3.36
PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Gambaran penyakit difteri menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.27 dan
Lampiran 3.28.

94

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan.
Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan
munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan
lengan.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh
(bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak).
Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio
sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian
Kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia <
15 tahun. Pada tahun 2012, secara nasional Non Polio AFP Rate sebesar 2.77/100.000
populasi anak < 15 tahun yang berarti telah mencapai standar minimal penemuan.
GAMBAR 3.37
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 sebagian besar provinsi telah mencapai target non polio AFP rate > 2
per 100.000 penduduk (87,9%). Sebanyak 4 provinsi belum mencapai target non polio
AFP rate yaitu Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua. Provinsi
dengan non polio AFP rate tertinggi yaitu Gorontalo sebesar 7,33 dan NTT sebesar 5,33
per 100.000 penduduk <15 tahun. Informasi lebih rinci mengenai AFP menurut provinsi
terdapat pada Lampiran 3.29.

95

Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Penyakit Bersumber Binatang


Beberapa penyakit dapat menular melalui binatang yang biasa disebut penyakit
bersumber binatang. Penyakit bersumber binatang di antaranya adalah Malaria,
Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, dan Rabies. Penyakit tersebut dapat
mengakibatkan kerugian secara ekonomi bahkan beberapa menyebabkan kematian.

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak
ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus
di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Pada tahun 2012, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 90.245 kasus
dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 37,11 per
100.000 penduduk dan CFR= 0,90%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2012
dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 65.725 kasus dengan IR 27,67. Target Renstra
angka kesakitan DBD tahun 2012 sebesar 53 per 100.000 penduduk, dengan demikian
Indonesia telah mencapai target Renstra 2012. Berikut tren IR DBD selama kurun waktu
2007-2012.
GAMBAR 3.38
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2012

96

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Pemetaan Angka Kesakitan (Incidence Rate) DBD menurut provinsi tahun 2012 dapat
dilihat pada Gambar 3.39 berikut ini.
GAMBAR 3.39
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Target rencana strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2014
sebesar <35 per 100.000 penduduk. Dengan demikian, berdasarkan gambar di atas,
pada tahun 2012 terdapat 15 provinsi (45,45%) yang mencapai target renstra tahun
2012. Sedangkan berdasarkan target rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun
2012 yang sebesar <53 per 100.000 penduduk, sebanyak 22 provinsi (66,67%) telah
mencapai target 2012.
Pada tahun 2012 terdapat 5 provinsi yang memiliki CFR akibat DBD tinggi (> 2%) yaitu
Provinsi Papua Barat, Maluku, Gorontalo, Kep. Bangka Belitung, dan Jambi. Hal ini
menunjukkan bahwa masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
manajemen tata laksana penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan, peningkatan
kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat
dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana penunjang diagnostik dan
penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan.
Sejalan dengan peningkatan jumlah/angka kesakitan, jumlah kabupaten/kota terjangkit
DBD pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan, dari 374 (75,25%) menjadi 417
Kabupaten/Kota (83,9%) pada tahun 2012. Peningkatan ini menunjukkan semakin
luasnya penyebaran DBD. Berikut ini gambaran jumlah kabupaten/kota terjangkit tahun
2008-2012. Selama periode tahun 2005 sampai tahun 2012 jumlah kabupaten/kota
terjangkit DBD cenderung meningkat.

97

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.40
JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan penyakit DBD dapat dilihat pada
Lampiran 3.33 dan Lampiran 3.34.

b. Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai gejala utama demam, ruam/
bercak-bercak kemerahan di kulit dan nyeri persendian, penyakit ini disebabkan oleh
infeksi virus Chik yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan
epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya
status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena
banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Pada Gambar 3.41 tampak terjadinya penurunan jumlah kasus chikungunya yang
signifikan pada tahun 2012 dibandingkan 3 tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.831 kasus.

98

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


GAMBAR 3.41
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA
TAHUN 2007-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat Chikungunya. Faktor
penyebab turunnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relative kering dengan curah
hujan yang rendah, adanya imunitas pada daerah yang pernah terjangkit, sebagian
daerah tidak melaporkan kasus Chikungunya dan lain-lain.

c. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri
dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit
ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk
yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut
tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan
pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.
Gambar 3.42 menunjukan dari tahun 2008 sampai dengan 2011 kasus klinis filariasis
meningkat dari tahun ke tahun, namun pada tahun 2012 kasus klinis filariasis ada
penurunan sebesar 163 kasus, hal ini disebabkan adanya penderita yang meninggal
karena penyakit lain atau faktor lain.
Provinsi Aceh, NTT, dan Papua merupakan provinsi dengan kasus klinis tertinggi.
Pada tahun 2012 sebanyak 300 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota (60,4%)

99

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.42
JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2008 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

di Indonesia merupakan endemis filariasis. Penentuan endemisitas kabupaten/kota


tersebut didasarkan pada hasil survei darah jari dengan mikrofilaria ratenya (mf rate)
>1%. Dari 300 kabupaten/kota endemis tersebut, dilaporkan sebanyak 87 kabupaten/
kota telah melaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis dan
32 Kabupaten/Kota yang telah selesai POMP Filariasis selama 5 tahun berturut-turut.
Upaya pengendalian filariasis lebih lanjut akan dibahas di bagian Upaya Kesehatan.

d. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan
oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua
orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anakanak dan orang dewasa.
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih terjadi transmisi malaria (Berisiko
Malaria/Risk-Malaria), dimana pada tahun 2011 terdapat 422.477 kasus dan pada tahun
2012 terjadi penurunan kasus malaria positif menjadi 417.819 kasus.

100

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria
suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu :
a. Endemis Tinggi bila API >5 per 1.000 penduduk.
b. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - 5 per 1.000 penduduk.
c. Endemis Rendah bila API 0 - 1 per 1.000 penduduki.
d. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah
pembebasan malaria) atau API = 0.
Dari data yang dilaporkan ke Subdit Malaria diperoleh gambaran peta endemisitas
malaria sebagai berikut ini.
GAMBAR 3.43
PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA
TAHUN 2011 DAN 2012
Tahun 2011

Tahun 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

101

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Dari gambaran peta dan tabel endemisitas malaria di kabupaten/kota terlihat penurunan
jumlah daerah endemis tinggi dimana pada tahun 2010 kabupaten/kota yang termasuk
daerah endemis tinggi sebanyak 16,97 %, pada tahun 2011 sebanyak 12% dan sedikit
meningkat pada tahun 2012 sebanyak 12,88 %. Data kasus tahun 2012 mempunyai
tingkat kelengkapan laporan sebesar 80%. Gambar 3.44 berikut ini memperlihatkan
perubahan persentase endemisitas malaria tahun 2010-2012.
GAMBAR 3.44
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS
TAHUN 2010-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

e. Angka Kesakitan Malaria


Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2005 2012 cenderung menurun
yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005 menjadi 1,69 per 1.000
penduduk pada tahun 2012. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan
untuk API tahun 2012 <1,5 per 1.000 penduduk. Dengan demikian cakupan API 2012
tidak mencapai target Renstra 2012. Penurunan API tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

102

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


GAMBAR 3.45
ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2000-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Sebanyak 20 dari 33 provinsi di Indonesia (60,6%) telah mencapai target Renstra


Kemenkes 2012. Tiga provinsi dengan API tertinggi yaitu Papua (60,56%), Papua Barat
(52,27%) dan Nusa Tenggara Timur (19,41%). Sedangkan DKI Jakarta, Bali, dan Jawa
Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta merupakan provinsi dengan
API < 0,1.
Terdapat 2 jenis tes sediaan darah untuk mendeteksi penyakit malaria yaitu pemeriksaan
mikroskopis dan Rapid Diagnostic Test (RDT). Pemeriksaan mikroskopis menghasilkan
hasil tes sediaan darah lebih akurat dibandingkan RDT. Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Banten telah melakukan tes seluruh sediaan darah dengan pemeriksaan
mikroskopis. Secara nasional, sebesar 75,2% sediaan darah dites dengan pemeriksaan
mikroskopis dan 24,8% dites dengan RDT.
Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria, jenis tes sediaan darah, dan angka
kesakitan per provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 3.31 dan Lampiran 3.32.

103

Profil Kesehatan Indonesia 2012


f.

Flu Burung

Pada tahun 2012 terdapat 9 kasus flu burung dengan kematian sebesar 100%. Gambar
3.46 berikut ini memperlihatkan kecenderungan kasus dan kematian akibat flu burung
sejak tahun 2005 sampai tahun 2012.

GAMBAR 3.46
SITUASI KASUS KONFIRMASI FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Dari gambar di atas dapat dilihat jumlah kasus konfirmasi flu burung di Indonesia paling
banyak dilaporkan pada tahun 2006, setelah itu jumlah kasus flu burung terus menurun
dari tahun ke tahun dari 55 pada tahun 2006 menjadi 9 kasus pada tahun 2012.
Sampai tahun 2012 jumlah kasus terdapat 15 provinsi yang tertular Flu Burung, yaitu
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Terdapat 2 provinsi yang baru tertular pada tahun
2012 yaitu Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat. Distribusi kasus dan kasus meninggal per
provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini

104

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


TABEL 3.3
SITUASI FLU BURUNG MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013


Keterangan: K = Kasus M = Meninggal

Secara kumulatif jumlah kasus flu burung pada manusia dari tahun 2005 sampai
Desember 2012 sebanyak 192 kasus dengan 160 di antaranya meninggal (rata-rata
case fatality rate sebesar 83,3%). Menurut jenis kelamin, sebanyak 57,4% (105 orang)
terkonfirmasi berjenis kelamin perempuan dan 45,3% (87 orang) pada jenis kelamin
laki-laki. Perbedaan sekitar 10% ini perlu diteliti lebih lanjut apakah jenis kelamin
mempengaruhi kekuatan imunitas seseorang terhadap virus Flu Burung.
Distribusi kasus dan kematian akibat flu burung selama tahun 2005-2012 diperlihatkan
pada Gambar 3.47 Grafik di bawah menunjukkan kasus Flu Burung banyak terjadi pada
kelompok balita (< 5 tahun), anak anak (5 14 tahun), remaja (15 19 tahun) dan
dewasa muda (20 39 tahun). Ini berarti semua kelompok umur bisa terinfeksi virus
Flu Burung. Kelompok umur dengan kematian relatif rendah yaitu kelompok umur 45
tahun dan kelompok balita dengan CFR masing-masing 60% dan 68%.

105

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 3.47
DISTRIBUSI KASUS DAN KEMATIAN FLU BURUNG
MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Terdapat 2 (dua) faktor risiko terbesar yang dapat menyebabkan terjadinya kasus Flu
Burung yaitu kontak langsung 45 % dan kontak lingkungan 41 % seperti terlihat pada
gambar 3.48:

GAMBAR 3.48
DISTRIBUSI KASUS FLU BURUNG MENURUT FAKTOR RISIKO
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

106

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


g. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan
melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang
di dalam tubuhnya mengandung virus rabies.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian
rabies, yaitu: GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus yang divaksinasi dengan
Vaksin Anti Rabies (VAR), dan kasus yang positif rabies dan mati berdasarkan uji Lyssa.
Tahun 2012 terdapat 24 provinsi tertular rabies dari 33 provinsi di Indonesia (sesuai
SK Menteri Pertanian). Saat ini terdapat 9 provinsi yang masih dinyatakan sebagai
daerah bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Papua Barat dan Papua. Penentuan suatu
daerah dikatakan tertular rabies berdasarkan ditemukannya positif hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap hewannya, kewenangan ini ditentukan

oleh Kementerian

Pertanian.
Dari tahun 2008 sampai tahun 2012 jumlah spesimen positif Hewan Penular Rabies
(HPR) menunjukkan peningkatan. Tahun 2012 GPHR sebesar 84.750. Jumlah spesimen
yang diperiksa pada tahun 2012 sebanyak 1.155 spesimen, sedangkan kematian karena
lyssa sebanyak 135 kasus. Jumlah kasus Lyssa pada tahun 2012 terjadi di 16 provinsi, 62
kabupaten/kota.
GAMBAR 3.49
SITUASI RABIES DI INDONESIA
TAHUN 2008 - 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

107

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Dari Gambar 3.49 terlihat bahwa persentase penatalaksanaan kasus gigitan/Post
Exposure Treatment (PET) meningkat dari 71.843 dari 84.010 (85,52%) pada tahun 2011
menjadi 74.331 dari 84.750 (87,71%) pada tahun 2012.
Gambar 3.50 berikut ini merupakan sebaran kasus rabies di Indonesia selama tahun
2012.
GAMBAR 3.50
SITUASI RABIES (GHPR DAN LYSSA) DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 terdapat 79.192 kasus gigitan hewan penular rabies yang dilaporkan
terjadi di (23) provinsi. Kasus GHPR paling banyak terjadi di Bali yaitu sebanyak 55.836
kasus dengan kasus meninggal berdasarkan tes lyssa yang positif rabies dan mati
berjumlah 8 orang. Menyusul kemudian Nusa Tenggara Timur dengan 5.564 GHPR dan
8 positif rabies serta Sumatera Utara sebanyak 4.563 GHPR dan 18 positif.

h. Leptospirosis
Leptospira merupakan zoonosis yang diduga paling luas penyebarannya di dunia.
Sumber infeksi pada manusia biasanya akibat kontak secara langsung atau tidak langsung
dengan urine hewan yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah yang

108

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur
karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup Leptospira,
sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi selama musim hujan.
Provinsi yang masih melaporkan adanya kasus leptopirosis dari tahun 2005 sampai
tahun 2012 adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Sedangkan
di Jawa Barat, tahun 2005-2009 dilaporkan tidak ada kasus leptospirosis. Provinsi Jawa
Timur juga melaporkan tidak adanya kasus leptospirosis pada tahun 2005, 2006, dan
2009 seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 3.4
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 5 PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2005 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Terdapat lonjakan kasus Leptospirosis yang terjadi di beberapa provinsi. Tahun 2007,
lonjakan terjadi di DKI Jakarta akibat terjadinya banjir besar di pada bulan Februari.
Pada tahun 2011 terjadi pula peningkatan yang cukup tinggi yang terjadi di Provinsi DIY
akibat terjadinya KLB leptospirosis di Kabupaten Bantul. Secara nasional pada tahun
2012 terjadi penurunan kasus leptospirosis yang cukup tajam dari 855 kasus pada tahun
2011 menjadi 239 kasus. Angka kematian leptospirosis 8 tahun terakhir dapat dilihat
pada Gambar 3.51.
Walaupun jumlah kasus pada tahun 2012 relatif rendah dibandingkan tujuh tahun
sebelumnya, namun angka kematian akibat leptospirosis meningkat pada tahun 2012
yaitu sebesar 12,13%, yang merupakan CFR paling besar selama periode 2006-2012.
Beberapa masalah dalam kegiatan penanggulangan Leptospirosis di Indonesia
diantaranya sebagian besar pasien Leptospirosis datang ke rumah sakit dalam keadaan
terlambat, masih rendahnya sensitivitas kemampuan petugas kesehatan dasar dalam
mendiagnosa leptospirosis, terbatasnya ketersediaan RDT serta managemen dan
pelaporan yang belum baik.

109

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis ditujukan pada upaya penemuan
dini serta pengobatan segera penderita untuk mencegah kematian. Intervensi lingkungan
untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat persembunyaian tikus. Vaksinasi
hewan peliharaan terhadap leptospira.
GAMBAR 3.51
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
TAHUN 2005 - 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

110

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


i. Antraks
Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit zoonosa yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman antraks
(Bacillus anthracis). Kuman ini dapat membentuk spora yang tahan terhadap perubahan
lingkungan dan dapat bertahan hidup selama 60 tahun didalam tanah, sehingga sulit
untuk dimusnahkan. Sumber penularan antraks adalah hewan peliharaan seperti sapi,
kerbau, kambing dan domba yang terinfeksi Bacillus anthracis.
Pada tahun 2012 telah dilaporkan sebanyak 18 kasus antraks kulit di Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan 4 kasus di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Sehingga total kasus pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dan tidak ada kematian (CFR=
0). Berikut ini digambarkan distribusi kasus antraks selama lima tahun terakhir.
GAMBAR 3.52
JUMLAH KASUS DAN CFR ANTRAKS
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2012

Pengendalian kasus antraks dapat dilakukan dengan peningkatan kegiatan surveilans


yang intensif terhadap kasus antraks dengan fokus daerah endemis atau daerah rawan
lainnya. Kegiatan surveilans diintensifkan pada hari-hari perayaan agama seperti Hari
Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal ataupun perayaan hari besar lainnya dan juga saat
dimungkinkan konsumsi daging meningkat.

111

Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Penyakit Tidak Menular


a. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan
oleh karena pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan stres.
Menurut laporan Riskesdas 2007, DM menyumbang 4,2% kematian pada kelompok
umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi
ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM juga merupakan penyebab kematian tertinggi
ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan (14,7%) dan tertinggi ke-6 di daerah
perdesaan (5,8%).
Menurut riset yang sama, prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 0,7%
berdasarkan diagnosis dan sebesar 1,1% berdasarkan diagnosis atau gejala. Berikut
ini disajikan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan doagnosis atau gejala menurut
provinsi tahun 2007.Berdasarkan diagnosis atau gejala, DKI Jakarta merupakan provinsi
dengan prevalensi DM tertinggi yaitu sebesar 2,6%, diikuti oleh Aceh sebesar 1,7%.
Sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah yaitu Lampung sebesar 0,4% serta
Sumatera, Bengkulu, dan Maluku yang masing-masing memiliki prevalensi DM sebesar
0,5%. Berdasarkan kategori, terdapat 5 provinsi (15,2%) dengan prevalensi lebih dari
1,5%, sebanyak 15 provinsi (45,5%) dengan prevalensi 1%-1,5%, dan sebanyak 13
provinsi (39,4%) dengan prevalensi kurang dari 1%.
Diabetes mellitus sangat berkaitan dengan obesitas. Prevalensi obesitas penduduk
> 18 tahun di Indonesia sebesar 11,7%, sebesar 7,8% pada laki-laki dan 15,5% pada
perempuan.
Menurut data morbiditas pada pasien rawat inap RS di seluruh Indonesia pada tahun
2009, jumlah penderita DM tertinggi terdapat pada kelompok umur 45-64 tahun,
diikuti kelompok umur 65 tahun ke atas dan kelompok umur 25-44 tahun. Sedangkan
data mortalitas DM di RS menggambarkan 74,3% merupakan pasien DM yang tidak
bergantung pada insulin dan 25,7% selebihnya merupakan pasien DM yang bergantung
pada insulin.

b. Penyakit jantung dan pembuluh darah


Prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2% berdasarkan wawancara,
sementara berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan hanya ditemukan sebesar

112

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


0,9%. Cakupan kasus jantung yang sudah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar
12,5% dari semua responden yang mempunyai gejala subjektif menyerupai gejala
penyakit jantung.
Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi, berkisar antara 0,4% di Sulawesi Barat

Foto: sbachrun@gmial.com

sampai 2,0% di Aceh.

Pengukuran tekanan darah sebelum melakukan senam jantung sehat

113

Profil Kesehatan Indonesia 2012

E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA


Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dikategorikan
menjadi bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah langsor. Bencana non alam antara lain kebakaran hutan yang disebabkan oleh
manusia, kecelakan transportasi, kegagalan konstruksi, dampak industri, ledakan nuklir,
pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa
kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi.
Di Indonesia selama tahun 2012 tercatat 489 kali kejadian bencana yang menimbulkan
krisis kesehatan terdiri dari 22 jenis bencana. Lebih tinggi dibandingkan tahun 2011
yang sebanyak 211 kali.
Jika pada tahun 2011 banjir merupakan bencana yang paling tinggi frekuensinya, pada

GAMBAR 3.53
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis, 2013

114

Foto: Pusat Komunikasi Publik

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Posko Kesehatan untuk korban bencana di Aceh

tahun 2012 bencana yang paling sering terjadi yaitu kebakaran sebanyak 16% kejadian
(76 kali) bencana dengan jumlah total korban meninggal sebanyak 88 orang, luka berat/
rawat inap sebanyak 129 orang, luka ringan/rawat jalan sebanyak 247 orang. Adapun
jumlah pengungsi akibat kebakaran mencapai 8.130 orang. Gambar 3.53 adalah
frekuensi kejadian bencana selama tahun 2012.
Korban meninggal dunia pada tahun 2012 paling banyak disebabkan oleh kejadian
kecelakaan transportasi dengan jumlah 314 jiwa dari 675 kematian (46,5%). Jumlah
pengungsi terbanyak diakibatkan banjir yaitu sebanyak 34.454 dari 74.141 jiwa (46,5%).
Rincian jumlah korban dan pengungsi berdasarkan jenis bencana dan keadaan korban
selama tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 3.38.

115

Imunisasi Dasar

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Foto: Andi Sahrial - Puskom

Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN

ecara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif
dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan
kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir,
khususnya pada tahun 2012.

A. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK


Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah
pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan secara tepat
dan cepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat.
Pada uraian berikut dijelaskan jenis pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di
Indonesia.

118

SITUASI UPAYA KESEHATAN


UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan
ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. Upaya kesehatan
ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak
janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun.
Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian.
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kematian Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan SDKI
tahun 2012 menyebutkan bahwa AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup AKN sebesar
19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian ibu dan kematian
anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu
1990-2015 dan menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun
waktu 1990-2015.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal
sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1
kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36
minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7 T, yaitu :
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
2. Pengukuran tekanan darah;

119

Profil Kesehatan Indonesia 2012


3. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi;
5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
6. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk keluarga berencana); serta
7. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb) dan
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator
Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit
4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Gambaran kecenderungan Cakupan K1 dan Cakupan K4 dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2012 nampak pada Gambar 4.1 berikut ini.
GAMBAR 4.1
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4
DI INDONESIA TAHUN 2004 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

120

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Pada Gambar 4.1 di atas nampak adanya kecenderungan peningkatan cakupan K1 dan
cakupan K4 mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012. Hal ini menunjukkan
semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pada tahun 2012, capaian indikator kinerja Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan
Antenatal (Cakupan K4) dapat terealisasi dengan baik yaitu mencapai 90,18%.
Walaupun secara nasional, capaian tersebut telah melampaui target Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2012 sebesar 90%, namun masih terdapat disparitas
cakupan antar provinsi. Data cakupan K4 menurut distribusi provinsi menunjukkan
adanya kesenjangan cakupan antar provinsi dengan capaian tertinggi terdapat di Provinsi
DKI Jakarta sebesar 96,37%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 95,65% dan Kepulauan
Bangka Belitung sebesar 95,43%. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah
Papua sebesar 34,48%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 64,34%, dan Nusa Tenggara
Timur sebesar 67,67%.
GAMBAR 4.2
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

121

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa, sebagian besar provinsi telah memenuhi target
Renstra 2012 yaitu sebanyak 19 provinsi (57,6%). Sedangkan 14 provinsi lainnya belum
mencapai target Renstra 2012.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan untuk
semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat
hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal.
Dari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga Desember 2012, tercatat
9.510 Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap
30.000 penduduk sudah mencapai rasio ideal 1:30.000 penduduk. Demikian pula dengan
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu.
Sampai dengan tahun 2012, tercatat terdapat 54.142 Poskesdes yang beroperasi dan
276.392 Posyandu di Indonesia.
Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah dikembangkannya
Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat 7.074 Puskesmas yang melaksanakan
dan mengembangkan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan
meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam
memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.
Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya
Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011 juga semakin bersinergi dalam
berkontribusi meningkatkan cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping
kasus drop out, serta kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung
paket pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau
sweeping. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan
mampu mendorong tercapainya target cakupan K4.
Informasi lebih rinci terkait pelayanan kesehatan ibu hamil menurut provinsi terdapat
pada Lampiran 4.1.

122

SITUASI UPAYA KESEHATAN

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada
kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur
melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan
Pn). Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan
pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan Pn) di Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 88,64%. Angka ini telah berhasil memenuhi target Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2012 sebesar 88%. Capaian indikator ini dalam 9 tahun
terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan, yaitu dari 74,27% pada tahun 2004
menjadi 88,64% pada tahun 2012.
GAMBAR 4.3
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Secara nasional indikator ini memang telah berhasil memenuhi target Renstra tahun
2012, namun demikian masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Provinsi dengan
cakupan tertinggi adalah DI Yogyakarta sebesar 98,62%, diikuti oleh Kepulauan Riau dan
Kepulauan Bangka Belitung masing-masing sebesar 97,95%. Sedangkan Provinsi Papua

123

Profil Kesehatan Indonesia 2012


memiliki capaian terendah sebesar 43,54% diikuti oleh Papua Barat sebesar 65,15%,
dan Nusa Tenggara Timur sebesar 69,41%.
GAMBAR 4.4
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa terdapat 17 provinsi (51,5%) dengan
capaian melebihi target Renstra 2012 sebesar 88%. Sedangkan 16 provinsi lainnya
memiliki capaian di bawah Renstra 2012.
Kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan.
Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya
risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan
di fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu,
kebijakan Kementerian Kesehatan adalah seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan dan diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Kebijakan DAK Bidang
Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan

124

SITUASI UPAYA KESEHATAN


rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang
harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bidan di desa. Sampai tahun 2012, terdapat
54.142 Poskesdes di seluruh Indonesia. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga
kesehatan termasuk bidan akan siaga di daerah tempat tugasnya. Bidan yang tinggal di
desa memberikan kontribusi positif dalam penurunan kematian ibu.
Upaya penting dalam program kesehatan ibu di Indonesia adalah Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas
pemantauan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan
pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan
dan bayi baru lahir dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya,
P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2011, tercatat
61.731 desa (80%) telah melaksanakan P4K.
Di sebagian daerah di Indonesia, cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan masih
rendah dikarenakan masih adanya kepercayaan masyarakat untuk melahirkan ditolong
dukun. Selain itu, di daerah dengan kondisi geografis sulit, masyarakat menghadapi
kendala untuk dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat. Pada daerahdaerah tersebut, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah dengan mengembangkan
program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun
diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk
ke bidan. Sampai dengan tahun 2011, tercatat sudah 72.963 dukun (68,6%) yang
bermitra dengan bidan.
Ibu hamil yang di daerahnya tidak ada bidan atau memang memiliki kondisi penyulit,
maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas
kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat
berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan
fasilitas kesehatan. Sampai tahun 2011, tercatat 6 Rumah Tunggu Kelahiran di wilayah
Puskesmas DTPK dan 2.700 Rumah Tunggu Kelahiran di luar wilayah Puskesmas DTPK.
Salah satu hal yang menjadi alasan seorang ibu melahirkan di rumah dan dibantu oleh
dukun adalah hambatan finansial. Menyadari hal tersebut, Kementerian Kesehatan sejak
tahun 2011 meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan
jaminan paket pembiayaan sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.

125

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Penyediaan Jampersal diyakini turut meningkatkan cakupan Pn di seluruh wilayah Tanah
Air.
Keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan buah dari kerja keras dan
pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat termasuk sektor swasta. Informasi lebih rinci terkait pelayanan kesehatan
ibu bersalin menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.1.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan
kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang
dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6
jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :
a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);
b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
baru lahir, termasuk keluarga berencana;
f.

Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas (Cakupan Kf-3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam
menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
Capaian indikator Kf-3 dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menggambarkan
kecenderungan yang semakin meningkat, yaitu mulai dari 17,90% pada tahun 2008
menjadi 85,16% pada tahun 2012.
Capaian indikator Kf-3 yang meningkat dalam 5 tahun terakhir merupakan hasil dari
berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor
swasta. Program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan
terus dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam
mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan
kesehatan ibu nifas, diantaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang
tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan Pemerintah makin meningkat

126

SITUASI UPAYA KESEHATAN


sejak diluncurkannya Jampersal pada tahun 2011, dimana pelayanan nifas termasuk
paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal.
GAMBAR 4.5
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF-3) DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI

Gambaran capaian indikator Kf-3 di 33 provinsi disajikan pada Gambar 4.6 berikut ini.
GAMBAR 4.6
CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS (KF-3) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

127

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada gambar di atas nampak bahwa cakupan pelayanan ibu nifas di Indonesia pada tahun
2012 adalah 85,16%. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM) menetapkan
target pelayanan nifas pada tahun 2015 sebesar 90%. Pada tahun 2012, terdapat 7
Provinsi dengan capaian di atas 90% yaitu Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, dan Bali. Capaian indikator pelayanan nifas
pada tahun 2015 diharapkan telah memenuhi target SPM 90%.
Provinsi dengan capaian Kf-3 tertinggi pada tahun 2012 adalah Jambi sebesar 95,77%
diikuti oleh Jawa Barat sebesar 95,61%, dan Jawa Timur sebesar 94,3%. Sedangkan
provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 27,61%, diikuti oleh Papua
Barat sebesar 57,06%, dan Kalimantan Timur sebesar 63,91%. Informasi lebih rinci
menurut provinsi terkait pelayanan kesehatan ibu nifas menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 4.1.

4. Penanganan Komplikasi Maternal


Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau
janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit
menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak
disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi maternal
adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi maternal untuk mendapatkan
perlindungan/pencegahan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan
komplikasi maternal adalah cakupan penanganan komplikasi maternal (Cakupan PK).
Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.
Capaian indikator penanganan komplikasi maternal dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 disajikan pada Gambar 4.7.

128

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.7
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI MATERNAL
DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan cakupan penanganan
komplikasi maternal, yaitu dari 44,84% pada tahun 2008 menjadi 42,29% pada tahun
2009. Capaian ini kemudian terus meningkat hingga mencapai 69,15% pada tahun 2012.
Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Tahun
2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh Perdarahan (32%)
dan Hipertensi dalam Kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan
abortus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab
lain-lain (non obstetrik) sebesar 32%.
Walaupun sebagian komplikasi maternal tidak dapat dicegah dan diperkirakan
sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Mengingat
bahwa setiap ibu hamil/bersalin/nifas berisiko mengalami komplikasi, maka mereka
perlu mempunyai akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan maternal/obstetrik.
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian
dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang
mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan
persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca
persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar
(PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau.
Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia adalah melalui Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus

129

Profil Kesehatan Indonesia 2012


totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko
kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam
implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan
tahun 2011, tercatat 61,731 (80%) desa/kelurahan telah melaksanakan P4K.
Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, ditargetkan pada
akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal 4 (empat) Puskesmas
rawat inap mampu PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu
melaksanakan PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, Puskesmas
dan Rumah Sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi
dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat.
Standardisasi PONEK untuk rumah sakit dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Rujukan bekerjasama dengan Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi
(Badan Khusus POGI yang menghimpun unit-unit pelatihan klinik organisasi profesi
POGI, IDAI, IBI dan PPNI). Lokakarya PONEK dilakukan selama 5 hari, meliputi materi
manajemen dan klinik PONEK yang kemudian diikuti dengan latihan on the job training
PONEK untuk mengenalkan cara melakukan bimbingan teknis untuk perbaikan kinerja
Tim PONEK rumah sakit. Jumlah rumah sakit siap PONEK di Indonesia sampai dengan
tahun 2011 sebanyak 388 (87,39%) rumah sakit dari 444 rumah sakit umum milik
Pemerintah.
Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan
upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak
di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul
dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi
baru lahir akan dapat menghasilkan suatu rekomendasi dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang. Data dan informasi tentang
penanganan komplikasi maternal menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.8.

5. Penanganan Komplikasi Neonatal


Neonatal komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat
menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus

130

SITUASI UPAYA KESEHATAN


neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Lahir < 2.500 gram), sindroma
gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning
pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Yang dimaksud dengan penanganan Neonatal komplikasi adalah neonatal sakit dan
atau neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan
dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara
lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen
Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan
kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.
Pada Gambar 4.8 berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal
komplikasi tahun 2012 di 33 provinsi di Indonesia.
GAMBAR 4.8
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

131

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada Gambar 4.8 di atas nampak bahwa capaian penanganan neonatal komplikasi pada
tahun 2012 sebesar 48,58%. Indikator ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2011 sebesar 39,46%.
Meskipun terjadi peningkatan capaian, namun masih terdapat disparitas antar provinsi.
Provinsi Jawa Timur memiliki capaian tertinggi sebesar 74,16% diikuti oleh Bengkulu
sebesar 71,89%, dan DI Yogyakarta sebesar 71,88%. Capaian terendah terdapat di
Provinsi Papua Barat sebesar 11,52%, diikuti oleh Papua sebesar 19,45%, dan Sulawesi
Tenggara sebesar 21,02%.
Cakupan penanganan komplikasi neonatal yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa
permasalahan diantaranya sistem pencatatan dan pelaporan penanganan neonatal
dengan komplikasi yang belum mengakomodir semua laporan fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan swasta. Rendahnya cakupan penanganan juga dapat disebabkan masih
terdapat tenaga kesehatan yang belum memahami definisi operasional dari terminologi
penanganan neonatal dengan komplikasi. Informasi lebih rinci menurut provinsi tentang
penanganan komplikasi neonatal terdapat pada Lampiran 4.8.

6. Kunjungan Neonatal
Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatal merupakan salah satu kelompok
yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan. Beberapa upaya kesehatan dilakukan
untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar
persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Menurut Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa sebagian besar kematian neonatal
(78,5%) terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-7 hari). Dengan melihat adanya
risiko kematian yang tinggi pada minggu pertama ini, maka setiap bayi baru lahir harus
mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering dalam minggu pertama. Langkah
ini dilakukan agar penyakit dan tanda bahaya dapat dideteksi sedini mungkin sehingga
intervensi dapat segera dilakukan untuk mengendalikan risiko kematian. Terkait
hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan
kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu pertama dan satu kali
pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada
8 28 hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini
adalah pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur

132

SITUASI UPAYA KESEHATAN


kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal
yang komprehensif.
Pelayanan kesehatan neonatal sesuai standar adalah pelayanan kesehatan neonatal saat
lahir dan pelayanan kesehatan saat kunjungan neonatal sebanyak 3 kali. Pelayanan yang
diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI
eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru
lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan
pada saat lahir. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama di 33 provinsi,
digambarkan pada Gambar 4.9.
GAMBAR 4.9
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa cakupan KN1 tahun 2012 telah memenuhi target Renstra
2012 yaitu 92,31% dari target 88%. Dengan demikian, terdapat 23 provinsi (69,7%) telah
memenuhi target Renstra Kemenkes. Pada Gambar 4.9 juga diketahui bahwa provinsi
dengan capaian tertinggi adalah Bali sebesar 99,49% diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar

133

Profil Kesehatan Indonesia 2012


99,33%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 99,15%. Sedangkan Papua memiliki
capaian terendah sebesar 33,75%, diikuti Papua Barat sebesar 66,63%, dan Kepulauan
Riau sebesar 74,03%. Cakupan kunjungan neonatal pertama menunjukkan peningkatan
dalam 4 tahun terakhir, yaitu dari 80,6% pada tahun 2009 menjadi 92,31% pada tahun
2012.
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah
KN Lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar sedikitnya 3 kali. Capaian KN lengkap di Indonesia pada
tahun 2012 sebesar 87,79%. Capaian ini telah memenuhi target program tahun 2012
sebesar 84%. Terdapat 20 provinsi telah memenuhi target tersebut. Gambaran cakupan
kunjungan KN Lengkap menurut provinsi di Indonesia terdapat pada Gambar 4.10.
GAMBAR 4.10
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar 4.10 terlihat bahwa terjadi disparitas capaian yang lebar, dimana capaian
tertinggi terdapat di Provinsi Bali sebesar 97,42%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung
sebesar 95,77%, dan Jawa Tengah sebesar 95,75%. Sedangkan provinsi dengan capaian

134

SITUASI UPAYA KESEHATAN


terendah adalah Papua sebesar 29,7%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 57,42%, dan
Kepulauan Riau sebesar 66,83%.
Pada tingkat nasional, capaian KN Lengkap mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2011, yaitu dari 84,18% menjadi 87,79% pada tahun 2012. Gambar berikut ini
menampilkan cakupan KN lengkap dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Pada
tahun 2008, mulai ditetapkan kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3 kali kunjungan.
GAMBAR 4.11
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2004-2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Cakupan KN lengkap nampak mengalami sedikit penurunan dari 78,04% pada tahun
2009 menjadi 71,5% pada tahun 2010. Cakupan ini kembali meningkat menjadi 87,79%
pada tahun 2012. Sejak tahun 2008 ketika kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3
kali kunjungan diimplementasikan, cakupan KN lengkap menunjukkan kecenderungan
peningkatan.
Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada Lampiran 4.9.

7. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi


Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan
maupun serangan penyakit. Oleh karena itu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4 kali. Program ini terdiri dari
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi

135

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lainlain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam
meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada
tahun 2012 mencapai 87,73% yang berhasil memenuhi target Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2012 sebesar 86%. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011
dan tahun 2010 yaitu masing-masing sebesar 84,04% dan 85,21%.
Gambaran capaian indikator ini di 33 provinsi menunjukkan bahwa sebagian besar
provinsi telah memenuhi target Renstra tahun 2012 seperti yang disajikan pada gambar
berikut ini.
GAMBAR 4.12
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

136

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Pada Gambar 4.12 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 18 provinsi (54,5%) dengan
capaian melebihi 86%. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki capaian tertinggi sebesar
95,82% diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 95,43% dan Jawa Timur sebesar 95,13%.
Provinsi Papua memiliki capaian terendah sebesar 29,47% diikuti oleh Kepulauan Riau
sebesar 56,14%, dan Kalimantan Selatan sebesar 57,23%. Informasi lebih rinci menurut
provinsi terkait pelayanan kesehatan pada bayi tahun 2012 terdapat pada Lampiran
4.10.

8. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita


Salah satu indikator yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
terkait dengan upaya kesehatan anak adalah pelayanan kesehatan pada anak balita.
Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12
sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita dengan melakukan
beberapa kegiatan antara lain ;
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang
pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK
2. Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan
Buku KIA
3. Perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi
seimbang, dan vitamin A
Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 73,52% yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2011 sebesar 80,96%. Indikator ini juga belum memenuhi target
Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%. Capaian indikator menurut provinsi juga
menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi memiliki capaian di bawah 81% seperti
yang terdapat pada gambar berikut.

137

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.13
CAKUPAN KUNJUNGAN ANAK BALITA DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.13 dapat diketahui bahwa hanya 7 provinsi yang memiliki capaian
melebihi target 81%, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Sumatera Selatan, dan Sulawesi Utara. DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi sebesar
89,96%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 85,74%, dan Bali sebesar 83,92%. Sedangkan
provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 18,95%, diikuti oleh Gorontalo
sebesar 46,91%, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 51,62%. Data dan informasi
menurut provinsi terkait upaya pelayanan kesehatan anak balita disajikan pada Lampiran
4.10.

9. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat


Salah satu upaya kesehatan anak adalah intervensi pada anak usia sekolah. Upaya
kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap
murid SD/MI kelas I juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya
melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan
diharapkan bisa mengatasi permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah yaitu
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan
baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan
refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.

138

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :
1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)
2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan
6. Pengukuran kebugaran jasmani
7. Deteksi dini masalah mental emosional.
Melalui penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat kelas 1 yang memiliki
masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin. Penjaringan kesehatan
dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yang melakukan penjaringan kesehatan
terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat
yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2012 di
Indonesia sebesar 83,95%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang
sebesar 74,86%. Meskipun terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya,

Foto: Puskom Publik

capaian tersebut belum memenuhi target Renstra 2012 sebesar 92%.

Pemeriksaan kesehatan pada anak-anak

139

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.14
CAKUPAN SEKOLAH DASAR YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Gambar 4.14 menunjukkan bahwa hanya 8 provinsi yang telah mencapai target Renstra
2012 yaitu DI Yogyakarta, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Barat, Kepulauan Riau,
Bali, Banten, Lampung, dan DKI Jakarta. Provinsi dengan capaian tertinggi adalah DI
Yogyakarta sebesar 100%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung sebesar 99,75%, dan
Sumatera Barat sebesar 97,54%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebesar 13,52%, diikuti oleh Papua sebesar 26,8%, dan Sulawesi Barat
sebesar 54,07%.
Sulit terpenuhinya target penjaringan SD/MI disebabkan oleh beberapa masalah.
Masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah tenaga yang sudah dilatih
dipindahkan ke bidang/tempat lain dan juga kurangnya tenaga di Puskesmas untuk
melaksanakan penjaringan, sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan
membutuhkan waktu lebih lama. Data dan informasi tentang cakupan penjaringan
siswa SD/sederajat kelas 1 menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.11.

140

SITUASI UPAYA KESEHATAN

10. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Salah satu upaya kesehatan anak yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden
adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas. Program ini
mulai dikembangkan pada tahun 2003 yang bertujuan khusus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku
hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja.
Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun di luar
gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah ataupun masyarakat. Hal
ini dilakukan agar layanan yang diberikan dapat menjangkau semua kelompok remaja
(10-19 tahun). Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu
:
1. Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis
agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di
sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun;
2. Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah
murid di sekolah binaan; dan
3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling
yang kontak dengan petugas PKPR.
Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada langkah
promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan
psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Layanan konseling
menjadi ciri dari PKPR mengingat permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan
dengan fisik tetapi juga psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja
juga dilakukan melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group
Discussion (FGD), dan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya.
Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada program PKPR.
Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja sebagai konselor sebaya yang
diharapkan mampu menjadi agen pengubah di kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat
potensial karena adanya kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya
sebagai tempat berdiskusi dan rujukan informasi.
Persentase kabupaten/kota dengan minimal 4 puskesmas mampu tata laksana PKPR
pada tahun 2012 terdapat pada Gambar 4.15.

141

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.15
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA PKPR
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan target tahun 2012 yang ditentukan oleh program yaitu 70%, terdapat 26
provinsi telah melampaui target tersebut. Hanya 7 provinsi yang belum mencapai target
tahun 2012. Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat
77,67% kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki 4 puskesmas mampu laksana
PKPR. Pada tahun 2012 terdapat 10 provinsi dengan persentase 100%, jumlah ini lebih
tinggi dibandingkan tahun 2011 yang sebanyak 7 provinsi. Provinsi dengan persentase
100% artinya seluruh kabupaten telah memiliki sedikitnya 4 Puskesmas mampu PKPR.
Provinsi tersebut yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, Banten, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi
Barat. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait persentase kabupaten/
kota dengan puskesmas mampu laksana PKPR disajikan pada Lampiran 4.12.

142

SITUASI UPAYA KESEHATAN

11. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)


Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia menyebutkan
bahwa hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia seperti hak sipil, kesehatan,
pendidikan, politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Hak-hak tersebut wajib dijamin,
dilindungi, dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara
agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.
Berbagai permasalahan seperti kemiskinan yang belum teratasi, rendahnya tingkat
pendidikan orang tua, banyaknya anak dalam keluarga kerap menjadi faktor pemicu
terjadinya peningkatan tindakan kekerasan terhadap anak baik fisik, mental, seksual
maupun penelantaran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan
terhadap anak sebagai semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik
ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi, komersial
atau lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap
kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak,
yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggungjawab.
Dalam bidang kesehatan, tindakan kekerasan melakukan intrevensi dalam bentuk
penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang terdiri dari
pelayanan di tingkat dasar melalui puskesmas mampu tatalaksana kekerasan terhadap
anak dan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit untuk penanganan kasus
rujukan. Puskesmas yang mampu tatalaksana kekerasan terhadap anak memberikan
pelayanan penanganan gawat darurat, konseling, medikolegal dan rujukan (medis dan
psikososial). Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan juga memiliki
peran terhadap penatalaksanaan kasus kekerasan terhadap anak melalui pelayanan
terpadu. Pelayanan terpadu di Rumah Sakit memberikan pelayanan spesialistik, IGD,
perawatan, medikolegal dan psikososial (bantuan hukum dan perlindungan sosial bagi
anak melalui panggilan telepon pada saat diperlukan).
Puskesmas mampu tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak memiliki 2 kriteria yaitu :
1. Memiliki tenaga kesehatan terlatih /terorientasi tata laksana kasus KtA
2. Melaksanakan rujukan medis maupun psikososial
Persentase kabupaten/kota dengan minimal 2 Puskesmas mampu tatalaksana KtA di
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 71,63%. Capaian ini telah memenuhi target tahun

143

Profil Kesehatan Indonesia 2012


2012 sebesar 60%. Sebagian besar provinsi telah memenuhi target tersebut seperti
yang disajikan pada gambar berikut ini.

GAMBAR 4.16
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA KTA
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar 4.16 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 13 provinsi dengan persentase
100%. Data dan informasi mengenai persentase kabupaten/kota dengan puskesmas
mampu tatalaksana KtA yang dirinci berdasarkan provinsi terdapat pada Lampiran 4.13.

12. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti


Upaya kesehatan anak juga dilakukan untuk menjangkau kelompok yang terpinggirkan
yaitu anak terlantar dan anak jalanan. Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar
dari kelompok anak jalanan (usia 14 18 tahun). Masalah kesehatan yang dihadapi anak
jalanan terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini tidak terlepas dari fakta
bahwa kondisi anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal yang sehat. Anak jalanan
menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan yang meningkatkan kerentanan

144

SITUASI UPAYA KESEHATAN


mereka terhadap gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare, kulit
dan lain sebagainya.
Anak jalanan secara psikologis memiliki konsep diri negatif, tidak atau kurang percaya
diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain, dan emosi yang tidak stabil.
Kondisi ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh orang lain dan cenderung
berperilaku antisosial (berkelahi, mencuri, merampas, menggunakan NAPZA dan
menjalankan bisnis NAPZA, dan perilaku seks bebas). Selain itu, anak dapat mengalami
berbagai bentuk kekerasan baik fisik, psikis dan seksual. Mereka juga dapat mengalami
eksploitasi fisik dan seksual terutama oleh orang dewasa hingga kehilangan nyawa,
sehingga timbul masalah kesehatan yang terkait kesehatan reproduksi seperti Infeksi
Menular Seksual (IMS/PMS) dan HIV/AIDS.
Upaya kesehatan bagi anak terlantar dilakukan pada kelompok-kelompok sasaran
seperti di panti anak terlantar/anak jalanan, shelter, rumah singgah dan lain-lain. Upaya
kesehatan yang dilakukan mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
melalui pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas bekerjasama
dengan unsur dari sektor terkait dan LSM memberikan pelayanan kesehatan bagi anak
terlantar dan anak jalanan.
Puskesmas yang dianggap melakukan pembinaan terhadap Panti Anak Terlantar jika
melaksanakan paket pembinaan kesehatan anak di panti yang terdiri dari beberapa
kegiatan, yaitu :
1. Penyuluhan tentang PHBS, bahaya penyalahgunaan NAPZA, kesehatan reproduksi
dan Infeksi Menular Seksual (IMS);
2. Pemberian tablet Fe pada remaja putri;
3. Konseling termasuk pre test dan post test HIV;
4. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada remaja putri;
5. Pengobatan;
6. Pelatihan peer konselor remaja; dan
7. Rujukan apabila diperlukan.
Pada tahun 2012 terdapat 1.751 puskesmas yang memiliki panti anak terlantar di
wilayah kerjanya. Dari seluruh puskesmas yang memiliki panti anak terlantar, terdapat
1.003 (57,28%) yang telah melakukan pembinaan. Data dan informasi berdasarkan
provinsi terkait puskesmas yang melakukan pembinaan di Panti Anak Terlantar dapat
dilihat pada Lampiran 4.14.

145

Profil Kesehatan Indonesia 2012

13. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran
atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada
kisaran usia 15-49 tahun.
Keberhasilan program KB dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan KB baru.
Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi pasangan usia subur (PUS) yang sedang
menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS yang ada. Sedangkan
cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi
terhadap jumlah PUS. Gambar 4.17 berikut ini menampilkan persentase peserta KB aktif
menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2012.
GAMBAR 4.17
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2013

Cakupan peserta KB aktif di Indonesia pada tahun 2102 sebesar 76,39%. Gambaran
distribusi provinsi menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah Provinsi Bengkulu
sebesar 87,91%, diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 86,96%, dan Provinsi Bali

146

SITUASI UPAYA KESEHATAN


sebesar 86,11%. Provinsi dengan persentase terendah adalah Papua sebesar 67,7%,
diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 67,99%, dan Banten sebesar 69,95%.
Penggunaan metode kontrasepsi pada KB terdiri dari beberapa jenis. Kepesertaan
KB menurut penggunaan metode kontrasepsi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
sebagian besar peserta KB memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka
pendek melalui suntikan. Hanya sedikit PUS yang memilih untuk menggunakan Metode
Operatif Pria (MOP) pada tahun 2012. Persentase peserta KB aktif menurut metode
kontrasepsi ditampilkan pada Gambar 4.18 berikut ini.
GAMBAR 4.18
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF
MENURUT ALAT/METODE KONTRASEPSI TAHUN 2012

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012

Gambaran peserta KB baru pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta
KB baru cenderung memanfaatkan klinik KB pemerintah untuk mendapatkan layanan KB
dengan persentase sebesar 67,34%. Selain klinik KB milik pemerintah, peserta KB yang
lain memilih memanfaatkan bidan praktek swasta sebanyak 23,22%, klinik KB swasta
sebesar 7,59%, dan dokter praktik swasta sebanyak 1,86%. Perbandingan persentase
antar jenis layanan terdapat pada Gambar 4.19 berikut ini.
Data dan informasi terkait kepesertaan KB, pemanfaatan layanan KB, dan jumlah fasilitas
kesehatan KB pada tahun 2012 yang digambarkan secara rinci menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 4.2-4.7.

147

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.19
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT TEMPAT PELAYANAN KB
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013

B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Permasalahan gizi masyarakat merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat yang
menyita perhatian sektor kesehatan. Status gizi juga merupakan salah satu penentu
kondisi derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
melakukan upaya perbaikan gizi masyarakat dalam rangka merespon permasalahan gizi
yang sering ditemukan seperti anemia gizi besi, kekurangan vitamin A, dan gangguan
akibat kekurangan yodium.

1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe)


Salah satu permasalahan gizi masyarakat adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi ketika
kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb ini terjadi
karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan komponen Hb
terutama zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang ditemukan di Indonesia adalah
anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Dalam
rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program
pemberian tablet Fe. Pemberian tablet besi ini diintegrasikan dengan pelayanan
kunjungan ibu hamil (antenatal care).

148

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Cakupan pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Persentase
ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 83,3%. Provinsi
dengan cakupan tertinggi adalah Kalimantan tengah sebesar 115,3% diikuti oleh DKI
Jakarta sebesar 101,9%, dan Bali sebesar 92,7%. Sedangkan cakupan terendah adalah
Provinsi Papua Barat sebesar 32%, diikuti oleh Papua sebesar 33,3%, dan Kalimantan
Timur sebesar 69,1%. Cakupan pemberian tablet besi pada tahun 2012 di 33 provinsi
disajikan pada gambar berikut ini.
GAMBAR 4.20
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3)
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013

Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat bergantung pada seberapa besar
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan. Cakupan
pemberian tablet besi yang tinggi bisa tidak berdampak pada penurunan anemia besi
jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet besi masih rendah.
Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke pelayanan

149

Profil Kesehatan Indonesia 2012


kesehatan. Pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan
ibu hamil K4. Namun demikian, capaian kunjungan K4 ibu hamil pada tahun 2012 sebesar
90,18%, yaitu lebih besar dibandingkan dengan capaian pemberian tablet besi pada ibu
hamil sebesar 85%. Secara ideal, seharusnya capaian dua indikator tersebut sama atau
tidak jauh berbeda. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada sistem pencatatan dan
pelaporan serta koordinasi antar pengelola program terkait. Data dan informasi lebih
rinci menurut provinsi mengenai pemberian tablet besi pada ibu hamil di tahun 2012
terdapat pada Lampiran 4.17.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A


Selain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A juga menjadi perhatian dalam upaya
perbaikan gizi masyarakat. Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul Vitamin A dalam
rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita.
Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk
mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A berperan terhadap penurunan
angka kematian, pencegahan kebutaan, serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup
anak.
Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat
(prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10
provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan
hasil survey vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar
0,33%.
Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata,
masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan
memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan
pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah 75%. Dengan
demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena
bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi,
vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis 100.000
SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul
vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui
ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan
Agustus pada balita usia 6-59 bulan.

150

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia tahun
2012 mencapai 82,8%. Capaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 yang
sebesar 82,66%. Dengan peningkatan yang tidak terlalu tinggi, maka masih diperlukan
upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut antara
lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah
yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A.
Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi pada tahun 2012 adalah DI
Yogyakarta sebesar 99,12%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,39% dan Nusa Tenggara
Barat sebesar 96,46%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar
41,84%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 47,9% dan Maluku Utara sebesar 54,42%.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut distribusi provinsi ditampilkan pada
gambar 4.21.
GAMBAR 4.21
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013

Data dan informasi tentang pemberian vitamin A pada balita yang dirinci menurut
provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4.18.

151

Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif


Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara
eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak
sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI
yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara
Barat sebesar 69,84%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67,01%, dan Bali sebesar 66,94%.
Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Papua
Barat sebesar 20,57%, diikuti oleh Sulawesi Tengah 30,41% dan Sumatera Utara sebesar
32,22%. Gambaran pemberian ASI eksklusif menurut provinsi disajikan pada gambar
berikut.
GAMBAR 4.22
CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

152

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain :
a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada
masalah medis
b. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi
kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan pemberian
ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang laktasi dan
perangkat pendukungnya
c. Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum
berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih
mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.
d. Pemasaran susu formula masih banyak yang ditujukan pada bayi yang tidak punya
masalah kesehatan.
e. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI
f.

Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait


pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM).

Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu:


a. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif
b. Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Sampai tahun 2012 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui kepada
3.929 orang dan MP-ASI 416 orang.
c. Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu:
1. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada
semua staf pelayanan kesehatan ;
2. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan
menyusui tersebut;
3. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen
menyusui;
4. Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan;
5. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu
dipisah dari bayinya;
6. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;
7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam);

153

Profil Kesehatan Indonesia 2012


8. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;
9. Tidak memberi dot kepada bayi;
10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu
kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan;
d. Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif
e. KIE melalui media cetak dan elektronik
f

Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif

g. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui


peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP
h. Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan, klinik
bersalin) dalam menerapkan 10 LMKM
i.

Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan, melindungi,


dan mendukung pemberian ASI

j.

Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI

k. Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI


l.

Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau PP

m. Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi


n. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
o. Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat
p. Perlindungan pekerja perempuan
q. Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran susu
formula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan (codex
alimentarius)
r.

Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI

Data dan informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2012 terdapat pada
Lampiran 4.19 dan Lampiran 4.20.

4. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)


Kegiatan penimbangan balita di Posyandu (D/S) menjadi salah satu indikator yang
ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Indikator ini
berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan
dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan
cakupan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A,
cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.

154

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) di Indonesia pada tahun 2012 sebesar
75,1%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 sebesar 71,4%. Capaian pada
tahun 2012 telah memenuhi target Renstra 2012 sebesar 75%. Pada tingkat provinsi
terdapat 10 provinsi dengan capaian melebihi target 75% seperti yang ditampilkan pada
gambar berikut.
GAMBAR 4.23
CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S)
DI INDONESIATAHUN 2012

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas diketahui bahwa provinsi yang memiliki capaian tertinggi adalah
Jawa Timur sebesar 87,8%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 83,6%, dan Jawa Tengah
sebesar 82,1%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 31%,
diikuti oleh Papua Barat sebesar 48,9% dan Maluku Utara sebesar 52,5%.
Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S. Namun demikian
terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu.
Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana prasarana untuk
menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas
dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan

155

Profil Kesehatan Indonesia 2012


masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Data
dan informasi tentang penimbangan balita di posyandu pada tahun 2012 terdapat pada
Lampiran 4.21.

C. PELAYANAN IMUNISASI
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap
penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang
selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke
dalam tubuh. Setiap mahluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap
benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem
kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan
antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang
diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen.
Pada interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah
memiliki memori untuk mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga
antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi
alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi
terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan
penyakit dengan melumpuhkan antigen dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program
imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular,
yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.

1. Imunisasi Dasar pada Bayi


Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi
wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3
dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi
dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat
perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan
SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait
dengan realita bahwa campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Dengan
demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka
kematian balita.

156

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2012 sebesar 99,3%. Capaian
tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup
regional. Cakupan pada tahun 2012 juga menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun
2011 sebesar 93,6%. Pada tingkat provinsi, terdapat 21 provinsi yang telah berhasil
mencapai target 90% seperti yang disajikan pada Gambar 4.24 berikut.
GAMBAR 4.24
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jambi memiliki capaian tertinggi
sebesar 113,2% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 110,4% dan Jawa Barat sebesar
110,3%. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua Barat sebesar
72,7%, diikuti oleh Papua sebesar 74,3% dan Kalimantan Selatan sebesar 75%.
Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima
jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis
imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian
indikator ini di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 86,8%. Angka ini telah memenuhi

157

Profil Kesehatan Indonesia 2012

target Renstra pada tahun 2012 sebesar 85%. Dengan demikian terdapat 15 provinsi
(45,5%) yang telah memenuhi target Renstra tahun 2012.
GAMBAR 4.25
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan distribusi provinsi pada gambar di atas, capaian imunisasi dasar lengkap
tertinggi pada tahun 2012 terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 107,4%
diikuti oleh Jawa Barat sebesar 102,1%, dan Lampung sebesar 98,7%. Sedangkan
provinsi dengan capaian terendah adalah Maluku sebesar 36,5%, diikuti oleh Papua
sebesar 45,7%, dan Papua Barat sebesar 48,2%. Data dan informasi terkait imunisasi
dasar pada bayi yang dirinci menurut provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 4.23.
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah
Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu
desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan
tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2012
adalah sebesar 90%. Pada tahun 2012 terdapat 9 provinsi yang memiliki persentase
desa UCI melebihi target 90% seperti yang nampak pada gambar berikut ini.

158

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.26
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.26 dapat diketahui bahwa Provinsi DIY dan DKI Jakarta memiliki capaian
tertinggi sebesar 100%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,8%. Sedangkan Provinsi
Papua memiliki capaian terendah sebesar 16,6%, diikuti oleh Papua Barat sebesar
29,6%, dan Kalimantan Timur sebesar 65,2%. Informasi terkait capaian desa UCI pada
tahun 2012 menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.24.
Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada
kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun
demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi
yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak
mendapatkan imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1- Campak. Indikator ini
diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap
cakupan imunisasi DPT/HB1.
Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2012 sebesar 3,6%. Angka

159

Profil Kesehatan Indonesia 2012


ini lebih rendah dibandingkan tahun 2011 sebesar 4,4%. DO Rate DPT/HB1-Campak
menunjukkan kecenderungan penurunan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun
2012 yang artinya semakin sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap. Kecenderungan penurunan tersebut dijelaskan pada gambar berikut.
GAMBAR 4.27
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

DO rate DPT/HB1-campak diharapkan agar tidak melebihi 5%. Batas minimum tersebut
telah berhasil dipenuhi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2012
terdapat 15 provinsi dengan DO rate 5. Data dan informasi lebih rinci mengenai drop
out rate cakupan imunisasi pada tahun 2012 DPT/HB1-campak tahun 2012 terdapat
pada Lampiran 4.25.

2. Imunisasi pada Ibu Hamil


Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular,
oleh karena itu program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok ini. Salah satu penyakit
menular yang dapat berakibat fatal dan berkontribusi terhadap kematian ibu dan
kematian anak adalah Tetanus Maternal dan Neonatal. Pemerintah Indonesia melalui
Kementerian Kesehatan berkomitmen terhadap program Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal (Maternal and Neonatal Tetanus Elimination atau MNTE). Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menetapkan status eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal jika terdapat
kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap kabupaten
di suatu negara.

160

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi
tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan
untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah :
1. pertolongan persalinan yang aman dan bersih;
2. cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan
3. penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum.
Pada tahun 2011 telah dilaksanakan Survei Validasi MNTE di regional Kalimantan,
Sulawesi, NTB dan NTT dengan hasil yaitu eliminasi tetanus maternal dan neonatal di
regional tersebut pada periode 1 Juni 2010 sampai dengan 31 Mei 2011 telah tercapai.
Begitu juga dengan regional Jawa dan Bali serta regional Sumatera yang juga telah
mencapai eliminasi.
Cakupan imunisasi TT2+ (ibu hamil yang telah mendapat imunisasi TT minimal 2 dosis)
pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 71,19%. Gambaran cakupan
imunisasi TT2+ untuk ibu hamil menurut provinsi disajikan pada Gambar 4.28.
GAMBAR 4.28
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

161

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada Gambar 4.28 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, provinsi dengan cakupan
imunisasi tertinggi adalah Jawa Barat sebesar 107,63%, diikuti oleh Bali sebesar
100,02%, dan Jambi sebesar 99,71%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi
Papua sebesar 8,63%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 23,01%, dan Nusa Tenggara Timur
sebesar 24,83%. Data dan informasi tentang cakupan imunisasi TT pada ibu hamil yang
dirinci menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4.26.

D. UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT


1. Pengendalian HIV AIDS
HIV dan AIDS menjadi salah satu penyakit menular yang pengendaliannya dipantau
melalui komitmen global MDGs. Kegiatan pengendalian penyakit ini dilakukan melalui
pencegahan infeksi, penularan,

penemuan penderita secara dini yang kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan konseling hingga perawatan dan pengobatan.


Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV dan AIDS terhadap darah
donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna NAPZA dengan suntikan (IDUs),
penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau penelitian pada kelompok berisiko
rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.
Hasil pelaksanaan surveilans HIV dan AIDS selama delapan tahun terakhir terlihat pada
tabel berikut ini.
TABEL 4.1
PENEMUAN PENDERITA HIV DAN AIDS DI INDONESIA TAHUN 2005 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

162

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Pada tabel di atas dapat diketahui adanya peningkatan penemuan kasus baru HIV dan
kasus baru AIDS dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Kasus baru infeksi HIV
meningkat dari 859 kasus menjadi 21.511 kasus. Kasus baru AIDS meningkat dari 2.639
kasus pada tahun 2005 menjadi 5.686 kasus pada tahun 2012. Case Fatality Rate dalam
delapan tahun terakhir menunjukkan penurunan yaitu dari 13,51% pada tahun 2005
menjadi 3,17% pada tahun 2012. Penurunan ini dapat mengindikasikan adanya perbaikan
pada aspek pelayanan kesehatan dalam menyediakan perawatan dan pengobatan.
Dalam rangka mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV dan
AIDS, diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja. Upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS adalah melalui
kampanye "Aku Bangga Aku Tahu" (ABAT). Kampanye ABAT merupakan sosialisasi
mengenai perilaku seksual yang harus dihindari sebelum ada komitmen melalui
pernikahan dan penyadaran tentang cara penularan penyakit HIV dan AIDS. Kegiatan
kampanye untuk tahap pertama dilaksanakan di 10 provinsi terpilih, yaitu DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat,
Sulawesi dan Papua. Selanjutnya, akan diperluas untuk seluruh provinsi di Indonesia.
Dengan demikian diharapkan, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, khususnya
generasi muda, dapat lebih mengenal HIV danAIDS, serta melindungi diri dan orang
lain dari risiko penularan HIVdan AIDS.
Upaya lain yang dilakukan dalam rangka pengendalian HIV dan AIDS yaitu peningkatan
akses masyarakat terhadap pengobatan dan penyediaan layanan terpadu/komprehensif
HIV dan AIDS. Dengan upaya penyediaan layanan terpadu tersebut, upaya pencegahan,
perawatan, dan pelayanan kasus HIV dan AIDS termasuk layanan konseling dan tes,
layanan perawatan, dukungan dan pengobatan, serta pengurangan dampak buruk
dapat dilakukan di satu titik layanan. Upaya terpadu ini disepakati akan diterapkan di
seluruh ASEAN. Di Indonesia, pilot project untuk menerapkan upaya terpadu ini telah
diterapkan di Bogor, Tangerang, dan Singkawang. Jumlah layanan HIV dan AIDS yang
terdapat di Indonesia sampai dengan tahun 2012 yaitu :
1. L ayanan konseling tes HIV sukarela (KTS) sebanyak 503 layanan termasuk
konseling dan tes HIV yang diprakarsai oleh petugas kesehatan
2. Layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) sebanyak 338 layanan
yang aktif melakukan pengobatan ARV terdiri dari 239 RS rujukan PDP (induk)
dan 89 satelit
3. Layanan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) sebanyak 83 layanan

163

Profil Kesehatan Indonesia 2012


4. L ayanan Pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA) sebanyak 105 layanan
5. Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) sebanyak 257 layanan
6. Layanan kolaborasi TB-HIV sebanyak 223 layanan.
Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan pengendalian HIV dan
AIDS terdapat pada Lampiran 4.29 dan 4.30.

2. Pengendalian Penyakit TB Paru


Selain HIV AIDS dan Malaria, Tuberkulosis (TB) juga menjadi salah satu penyakit menular
yang upaya pengendaliannya dinilai pada komitmen global Millenium Development
Goals. MDGs menetapkan TB sebagai bagian dari tujuan di bidang kesehatan yang
terdiri dari :
1. Menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015;
2. Menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi
setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990;
3. Sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan
TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO);
dan
4. Sedikitnya 85% tercapai Succes Rate (SR).
Upaya pengobatan kasus TB dilakukan dengan menerapkan strategi DOTS, yaitu strategi
penatalaksanaan TB yang menekankan pentingnya pengawasan terhadap pasien
TB untuk memastikan pasien menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan sampai
dinyatakan sembuh. Strategi ini direkomendasikan oleh WHO secara global untuk
menanggulangi TB, karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu mencapai
85%.

a. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di Antara Suspek yang Diperiksa


Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya semakin menunjukkan
kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan
dan disembuhkan setiap tahun.
Gambar berikut memperlihatkan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru
selama tahun 2005-2012. Selama delapan tahun terakhir persentase TB Paru BTA+
terhadap suspek TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 13% dan terendah
terjadi pada tahun 2011 dan tahun 2012 sebesar 10%.

164

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.29
PERSENTASE BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA
TAHUN 2005-2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Persentase BTA positif terhadap suspek yang diperiksa dahaknya menggambarkan mutu
dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria
suspek. Angka proporsi pasien baru TB paru BTA positif di antara suspek yang diperiksa
ini sekitar 5-15%. Angka ini bila terlalu kecil (<5%) kemungkinan disebabkan antara lain
karena penjaringan suspek terlalu longgar, banyak orang yang tidak memenuhi kriteria
suspek, atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan
bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan antara lain karena
penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif
palsu).
Proporsi pasien TB Paru BTA Positif di antara suspek yang diperiksa menurut provinsi
tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.30 .

165

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.30
PERSENTASE PASIEN TB PARU BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar ini diketahui bahwa sebagian besar provinsi memiliki persentase BTA
positif terhadap suspek yang diperiksa dahaknya pada kisaran 5-15%. Terdapat 1
provinsi dengan persentase di atas 15% yaitu Maluku Utara sebesar 16%.

b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate/CDR) dan Angka
Keberhasilan Pengobatan (Success Rate/SR)
Case Detection Rate atau angka penemuan kasus TB Paru BTA+ merupakan indikator
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan upaya pendeteksian kasus. Indikator ini
menggambarkan proporsi antara penemuan TB Paru BTA+ terhadap jumlah perkiraan
kasus TB Paru. Indikator lain yang digunakan dalam upaya pengendalian TB adalah
Success Rate atau angka keberhasilan pengobatan.
CDR menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 2001 sampai dengan
tahun 2012, yaitu dari 21% menjadi 82,38%. Angka ini telah melampaui target Renstra
Kemenkes tahun 2012 sebesar 80%. Indikator angka keberhasilan (SR) juga menunjukkan
peningkatan, yaitu dari 87% pada tahun 2001 menjadi 90,2% pada tahun 2012. Angka
keberhasilan pengobatan (SR) ini juga telah memenuhi target keberhasilan pengobatan
yang distandarkan oleh WHO yaitu minimal 85%. Keberhasilan pengobatan TB paru
ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan
laboratorium.

166

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.31
PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2001-2012

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2012

Gambaran capaian SR pada tingkat provinsi menunjukkan bahwa terdapat 23 provinsi


memiliki capaian melebihi target minimal WHO sebesar 85%. Capaian SR pada tahun
2012 di 33 provinsi disajikan pada gambar berikut.
GAMBAR 4.32
PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TB PARU
(SUCCESS RATE) DI INDONESIA TAHUN 2012 (PENGOBATAN TAHUN 2011)

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

167

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada gambar di atas nampak bahwa Provinsi Banten memiliki capaian tertinggi sebesar
98,3% diikuti oleh Gorontalo sebesar 96,6%, dan Sulawesi Utara sebesar 95,4%.
Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua Barat sebesar 43,7% diikuti
oleh Papua sebesar 76% dan Kepulauan Riau sebesar 77,8%. Data dan Informasi lebih
rinci menurut provinsi terkait pengendalian TB paru, terdapat pada Lampiran 4.31.

3. Pengendalian Penyakit Malaria


Millenium Development Goals (MDGs) juga memantau keberhasilan pengendalian
penyakit malaria melalui tujuan ke-6 yaitu memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit
menular lainnya. Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat khususnya
yang terkait dengan resistensi Plasmodium falciparum terhadap pengobatan klorokuin.
Permasalahan lainnya yang menyebabkan malaria masih menjadi beban kesehatan
masyarakat adalah meluasnya daerah perindukan vektor akibat perubahan lingkungan,
penambahan jumlah vektor akibat perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan
lebih panjang daripada musim kemarau, dan peningkatan penularan karena mobilitas
penduduk yang tinggi.
Salah satu bentuk komitmen pemerintah terhadap upaya pengendalian malaria, telah
diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/
SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia. Eliminasi
malaria bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas
dari penularan malaria secara bertahap sampai dengan tahun 2030. Penetapan sasaran
wilayah eliminasi malaria dilaksanakan secara bertahap. Wilayah tersebut yaitu :
1. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali, dan pulau Batam pada
tahun 2010;
2. Pulau Jawa, Provinsi Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015;
3. Pulau Sumatera (kecuali Provinsi Aceh dan Kepulauan Riau), Provinsi NTB,
Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi pada tahun 2020; dan
4. Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara
pada tahun 2030.
Eliminasi malaria memiliki kegiatan utama yang terdiri dari :
1. Peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan pengobatan
malaria
2. Penjaminan kualitas diagnosis malaria melalui pemeriksaan laboratorium

168

SITUASI UPAYA KESEHATAN


maupun Rapid Diagnostic Test (RDT)
3. Perlindungan terhadap kelompok rentan terutama ibu hamil dan balita di
daerah endemis tinggi
4. Penguatan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilens kasus malaria
5. Intervensi vektor termasuk surveilans vektor
6. Penguatan sistem pengelolaan logistik Malaria
Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua suspek malaria dilakukan
pemeriksaan sediaan darahnya baik secara mikroskopis (laboratorium) maupun dengan
Rapid Diagnosis Test (RDT) Malaria. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012,
pemeriksaan sediaan darah terhadap jumlah suspek malaria terus meningkat secara
signifikan yaitu pada tahun 2008 sebesar 48% meningkat menjadi 93% pada tahun 2012
seperti yang ditampilkan pada gambar berikut ini.
GAMBAR 4.33
PERSENTASE PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH SUSPEK MALARIA
TAHUN 2008 - 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Setiap tersangka malaria diharapkan menjalani pemeriksaan sediaan darah dan apabila
hasilnya positif maka diobati menggunakan Artemisinin-based Combination Therapy
(ACT). Cakupan kasus yang dinyatakan positif dan mendapatkan pengobatan, diukur
melalui indikator persentase penderita malaria yang diobati. Persentase penderita
malaria yang diobati adalah persentase penderita malaria yang diobati sesuai pengobatan
standar dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah kasus malaria positif
dalam tahun tersebut. Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 81,78%. Angka

169

Profil Kesehatan Indonesia 2012


ini lebih besar dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 66,3%. Pengobatan terhadap
penderita positif malaria belum 100% karena masih adanya pengobatan malaria dengan
menggunakan obat selain ACT (misal khloroquin) dan larangan konsumsi ACT bagi ibu
hamil trimester pertama.

4. Pengendalian Penyakit ISPA


Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, terutama di negara
berkembang, di mana 1 orang balita meninggal tiap 20 detik atau 3 orang per menit
(Unicef, 2006). Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi (post
neonatal) karena pneumonia sebesar 12,7% dan pada anak balita sebesar 13,2%.
Pada klasifikasi pengendalian ISPA berdasarkan golongan umur terdapat 2 kelompok,
yaitu golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun, dan golongan umur < 2 bulan. Pneumonia
pada golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun ditetapkan 3 klasifikasi yaitu ; Pneumonia,
Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia. Pada golongan umur < 2 bulan ditetapkan
2 klasifikasi yaitu Pneumonia Berat dan Batuk Bukan Pneumonia.
Semua kasus ISPA yang ditemukan harus ditatalaksana sesuai standar, dengan demikian
angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan penatalaksanaan kasus
ISPA. Cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita merupakan persentase
jumlah penderita pneumonia pada balita baik Pneumonia Berat maupun Pneumonia
terhadap jumlah target penemuan pneumonia balita. Target penemuan pneumonia
balita tersebut ditentukan berdasarkan proporsi 10% dari jumlah seluruh balita. Upaya
penemuan pneumonia balita sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 disajikan
pada gambar berikut.

170

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.34
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2005 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Gambar di atas menunjukkan bahwa cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun
2012 sebesar 23,42%. Cakupan ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan cakupan
penemuan tahun 2011 yang sebesar 23,98%%.
Cakupan penemuan penderita pneumonia belum memenuhi target yang ditentukan
sejak tahun 2005 hingga tahun 2012. Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan
cakupan penemuan Pneumonia balita di puskesmas yaitu:
1. Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di poliklinik belum terlatih
karena keterbatasan dana dan mutasi petugas yang tinggi.
2. Manajemen data:
a. Under reported yang disebababkan karena kerancuan antara diagnosa kerja
dan klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk Bukan Pneumonia/
ISPA biasa), sehingga banyak kasus pneumonia dimasukkan ke dalam ISPA
biasa.
b. Keterlambatan pelaporan secara berjenjang
3. Pengendalian pneumonia balita masih berbasis Puskesmas. Data kasus pneumonia
belum mencakup RS Pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan sarana kesehatan
lain.
4. Pada beberapa kabupaten dan provinsi masih terjadi kesalahan perhitungan target
cakupan.

171

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Informasi lebih rinci mengenai penemuan pneumonia pada balita dapat dilihat pada
Lampiran 4.32.

5. Pengendalian Penyakit Kusta


Dalam upaya pengendalian penyakit kusta digunakan dua indikator utama yaitu angka
penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR),dan angka cacat tingkat II.
Indikator NCDR menggambarkan besarnya masalah kusta dalam satu wilayah dan satu
waktu sedangkan angka cacat tingkat II menggambarkan perubahan dalam penemuan
kasus baru kusta. Tabel berikut menampilkan indikator NDCR per 100.000 penduduk
dan angka kecacatan tingkat II.
TABEL 4.2
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR)
DAN ANGKA CACAT TINGKAT II KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2004 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI


Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller, NCDR = New Case Detection Rate

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa NCDR per 100.000 penduduk tahun 2012
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 8,3 per 100.000 penduduk
menjadi 7,76 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka cacat tingkat II menunjukkan
peningkatan yaitu dari 0,84 pada tahun 2011 menjadi 0,87 per 100.000 penduduk pada
tahun 2012. Penurunan angka penemuan kasus baru dan peningkatan angka cacat
tingkat II ini dapat diartikan semakin terlambat kasus baru ditemukan maka kecacatan
yang terjadi pada kasus baru akan semakin tinggi.

172

SITUASI UPAYA KESEHATAN

6. Pengendalian Penyakit Polio


Pada tahun 1988, sidang ke-41 WHA (World Health Assembly) telah menetapkan program
eradikasi polio secara global (global polio eradication initiative) yang ditujukan untuk
mengeradikasi penyakit polio pada tahun 2000. Kesepakatan ini diperkuat oleh sidang
World Summit for Children pada tahun 1989, di mana Indonesia turut menandatangani
kesepakatan tersebut.
Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus Polio liar indigenous selama 3
tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan surveilans AFP yang sesuai
standar sertifikasi. Dasar pemikiran Eradikasi Polio adalah:
a. Manusia satu-satunya reservoir dan tidak ada longterm carrier pada manusia.
b. Sifat virus polio yang tidak tahan lama hidup di lingkungan.
c. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas >90% dan mudah dalam
pemberian.
d. Layak dilaksanakan secara operasional.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio dilakukan melalui imunisasi rutin,
imunisasi tambahan, surveilans AFP, dan pengamanan virus polio liar di laboratorium.
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh
layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok rentan terhadap
penyakit polio. Tujuan surveilans AFP antara lain mengidentifikasi daerah risiko
tinggi untuk terjadinya transmisi virus polio, memantau kemajuan program eradikasi
polio, dan membuktikan Indonesia bebas polio. Penemuan kasus dalam surveilans
AFP dilaksanakan melalui surveilans aktif di RS dan surveilans berbasis masyarakat.
Surveilans AFP dilaksanakan secara intensif pada tahun 1997. Pada tahun 2002, Ditjen
PPPL menetapkan adanya Petugas Surveilans Khusus AFP di tingkat provinsi.
Salah satu indikator untuk mengukur kinerja surveilans AFP adalah Non Polio AFP rate
2 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Pada tahun 2012, Non Polio AFP rate di Indonesia
sebesar 2,77 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Meskipun mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2011, indikator ini telah memenuhi target. Terdapat 32 provinsi
yang telah memenuhi target tersebut pada tahun 2012 seperti yang ditampilkan pada
gambar berikut ini.

173

Profil Kesehatan Indonesia 2012

GAMBAR 4.35
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK USIA < 15 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa provinsi dengan capaian penemuan tertinggi
adalah Gorontalo sebesar 7,33 per 100.000 penduduk, diikuti oleh Nusa Tenggara
Timur sebesar 5,33 per 100.000 penduduk, dan DI Yogyakarta sebesar 5 per 100.000
penduduk. Provinsi dengan cakupan penemuan terendah adalah Maluku Utara sebesar
1,5 per 100.000 penduduk diikuti oleh Sulawesi Barat dan Kalimantan Tengah masingmasing sebesar 2 per 100.000 penduduk.
Indikator lain yang juga digunakan untuk menilai penemuan kasus AFP adalah persentase
spesimen adekuat 80%, artinya minimal 80% spesimen tinja penderita harus sesuai
dengan persyaratan yaitu diambil 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen
2-8C sampai di laboratorium. Capaian indikator spesimen adekuat secara nasional
pada tahun 2012 telah mencapai target yaitu sebesar 89,6%.

174

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.36
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Dari 33 provinsi, terdapat 3 provinsi yang spesimen adekuatnya mencapai 100%, yaitu
Sumatera Utara, Bengkulu, dan Maluku. Namun, ada 6 provinsi dengan spesimen adekuat
< 80% yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara,
Papua, dan Papua Barat.
Pencapaian indikator surveilans AFP dan persentase spesimen adekuat selama tahun
20032012 dapat dilihat pada gambar 4.37.
Gambar 4.37 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan non polio AFP rate
per 100.000 anak usia < 15 tahun. Non polio AFP rate pada tahun 2003 sebesar
1,21 meningkat menjadi 2,77 pada tahun 2012. Indikator penemuan kasus ini telah
memenuhi target dalam kurun waktu tersebut. Keterwakilan kondisi lapangan pada
hasil pemeriksaan yang tercermin dalam persentase spesimen yang adekuat juga
menunjukkan peningkatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012, dari 79,1%
menjadi 89,6%. Indikator ini telah memenuhi target minimal 80% sejak tahun 2003
sampai dengan tahun 2012.

175

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.37
PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Untuk kasus AFP dengan spesimen tidak adekuat atau hasil laboratorium menunjukan
virus polio vaksin positif, perlu dilakukan kunjungan ulang 60 hari setelah kelumpuhan
untuk memastikan ada/tidaknya residual paralysis (sisa kelumpuhan). Pada tahun 2012,
capaian indikator kunjungan ulang 60 hari secara nasional belum mencapai target
( 80%) yaitu sebesar 76%. Namun, di beberapa provinsi, indikator tersebut telah
mencapai 100%. Data dan informasi lebih rinci terkait upaya pengendalian AFP terdapat
pada Lampiran 4.33.

7. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Dengue yang menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit
ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat karena fatalitasnya dalam
menyebabkan kematian dan kerapnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi pada bulan
tertentu.
Upaya pengendalian penyakit DBD secara umum terdiri dari :
1. Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor;
2. Diagnosis dini dan pengobatan dini; dan

176

SITUASI UPAYA KESEHATAN


3. Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.
Upaya pemberantasan vektor dilakukan melalui kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Kegiatan ini dilakukan melalui pengasapan dengan insektisida dalam 2
siklus. Pada siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue dan nyamuknyamuk lainnya akan mati. Namun, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang berasal
dari jentik yang memang tidak dapat dibasmi pada siklus pertama. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan 1 minggu
sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk yang baru tersebut akan terbasmi
sebelum sempat menularkan kepada orang lain. Untuk mengetahui efektivitas PSN
maka dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB). Kegiatan PJB menghasilkan indikator
Angka Bebas Jentik (ABJ) yang menggambarkan kepadatan jentik. Capaian ABJ pada
tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu dari 76,2% menjadi
79,3%. Gambaran capaian ABJ dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 ditampilkan
pada gambar berikut ini.
GAMBAR 4.38
ANGKA BEBAS JENTIK/ABJ (%) DI INDONESIA
TAHUN 2008-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa ABJ dalam 5 tahun terakhir belum
memenuhi target 95%. Namun demikian pelaporan data ABJ belum mencakup seluruh
wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu, belum semua puskesmas melaksanakan
kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) secara rutin karena keterbatasan alokasi
anggaran di daerah.

177

Profil Kesehatan Indonesia 2012

8. Pengendalian Penyakit Filariasis


Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam (NTD/
Neglelected Tropical Disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar luas di perdesaan dan perkotaan
dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.
Dengan berbagai akibat tersebut, saat ini penyakit kaki gajah telah menjadi salah satu
penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi dan diprakarsai oleh WHO sejak tahun
1999. Komitmen tersebut diperkuat pada tahun 2000 melalui keputusan WHO dengan
mendeklarasikan The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public
Health Problem by the Year 2020. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis
sebagai bagian dari eliminasi filariasis global melalui 2 pilar kegiatan yaitu :
1. Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk
di kabupaten endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama minimal 5
tahun berturut-turut, guna memutus rantai penularan.
2. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi Kecacatan.
Dengan ditetapkannya kabupaten/kota sebagai Implementation Unit (IU) dalam program
eliminasi filariasis sejak tahun 2005, maka ketika suatu kabupaten/kota dinyatakan
endemis filariasis, dengan demikian kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan
untuk memutus rantai penularan. Sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk
di kabupaten/kota tersebut kecuali anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang
sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut, dan balita
dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.
Pada tahun 2012 terdapat 300 kabupaten/kota yang dinyatakan endemis filariasis. Dari
jumlah tersebut, hanya 87 kabupaten/kota yang melaksanakan Pemberian Obat Massal
Pencegahan (POMP) Filariasis dan 32 kabupaten/kota yang telah selesai melaksanakan
POMP Filariasis selama 5 tahun berturut-turut. Belum semua kabupaten endemis
filariasis melaksanakan POMP, hal ini disebabkan masih belum maksimalnya komitmen
Pemerintah Daerah dalam menyediakan biaya operasional POMP Filariasis selama
minimal 5 tahun berturut- turut yang menjadi tanggung jawab Pemda, sedangkan
tanggung jawab Pemerintah Pusat adalah menyediakan obat.

178

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.39
CAKUPAN PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2005-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Berdasarkan gambar 4.39 diketahui bahwa terdapat peningkatan cakupan pengobatan


massal pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011. Target POMP filariasis pada tahun
2012 adalah 33.688.840 dan cakupan yang dicapai adalah 19.0490.000 (56,5%). Advokasi
kepada pemangku kebijakan di kabupaten/kota diperlukan untuk mendapatkan
komitmen dan kesinambungan penganggaran sehingga cakupan pengobatan dapat
ditingkatkan. Dengan demikian tujuan eliminasi filariasis di Indonesia tahun 2020 dapat
dicapai.
Kegiatan tatalaksana kasus klinis filariasis harus dilakukan pada semua penderita.
Tatalaksana ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan
agar penderita menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan
status rekam medis yang disimpan di Puskesmas dan mendapatkan kunjungan dari
petugas kesehatan minimal 6 kali dalam setahun.
Jumlah kasus ditatalaksana pada tahun 2012 sebanyak 5.409 kasus dari 11.903 jumlah
kasus. Gambaran penatalaksanaan kasus klinis filariasis dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2012 disajikan pada gambar berikut ini.

179

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.40
PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2006-2012

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Gambar di atas menunjukan adanya penurunan persentase kasus klinis filariasis yang
ditatalaksana, yaitu dari 45,57% pada tahun 2011 menjadi 45,44% pada tahun 2012.
Kasus klinis filariasis yang ditatalaksana masih dibawah 50%, hal ini memperlihatkan
kegiatan penatalaksanaan kasus klinis kurang berjalan dengan baik.

9. Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) yang
menjadi tanggung jawab Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Ditjen
PPPL meliputi sebagai berikut : hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit
jantung hipertensi, stroke, gagal jantung, penyakit jantung koroner (PJK), kardiomiopathy,
penyakit jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan infark miocard akut. Prioritas
program pengendalian tahun 2012 memperhatikan pada pengendalian faktor risiko PJPD
berbasis masyarakat, deteksi dini, dan jejaring kerja dengan tahapan kegiatan sebagai
berikut :
1. Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK). Sampai dengan tahun 2012,
NSPK yang telah disusun berupa :
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor854/MENKES/SK/IX/2009 Tentang
Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

180

SITUASI UPAYA KESEHATAN


b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 853/MENKES/SK/IX/2009 Tentang
Jejaring Kerja Nasional
c. Buku pedoman Pengendalian Hipertensi pada Ibu Hamil
d. Buku Deteksi Dini Faktor Risiko penyakit Jantung dan pembuluh Darah
e. Revisi Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung (Hipertensi, Stroke)
f.

Pedoman Asupan Kadar Gula, Garamdan Lemak dalam Rangka Pengendalian


PJPD

2. Pengembangan SDM yang terdiri dari Training of Trainers (TOT) di 17 wilayah, dan
kalakarya di lokasi pelaksanaan bimbingan teknis dan sosialisasi.
3. Penyediaan alat stimulan berupa masscrening yang terdiri dari timbangan badan,
alat ukur tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, cardiochek, dan EKG yang
didistribusikan ke 33 provinsi.
4. Surveilans Epidemiologi. Kegiatan ini berupa penemuan dan tatalaksana penyakit
jantung dan pembuluh darah. Salah satu kegiatan pokok pengendalian penyakit
jantung dan pembuluh darah yaitu penemuan dan tatalaksana yang dilaksanakan
melalui deteksi dini faktor risiko. Lokasi deteksi dini yang dilakukan pada tahun
2010 adalah Bireuen, Kota Cimahi, Pontianak, Lamongan, Badung, Kota Balikpapan,
Kota Pare Pare, dan Kota Banjar Baru.
5. Pengendalian factor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis
masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan peran serta masyarakat. Kegiatan
ini dilakukan dengan melatih kader-kader Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di 17
provinsi dan 36 kabupaten/kota.
6.. Jejaring kerja berdasarkan faktor risiko PJPD. Kegiatan ini dilakukan dengan menjalin
kerjasama dengan lintas sektor, lintas program dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).

10. Pengendalian Penyakit Kanker


Program pengedalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker, tetapi saat ini
masih diprioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan
kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan peningkatan
komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini
dan tatalaksana yang dilakukan di Puskesmas dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini
kanker leher rahim menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan

181

Profil Kesehatan Indonesia 2012


krioterapi untuk IVA (lesi pra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker
payudara menggunakan metode Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier
dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan kesehatan
yang menangani kanker dan pembentukan kelompok survivor kanker di masyarakat.
Pada tahun 2011, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah
dikembangkan di 87 kabupaten/kota di 17 provinsi, dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 115 kabupaten/kota di 23 provinsi. Provinsi yang sebagian kabupaten/kotanya
telah mengembangkan program deteksi dini tersebut sejak tahun 2010 sampai dengan
tahun 2012 disajikan pada tabel berikut ini.
TABEL 4.3
PROVINSI DENGAN KABUPATEN/KOTA
YANG MENGEMBANGKAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
DAN KANKER LEHER RAHIM

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Menurut data Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (SriKanDI) tahun 2005-2007


menunjukkan bahwa estimasi insiden kanker pada anak (0-17 tahun) sebesar 9 per
100.000 anak-anak. Leukemia merupakan kanker tertinggi pada anak sebesar 2,8 per
100.000, kanker bola mata/retinoblastoma 2,4 per 100.000, osteosarkoma 0,97 per
100.000, limfoma 0,75 per 100.000, kanker nasopharing 0,43 per 100.000. Kasus kanker
pada anak-anak sebesar 4,7% dari kanker pada semua umur. Angka kematian akibat
kanker ini mencapai 50-60% karena pada umumnya penderita datang terlambat atau
sudah dalam stadium lanjut.

182

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Sejak tahun 2011 dikembangkan program deteksi dini kanker pada anak yang meliputi
6 jenis kanker pada anak, yaitu leukemia (kanker darah), retinoblastoma (kanker bola
mata), kanker nasopharink (nasofaring), neuroblastoma (kanker pada saraf), lymphoma
malignum (kanker kelenjar getah bening), dan osteosarcoma (kanker tulang). Program
ini dikembangkan dengan deteksi dini yaitu mengenal tanda dan gejala sejak dini yang
dilaksanakan di puskesmas dan rujukan ke rumah sakit untuk setiap temuan kelainan
curiga kanker pada anak. Pengembangan dimulai dengan membuat NSPK untuk
pengendalian kanker anak, seperti pedoman dan buku saku. Sedangkan pada tahun
2012 dilakukan sosialisasi dan peningkatan SDM di 7 provinsi.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit kanker antara lain :
1. P
encegahan dan pengendalian faktor risiko.

Sampai dengan tahun 2012 telah banyak disusun Pedoman Pengendalian Penyakit
Kanker yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan berbagai pihak yang terlibat
dalam pengendalian kanker. Pengendalian faktor risiko kanker juga dilakukan
dengan memberikan konseling dan penyuluhan bagi perempuan yang melakukan
deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di Puskesmas. Sampai tahun 2012
terdapat layanan konseling di 115 kabupaten/kota pada 23 provinsi.
2. Penemuan dan tatalaksana kasus.

Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih diprioritaskan pada
2 kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim.
Program ini dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program
nasional yang dicanangkan oleh Ibu Negara pada 21 April 2008. Program tersebut
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP).
Program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah dikembangkan
di 16 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten,
Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan.

3. Peningkatan surveilans epidemiologi.


Dalam upaya meningkatkan kualitas surveilans epidemiologi penyakit kanker, agar


diperoleh data kanker yang valid dan tidak ada duplikasi pencatatan di masyarakat,
maka dikembangkan modeling registrasi kanker berbasis populasi di DKI Jakarta.
Program tersebut akan dikembangkan ke daerah lain di Indonesia. Sampai tahun
2012, registrasi di DKI Jakarta telah dilaksanakan di 79 Rumah Sakit, 2 klinik, 90

183

Profil Kesehatan Indonesia 2012


laboratorium patologi, dan 34 Puskesmas kecamatan yang membawahi 301
Puskesmas kelurahan.
4. Peningkatan jejaring kerja dan kemitraan.

Dalam mengembangkan program pengendalian kanker di Indonesia, Kementerian


Kesehatan bekerja sama dengan lintas sektor terkait, pemerintah daerah, organisasi
profesi, LSM dalam dan luar negeri, dan pihak-pihak lainnya. Kerjasama ini
diantaranya diwujudkan dalam penyusunan rencana kerja 5 tahun (2010-2014), yaitu
Indonesian Cancer Control Program (ICCP) yang disusun dari rencana kerja semua
pihak yang diintegrasikan. Rencana kerja tersebut meliputi aspek pencegahan,
deteksi dini, diagnosis dan pengobatan, pelayanan paliatif, surveilans epidemiologi,
riset/penelitian, support dan rehabilitasi. Rencana kerja ini diharapkan menjadi
acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana kegiatan pengendalian
kanker di masing-masing daerah.

11. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik


Ruang lingkup pengendalian penyakit diabetes melitus dan penyakit metabolik yang
ditangani oleh Subdirektorat Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik
adalah : diabetes melitus, obesitas, gangguan kelenjar tiroid, dislipidemia, gangguan
metabolisme kalsium, gangguan sekresi korteks adrenal, dan gangguan kelenjar
hipotalamus.
Diabetes melitus disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, dan stress. Tujuan program pengendalian diabetes melitus dan penyakit
metabolik adalah terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit tidak menular dengan melibatkan
pengelola program pusat, daerah, UPT, lintas program, lintas sektor, organisasi profesi,
LSM dan masyarakat.
Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah dilaksanakan
terdiri dari pokok-pokok kegiatan yaitu :
1. Penyusunan pedoman

184

Tahun 2010 telah disusun 7 pedoman dengan revisi sebanyak 3 kali. Pada tahun
2012 dilakukan penyusunan tiga Pedoman Pengendalian DM yaitu : Pengendalian
DM Tipe 1 di Puskesmas, Pedoman Pengendalian DM Gestasional di Puskesmas dan
Petunjuk Teknis Pengendalian DM di Puskesmas.

SITUASI UPAYA KESEHATAN


2. Peningkatan kapasitas SDM.

Upaya ini telah dilakukan melalui TOT deteksi dini dan tatalaksana diabetes melitus
dan penyakit metabolik di 16 provinsi. Selain itu juga dilaksanakan pelatihan
terhadap 180 dokter spesialis penyakit dalam dan 180 dokter umum di 6 kota, yaitu
Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar.

3. Menjalin kemitraan

Upaya lain terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah menjalin
kemitraan dengan lintas program/lintas sektor melalui pembentukan jejaring
kelompok kerja diabetes melitus, pengembangan partisipasi masyarakat dalam
pengendalian diabetes dan penyakit metabolik di 33 provinsi, serta pengembangan
Forum Diabetes Melitus di Indonesia. Pada tahun 2010 di bentuk Project Partnership
Agreement (PPA) antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui
Ditjen PPPL dengan World Diabetes Foundation (WDF) yaitu lembaga swasta
dunia yang berdedikasi dalam pencegahan dan pengobatan diabetes melitus di
negara berkembang. Tujuan dari kerja sama ini adalah melakukan intervensi pada
masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian diabetes melitus beserta
faktor risikonya.

E. UPAYA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN


1. Ketersediaan Obat dan Vaksin
Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat telah ditetapkan antara
lain dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Sistem Kesehatan
Nasional (SKN), dan Kebijakan Obat Nasional (KONAS). Dalam upaya pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin
khasiatnya, aman, efektif, dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses
adalah sasaran yang harus dicapai.
Di dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, dinyatakan bahwa sasaran
hasil program kefarmasian dan alat kesehatan adalah meningkatnya sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator
tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2014 yaitu persentase ketersediaan obat
dan vaksin sebesar 100%. Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, salah satu kegiatan
yang dilakukan yaitu peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan
kesehatan dasar.

185

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dibutuhkan data manajemen pengelolaan
obat publik dan perbekalan kesehatan dari tiap provinsi yang dititikberatkan kepada
ketersediaan obat esensial generik di seluruh wilayah Indonesia.
Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat ketersediaan
obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan
Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah
dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa
yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu
kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi pemerintah pusat
untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya
laporan secara periodik yang dikirim oleh provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah
pusat untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan. Adanya data
ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan
prioritas bantuan maupun intervensi program di masa yang akan datang.
GAMBAR 4.41
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

186

Foto: Pusat Komunikasi Publik

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Proses pengujian tanaman obat di Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu - Jawa Tengah

Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia dilakukan


pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya
merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat
yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau
adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan
kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar.
Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2012 memiliki target sebesar
90%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Binfar dan Alkes didapatkan
persentase ketersediaan rata-rata nasional pada tahun 2012 sebesar 92,85%. Dengan
demikian apabila dibandingkan dengan target Tahun 2012 sebesar 90%, maka capaian
kinerja indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah sebesar
103,17%.
Data yang dilaporkan adalah data per tanggal 30 November tahun 2012. Terdapat
sebanyak 26 Provinsi yang melaporkan data, sedangkan 7 provinsi tidak melaporkan
datanya. Gambaran ketersediaan obat dan vaksin di tiap provinsi dapat dilihat pada
gambar 4.41.

187

Profil Kesehatan Indonesia 2012

2. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Indikator terkait pemanfaatan obat yang juga dinilai dalam Renstra Kementerian
Kesehatan adalah persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
yaitu di puskesmas dan rumah sakit. Pada tahun 2012, rata-rata penggunaan obat
generik di fasilitas pelayanan kesehatan adalah 82,8%. Angka ini telah memenuhi target
Renstra tahun 2012 sebesar 70%. Sebanyak 32 provinsi telah memenuhi target tersebut
seperti yang disajikan pada gambar 4.42.
GAMBAR 4.42
PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2012

Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan menurut provinsi


menunjukkan gambaran bahwa penggunaan tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi
Barat sebesar 93,4% diikuti oleh Riau sebesar 92,6%, dan Kepulauan Riau sebesar
92%. Persentase penggunaan obat generik terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta
sebesar 69,1% diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 71,9 dan DKI Jakarta sebesar
73,6%. Data dan informasi mengenai ketersedian obat dan vaksin serta penggunaan
obat generik menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.39, dan 4.40.

188

SITUASI UPAYA KESEHATAN

F. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT


Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi
dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus
kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini telah memberikan banyak manfaat
bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di
Puskesmas dan jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan
perlindungan finasial dari pengeluaran kesehatan akibat sakit.
Pelaksanaan program Jamkesmas 2012 merupakan kelanjutan pelaksanaan tahun 2011
dengan penyempurnaan dan peningkatan terhadap aspek kepesertaan, pelayanan
kesehatan, pendanaan dan organisasi manajemen. Penyelenggarannya diatur dalam
Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40
tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Jumlah peserta Jamkesmas pada tahun 2012 berjumlah 76.400.000 jiwa yang terdiri
dari masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak mampu. Jumlah tersebut terdiri atas
73.726.290 jiwa kepesertaan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota dan
selebihnya adalah peserta di luar SK Bupati/Walikota yang berjumlah 2.673.710 jiwa.
Kepesertaan di luar SK Bupati/Walikota terdiri dari gelandangan, pengemis, anak
terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban bencana pasca tanggap darurat,
peserta program keluarga harapan (PKH), dan penderita thalasemia mayor.
Sejak tahun 2008 hingga 2012 sasaran Jamkesmas adalah tetap yaitu 76,4 juta jiwa.
Provinsi dengan jumlah sasaran terbesar adalah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa
Barat. Program Jamkesmas melingkupi pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan
pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Kunjungan di pelayanan kesehatan di
Puskesmas terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat
Pertama (RITP). Sedangkan kunjungan di pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri
dari Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Gambar
berikut ini menyajikan jumlah kunjungan peserta Jamkesmas di puskesmas dan rumah
sakit.

189

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 4.43
PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 4.43 nampak bahwa jumlah kunjungan peserta Jamkesmas pada pelayanan
kesehatan tingkat pertama di Puskesmas menggambarkan bahwa jumlah kunjungan
rawat jalan jauh lebih besar dibandingkan rawat inap. Pola yang sama juga nampak pada
layanan kesehatan tingkat lanjut di rumah sakit, yaitu jumlah kunjungan rawat jalan
lebih besar dibandingkan rawat inap.
Pada tahun 2012, terdapat 74,01 juta peserta jamkesmas ke pelayanan kesehatan
rawat jalan, meliputi 68,33 juta kunjungan rawat jalan tingkat pertama dan 5,69 juta
kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Sedangkan gambaran pada pelayanan kesehatan
rawat inap adalah sebanyak 4,38 juta yang terdiri dari 3,15 juta kunjungan rawat inap
tingkat pertama dan 1,23 juta kunjungan rawat inap tingkat lanjut. Secara umum, jumlah
kunjungan di pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut pada tahun 2012
lebih tinggi dibandingkan jumlah kunjungan pada tahun 2011, seperti yang tampak
pada gambar 4.44.
Sejak tahun 2011 telah dilakukan perluasan program Jamkesmas dengan diluncurkannya
Jaminan Persalinan (Jampersal) sesuai dengan surat edaran Menkes RI Nomor TU/
Menkes/E/391/II/2011 tentang Jaminan Persalinan. Jampersal adalah pembiayaan
pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

190

SITUASI UPAYA KESEHATAN


GAMBAR 4.44
PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir. Jampersal melingkupi seluruh ibu yang belum memiliki jaminan kesehatan.
Jumlah kunjungan Jampersal tertinggi terdapat pada pelayanan pasca persalinan
sebanyak 5.458.072 kunjungan, diikuti oleh pelayanan pada Ante Natal Care (K1 dan
K4) sebesar 4.694.819 kunjungan. Sedangkan persalinan normal berada di urutan ke-3
tertinggi yaitu 1.718.001 kunjungan. Kunjugan pada ANC yang tinggi diharapkan dapat
membantu menurunkan komplikasi maternal dan neonatal serta kematian ibu dan
anak melalui pendeteksian dini kehamilan berisiko tinggi. Data dan informasi lebih rinci
menurut provinsi mengenai cakupan pelayanan Jamkesmas dan Jampersal terdapat
pada Lampiran 4.34-4.37.

191

Pelayanan Kesehatan Siaga di Pelabuhan

Foto: Pusat Komunikasi Publik

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

alah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan


yang berkualitas yaitu sumber daya kesehatan, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab sumber daya

kesehatan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan


pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), Rumah Sakit (RS), sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat
kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), serta institusi
pendidikan tenaga kesehatan.

1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


Puskesmas, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, merupakan unit pelaksana teknis (UPT) dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1) pusat
pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan
primer. Wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah kerja administratif, yaitu satu
wilayah kecamatan, atau beberapa desa/kelurahan di satu wilayah kecamatan dan di

194

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


setiap kecamatan harus ada minimal satu unit Puskesmas. Dasar pertimbangan untuk
membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas antara lain faktor luas wilayah,
kondisi geografis, dan kepadatan penduduk.
Sampai dengan akhir tahun 2012, jumlah Puskesmas di Indonesia yang tercatat
sebanyak 9.510 unit, dengan rincian Puskesmas perawatan sejumlah 3.152 unit dan
Puskesmas non perawatan sejumlah 6.358 unit. Jumlah ini meningkat dari tahun 2011
dengan peningkatan jumlah Puskesmas berkisar 2-4% setiap tahunnya. Kecenderungan
kenaikan jumlah Puskesmas terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia, meskipun
terdapat beberapa provinsi yang tidak mengalami kenaikan jumlah Puskesmas dalam
kurun waktu 2 tahun terakhir yaitu Provinsi Bengkulu dan DI Yogyakarta. Dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas dibantu satu
atau beberapa Puskesmas pembantu. Gambar 5.1 memperlihatkan jumlah Puskesmas
tahun 2008 sampai dengan 2012.
GAMBAR 5.1
JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2008 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

Untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap Puskesmas, salah satu indikator


yang digunakan yaitu rasio Puskesmas per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu 2008
hingga 2012, rasio Puskesmas menunjukkan adanya peningkatan. Rasio Puskesmas per
100.000 penduduk pada tahun 2008 sebesar 3,74 dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 3,89 Puskesmas. Peningkatan ini merupakan salah satu upaya pemerataan
Puskesmas dalam menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya, seperti terlihat
pada Gambar 5.2.

195

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 5.2
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi menunjukkan bahwa rasio
tertinggi pada tahun 2012 adalah di Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 15,67, sedangkan
rasio terendah di Provinsi Banten, yaitu sebesar 2,03. Provinsi-provinsi di kawasan timur
Indonesia menunjukkan rasio yang cukup tinggi di atas angka rata-rata nasional, hal ini
diperkirakan karena wilayah kerja yang luas namun jumlah penduduk relatif sedikit.
Terdapat 5 lima provinsi dengan rasio Puskesmas per 100.000 penduduk berada di
bawah 3,0 yaitu Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Angka
tersebut menunjukkan bahwa satu Puskesmas di 5 provinsi tersebut rata-rata melayani
lebih dari 30.000 penduduk. Upaya untuk mengatasi hal tersebut dimungkinkan untuk
penambahan Puskesmas, meskipun di 5 provinsi tersebut banyak fasilitas pelayanan
kesehatan dasar lainnya, namun yang perlu menjadi perhatian adalah fungsi Puskesmas
sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Gambaran rasio Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi
pada tahun 2012 terdapat pada Gambar 5.3. Rincian jumlah dan rasio Puskesmas per
100.000 penduduk menurut provinsi pada tahun 2008-2012 terdapat pada Lampiran
5.1.
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas,
beberapa Puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas

196

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


GAMBAR 5.3
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2012

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

perawatan. Jumlah Puskesmas perawatan pada tahun 2011 sebanyak 3.019 unit
meningkat menjadi 3.152 unit pada tahun 2012. Kementerian Kesehatan RI memberikan
dukungan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
untuk pembangunan Puskesmas perawatan, termasuk penyediaan peralatan kesehatan
dan rumah dinas tenaga medis, bidan dan perawat. Peningkatan jumlah Puskesmas
perawatan yang menyelenggarakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
telah terbukti mempunyai daya ungkit yang lebih besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, bila diselenggarakan secara baik, melibatkan secara aktif
masyarakat, konsisten, dan berkesinambungan. Perkembangan jumlah Puskesmas
perawatan dan non perawatan pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Rincian mengenai jumlah Puskesmas perawatan dan non perawatan menurut provinsi
terdapat pada Lampiran 5.2.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pertama dan terdepan dalam sistem
pelayanan kesehatan melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
dan upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan masalah, kondisi,
kebutuhan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas antara lain Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap
Anak (KtA).

197

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 5.4
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2008 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

a. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)


Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang dilaksanakan
Puskesmas merupakan upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu target pencapaian MDGs 2015. Puskesmas
PONED bertujuan mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
20102014 serta dijabarkan dalam indikator Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan target Puskesmas PONED yaitu persentase
Puskesmas rawat inap yang mampu PONED dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Pada
akhir tahun 2014 diharapkan 100% Puskesmas rawat inap mampu PONED. Strategi dan
kebijakan yang diambil Kementerian Kesehatan RI dalam mencapai target tersebut yaitu
di masing-masing kabupaten/kota minimal terdapat 4 Puskesmas PONED (mengacu
standar WHO). Maka jumlah Puskesmas PONED yang ada pada tahun 2014 minimal
sejumlah 1.988 unit, dengan asumsi jumlah kabupaten/kota tetap (497 kabupaten/
kota).
Puskesmas PONED sampai tahun 2012 tercatat berjumlah 2.570 unit terdiri dari

198

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Puskesmas perawatan 1.960 unit (76,41%) dan Puskesmas non perawatan 605 unit
(23,59%). Masih terdapat 5 provinsi yang rasio Puskesmas PONED terhadap jumlah
kabupaten/kota masih di bawah 4 yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2,86), DKI
Jakarta (2,83), Maluku Utara (3,11), Papua Barat (1,73), Papua (0,72). Konsep istilah
rawat inap yang digunakan dalam PONED berbeda dengan Puskesmas perawatan.
Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang
dapat melakukan perawatan inap kepada pasien pasca tindakan emergensi (one day
care). Sehingga memungkinkan Puskesmas non perawatan yang memiliki tempat
tidur dan mampu melakukan tindakan emergensi obstetri dan neonatal dasar, dapat
menyelenggarakan PONED. Gambar 5.5 memperlihatkan jumlah Puskesmas PONED
menurut provinsi tahun 2012.
GAMBAR 5.5
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN NEONATAL EMERGENSI
DASAR (PONED) DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Sampai dengan tahun 2012 kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas PONED lebih dari
atau sama dengan 4 unit sejumlah 304 kabupaten/kota (61,17%), 1 sampai dengan 3
unit sejumlah 150 kabupaten/kota (30,18%), dan yang belum mempunyai Puskesmas
PONED sejumlah 43 kabupaten/kota (8,65%).

199

Profil Kesehatan Indonesia 2012


b. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas telah dikembangkan
sejak tahun 2003. Puskesmas PKPR memberikan layanan di dalam dan di luar gedung
Puskesmas, dengan sasaran kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah
seperti kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja masjid/gereja/vihara/pura,
pondok pesantren, asrama dan kelompok remaja lainnya. Jenis kegiatan PKPR meliputi
penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling,
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) pelatihan pendidik sebaya dan konselor
sebaya serta pelayanan rujukan.
Sejak tahun 2009 diupayakan setiap kabupaten/kota minimal memiliki 4 Puskesmas
mampu tata laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Sampai dengan tahun 2012
Puskesmas PKPR berjumlah 3.191 unit. Rincian jumlah Puskesmas PKPR menurut
provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 5.6.
GAMBAR 5.6
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

200

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


c. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang,
bertambah sekitar 3,0 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011. Dari jumlah
angkatan kerja tersebut yang bekerja sebanyak 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1
juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011. Angkatan kerja ini bekerja di kegiatan
formal sebesar 42,1 juta (37,29%) dan di kegiatan informal sebesar 70,7 juta (62,71%).
Kebijakan pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi seluruh masyarakat termasuk masyarakat pekerja. Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan
kerja juga berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat
kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik darat,
laut, maupun udara serta Kepolisian Republik Indonesia.
Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja di Puskesmas merupakan bagian dari upaya
pencapaian tujuan di atas dan merupakan upaya pengembangan sesuai dengan keadaan
dan permasalahan yang ada di wilayah Puskesmas atau spesifik lokal sehingga untuk
saat ini upaya kesehatan kerja lebih difokuskan pada Puskesmas di kawasan industri.
Upaya kesehatan kerja diharapkan dapat diintegrasikan dalam pokok kegiatan yang
wajib dilaksanakan di Puskesmas.
Pembinaan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui kegiatan penguatan pelayanan
kesehatan kerja, seperti pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam
bidang kesehatan kerja, pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), peningkatan
fasilitas pelayanan kesehatan bidang kesehatan kerja, gerakan pekerja perempuan sehat
dan produktif termasuk kesehatan reproduksi di tempat kerja dan pembinaan pelayanan
kesehatan kerja di sektor informal dan formal termasuk perkantoran serta pembinaan
Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) dengan fokus kegiatan pembinaan pelayanan
kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja di kawasan/sentra industri sampai
dengan tahun 2012 berjumlah 764 Puskesmas di 116 kabupaten/kota yang tersebar di 18
provinsi, jumlah ini meningkat dari tahun 2011. Jumlah tersebut merupakan Puskesmas
yang melaksanakan upaya kesehatan kerja yang dibuktikan dengan adanya Laporan
Bulanan Kesehatan Pekerja (LBKP) tiap bulan. Jumlah Puskesmas yang melaksanakan
upaya kesehatan kerja menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.3.

201

Profil Kesehatan Indonesia 2012


d. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan tujuan upaya kesehatan olahraga
yaitu meningkatkan kesehahatan dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai upaya
dasar dalam meningkatkan prestasi belajar, prestasi kerja dan prestasi olahraga melalui
aktivitas fisik, latihan fisik dan olahraga. Upaya kesehatan olahraga lebih mengutamakan
pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan
rehabilitatif. Upaya kesehatan olahraga dapat dilaksanakan di berbagai institusi
pelayanan kesehatan termasuk di Puskesmas.
Upaya kesehatan olahraga di Puskesmas meliputi pembinaan dan pelayanan kesehatan
olahraga. Pembinaan kesehatan olahraga berupa pendataan kelompok, pemeriksaan
kesehatan dan penyuluhan kesehatan olahraga, ditujukan pada kelompok olahraga di
sekolah, klub jantung sehat, Posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu hamil, kelompok
senam diabetes, kelompok senam pencegahan osteoporosis, pembinaan kebugaran
jasmani jemaah calon haji, fitness center dan kelompok olahraga/latihan fisik lain.
Pelayanan kesehatan olahraga antara lain konsultasi kesehatan olahraga, pengukuran
tingkat kebugaran jasmani, penanganan cedera olahraga akut dan sebagai tim kesehatan
pada event olahraga.
Sampai dengan tahun 2012, upaya kesehatan olahraga telah dilakukan di 466 Puskesmas
pada 91 kabupaten/kota di 17 provinsi. Jumlah tersebut merupakan Puskesmas yang
melaksanakan kesehatan olahraga yang membina kelompok/klub olahraga di wilayah
kerjanya yang dibuktikan dengan adanya Laporan Bulanan Kesehatan Olahraga (LBKO)
tiap bulan. Untuk provinsi, kabupaten/kota dan Puskesmas lainnya akan dikembangkan
secara bertahap untuk melaksanakan upaya kesehatan olahraga sesuai dengan kondisi
wilayah kerja masing-masing. Rincian jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya
pengembangan kesehatan olahraga menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

e. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)


Kasus kekerasan terhadap anak mempengaruhi kesehatan anak yang menjadi korban
karena masih berada dalam proses tumbuh kembang sehingga akan berdampak pada
penurunan kualias Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan
kesehatan secara komprehensif dan berkualitas. Pelayanan kesehatan bagi korban KtA
dilakukan melalui pelayanan di tingkat dasar yaitu Puskesmas. Puskesmas yang mampu
tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak merupakan salah satu indikator dalam

202

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014, setiap kabupaten/kota harus memiliki
minimal 2 (dua) Puskesmas mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak.
Sampai dengan tahun 2012, Puskesmas mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap
Anak berjumlah 1.599 Puskesmas dan sejumlah 71,63% kabupaten/kota telah memiliki
minimal 2 Puskemas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak. Rincian
jumlah Puskesmas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak menurut
provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

2. Rumah Sakit
Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di
dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Rumah Sakit (RS) merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang utamanya
menyelenggarakan upaya kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai
sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Sejak tahun 2011, berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dikelompokkan menjadi
rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Pengelompokan ini berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit.
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah
sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan
terbatas atau persero.
Pada tahun 2012 jumlah rumah sakit publik di Indonesia sebanyak 1.540 unit, yang
terdiri atas Rumah Sakit Umum (RSU) berjumlah 1.240 unit dan Rumah Sakit Khusus
(RSK) berjumlah 300 unit. Rumah sakit publik tersebut dikelola oleh Kementerian
Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/Polri, kementerian
lain serta swasta non profit (organisasi keagamaan dan organisasi sosial). Sedangkan
jumlah rumah sakit privat sebanyak 543 unit, yang terdiri atas 368 unit RSU dan 175 unit
RSK. Rumah sakit privat dikelola oleh BUMN dan swasta (perorangan, perusahaan dan
swasta lainnya). Jumlah rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang telah terdata
dan mendapatkan kode rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
Tabel 5.1 menampilkan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun
2008-2012. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada tahun 2012 menurut pengelola
dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.4.

203

Profil Kesehatan Indonesia 2012


TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2008 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2008-2012) jumlah rumah sakit (umum dan
khusus) baik yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami
peningkatan, pada tahun 2008 terdapat 1.371 unit menjadi 2.083 unit pada tahun 2012.
Jumlah RSU di Indonesia menurut pengelola dapat dilihat pada Lampiran 5.4 dan jumlah
tempat tidur di RSU terdapat pada Lampiran 5.5. Perkembangan RSU di Indonesia
selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut ini.

GAMBAR 5.7
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2008 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

204

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Jumlah RSK dalam kurun waktu tahun 2008-2012 menunjukkan adanya peningkatan.
Pada tahun 2008 terdapat 292 unit rumah sakit khusus, meningkat menjadi 475 unit
pada tahun 2012. Perkembangan jumlah RSK selama 5 tahun terakhir terdapat pada
Gambar 5.8 berikut ini.

GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2008 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Sebagian besar rumah sakit khusus pada tahun 2012 adalah RS Ibu dan Anak sebanyak
169 unit, RS Bersalin sebanyak 94 unit, dan RS Jiwa sebanyak 53 unit, seperti dapat
dilihat pada Gambar 5.9. Adapun yang termasuk dalam RS Khusus lainnya yaitu RS Mata,
RS Tuberkulosis Paru, RS Kanker, RS Penyakit Infeksi, RS Ortopedi, RS Khusus Penyakit
Dalam, RS Khusus Bedah, RS Jantung, RS Khusus THT, RS Stroke, RS Khusus Anak, RS
Khusus Ginjal, RS Khusus Gigi dan Mulut serta RS Khusus Kusta. Jumlah rumah sakit
khusus beserta jumlah tempat tidurnya menurut provinsi tahun 2008-2012 terdapat
pada Lampiran 5.6.

205

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 5.9
PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 sebagian besar rumah sakit tergolong kelas C. Dari jumlah 2.083 unit
RS, terdapat 630 unit RS kelas C, 415 unit RS kelas D, 255 RS kelas B, 56 unit RS kelas A
dan 727 unit RS belum ditetapkan kelasnya. Gambar 5.10 menyajikan persentase RSU
dan RSK menurut kelas. Informasi lebih rinci mengenai jumlah rumah sakit dan tempat
tidur yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan RI dan pemerintah daerah menurut
kelas rumah sakit dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.7.
GAMBAR 5.10
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

206

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Jumlah dan rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dapat digunakan untuk
menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, khususnya dalam hal daya tampung pasien rawat inap
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah tempat tidur pada rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus dalam 5 tahun terakhir menunjukkan adanya
kecenderungan peningkatan. Gambaran peningkatan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.11.

GAMBAR 5.11
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR
RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2008 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dari tahun 2008-2012 cenderung
mengalami peningkatan, rasio pada tahun 2008 sebesar 65,38 naik menjadi 94,55 per
100.000 penduduk pada tahun 2012. Gambar 5.12 menyajikan jumlah tempat tidur dan
rasio tempat tidur per 100.000 penduduk di rumah sakit pada tahun 2008-2012.
Proporsi tempat tidur di rumah sakit umum dan rumah sakit khusus menurut kelas
perawatan menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar adalah kelas III sebesar
40,19%, kemudian tempat tidur kelas II sebesar 24,91%, tempat tidur kelas I sebesar
14,28%, tempat tidur kelas VIP sebesar 9,07%, serta tempat tidur kelas VVIP sebesar
3,64%. Rincian mengenai jumlah dan persentase tempat tidur di rumah sakit menurut
kelas perawatan dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.8.

207

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 5.12
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008 2012

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

a. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)


Angka Kematian Ibu (AKI) 40-70% terjadi di rumah sakit, 20-35% terjadi di rumah dan
10-18% terjadi di perjalanan (Lancet, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya
kematian ibu yang terjadi di rumah sakit, sehingga diperlukan upaya penurunan AKI yang
difokuskan di rumah sakit. Data lain yang menunjukkan bahwa rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan dianggap berperan terhadap tingginya AKI didapat dari penelitian
Matlab-Bangladesh, yaitu risiko kematian ibu tertinggi (100 kali dari kondisi normal)
terjadi pada hari persalinan. Untuk itu Kementerian Kesehatan RI melaksanakan upaya
dalam rangka mempercepat penurunan AKI yaitu rumah sakit melaksanakan Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 mencantumkan persentase
rumah sakit kabupaten/kota yang melaksanakan PONEK (dengan target 100% dari 444
rumah sakit kabupaten/kota). Sampai dengan tahun 2012 terdapat 410 rumah sakit
umum melaksanakan PONEK dari 1.608 rumah sakit umum yang tercatat. Jumlah rumah
sakit PONEK tahun 2012 meningkat dari tahun 2011 namun perlu juga diperhatikan
sumber daya manusia (dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis anak), sarana
dan prasarana serta peralatannya. Rincian PONEK menurut provinsi tahun 2012 dapat
dilihat pada Lampiran 5.3.

208

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


b. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah
di tingkat nasional, regional maupun global. Survei Badan Narkotika Nasional (BNN)
tahun 2011 menyatakan sekitar 3,8 juta penduduk Indonesia adalah pengguna NAPZA.
Bagi pengguna Napza, penyalahgunaannya berdampak bagi fisik, mental, emosional
serta sosial.
Upaya penanggulangan penyalahgunaan Napza melalui 3 pilar yaitu reduksi suplai,
reduksi permintaan dan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Salah satu
komponen dari pengurangan dampak buruk adalah program terapi yaitu program terapi
substitusi yang di antaranya Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Tujuan PTRM
yaitu untuk mengurangi risiko terkait penyakit infeksi (HIV/AIDS, hepatitis), memperbaiki
kesehatan fisik dan psikologis, mengurangi perilaku kriminal, dan memperbaiki fungsi
sosial pasien. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 83 unit layanan rawat jalan terapi
rumatan metadon di 17 provinsi, yang terdiri atas 34 rumah sakit, 40 Puskesmas dan 9
Lapas/Rutan. Rincian PTRM menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.13.

c. Layanan Pencegahan Penularan HIV


Dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan untuk penanggulangan HIV dan AIDS,
perlu disediakan sumber daya yang mendukung upaya tersebut, diantaranya adalah
Layanan Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA) dan Pelayanan Perawatan,
Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV dan AIDS.
Proporsi penderita baru AIDS pada kelompok jenis kelamin perempuan memperlihatkan
kecenderungan semakin meningkat. Persentase kasus baru AIDS pada kelompok umur
0-1 tahun juga meningkat. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penularan
HIV dari ibu ke anak. Pada tahun 2012, tersedia 106 sarana kesehatan yang menyediakan
layanan PPIA. Sebanyak 13 layanan PPIA terdapat di puskesmas, 90 layanan PPIA
terdapat di RS, dan 3 layanan PPIA terdapat di klinik. Provinsi Kalimantan Tengah dan
Gorontalo merupakan provinsi yang tidak memiliki layanan PPIA, sedangkan Provinsi
Papua memiliki layanan PPIA terbanyak di Indonesia, yaitu 18 layanan. Provinsi DKI
Jakarta sebagai provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi hanya memiliki 7 sarana
kesehatan dengan layanan PPIA. Sedangkan Provnsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan
jumlah kasus AIDS tertinggi memiliki 13 sarana kesehatan dengan layanan PPIA. Rincian
menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.14.

209

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Upaya lain yang dilakukan dalam rangka pengendalian HIV dan AIDS adalah pelayanan
Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) HIV/AIDS. Pelayanan PDP merupakan
layanan terpadu yang meliputi konseling dan tes, layanan perawatan, dukungan dan
pengobatan. Di Indonesia terdapat 248 rumah sakit yang memberikan layanan PDP
melakukan pengobatan ARV, dengan jumlah layanan terbanyak di Provinsi Jawa Timur
berjumlah 29 rumah sakit. Rincian menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

d. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer


Program pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang dan mendapat perhatian
khusus dari pemerintah. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan pengobatan dan/
atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pengobatan secara tradisional dilakukan
penelitian dan bila dapat dibuktikan secara ilmiah menjadi pengobatan tradisional
yang aman dan bermanfaat sehingga dapat diterapkan di fasilitas kesehatan sebagai
pengobatan alternatif dan komplementer.
Unit yang melakukan penelitian/pengkajian/pengujian ini yaitu Sentra Pengembangan
dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T). Fungsi lainnya dari Sentra P3T
yaitu pelayanan kesehatan tradisional, institusi pendidikan dan pelatihan pelayanan
kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dan menyelenggarakan jaringan
informasi dan dokumentasi pelayanan kesehatan tradisional. Sampai dengan tahun
2012 sudah terdapat 33 provinsi yang memiliki Sentra P3T.
Sampai dengan tahun 2012 terdapat 150 kabupaten/kota yang memiliki minimal 2
Puskesmas yang melaksanakan pembinaan terhadap pengobatan tradisional dan
pembinaan kepada masyarakat dalam memanfatkan TOGA (tanaman obat keluarga), dan
terdapat 54 rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan tradisional yang
aman dan bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan komplementer (melaksanakan
pelayanan komplementer dan atau alternatif berupa hiperbarik dan atau media
akupunktur dan atau medik herbal yang ditetapkan oleh direktur RS dan dilaksanakan
oleh dokter/dokter gigi dan atau tenaga kesehatan lain yang telah mendapatkan
pendidikan terstruktur dan atau pelatihan terakreditasi). Jumlah Puskesmas dan rumah
sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer
menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.3.

210

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan.
Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia.
Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah
dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus,
semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan
untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana
penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta
dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih.
Instalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian dan alat kesehatan
yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagai sarana pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan
serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Persentase Instalasi
Farmasi Kabupaten/kota sesuai standar merupakan salah satu indikator dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 20102014. Sampai dengan tahun
2012 Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota berjumlah 497 unit dan 71,63% telah sesuai
standar. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 5.13.
GAMBAR 5.13
PERSENTASE INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA SESUAI STANDAR TAHUN 2012

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

211

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah
pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin keamanan,
khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu
keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga
penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat
kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang
melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk
sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi,
Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika,
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi
Alat Kesehatan dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
Jumlah sarana produksi dan distribusi yang tersebar di 33 provinsi menggambarkan
variasi sarana di bidang farmasi dan alat kesehatan memiliki disparitas jumlah yang
masih relatif tinggi antara wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur. Umumnya
sarana produksi maupun distribusi berlokasi di Indonesia bagian Barat (Pulau Sumatera
dan Jawa), yaitu sebesar 94,4% sarana produksi dan 78,4% sarana distribusi. Kondisi
ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan
jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia
bagian Tengah dan Timur, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh
Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses terhadap keterjangkauan
masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Selama kurun waktu 3 tahun terakhir, sejak tahun 2010 hingga 2012 terlihat adanya
kecenderungan peningkatan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan.
Pada tahun 2012 sebanyak 239 industri farmasi di Indonesia tersebar di 9 provinsi dan
terdapat 24 provinsi yang belum mempunyai sarana industri farmasi. Sementara sarana
UKOT tersebar di 22 provinsi dan hanya 11 provinsi yang belum memiliki sarana UKOT.
Gambar 5.14. menyajikan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan di
Indonesia pada tahun 2012 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
5.9.
Sementara yang termasuk sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan antara lain
Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK).
Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan tahun 2010-2012 terdapat

212

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


GAMBAR 5.14
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 2012

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

pada Gambar 5.15. Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia
pada tahun 2012 dirinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.10.
GAMBAR 5.15
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010 2012

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

213

Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


Dalam mewujudkan masyarakat sehat, diperlukan kesadaran setiap anggota masyarakat
akan pentingnya perilaku sehat, berkeinginan, serta berdaya untuk hidup sehat.
Masyarakat bersinergi membangun kondisi lingkungan yang kondusif untuk hidup
sehat. Langkah tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di desa dan kelurahan, seperti adanya Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
UKBM yang ada di desa dan kelurahan menjadi ciri khas bahwa desa dan kelurahan
tersebut telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Dinyatakan demikian karena
penduduk di desa dan kelurahan tersebut dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM serta melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan
perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).

GAMBAR 5.16
PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF MENURUT
TINGKATAN (STRATA) TAHUN 2012

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 terdapat 52.804 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dari 77.465 desa
dan kelurahan di Indonesia, atau sebesar 68,2%. Terdapat 2 provinsi yang seluruh
desa/kelurahannya telah menjadi desa siaga aktif yaitu Provinsi Sumatera Barat dan
Kepulauan Riau. Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif terendah di Provinsi Papua
Barat (2,3%). Jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW

214

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Siaga Aktif dan jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah
Desa Siaga Aktif ditambah Nagari Siaga Aktif. Gambar 5.16 memperlihatkan persentase
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif menurut strata (tingkatan).
Poskesdes merupakan UKBM yang dibentuk di desa untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama Poskesdes yaitu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan
dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans
lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan
serta kesiapsiagaan terhadap bencana. Poskesdes merupakan pendorong dalam
menumbuhkembangkan terbentuknya UKBM lain di masyarakat serta meningkatkan
partisipasi masyarakat dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait.
Pada tahun 2012 terdapat 54.142 unit Poskesdes.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Dalam menjalankan fungsinya,
GAMBAR 5.17
RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

215

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare.
Pada tahun 2012 terdapat 276.392 Posyandu di seluruh Indonesia yang terdiri dari
21,9% Posyandu Pratama, 36,3% Posyandu Madya, 33% Posyandu Purnama dan 8,7%
Posyandu Mandiri. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan sebesar 3,57 Posyandu per
desa/kelurahan dan rasio Posyandu menurut provinsi pada tahun 2012 dapat dilihat
pada Gambar 5.17. Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan,
diperlukan peran serta kader dan tokoh masyarakat sebagai penggerak masyarakat.
Jumlah kader dan tokoh masyarakat yang telah dilatih sampai tahun 2012 adalah 381.734
orang. Data jumlah UKBM menurut provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.11
dan Lampiran 5.12.

5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi
Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai
baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan
yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula.
Kementerian Kesehatan RI merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di
dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut.
Menurut data Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), sampai dengan 31
Maret 2013 institusi pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi (tenaga medis) yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta di Indonesia berjumlah 73 Fakultas
Kedokteran (FK) dan 30 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG).
TABEL 5.2
JUMLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI SAMPAI DENGAN 31 MARET 2013

Sumber : Sekretariat KKI, Kemenkes RI, 2013

216

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Tabel 5.2 memperlihatkan jumlah fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi
di Indonesia. Data tersebut memperlihatkan institusi pendidikan tenaga medis masih
terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia, sehingga perlu upaya peningkatan di wilayah
lainnya.
Institusi pendidikan tenaga kesehatan selain tenaga medis dikelompokkan menjadi 2 (dua)
yaitu Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Non Politeknik Kesehatan (Non Poltekkes)
dengan status kepemilikan pemerintah daerah, TNI/Polri dan Swasta. Menurut data
Badan PPSDM Kesehatan, sampai dengan Desember 2012 jumlah Program Diploma IV
sebanyak 132 program studi, sedangkan jumlah institusi Diknakes Program Diploma III
sebanyak 1.082 institusi, yang terdiri dari 262 jurusan/program studi (yang berada pada
38 Poltekkes) dan 820 institusi Non Poltekkes. Perkembangan jumlah program studi
(prodi) Diploma III pada institusi Poltekkes dan Non Poltekkes terdapat pada Gambar
5.18.
GAMBAR 5.18
PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLTEKKES
DAN NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008-2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada Gambar 5.18 dapat dilihat tidak terjadi penambahan jumlah jurusan/prodi Diploma
III Poltekkes pada tahun 2012. Jumlah institusi Non Poltekkes sampai dengan tahun
2011 mengalami penambahan. Pada tahun 2012, institusi Non Poltekkes yang dibina
oleh Kementerian Kesehatan yang termasuk jenjang pendidikan tinggi yaitu berjumlah
820 institusi.

217

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Gambar 5.19 menunjukkan program studi pada institusi Diknakes Diploma III Poltekkes
dengan urutan prodi yang terbanyak yaitu 151 prodi Keperawatan (57,60%), 36 prodi
Keteknisian Medis (13,74%), 32 prodi Gizi (12,20%), 26 prodi Kesehatan Masyarakat
(9,90%), 12 prodi Kefarmasian (4,60%) dan 5 prodi Keterapian Fisik (1,91%). Rincian
menurut Poltekkes dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.16.

GAMBAR 5.19
PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Gambar 5.20 menunjukkan persentase jurusan/program studi pada institusi Diknakes


Non Poltekkes; jurusan/prodi keperawatan terdiri dari keperawatan, kebidanan dan
kesehatan gigi; jurusan/prodi keterapian fisik terdiri dari fisioterapi, okupasi terapi,
terapi wicara dan akupunktur; dan jurusan/prodi keteknisian medis terdiri dari analis
kesehatan, teknik elektromedik, teknik radiodiagnostik, teknik gigi, ortotik prostetik dan
perekam informasi kesehatan.

218

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


GAMBAR 5.20
PERSENTASE PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI NON-POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut status kepemilikan menunjukkan


sebagian besar institusi dimiliki oleh swasta yaitu sebesar 87,90%, sedangkan
kepemilikan pemerintah daerah sebesar 8,70% dan TNI/Polri sebesar 3,40%. Informasi
lebih rinci mengenai jumlah dan persentase institusi Diknakes Non Poltekkes menurut
kepemilikan dapat dilihat pada Lampiran 5.18.

b. Akreditasi Institusi
Akreditasi institusi Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan RI dilaksanakan terakir pada bulan Desember 2011 sesuai
dengan Surat Ditjen Dikti Kemendikbud Nomor. 1862/E/T/2011 tanggal 22 November
2011 Tentang Pengakuan Hasil Akreditasi yang Dilakukan Kementerian Kesehatan
terhadap Prodi Poltekkes Sampai Masa Berlakunya Berakhir. Selanjutnya mulai tahun
2012 institusi Diknakes milik Kementerian Kesehatan/Pemda/TNIPori/swasta dilakukan
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tingi (BAN-PT) atau Lembaga Akreditasi
Mandiri Bidang Kesehatan (LAM-PT Kes) yang saat ini masih dalam proses pembentukan.

219

Profil Kesehatan Indonesia 2012


c. Peserta Didik
Jumlah peserta didik institusi pendidikan tenaga kesehatan Poltekes maupun Non
Poltekkes tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 295.579 orang. Jumlah tersebut terdiri dari
institusi Diknakes Poltekkes sejumlah 70.890 orang dan Non Poltekkes sejumlah 224.689
orang. Peserta didik institusi Diknakes Poltekkes terdiri dari 26.285 peserta didik tingkat
I, 22.405 peserta didik tingkat II dan 22.200 peserta didik tingkat III. Peserta didik institusi
Diknakes Non Poltekkes terdiri dari 69.945 peserta didik tingkat I, 78.716 peserta didik
tingkat II dan 76.028 peserta didik tingkat III. Informasi lebih rinci mengenai jumlah
peserta didik menurut jenis institusi pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 5.19 dan
Lampiran 5.20.

d.

Lulusan

Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes pada tahun 2012 sebanyak 75.232 orang,
yang terdiri dari lulusan Poltekkes sebanyak 21.630 orang (28,8%) dan lulusan Non
Poltekkes sebanyak 53.602 orang (71,2%). Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes
terbanyak pada jurusan keperawatan, yaitu sebanyak 34.150 orang, kemudian jurusan
kebidanan sebanyak 21.387 orang.
TABEL 5.3
JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
TAHUN 2008-2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

220

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir jumlah lulusan Diknakes Diploma
III Poltekkes dan Non Poltekkes sebanyak 75.232 orang per tahun, dengan lulusan
terbanyak adalah tenaga Keperawatan (rata-rata 32.150 orang per tahun), yang tersebar
hampir di semua provinsi. Tiga provinsi yang menghasilkan lulusan tenaga kesehatan
terbanyak (Poltekkes dan Non Poltekkes) tahun 2012 adalah Provinsi Jawa Tengah
(10.769 orang), Sumatera Utara (7.048) dan DKI Jakarta (6.711). Rekapitulasi jumlah
lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes menurut jenis tenaga dapat dilihat pada
Lampiran 5.21. Sedangkan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.22
dan 5.23.

B. TENAGA KESEHATAN
Amanat Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21
menyebutkan bahwa Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam
rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan
merata. Sumber daya manusia kesehatan termasuk diantaranya kelompok tenaga
kesehatan, yang terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan
kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran
tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia dilakukan pengumpulan data pada
sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun
Dinas Kesehatan Provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan tidak terbatas pada
tenaga kesehatan yang berstatus PNS Pusat tetapi juga termasuk yang berstatus PNS
Daerah, PTT, TNI/POLRI, dan Swasta. Metode pengumpulan data yang digunakan
melalui mekanisme pemutakhiran data secara berjenjang mulai dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, kemudian Dinas Kesehatan Provinsi dan secara nasional dikelola oleh
Badan PPSDMK melalui Sistem Informasi SDMK.

221

Profil Kesehatan Indonesia 2012

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan


Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah
tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut
pendataan Badan PPSDMK, pada tahun 2012 jumlah SDM Kesehatan yang tercatat
sebanyak 707.234 orang yang terdiri atas 567.422 tenaga kesehatan dan 139.812 tenaga
non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri atas 76.523 tenaga medis, 235.496 perawat,
126.276 bidan, 31.223 tenaga farmasi, dan 97.904 tenaga kesehatan lainnya.
Sekretariat KKI mencatat jumlah dokter umum yang memiliki STR berjumlah 88.309,
sehingga rasio dokter umum sebesar 36,1 dokter per 100.000 penduduk. Provinsi
dengan rasio tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 149,5 dokter umum per 100.000
penduduk, sedangkan yang terendah yaitu Sulawesi Barat dengan rasio 8,9 dokter umum
per 100.000 penduduk. Jumlah dokter gigi pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23.262
orang dengan rasio sebesar 9,5 dokter gigi per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio
tertinggi yaitu DKI Jakarta sebesar 50,5 dokter gigi per 100.000 penduduk, sedangkan
terendah yaitu Sulawesi Tengah dengan rasio 2,5 dokter gigi per 100.000 penduduk.
Rasio dokter umum terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2012
terlihat pada Gambar 5.21 berikut ini.
GAMBAR 5.21
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber : Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, Kemenkes RI, 2013

222

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Jumlah bidan pada tahun 2012 tercatat sebanyak 126.276 orang, sehingga rasionya
terhadap penduduk sebesar 51,6 bidan per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio
tertinggi yaitu Aceh sebesar 193,4 bidan per 100.000 penduduk sedangkan terendah
yaitu DKI Jakarta sebanyak 21,9 bidan per 100.000 penduduk.
Jumlah perawat pada tahun 2012 tercatat sebanyak 235.496 orang, sehingga rasionya
terhadap penduduk sebesar 96,2 perawat per 100.000 penduduk. Provinsi dengan
rasio tertinggi yaitu Maluku sebesar 275,5 perawat per 100.000 penduduk sedangkan
terendah yaitu Jawa Barat sebanyak 49,3 perawat per 100.000 penduduk. Rasio perawat
terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2012 terlihat pada Gambar
5.22 berikut ini. Jumlah sumber daya manusia kesehatan tahun 2012 menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 5.24.
GAMBAR 5.22
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

a. Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki,
terutama ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2012, terdapat 337.093 orang
yang bertugas di Puskesmas dengan rincian 302.215 tenaga kesehatan dan 34.878

223

Profil Kesehatan Indonesia 2012


tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang
bertugas di Puskesmas sebanyak 17.791 orang, dengan rasio 1,87 dokter umum per
Puskesmas. Rasio dokter umum terhadap Puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi
Kepulauan Riau sebesar 4,67, DI Yogyakarta sebesar 3,02 dan Riau sebesar 2,79 dokter
umum per Puskesmas. Sedangkan rasio yang terendah di Provinsi Papua Barat sebesar
0,48 dan Sulawesi Tenggara serta Papua sebesar 1,03 dokter umum per Puskesmas.
Beberapa provinsi memiliki tenaga dokter spesialis yang bertugas di Puskesmas. Rasio
dokter umum di Puskesmas terhadap jumlah Puskesmas tahun 2012 menurut provinsi
dapat dilihat pada Gambar 5.23 berikut ini.

GAMBAR 5.23
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jumlah dokter gigi yang bertugas di Puskesmas pada tahun 2012 sebanyak 6.884 orang.
Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh Puskesmas (9.510) maka dapat diartikan
bahwa belum seluruh Puskesmas memiliki dokter gigi (Rasio 0,72). Terdapat 145 dokter
spesialis yang bertugas di Puskesmas, sebagian besar dokter spesialis tersebut berada di
Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah 34 orang (23,4%).
Jumlah perawat di seluruh Puskesmas sebanyak 105.870 orang, sehingga rata-rata
tiap Puskesmas memiliki 11-12 orang perawat. Jumlah tenaga bidan sebanyak 102.384

224

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


orang, sehingga rata-rata tiap Puskesmas memiliki 10-11 orang bidan. Jumlah masingmasing tenaga kesehatan di Puskesmas dapat dilihat pada Gambar 5.24 berikut ini.
Rincian jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.25,
sedangkan rasio dokter umum, dokter gigi, perawat dan bidan terhadap jumlah
Puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.26.

GAMBAR 5.24
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

b. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit


Sumber daya manusia kesehatan yang bertugas di rumah sakit tahun 2012 berjumlah
303.370 dengan rincian 220.776 tenaga kesehatan dan 82.594 tenaga non kesehatan.
Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit
sebanyak 26.629 orang, dengan rata-rata 12 dokter spesialis per rumah sakit; dokter
umum yang bertugas di rumah sakit sebanyak 16.673 orang, dengan rata-rata 8 dokter
umum per rumah sakit dan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit sebanyak 4.242
orang, dengan rata-rata 2 dokter gigi per rumah sakit. Perawat yang bertugas di rumah
sakit sebanyak 110.782 orang, dengan rata-rata 53 perawat per rumah sakit dan bidan
yang bertugas di rumah sakit sebanyak 20.109 orang, dengan rata-rata 9 bidan per
rumah sakit. Rincian jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit pemerintah dapat dilihat
pada Lampiran 5.27.

225

Profil Kesehatan Indonesia 2012

2. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT)


Pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan
jaringannya di daerah terpencil/sangat terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan
(DTPK), daerah bermasalah kesehatan (DBK) antara lain diisi melalui pengangkatan
Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Penugasan Khusus.
Kontribusi pemenuhan tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri dari dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan bidan cukup besar pengaruhnya
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012 lama penugasan untuk tenaga medis PTT di
wilayah dengan kriteria biasa selama 3 tahun dan kriteria terpencil/sangat terpencil
selama 1 tahun. Sampai dengan 31 Desember 2012 tercatat sebanyak 45.777 tenaga
kesehatan PTT Pusat yang masih aktif bertugas dengan komposisi dokter spesialis
sejumlah 62 orang, dokter umum sejumlah 3.473 orang, dokter gigi sejumlah 1.080
orang dan bidan sejumlah 41.162 orang.
Dokter umum PTT dan dokter gigi PTT sebagian besar ditempatkan di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan kriteria sangat terpencil yaitu 2.114 orang dokter umum dan 622
orang dokter gigi. Dokter spesialis PTT ditempatkan di RSUD kabupaten/kota dengan
kriteria terpencil sejumlah 54 orang, kriteria biasa sejumlah 7 orang dan kriteria sangat
terpencil 1 orang. Dari 41.162 bidan PTT sebagian besar bertugas di daerah dengan
kriteria biasa, yaitu sejumlah 21.137 orang (51,4%), yang bertugas di daerah terpencil
sebanyak 16.570 bidan (40,3%), dan yang bertugas di daerah sangat terpencil sebanyak
3.455 bidan (8,4%).
Distribusi keberadaan dokter umum PTT terbanyak di Nusa Tenggara Timur sejumlah
427 orang, diikuti oleh Aceh sejumlah 332 orang dan Papua sejumlah 220 orang. Dokter
gigi PTT terbanyak bertugas di Provinsi Nusa Tenggara Timur sejumlah 103 orang, diikuti
oleh Sulawesi Tenggara sejumlah 80 orang dan Aceh sejumlah 74 orang. Dokter spesialis
PTT terbanyak bertugas di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kepulauan Riau masingmasing sejumlah 7 orang, dan Papua sejumlah 5 orang. Bidan PTT terbanyak bertugas
di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sejumlah 5.974 orang, diikuti Jawa Tengah sejumlah
5.074 orang, dan Aceh sejumlah 4.330 orang.
Gambar 5.25 menampilkan keberadaan tenaga kesehatan PTT di Indonesia sampai
dengan 31 Desember 2012 di fasilitas pelayanan kesehatan dengan kriteria biasa,
terpencil, dan sangat terpencil. Distribusi tenaga kesehatan PTT dapat dilihat secara
rinci pada Lampiran 5.31, 5.32, 5.33 dan 5.34.

226

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


GAMBAR 5.25
KEBERADAAN DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Pada tahun 2012 telah diangkat tenaga kesehatan PTT untuk daerah dengan kriteria
biasa, terpencil, dan sangat terpencil sebanyak 19.403 orang, yang terdiri dari dokter
spesialis PTT sejumlah 54 orang, dokter umum PTT sejumlah 3.568 orang, dokter gigi
PTT sebanyak 1.221 orang dan bidan PTT sejumlah 14.560 orang. Adapun pengangkatan
dokter umum PTT dan dokter gigi PTT terbanyak berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan jumlah 453 orang dokter umum dan 119 orang dokter gigi, dengan pengangkatan
di kriteria sangat terpencil adalah sejumlah 402 orang untuk dokter umum dan 109 orang
untuk dokter gigi. Pengangkatan dokter PTT di Pulau Jawa dan Bali, merupakan realisasi
dari pengangkatan dokter PTT sebagai Brigade Siaga Bencana (BSB) dan pengangkatan
kembali/perpanjangan dengan kriteria biasa. Gambar 5.26 menampilkan pengangkatan
dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dokter umum dan dokter gigi PTT di Indonesia
tahun 2012.

227

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 5.26
PERSENTASE PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER UMUM,
DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Pengangkatan bidan PTT terbanyak berada di Provinsi Jawa Tengah sejumlah 1.786
orang dengan jumlah pengangkatan 1.785 orang di kriteria biasa dan 1 orang di kriteria
terpencil, diikuti provinsi kedua terbanyak adalah Aceh sejumlah 1.659 orang dengan
jumlah pengangkatan 182 orang di kriteria biasa, 1.063 orang di kriteria terpencil dan
414 orang di kriteria sangat terpencil. Data selengkapnya mengenai pengangkatan
tenaga kesehatan PTT menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.35, 5.36, 5.37
dan 5.38.

228

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

3. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 09 tahun 2013 tentang penugasan khusus
tenaga kesehatan, penugasan khusus adalah pendayagunaan secara khusus tenaga
kesehatan dalam kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan
Kepulauan, Daerah Bermasalah Kesehatan serta Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D di
kabupaten yang memerlukan pelayanan medik spesialistik. Tenaga kesehatan yang
dapat diangkat dalam Penugasan Khusus pada fasilitas pelayanan kesehatan terdiri
dari Residen dan tenaga kesehatan dengan pendidikan diploma III. Residen merupakan
dokter/dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis. Tenaga kesehatan dengan pendidikan diploma III terdiri dari bidan, perawat,
santarian, tenaga gizi, dan analis kesehatan. Tenaga kesehatan penugasan khusus
ditempatkan pada (1) Puskesmas dan jejaringnya, (2) Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D
yang telah memiliki peralatan kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi serta
fasilitas lain sesuai kebutuhan medik spesialistik (tidak termasuk Rumah Sakit Bergerak),
dan (3) Rumah Sakit yang membutuhkan jenis pelayanan medik spesialistik tertentu.
Pada tahun 2012 telah dilakukan pengangkatan penugasan khusus sebanyak 2.298
orang, yang terdiri dari 658 residen, 1.009 perawat, 228 tenaga gizi, 196 sanitarian/
kesehatan lingkungan, 114 analis kesehatan, 17 bidan, 52 farmasi, 21 tenaga kesehatan
gigi, selanjutnya fisioterapi, radiologi, perekam dan info kesehatan masing-masing
sejumlah 1 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun 2011. Adapun penugasan khusus
terbanyak berada di Provinsi Aceh dengan jumlah 320 orang, diikuti oleh Sulawesi
Tenggara sejumlah 245 orang, dan Nusa Tenggara Timur sejumlah 237 orang. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.39.

4. Registrasi Tenaga Kesehatan


Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 23 menyatakan tenaga
kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari
pemerintah. Kewenangan yang dimaksud diberikan berdasarkan pendidikannya setelah
melalui proses registrasi dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pelaksanaan pemberian izin dan registrasi tenaga kesehatan
dijabarkan dalam beberapa peraturan perundangan-undangan.

229

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Registrasi tenaga kesehatan (selain tenaga medis dan kefarmasian) dijabarkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 dan direvisi dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang registrasi
tenaga kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Untuk mendapatkan STR, tenaga kesehatan
harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi. STR berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang setiap 5 tahun. Menurut data Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI),
pada tahun 2012 terdapat 91.165 tenaga kesehatan yang telah memiliki STR. Rincian
jumlah tenaga kesehatan yang telah memiliki STR menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 5.29.
Registrasi tenaga medis diatur pelaksanaannya dalam Undang-undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Praktik kedokteran bertujuan memberikan
perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan memberikan kepastian hukum
kepada masyarakat. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan STR dokter gigi termasuk
dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri. STR dokter dan dokter gigi diterbitkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan berlaku selama lima tahun dan diregistrasi ulang
setiap lima tahun sekali. Data yang tercatat di KKI sampai dengan 31 Desember 2012
yaitu dokter dan dokter gigi yang telah melakukan registrasi dan memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) sejumlah 135.739 orang yang terdiri dari dokter umum 88.309 orang,
dokter spesialis 22.212 orang, dokter gigi 23.262 orang dan dokter gigi spesialis 1.956
orang. Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktik
kedokteran di Indonesia juga harus memiliki STR Sementara atau STR Bersyarat. STR
Sementara diberikan kepada dokter dan dokter gigi WNA yang akan melakukan
kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang
kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia. STR Sementara
berlaku selama satu tahun dan dapat diperpanjang untuk satu tahun berikutnya. STR
bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis WNA yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Sampai dengan
akhir tahun 2012, data STR dokter dan dokter gigi WNA, yaitu STR Sementara sebanyak
4 orang dan STR Bersyarat sebanyak 12 orang. Rincian jumlah dokter, dokter spesialis,
dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang telah memiliki STR menurut provinsi terdapat
pada Lampiran 5.28.

230

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Registrasi tenaga kefarmasian diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/
Menkes/Per/V/2011 tentang registrasi, izin praktik dan izin kerja tenaga kefarmasian.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki
surat tanda registrasi. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA) dan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) berlaku selama
5 (lima) tahun. Surat tanda registrasi juga diperlukan untuk apoteker warga negara
asing lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
(surat tanda registrasi apoteker khusus/STRA Khusus). STRA, STRTTK dan STRA Khusus
dikeluarkan oleh Komite Farmasi Nasional.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Dalam Undang-undang Nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 170 menyebutkan pembiayaan kesehatan
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan.
Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber
dari masyarakat. Berikut ini diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk
Kementerian Kesehatan RI, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bidang
kesehatan, pembiayaan jaminan kesehatan masyarakat, dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).

1. Anggaran Kementerian Kesehatan


Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terdapat peningkatan alokasi dan realisasi anggaran
Kementerian Kesehatan RI. Pada Tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI memiliki alokasi
anggaran sebesar Rp 18,55 trilyun dengan realisasi Rp 15,89 trilyun (85,62%), jumlah
tersebut meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 33,29 trilyun dengan realisasi Rp 30,65
trilyun (92,08%). Alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI tahun 2008
sampai dengan 2012 dijelaskan pada Gambar 5.27.

231

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 5.27
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2008 2012

Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes RI, 2013

Distribusi anggaran Kementerian Kesehatan RI menurut unit kerja eselon I menunjukkan


bahwa alokasi terbesar untuk Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Ditjen
BUK) sejumlah Rp 21.876.967.294.000 (65,71%), sedangkan alokasi terendah untuk
Inspektorat Jenderal sebesar Rp 83.000.000.000 (0,25%). Anggaran pada Ditjen BUK
sebesar jumlah tersebut didistribusikan pada 429 satuan kerja (kantor pusat, kantor
daerah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan), sedangkan anggaran pada Inspektorat
Jenderal hanya untuk satu Satker (1 DIPA). Realisasi anggaran tertinggi adalah Sekretariat
Jenderal dengan persentase penyerapan sebesar 95,22%, sedangkan realisasi terendah
adalah Inspektorat Jenderal dengan persentase penyerapan sebesar 81,97%. Informasi
selengkapnya tentang alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan RI tahun
2012 terdapat pada Lampiran 5.40.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bidang Kesehatan


Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk menyediakan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, swasta dan sumber lain.

232

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 mengamanatkan besar anggaran
kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%
(sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.
Gambar 5.28 berikut ini memperlihatkan persentase APBD yang dialokasikan untuk
anggaran kesehatan menurut provinsi.
GAMBAR 5.28
PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran,Kemenkes RI, 2013

Penghitungan persentase anggaran kesehatan terhadap APBD tersebut menyertakan


gaji pegawai. Sedangkan sesuai dengan UU No 36 standar biaya kesehatan 10% yang
dimaksud tidak menyertakan gaji pegawai. Sebanyak 6 provinsi memiliki anggaran
kesehatan terhadap APBD lebih dari 10%, yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Bali,
Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Barat. Dengan demikian sebagian besar provinsi
belum memenuhi standar minimal persentase anggaran kesehatan terhadap APBD.
Data lebih rinci mengenai anggaran APBD pemerintah provinsi terdapat pada Lampiran
5.41.

233

Profil Kesehatan Indonesia 2012

3. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat


Menurut data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, sampai dengan bulan
Desember 2012 jumlah penduduk yang mempunyai jaminan/asuransi kesehatan
sebanyak 163.547.921 orang (68,82% dari jumlah penduduk). Persentase penduduk
yang memiliki jaminan kesehatan oleh program jaminan/asuransi disajikan pada Gambar
5.29 berikut ini.
GAMBAR 5.29
PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT/ ASURANSI
KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Peserta Jamkesmas mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif dan berjenjang


dari pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan
kesehatan rujukan di rumah sakit. Pada tahun 2012 terdapat 9.510 unit Puskesmas di
seluruh Indonesia yang melayani peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Untuk pelayanan kesehatan rujukan tersedia 1.240 rumah sakit/balai/klinik terdiri dari
613 rumah sakit milik pemerintah, 502 rumah sakit swasta, 85 rumah sakit TNI/POLRI
dan 40 balai kesehatan. Secara keseluruhan peserta Jamkesmas dilayani oleh 10.750
PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan). Gambar 5.30 menunjukkan persentase pemberi
pelayanan kesehatan rujukan peserta Jamkesmas tahun 2012.

234

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


GAMBAR 5.30
PERSENTASE PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PESERTA JAMKESMAS
TAHUN 2012

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir miskin


terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dan
beberapa pemerintah daerah menanggung biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas
dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jamkesmas.
Data cakupan kepesertaan jaminan kesehatan menurut provinsi sampai tahun 2012
terdapat pada Lampiran 5.42.

4. Bantuan Operasional Kesehatan


Bantuan Operasional Kesehatan merupakan bantuan dana dari Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota untuk
meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan
Puskesmas untuk mendukung tercapainya target Millennium Development Goals
(MDGs) bidang kesehatan tahun 2015. Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat
meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat

235

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas, meningkatkan upaya untuk menggerakkan
potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh
Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu.
Pada tahun 2012 pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan
promotif preventif meliputi KIA-KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya kesehatan lain
sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap mengacu
pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta target MDGs Bidang
Kesehatan tahun 2015.
Pada proses pelaksanaan, penyaluran dana BOK melalui Tugas Pembantuan telah
dilakukan berbagai upaya penyempurnaan. Realisasi pemanfaatan dana BOK pada
tahun 2012 menunjukan peningkatan dibandingkan tahun 2011. Penyerapan dana BOK
sebesar 96,70% (alokasi dana sebesar Rp 1.095.133.850.000,- dan realisasi sebesar Rp
1.058.945.729.977,-). Realisasi tingkat Puskesmas pun cukup baik yaitu 97,46%.

GAMBAR 5.31
PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber : Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

236

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Pada Gambar 5.31 penyerapan dana BOK tertinggi Provinsi Maluku Utara (99,6%) dan
terendah Provinsi Kalimantan Timur (77,0%). Terdapat 1 kabupaten yang penyerapan
dana BOK-nya rendah yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur
dengan penyerapan sebesar 6,08%. Data alokasi serta realisasi dana BOK menurut
provinsi tahun 2012 terdapat pada Lampiran 5.43.
BOK sebagai salah satu program strategis Kementerian Kesehatan di samping
Jamkesmas/Jampersal sehingga terus diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan
dengan optimal oleh Puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan tangan
Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan
evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota.
Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kader kesehatan tidak lagi
mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses pada
masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan dana utama
penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana tambahan
yang bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan.
Sumber pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota.

237

Profil Kesehatan Indonesia 2012

238

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

Perbandingan Indonesia dengan


negara Anggota Asean dan Sear
239

Profil Kesehatan Indonesia 2012

BAB 6. Perbandingan Indonesia dengan


negara Anggota Asean dan Sear

SEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi


geo-politik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara,
yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi ini bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Organisasi
ASEAN terdiri atas 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina (Philippines), Indonesia,
Kamboja (Cambodia), Laos (Lao Peoples Democratic Republic), Malaysia, Myanmar,
Singapura (Singapore), Thailand, dan Vietnam.
Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam negara
SEAR (South East Asia Region) bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan,
Korea Utara (Democratic Peoples Republic of Korea), India, Maladewa (Maldives),
Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.
Perbandingan data/indikator kesehatan yang terkait antar negara, baik dengan negaranegara ASEAN maupun SEAR, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap
negara-negara lain dalam kawasan yang sama. Bab ini akan membahas perbandingan
antara Indonesia dengan negara ASEAN dan SEAR dari aspek yang berhubungan dengan
kesehatan yaitu aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan.

240

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

A. KEPENDUDUKAN
Data atau informasi tentang penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembangunan nasional karena penduduk merupakan subjek dan objek pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal
dalam pembangunan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan
penduduk yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk,
angka beban tanggungan, angka kelahiran, dan angka kematian.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Indonesia merupakan negara terluas dengan jumlah penduduk terbanyak di antara 10
negara anggota ASEAN. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2012
dan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan tahun 2011-2014, luas
negara Indonesia sebesar 1.922.570 km2 dengan jumlah populasi sebanyak 244.775.797
orang. Jumlah kepadatan penduduk per km2 sebesar 128 orang. Dengan wilayah negara
terluas, di antara negara ASEAN, Indonesia selalu menempati peringkat pertama sebagai
negara dengan jumlah penduduk tertinggi. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki
jumlah penduduk paling rendah di kawasan ASEAN yaitu sekitar 0,4 juta jiwa dengan
kepadatan penduduk per km2 sebesar 72 orang.
Sedangkan di kawasan SEAR Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah
penduduk terbesar setelah India (dengan jumlah penduduk 1.259,7 juta jiwa). Jumlah
penduduk terbesar ketiga di kawasan SEAR adalah Bangladesh yang berpenduduk 152,9
juta jiwa. Delapan negara lainnya berpenduduk kurang dari 70 juta jiwa. Sedangkan dua
negara menempati peringkat terakhir untuk penduduk terkecil di SEAR, dengan jumlah
penduduk kurang dari 1 juta, yaitu Bhutan (0,7 juta), dan Maladewa (0,3 juta). Jumlah
penduduk di kawasan ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.1.

241

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 6.1
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012 dan Data Penduduk Sasaran Program

Pembangunan Kesehatan 2011-2014

Kepadatan penduduk menunjukkan banyaknya penduduk per kilometer persegi.


Hasil estimasi penduduk (Pusdatin, Kemenkes 2011) menunjukkan pada tahun 2012
kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 128 penduduk per km2 dan menempatkan
Indonesia pada peringkat ke-5 terpadat di kawasan ASEAN.
Negara yang menempati peringkat pertama di ASEAN dengan kepadatan penduduk
tertinggi adalah Singapura, dengan angka jauh melebihi 9 negara anggota ASEAN
lainnya yakni dengan kepadatan 7.751 penduduk per km2. Peringkat kedua tertinggi
adalah Filipina dengan kepadatan 321 penduduk per km2. Sedangkan Laos menempati
peringkat terakhir untuk kepadatan penduduk terendah di ASEAN yakni 28 penduduk
per km2.
Di kawasan SEAR, Maladewa yang memiliki luas negara terkecil memiliki kepadatan
penduduk tertinggi dengan 1.110 jiwa per km2. Negara dengan kepadatan penduduk
terendah adalah Bhutan yaitu 15 jiwa per km2. Sementara Indonesia dengan luas
negara terbesar menempati peringkat ke-8 dengan penduduk terpadat di kawasan
SEAR. Tingkat kepadatan penduduk negara-negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat
dilihat pada Gambar 6.2 berikut ini.

242

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


GAMBAR 6.2
KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEAR (Jiwa per km2)
TAHUN 2011

Sumber: World Health Statistics 2013 dan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011-2014

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan
maupun penurunannya di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk
memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang.
Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan
dasar penduduk tersebut, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang
politik suatu daerah atau negara maupun dunia.
Indikator tersebut diatas biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju
pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian dan migrasi
penduduk. Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk menyebabkan jumlah penduduk
yang semakin banyak di masa yang akan datang. Perkiraan laju pertumbuhan penduduk
di negara-negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.3 di bawah ini.

243

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 6.3
PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2001-2011

Sumber: World Health Statistics 2013

Laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan dengan


negara maju. Salah satu penyebabnya adalah angka fertilitas di negara maju lebih
rendah dari negara berkembang, akibatnya laju pertumbuhan juga lebih lambat.
Selain itu menurut Carl Hub (1999: World Population Data Sheet), 98% peningkatan
jumlah penduduk dunia terjadi di negara-negara berkembang. Tingkat kelahiran di
negara berkembang umumnya masih tinggi. Sebaliknya, sejumlah negara maju justru
mengalami penyusutan atau penurunan jumlah penduduk.
Timor Leste sebagai salah satu negara berkembang di kawasan SEAR memiliki perkiraan
laju pertumbuhan penduduk per tahun tertinggi di antara negara-negara di SEAR dengan
perkiraan laju pertumbuhan penduduk 3,0% pada periode 2001-2011, sedangkan Nepal
merupakan negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu
0,2%.
Di negara-negara ASEAN, beberapa negara pertumbuhan penduduknya masih
tergolong tinggi. Akan tetapi secara keseluruhan persentase pertumbuhan penduduk
telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada periode 2001-2011, di
kawasan ASEAN, Singapura, sebagai satu-satunya negara maju di kawasan ASEAN,
memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk per tahun di kawasan ASEAN yang
tertinggi dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6% pada periode 2001-2011,

244

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


sedangkan Myanmar merupakan negara dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk
paling rendah yaitu 0,6%.
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ASEAN, memiliki perkiraan laju
pertumbuhan penduduk 1,1 %. Indonesia menduduki peringkat ke-8 tertinggi untuk
perkiraan laju pertumbuhan penduduk. Sedangkan bila dilihat dari kawasan SEAR,
Indonesia menduduki peringkat ke-7 tertinggi dari 11 negara. Data kependudukan
negara-negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

3. Penduduk Menurut Kelompok Umur


Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui
agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku
pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi
dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan
pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan
sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban
sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat
diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang
belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-4 tahun) dan penduduk
yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga dapat dilihat berapa persentase
penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia
produktif atau yang berusia 15-64 tahun.
Untuk persentase penduduk menurut kelompok umur non produktif (kelompok umur
0-14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas) pada keadaan tahun 2012, Laos
merupakan negara yang tertinggi untuk kelompok umur tersebut dibandingkan negaranegara lain di kawasan ASEAN yaitu 42% dari total penduduk. Sebaliknya Singapura
merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur non produktif terendah
yaitu 26%.
Di antara negara-negara di kawasan SEAR, Timor Leste adalah negara dengan komposisi
penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 45%. Sebaliknya, negara dengan penduduk
non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%, yang dapat
dilihat pada Gambar 6.4 di bawah ini.

245

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Indonesia berada pada peringkat ke 4 tertinggi di kawasan ASEAN untuk kelompok umur
non produktif yaitu 33%. Sedangkan di antara negara-negara SEAR, Indonesia berada
pada posisi ke 6 tertinggi untuk kelompok umur non produktif.
Di satu pihak, Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar di ASEAN dan lebih separuh
penduduk yang dengan usia produktif, akan terus menikmati keuntungan demografi
dan potensi perkembangan ekonomi sangat besar, tetapi di pihak lain, perkembangan
ekonomi tidak dapat mengejar pertambahan jumlah penduduk, sementara jumlah
penduduk yang sangat besar membawa banyak masalah sosial antara lain bahan
pangan, energi, layanan kesehatan dan pendidikan.
GAMBAR 6.4
KOMPOSISI PENDUDUK YANG PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012 dan Data Penduduk Sasaran Program

Pembangunan Kesehatan 2011-2014

Salah satu indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah, Angka Beban Tanggungan
(Dependency Ratio). Dependency Ratio juga indikator yang secara kasar dapat
menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau
negara yang sedang berkembang. Semakin tinggi persentase Angka Beban Tanggungan
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun)
dan tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun ke atas).

246

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan di gambar 6.4, Laos
merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi di kawasan ASEAN
yaitu 72%. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan
terendah yaitu 35%.
Di kawasan SEAR, Timor Leste merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan
tertinggi yaitu 82% sedangkan Thailand merupakan negara dengan Angka Beban
Tanggungan terendah

yaitu 43%. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban

Tanggungan sebesar 49%. Ini berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia
menanggung 49 penduduk yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar Angka Beban Tanggungan di
negara-negara kawasan ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

4. Indeks Pembangunan Manusia


Human

Development

Index (HDI) atau Indeks


Pembangunan
(IPM)

Manusia

adalah

GAMBAR 6.5
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

indeks

pencapaian kemampuan
dasar
manusia

pembangunan
yang dibangun

melalui

pendekatan

tiga dimensi dasar yaitu


meliputi: panjang umur
dan menjalani hidup sehat
yang diukur dari angka
harapan

hidup

waktu

lahir, tingkat pendidikan


yang diukur dari tingkat
kemampuan

baca

tulis

seseorang dan rata-rata


lama sekolah, serta indeks

Sumber: UNDP, Human Development Report 2013

daya beli yaitu memiliki


standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita.

247

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Selain tiga dimensi dasar tersebut diatas, masih banyak indikator lain yang turut
berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia, seperti jumlah tenaga dan
fasilitas pendidikan dan kesehatan serta kemudahan untuk mengaksesnya, kesadaran
masyarakat akan arti penting pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, distribusi
pendapatan, kesempatan kerja, dan indikator-indikator lainnya.
Berdasarkan standar internasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dikategorikan
sebagai berikut: kategori tinggi, jika IPM > 0,800; kategori sedang, jika IPM 0,500-0,799;
dan kategori rendah, jika IPM <0,500.Berdasarkan kategori tersebut di atas, pada tahun
2012 ada 2 negara anggota ASEAN masuk dalam kategori tinggi yaitu Brunei Darussalam
dan Singapura. Sedangkan 7 negara, termasuk Indonesia, masuk kategori sedang, dan
hanya 1 negara masuk kategori rendah. Bila dilihat dari peringkat di negara ASEAN pada
tahun yang sama, Singapura merupakan negara dengan peringkat IPM tertinggi yaitu
pada peringkat ke-18 dari 187 negara di dunia, dan yang terendah adalah Myanmar
dengan peringkat ke-149, sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke-121.
Di Indonesia, meskipun semua komponen IPM menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun, tetapi sepertinya daya ungkitnya masih lemah. Terbukti dari masih bertahannya
IPM Indonesia pada kategori menengah atas, belum mampu naik kelas pada kategori
IPM tinggi. Peringkat IPM Indonesia belum dapat menembus 100 besar dan berada
dibawah peringkat negara anggota ASEAN lainnya seperti: Singapura, Brunei Darussalam,
Malaysia, Thailand, dan Filipina.
GAMBAR 6.6
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber: UNDP, Human Development Report 2013

248

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


Gambar 6.6 menunjukkan bahwa IPM Indonesia pada tahun 2012 sebesar 0,629. Bila
dibandingkan dengan tahun 2012, secara urutan negara Indonesia mengalami kenaikan
(dari peringkat ke-124 pada tahun 2011 menjadi peringkat ke-121 pada tahun 2012),
dan secara nilai Indonesia mengalami sedikit peningkatan (IPM 2011 adalah 0,617). Di
kawasan ASEAN, dari 10 negara, Indonesia berada pada urutan ke 6 tertinggi di bawah
Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Untuk kawasan SEAR, dari 10 negara (Korea Utara tidak ada data), tidak ada negara yang
memiliki IPM dengan kategori tinggi. Sedangkan 7 negara memiliki IPM dengan kategori
sedang, dan 2 negara yaitu Myanmar dan Nepal masuk dalam kategori rendah. Dari 10
negara SEAR, hanya Korea Utara yang tidak memiliki data IPM. Data IPM negara-negara
di kawasan ASEAN dan SEAR tahun 2011 - 2012 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

5. Gender Inequality Index


Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, di
seluruh dunia. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau
wilayah. Meskipun ada kemajuan, ketidaksetaraan gender dalam hak, sumber daya dan
aspirasi masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang, bahkan di sebagian
negara berkembang tidak terjadi kemajuan yang berarti. Oleh sebab itu, kesetaraan
gender merupakan persoalan pokok pembangunan atau tujuan pembangunan yang
memiliki nilai tersendiri. Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara
untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif.
Kesetaraan gender adalah kesetaraan di bidang hukum, kesempatan (termasuk
kesetaraan upah kerja, kesetaraan akses terhadap sumber daya manusia, dan
sumber-sumber produktif lainnya yang memperluas kesempatan) dan aspirasi (untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses pembangunan).
Human Development Report 1995 memperkenalkan dua langkah baru pembangunan
manusia yang menyoroti status perempuan. Dua langkah ini merupakan indikator makro
kesenjangan gender: pertama, Indeks Pembangunan Gender-related Development Index
(GDI) dan kedua, Gender Empowerment Measure (GEM).
GDI mengukur kesenjangan gender dilihat dari bidang kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi, sedangkan GEM mengukur kesenjangan gender dalam hal keterlibatan
perempuan dalam pengambilan keputusan. Komponen GDI adalah : Indeks kesehatan

249

Profil Kesehatan Indonesia 2012


(rata-rata usia harapan hidup), indeks pendidikan (angka melek huruf orang dewasa, ratarata lama pendidikan), dan Indeks perekonomian (sumbangan pendapatan. Sedangkan
komponen GEM adalah, bidang politik (anggota parlemen) dan bidang ekonomi (tenaga
profesional, angkatan kerja dan rata-rata upah di sektor non pertanian).
Namun baik GDI maupun GEM masih belum dapat mengukur ketidaksetaraan gender
karena komponen yang digunakan adalah komponen yang sama dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).
Selanjutnya, Human Development Report 2013 memperkenalkan Gender Inequality
Index (GII) atau Indeks Ketidaksetaraan. GII dihasilkan dari 3 dimensi variabel, yaitu
kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan partisipasi dalam lapangan pekerjaan.
Dimensi kesehatan reproduksi terdiri dari AKI (Maternal Mortality Ratio=MMR) dan
AFR (Adolescent Fertility Rate). AKI merupakan alat ukur akses wanita terhadap layanan
kesehatan, dan AFR menunjukkan tingkat kelahiran pada usia dini. Rendahnya AKI
mengindikasikan bahwa ibu hamil sudah memiliki akses untuk mendapatkan layanan
kesehatan yang tepat. Sementara tingginya AFR dapat mengakibatkan tingginya risiko
kesehatan ibu dan bayi.
Dimensi pemberdayaan perempuan dilihat dari variabel jumlah kursi perempuan dalam
parlemen dan variabel tingkat pendidikan. Dengan jumlah perempuan yang berimbang
dalam parlemen, keputusan yang dibuat dapat lebih menyuarakan kepentingan
perempuan. Sementara besarnya akses perempuan pada pendidikan tinggi akan
meningkatkan akses perempuan terhadap informasi dan memperluas peran dalam
urusan publik. Tingginya akses perempuan terhadap pendidikan akan membantu
mengurangi AFR dan AKB.
Dimensi terakhir adalah lapangan pekerjaan, yang diukur dengan partisipasi tenaga kerja
perempuan dalam dunia kerja. Keempat dimensi tersebut menjadi dasar penghitungan
Indeks Ketidaksetaraan Gender (GII).
Human Development Report 2013 selain menerbitkan angka Indeks Pembangunan
Manusia (HDI) 2013 juga Indeks Ketidaksetaraan Gender (GII) 2013. Dari 18 negara
ASEAN dan SEAR, Korea Utara tidak memiliki data GII, sementara Brunei Darussalam
dan Timor Leste tidak memiliki data nilai GII.

250

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


GAMBAR 6.7
INDEKS KETIDAKSETARAAN GENDER
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber: UNDP, Human Development Report 2013

Nilai (value) GII berbanding terbalik dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI).
Semakin besar nilai HDI maka semakin tinggi posisi ranking, sementara semakin kecil
nilai GII maka semakin tinggi posisi ranking.
Seperti halnya pada Gambar 6.7 menunjukkan bahwa di antara 10 negara anggota
ASEAN, negara dengan nilai GII tertinggi adalah Singapura dengan nilai GII 101, nilai
terkecil diantara 10 negara ASEAN. Indonesia dengan angka GII sebesar 0,494 menempati
urutan ke-9 terendah di ASEAN dan urutan ke-106 di dunia. Tampaknya ketidaksetaraan
gender masih menjadi masalah di Indonesia, dengan ditunjukkannya nilai GII Indonesia
berada pada tingkat terakhir di ASEAN, dengan Brunei Darussalam tidak memiliki data
GII.
Berdasarkan 3 dimensi variabel yang dihasilkan oleh GII, yaitu kesehatan reproduksi,
pemberdayaan, dan partisipasi dalam lapangan pekerjaan, maka ketiga nilai yang
dimiliki Indonesia untuk ketiga dimensi tersebut masih menunjukkan nilai rendah
apabila dibandingkan dengan 8 anggota negara ASEAN lainnya.
Sementara untuk di kawasan SEAR, negara dengan angka GII tertinggi adalah Maladewa
(0,357), dan negara dengan angka GII terendah adalah India (0,610). Indonesia dengan
angka GII sebesar 0,494 menempati urutan ke-7 tertinggi di SEAR.
Data GII negara-negara di kawasan ASEAN dan SEAR tahun 2011 - 2012 dapat dilihat
pada Lampiran 6.3.

251

Profil Kesehatan Indonesia 2012

6. Total Fertility Rate


Angka Fertilitas Total (AFT) atau Total Fertility Rate (TFR) merupakan gambaran mengenai
rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun.
Perbandingan TFR antar negara penting untuk diketahui karena dapat membantu
para perencana program pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin,
meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu
hamil dan perawatan anak, serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat
kelahiran. Selain itu, angka fertilitas total tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan
program keluarga berencana yang dilaksanakan di negara tersebut.
TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah (terutama perempuannya) tingkat sosial ekonomi rendah atau
tingkat kemiskinan yang tinggi. Angka Fertilitas Total dapat diklasifikasikan menjadi 3
tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah
terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2 3,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2011, di kawasan ASEAN, terdapat 4
negara yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah, yaitu Singapura
(1,3), Thailand (1,6), serta Vietnam (1,8). Sedangkan ada 4 negara masuk kategori angka
kesuburan wanita sedang, dan Indonesia masuk ke dalam kategori tersebut dengan
angka kesuburan wanita 2,1 yang berarti untuk setiap wanita di Indonesia rata-rata
memiliki anak 1 orang selama masa suburnya.
Masih di pada tahun yang sama, untuk kawasan SEAR, Timor Leste merupakan satusatunya negara di SEAR yang masuk dalan kategori tinggi yaitu sebesar 6,1. Sedangkan
Indonesia beserta tujuh negara lainnya yakni, Myanmar, Sri Lanka, Bangladesh, Korea
Utara, Bhutan, India, dan Nepal termasuk dalam kategori sedang. Hanya Thailand dan
Maladewa termasuk negara dengan Angka Fertilitas Total berkategori rendah. Besaran
Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Gambar 6.8 berikut
ini.

252

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


GAMBAR 6.8
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012

Data Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012

7. Angka Kelahiran Kasar


Crude Birth Rate (CBR) atau Angka Kelahiran Kasar (AKK) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran hidup pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan
tahun yang sama.
Angka Kelahiran Kasar pada tahun 2011 di negara-negara ASEAN pada rentang 9 sampai
31 per 1.000 penduduk. Negara dengan angka kelahiran terendah yakni Singapura yaitu
9,2 kelahiran per 1.000 penduduk. Angka Kelahiran Kasar tertinggi di ASEAN terjadi di
negara Filipina dengan angka 24,8 per 1.000 penduduk, kemudian tertinggi kedua adalah
Laos, yaitu 23,1 per 1.000 penduduk. Sedangkan Indonesia memiliki Angka Kelahiran
Kasar sebesar 17 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk.
Masih di tahun yang sama, Angka Kelahiran Kasar di negara-negara SEAR berkisar antara
14 sampai 38 per 1.000 penduduk. Terendah di Thailand yakni 11,9 per 1.000 penduduk
dan tertinggi di Timor Leste (38,1) per 1.000 penduduk.

253

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Dengan 17 kelahiran per 1.000 penduduk, di kawasan ASEAN Indonesia menempati
peringkat ke-6 terendah, sedangkan di kawasan SEAR menempati peringkat ke-6
terendah untuk Angka Kelahiran Kasar.
Gambar 6.9 memperlihatkan perbandingan Angka Kelahiran Kasar negara-negara
kawasan ASEAN dan SEAR. Data Angka Kelahiran Kasar di negara ASEAN dan SEAR tahun
2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

GAMBAR 6.9
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

Sumber: World Health Statistics 2013

8. Sosial Ekonomi
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara. Pendapatan Nasional merupakan salah satu
indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional
Bruto perkapita (Gross National Income) adalah pendapatan yang diterima oleh setiap
penduduk dalam suatu negara selama kurun waktu setahun, atau ditentukan oleh
besarnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita besarnya
ditentukan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB).
Penyajian PDB dan PNB dari berbagai sektor dirinci menurut nilai tambah dari seluruh
sektor ekonomi, yang mencakup sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik, gas

254

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


dan air, konstruksi, perdagangan, pengangkutan, lembaga keuangan, dan jasa-jasa.
Sedangkan PDB dan PNB menurut penggunaan dirinci menurut komponen pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto, dan ekspor neto.
Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor- faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara
asing. Sedangkan Produk Nasional Bruto mempuyai arti yang bersamaan dengan GDP,
tetapi memperkirakan jenis jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam perhitungan
pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan
nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor- faktor produksi yang
dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Faktorfaktor produksi yang dimiliki warga negara suatu negara yang terdapat di negara itu
sendiri maupun diluar negeri juga dihitung didalam Produk Nasional Bruto.
Tinggi rendahnya PDB atau PNB dan pendapatan per kapita suatu negara oleh Bank
Dunia dikelompokkan ke dalam empat kelompok berdasarkan pendapatan per kapita
pada tahun 2003, yaitu sebagai berikut.
1. Kelompok negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu negaranegara yang memiliki PNB per kapita sekitar US$ 675 atau kurang.
2. Kelompok negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income
economies), yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 675
sampai dengan US$ 2.695.
3. Kelompok negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income
economies), yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 2.696
sampai dengan US$ 8.335.
4. Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income economies), yaitu negaranegara yang mempunyai PNB per kapita sekitar US$ 8.335 atau lebih.
Pendapatan per kapita suatu negara dinyatakan dengan nilai tukar uang luar negeri atau
dalam dolar Amerika Serikat. Dengan cara demikian dapat dibandingkan pendapatan
per kapita suatu negara dengan negara lain, terutama negara-negara sekitar yang
berdekatan, misalnya Indonesia di antara negara-negara ASEAN. Perbandingan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kedudukan negara yang bersangkutan di
antara negara-negara lain.
Di antara negara ASEAN (Brunei Darussalam dan Myanmar tidak ada data), PNB per

255

Profil Kesehatan Indonesia 2012


kapita tertinggi pada tahun 2010 adalah Singapura dengan US$ 55.790 per kapita
dan terendah adalah Myanmar dengan US$ 1.950 per kapita. Indonesia memiliki PNB
perkapita sebesar US$ 4.200 dan menempati urutan ke-5 tertinggi.
GAMBAR 6.10
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet USAID, 2012

Sementara itu, di antara negara SEAR (tidak ada data untuk Korea Utara dan Myanmar),
negara dengan pendapatan nasional bruto per kapita tertinggi adalah Thailand yaitu
sebesar US$ 8.190 dan terendah adalah Nepal dengan US$ 1.210. Jika dibandingkan
dengan seluruh negara di ASEAN dan SEAR, Indonesia berada di peringkat ke-8 tertinggi
pendapatan nasional bruto per kapita.
Gambar 6.10 memperlihatkan perbandingan pendapatan nasional bruto di negaranegara kawasan ASEAN dan SEAR. Data PNB per kapita 2011 di negara ASEAN dan SEAR
dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

256

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB
kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per
1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Bayi, gambar 6.11 menunjukkan pada tahun 2011,
Myanmar merupakan negara yang memiliki angka kematian bayi tertinggi di kawasan
ASEAN dengan angka 47,9 per 1.000 kelahiran hidup. Empat negara termasuk Indonesia
diantara Filipina, Laos
dan Kamboja termasuk
kelompok
Sedangkan
negara

ke

lima

lainnya

yaitu

Singapura,
Brunei

sedang.

GAMBAR 6.11
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011

Malaysia,
Darussalam,

Thailand dan Vietnam


termasuk

negara

dengan Angka Kematian


Bayi rendah. Dari 10
negara anggota ASEAN,
tidak ada yang masuk
dalam kelompok angka
kematian bayi sangat
tinggi (>100 per 1.000
kelahiran hidup).
Menurut The UN-Inter
agency Group for Child
Mortality

Estimates

Sumber: The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2012

(IGME), Tahun 2011,


Angka Kematian Bayi yang dimiliki Indonesia adalah 24,8 kematian per 1.000 kelahiran
hidup pada 2011. Meski Angka Kematian Bayi di Indonesia terus menurun tiap tahun,

257

Profil Kesehatan Indonesia 2012


namun tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali
lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand.
Menurut data World Health Organization (WHO) 2003, Angka Kematian Bayi di Indonesia
sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53%. Beberapa penyakit yang
timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal (23%).
Bukti empiris tentang adanya hubungan antara tingkat fertilitas dengan tingkat kematian
anak adalah sangat kuat. Negara-negara yang memiliki angka kematian bayi kurang dari
20, mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas (Total Fertility Rate) sebesar 1,7 anak.
Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata
tingkat fertilitas 6,2 anak. Hal ini mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai
tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk tercepat
di dunia.
Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 3 negara di SEAR, yaitu Maladewa, Thailand,
dan Sri Lanka masuk dalam kategori negara dengan Angka Kematian Bayi rendah dengan
angka 9, 11 dan 11 per 1.000 kelahiran hidup. Tujuh negara masuk kategori sedang dan
satu negara (Myanmar) masuk kategori tinggi.
Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN dan SEAR berkisar antara 2 dan
50. Singapura merupakan negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000 kelahiran
hidup, sedangkan AKB tertinggi di Myanmar, yaitu sebesar 48 per 1.000 kelahiran hidup.
Indonesia memiliki Angka Kematian Bayi 37 per 1.000 kelahiran hidup dan berada di
peringkat 10 terendah di antara 18 negara tersebut. Data Angka Kematian Bayi di negara
ASEAN dan SEAR tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

2. Angka Kematian Balita


Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting
dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya
jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka rentan terhadap
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare,
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.

258

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


GAMBAR 6.12
ANGKA KEMATIAN BALITA (PER 1000 KELAHIRAN HIDUP)
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2012

Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat
tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per 1.000
kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah
dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Balita diatas, Angka Kematian Balita terendah
dicapai Singapura yaitu 2,6 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan ke-9 negara
ASEAN lainnya masuk dalam kategori sedang, termasuk didalamnya Indonesia dengan
Angka Kematian Balita sebesar 31,8 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Myanmar
dengan Angka Kematian Balita tertinggi di ASEAN berada dalam kategori sedang dengan
62,4 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Hampir semua negara ASEAN memiliki Angka
Kematian Balita kurang dari 50 per 1.000 kelahiran hidup kecuali Myanmar.
Angka Kematian Balita di SEAR berkisar antara 11 sampai 62 per 1.000 kelahiran hidup.
Sebagaimana di ASEAN, di SEAR Myanmar juga merupakan negara dengan AKABA
tertinggi. Sedangkan Thailand dan Maladewa adalah negara dengan AKABA terendah,
dengan AKABA 11 per 1.000 kelahiran hidup. Jika di ASEAN hanya terdapat 1 negara
(dari 10 negara) dengan AKABA lebih dari 50 per 1.000 kelahiran hidup, di SEAR ada
3 negara dengan AKABA lebih dari 50, yaitu: Timor Leste, India, dan Myanmar. Tidak
ada negara di ASEAN dan SEAR dengan angka kematian balita masuk ke dalam kategori
tinggi berdasarkan klasifikasi MDGs.

259

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Pada Gambar 6.12 terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki AKABA relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan negara-negara SEAR. Telah dipaparkan sebelumnya
bahwa sebagian besar kematian balita disebabkan oleh diare, pneumonia, dan
malnutrisi. Hal itu berarti negara-negara ASEAN mungkin memiliki sanitasi dan keadaan
ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara SEAR.
Pada tahun 2011, di Indonesia terdapat 31,8 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup.
Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya,
sedangkan pada kawasan SEAR, Indonesia menempati peringkat ke-7 tertinggi kematian
balita per 1.000 kelahiran hidup. Data Angka Kematian Balita di negara ASEAN dan SEAR
tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

3. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan
masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan
gangguan
atau

kehamilan

penanganannya

(tidak

GAMBAR 6.13
ANGKA KEMATIAN IBU DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2010

termasuk

kecelakaan atau kasus


insidentil)
kehamilan,
dan

selama
melahirkan

dalam

masa

nifas (42 hari setelah


melahirkan)

tanpa

memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000
kelahiran hidup.
Berdasarkan

klasifikasi

Angka Kematian Ibu dari


WHO

adalah

sebagai

berikut; <15 per 100.000


kelahiran hidup; 15-199
per 100.000 kelahiran

260

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


hidup; 200-499 per 100.000 kelahiran hidup; 500-999 per 100.000 kelahiran hidup;
dan 1.000 per kelahiran hidup. Pada tahun 2011 di kawasan ASEAN hanya Singapura
yang memiliki Angka Kematian Ibu rendah, yakni mencapai Angka Kematian Ibu <15
yaitu 3 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 5 negara memiliki Angka Kematian Ibu 15199 per 100.000 kelahiran hidup, yakni: Brunei Darussalam (24), Filipina (99), Malaysia
(29), Vietnam (59), dan Thailand (48) serta 4 negara memiliki Angka Kematian Ibu 200499 per 100.000 kelahiran hidup, termasuk Indonesia. Laos merupakan negara dengan
Angka Kematian Ibu tertinggi di ASEAN dengan angka 470 per 100.000 kelahiran hidup.
AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi
dibandingkan Vietnam (59/100.000), dan Cina (37/100.000). Ini menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi asia, tertinggi ke-3 di kawasan
ASEAN dan ke-2 tertinggi di kawasan SEAR. Untuk satu ibu yang akan melahirkan anak
di Indonesia, risiko ibu tersebut meninggal dunia sepuluh kali lipat dari seorang ibu di
Malaysia dan Sri Lanka. Angka Kematian Ibu masih sangat tinggi di Indonesia. Sebanyak
228 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka itu lebih dari
sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka (24). Target Pemerintah adalah menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Pada tahun yang sama, negara-negara di SEAR tidak ada yang mencapai Angka Kematian
Ibu <15 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu > 500 kelahiran hidup. Lima negara
memiliki Angka Kematian Ibu antara 15-199 per 100.000 kelahiran hidup, yakni :
Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa, Nepal dan Srilanka. Serta lima negara memiliki
Angka Kematian Ibu 200-499 per 100.000 kelahiran hidup, yaitu : Indonesia, Myanmar,
Bangladesh, India, dan Timor Leste. Negara dengan Angka Kematian Ibu tertinggi adalah
Timor Leste dengan angka 300 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo,
yang merupakan Rumah Sakit rujukan nasional, lima besar penyebab kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru.
Data Angka Kematian Ibu di negara ASEAN dan SEAR tahun 2010 dapat dilihat pada
Lampiran 6.2.

261

Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Angka Kematian Kasar


Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000
penduduk. Pada umumnya penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Jika tidak ada indikator kematian yang
lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan
penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.
GAMBAR 6.14
ANGKA KEMATIAN KASAR (PER 1000 PENDUDUK)
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Gambar 6.14 menunjukkan bahwa, pada tahun 2011, Myanmar memiliki Angka Kematian
Kasar tertinggi di kawasan ASEAN, dengan 8,5 per 1.000 penduduk. Sementara Angka
kematian terendah dimiliki oleh Brunei Darussalam dengan 3,3 kematian per 1.000
penduduk. Masih di tahun yang sama, Angka Kematian Kasar di antara negara-negara
kawasan SEAR tidak terlalu berbeda dengan di ASEAN. Korea Utara dengan 10 kematian
per 1.000 penduduk merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi,
sementara terendah adalah Maladewa dengan 4 kematian per 1.000 penduduk.
Pada tahun 2011, di Indonesia terdapat 7 kematian per 1.000 penduduk. Di kawasan
ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke-7 terendah Angka Kematian Kasar;
sedangkan di kawasan SEAR, Indonesia bersama-sama Sri Lanka menduduki peringkat
ke-6 terendah. Data Angka Kematian Kasar di negara ASEAN dan SEAR tahun 2011 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.

262

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

5. Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator
yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH yaitu ratarata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir. Peningkatan
usia harapan hidup penduduk dari suatu negara merupakan efek keberhasilan program
kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi dinegara tersebut.
Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah
penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan
tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu
memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai
peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan
hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang
pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan
meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Gambar 6.15 memperlihatkan bahwa pada tahun 2012 di antara sepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 82 tahun. Selain kesejahteraan, salah
satu faktor dalam memperlama usia harapan hidup rata-rata di Singapura adalah bahwa
di awal 1980-an, pemerintah mengakui bahwa negara itu memiliki populasi usia tua
yang banyak, dengan rata-rata usia warga yang semakin meningkat terus. Pemerintah
Singapura berencana dan menargetkan Singapura memiliki fasilitas perawatan
kesehatan yang sangat baik untuk orang tua. Sementara negara yang memiliki Angka
Harapan Hidup waktu lahir terendah adalah Kamboja yaitu 62 tahun.

263

Profil Kesehatan Indonesia 2012


GAMBAR 6.15
ANGKA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber: Population Reference Bureau, World Population Data Sheet 2012

Untuk kawasan SEAR, Sri Lanka merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu
lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 78 tahun. Negara yang memiliki
umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Timor Leste yaitu 63 tahun.
Di kawasan ASEAN, Indonesia dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir 72 tahun
menempati peringkat ke-6 tertinggi, sedangkan di kawasan SEAR menempati peringkat
ke-6 tertinggi. Data Angka Harapan Hidup di negara ASEAN dan SEAR tahun 2012 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.

MORBIDITAS
1. Prevalensi Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya
menjadi perhatian di dunia dan menjadi salah satu indikator dalam pencapaiaan tujuan
pembangunan global. Data dari World Health Statistics 2013 menunjukkan tingginya
angka prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk di beberapa negara ASEAN dan
SEAR.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insiden
(didefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis yang muncul
dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi

264

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu) dan
mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu)
Tiga negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi di ASEAN adalah Kamboja dengan
817 per 100.000 penduduk, Laos dengan 540 per 100.0000 penduduk, dan Myanmar
dengan 506 per 100.000. Singapura merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis
terendah yaitu sebesar 46 per 100.000 penduduk. Sedangkan Indonesia berada di posisi
keenam untuk prevalensi tuberkulosis dengan 281 per 100.000 penduduk.
GAMBAR 6.16
PREVALENSI TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Untuk kawasan SEAR, Timor Leste memiliki prevalensi tuberkulosis paling tinggi, yaitu
701 per 100.000 penduduk diikuti oleh Myanmar dengan 506 per 100.000 penduduk.
Maladewa adalah negara dengan prevalensi terendah dengan angka 44 per 100.000
penduduk. Sedangkan Indonesia berada di posisi kelima untuk prevalensi tuberkulosis
dengan 281 per 100.000 penduduk di antara negara-negara SEAR.
Baik untuk kawasan ASEAN maupun SEAR, kesenjangan prevalensi tuberkulosis antar
negara cukup tinggi, dimana untuk kawasan ASEAN kisaran prevalensi tuberkulosis tahun
2011 adalah 46-817 per 100.000 penduduk. Dan kesenjangan prevalensi tuberkulosis
antar negara SEAR adalah 44-701 per 100.000 penduduk.
Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2011
tertinggi di ASEAN terjadi di Kamboja yaitu 63 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus

265

Profil Kesehatan Indonesia 2012


kematian akibat tuberkulosis terendah terjadi di Singapura dan Brunei Darussalam
masing-masing 2,3 dan 2,7 kematian per 100.000 penduduk.
Sedangkan kematian akibat tuberkulosis di negara-negara kawasan SEAR berkisar antara
3,4 sampai 46 per 100.000 penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka
kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 46 kematian per
100.000 penduduk. Namun untuk angka kematian akibat tuberkulosis yang terendah
juga di Nepal (2,3 per 100.000 penduduk).
GAMBAR 6.17
KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Di antara 10 negara di ASEAN angka kematian akibat tuberkulosis di Indonesia merupakan


peringkat kelima (27 per 100.000 penduduk) sejalan dengan prevalensi tuberkulosis.
Berbeda dengan posisi Indonesia di antara negara SEAR, untuk angka kematian akibat
tuberkulosis Indonesia merupakan peringkat ketiga tertinggi setelah Timor Leste dan
Bangladesh, padahal prevalensi tuberkulosis Indonesia di antara negara SEAR adalah
peringkat kelima. Selengkapnya mengenai Tuberkulosis di ASEAN dan SEAR dapat dilihat
pada Lampiran 6.5.

266

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

2. Flu Burung (Avian Influenza)


Kemunculan strain virus flu burung yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama kali
terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit,
dan 6 di antaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus flu
burung dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan
meyakini penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.
Flu burung pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui Vietnam,
3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Sampai
dengan akhir tahun 2012, 6 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi flu burung yaitu
Vietnam, Thailand, Indonesia, Laos, Myanmar dan Kamboja.
GAMBAR 6.18
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT FLU BURUNG
DI NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2003-2012

Sumber: http://www.who.int/influenza/human_animal_interface/EN_GIP_20130426CumulativeNumberH5N1c
ases.pdf (diakses 20 Mei 2013)

Gambar 6.18 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat flu burung di wilayah
ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2012. Kasus pertama kali menyerang Vietnam dengan
3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004 jumlah kasus
meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam,
Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan
negara yang terinfeksi flu burung terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun
kali ini jumlah kematian dapat ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada

267

Profil Kesehatan Indonesia 2012


kematian, tahun 2005 dari 90 penderita 38 meninggal (CFR = 42,22%). Semenjak
itu jumlah kasus flu burung terus menurun, namun tidak demikian dengan angka
kematiannya (CFR). Pada tahun 2009 terdapat 27 kasus dari 3 negara di ASEAN dengan
24 kematian (CFR = 88,89%). Tahun 2010, terjadi penurunan CFR menjadi 58,82% (17
kasus dengan 10 kematian), namun meningkat kembali pada tahun 2011 dengan CFR
sebesar 90% (20 kasus dengan 18 kematian) dan turun sedikit pada tahun 2012 menjadi
87,5% (16 kasus dengan 14 kematian).
Penyakit flu burung mulai menyerang manusia di kawasan SEAR pada tahun 2004, yaitu
di Thailand. Negara-negara di SEAR yang terjangkit flu burung sejak 2005 adalah negaranegara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Thailand
dan Indonesia, serta Myanmar pada tahun 2007 dengan 1 kasus. Selain negara SEAR
yang juga negara ASEAN tersebut (Indonesia, Myanmar, dan Thailand), Bangladesh
merupakan satu Negara SEAR yang memiliki kasus flu burung. Sejak munculnya kasus
flu burung tahun 2003, Bangladesh tercatat 2 kali terinfeksi, yaitu 1 kasus pada tahun
2008 dan 2 kasus pada tahun 2011. Selama 2 tahun tersebut, tidak ada kematian akibat
flu burung di Bangladesh. Namun di Indonesia CFR kasus flu burung pada tahun 2012
naik menjadi 100% (9 kasus dengan 9 kematian).
Selengkapnya mengenai kasus dan kematian akibat flu burung (Avian Influenza) di
Negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat pada Lampiran 6.7.

268

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

3. Polio
Polio merupakan penyakit yang dapat berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa.
Namun, di antara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat dicegah
dengan melakukan imunisasi, atau biasa disebut dengan PD3I (Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi). Polio merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam
PD3I, sedangkan penyakit lainnya adalah Tuberkulosis, Hepatitis B, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Tetanus Neonatorum, dan Campak. Berikut adalah jumlah kasus polio yang
terjadi di negara ASEAN dan SEAR.
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS POLIO
NEGARA ASEAN DAN SEAR TAHUN 2005-2011

Sumber: WHO, (http://apps.who.int/immunization_monitoring/globalsummary)

Sejak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN, Brunei
Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura dan Vietnam merupakan negara yang sudah
bebas polio di kawasan ASEAN. Pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang
penduduk di kawasan ASEAN, yaitu di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja
dan Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun
2006 penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan
4 penderita di kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1
penderita berasal dari Kamboja dan Myanmar. Pada tahun 2007, di antara negara-negara
anggota ASEAN, hanya Myanmar yang masih ditemukan kasus polio bahkan jumlahnya
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 1 kasus menjadi 15
kasus.
Indonesia, yang pada tahun 2005 terjadi kejadian luar biasa dengan ditemukannya
349 kasus polio, telah mampu mengendalikan kejadian tersebut sehingga sejak 2007

269

Profil Kesehatan Indonesia 2012


tidak ditemukan lagi kasus polio. Akhirnya pada tahun 2008 hingga 2012 sudah tidak
ditemukan lagi kasus polio di wilayah ASEAN.
Di kawasan SEAR, Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa, dan Sri Lanka merupakan
negara yang bebas polio sebelum tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2008 ditemukan
sebanyak 565 kasus dari 2 negara, yaitu India dengan 559 kasus dan Nepal dengan 6
kasus. India mengalami penurunan 36% dari tahun sebelumnya, sementara Nepal
mengalami kenaikan 20%. Tahun 2009 terjadi peningkatan kembali kasus polio di India
menjadi 756 kasus. Namun, tahun 2010 terjadi penurunan tajam menjadi 49 kasus
(India 43 kasus, Nepal 6) diikuti penurunan pada tahun 2011 menjadi 1 kasus polio, dan
pada tahun 2012 tidak ditemukan lagi kasus polio di India.

GAMBAR 6.19
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2004-2012

Sumber: WHO vaccine-preventable disease monitoring system, 2012 global summary (http://apps.who.int/immunization_
monitoring/globalsummary/)

Jika dibandingkan dengan kawasan ASEAN, jumlah seluruh kejadian polio di kawasan
SEAR cukup tinggi dan terjadi kenaikan hingga tahun 2007. Tingginya angka kejadian ini
karena kontribusi jumlah kasus yang sangat besar oleh India yang merupakan salah satu
dari 4 negara endemis polio. Walau sempat turun dan kembali naik di tahun 2009, tahun
2010 kasus polio di India menurun tajam dan nyaris hilang di tahun 2011 dan menjadi
0 kasus pada tahun 2012.

270

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear

4. Campak
Penyakit campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kebutaan, ensefalitis,
diare parah, infeksi telinga dan radang paru-paru, terutama pada anak yang kekurangan
gizi serta orang-orang dengan daya tahan tubuh rendah. Tidak ada pengobatan khusus
untuk penyakit campak dan kebanyakan penderita mengalami kesembuhan dalam 2-3
minggu. Namun, penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi.
Pada tahun 2012, Indonesia merupakan negara ASEAN yang memiliki kasus penyakit
campak terbanyak dengan jumlah 15.489 kasus, sedangkan urutan kedua terbanyak
adalah Thailand dengan 5.197, sedangkan 8 negara ASEAN lainnya memiliki jumlah
lebih sedikit dan tidak lebih dari 3.000 kasus. Brunei Darussalam hanya dengan 1 kasus,
dimana pada tahun 2011 kasus campak yang dilaporkan sebanyak 4 kasus.
Di wilayah SEAR, pada tahun 2012 kasus campak terbanyak ditemukan di India dengan
jumlah total 18.668 kasus. Tiga negara memiliki kasus di bawah 100, yaitu Bhutan
dengan 1 kasus, Timur Leste 15 kasus, dan Sri Lanka dengan 51 kasus. Di antara negara
SEAR, hanya di Maladewa dan Korea Utara yang tidak ditemukan kasus campak.
Bila dibandingkan kasus campak di ASEAN dan SEAR, jumlah kasus campak di Indonesia
adalah yang tertinggi di ASEAN dan penyumbang kedua setelah India untuk kawasan
SEAR.

5. Tetanus Neonatorum
Pada tahun 2012, Tetanus Neonatorum terjadi di 8 negara ASEAN, dengan jumlah kasus
tertinggi di Filipina dan Indonesia yang melebihi 100 orang. Dimana di Thailand dan
Brunei Darussalam dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum.
Berdasarkan Vaccine-Preventable Disease Monitoring System 2012, tahun 2012 pada
kawasan SEAR jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi
kasus di negara lain di kawasan ASEAN, yaitu 653 kasus. Bangladesh menempati urutan
kedua terbesar dengan 109 kasus. Thailand, Bhutan, Maladewa, Korea Utara dan Sri
Lanka dilaporkan tidak memiliki kasus tetanus neonatorum.
Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di negara ASEAN
dan SEAR tahun 2012 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.8.

271

Profil Kesehatan Indonesia 2012

C. UPAYA KESEHATAN
1. Cakupan Imunisasi
Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah
penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan
faktor penting dalam mengurangi Angka Kematian Balita. Dari 22 tujuan yang disepakati
dalam pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEAR, imunisasi campak
diberikan pada bayi usia 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan
kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak).
Dengan demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah
mendapatkan imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga
menggambarkan besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.
Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.21,
cakupan imunisasi BCG pada bayi umumnya lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena
jadwal pemberian imunisasi BCG yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi
yang lain, bahkan beberapa negara memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi
dilahirkan. Pada tahun 2012 cakupan imunisasi BCG tertinggi di antara negara anggota
ASEAN dicapai Brunei Darussalam dan Thailand dengan masing-masing 100% dan
terendah Myanmar 87%. Untuk tahun 2012, Singapura tidak melaporkan cakupan
imunisasinya.
Di kawasan SEAR, 8 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 90%. Negaranegara tersebut adalah Thailand, Bangladesh, Bhutan, India, Korea Utara, Maladewa,
Nepal, dan Sri Lanka. Tiga negara belum mencapai target 90%. Timor Leste merupakan
negara dengan cakupan imunisasi BCG terendah yaitu 71%.
Terkait dengan imunisasi campak, pada tahun 2012 sebanyak 4 negara anggota ASEAN
telah mencapai target imunisasi campak yaitu 90%. Negara-negara tersebut adalah
Brunei Darussalam (99%), Thailand (98%), Vietnam (96%), dan Kamboja (93%). Brunei
Darussalam merupakan negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi di ASEAN,
sedangkan yang terendah adalah Laos dengan cakupan imunisasi campak sebesar 72%.
Cakupan imunisasi campak di Indonesia 2012 sebesar 84%. Pada tahun 2011, Singapura
telah mencapai target imunisasi campak, namun untuk tahun 2012 Singapura tidak
melaporkan cakupan imunisasi.

272

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


GAMBAR 6.20
CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN CAMPAK
DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2012

Sumber : WHO Immunization Summary, 2013: A Statistical Reference Containing Data through 2012

Di kawasan SEAR, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi campak 90%. Negaranegara tersebut adalah Korea Utara (99%), Sri Lanka (99%), Thailand (98%), Maladewa
(98%), dan Bhutan (95%), sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan
imunisasi campak terendah yaitu 73%. Sedangkan Indonesia berada di urutan kedua
terendah bersama dengan Myanmar dengan cakupan imunisasi sebesar 84%.
Pada tahun 2012, 5 dari 10 negara anggota ASEAN telah mencapai target cakupan
imunisasi polio3 sebesar 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Malaysia (100%), Thailand
(99%), Vietnam (97%), dan Kamboja (95%), sedangkan Singapura tidak ada data.
Cakupan imunisasi polio3 terendah adalah Laos dan Indonesia yaitu sebesar 78%.
Menurut sumber yang sama, 7 dari 11 negara di kawasan SEAR telah mencapai cakupan
imunisasi polio3 sebesar 90%. Cakupan imunisasi polio tertinggi adalah Thailand, Korea
Utara, Maladewa, dan Sri Lanka dengan 99% dan terendah adalah Timor Leste dengan
83%.
Hampir di seluruh negara ASEAN dan SEAR imunisasi hepatitis merupakan imunisasi
dasar yang diberikan pada bayi, namun tidak demikian halnya dengan di India, dimana
imunisasi hepatitis bukan merupakan imunisasi dasar. Di kawasan ASEAN persentase
bayi yang mendapat imunisasi hepatitis paling rendah terjadi di Filipina (70%) dan

273

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Indonesia (73%). Sedangkan untuk kawasan SEAR cakupan imunisasi hepatitis3 paling
rendah adalah India (70%) dan Indonesia (73%). Cakupan 5 imunisasi dasar di ASEAN
dan SEAR tahun 2012 lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.9.

2. Pengendalian TB Paru
Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama dalam pengendalian TB
karena dapat memutuskan rantai penularan. Pada 1994 WHO meluncurkan strategi
pengendalian TB untuk diimplementasikan secara internasional, disebut DOTS (Direct
Observed Treatment Short-course). Lima elemen strategi DOTS sebagai berikut: (1)
Komitmen politis yang berkesinambungan; (2) Akses terhadap pemeriksaan mikroskopis
dahak yang berkualitas; (3) Kemoterapi standar jangka pendek untuk semua kasus TB
dengan manajemen kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan;
(4) Keteraturan penyediaan obat yang dijamin kualitasnya; (5) Sistem pencatatan dan
pelaporan yang memungkinkan penilaian hasil pada semua pasien dan penilaian kinerja
keseluruhan program.
WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) sebesar 70% dan angka kesembuhan 85%.
Sementara pencapaian secara global temuan kasus untuk semua bentuk TB Paru pada
tahun 2011 adalah 66% (rentang: 64-69%), meningkat dari 53-59% pada tahun 2005
dan 38-43% di tahun 1995. Sedangkan secara global, tingkat keberhasilan pengobatan
(angka kesembuhan) berada pada tingkat tinggi selama beberapa tahun. Pada tahun
2010 (tahun terakhir dimana data hasil pengobatan tersedia), tingkat pencapaian
keberhasilan pengobatan di antara semua kasus baru didiagnosa adalah 85% dan 87%
di antara pasien dengan BTA positif TB paru. Hal tersebut berarti pencapaian indikator
temuan kasus TB paru belum mencapai target dan untuk indikator angka kesembuhan
telah mencapai target.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection
Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
Angka penemuan penderita tertinggi di dunia di tahun 2011 adalah di wilayah Amerika
(84%, dengan rentang 79-89%), kemudian wilayah Pasifik Barat (81%, dengan rentang
75-89%), dan wilayah Eropa (73%: rentang 69-78%). Sedangkan angka keberhasilan
(success rate) adalah persentase kasus baru BTA positif yang sembuh plus pengobatan
lengkap di antara kasus baru TB paru BTA positif yang diobati.

274

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


Pada tahun 2010 terdapat 7 negara di kawasan ASEAN telah mencapai target penemuan
penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%, termasuk Indonesia dengan angka penemuan
penderita 78%. Tiga negara ASEAN lainnya belum mencapai target penemuan penderita
penyakit paru karena masih berkisar 32 - 64%. Brunei Darussalam merupakan negara
dengan angka penemuan penderita tertinggi (81%) dan Laos merupakan negara dengan
angka penemuan penderita terendah (32%).
Dari 10 negara-negara di kawasan SEAR (Timor Leste tidak ada data), hampir semua
negara di kawasan SEAR sudah mencapai target penemuan penderita Tuberkulosis.
Negara dengan angka cakupan penemuan tertinggi adalah Korea Utara dengan 110%.
Penemuan penderita tuberkulosis terendah terdapat di Bangladesh dengan cakupan
45%.
Pada tahun 2009 terdapat 5 negara di ASEAN dengan angka kesembuhan mencapai
target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang mencapai target untuk angka
kesembuhan ini, yaitu 91%. Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura termasuk
negara yang belum mencapai target penyembuhan penderita. Angka kesembuhan
tertinggi dicapai Kamboja dengan 94% dan terendah adalah Malaysia dan Singapura
dengan 80%.
GAMBAR 6.21
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA
ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: World Health Statistics 2013

GAMBAR 6.22
ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA
ASEAN & SEAR TAHUN 2010

Sumber: World Health Statistics 2013

Pada Gambar 6.22 terlihat bahwa 7 negara di kawasan SEAR telah mencapai angka
penyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Bangladesh dengan angka kesembuhan
masing-masing 92% dan terendah adalah Thailand dengan angka kesembuhan 85%.

275

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Sementara itu, dari Gambar 6.21 dan 6.22 terlihat bahwa Indonesia telah mencapai
target yang ditetapkan terhadap indikator Success Rate (Angka Kesembuhan), dan telah
mencapai target pada indikator Case Detection Rate (Angka Penemuan Penderita).
Bahkan untuk angka kesembuhan, Indonesia mencapai angka tertinggi ke-2 di kawasan
SEAR setelah Bangladesh.

3.

Air Minum Layak dan Sanitasi

Berdasarkan data World Health Statistics, pada tahun 2011 di kawasan ASEAN hanya
negara Singapura dan Malaysia yang persentase penduduknya menggunakan air minum
layak mencapai 100% (Brunei Darussalam tidak ada data), penduduk yang menggunakan
air minum layak yang telah mencapai 80% atau lebih sebanyak 7 negara. Kamboja
merupakan negara dengan persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air
minum layak paling rendah di ASEAN, yaitu hanya 67%. Sedangkan Indonesia bersamasama dengan Myanmar menempati urutan ketiga terendah dengan cakupan air minum
layak sebesar 84%.
Pada tahun yang sama, hampir seluruh negara di kawasan SEAR memiliki persentase
penduduk yang menggunakan air minum layak sudah mencapai 80% atau lebih, kecuali
Timor Leste dengan persentase sebesar 69%. Negara dengan persentase tertinggi adalah
Maladewa yaitu 99%.
GAMBAR 6.23
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: World Health Statistics 2013

Sumber: World Health Statistics 2013

276

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


Seperti terlihat pada Gambar 6.23, baik di antara negara-negara ASEAN maupun SEAR,
Indonesia menmpati urutan ketiga terendah penggunaan air minum layak bersamasama dengan Myanmar.
Untuk cakupan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi layak di kawasan ASEAN
berkisar 33% sampai 100%. Persentase tertinggi adalah Singapura dan terendah adalah
Kamboja, sedangkan Brunei Darussalam tidak ada data. Hanya tiga negara yang memiliki
persentase penduduk menggunakan sarana sanitasi layak yang mencapai 80%, yaitu
Singapura (100%), Malaysia (96%), dan Thailand (93%). Untuk sanitasi layak Indonesia
merupakan negara terendah kedua setelah Kamboja dengan cakupan hanya 59%.
GAMBAR 6.24
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN
SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

Sedangkan untuk kawasan SEAR, tiga negara dengan persentase penduduk yang
menggunakan sarana sanitasi layak adalah India (35%), Nepal (38%), dan Timor Leste
(39%). Adapun negara dengan cakupan tertinggi adalah Maladewa sebesar 98%. Jika di
kawasan ASEAN posisi Indonesia ada diperingkat yang rendah, namun jika di bandingkan
dengan negara-negara SEAR posisi Indonesia ada di tengah. Persentase penduduk yang
menggunakan air minum layak dan sarana sanitasi layak di negara ASEAN dan SEAR
tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.4.

277

Profil Kesehatan Indonesia 2012

4. Pelayanan Kesehatan Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perdarahan,
preeklampsia, dan infeksi. Selain itu, penyebab kematian ibu secara tidak langsung
antara lain gangguan pada kehamilan seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang
Energi Kronis (KEK), dan anemia. Angka kematian dan komplikasi dalam kehamilan
dapat dikurangi dengan pemeriksaan kehamilan/ ntenatal Care (ANC) secara teratur,
yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila
terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Selain
itu, upaya menurunkan AKI juga pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis
Empat Pilar Safe Motherhood dimana 3 diantaranya adalah keluarga berencana,
pelayanan antenatal dan persalinan yang aman.
Kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu hamil ke sarana kesehatan minimal 4 kali (K4)
selama kehamilan: 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali
pada trimester ketiga. Menurut World Health Statistics 2013, untuk periode 2005-2012,
dari 7 anggota ASEAN (Laos, Malaysia, dan Singapura tidak ada data), Brunei Darussalam
merupakan negara dengan persentase pemeriksaan ibu hamil (K4) tertinggi yaitu
sebesar 100%. Sedangkan yang terendah tercatat di Myanmar yaitu sebesar 43%. Untuk
kawasan SEAR cakupan pemeriksaaan ibu hamil (K4) tertinggi dicapai oleh Korea Utara
yaitu sebesar 94%, diikuti oleh Sri Lanka (93%), dan yang terendah adalah Bangladesh
sebesar 23 %. Indonesia dengan persentase 82% berada pada peringkat ke-2 tertinggi
dari 10 negara untuk pemeriksaan ibu hamil (K4).
Cakupan pertolongan persalinan di negara ASEAN bervariasi dengan cakupan tertinggi
di Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing sebesar 100% dan yang terendah
di Laos dengan cakupan 37%. Indonesia dengan cakupan salinakes 80% berada pada
peringkat ke-5 dari 10 negara. Untuk kawasan SEAR cakupan salinakes tertinggi dicapai
oleh Korea Utara sebesar 100% dan yang terendah di Bangladesh sebesar 26%. Sama
halnya dengan ASEAN, di kawasan SEAR, Indonesia juga menempati peringkat ke-5
tertinggi untuk cakupan salinakes.
Persentase peserta KB aktif pada wanita subur tahun 2012 di negara anggota ASEAN
(Brunei Darussalam dan Malaysia tidak ada data) yang tertinggi dicapai oleh Thailand
dengan cakupan sebesar 80%, untuk all methods dan 77% untuk modern methods dan
yang terendah di Timor Leste sebesar 21% untuk modern methods dan 22% untuk
all methods. Indonesia dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 57% untuk modern
methods dan 61% untuk all methods berada pada peringkat ke-4 dari 10 negara ASEAN.
Sedangkan di antara negara- negara SEAR, Indonesia berada pada peringkat ke-6 untuk

278

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


cakupan peserta KB aktif all methods. Untuk negara-negara anggota SEAR cakupan
peserta KB aktif tertinggi dicapai oleh Thailand sebesar 77% dan yang terendah di Timor
Leste sebesar 21%.

D. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayan kesehatan yang disajikan dalam lampiran 6.11 lebih kepada pembelanjaan
atau pengeluaran kesehatan, baik dari sektor pemerintah maupun swasta. Pengeluaran
pemerintah dalam hal ini mencakup pengeluaran untuk jaminan kesehatan masyarakat
(social secutiry expenditure), sedangkan pengeluaran swasta mencakup pengeluaran
pribadi (out-of-pocket expenditure) dan pengeluaran yang berkaitan dengan asuransi,
baik untuk pembayaran premi maupun untuk perawatan kesehatan.
Data yang komprehensif dan konsisten untuk pembiayan kesehatan adalah yang
dihasilkan dari Perhitungan Kesehatan Nasional (National Health Account). NHA merekam
aliran dana mulai dari sumber ke para pengambil keputusan, penyedia pelayanan
kesehatan dan penerima manfaat, namun tidak semua negara mempertahankan atau
memperbaharui NHAnya.
GAMBAR 6.25
PERSENTASE PENGELUARAN KESEHATAN
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2010

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

279

Profil Kesehatan Indonesia 2012


Gambar 6.25 menunjukkan persentase pengeluaran kesehatan yang bersumber dari
pemerintah di Myanmar (12%) adalah terendah di antara negara ASEAN lainnya.
Berbeda dengan Brunei Darussalam yang pengeluaran kesehatannya 85% bersumber
dari pemerintah dan hanya 15% yang bersumber dari swasta. Indonesia berada pada
peringkat kelima terendah bersama dengan Filipina yang hanya 36% pengeluaran
kesehatan bersumber dari pemerintah dan 64% bersumber swasta.
Di antara negara SEAR, Bhutan merupakan negara tertinggi yang pengeluaran
kesehatannya bersumber dari pemerintah yaitu 85%. Sedangkan tiga negara dengan
pengeluaran kesehatan bersumber dari pemerintah paling rendah di SEAR adalah
Myanmar (12%), India (28%), dan Indonesia (36%). Semakin besar pengeluaran
kesehatan yang bersumber dari pemerintah dibandingkan dengan yang bersumber dari
swasta, dapat disimpulkan bahwa sistem jaminan kesehatan di negara tersebut sudah
berjalan baik.
Data selengkapnya mengenai pengeluaran kesehatan di negara ASEAN dan SEAR dapat
dilihat pada lampiran 6.11.

E. STATUS GIZI
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs
adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri,
yaitu berat badan per umur (BB/U) atau underweight, tinggi badan per umur (TB/U)
atau stunting, dan berat badan per tinggi badan (BB/TB) atau wasting. Underweight
mengindikasikan masalah gizi secara umum karena berat badan berkorelasi positif
dengan umur dan tinggi badan; stunting merupakan masalah gizi yang sifatnya kronis
sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama dan mengindikasikan malnutrisi; dan
wasting merupakan masalah gizi bersifat akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi
dalam waktu yang tidak lama (wabah penyakit, kelaparan).Gambar 6.26 menunjukkan
prevalensi balita menurut status gizi stunting di 10 negara ASEAN dan 11 negara SEAR.
Tiga angka prevalensi stunting tertinggi di ASEAN adalah Laos (48%), Kamboja (40%),
dan Indonesia (36%). Sedangkan Brunei Darussalam tidak melaporkan data prevalensi
menurut status gizi. Untuk kawasan SEAR prevalensi stunting terbanyak terdapat di
Timor Leste (58), diikuti Laos dan India (masing-masing 48) serta Nepal (41).

280

Perbandingan Indonesia dengan negara Anggota Asean dan Sear


Stunting seringkali dikaitkan dengan masalah kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola
asuh/makan yang memiliki hubungan erat dengan malnutrisi. Singapura dan Thailand
merupakan negara dengan prevalensi stunting terendah di ASEAN dan SEAR dan jika
dikaitkan dengan Gross National Income (GNI) per kapita, maka Singapura memiliki
GNI tertinggi di ASEAN dan Thailand memiliki GNI tertinggi di SEAR. Data selengkapnya
mengenai prevalensi balita menurut status gizi di negara ASEAN dan SEAR dapat dilihat
pada lampiran 6.12.
GAMBAR 6.26
PREVALENSI BALITA STUNTING
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2007-2011

Sumber: WHO, World Health Statistics 2013

281

Profil Kesehatan Indonesia 2012

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2009. Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan 2009. BPS,
Jakarta
________. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi. BPS, Jakarta.
________. 2011. Data Strategis BPS. BPS, Jakarta.
________. 2011. Statistik Indonesia 2011. BPS, Jakarta.
________. 2012. Indeks Pembangungan Manusia 2010-2011. BPS, Jakarta.
________. 2012. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011. BPS, Jakarta.
________. 2012. Statistik Indonesia 2012. BPS, Jakarta.
________. 2012. Berita Resmi Statistik, BPS, No. 75/11/Th. XV, 5 November 2012. BPS,
Jakarta.
________. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia,
November 2012. BPS, Jakarta.
________. 2013. Berita Resmi Statistik, BPS, No. 14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013. BPS,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik dan Macro International. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007. Calverton, Maryland, USA.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Kemenkes RI, Measure DHS. 2012. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Calverton, Maryland, USA.
Bank Dunia, 2000. Rangkuman Pembangunan Berperspektif Gender (Melalui Kesetaraan
Gender dalam hak, sumber daya dan Kebebasan Berpendapat).
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar. 2011. Data 101 Puskesmas Prioritas Nasional
DTPK Tahun 2007-2010 Edisi 5. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri. 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun
2011 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Kementerian
Dalam Negeri, Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri RI. 2010. Pedoman Pengembangan Puskesmas Mampu
Tatalaksana Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/
MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007, Laporan Nasional 2007. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.

282

DAFTAR PUSTAKA
___________. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2010. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/
MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
___________. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/
MENKES/PER/VI/2010 Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
___________. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Kader Kesehatan Kerja.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2010. Peraturan Presiden
Nomor 5 tahun 2010, Tentang RPJMN 2010 2014. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2011-2014. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
The United Nations Development Programme. 2013. Human Development Report
2012/2013. UNDP, New York.
The UN-Inter Agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2011
UNAIDS, WHO. 2012. Global report: UNAIDS report on the global AIDS 2012. UNAIDS,
Geneva
UNICEF. 2013. The State of the Worlds Children 2013. UNICEF, New York.
UNICEF. 2012. The State of the Worlds Children 2012. UNICEF/WHO, New York.
UNICEF.2013. Immunization Summary: A Statistical Reference Containing Data Through
2011 (The 2012 Edition). UNICEF/WHO, New York.
USAID, 2012. World Population Data Sheet 2012. Population Reference Bureau.
USAID, 2012. The Worlds Youth Data Sheet 2012. Population Reference Bureau.
WHO, 2012. Global Tuberculosis Report 2012.
WHO. 2013. World Health Statistics 2012. WHO Press, Geneva.
WHO. 2013. WHO Vaccine Preventable Disease, Monitoring System 2013. WHO, New
York. (http://apps.who.int/immunization_monitoring/globalsummary/).
http://hdr.undp.org/en/statistics/indices/gdi_gem/
www.who.int. 2010. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza
A (H5N1) Reported to WHO 13 May 2011 (http://www.who.int/csr/disease/
avian_influenza/country/cases_table_2011_05_13/en/index.html) diakses 20
Mei 2013.
www.bps.go.id. 2012. www.bps.go.id /brs_file/naker_07mei2012.pdf

283

LAMPIRAN

284

LAMPIRAN
Bab 2. Gambaran Umum DAN Perilaku Penduduk

285

286

Keterangan : Berdasarkan PP Nomor 66 Tahun 2011

Sumber: Kementerian Dalam Negeri

Indonesia

Papua

Maluku

30

33

Sulawesi Barat

29

Maluku Utara

Gorontalo

28

Papua Barat

Sulawesi Tenggara

27

31

Sulawesi Selatan

26

32

Sulawesi Tengah

399

28

10

10

21

10

11

10

11

13

12

20

25

Sulawesi Utara

Banten

16

29

24

Jawa Timur

15

Kalimantan Timur

DI Yogyakarta

14

29

17

23

Jawa Tengah

13

Kalimantan Selatan

Jawa Barat

12

22

DKI Jakarta

11

Kalimantan Tengah

Kepulauan Riau

10

12

Kalimantan Barat

Kepulauan Bangka Belitung

21

Lampung

20

Bengkulu

9
11

Nusa Tenggara Timur

Sumatera Selatan

19

Jambi

10

Nusa Tenggara Barat

Riau

12

18

Sumatera Barat

25

18

Bali

Sumatera Utara

(3)

Kabupaten
(4)

Kota

98

(5)

497

29

11

11

12

24

11

15

14

13

14

14

21

10

38

35

26

14

10

15

11

12

19

33

23

Kabupaten + Kota
(6)

6.694

381

160

112

77

69

70

204

304

149

156

140

151

131

175

293

116

57

154

662

78

573

625

44

59

44

206

123

223

128

154

176

414

286

Kecamatan

Pembagian Wilayah

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

17

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.1

8.216

88

78

112

33

63

72

345

768

147

327

215

142

130

89

313

136

80

262

782

46

769

636

267

133

61

174

148

371

153

203

303

662

3.909

1.295

950

869

507

628

1.626

2.187

1.593

1.307

1.245

1.842

1.339

1.869

2.612

826

634

1.273

7.741

392

7.820

5.227

218

69.249

300

2.249

1.300

2.755

1.253

1.426

711

5.025

6.321

(8)

(7)

108

Desa

Kelurahan

287

60 - 64

65 - 69

70 - 74

75+

13

14

15

16
123.222.475

1.654.652

1.577.496

2.291.916

3.015.058

4.532.578

6.042.080

7.243.964

8.572.458

9.617.569

10.247.657

10.949.621

10.182.491

10.932.786

12.013.883

12.334.850

12.013.416

(3)

Laki-Laki

Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010

Jumlah

55 - 59

12

30 - 34

50 - 54

25 - 29

11

20 - 24

45 - 49

15 - 19

10

10 - 14

40 - 44

5-9

0-4

35 - 39

(2)

(1)

Kelompok Umur

121.553.322

2.295.131

1.982.630

2.542.754

3.225.212

4.169.306

5.865.836

7.218.344

8.447.779

9.441.818

10.176.664

10.997.475

10.299.748

10.572.292

11.352.480

11.618.500

11.347.353

(4)

Perempuan

3.949.783

3.560.126

4.834.670

6.240.270

8.701.884

11.907.916

14.462.308

17.020.237

19.059.387

20.424.321

21.947.096

20.482.239

21.505.078

23.366.363

23.953.350

23.360.769

244.775.797

(5)

Laki-Laki dan Perempuan

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012

No

Lampiran 2.2

288

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

29

30

31

32

33

1.811.005

123.222.475

1.669.747

431.339

556.358

817.612

611.443

544.175

1.166.693

4.011.358

1.401.494

121.553.322

1.473.817

385.647

532.436

801.177

608.791

542.331

1.157.158

4.203.421

1.334.249

1.139.039

2.013.804
1.187.477

1.861.302

1.096.350

2.186.938

2.454.215

2.369.455

2.012.026

5.480.677

19.242.380

1.784.154

16.395.133

21.934.564

4.866.964

899.901

626.019

3.780.706

866.625

3.791.123

1.588.747

2.878.701

2.506.643

6.636.243

2.305.385

(4)

Perempuan

1.906.911

1.193.101

2.284.456

2.420.123

2.231.575

2.043.334

5.738.410

18.764.033

1.741.716

16.191.455

22.721.222

5.002.726

947.565

673.864

4.008.917

904.705

3.928.922

1.660.265

3.056.729

2.465.519

6.618.439

2.306.988

(3)

Laki-Laki

Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010

Indonesia

Gorontalo

28

Kalimantan Selatan

22

Sulawesi Tenggara

Kalimantan Tengah

21

27

Kalimantan Barat

20

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Timur

19

Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Barat

18

26

Bali

17

25

Banten

16

Kalimantan Timur

Jawa Timur

15

Sulawesi Utara

DI Yogyakarta

14

23

Jawa Tengah

13

24

Jawa Barat

12

Lampung

DKI Jakarta

Bengkulu

11

Sumatera Selatan

Kepulauan Bangka Belitung

Jambi

Kepulauan Riau

Riau

Sumatera Barat

10

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi
(5)

244.775.797

3.143.564

816.986

1.088.794

1.618.789

1.220.234

1.086.506

2.323.851

8.214.779

2.735.743

2.326.516

3.824.809

3.768.213

2.289.451

4.471.394

4.874.338

4.601.030

4.055.360

11.219.087

38.006.413

3.525.870

32.586.588

44.655.786

9.869.690

1.847.466

1.299.883

7.789.623

1.771.330

7.720.045

3.249.012

5.935.430

4.972.162

13.254.682

4.612.373

Laki-Laki dan Perempuan


(6)

101,4

113,3

111,8

104,5

102,1

100,4

100,3

100,8

95,4

105,0

104,3

111,2

102,5

108,8

104,5

98,6

94,2

101,6

104,7

97,5

97,6

98,8

103,6

102,8

105,3

107,6

106,0

104,4

103,6

104,5

106,2

98,4

99,7

100,1

Rasio Jenis Kelamin

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS KELAMIN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 2.3

289

( 2)

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Sumber: Pusdatin, Kemenkes RI, Kemendagri, 2011

Indonesia

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

20

Nusa Tenggara Timur

19

21

Bali

Nusa Tenggara Barat

Banten

16

17

Jawa Timur

15

18

DI Yogyakarta

14

Jawa Barat

12

Jawa Tengah

DKI Jakarta

11

13

Kepulauan Riau

10

Bengkulu

Lampung

Sumatera Selatan

Kepulauan Bangka Belitung

Jambi

Riau

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(1)

Provinsi

No

123.222.475

1.669.747

431.339

556.358

817.612

611.443

544.175

1.166.693

4.011.358

1.401.494

121.553.322

1.473.817

385.647

532.436

801.177

608.791

542.331

1.157.158

4.203.421

244.775.797

3.143.564

816. 986

1.088.794

1.618.789

1. 220. 234

1.086.506

2. 323. 851

8. 214. 779

2. 735. 743

2. 326. 516

1.139.039
1.334.249

3.824.809

1.811.005

1.187.477

3. 768. 213

2. 289. 451

4. 471. 394

4. 874. 338

4. 601. 030

4.055.360

11.219.087

38.006.413

3.525.870

32.586.588

44.655.786

9.869.690

1. 847. 466

1. 299. 883

7.789.623

1.771.330

7. 720. 045

3.249.012

5.935.430

4. 972. 162

13.254.682

4.612.373

2.013.804

(5)

Laki-Laki dan Perempuan

1.861.302

1.096.350

2.186.938

2.454.215

2.369.455

2.012.026

5.480.677

19.242.380

1.784.154

16.395.133

21.934.564

4.866.964

899.901

626.019

3.780.706

866.625

3.791.123

1.588.747

2.878.701

2.506.643

6.636.243

2.305.385

( 4)

Perempuan

1.906.911

1.193.101

2.284.456

2.420.123

2.231.575

2.043.334

5.738.410

18.764.033

1.741.716

16.191.455

22.721.222

5.002.726

947.565

673.864

4.008.917

904.705

3.928.922

1.660.265

3.056.729

2.465.519

6.618.439

2.306.988

(3)

Laki-Laki

127,92

9, 85

8, 20

34,04

34,51

72,69

96,52

61,05

175, 84

44, 24

167, 96

18,70

97,26

14,91

30,35

100, 05

247, 74

701,61

1.161,05

795,12

1.125,34

993,47

1. 262, 26

14.863,77

225, 25

79,15

224,98

88,93

84,29

64,90

68,20

118, 35

181, 62

79,58

( 6)

Kepadatan Penduduk
(Jiwa per Km2)

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Lampiran 2.4

290

(2)

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

10

11

12

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

2.398.131

25.895

10.251

12.787

19.556

14.375

11.427

29.062

83.982

29.601

20.926

43.294

40.119

23.015

46.556

61.967

52.655

35.344

111.777

295.680

27.556

291.844

435.918

86.499

24.058

14.370

82.915

19.055

82.790

34.861

70.397

54.479

154.013

51.107

(3)

Laki-laki

2.270.994

23.513

9.696

12.312

18.814

13.676

10.834

27.632

80.031

28.125

19.904

40.824

37.742

21.741

44.057

59.063

49.431

32.296

105.520

282.916

26.240

270.517

413.042

86.072

22.243

13.493

77.416

18.043

78.512

33.036

66.066

52.275

147.654

48.258

(4)

4.669.125

49.408

19.947

25.099

38.370

28.051

22.261

56.694

164.013

57.726

40.830

84.118

77.861

44.756

90.613

121.030

102.086

67.640

217.297

578.596

53.796

562.361

848.960

172.571

46.301

27.863

160.331

37.098

161.302

67.897

136.463

106.754

301.667

99.365

(5)

Laki-laki +
Perempuan
Perempuan

Jumlah Lahir Hidup

2.326.188

25.125

9.844

12.278

18.779

13.804

10.973

27.907

80.645

28.424

20.303

42.440

38.524

22.560

44.705

59.505

50.563

34.646

107.336

289.846

27.012

286.086

422.956

84.792

23.342

13.942

79.620

18.297

79.500

33.825

68.304

52.313

147.893

50.099

(6)

2.202.866

22.814

9.311

11.824

18.067

13.134

10.404

26.534

76.851

27.008

19.313

40.019

36.243

21.313

42.307

56.716

47.467

31.660

101.327

277.334

25.723

265.181

400.761

84.374

21.582

13.092

74.340

17.327

75.393

32.054

64.102

50.198

141.787

47.306

(7)

4.529.054

47.939

19.155

24.102

36.846

26.938

21.377

54.441

157.496

55.432

39.616

82.459

74.767

43.873

87.012

116.221

98.030

66.306

208.663

567.180

52.735

551.267

823.717

169.166

44.924

27.034

153.960

35.624

154.893

65.879

132.406

102.511

289.680

97.405

(8)

Laki-laki +
Perempuan
Perempuan

Jumlah Bayi (0 tahun)


Laki-laki

Sumber : Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010

Indonesia

Banten

Bali

16

17

Jawa Timur

Lampung

15

Bengkulu

Jawa Tengah

Sumatera Selatan

DI Yogyakarta

Jambi

13

Riau

14

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(1)

Provinsi

7.100.313

96.460

30.781

39.263

58.973

42.936

33.648

84.065

244.222

88.981

62.284

130.408

114.530

72.011

138.855

183.324

147.035

107.977

334.084

888.393

82.000

845.209

1.289.546

262.111

70.186

41.894

235.867

55.101

243.508

103.457

211.971

156.320

448.678

156.235

(9)

Laki-laki

6.713.875

87.009

28.963

37.656

56.250

40.620

31.753

79.526

231.281

84.203

58.812

122.770

107.618

68.074

131.361

174.658

138.741

99.717

315.195

847.029

77.374

792.667

1.220.661

251.402

65.351

39.514

221.932

52.039

230.732

98.067

199.700

148.181

427.460

147.559

(10)

Perempuan

13.814.188

183.469

59.744

76.919

115.223

83.556

65.401

163.591

475.503

173.184

121.096

253.178

222.148

140.085

270.216

357.982

285.776

207.694

649.279

1.735.422

159.374

1.637.876

2.510.207

513.513

135.537

81.408

457.799

107.140

474.240

201.524

411.671

304.501

876.138

303.794

(11)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Batita (0-2 tahun)

9.682.675

157.795

41.971

55.930

82.707

60.761

46.229

115.573

334.483

125.822

86.335

174.270

152.104

101.095

191.138

257.511

198.749

145.902

462.131

1.226.026

107.719

1.115.712

1.770.820

353.192

90.713

55.729

308.918

74.890

328.112

139.490

287.187

213.015

610.825

209.821

(12)

Laki-laki

9.140.992

141.283

39.375

53.410

78.089

57.371

43.652

108.867

315.250

118.759

80.801

163.636

142.829

95.573

181.104

244.793

188.499

136.067

435.616

1.165.181

101.087

1.056.892

1.673.748

328.540

85.162

52.843

292.008

70.550

310.156

132.226

271.393

199.720

578.191

198.321

(13)

Perempuan

18.823.667

299.078

81.346

109.340

160.796

118.132

89.881

224.440

649.733

244.581

167.136

337.906

294.933

196.668

372.242

502.304

387.248

281.969

897.747

2.391.207

208.806

2.172.604

3.444.568

681.732

175.875

108.572

600.926

145.440

638.268

271.716

558.580

412.735

1.189.016

408.142

(14)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Anak Balita (1 - 4 tahun)

12.008.878

182.886

51.820

68.214

101.493

74.575

57.211

143.489

415.160

154.259

106.652

216.716

190.636

123.664

235.850

317.025

249.317

180.551

569.473

1.515.882

134.731

1.401.686

2.193.789

437.881

114.061

69.677

388.529

93.194

407.619

173.322

355.503

265.362

758.722

259.929

(15)

Laki-laki

11.343.843

164.141

48.681

65.229

96.150

70.497

54.047

135.392

392.068

145.756

100.101

203.648

179.062

116.879

223.404

301.502

235.959

167.725

536.940

1.442.509

126.809

1.322.173

2.074.497

413.015

106.738

65.929

366.352

87.869

385.541

164.272

335.485

249.883

719.972

245.618

(16)

Perempuan

23.352.721

347.027

100.501

133.443

197.643

145.072

111.258

278.881

807.228

300.015

206.753

420.364

369.698

240.543

459.254

618.527

485.276

348.276

1.106.413

2.958.391

261.540

2.723.859

4.268.286

850.896

220.799

135.606

754.881

181.063

793.160

337.594

690.988

515.245

1.478.694

505.547

(17)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Balita (0 - 4 tahun)

ESTIMASI JUMLAH LAHIR HIDUP, JUMLAH BAYI (0 TAHUN), JUMLAH BATITA (0-2 TAHUN), JUMLAH ANAK BALITA (1 - 4 TAHUN), JUMLAH BALITA (0 - 4 TAHUN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 2.5

291

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Banten

16

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

29

30

31

32

33

590.594
36.348.423

144.240

199.274

302.149

225.980

177.979

419.029

1.303.838

467.231

334.834

603.087

565.057

364.080

729.353

933.906

734.160

542.204

1.729.349

4.785.521

397.845

4.398.660

6.702.539

1.210.389

279.070

196.126

1.178.195

277.999

1.199.041

508.913

1.011.331

816.628

2.262.771

757.051

(3)

Laki-laki

511.076
34.307.709

134.333

187.750

282.477

213.324

169.605

394.182

1.231.197

440.521

312.362

565.310

530.740

343.468

693.137

882.644

697.284

506.352

1.624.427

4.544.571

375.551

4.160.302

6.344.858

1.147.001

262.280

186.516

1.111.482

262.622

1.133.757

482.202

953.642

767.930

2.137.881

716.925

(4)

Perempuan

1.101.670
70.656.132

278.573

387.024

584.626

439.304

347.584

813.211

2.535.035

907.752

647.196

1.168.397

1.095.797

707.548

1.422.490

1.816.550

1.431.444

1.048.556

3.353.776

9.330.092

773.396

8.558.962

13.047.397

2.357.390

541.350

382.642

2.289.677

540.621

2.332.798

991.115

1.964.973

1.584.558

4.400.652

1.473.976

(5)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Penduduk Usia Muda (<15 Tahun)

Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010

Indonesia

Gorontalo

Sulawesi Tengah

25

28

Sulawesi Utara

24

Sulawesi Selatan

Kalimantan Timur

23

Sulawesi Tenggara

Kalimantan Selatan

22

26

Kalimantan Tengah

21

27

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

19

20

Bali

Jawa Timur

15

Nusa Tenggara Barat

DI Yogyakarta

14

17

Jawa Tengah

13

18

DKI Jakarta

Jawa Barat

11

12

Kepulauan Riau

Jambi

Kepulauan Bangka Belitung

Riau

Sumatera Barat

10

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

1.061.392
81.333.498

279.582

341.939

484.337

362.502

348.958

707.289

2.516.112

885.696

795.465

1.364.040

1.284.175

795.840

1.475.441

1.369.742

1.399.507

1.377.138

3.864.253

12.831.531

1.195.784

10.750.889

15.053.904

3.648.656

649.689

456.036

2.640.593

594.207

2.584.016

1.095.619

1.971.661

1.534.544

4.139.041

1.473.920

(6)

Laki-laki

949.168
80.417.245

244.974

328.151

483.991

368.295

350.669

714.271

2.709.751

842.801

753.257

1.200.591

1.251.445

718.977

1.411.964

1.444.484

1.558.884

1.361.002

3.682.616

13.142.081

1.219.594

10.931.159

14.481.407

3.559.212

618.290

413.375

2.477.710

567.474

2.486.533

1.046.468

1.846.479

1.568.800

4.195.825

1.487.547

(7)

Perempuan

2.010.560
161.750.743

524.556

670.090

968.328

730.797

699.627

1.421.560

5.225.863

1.728.497

1.548.722

2.564.631

2.535.620

1.514.817

2.887.405

2.814.226

2.958.391

2.738.140

7.546.869

25.973.612

2.415.378

21.682.048

29.535.311

7.207.868

1.267.979

869.411

5.118.303

1.161.681

5.070.549

2.142.087

3.818.140

3.103.344

8.334.866

2.961.467

(8)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun)

17.761
5.540.554

7.517

15.145

31.126

22.961

17.238

40.375

191.408

48.567

57.178

46.677

57.679

33.181

79.662

116.475

97.908

123.992

144.808

1.146.981

148.087

1.041.906

964.779

143.681

18.806

21.702

190.129

32.499

145.865

55.733

73.737

114.347

216.627

76.017

(9)

Laki-laki

13.573
6.828.368

6.340

16.535

34.709

27.172

22.057

48.705

262.473

50.927

73.420

45.104

79.117

33.905

81.837

127.087

113.287

144.672

173.634

1.555.728

189.009

1.303.672

1.108.299

160.751

19.331

26.128

191.514

36.529

170.833

60.077

78.580

169.913

302.537

100.913

(10)

Perempuan

31.334
12.368.922

13.857

31.680

65.835

50.133

39.295

89.080

453.881

99.494

130.598

91.781

136.796

67.086

161.499

243.562

211.195

268.664

318.442

2.702.709

337.096

2.345.578

2.073.078

304.432

38.137

47.830

381.643

69.028

316.698

115.810

152.317

284.260

519.164

176.930

(11)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Penduduk Usia Non Produktif (65+ Tahun)

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 2.6

56,35
51,33

55,75

62,48

67,17

66,97

55,30

63,47

57,19

58,27

50,22

49,14

48,61

51,14

54,86

73,20

55,52

48,11

48,66

46,33

45,98

50,29

51,19

36,93

45,70

49,51

52,19

52,48

52,25

51,68

55,45

60,22

59,03

55,75

(12)

Angka Beban
Tanggungan
(%)

292

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

67.133.347

878.155

217.970

283.578

409.375

314.390

294.832

614.905

2.244.613

719.979

607.406

1.057.886

1.071.280

631.685

1.201.831

1.202.126

1.316.378

1.108.986

3.241.755

10.503.559

961.472

8.750.335

12.183.399

3.070.712

560.947

350.267

2.100.275

489.639

2.119.569

902.929

1.634.041

1.278.133

3.529.994

1.280.946

(4)

51.472.069

722.055

177.480

229.825

324.438

251.153

229.151

494.599

1.731.936

565.677

451.712

837.510

834.350

507.237

949.829

930.550

1.040.152

825.027

2.595.078

7.632.356

698.647

6.371.904

9.421.228

2.436.343

477.051

278.652

1.624.163

386.017

1.667.143

715.455

1.319.624

979.910

2.739.945

1.025.872

Jumlah WUS Imunisasi


(15 - 39 tahun)

Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010

Indonesia

Jawa Barat

12

Lampung

DKI Jakarta

Bengkulu

11

Sumatera Selatan

Kepulauan Bangka Belitung

Jambi

Kepulauan Riau

Riau

Sumatera Barat

(3)

Jumlah Wanita Usia Subur (15 49 tahun)

54.349

21.942

27.609

42.207

30.857

24.487

62.363

180.414

63.498

44.913

92.530

85.647

49.231

99.674

133.133

112.295

74.404

239.027

636.456

59.176

618.598

933.856

189.828

50.931

30.649

176.364

40.808

177.433

74.687

150.110

117.429

331.834

109.302

5.136.041

(5)

Jumlah Ibu Hamil

DAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

(6)

4.902.585

51.879

20.945

26.354

40.289

29.454

23.374

59.528

172.213

60.612

42.872

88.324

81.754

46.993

95.143

127.082

107.191

71.022

228.162

607.526

56.486

590.480

891.408

181.199

48.616

29.256

168.347

38.953

169.368

71.292

143.287

112.091

316.751

104.334

Jumlah Ibu Bersalin

ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI (15 - 39 TAHUN), IBU HAMIL, IBU BERSALIN

10

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.7

51.879

20.945

26.354

40.289

29.454

23.374

59.528

172.213

60.612

42.872

88.324

81.754

46.993

95.143

127.082

107.191

71.022

228.162

607.526

56.486

590.480

891.408

181.199

48.616

29.256

168.347

38.953

169.368

71.292

143.287

112.091

316.751

104.334

4.902.585

(7)

Jumlah Ibu Nifas

293

Indonesia

96.181

4.838.097

79.854

20.559

28.770

42.647

31.871

25.801

58.504

173.365

68.002

47.845

83.587

76.265

50.308

99.452

135.150

94.152

72.536

226.057

618.128

51.304

556.936

893.229

165.579

40.902

26.922

149.873

37.152

161.777

68.316

141.148

110.027

305.898

(3)

Laki-laki

91.042

4.559.256

70.427

19.285

27.246

39.666

30.208

24.631

54.942

163.176

64.156

44.252

78.079

71.614

47.430

94.708

127.535

89.536

68.062

212.577

586.102

48.455

529.287

842.445

153.785

38.714

25.657

141.003

34.907

152.027

64.659

133.351

102.478

287.814

(4)

Perempuan

9.397.353

150.281

39.844

56.016

82.313

62.079

50.432

113.446

336.541

132.158

92.097

161.666

147.879

97.738

194.160

262.685

183.688

140.598

438.634

1.204.230

99.759

1.086.223

1.735.674

319.364

79.616

52.579

290.876

72.059

313.804

132.975

274.499

212.505

593.712

187.223

(5)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Anak Prasekolah (5-6 tahun)

Sumber: Diolah Pusdatin, Kemenkes RI (dengan bimbingan Badan Pusat Statistik) berdasarkan hasil SP 2010

Papua

33

Sulawesi Barat

29

Papua Barat

Gorontalo

28

32

Sulawesi Tenggara

27

Maluku

Sulawesi Selatan

26

Maluku Utara

Sulawesi Tengah

25

30

Sulawesi Utara

31

Kalimantan Timur

Kalimantan Barat

20

24

Nusa Tenggara Timur

19

23

Nusa Tenggara Barat

18

Kalimantan Tengah

Bali

17

Kalimantan Selatan

Banten

16

21

Jawa Timur

15

22

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

DKI Jakarta

Jawa Barat

11

12

14

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

Lampung

10

Sumatera Selatan

Bengkulu

Jambi

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

49.736

2.467.785

41.212

9.791

13.908

21.141

16.055

12.522

28.822

90.528

33.902

23.864

41.395

39.520

25.622

51.188

65.349

48.884

37.291

116.005

322.937

26.185

290.702

457.785

82.860

19.072

13.439

76.588

18.541

80.932

34.390

69.193

55.261

153.165

(6)

Laki-laki

47.082

2.324.493

35.914

9.172

13.106

19.585

15.225

12.002

27.048

85.251

31.981

22.044

38.629

37.104

24.125

48.802

61.482

46.422

34.969

108.900

306.044

24.825

275.638

431.848

77.798

18.035

12.821

71.884

17.431

76.002

32.523

65.261

51.538

144.002

(7)

Perempuan

96.818

4.792.278

77.126

18.963

27.014

40.726

31.280

24.524

55.870

175.779

65.883

45.908

80.024

76.624

49.747

99.990

126.831

95.306

72.260

224.905

628.981

51.010

566.340

889.633

160.658

37.107

26.260

148.472

35.972

156.934

66.913

134.454

106.799

297.167

(8)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat (7 Tahun)

14.744.113

256.310

55.868

78.652

122.081

92.438

72.235

167.205

547.359

191.304

136.668

233.481

228.008

147.010

300.901

370.885

296.347

221.370

705.441

1.979.965

157.714

1.814.750

2.726.602

467.628

98.008

76.086

476.680

111.457

475.622

202.764

393.587

332.914

904.341

302.432

(9)

Laki-laki

13.892.547

217.348

51.727

73.427

113.191

86.972

68.984

156.645

515.386

179.949

127.090

218.599

213.903

138.541

286.066

349.120

281.256

207.452

660.572

1.874.743

148.688

1.719.924

2.581.385

439.557

92.086

72.685

450.617

105.313

449.584

191.932

370.880

311.882

850.772

286.271

(10)

Perempuan

28.636.660

473.658

107.595

152.079

235.272

179.410

141.219

323.850

1.062.745

371.253

263.758

452.080

441.911

285.551

586.967

720.005

577.603

428.822

1.366.013

3.854.708

306.402

3.534.674

5.307.987

907.185

190.094

148.771

927.297

216.770

925.206

394.696

764.467

644.796

1.755.113

588.703

(11)

Laki-laki +
Perempuan

Jumlah Anak Usia SD/Setingkat (7 - 12 Tahun)

ESTIMASI JUMLAH ANAK PRA SEKOLAH, JUMLAH ANAK USIA KELAS 1 SD/SETINGKAT, DAN JUMLAH ANAK USIA SD/SETINGKAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 2.8

294

2.014,91

50,33
57,66

Rata-Rata Konsumsi Protein Per Kapita Sehari

Tanpa makanan jadi

Dengan makanan jadi

IV

2
57,49

49,14

2.038,17

1.748,32

0,35

44,77

35,67

19,56

49,83

50,17

(4)

2008

54,35

46,25

1.927,63

1.649,17

0,37*

41,24*

37,54*

21,22*

49,38

55,01

46,99

1.925,61

1.651,77

0,38*

45,47*

36,48*

18,05*

48,57

51,43

(6)

(5)

50,62

2010

2009

Tahun 2011-2012 merupakan data Susenas Triwulan I dan Triwulan III (Maret dan September ) dengan sampel 75.000 rumah tangga.

Keterangan : * Dihitung dengan menggunakan data individu bukan data kelompok pengeluaran seperti pada tahun sebelumnya.

2011

56,25

47,25

1.952,01

1.647,67

0,41*

48,42*

34,73*

16,85*

50,55

49,45

(7)

Maret

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional , Modul Konsumsi 1999, 2002 dan 2005 (2003, 2004 dan 2006 hanya mencakup panel 10.000 rumahtangga, sedangkan 2007, 2008, 2009, dan 2010 mencakup panel 68.800 rumah tangga),

1.768,87

Tanpa makanan jadi

0,36

Dengan makanan jadi

Rata-Rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari

IV

44,79

20 % penduduk dengan pendapatan tertinggi

40 % penduduk dengan pendapatan terendah

40 % penduduk dengan pendapatan menengah

Gini Indeks

19,10
36,11

Distribusi Pendapatan

II

50,76

Persentase pengeluaran rumahtangga untuk bukan makanan

III

49,24

Persentase pengeluaran rumahtangga untuk makanan

(3)

Rata-rata Pendapatan Per Kapita

(2)

(1)

2007

INDIKATOR KONSUMSI TERPILIH DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2012

Indikator

No

Lampiran 2.9

53,12

45,41

1.852,84

1.586,82

0,39*

46,45*

35,89*

17,67*

51,54

48,46

(8)

September

53,14

45,21

1.852,64

1.587,09

0,41*

48,61*

34,41*

16,98*

48,92

51,08

(9)

Maret

2012

295
0,36
0,33
0,34
0,30
0,33
0,34
0,31
0,29
0,33
0,34
0,28
0,33
0,36
0,33
0,34
0,31

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tengara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tangah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

0,35

0,37

0,38

0,35

0,33

0,31

0,30

0,35

0,36

0,39

0,34

0,31

0,38

0,35

0,29

0,32

0,36

0,35

0,31

0,37

0,33

0,38

0,32

0,36

0,36

0,29

0,29

0,35

0,30

0,31

0,27

0,33

0,30

0,32

0,29

(4)

2009

0,38

0,41

0,38

0,34

0,33

0,36

0,43

0,42

0,40

0,37

0,37

0,37

0,37

0,30

0,37

0,38

0,40

0,37

0,42

0,34

0,41

0,34

0,36

0,36

0,29

0,30

0,36

0,37

0,34

0,30

0,33

0,33

0,35

0,30

(5)

2010

Tahun

Nilai 0 menunjukkan distribusi yang sangat merata dan nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpang

Keterangan : Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan, nilai koefisien adalah 0 - 1

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Indonesia

0,31

Jawa Tengah

13

0,40

0,35

Jawa Barat

12

0,31

0,33

DKI Jakarta

11

Papua Barat

0,30

Kepulauan Riau

10

Papua

0,26

Kepulauan Bangka Belitung

33

0,35

Lampung

32

0,33

Bengkulu

0,33

0,30

Sumatera Selatan

0,31

0,28

Jambi

Maluku

0,31

Riau

Maluku Utara

0,29

Sumatera Barat

31

0,31

Sumatera Utara

30

0,27

(3)

Aceh

(2)

(1)

2008

INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

Provinsi

No

Lampiran 2.10

0,41

0,42

0,40

0,33

0,41

0,34

0,46

0,41

0,41

0,38

0,39

0,38

0,37

0,34

0,40

0,36

0,36

0,41

0,40

0,37

0,40

0,38

0,41

0,44

0,32

0,30

0,37

0,36

0,34

0,34

0,36

0,35

0,35

0,33

(6)

2011

0,41

0,44

0,43

0,34

0,38

0,31

0,44

0,40

0,41

0,40

0,43

0,36

0,38

0,33

0,38

0,36

0,35

0,43

0,39

0,36

0,43

0,38

0,41

0,42

0,35

0,29

0,36

0,35

0,40

0,34

0,40

0,36

0,33

0,32

(7)

2012

296

(2)

Barang yang tahan lama

Pajak pemakaian dan premi asuransi

Keperluan pesta dan upacara


Jumlah Bukan Makanan

Sumber : Statistik Indonesia 2012, BPS

Jumlah Total

Biaya kesehatan

Pakaian, alas kaki dan tutup kepala

Biaya pendidikan

Bukan Makanan

Perumahan, bahan bakar, penerangan, air

Tembakau dan sirih


Jumlah Makanan

14

Aneka barang dan jasa

Makanan dan minuman jadi

13

Konsumsi lainnya

12

Bumbu-bumbuan

11

3.270

Minyak dan lemak

Bahan minuman

10

1.491

Buah-buahan

40.843
132.212

23.905
91.099

545

605

899

1.671

1.701

5.088

8.077

22.257

91.369

6.857

9.053

1.970

2.137

4.907

4.292

1.935

2.894

10.042

1.965

1.039

6.740

2.801

34.737

(4)

100.000 149.999

212

309

161

988

1.038

2.226

4.333

14.638

67.194

3.657

2.106

1.239

1.575

3.860

1.060

7.753

668

761

Sayur-sayuran

Telur dan susu

Kacang-kacangan

Daging

4.322

Ikan

4.708

30.722

(3)

Kurang dari
100.000

Padi-padian

Umbi-umbian

Makanan

(1)

Kelompok Barang

178.373

56.459

583

1.168

1.217

2.724

2.973

6.093

12.684

29.017

121.913

10.929

15.876

2.917

2.958

6.611

5.824

2.653

4.478

13.431

3.994

1.472

8.633

2.420

39.717

(5)

150.000 199.999

249.625

83.812

943

1.931

2.513

3.984

4.646

8.104

20.399

41.293

165.813

16.856

27.839

4.042

4.007

8.334

7.869

4.232

6.132

18.130

6.390

3.144

12.849

2.453

43.536

(6)

200.000 299.999

388.793

146.114

1.968

3.599

6.666

6.960

8.136

12.446

36.393

69.946

242.679

28.507

53.635

5.778

5.680

10.180

10.852

8.132

7.415

24.168

11.705

7.017

21.329

2.707

45.574

(7)

300.000 499.999

608.862

262.549

5.088

7.064

19.508

12.613

14.623

19.714

62.293

121.647

346.312

39.872

93.167

7.854

7.799

12.265

13.925

15.269

8.524

31.013

20.456

13.704

32.327

3.319

46.818

(8)

500.000 749.999

Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rp)

861.492

421.064

10.376

12.315

45.759

19.657

24.995

29.747

96.477

181.739

440.428

47.726

136.995

9.193

9.187

13.424

15.502

22.898

9.373

35.268

29.242

20.366

41.132

4.020

46.100

(9)

750.000 999.999

1.800.068

1.212.540

52.561

47.194

282.317

38.961

77.834

76.351

249.085

388.236

587.528

48.764

236.313

10.372

9.786

14.870

15.959

35.561

9.641

36.102

45.345

30.581

47.878

3.884

42.470

(10)

1.000.000 dan
lebih

PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT KELOMPOK BARANG
DAN GOLONGAN PENGELUARAN PER KAPITA SEBULAN TAHUN 2011

No

Lampiran 2.12

593.664

300.108

9.101

9.731

44.657

11.987

18.075

21.580

66.757

118.218

293.556

30.647

81.536

6.381

6.268

10.681

11.342

12.759

7.500

25.563

17.106

10.972

25.369

3.008

44.427

(11)

Rata-rata per
Kapita

297
51,40

49,44

56,80
61,10
51,43

32 Papua Barat

33 Papua

Sumber : Statistik Indonesia 2012, BPS

Indonesia

59,46

54,50

31 Maluku Utara

59,06

49,03

53,20

50,19

55,66
57,98

49,61

50,12

30 Maluku

51,58

28 Gorontalo

49,56
53,29

29 Sulawesi Barat

53,12
52,70

27 Sulawesi Tenggara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

52,69
52,08

24 Sulawesi Utara

53,37
45,35

53,04
47,21

22 Kalimantan Selatan

58,45

53,30

57,96

55,93

41,56

47,35

50,52

44,21

49,53

48,89

33,76

47,66

53,16

57,86

55,96

23 Kalimantan Timur

56,35

58,96

19 Nusa Tenggara Timur


59,95

52,75

18 Nusa Tenggara Barat

21 Kalimantan Tengah

44,78

17 B a l i

20 Kalimantan Barat

46,09

16 Banten

38,94

11 DKI Jakarta

52,24

53,68

10 Kepulauan Riau

44,05

53,37

15 Jawa Timur

53,42

8 Lampung

9 Kepulauan Bangka Belitung

14 DI Yogyakarta

54,58

7 Bengkulu

51,79

53,35

56,97

13 Jawa Tengah

55,37

56,34

5 Jambi

6 Sumatera Selatan

52,33

55,25

52,95

4 Riau

12 Jawa Barat

51,14

56,87

56,03

53,47

3 Sumatera Barat

59,43

(4)

2011

2 Sumatera Utara

(3)

Makanan

61,03

(2)

(1)

2010

1 Aceh

Provinsi

48,57

38,90

43,20

45,50

42,02

44,34

48,42

47,30

46,88

47,92

47,31

52,79

46,96

40,05

43,65

41,04

47,25

55,22

53,91

47,76

55,95

48,21

47,67

61,06

46,32

46,63

46,58

45,42

43,03

43,66

47,05

43,13

46,53

38,97

(5)

2010

Non Makanan

PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN
MENURUT KELOMPOK BARANG TAHUN 2010 - 2011

No

Lampiran 2.13

50,55

40,54

50,97

46,80

49,81

40,94

50,39

49,88

48,60

46,71

50,44

54,65

46,63

41,55

46,70

42,04

44,07

58,44

52,65

49,48

55,79

50,47

51,11

66,24

52,34

46,84

46,65

44,63

42,14

44,75

48,86

44,04

43,97

40,57

(6)

2011

298

Kacang-kacangan

Buah-buahan

Minyak dan lemak

Bahan minuman

Bumbu-bumbuan

10

11

Biaya kesehatan

Pakaian, alas kaki dan tutup kepala

Barang yang tahan lama

Pajak pemakaian dan premi asuransi

Keperluan pesta dan upacara

1,26

1,98

5,14

3,28

2,79

4,38

Sumber : Statistik Indonesia 2012, BPS

53,48

Biaya pendidikan

11,65

23,00

46,52

4,39

14,23

1,15

0,91

1,76

1,55

2,36

1,32

3,04

3,40

2,18

3,66

100,00

Aneka barang dan jasa

6,24
0,31

Total

Perumahan, bahan bakar, penerangan, air

(3)

Perkotaan

Jumlah Bukan Makanan

Bukan Makanan

Jumlah Makanan

Tembakau dan sirih

Sayur-sayuran

14

Telur dan susu

Makanan jadi

Daging

13

Ikan

Konsumsi lainnya

Umbi-umbian

12

Padi-padian

(2)

Makanan

(1)

Kelompok Barang

40,81

1,43

0,93

5,15

3,55

2,47

2,48

8,62

16,19

59,19

6,61

10,51

1,50

1,38

3,06

2,49

2,69

1,77

5,09

2,88

1,96

5,41

0,77

13,07

100,00

(4)

Perdesaan

2010

8,89

5,35

2,67

48,57

1,32

1,57

5,14

3,38

100,00

55,61

1,55

2,03

7,83

1,95

3,20

4,28

12,55
3,64

22,23

44,39

4,23

14,90

0,96

0,85

1,38

1,50

2,03

1,13

3,38

3,05

1,87

3,47

0,30

10,47

(6)

Perkotaan

20,36

51,43

5,25

12,79

1,29

1,09

2,26

1,92

2,49

1,49

3,84

3,20

2,10

4,34

0,49

100,00

(5)

Perkotaan +
Perdesaan

42,00

1,51

0,97

7,01

2,13

2,79

2,55

9,05

16,00

58,00

6,74

11,77

1,28

1,40

2,50

2,61

2,35

1,50

5,86

2,59

1,82

5,63

0,86

11,09

100,00

(7)

Perdesaan

2011

PERSENTASE PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT KELOMPOK BARANG


INDONESIA TAHUN 2010 - 2011

No

Lampiran 2.14

7,48

50,55

1,53

1,64

7,52

2,02

3,04

3,64

11,24

19,91

49,45

5,16

13,73

1,07

1,06

1,80

1,91

2,15

1,26

4,31

2,88

1,85

4,27

0,51

100,00

(8)

Perkotaan +
Perdesaan

299

143.455
150.799

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

10

11

277.382

2010

2011

2012 *

14

15

16

Keterangan : *) September 2012

Sumber : Susenas, BPS

253.016

2009

13
232.989

222.123

2008

12
204.896

187.942

174.290

138.803

130.499

100.011

91.632

92.409

96.959

42.032

1996

(3)

(2)

(1)

Kota

Tahun

96.512

80.382

73.648

74.272

72.780

31.366

240.441

213.395

192.354

179.835

161.831

146.837

130.584

117.259

108.725

105.888

(4)

Desa

Garis Kemiskinan (Rp/Bulan/Kapita)

9,42

10,51

11,05

11,10

11,91

12,77

13,56

14,49

12,40

11,40

12,20

13,30

8,60

12,30

15,64

17,60

(5)

Kota

18,08

18,97

19,93

20,62

22,19

23,61

24,81

22,70

24,80

25,10

25,10

29,30

26,40

32,33

31,90

24,59

(6)

Desa
(7)

28,59

30,02

31,02

32,53

34,96

37,17

39,30

35,10

36,10

37,30

38,40

37,90

38,70

47,97

49,50

34,01

Kota + Desa

Jumlah Penduduk Miskin (dalam Jutaan)

(8)

8,60

9,23

9,87

10,72

11,65

12,52

13,47

11,68

12,13

13,57

14,46

9,76

14,60

19,41

21,92

13,39

Kota
(9)

14,70

15,72

16,56

17,35

18,93

20,37

21,81

19,98

20,11

20,23

21,10

24,84

22,38

26,08

25,72

19,78

Desa

Persentase Penduduk Miskin

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH PENDUDUK MISKIN, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 1996 - 2012

No

Lampiran 2.15

11,66

12,49

13,33

14,15

15,42

16,58

17,75

15,97

16,66

17,42

18,20

18,41

19,14

23,43

24,23

17,47

(10)

Kota + Desa

300

323.328

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Keterangan : *) September 2012

Sumber : Susenas , Badan Pusat Statistik

Indonesia

270.303

Jambi

253.016

314.606

342.709

251.429

265.475

196.261

194.161

194.234

200.781

263.326

220.805

339.392

256.850

244.312

225.245

267.669

244.960

248.431

236.672

234.546

265.752

222.430

228.401

355.480

350.828

284.337

275.006

294.522

306.504

293.018

Sumatera Barat

Riau

271.713

Sumatera Utara

333.355

(3)

2011

277.382

344.415

374.382

276.117

314.855

212.579

217.073

215.050

215.790

292.578

231.794

384.413

286.844

274.222

254.972

293.906

274.879

270.020

262.371

253.947

284.549

245.817

249.170

392.571

373.725

374.284

297.421

318.881

296.933

328.504

333.933

321.128

295.080

352.056

(4)

2012 *

Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bulan)

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

11.046,80

10.507,80

48,10

13,30

10,80
35,30

8,70

51,10

29,10

17,80

29,60

133,60

60,20

66,80

91,50

56,50

32,30

74,20

117,40

415,40

93,20

333,50

1.606,00

306,50

1.946,50

2.560,00

366,80

106,60

24,00

237,90

92,70

367,60

105,30

156,40

124,30

669,40

165,40

(6)

2012 *

8,10

59,60

29,70

19,30

29,80

137,00

61,90

77,30

92,10

59,50

29,40

84,50

117,00

448,10

93,00

335,50

1.768,20

304,30

2.092,50

2.654,70

363,40

106,40

25,30

241,90

95,30

409,10

108,20

141,90

140,50

691,10

176,00

(5)

2011

Jumlah Penduduk Miskin


(dalam Ribuan)

3,90

9,20

4,60

6,00

2,80

10,20

10,80

5,40

4,80

4,60

9,50

7,50

4,10

3,80

3,90

6,30

12,50

23,70

8,60

5,81

5,36

2,92

8,39

10,03

4,80

4,62

4,44

9,02

6,36

3,82

3,56

4,21

5,49

12,21

21,65

3,81

4,41

8,90
4,60

13,10
9,90

13,11

8,71

3,70

6,77

3,73

11,88

16,89

13,29

10,53

6,68

6,45

10,28

12,47

(8)

2012 *

13,20

14,10

9,30

3,70

7,30

4,10

12,30

17,70

15,10

11,20

6,40

7,40

10,70

13,70

(7)

2011

Persentase Penduduk Miskin

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERKOTAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2012

No

Lampiran 2.16

301

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Papua

33

Keterangan : *) September 2012

Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik

Indonesia

Maluku Utara

Maluku

30

Papua Barat

Sulawesi Barat

29

31

Gorontalo

28

32

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

27

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

24

25

Kalimantan Selatan

Riau

Kalimantan Timur

Sumatera Barat

22

Sumatera Utara

23

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

262.626
213.395

311.737

215.409

233.084

182.951

183.637

176.799

167.862

226.509

206.241

279.920

225.235

240.121

198.886

181.679

194.518

210.147

206.639

206.275

217.923

198.814

204.199

291.693

323.938

221.543

235.983

214.727

219.144

267.007

241.924

222.226

292.085

(3)

2011

281.022
240.441

346.157

240.447

284.629

205.383

210.101

198.902

183.959

258.393

217.355

330.329

257.282

279.008

232.303

205.083

230.054

230.389

228.794

234.556

241.975

223.622

228.577

316.963

390.294

251.202

267.273

238.901

248.812

295.582

273.655

249.165

310.089

(4)

2012 *

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

909,50
18.972,20

239,10

89,20

300,70

135,20

179,00

300,20

695,90

361,70

117,60

155,80

135,20

117,50

295,60

895,90

446,60

73,30

355,00

3.588,00

256,50

3.014,80

1.993,90

23,20

46,70

1.056,80

208,30

665,70

164,50

340,10

301,60

790,20

718,80

(5)

2011

928,30
18.086,90

210,00

79,60

287,80

131,50

169,90

274,70

672,30

349,40

110,70

154,60

132,70

109,60

281,50

882,90

412,90

67,70

314,80

3.354,60

255,60

2.916,90

1.861,50

24,60

46,20

981,10

217,80

674,40

164,70

324,90

273,60

709,10

711,10

(6)

2012 *

Jumlah Penduduk Miskin (dalam Ribuan)

41,60
15,70

39,60

11,60

30,50

14,80

25,70

18,20

13,60

17,90

9,40

11,20

6,30

7,90

9,60

23,40

16,90

4,60

9,70

18,20

21,80

17,10

13,30

7,60

7,40

18,50

17,40

13,70

7,50

9,80

10,10

11,90

21,90

(7)

2011

39,39
14,70

36,33

9,98

28,12

13,92

23,63

16,24

12,93

16,85

8,69

10,56

6,07

7,19

9,04

22,41

15,41

4,17

8,31

16,88

21,29

16,55

12,13

7,08

6,96

16,96

17,80

13,58

7,29

8,94

8,99

10,53

20,97

(8)

2012 *

Persentase Penduduk Miskin

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

No

Lampiran 2.17

302

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

187.215

Papua Barat

Papua

32

33

Keterangan : *) September 2012

Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik

Indonesia

Maluku

Maluku Utara

30

31

Gorontalo

Sulawesi Barat

28

29

181.577

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

27

212.823

276.116
233.740

318.796

225.242

245.120

186.041

179.933

235.512

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

24

316.819

238.535

241.525

206.850

198.553

215.576

233.172

226.662

219.727

249.629

209.611

220.098

355.480

340.581

323.638

234.073

250.949

236.298

242.272

282.479

261.719

246.560

303.692

(3)

2011

297.502
259.520

354.626

250.184

295.904

207.072

212.476

203.333

195.627

266.718

223.883

363.887

269.714

277.407

239.162

222.507

248.758

254.221

251.161

243.783

270.110

233.769

242.104

392.571

363.450

382.412

263.088

283.252

259.668

273.267

310.603

292.052

271.738

321.893

(4)

2012 *

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

25

Kalimantan Selatan

Riau

Kalimantan Timur

Sumatera Barat

22

Sumatera Utara

23

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

944,79
30.018,93

249,84

97,31

360,32

164,87

198,27

330,00

832,91

423,63

194,90

247,90

194,62

146,91

380,11

1.012,90

894,77

166,23

690,49

5.356,21

560,88

5.107,36

4.648,63

363,42

129,56

72,06

1.298,71

303,60

1.074,81

272,67

482,05

442,09

1.481,31

894,81

(5)

2011

976,40
28.594,60

223,20

88,30

338,90

160,60

187,70

304,30

805,90

409,60

177,50

246,10

189,20

141,90

355,70

1.000,30

828,30

161,00

648,30

4.960,50

562,10

4.863,40

4.421,50

366,80

131,20

70,20

1.219,00

310,50

1.042,00

270,10

481,30

397,90

1.378,40

876,60

(6)

2012 *

Jumlah Penduduk Miskin (dalam Ribuan)

31,98
12,49

31,92

9,18

23,00

13,89

18,75

14,56

10,29

15,83

8,51

6,77

5,29

6,56

8,60

21,23

19,73

4,20

6,32

14,23

16,08

15,76

10,65

3,75

7,40

5,75

16,93

17,50

14,24

8,65

8,47

9,04

11,33

19,57

(7)

2011

30,66
11,66

27,04

8,06

20,76

13,01

17,22

13,06

9,82

14,94

7,64

6,38

5,01

6,19

7,96

20,41

18,02

3,95

5,71

13,08

15,88

14,98

9,89

3,70

6,83

5,37

15,65

17,51

13,48

8,28

8,05

8,00

10,41

18,58

(8)

2012 *

Persentase Penduduk Miskin

GARIS KEMISKINAN, JUMLAH, DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

Lampiran 2.18

303

(2)

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

10

11

12

13

Papua

33

Sumber : Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, BPS

Indonesia

Maluku Utara

Maluku

30

Papua Barat

Sulawesi Barat

29

31

Gorontalo

28

32

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Utara

27

Kalim antan Tim ur

23

24

Sulawesi Tengah

Kalim antan Selatan

22

Sulawesi Selatan

Kalim antan Tengah

25

Kalim antan Barat

20

21

26

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

Bali

17

19

Jawa Tim ur

Banten

15

16

DI Yogyakarta

Kepulauan Bangka Belitung

14

Bengkulu

Sum atera Selatan

Lam pung

Jam bi

Riau

Sum atera Utara

Sum atera Barat

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.19

11.097,77

26,18

9,59

7,64

36,35

33,73

17,84

22,18

119,18

54,22

76,38

79,24

65,76

33,23

83,43

107,38

552,62

83,62

318,29

1873,55

308,36

2258,94

2350,53

312,18

67,08

21,85

301,73

117,21

471,22

110,82

208,92

106,18

689,00

173,37

(3)

Jumlah
(ribu)
(4)

9,87

5,55

5,73

2,66

10,20

9,70

6,29

4,10

4,70

9,82

7,75

4,02

4,54

4,03

6,31

13,57

28,16

4,04

4,99

10,58

13,98

14,33

9,43

3,48

7,87

4,39

14,30

18,75

16,73

11,80

7,17

6,84

11,34

14,65

Perkotaan

207,7

654,5

130,8

291,3

323,8

801,9

688,5

19.925,62

735,4

246,7

83,4

342,3

107,6

192,1

378,5

794,3

420,8

130,4

163,8

116,2

131,0

345,3

906,7

456,7

91,3

439,9

3655,8

268,9

3110,2

2423,2

62,6

45,9

1178,2

(5)

Jumlah
(ribu)
(6)

16,56

46,02

43,48

12,28

33,94

15,52

30,89

20,92

14,88

20,26

10,14

13,66

5,69

8,19

10,06

25,10

16,78

6,02

10,44

19,74

21,95

18,66

13,88

8,24

8,45

20,65

18,05

14,67

6,67

10,15

10,88

11,29

23,54

Perdesaan

Tahun 2010

861,9

31.023

761,6

256,3

91,1

378,6

141,3

209,9

400,7

913,4

475,0

206,7

243,0

182,0

164,2

428,8

1014,1

1009,4

174,9

758,2

5529,3

577,3

5369,2

4773,7

312,2

129,7

67,8

1479,9

324,9

1125,7

241,6

500,3

430,0

1490,9

(7)

(8)

13,33

36,80

34,88

9,42

27,74

13,58

23,19

17,05

11,60

18,07

9,10

7,66

5,21

6,77

9,02

23,03

21,55

4,88

7,16

15,26

16,83

16,56

11,27

3,48

8,05

6,51

18,94

18,30

15,47

8,34

8,65

9,50

11,31

20,98

Perkotaan +
Perdesaan
Jumlah
%
(ribu)

11.046,75

35,27

10,78

8,09

59,60

29,68

19,29

29,84

137,02

61,90

77,25

92,14

59,47

29,36

84,47

117,04

448,14

92,95

335,53

1768,23

304,34

2092,51

2654,69

363,42

106,35

25,32

241,94

95,28

409,15

108,17

141,92

140,49

691,13

176,02

(9)

Jumlah
(ribu)
(10)

9,23

4,60

6,05

2,80

10,24

10,77

5,37

4,80

4,61

9,46

7,46

4,06

3,84

3,91

6,33

12,50

23,67

3,91

4,61

9,87

13,16

14,12

9,26

3,75

7,35

4,11

12,27

17,74

15,15

11,19

6,37

7,42

10,75

13,69

Perkotaan

18.972,18

909,53

239,06

89,22

300,72

135,19

178,98

300,17

695,89

361,74

117,65

155,77

135,15

117,54

295,64

895,57

446,63

73,28

354,96

3.587,98

256,55

3.014,85

1.993,93

23,21

46,74

1.056,77

208,33

665,66

164,51

340,13

301,59

790,18

718,78

(11)

Jumlah
(ribu)
%

15,72

41,58

39,56

11,58

30,54

14,83

25,65

18,24

13,57

17,89

9,37

11,21

6,34

7,89

9,59

23,36

16,90

4,65

9,75

18,19

21,82

17,14

13,32

7,65

7,35

18,54

17,39

13,73

7,53

9,83

10,07

11,89

21,87

(12)

Perdesaan

Tahun 2011

30.018,93

944,79

249,84

97,31

360,32

164,87

198,27

330,00

832,91

423,63

194,90

247,90

194,62

146,91

380,11

1.012,90

894,77

166,23

690,49

5.356,21

560,88

5.107,36

4.648,63

363,42

129,56

72,06

1.298,71

303,60

1.074,81

272,67

482,05

442,09

1.481,31

894,81

(13)

12,49

31,98

31,92

9,18

23,00

13,89

18,75

14,56

10,29

15,83

8,51

6,77

5,29

6,56

8,60

21,23

19,73

4,20

6,32

14,23

16,08

15,76

10,65

3,75

7,40

5,75

16,93

17,50

14,24

8,65

8,47

9,04

11,33

19,57

(14)

Perkotaan +
Perdesaan
Jumlah
%
(ribu)
(16)

6,43

6,67

8,84

3,69

7,15

3,95

3,77

4,46

9,06

4,51

4,99

4,31

9,24

7,11

4,05

3,68

4,26

5,98

10.647,20

34,30

14,00

7,60

58,50

8,78

4,24

5,76

2,55

9,78

28,20 10,12

16,60

31,60

129,20

61,20

74,40

95,20

58,20

32,40

80,40

115,50 12,22

433,30 22,69

91,40

333,00

1,630,60

305,90 13,13

2,001,10 13,49

2,576,10

363,20

108,50

25,10

239,10 12,00

93,70 17,18

388,70 14,16

103,50 10,44

148,20

127,80

669,20 10,32

171,80 13,07

(15)

Jumlah
(ribu)

Perkotaan

(18)

7,52

9,36

9,14

6,94

7,06

4,79

8,65

6,07

7,64

9,11

9,05

18.485,20 15,12

932,30 40,56

216,00 37,73

84,20 10,69

291,80 28,88

132,30 14,17

170,40 23,93

284,80 17,00

696,60 13,46

357,50 17,39

114,70

158,10 11,01

131,70

115,70

282,90

897,10 22,98

419,30 15,72

77,30

319,80

3.440,30 17,35

259,40 21,76

2.976,20 16,89

1.901,40 12,48

22,70

46,20

1.014,80 17,63

218,00 17,94

668,40 13,57

168,20

334,90

276,90

738,00 11,01

737,20 21,97

(17)

Jumlah
(ribu)

Perdesaan

Maret Tahun 2012

JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2010 - 2012

29.132,40

966,60

230,00

91,80

350,20

160,50

186,90

316,30

825,80

418,60

189,10

253,30

189,90

148,00

363,30

1.012,50

852,60

168,80

652,80

5.071,00

565,30

4.977,40

4.477,50

363,20

131,20

71,40

1.253,80

311,70

1.057,00

271,70

483,10

404,70

1.407,20

909,00

(19)

(20)

11,96

31,11

28,20

8,47

21,78

13,24

17,33

13,71

10,11

15,40

8,18

6,68

5,06

6,51

8,17

20,88

18,63

4,18

5,85

13,40

16,05

15,34

10,09

3,69

7,11

5,53

16,18

17,70

13,78

8,42

8,22

8,19

10,67

19,46

Perkotaan +
Perdesaan
Jumlah
%
(ribu)

10.507,80

48,10

13,30

8,70

51,10

29,10

17,80

29,60

133,60

60,20

66,80

91,50

56,50

32,30

74,20

117,40

415,40

93,20

333,50

1,606,00

306,50

1,946,50

2,560,00

366,80

106,60

24,00

237,90

92,70

367,60

105,30

156,40

124,30

669,40

165,40

(21)

Jumlah
(ribu)

Perkotaan

8,60

5,81

5,36

2,92

8,39

10,03

4,80

4,62

4,44

9,02

6,36

3,82

3,56

4,21

5,49

12,21

21,65

3,81

4,41

8,90

13,10

13,11

8,71

3,70

6,77

3,73

11,88

16,89

13,29

10,53

6,68

6,45

10,28

12,47

(22)

18.086,90

928,30

210,00

79,60

287,80

131,50

169,90

274,70

672,30

349,40

110,70

154,60

132,70

109,60

281,50

882,90

412,90

67,70

314,80

3.354,60

255,60

2.916,90

1.861,50

24,60

46,20

981,10

217,80

674,40

164,70

324,90

273,60

709,10

711,10

(23)

Jumlah
(ribu)

14,70

39,39

36,33

9,98

28,12

13,92

23,63

16,24

12,93

16,85

8,69

10,56

6,07

7,19

9,04

22,41

15,41

4,17

28.594,60

976,40

223,20

88,30

338,90

160,60

187,70

304,30

805,90

409,60

177,50

246,10

189,20

141,90

355,70

1.000,30

828,30

161,00

648,30

4.960,50

16,88
8,31

562,10

4.863,40

4.421,50

366,80

131,20

70,20

1.219,00

310,50

1.042,00

270,10

481,30

397,90

1.378,40

876,60

(25)

(26)

11,66

30,66

27,04

8,06

20,76

13,01

17,22

13,06

9,82

14,94

7,64

6,38

5,01

6,19

7,96

20,41

18,02

3,95

5,71

13,08

15,88

14,98

9,89

3,70

6,83

5,37

15,65

17,51

13,48

8,28

8,05

8,00

10,41

18,58

Perkotaan +
Perdesaan
Jumlah
%
(ribu)

21,29

16,55

12,13

7,08

6,96

16,96

17,80

13,58

7,29

8,94

8,99

10,53

20,97

(24)

Perdesaan

September Tahun 2012

304

0,33

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Bangka Belitung

2,46
1,93
1,51
0,67
0,76

13 Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

16 Banten

17 Bali

2,21

0,89
1,93
0,67
0,70
0,90
1,30
1,98
0,15
0,80
0,70
1,52

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 Papua

10,37
2,63

11,13

1,50

6,77

2,63

5,17

3,33

1,28

1,35

(5)

7,86
2,08

8,78

1,13

4,99

2,32

3,72

2,61

1,65

2,76

1,10

0,92

0,81

0,99

1,24

4,20

3,54

0,66

0,90

2,27

2,51

2,56

1,72

0,60

1,01

0,66

2,77

2,60

2,54

0,96

1,21

1,36

1,84

3,50

Perkotaan +
Perdesaan
(6)

0,15
0,39

0,14

0,01

0,55

0,30

0,18

0,16

0,16

0,59

0,18

0,19

0,11

0,26

0,20

0,65

1,25

0,20

0,14

0,34

0,50

0,66

0,38

0,15

0,37

0,04

0,52

0,73

0,87

0,26

0,16

0,35

0,53

0,84

(7)

3,74
0,70

4,40

0,28

2,13

0,71

1,43

0,89

0,53

0,81

0,29

0,29

0,27

0,23

0,31

1,42

0,71

0,09

0,33

0,72

0,93

0,66

0,53

0,27

0,21

0,79

0,56

0,58

0,14

0,37

0,36

0,49

0,98

Perdesaan
(8)

2,81
0,55

3,43

0,21

1,54

0,61

1,00

0,69

0,40

0,75

0,24

0,23

0,20

0,24

0,28

1,27

0,94

0,16

0,20

0,54

0,65

0,66

0,43

0,15

0,35

0,13

0,72

0,62

0,69

0,18

0,29

0,35

0,51

0,94

Perkotaan +
Perdesaan

INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)**


Perkotaan

2011

(9)

1,28
1,38

0,65

0,08

1,61

1,83

0,64

0,19

0,48

1,94

1,14

0,73

0,47

0,92

1,11

2,59

4,40

0,42

0,77

1,29

2,29

2,06

1,40

9,49
2,42

7,88

1,14

6,03

1,72

4,53

2,58

2,37

3,10

1,21

1,43

0,97

1,16

1,30

3,68

2,34

0,35

1,30

2,52

4,07

2,67

2,05

pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

diantara penduduk miskin.

**) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran

7,35
1,90

5,71

0,85

0,48
0,36

0,15

0,00

0,46

0,47
4,38

1,74

0,02

0,09

0,68

0,33

0,22

0,10

0,25

0,39

0,81

1,23

0,08

0,24

0,30

0,58

0,50

0,35

0,15

0,17

0,06

0,30

0,66

0,50

0,92

0,20

0,30

0,63

0,27

0,12

(12)

Perkotaan

3,21

1,92

1,68

2,82

1,18

0,99

0,76

1,08

1,24

3,47

3,20

0,39

0,95

1,93

2,89

2,39

1,62

0,56

0,85

0,56

0,99

2,53

3,05

1,85

1,37

1,13

1,24

1,82

3,07

0,81

(11)

0,66

2,87

3,20

1,75

0,93

1,23

1,30

1,61

3,71

Perkotaan +
Perdesaan

0,92

(10)

Perdesaan

0,39

1,54

2,72

2,04

2,37

0,97

1,13

2,04

1,44

Perkotaan
(13)

3,13
0,61

2,37

0,20

1,81

0,38

1,22

0,66

0,62

0,87

0,27

0,30

0,23

0,27

0,31

0,93

0,54

0,05

0,36

0,57

1,09

0,63

0,54

0,31

0,22

0,73

0,87

0,39

0,22

0,28

0,32

0,38

1,04

Perdesaan

(14)

2,44
0,49

1,71

0,14

1,31

0,40

0,84

0,49

0,42

0,82

0,30

0,25

0,17

0,27

0,33

0,91

0,83

0,07

0,28

0,44

0,75

0,57

0,42

0,15

0,19

0,14

0,62

0,80

0,43

0,44

0,25

0,31

0,50

0,83

Perkotaan +
Perdesaan

INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)**

September Tahun 2012


INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)*

*) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing - masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata

Catatan :

Sumber : Susenas, BPS

Indonesia

3,03

0,66

23 Kalimantan Timur

1,07
1,00

0,82
0,54

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan selatan

4,67
1,38

2,27
0,91

2,80

0,52

1,36

2,96

3,67

2,64

2,14

1,12

0,98

3,02

2,49

2,29

0,81

1,49

1,42

1,85

3,78

19 Nusa Tenggara Timur

(4)

Perdesaan

20 Kalimantan Barat

4,58

1,51

12 Jawa Barat

18 Nusa Tenggara Barat

0,99
0,60

10 Kepulauan Riau

11 DKI Jakarta

2,07

2,83

2,97

1,31

0,77

1,25

1,84

2,78

Sumatera Utara

(3)

(2)

Aceh

(1)

Perkotaan

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) *

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

Provinsi

No

Lampiran 2.20

47,97

68,12

91,03

89,57

64,66

14,26

102,58

87,78

57,85

97,58

11,99

47,81

90,95

67,98

17,28

63,86

89,09

13,91

102,44

57,57

87,58

97,49
(7)

2011***

Lampiran 2.20

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012
2011
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) *
No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perkotaan

Perdesaan

(3)

(4)

(2)

Aceh

2,78

Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau

1,84
1,25
0,77

Jambi

1,31

Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau

2,97
2,83
2,07
0,33
0,99

11 DKI Jakarta

0,60

12 Jawa Barat

1,51

13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten

2,46
1,93
1,51
0,67

17 Bali

0,76

18 Nusa Tenggara Barat


19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah

4,58
2,27
0,91
0,82

22 Kalimantan selatan

0,54

23 Kalimantan Timur

0,66

24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara

0,89
1,93
0,67
0,70
0,90
1,30
1,98
0,15

3,78
1,85
1,42
1,49
0,81
2,29
2,49
3,02
0,98
1,12

September Tahun 2012


INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)**

Perkotaan +
Perdesaan

Perkotaan

Perdesaan

(5)

(6)

(7)

3,50
1,84
1,36
1,21
0,96
2,54
2,60
2,77
0,66
1,01

0,84
0,53
0,35
0,16
0,26
0,87
0,73
0,52
0,04
0,37

0,98
0,49
0,36
0,37
0,14

0,56
0,79
0,21
0,27

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)*


Perkotaan

Perdesaan

(8)

(9)

(10)

0,94
0,51
0,35
0,29
0,18
0,69
0,62
0,72
0,13
0,35

1,44
2,04
1,13
0,97
2,37

2,72
1,54
0,39
0,81

3,71
1,61
1,30
1,23
0,93
1,75
3,20
2,87
0,92
0,99

INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)**


Perkotaan

Perdesaan

(12)

(13)

3,07
1,82
1,24
1,13
1,37
1,85
3,05
2,53
0,66
0,85

0,27
0,63
0,30
0,20
0,92
0,50
0,66
0,30
0,06

Perkotaan +
Perdesaan
(14)

1,04
0,38
0,32
0,28
0,22
0,39
0,87
0,73
0,22

0,83
0,50
0,31
0,25
0,44
0,43
0,80
0,62
0,14

0,35

0,54

0,42

2,39

0,50

0,63

0,57

4,20

0,99

1,10
2,76
1,65
2,61

0,50
0,34
0,14
0,20
1,25
0,65
0,20
0,26
0,11
0,19
0,18
0,59
0,16
0,16

0,93
0,72
0,33
0,09
0,71
1,42
0,31
0,23
0,27
0,29
0,29
0,81
0,53
0,89

0,65
0,54
0,20
0,16
0,94
1,27
0,28
0,24
0,20
0,23
0,24
0,75
0,40
0,69

2,29
1,29
0,77
0,42
4,40

0,28

1,54
0,21

2,89
1,93
0,95
0,39
3,20

0,58
0,30
0,24
0,08
1,23
0,81

1,83

2,13

2,52

0,39

0,64

0,61

0,01

4,07

3,47

0,19

1,00

0,71

0,55

1,30

1,24

1,14
1,94
0,48

1,43

0,30

1,13

0,35

3,68
1,30

0,92
0,47
0,73

0,18

2,32
4,99

2,34

2,59
1,11

3,72

1,61
0,08

1,16
0,97
1,43
1,21
3,10
2,37
2,58
4,53
1,72
6,03
1,14

1,08
0,76
0,99
1,18
2,82
1,68
1,92
3,21
1,74
4,38
0,85

0,25
0,10
0,22
0,33
0,68
0,09
0,02
0,12
0,47
0,46
0,00

0,19

1,62

2,67

6,77

0,15

0,31

2,05

2,06

2,27

3,54

0,81

2,63

1,50

0,56

0,17

1,40

0,66

2,51

0,90
0,66

1,24

0,92

1,28
3,03

3,33

(11)

0,43

0,66

1,07
1,00

2,21

0,56

Perkotaan +
Perdesaan

0,53

0,66

4,67

0,15

2,04

0,38

2,56

2,96

2,80

5,17

Perkotaan +
Perdesaan

0,60
1,72

2,64
3,67

1,36
0,52

1,38

1,35

0,15

0,58

2,14

1,09
0,57
0,36
0,05
0,54
0,93
0,31
0,27
0,23
0,30
0,27
0,87
0,62
0,66
1,22
0,38
1,81
0,20

0,15

0,75
0,44
0,28
0,07
0,83
0,91
0,33
0,27
0,17
0,25
0,30
0,82
0,42
0,49
0,84
0,40
1,31
0,14

32 Papua Barat

0,80

11,13

8,78

0,14

4,40

3,43

0,65

7,88

5,71

0,15

2,37

1,71

33 Papua

0,70
1,52

10,37
2,63

7,86
2,08

0,15
0,39

3,74
0,70

2,81
0,55

1,28
1,38

9,49
2,42

7,35
1,90

0,48
0,36

3,13
0,61

2,44
0,49

Indonesia
Sumber : Susenas, BPS
Catatan :

*) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing - masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
**) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran

karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan

1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..)

*** Kenaikan Angka Buta Huruf serta penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:

Keterangan : ** Pendidikan non formal yang dicakup adalah paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA

Sumber: Susenas 2007-2011, BPS

67,73

45,59
45,11

67,43

44,84

44,97

66,90

Angka Partisipasi Murni (APM) SM/MA/Paket C

10

67,39

94,76
94,37
93,99
93,78

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

80,59

62,85
62,55

81,25
86,86

59,06

86,37

59,46

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B

Angka Partisipasi Kasar (APK) SM/MA/Paket C

111,68

13,77
12,72

110,42
111,12

13,29
13,08
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 th

Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A


5

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 th


3

55,49

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 th


2

112,19

56,01

86,24
85,47

55,16

84,65

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 th


1

84,89

97,64
Partisipasi Pendidikan Formal dan Non Formal **
II

55,50

98,02
97,95
97,88

45,48

11,01
10,30

45,06
44,75

Angka Partisipasi Murni (APM) PT


12

305

9,64

44,56
Angka Partisipasi Murni (APM) SM/MA
11

10,07

94,72

67,62
67,40

94,37
93,99

66,98

93,75

66,64

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI

Angka Partisipasi Kasar (APK) PT

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs

13,31

Angka Partisipasi Kasar (APK) SM/MA

56,71

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs


6

10

62,53

16,35
14,59

62,37

82,03

Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI


5

14,42

12,20
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 th
4

57,42

80,35
81,09

54,61
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 th
3

110,35

84,26
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 th
2

81,38

111,63

13,67
12,66
12,43

110,35

85,43

55,05
54,70

84,41

97,83
97,60
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 th
1

109,41

55,83

86,11

97,97
97,95

(6)
(5)
(4)
(3)
(2)

Partisipasi Pendidikan Formal


I

(1)

2008
2007
Indikator
No

Lampiran 2.21.1

INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2011

2009

2010

diantara penduduk miskin.

306
7,26
8,13
2,96
18,94

Angka Buta Huruf 10 tahun +

Angka Buta Huruf 15 tahun +

Angka Buta Huruf 15-44 tahun

Angka Buta Huruf 45 tahun +

25,32

Usia 3-6 tahun


Buta Huruf

14,68
37,57

Usia 5-6 tahun

Usia 3-4 tahun

16,71

Usia 3-6 tahun


Partisipasi Pra Sekolah (pernah + sedang)

8,24

19,59

1,95

7,81

6,95

28,87

41,78

16,09

20,23

27,07

13,45

7,5

27,46

20,23

29,08

14,98

(4)

2008

7,50

18,68

1,80

7,42

6,59

34,39

49,41

20,19

22,04

27,22

17,15

7,7

28,49

19,85

29,31

14,86

(5)

2009

7,28

18,25

1,71

7,09

6,34

37,68

53,38

22,59

23,22

27,19

19,41

7,9

29,69

20,57

29,72

12,74

(6)

2010

karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan

sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.

1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..)

Keterangan: *** Kenaikan Angka Buta Huruf serta penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:

Sumber: Susenas 2007-2011, BPS

IV

12,26
21,83

Usia 3-4 tahun

7,4

Usia 5-6 tahun

Partisipasi Pra Sekolah (sedang)

III

26,73

SM +/sederajat

Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 tahun ke Atas

19,83

SMP/sederajat

II

14,42
30,43

Tidak tamat SD

8,59

SD/sederajat

Tidak/belum sekolah

Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk 15 Tahun ke Atas

(3)

(2)

(1)

2007

Indikator

INDIKATOR PENDIDIKAN DI INDONESIA (LANJUTAN) TAHUN 2007 - 2011

No

Lampiran 2.21.2

6,41

17,89

2,30

7,19

6,44

36,66

54,47

19,64

24,42

33,35

15,90

7,9

29,44

20,74

28,72

14,69

(7)

2011***

307

(2)

(1)

17,37
14,29

Perempuan

Laki-Laki + Perempuan

32,00
28,04

Perempuan

Laki-Laki + Perempuan

24,58
21,10

Perempuan

Laki-Laki + Perempuan

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS

17,58

Laki-Laki

Perkotaan+Perdesaan

24,08

Laki-Laki

Perdesaan

11,13

Laki-Laki

Perkotaan

Tidak Memiliki
(3)

28,72

28,53

28,90

35,32

34,36

36,26

22,25

22,87

21,62

SD/MI
(4)

20,74

20,25

21,23

19,97

19,07

20,88

21,49

21,41

21,58

SMP/MTs
(5)

16,67

15,28

18,08

10,55

9,21

11,88

22,68

21,16

24,22

SMU/SMA
(6)

6,04

4,69

7,42

3,16

2,32

4,01

8,87

6,99

10,80

SM Kejuruan

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

(7)

0,77

0,94

0,60

0,61

0,72

0,51

0,93

1,17

0,68

Diploma I/ Diploma II

PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL,


JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2011

Daerah Tempat Tinggal/


Jenis Kelamin

Lampiran 2.22

(8)

5,96

5,73

6,19

2,35

2,32

2,38

9,50

9,03

9,97

Akademi/Dipl.III/
IV/S1/S2/S3

308

(2)

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45+

(1)

Sumber: Statistik Indonesia 2012, BPS

Total

Golongan Umur

No

Lampiran 2.23

(3)

8,38

15,98

4,41

2,63

1,85

1,57

1,27

0,97

0,85

30,22

Tidak/Belum Pernah Sekolah


(4)

24,88

0,17

0,55

0,54

0,81

1,95

12,28

57,48

95,24

69,57

Masih Sekolah

Perkotaan + Perdesaan

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 5 TAHUN KE ATAS


MENURUT GOLONGAN UMUR DAN PARTISIPASI SEKOLAH TAHUN 2011

(5)

66,74

83,85

95,03

96,83

97,34

96,49

86,45

41,55

3,91

0,21

Tidak sekolah Lagi

309

Papua

33

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS

Total

Papua Barat

32

Sulawesi Selatan

26

Maluku Utara

Sulawesi Tengah

25

31

Sulawesi Utara

24

Maluku

Kalimantan Timur

23

30

Kalimantan Selatan

22

Sulawesi Barat

Kalimantan Tengah

21

29

Kalimantan Barat

20

Sulawesi Tenggara

Nusa Tenggara Timur

19

Gorontalo

Nusa Tenggara Barat

18

27

Bali

17

28

Jawa Timur

DKI Jakarta

11

DI Yogyakarta

Kepulauan Riau

10

16

Kepulauan Bangka Belitung

15

Lampung

Jawa Tengah

Bengkulu

Banten

Sumatera Selatan

14

Jambi

13

Riau

Jawa Barat

Sumatera Barat

12

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Golongan Umur

No

Lampiran 2.24

3,69

1,70

1,33

2,29

1,34

0,90

1,45

1,87

0,74

0,75

1,07

0,68

2,04

2,75

1,43

0,99

0,89

0,35

0,61

0,58

0,77

0,50

0,88

1,02

0,68

0,75

0,81

0,59

0,84

0,74

0,95

0,44

1,24

24,36

(3)

Tidak/Belum
Pernah Sekolah

36,10

32,89

39,34

38,38

39,11

39,29

38,16

38,37

36,01

39,34

35,55

36,84

36,98

38,40

39,76

45,42

36,77

36,76

35,67

30,58

36,01

34,34

36,27

28,01

35,03

36,12

35,59

37,10

34,61

36,17

37,23

39,73

36,91

35,42

(4)

SD/MI/
Paket A

15,15

11,97

13,0

16,11

16,15

14,26

14,08

15,49

15,25

13,77

15,88

15,47

13,45

13,87

13,42

14,42

16,07

15,57

15,80

14,40

16,94

14,36

14,84

12,60

13,50

12,82

15,29

14,99

14,72

14,46

14,38

15,68

15,89

15,75

(5)

SLTP/MTs/
Paket B

10,14

7,15

9,95

11,81

12,40

9,55

9,99

10,98

10,27

9,71

11,81

10,37

8,88

8,62

7,69

8,03

10,98

12,15

10,20

15,18

9,98

9,65

8,81

11,12

8,98

8,91

9,85

10,52

10,15

10,0

10,81

11,48

13,13

13,12

(6)

3,97

2,21

4,76

3,29

5,81

2,99

5,42

5,29

5,69

3,87

4,56

4,92

3,96

3,30

2,54

2,56

4,06

5,42

3,63

14,96

2,84

4,10

3,04

7,01

2,66

2,24

2,59

4,68

3,77

4,61

4,16

5,35

3,92

8,08

(7)

SMU/SMK/ Diploma I s.d


MA/Paket C Universitas

Masih Sekolah

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 7 - 24 TAHUN KE ATAS


MENURUT STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2011

65,36

54,22

67,05

69,59

73,47

66,09

67,65

70,13

67,22

66,69

67,80

67,60

63,27

64,19

63,41

70,43

67,88

69,90

65,30

75,12

65,77

62,45

62,96

58,74

60,17

60,09

63,32

67,29

63,25

65,24

66,58

72,24

69,85

72,37

(8)

Jumlah

33,40

21,42

29,26

28,71

25,20

31,62

31,01

28,97

31,33

31,44

31,46

31,65

35,66

35,13

34,55

26,82

30,69

29,11

33,81

24,53

33,62

36,97

36,27

40,76

38,95

38,89

36,0

31,96

35,94

34,17

32,58

27,02

29,20

27,19

(9)

Tidak
Bersekolah
Lagi

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

(10)

Jumlah

310
84,65

97,64

Indonesia
55,49

54,72

57,61

63,38

72,63

44,05

50,30

58,58

52,52

50,54

56,98

64,58

50,01

54,14

50,17

49,58

57,30

63,38

58,26

71,82

53,20

51,05

47,57

61,49

64,26

46,90

50,02

59,00

54,43

55,39

63,92

65,35

65,87

72,79

(5)

16-18

13,08

15,88

13,13

15,72

17,70

10,07

12,82

16,09

15,99

14,19

12,09

14,41

11,21

10,49

11,03

14,42

14,84

13,10

11,50

43,38

10,28

11,34

10,20

17,18

7,58

8,41

8,71

16,46

12,04

12,31

13,44

20,88

14,42

23,60

(6)

19-24

97,88

83,38

93,38

96,80

97,52

94,53

94,23

97,66

95,71

97,16

97,87

98,35

97,48

98,45

97,08

93,72

97,25

98,45

98,63

99,62

98,83

97,75

98,24

98,82

98,31

96,76

98,26

98,38

97,88

97,59

98,36

98,07

98,66

99,03

(7)

7 - 12

84,89

78,22

88,55

89,20

91,20

75,75

77,68

85,62

78,99

81,13

88,46

90,78

79,68

86,42

84,50

77,76

85,57

88,07

86,54

92,91

84,27

81,28

81,00

90,53

91,10

79,71

85,10

87,42

84,55

84,78

91,83

88,70

91,10

94,15

(8)

13-15

55,50

54,13

58,15

63,39

71,95

45,68

50,17

59,17

52,29

50,75

56,84

64,71

50,30

53,64

50,73

49,67

57,22

63,36

58,14

72,46

53,36

50,35

47,58

61,86

64,62

47,31

50,69

58,64

54,27

55,72

64,11

65,73

65,87

72,73

(9)

16-18

2008 *

13,29

15,68

14,70

16,60

18,13

10,20

13,01

16,08

16,08

14,75

12,80

14,43

11,40

11,15

10,62

14,38

14,60

13,53

11,63

43,47

10,55

11,66

10,54

17,75

10,99

8,75

9,06

16,07

12,30

12,77

13,77

21,22

14,60

23,13

(10)

19-24

97,95

76,09

93,35

96,85

97,87

95,71

96,55

97,69

96,53

97,22

97,82

98,42

97,59

98,50

96,94

95,99

98,12

98,52

98,57

99,65

98,80

97,85

98,22

99,06

98,95

96,90

98,53

98,53

97,80

98,11

98,55

98,02

98,70

99,07

(11)

7 - 12

85,47

73,68

88,59

90,02

91,98

77,09

80,94

87,20

80,96

83,41

88,40

91,55

79,83

86,64

83,92

79,28

85,81

88,43

88,00

93,42

84,59

80,86

81,85

90,75

91,26

79,98

85,92

87,47

84,65

85,10

91,58

88,79

91,43

94,31

(12)

13-15

55,16

47,51

57,95

63,38

72,28

43,58

48,77

59,19

51,67

49,30

56,56

64,07

49,43

53,65

49,83

47,95

56,92

64,59

58,44

72,26

52,84

49,96

47,06

61,53

64,62

46,70

50,44

58,80

54,12

55,13

63,92

65,25

66,34

72,74

(13)

16-18

2009 *

98,02

76,22

94,43

97,23

98,27

95,93

96,86

97,81

97,00

97,52

98,30

98,68

97,90

98,70

97,04

96,49

98,26

98,69

98,74

99,69

98,95

98,01

98,29

99,16

99,35

97,10

98,71

98,67

98,00

98,27

98,75

98,24

98,90

99,19

(15)

7 - 12

86,24

74,35

90,25

90,76

92,85

77,92

81,78

88,17

82,63

84,17

89,06

92,49

80,59

86,83

84,48

81,24

86,52

89,26

88,82

94,02

85,33

81,70

82,73

91,45

92,16

80,59

86,62

88,25

85,41

85,56

92,09

89,51

92,26

94,99

(16)

13-15

56,01

48,28

60,12

64,12

72,40

44,54

49,61

59,93

53,00

50,06

56,75

64,76

50,23

54,50

50,35

49,22

57,71

65,22

59,39

73,06

53,72

50,90

47,82

61,99

66,56

47,51

51,34

59,63

54,79

56,11

64,54

65,65

66,94

73,53

(17)

16-18

2010 **

13,77

13,18

14,66

17,04

21,88

10,47

12,87

18,28

18,64

14,69

13,30

14,88

12,18

11,06

11,43

14,44

15,39

15,31

12,43

44,03

11,34

11,70

10,38

17,91

8,64

8,90

9,82

16,95

12,07

12,81

14,02

21,26

15,65

24,11

(18)

19-24

berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli

1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan, sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.

** Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:

12,72

12,45

12,72

15,67

19,24

9,10

11,10

16,45

15,79

13,43

12,07

13,97

11,20

10,16

10,17

12,56

14,41

13,84

11,51

43,30

10,20

11,07

10,01

17,23

7,07

8,25

8,97

15,97

11,61

11,83

13,14

20,58

14,68

22,82

(14)

19-24

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011

Keterangan : * Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA)

Sumber : Susenas 2007-2011, BPS

88,58

88,94

91,10

75,89

77,91

85,48

79,25

80,96

78,01

Sulawesi Tengah

25

88,14

90,62

83,36

96,82

Sulawesi Utara

24

Papua

97,55

Kalimantan Timur

23

78,99

33

98,12

Kalimantan Selatan

22

86,47

84,08

93,17

97,21

Kalimantan Tengah

21

96,71

98,31

Kalimantan Barat

20

78,11

Papua Barat

96,71

Nusa Tenggara Timur

19

85,24

87,59

Maluku Utara

93,73

Nusa Tenggara Barat

18

31

97,07

Bali

17

92,62
86,40

32

98,36

Jawa Timur

97,24

99,29
98,39

DI Yogyakarta

15

16

84,03

Maluku

98,67

Jawa Tengah

14

81,08

80,36

30

97,55

Banten

13

93,62

97,84

Jawa Barat

12

90,53

94,13

98,73

DKI Jakarta

11

91,34

80,38

Sulawesi Barat

97,88

Kepulauan Riau

Gorontalo

96,30

Kep. Bangka Belitung

10

84,99

29

97,90

Lampung

86,93

84,26

28

98,25

Bengkulu

97,31

97,55

Sumatera Selatan

84,53

95,40

97,28

Jambi

91,14

88,52

Sulawesi Selatan

97,94

Riau

Sulawesi Tenggara

97,78

Sumatera Barat

90,73

26

98,37

Sumatera Utara

94,06

(4)

13-15

2007 *

27

98,95

(3)

7 - 12

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.25

97,58

73,36

94,38

97,04

98,18

95,33

96,87

97,36

97,16

96,58

97,93

98,68

97,62

98,10

96,19

95,96

97,76

98,45

98,26

99,46

98,62

98,23

97,85

98,09

97,84

97,02

97,90

98,29

97,91

98,34

97,71

98,10

98,33

99,03

(19)

7 - 12

87,78

71,29

88,59

89,89

91,89

81,10

82,95

86,88

84,04

84,14

87,79

92,78

82,89

85,64

83,67

85,88

91,52

92,22

90,04

97,59

88,39

88,36

85,69

92,01

96,42

83,54

85,85

90,82

85,32

88,07

87,94

89,64

89,10

94,07

(20)

13-15

57,85

50,55

65,40

64,70

67,21

55,72

57,90

62,66

56,66

57,59

61,09

67,60

54,08

54,33

49,89

60,21

60,45

68,91

58,79

75,85

55,00

56,16

50,37

58,56

65,74

49,17

55,41

62,34

55,93

59,49

65,06

68,12

67,54

72,41

(21)

16-18

2011 **

14,26

13,32

18,31

16,80

23,65

13,23

19,33

19,87

20,40

14,40

14,25

16,56

13,81

12,59

12,11

15,37

16,84

17,83

12,73

41,73

11,17

12,53

10,71

17,13

8,71

8,86

10,01

16,81

12,25

15,36

15,21

22,00

16,42

27,48

(22)

19-24

311

111,23
110,84
116,33

Bengkulu

Lampung

Kep Bangka Belitung

120,14
102,69

32 Papua Barat

33 Papua
86,37

77,95

69,94

89,23

90,13

71,49

73,73

85,79

(5)

59,46

53,34

60,66

70,31

79,98

45,29

55,91

61,40

54,99

55,39

71,58

75,35

47,05

51,32

51,01

49,92

58,14

73,67

64,17

75,87

56,91

54,29

49,32

68,74

81,24

55,34

54,90

62,86

56,78

59,27

67,94

70,47

71,45

81,81

101,14
111,12

119,27

114,38

114,69

109,69

114,03

113,04

111,51

110,32

115,43

112,35

115,50

117,60

119,17

112,09

111,08

112,50

111,41

115,03

111,58

109,11

107,25

110,77

114,08

114,13

109,54

111,28

113,13

112,53

112,25

110,87

112,73

115,20

(6)

SD/MI/
Paket A

2008 *

73,18
86,86

69,24

87,09

89,64

66,57

72,75

85,72

76,02

85,23

90,09

97,25

81,32

79,70

73,87

68,65

87,60

85,68

90,06

104,81

88,07

81,75

86,62

95,72

107,53

79,04

85,84

88,58

87,89

84,54

90,68

85,27

92,48

92,16

(7)

(8)

52,68
59,06

58,23

69,55

78,83

44,79

52,61

63,99

54,73

59,86

70,76

71,26

44,58

52,52

53,37

52,59

57,95

73,21

63,86

79,04

58,72

53,44

48,73

65,58

68,88

54,16

53,16

63,16

54,72

59,90

69,42

71,04

69,58

78,19

SMP/Mts/ SM/SMK/MA/
Paket B
Paket C

110,42

91,28

117,50

113,65

114,53

112,63

108,02

113,67

107,54

113,79

116,83

110,45

112,53

114,77

114,13

114,45

108,06

110,85

108,86

111,10

112,02

112,21

107,69

108,70

113,44

113,79

109,09

110,46

115,75

112,34

110,76

110,31

112,89

111,77

(9)

SD/MI/
Paket A

2009 *

81,25

58,35

66,29

81,75

84,53

68,00

70,90

82,02

76,54

76,69

82,21

88,77

76,70

77,24

72,87

69,93

85,94

77,90

84,42

92,47

80,42

72,67

80,49

87,65

92,15

71,26

82,74

84,45

80,78

79,63

85,24

81,13

89,74

88,65

(10)

62,55

52,57

62,04

72,73

89,87

51,91

59,30

69,55

62,78

59,35

71,67

76,54

54,42

53,19

53,80

51,85

60,79

83,59

66,47

78,33

60,85

57,66

51,75

68,38

70,75

58,56

60,62

67,25

61,27

61,51

72,46

74,37

73,36

82,84

111,68

93,27

115,31

116,74

118,13

110,88

109,16

114,77

108,57

112,08

115,61

113,85

112,77

117,70

115,61

115,59

109,47

111,56

110,20

108,16

113,19

111,28

110,31

110,45

111,61

116,19

111,18

112,83

113,75

113,02

114,73

110,63

114,20

115,06

(12)

SD/MI/
Paket A

2010 **

80,59

60,05

67,32

80,52

86,76

65,09

73,50

77,28

75,05

74,46

82,92

90,86

75,59

74,60

69,65

68,52

85,07

76,69

83,10

93,47

80,60

74,19

79,27

91,42

89,68

68,75

82,05

81,34

82,12

79,29

85,43

80,34

89,83

87,99

(13)

SMP/Mts/
Paket B
(14)

berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli

62,85

48,20

72,91

74,96

86,92

52,17

61,93

73,02

67,71

60,32

71,31

72,39

55,75

57,61

57,55

58,95

62,89

82,36

67,06

79,29

61,61

58,35

51,37

63,14

79,63

60,59

57,81

68,83

60,87

63,21

67,94

72,82

72,69

80,96

SM/SMK/MA/
Paket C

1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.

** Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:

(11)

SMP/Mts/ SM/SMK/MA/
Paket B
Paket C

Keterangan : * Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA)

Sumber: Susenas 2007-2011, BPS

112,19

113,90

31 Maluku Utara

Indonesia

111,09

112,80

28 Gorontalo

116,15

110,70

29 Sulawesi Barat

75,05

110,80

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

30 Maluku

83,79

87,89

97,54

79,98

77,99

74,03

110,39

118,91

21 Kalimantan Tengah

25 Sulawesi Tengah

121,31

20 Kalimantan Barat

72,38

114,53

115,22

19 Nusa Tenggara Timur

88,03

81,90

24 Sulawesi Utara

109,99

18 Nusa Tenggara Barat

116,82

113,73

17 B a l i

90,37

102,35

112,73

112,23

87,64

81,45

84,64

92,33

93,20

75,41

84,70

89,35

86,95

84,73

90,80

84,87

93,93

94,48

(4)

23 Kalimantan Timur

112,20

15 DI Yogyakarta

16 Jawa Timur

2007 *

ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011

SMP/Mts/ SM/SMK/MA/
Paket B
Paket C

22 Kalimantan Selatan

109,37
114,08

14 Jawa Tengah

12 Jawa Barat

13 Banten

112,55
108,90

11 DKI Jakarta

116,97

115,39

10 Kepulauan Riau

113,54

Jambi

Sumatera Selatan

111,95

Riau

112,05

Sumatera Barat

112,27

Sumatera Utara

(3)

116,36

(2)

Aceh

(1)

SD/MI/
Paket A

Provinsi

No

Lampiran 2.26

102,58

84,59

104,57

108,25

104,56

102,30

104,57

103,63

102,09

103,13

102,47

104,83

102,72

105,08

107,20

111,09

102,57

99,95

100,88

104,52

102,70

103,63

101,26

98,03

102,33

106,43

103,78

106,04

103,84

105,55

103,93

104,08

104,56

105,59

(15)

SD/MI/
Paket A

2011 **

89,57

68,69

87,63

90,04

97,80

81,30

84,56

92,38

87,15

84,94

93,57

97,62

88,18

89,59

78,60

80,47

92,49

91,71

92,89

89,40

92,65

92,14

87,56

90,78

98,86

80,82

88,61

90,55

89,62

85,98

89,49

87,49

89,02

96,46

(16)

(17)

64,66

47,69

66,74

80,61

85,69

61,95

60,60

72,33

66,17

65,96

75,95

73,00

56,04

56,92

52,00

58,72

69,24

84,34

63,61

86,50

64,04

59,61

55,92

71,76

78,48

60,53

60,71

66,51

63,12

66,23

71,64

69,18

79,69

78,92

SMP/Mts/ SM/SMK/MA/
Paket B
Paket C

312
66,90

93,45

91,95

90,67

80,94

93,78

30 Maluku

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 Papua

48,76

64,67

70,08

53,39

(5)

44,84

35,78

43,16

51,39

59,38

33,28

37,87

47,32

41,91

39,27

50,45

52,88

35,73

39,28

36,16

33,75

48,26

55,81

47,97

57,88

44,11

38,97

38,29

49,76

52,63

37,53

40,72

48,67

42,72

44,41

51,54

54,23

54,95

61,95

SM/SMK/MA/
Paket C

81,76
93,99

90,76

92,47

93,87

92,75

90,52

94,24

92,17

92,82

91,17

93,59

94,17

95,71

93,96

91,72

94,20

94,93

94,57

94,32

95,14

93,39

94,19

93,81

93,79

91,77

94,28

94,40

92,97

94,31

95,04

94,66

94,26

96,05

(6)

SD/ MI/
Paket A
(7)

48,95
67,39

48,98

65,13

70,58

53,24

52,90

66,41

61,06

59,73

66,58

71,43

60,56

60,46

55,55

49,87

71,44

67,34

69,55

75,31

69,68

59,50

68,20

71,50

72,18

53,11

68,94

69,70

65,87

66,31

70,66

67,63

74,17

76,58

SMP/ Mts/
Paket B

2008 *

(8)

35,79
44,97

43,74

51,73

59,38

34,21

38,26

47,98

41,99

39,93

50,45

53,19

35,78

39,13

36,65

34,67

48,38

55,65

47,93

58,96

44,39

38,83

38,31

50,05

53,40

37,72

41,05

48,67

43,05

44,81

51,84

54,68

55,16

62,19

SM/SMK/MA/
Paket C

94,37

76,09

91,25

93,39

94,38

92,77

90,40

94,71

92,27

92,98

91,90

93,74

94,49

96,14

93,96

92,46

94,75

94,99

95,27

94,38

95,63

94,07

94,56

94,07

93,92

92,52

94,79

94,98

93,61

95,05

95,52

94,75

94,46

96,95

(9)

SD/ MI/
Paket A
(11)

45,11

35,77

43,55

51,74

59,58

33,41

38,47

47,90

42,03

39,52

50,46

53,10

35,71

39,27

36,40

34,15

48,51

56,48

48,26

58,69

44,53

38,77

38,59

50,43

53,42

38,13

41,43

48,99

43,01

44,71

51,78

54,50

55,30

62,12

SM/SMK/MA/
Paket C

94,76

76,22

92,29

93,97

95,00

93,94

90,81

95,06

92,86

93,54

92,25

94,14

95,00

96,63

94,76

93,03

95,16

95,53

95,63

94,76

95,93

94,73

95,02

94,59

94,56

92,86

95,20

95,53

94,17

95,61

96,24

95,51

95,33

97,32

(12)

SD/ MI/
Paket A

2010 **

67,73

49,62

50,10

66,01

71,88

54,24

53,83

67,14

62,32

60,83

67,07

72,56

60,90

61,30

56,06

51,03

71,73

67,83

70,17

75,55

69,92

60,32

68,43

71,96

72,92

53,58

69,61

70,39

66,27

66,91

71,36

68,22

74,76

78,58

(13)

SMP/ Mts/
Paket B
(14)

45,59

36,06

44,75

52,68

59,80

34,03

39,15

48,54

42,75

40,23

50,70

53,66

36,24

39,62

36,83

34,93

49,35

57,14

48,60

59,35

45,00

39,61

38,84

50,57

54,74

38,69

41,97

49,97

43,49

45,31

52,24

55,06

55,72

62,42

SM/SMK/MA/
Paket C

91,03

70,13

88,28

89,95

88,00

89,35

90,04

88,80

89,48

89,99

85,91

92,23

92,01

92,25

92,18

92,13

92,69

90,39

91,88

91,98

90,19

92,18

92,26

89,79

92,01

91,12

91,47

92,75

89,79

92,69

91,67

93,47

91,46

92,57

(15)

SD/ MI/
Paket A

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..) sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.

** Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:

67,43

49,08

49,03

65,49

71,48

53,35

53,05

66,45

61,74

60,22

66,69

72,06

60,56

60,59

55,45

50,21

71,32

67,38

69,90

75,34

69,67

59,69

67,91

72,02

72,53

53,10

69,17

69,84

65,86

66,42

70,57

67,61

74,21

77,40

(10)

SMP/ Mts/
Paket B

2009 *

ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 - 2011

Keterangan : * Mulai tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya APS mencakup pendidikan non formal (paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/SMK/MA)

Sumber: Susenas 2007-2011, BPS

Indonesia

48,69

92,17

29 Sulawesi Barat

65,89
53,15

93,64

60,80

90,18

92,19

26 Sulawesi Selatan

59,36

66,25

71,24

59,65

60,12

54,77

49,75

70,79

66,69

69,21

74,94

69,19

58,96

67,27

71,36

71,69

52,58

68,47

68,92

65,15

65,88

70,00

67,33

73,61

76,44

(4)

28 Gorontalo

92,04

25 Sulawesi Tengah

2007 *
SMP/ Mts/
Paket B

27 Sulawesi Tenggara

90,75

24 Sulawesi Utara

95,48

21 Kalimantan Tengah

94,00

93,48

20 Kalimantan Barat

93,34

91,61

19 Nusa Tenggara Timur

23 Kalimantan Timur

94,20

18 Nusa Tenggara Barat

22 Kalimantan Selatan

94,50

93,53

15 DI Yogyakarta

94,49

94,78

14 Jawa Tengah

17 B a l i

93,03

13 Banten

16 Jawa Timur

94,17

91,59

Kep Bangka Belitung

12 Jawa Barat

94,04

Lampung

93,50

94,30

Bengkulu

93,27

92,81

Sumatera Selatan

11 DKI Jakarta

93,88

10 Kepulauan Riau

94,80

Riau

Jambi

94,45

Sumatera Barat

93,96

Sumatera Utara

(3)

95,75

(2)

Aceh

(1)

SD/ MI/
Paket A

Provinsi

No

Lampiran 2.27

2011**

(16)

68,12

46,03

57,66

65,92

64,33

60,34

59,17

64,31

65,29

61,74

61,22

72,40

65,79

66,35

58,75

56,74

76,70

69,16

71,77

69,15

69,77

71,12

69,57

68,85

73,34

60,19

66,56

68,55

64,12

66,54

65,98

67,10

67,96

74,76

SMP/ Mts/
Paket B

(17)

47,97

32,45

47,88

51,88

52,64

46,83

44,33

52,16

47,89

46,99

50,55

54,58

43,01

43,93

36,28

40,84

53,93

60,54

49,32

59,68

47,34

46,17

42,50

49,27

54,25

40,91

45,06

49,91

45,34

48,55

53,07

54,05

57,83

61,43

SM/SMK/MA/
Paket C

313

96,83

96,89

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

98,08

50,43

64,41
10,13

3,47
24,51

52,92
11,78
30,93
25,03
16,28
24,87

93,73

95,98

92,40

97,16

94,39

87,92

89,83

93,71

97,84

97,13

97,86

98,95

95,82

89,79

94,45

13 Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

16 Banten

17 B a l i

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan Selatan

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

20,71

97,22

95,06

70,56
95,12

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 P a p u a
Indonesia

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS

21,26

97,26

30 Maluku

9,02
47,47

28,14

12,98

94,40

91,25

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

67,16

40,23

26,58

49,95

52,71

53,91
65,70

99,29

97,26

11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

58,97

97,65

47,58

36,57

36,69

44,86

41,89

71,69

33,04

37,95

34,84

(4)

Huruf Arab

10 Kepulauan Riau

97,38

97,71

97,29

Riau

Jambi

97,45

98,10

97,28

(3)

Huruf Latin

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.28

2,71
6,27

1,70

0,91

0,68

1,08

0,95

1,59

19,30

1,58

3,81

2,83

1,51

1,86

3,24

1,22

1,98

53,94

2,62

5,87

21,62

8,43

3,66

7,15

13,59

2,51

5,03

3,42

2,25

3,22

6,06

2,38

4,77

2,01

(5)

Huruf Lainnya

Laki-Laki

29,28
4,41

4,88

2,56

2,52

8,64

5,58

5,50

9,70

3,98

,99

1,89

2,28

1,82

5,59

10,16

11,43

5,40

2,10

6,75

3,72

5,62

2,35

0,53

1,72

2,44

2,69

2,48

1,93

2,43

1,48

2,40

1,83

2,32

(5)

Buta Huruf

70,72
95,59

95,12

97,44

97,48

91,36

94,42

94,50

90,30

96,02

99,01

98,11

97,72

98,18

94,41

89,84

88,57

94,60

97,90

93,25

96,28

94,38

97,65

99,47

98,28

97,56

97,31

97,52

98,07

97,57

98,52

97,60

98,17

97,68

(6)

Melek Huruf

56,52
88,92

89,35

93,94

95,29

83,69

94,55

88,06

85,24

92,62

98,66

94,94

92,32

94,50

84,27

85,53

77,77

83,65

91,76

82,76

86,65

85,20

92,81

97,07

95,82

91,53

91,53

92,14

93,94

92,37

95,05

94,16

95,29

92,44

(7)

Huruf Latin

8,23
47,14

19,41

18,15

27,80

12,81

39,03

17,22

26,16

33,92

12,99

54,58

67,35

41,89

24,24

3,48

22,76

8,60

62,46

47,27

49,38

48,61

66,65

56,50

59,0

48,59

37,02

38,36

48,79

40,29

72,13

37,15

40,35

35,45

(8)

Huruf Arab

1,95
5,62

1,58

0,72

0,59

0,66

0,87

1,41

19,85

1,16

3,94

2,81

1,36

1,51

2,96

0,97

1,37

41,32

2,55

5,13

18,69

7,03

3,31

6,50

14,82

2,52

4,88

3,36

2,17

2,72

5,49

2,16

4,38

1,76

(9)

Huruf Lainnya

Perempuan

43,26
9,93

10,43

5,49

4,23

16,05

5,04

11,84

13,94

7,05

1,31

4,25

6,35

4,56

14,45

14,42

21,36

16,16

5,44

15,95

12,91

13,54

5,76

1,79

2,94

6,49

7,43

7,35

4,82

6,59

3,33

5,16

4,50

5,95

(10)

Buta Huruf

56,74
90,07

89,57

94,51

95,77

83,95

94,96

88,16

86,06

92,95

98,69

95,75

93,65

95,44

85,55

85,58

78,64

83,84

94,56

84,05

87,09

86,46

94,24

98,21

97,06

93,51

92,57

92,65

95,18

93,41

96,67

94,84

95,50

94,05

(11)

Melek Huruf

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI, JENIS KELAMIN,


KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2011

63,89
92,00

92,27

95,61

96,27

87,43

94,47

91,22

87,40

94,25

98,80

96,47

94,68

96,23

89,05

87,60

82,47

88,97

94,49

87,44

91,12

89,38

95,06

98,16

96,73

94,30

94,26

94,82

95,86

94,86

96,59

95,97

96,69

94,83

(12)

Huruf Latin

8,64
47,30

20,08

19,73

27,97

12,89

31,99

16,76

25,62

32,40

12,38

53,71

67,26

41,03

24,38

3,47

24,53

9,36

63,44

48,52

50,98

49,50

66,17

55,23

58,99

48,07

36,79

37,51

46,78

41,10

71,91

35,12

39,16

35,15

(13)

2,35
5,94

1,64

0,82

0,64

0,87

0,91

1,50

19,59

1,38

3,88

2,82

1,43

1,69

3,10

1,09

1,65

47,57

2,58

5,49

20,09

7,72

3,49

6,82

14,21

2,51

4,95

3,39

2,21

2,97

5,78

2,27

4,57

1,88

(14)

Huruf Lainnya

35,92
7,19

7,59

3,99

3,37

12,39

5,31

8,71

11,93

5,49

1,15

3,01

4,34

3,14

9,97

12,37

16,76

10,83

3,75

11,48

8,51

9,66

4,04

1,17

2,33

4,40

4,98

4,87

3,35

4,48

2,39

3,80

3,17

4,16

(15)

Buta Huruf

Laki-Laki + Perempuan
Huruf Arab

64,08
92,81

92,41

96,01

96,63

87,61

94,69

91,29

88,07

94,51

98,85

96,99

95,66

96,86

90,03

87,63

83,24

89,17

96,25

88,52

91,49

90,34

95,96

98,83

97,67

95,60

95,02

95,13

96,65

95,52

97,61

96,20

96,83

95,84

(16)

Melek Huruf

314

1,24
4,68
4,76

11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

13 Banten

5,14
13,76
9,50
4,25

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

Keterangan

7,85
7,81

9,68
8,13

27,53

4,56

2,69

12,69

4,49

8,85

0,85

3,64

4,05

4,02

1,06

5,63

5,10

4,59

2,79

4,49

3,92

1,89

3,19

2,85

3,61

7,42

7,06

29,71

4,26

2,58

12,41

4,29

8,49

12,98

4,22

0,78

3,11

4,59

2,61

10,30

12,04

19,82

12,78

12,20

9,82

10,54

(5)

2009

< 15 Tahun

3,80

3,82

0,87

5,36

4,70

4,54

2,64

4,12

2,81

1,65

2,91

2,68

3,12

7,09

4,88

31,73

3,92

2,54

11,52

4,00

8,15

12,25

3,92

0,70

2,95

4,06

2,52

9,74

11,41

18,95

11,60

11,66

9,16

10,05

(6)

2010

8,51

9,66

3,75

4,04

1,17

4,98

4,87

4,40

3,35

4,48

2,33

2,39

3,80

3,17

4,16

7,19

7,59

35,92

3,99

3,37

12,39

5,31

8,71

11,93

5,49

1,15

3,01

4,34

3,14

9,97

12,37

16,76

10,83

11,48

(7)

2011 *

2,33

1,92

7,52

3,35

4,53

6,49

2,89

0,69

1,86

2,36

1,46

5,02

6,54

8,90

4,38

4,08

1,53

2,98

2,06

1,57

0,38

2,33

2,36

2,59

1,40

2,15

1,76

1,35

1,76

1,51

2,09

2,96

7,60

22,99

(8)

2007

1,15

1,17

6,70

1,84

2,11

4,97

1,63

0,32

1,04

0,98

0,71

3,78

4,49

7,54

3,20

2,73

0,74

1,67

1,02

0,76

0,30

0,97

1,20

1,61

0,86

1,11

1,57

0,47

0,83

0,81

1,11

1,95

5,58

1,80

5,01

29,23

0,85

1,05

5,48

1,86

2,03

4,72

1,55

0,30

0,91

0,94

0,48

3,68

4,44

7,08

2,86

2,59

0,67

1,53

0,85

0,54

0,28

0,68

1,03

0,86

0,51

0,78

0,94

0,38

0,69

0,61

0,88

(10)

2009

15 - 44 Tahun

26,23

(9)

2008

1,71

3,34

30,73

0,59

0,80

4,94

1,30

1,96

4,04

1,14

0,29

0,78

0,78

0,45

3,29

3,95

6,48

2,63

2,39

0,62

1,32

0,67

0,42

0,19

0,63

0,82

0,65

0,37

0,68

0,65

0,30

0,55

0,51

0,74

(11)

2010

2,30

5,53

34,83

1,87

1,93

6,49

3,29

3,15

4,84

3,15

0,67

1,11

1,50

1,22

4,24

5,81

5,65

3,15

2,52

0,60

1,56

1,12

0,95

0,45

1,11

1,37

2,02

1,16

1,46

1,01

1,01

1,30

1,66

1,28

(12)

2011 *

18,94

17,15

32,93

14,63

6,19

29,91

6,63

22,94

29,49

11,37

1,74

11,93

15,22

8,89

24,22

26,15

45,38

31,59

26,48

28,76

25,13

12,94

11,25

3,63

17,15

15,76

11,46

8,05

13,38

15,12

6,85

7,97

7,41

14,48

(13)

2007

19,59

16,15

32,94

14,70

6,29

28,82

11,01

26,67

31,34

11,34

1,83

11,40

14,54

8,33

29,83

28,89

47,61

30,69

28,24

24,87

24,92

15,15

11,99

3,89

18,08

16,15

12,00

8,00

14,01

12,60

7,52

7,99

7,85

11,71

(14)

2008

karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan

kelompok umur 5 tahunan.

1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan

* Kenaikan Angka Buta Huruf perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:

Sumber: Susenas 2007-2011, BPS

33 Papua Barat
Indonesia

24,94

31 Maluku Utara

32 Papua

3,15
5,35

30 Maluku

13,60

13,47

1,05

29 Sulawesi Barat

4,32

4,30

4,92

2,73

11,48

24 Sulawesi Utara

20 Kalimantan Barat

12,34

23 Kalimantan Timur

10,60

19 Nusa Tenggara Timur

20,15

13,06

3,36

12,75

18 Nusa Tenggara Barat

5,95

20,25

17 B a l i

10,55
12,69

22 Kalimantan Selatan

14,02

16 Jawa Timur

4,79

4,47

1,26

6,37

5,40

4,66

2,95

4,69

4,19

2,24

3,34

2,96

4,06

10,76

(4)

2008

PERSENTASE PENDUDUK BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2007 - 2011

21 Kalimantan Tengah

12,22
12,58

15 DI Yogyakarta

11,38

6,87

14 Jawa Tengah

6,09

9 Bengkulu

10 Lampung

5,17

6 Jambi
3,34

4,33

5 Kepulauan Riau

5,13

2,72

4 Riau

8 Kep Bangka Belitung

3,90

3 Sumatera Barat

7 Sumatera Selatan

3,27

2 Sumatera Utara

(3)

5,49

(2)

(1)

2007

1 Aceh

Provinsi

No

Lampiran 2.29

18,68

13,40

31,70

13,24

5,87

29,43

9,91

25,37

30,02

11,07

1,62

9,36

13,36

8,58

26,42

27,55

47,19

29,31

27,20

22,81

24,49

13,23

11,25

3,07

16,13

14,95

13,25

8,27

13,66

12,53

6,40

7,68

7,80

10,79

(15)

2009

 45 Tahun

18,25

9,91

36,14

13,11

6,58

29,29

10,58

24,43

29,21

10,94

1,43

9,27

12,36

8,54

25,46

26,70

46,33

28,40

26,22

21,95

23,52

13,01

11,54

2,77

15,53

14,27

14,03

8,10

12,67

11,12

5,99

7,29

7,65

9,30

(16)

2010

17,89

14,90

40,95

10,31

6,93

28,39

10,59

24,43

27,61

11,71

2,06

8,92

11,81

9,10

25,03

25,98

42,70

25,40

26,28

20,49

22,96

12,11

11,24

3,25

13,93

14,07

10,73

9,02

12,82

8,06

7,01

8,67

6,85

12,21

(17)

2011

315

Riau

Bengkulu
Kepulauan Riau

4
5

Kalimantan Timur

Kupang
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Rotendao
Maluku Tenggara Barat
Kep. Aru
Maluku Barat Daya
Morotai
Merauke
Boven Digoel
Peg. Bintang
Sarmi
Keerom
Supiori
Kota Jayapura
Raja Ampat

Kep. Sangihe
Kep. Talaud
Minahasa Utara
Sitaro
Toli - Toli

Sambas
Bengkayang
Sanggau
Sintang
Kapuas Hulu
Kutai Barat
Berau
Malinau
Nunukan

Kota Sabang
Nias Selatan
Serdang Bedagai
Indragiri Hilir
Bengkalis
Rokan Hilir
Kepulauan Meranti
Kota Dumai
Bengkulu Utara
Karimun
Natuna
Kota Batam
Bintan
Anambas

Data tahun 2012 = data tahun 2011

Keterangan : *DTPK = Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan

Sumber : Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Kemenkes RI

Indonesia

Nusa Tenggara, Maluku, Papua

14 Papua Barat

12 Maluku Utara
13 Papua

11 Maluku

Sulawesi
6 Nusa Tenggara Timur

10 Sulawesi Tengah

Kalimantan
9 Sulawesi Utara

Sumatera
7 Kalimantan Barat

Aceh
Sumatera Utara

(3)

(2)

(1)

1
2

Kabupaten

Provinsi

593

231

64
30
24
24
17
9
17
3
8
5
20
6
33
5
7
5
5
13

141
15
19
10
10
10

157
17
17
15
14
23
21
13
12
9

2
21
17
17
8
14
7
5
12
9
16
12
10
7

(4)

Jumlah
Kecamatan

9.950.632

2.222.999

673.535
304.548
229.803
352.297
190.026
119.908
105.341
84.138
70.714
52.697
195.716
55.784
65.434
32.971
48.536
15.874
256.705
42.507

2.254.375
126.100
83.434
188.904
63.801
211.296

4.799.723
496.120
215.277
408.468
364.759
222.160
165.091
179.079
62.580
140.841

30.653
368.028
594.383
661.779
498.336
553.216
176.290
253.803
257.675
212.561
69.003
944.285
142.300
37.411

(5)

Jumlah
Penduduk/Kab

92

38
8
14
6
6
5
9
6
4
4
11
3
4
2
4
2
1
3

73
11
10
5
7
5

67
6
3
12
6
14
16
7
2
7

4
4
5
7
4
8
2
3
8
3
8
3
5
3

270

(6)

Perawatan
2
17
15
16
7
8
6
2
12
6
4
10
7
4

423

177

33
15
12
20
15
7
2
15
8
7
6
13
25
4
4
3
11
10

97
5
9
5
5
9

116
21
14
6
14
9
7
10
11
5

(7)

Non Perawatan

Jumlah Puskesmas

(8)

6
21
20
23
11
16
8
5
20
9
12
13
12
7

693

269

71
23
26
26
21
12
11
21
12
11
17
16
29
6
8
5
12
13

170
16
19
10
12
14

183
27
17
18
20
23
23
17
13
12

Total
(9)

2.196

701

253
194
52
5
47
0
36
17
39
52
95
27
11
33
36
19
15
23

622
87
39
29
23
75

620
73
61
87
80
72
102
71
28
48

1
43
104
94
70
53
0
13
102
33
30
47
30
0

Jumlah Puskesmas
Pembantu
(10)

5
2
2
2
2
4
2
1
5
7

0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
0

83

42

9
2
6
3
3
0
4
1
4
2
5
1
3
1
3
2
1
1

27
2
4
1
1
1

Perawatan
(11)

1
0
0
6
1
0
0
1
2
1
0
1
0
0
1
0
0
0

2
0
1
0
0
0

2
0
0
0
0
1
0
0
0
1

0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0

18

13

Non
Perawatan

(12)

Total

101 Puskesmas Prioritas 2011

JUMLAH KECAMATAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PUSKESMAS DI 45 KABUPATEN PERBATASAN DAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
BERPENDUDUK SASARAN PRIORITAS DALAM PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN DTPK* TAHUN 2011

No

Lampiran 2.30

101

55

10
2
6
9
4
0
4
2
6
3
5
2
3
1
4
2
1
1

29
2
5
1
1
1

7
2
2
2
2
5
2
1
5
8

0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
3
1
0
0

316

Banten

16

Catatan: data tahun 2012 = data tahun 2010

2008

19
199

495

13

10

15

16

(4)

Kabupaten
Tertinggal

40,20

65,52

70,00

66,67

63,64

100,00

66,67

66,67

54,17

81,82

13,33

21,43

15,38

50,00

71,43

71,43

60,00

11,11

25,00

21,05

40,00

8,57

7,69

0,00

14,29

42,86

35,71

80,00

40,00

18,18

18,18

47,37

18,18

69,57

(5)

(%)

497

29

11

11

12

24

11

15

14

13

14

14

21

10

38

35

26

14

10

15

11

12

19

33

23

(6)

Jumlah
Kab/Kota

199

19

13

15

16

(7)

Kabupaten
Tertinggal

2009

40,04

65,52

63,64

66,67

63,64

100,00

66,67

66,67

54,17

81,82

13,33

21,43

15,38

50,00

64,29

71,43

70,00

11,11

25,00

21,05

40,00

8,57

7,69

0,00

14,29

42,86

35,71

80,00

40,00

18,18

16,67

47,37

18,18

69,57

(8)

(%)

497

29

11

11

12

24

11

15

14

13

14

14

21

10

38

35

26

14

10

15

11

12

19

33

23

(9)

Jumlah
Kab/Kota
(%)

183

36,82

93,10

72,73

8
27

77,78

72,73

100,00

50,00

75,00

16,67

90,91

20,00

21,43

15,38

7,14

71,43

95,24

80,00

0,00

25,00

13,16

0,00

0,00

7,69

0,00

28,57

14,29

28,57

60,00

46,67

0,00

0,00

42,11

18,18

52,17

(11)

10

10

20

12

(10)

Kabupaten
Tertinggal

2010

2011

497

29

11

11

12

24

11

183

27

10

3
3

14

10

20

12

(13)

Kabupaten
Tertinggal

15

13

14

14

21

10

38

35

26

14

10

15

11

12

19

33

23

(12)

Jumlah
Kab/Kota

JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

29

10

11

12

24

11

15

14

13

14

14

21

10

38

35

26

14

10

15

11

11

19

33

23

(3)

Jumlah
Kab/Kota

Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

Indonesia

Papua Barat

Papua

32

Sulawesi Barat

29

33

Gorontalo

28

Maluku

Sulawesi Tenggara

27

Maluku Utara

Sulawesi Selatan

26

30

Sulawesi Tengah

25

31

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

23

24

Kalimantan Selatan

Jawa Timur

15

22

DI Yogyakarta

14

Kalimantan Tengah

Jawa Tengah

13

21

Jawa Barat

12

Kalimantan Barat

DKI Jakarta

11

Nusa Tenggara Timur

Kepulauan Riau

10

20

Kepulauan Bangka Belitung

19

Lampung

Nusa Tenggara Barat

Bengkulu

18

Sumatera Selatan

Bali

Jambi

17

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.31

(%)

36,82

93,10

72,73

77,78

72,73

100,00

50,00

75,00

16,67

90,91

20,00

21,43

15,38

7,14

71,43

95,24

80,00

497

29

11

11

12

24

11

15

14

13

14

14

21

10

25,00
0,00

38

35

26

14

10

15

11

12

19

33

23

(15)

13,16

0,00

0,00

7,69

0,00

28,57

14,29

28,57

60,00

46,67

0,00

0,00

42,11

18,18

52,17

(14)

Jumlah
Kab/Kota

2012
(%)

183

27

10

10

20

36,82

93,10

72,73

77,78

72,73

100,00

50,00

75,00

16,67

90,91

20,00

21,43

15,38

7,14

71,43

95,24

80,00

0,00

25,00

13,16

0,00

0,00

7,69

0,00

28,57

14,29

28,57

4
1

60,00

46,67

0,00

0,00

42,11

18,18

52,17

(17)

12

(16)

Kabupaten
Tertinggal

317

19
12
11
15
10
7
7

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau

13 Jawa Tengah

237

23

10

38

32

24

15

11

advokasi, pembentukan kelembangan dan bahkan yang telah menerima penghargaan KKS tingkat nasional.

**) Data Tahun 2012 = Tahun 2011, karena KKS dihitung 2 tahun sekali

47,69

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

50,00

25,00

95,83

9,09

33,33

50,00

30,77

7,14

21,43

19,05

100,00

55,56

50,00

100,00

100,00

91,43

92,31

83,33

28,57

42,86

42,86

50,00

53,33

36,36

33,33

78,95

33,33

8,70

(5)

(4)

KKS (%) *

Jumlah Kabupaten/Kota
Penyelenggara KKS

*) Yang mengikuti penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat adalah semua kab/kota yang telah memulai inisiasi pengembangan KKS baik itu mulai tahapan sosialisasi,

Keterangan :

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI

29

33 Papua

497

32 Papua Barat
Total

9
11

31 Maluku Utara

11

30 Maluku

29 Sulawesi Barat

27 Sulawesi Tenggara

12

26 Sulawesi Selatan

28 Gorontalo

11
24

25 Sulawesi Tengah

14
15

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

14
13

22 Kalimantan Selatan

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Tengah

21
14

19 Nusa Tenggara Timur

10

17 Bali

18 Nusa Tenggara Barat

38

16 Banten

15 Jawa Timur

35

12 Jawa Barat

14 DI Yogyakarta

6
26

11 DKI Jakarta

14

33

23

Sumatera Utara

(3)

(2)

Aceh

(1)

Jumlah Kabupaten/Kota

Provinsi

No

DAFTAR KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS) DI INDONESIA SAMPAI DESEMBER 2012**

Lampiran 2.32

318

50,58

2004

2008

2009

2010

2011

2012*

16

17

18

19

20

Keterangan : *) Data Sementara (Triwulan I)

Sumber: Susenas 1993 - 2012, BPS

2006

2007

14

15

2005

12

13

2003

11

59,51

2001

2002

10

46,02

2000

52,70

38,96

40,52

42,51

49,82

50,15

54,07

54,57

55,62

56,77

57,26

58,22

52,97

1998

1999

54,42

53,37

51,66

51,45

(3)

Perkotaan

1996

1997

1995

1993

1994

(2)

Tahun

(1)

(4)

44,28

44,96

45,85

45,72

42,95

43,93

42,68

41,50

42,93

40,98

40,29

40,39

31,31

35,19

35,55

35,86

34,36

30,77

30,79

31,62

Perdesaan
(5)

41,66

42,76

44,19

47,71

46,45

48,31

47,79

47,62

48,81

47,73

48,33

48,68

37,51

42,18

41,95

42,76

41,18

38,03

37,74

37,73

Perkotaan+Perdesaan

Air Minum Layak

1,57

8,95

7,78

4,94

4,02

2,88

2,94

1,56

1,84

37,58

36,41

33,11

22,73

20,16

14,45

(6)

Perkotaan

9,48

8,42

5,81

3,94

2,85

1,65

1,02

1,21

0,60

0,29

0,25

0,27

0,17

0,26

0,28

(7)

Perdesaan

(8)

23,33

22,29

19,37

13,05

11,26

7,18

4,43

4,06

2,45

1,83

1,43

1,43

0,75

0,88

0,76

Perkotaan+Perdesaan

Air Minum Kemasan dan Isi Ulang

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG AKSES AIR MINUM LAYAK DAN AIR KEMASAN/ISI ULANG TAHUN 1993 - 2012

No

Lampiran 2.33

319

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

Kepulaun Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

10

11

12

13

14

15

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

30

31

32

33

Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan Pertama)

Sumber : Susenas 2008-2012, BPS

Indonesia

Gorontalo

Sulawesi Barat

28

29

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

27

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Kalimantan Timur

23

24

Kalimantan Selatan

22

25

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

20

21

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

19

Banten

Sumatera Selatan

Bali

Jambi

16

Riau

17

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.34

53,56
49,82

50,15

55,20

66,56

74,72

65,01

61,47

71,13

63,38

49,01

43,79

65,10

76,64

53,03

76,28

76,97

49,76

51,63

27,54

54,06

57,61

61,54

41,04

34,81

36,22

34,31

37,71

43,15

59,66

63,59

35,83

58,14

62,45

34,19

(4)

2009

56,06

56,39

72,80

68,74

65,93

44,57

73,84

62,42

50,35

50,36

69,23

77,32

49,22

75,89

75,38

43,83

50,60

28,45

57,35

54,59

57,92

40,37

39,20

36,99

42,10

40,58

42,49

54,36

69,99

41,13

59,41

61,81

32,39

(3)

2008

42,51

43,63

38,49

68,75

65,56

55,96

47,10

51,34

49,04

38,30

44,74

45,35

67,18

48,71

67,54

69,43

50,44

37,77

22,19

47,95

54,50

58,63

34,35

28,41

21,69

36,13

34,02

37,02

50,65

54,14

29,05

47,94

52,11

24,74

(5)

2010

Perkotaan

40,52

35,64

38,50

61,33

57,52

45,76

46,20

55,96

42,54

41,87

35,81

37,15

66,50

38,16

62,00

64,73

45,39

40,13

22,39

49,07

56,93

58,05

32,19

24,29

18,31

23,86

30,48

34,60

49,71

46,76

25,89

41,54

44,94

23,64

(6)

2011

38,96

26,91

33,12

62,66

58,03

44,34

39,24

49,51

42,93

39,10

71,31

29,35

58,34

37,11

65,54

70,43

41,12

33,48

18,81

51,51

55,68

56,93

29,54

22,87

19,97

28,18

30,54

36,12

42,22

50,87

20,65

35,84

39,00

14,55

(7)

2012*

42,95

26,54

33,61

32,04

40,05

30,31

33,44

50,55

40,40

37,97

41,26

42,43

35,54

31,50

46,46

40,27

42,07

66,13

22,97

54,78

64,72

51,16

34,79

32,17

33,02

39,52

18,35

40,55

45,63

49,28

39,35

39,01

26,25

(8)

2008

45,7

30,29

45,12

34,16

48,59

32,28

37,18

55,50

43,74

43,13

45,03

40,54

34,79

28,56

45,71

39,00

41,51

71,42

27,35

57,25

65,85

55,28

39,77

39,46

39,18

41,20

27,60

41,91

45,44

46,08

40,53

41,33

29,20

(9)

2009

45,85

28,59

48,24

48,57

51,47

32,12

36,40

50,50

42,92

34,07

44,13

39,83

35,94

36,40

48,98

44,43

43,15

65,47

22,61

57,26

73,12

56,49

37,04

34,72

40,22

39,36

24,37

43,55

45,80

46,96

38,17

40,34

30,68

(10)

2010

Perdesaan

44,96

23,31

41,15

40,80

46,11

25,92

37,35

52,86

42,18

40,37

40,20

30,05

38,04

32,29

46,81

46,61

41,61

66,74

21,56

56,84

75,42

56,72

36,47

33,18

34,47

40,19

23,53

42,81

43,31

44,64

34,27

38,82

30,62

(11)

2011

44,28

22,34

45,05

40,17

48,07

33,57

35,09

52,14

42,47

46,12

52,78

30,51

40,21

32,50

49,16

49,32

45,56

74,37

23,52

56,80

67,66

55,80

31,84

36,09

29,57

34,13

28,93

39,55

41,01

45,81

35,16

37,15

29,37

(12)

2012*

46,45

33,20

38,80

44,15

47,54

42,21

36,93

55,88

47,49

40,57

45,21

59,10

52,88

37,53

54,64

46,53

42,81

57,17

26,27

56,04

58,20

54,45

38,06

39,20

34,72

37,36

39,77

26,82

45,89

53,52

45,17

46,23

49,52

28,02

(13)

2008

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN SUMBER AIR MINUM LAYAK
DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

47,71

35,44

48,08

43,75

55,50

42,92

44,85

59,12

50,13

44,36

44,49

55,71

51,97

36,89

54,02

45,45

44,96

59,99

27,47

55,70

60,38

58,30

40,51

34,81

37,74

36,84

40,29

33,02

48,53

51,19

40,96

46,62

51,04

30,60

(14)

2009

44,19

32,42

45,34

54,18

56,95

37,44

40,09

50,74

45,12

35,10

44,41

43,27

48,97

40,55

54,47

49,29

46,20

48,44

22,32

52,94

60,41

57,44

35,32

28,41

23,82

38,17

38,07

28,23

45,99

48,29

40,01

41,92

46,06

29,02

(15)

2010

42,76

26,28

40,39

46,18

50,47

30,24

40,45

53,69

42,31

40,72

38,20

34,44

49,86

34,23

51,22

50,11

43,15

50,44

22,12

53,19

62,66

57,32

33,72

24,29

20,86

29,30

37,82

26,85

45,17

44,32

37,44

37,05

41,73

28,65

(16)

2011

Perkotaan + Perdesaan

41,66

23,44

41,96

46,05

51,73

35,81

36,52

51,40

42,64

44,46

61,38

29,79

47,77

34,02

53,81

53,33

43,78

49,12

20,40

54,32

59,39

56,31

30,37

22,87

22,80

28,89

33,25

31,14

40,48

43,93

36,17

35,42

38,04

25,30

(17)

2012*

320

63,37
43,80
47,61
38,70
61,38
66,29
62,41

85,46
91,79
91,54
66,15
74,36
72,19
79,47
78,72

10 Kepulauan Riau

11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

13 Banten

14 Jawa Tengah

15 DI Yogyakarta

16 Jawa Timur
47,62
43,65
17,48
30,28
42,69
50,08
49,43
42,65
47,98
53,93
42,38
29,22
45,18
37,53
36,77
10,93
49,65

65,79
77,84
39,68
77,65
85,02
90,65
83,32
80,49
86,74
82,38
66,66
75,65
68,34
80,78
85,30
79,49
75,89

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Selatan

22 Kalimantan Tengah

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 Papua

(5)

62,65

27,45

50,74

48,86

54,02

39,33

50,88

61,59

61,98

51,61

64,84

75,21

60,27

45,88

23,92

50,25

55,04

80,06

70,06

75,39

66,26

62,64

59,52

91,54

83,57

74,14

50,48

40,19

57,37

53,25

51,16

59,10

62,09

59,11

Perkotaan + Perdesaan

40,52

35,64

38,50

61,33

57,52

45,76

46,2

55,96

42,54

41,87

35,81

37,15

66,5

38,16

62,00

64,73

45,39

40,13

49,07

56,93

58,05

22,39

32,19

24,29

18,31

23,85

30,48

34,6

49,71

46,76

25,89

41,54

44,94

23,64

(6)

Perkotaan

26,28
42,76

44,96

**) Terdiri dari leding, air hujan, dan [(sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung) dengan jarak ke tempat penampungan akhir tinja 

40,39

46,18

50,47

30,24

40,45

53,69

42,31

40,72

38,20

34,44

49,86

34,23

51,22

50,11

43,15

50,44

53,19

62,66

57,32

22,12

33,72

24,29

20,86

29,29

37,82

26,85

45,17

44,32

37,44

37,05

41,73

28,65

(8)

Perkotaan + Perdesaan

23,31

41,15

40,8

46,11

25,92

37,35

52,86

42,18

40,37

40,20

30,05

38,04

32,29

46,81

46,61

41,61

66,74

56,84

75,42

56,72

21,56

36,47

33,18

34,47

40,19

23,53

42,81

43,31

44,64

34,27

38,82

30,62

(7)

Perdesaan

Sumber Air Minum Layak **

Keterangan : *) Terdiri dari air kemasan, air isi ulang, leding, dan [(sumur bor/pompa, sumur terlindung serta mata air terlindung) dengan jarak ke tempat penampungan akhir tinja 

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS

INDONESIA

64,79

89,73

17 Bali

Kepulauan Bangka Belitung

44,89

67,84

Lampung

29,68

64,73

Bengkulu

44,69

81,81

Sumatera Selatan

45,27

72,43

Jambi

36,14

75,24

Riau

46,68

43,67

79,15

Sumatera Barat

82,34

Sumatera Utara

49,53

83,50

Aceh

(4)

Perdesaan

(3)

(2)

(1)

Sumber Air Minum Bersih *

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI DAN SUMBER AIR MINUM TAHUN 2011

Perkotaan

Provinsi

No

Lampiran 2.35

321

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

24

25

26

27

28

Sumber : Statistik Kesehatan Rakyat 2011, BPS

Indonesia

Papua

Kalimantan Timur

23

33

Kalimantan Selatan

22

Papua Barat

Kalimantan Tangah

21

Maluku Utara

Kalimantan Barat

20

32

Nusa Tengara Timur

19

31

Nusa Tenggara Barat

18

Sulawesi Barat

Bali

17

Maluku

Banten

16

29

Jawa Timur

15

30

DI Yogyakarta

14

Kepulauan Bangka Belitung

Jawa Tengah

Lampung

Jawa Barat

Bengkulu

13

Sumatera Selatan

12

Jambi

Kepulauan Riau

Riau

DKI Jakarta

Sumatera Barat

10

Sumatera Utara

11

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.36

21,33
23,63

68,95

37,50

29,82

33,80

36,87

40,21

37,31

30,16

22,75

32,97

15,59

20,41

67,08

46,87

64,72

36,63

44,94

47,65

52,64

61,45

66,26

51,70

77,19

70,93

18,91

5,83

42,20
68,86

41,25

46,37

31,24

21,52

23,49

33,70

24,57

23,53

18,55

16,66

31,26

21,10

18,24

23,77

12,21

11,29

18,90

13,34

11,70

(4)

Bersama

47,11

39,83

57,45

73,27

72,17

64,98

69,64

68,16

79,64

74,80

57,73

72,54

80,23

70,95

75,29

75,88

74,42

80,22

78,35

(3)

Sendiri

5,39

10,52

8,23

5,31

28,71

17,44

9,94

9,55

7,29

8,57

10,10

4,09

3,65

6,21

1,50

10,01

11,78

9,99

4,41

3,09

1,17

4,22

7,59

1,32

8,02

9,43

4,60

0,52

3,26

0,48

2,65

5,13

5,09

7,95

(5)

Umum

Perkotaan

2,03

1,07

7,40

,15

,86

,75

2,20

,50

1,10

2,42

5,23

3,13

5,01

6,02

50,47

1,63

2,02

1,32

0,80

1,25

0,15

1,57

0,72

0,49

0,52

1,58

1,76

1,01

2,02

12,02

10,18

1,55

1,35

2,00

(6)

Tidak Ada

51,95

25,48

40,50

33,53

18,78

39,78

31,67

38,67

41,20

47,92

45,48

60,59

42,39

40,36

38,93

13,13

24,58

52,98

51,33

53,63

58,35

60,95

52,85

46,55

36,03

68,63

68,87

54,37

60,54

71,11

54,49

55,67

70,71

(7)

Sendiri

27,4

22,53

25,31

30,82

27,91

29,53

41,81

37,53

40,71

25,57

28,33

20,32

21,23

19,58

12,25

32,51

51,39

28,35

24,63

33,59

35,04

26,97

26,72

23,71

40,82

24,32

21,60

25,34

19,43

13,14

23,72

15,32

15,86

(8)

Bersama

18,71

15,91

33,68

26,30

32,46

50,71

23,29

20,39

22,44

15,51

19,94

22,52

11,40

18,61

20,41

12,02

51,30

22,06

14,43

21,21

11,61

3,37

10,59

4,71

18,31

7,89

3,19

2,60

7,40

6,13

1,36

2,58

6,57

3,67

7,69

17,77

19,65

36,80

3,06

1,97

4,24

2,83

1,17

3,24

1,49

1,72

0,89
-

28,85
-

2,56

1,96

1,07

8,79

11,21

10,99

5,30

6,33

2,50

(10)

Tidak Ada

20,59

5,09

8,46

11,50

8,82

4,76

16,49

22,68

10,93

(9)

Umum

Perdesaan

30,68

58,69

31,16

41,62

40,33

25,92

22,36

27,46

30,60

29,89

40,59
24,79

41,31

37,48

38,20

25,11

29,86

18,06

20,93

19,43

10,77

33,99

49,57

29,66

22,97

29,71

34,19

25,97

24,90

18,55

19,53

37,57

23,77

20,80

24,93

17,75

12,71

22,22

14,58

15,20

(12)

Bersama

11,74

30,52

23,12

26,54

43,31

22,37

17,13

19,63

13,55

18,08

18,41

7,90

13,16

17,12

9,60

44,30

18,34

12,41

12,24

8,33

1,97

7,95

12,39

1,32

16,50

16,81

5,01

6,56

9,38

6,88

4,27

12,96

16,09

10,46

(13)

Umum

Perkotaan + Perdesaan

36,66

41,72

46,02

50,91

47,54

68,53

52,79

46,95

39,68

18,89

30,10

55,02

63,04

60,76

62,57

64,55

61,56

79,64

63,30

43,39

69,29

71,58

58,64

63,97

72,22

60,69

64,87

71,92

(11)

Sendiri

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS AIR MINUM
DI INDONESIA TAHUN 2011

3,65

15,96

7,80

2,53

2,01

6,36

4,90

1,17

2,23

5,90

4,19

5,51

13,12

16,50

39,95

2,82

1,99

2,91

1,75

1,20

1,27

1,53

1,15

0,49

0,67

2,23

1,93

1,06

7,05

11,40

10,80

4,13

4,46

2,42

(14)

Tidak Ada

322

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

29

30

31

32

33

2) Parameter yang menjadi acuan adalah mikrobiologi

Keterangan : 1) Data dukung berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi

(3)

400

21

10

12

14

13

14

14

38

35

22

15

10

11

16

17

22

Jumlah PDAM

24

10

25

10

255

18

4.916

11

32

354

22

64

94

95

36

13

365

27

40

1.181

437

30

38

80

56

96

1.458

(4)


(5)

4.258

11

31

354

22

64

94

85

36

13

228

27

40

970

152

30

37

79

55

95

1.452

23

10

25

10

253

17

Memenuhi Syarat

Parameter Mikrobiologi

REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM PDAM


TAHUN 2012

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI

Indonesia

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

27

28

Sulawesi Selatan

26

Kalimantan Timur

21

Sulawesi Tengah

Kalimantan Barat

20

Sulawesi Utara

Nusa Tenggara Timur

19

25

Nusa Tenggara Barat

18

24

Bali

17

Kalimantan Tengah

Banten

16

Kalimantan Selatan

Jawa Timur

15

22

DI Yogyakarta

14

23

Jawa Barat

DKI Jaya

11

Jawa Tengah

Kepulauan Riau

10

12

Kepulauan Bangka Belitung

13

Lampung

Jambi

Sumatera Selatan

Riau

Bengkulu

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.37

(6)

95,39

100,00

96,88

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

89,26

100,00

100,00

62,47

100,00

100,00

100,00

82,13

34,78

100,00

97,37

98,75

98,21

98,96

99,59

95,83

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

99,22

94,44

% Memenuhi Syarat

323

(2)

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012*

(1)

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

2005 Tidak Dilakukan Perhitungan

Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan I)

(3)

71,66

72,54

72,78

69,51

66,70

64,67

54,13

59,20

56,73

57,29

56,56

53,73

56,14

51,19

50,66

49,04

45,02

57,71

53,64

Perkotaan

(4)

41,25

38,97

38,50

33,96

31,40

28,63

20,64

22,52

20,66

18,03

17,26

17,39

17,27

15,62

14,04

12,16

9,63

12,24

11,10

Perdesaan

(5)

56,24

55,60

55,54

51,19

48,56

44,20

35,03

38,13

35,61

35,64

34,30

32,72

32,56

28,90

27,65

25,40

21,93

27,52

24,81

Perkotaan + Perdesaan

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES SANITASI LAYAK TAHUN 1993 - 2012

Sumber: Susenas 1993 - 2011, BPS

Tahun

No

Lampiran 2.38

324

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

Kep. Riau

10

Papua

33

Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan Pertama)

Sumber : Susenas 2008-2012, BPS

Indonesia

Maluku Utara

Papua Barat

31

Maluku

30

32

Gorontalo

Sulawesi Barat

28

29

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tengah

25

26

Sulawesi Utara

24

27

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

22

23

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

20

21

Nusa Tenggara Barat

Bali

17

Nusa Tenggara Timur

Banten

16

18

Jawa Timur

15

19

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

14

DKI Jakarta

Sumatera Selatan

Jawa Barat

Jambi

11

Riau

12

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.39

54,03
69,51

66,70

56,05

85,50

70,50

66,59

73,17

78,87

85,38

70,41

78,84

75,69

64,31

56,13

81,23

35,43

49,51

85,72

77,03

69,51

84,99

67,20

62,12

80,37

75,43

77,04

57,60

59,16

73,10

63,53

75,60

65,73

72,88

73,03

(4)

2009

43,98

39,99

78,60

71,68

63,40

65,80

76,60

79,41

76,96

67,09

67,32

59,77

48,98

73,34

46,45

52,51

87,72

78,95

64,78

82,94

63,76

58,40

75,61

73,62

70,22

64,85

53,33

69,77

62,45

77,89

65,06

76,65

72,35

(3)

2008

72,78

66,01

58,31

81,98

75,15

68,37

68,16

82,75

80,47

77,40

71,73

80,83

72,56

63,98

84,76

56,35

56,92

90,09

79,30

69,71

89,71

70,99

65,15

84,57

81,18

82,44

72,81

67,51

73,84

78,71

81,98

68,70

75,37

74,00

(5)

2010

Perkotaan

72,54

73,36

56,61

89,47

72,59

72,38

74,16

84,09

84,41

75,01

82,37

82,10

70,70

64,59

77,86

48,92

58,08

90,73

81,30

71,50

89,35

72,51

60,84

87,83

80,62

83,12

74,43

68,12

72,43

75,16

81,94

67,23

72,78

75,80

(6)

2011

71,66

68,55

62,29

85,54

69,59

71,76

76,07

82,10

85,55

69,93

77,00

78,26

74,60

67,63

76,13

54,64

64,36

93,65

77,58

71,95

87,27

69,97

61,82

78,72

79,47

79,34

68,89

66,11

66,84

75,00

84,79

63,29

78,67

75,96

(7)

2012*

31,40

10,86

22,57

32,08

29,07

26,27

24,35

32,50

37,52

34,94

44,60

28,88

20,28

11,74

22,40

11,11

34,98

62,67

25,70

30,93

56,32

37,79

35,76

15,81

42,48

29,39

19,71

18,63

27,62

31,02

23,23

32,53

27,16

(8)

2008

34,0

12,45

22,89

25,39

27,27

35,13

30,31

35,98

44,18

34,49

51,89

30,69

25,05

10,11

24,77

10,80

32,86

62,60

30,10

33,63

56,26

41,76

38,47

12,24

45,51

31,71

21,55

22,71

30,48

29,96

25,19

34,09

29,96

(9)

2009

38,50

9,61

43,71

42,19

31,17

33,52

33,83

38,70

50,79

38,85

59,09

47,80

32,06

20,52

28,76

18,94

40,61

61,65

29,26

38,47

64,98

47,13

38,39

27,46

47,59

34,61

30,26

28,94

40,60

36,70

29,06

39,83

34,00

(10)

2010

Perdesaan

38,97

8,73

32,20

39,42

37,27

35,33

31,88

39,40

49,36

40,13

54,62

41,27

32,52

18,57

29,89

17,82

39,93

71,45

29,09

38,92

66,09

48,63

37,48

36,22

52,91

34,63

26,84

34,35

40,45

35,42

30,69

41,64

40,01

(11)

2011

41,25

12,49

45,08

39,23

37,11

36,16

34,23

39,63

51,83

38,25

49,90

48,82

35,76

17,97

31,82

20,93

43,18

78,51

32,66

42,20

65,00

49,22

40,37

27,63

56,98

35,14

34,35

35,85

40,72

48,77

30,61

41,65

41,71

(12)

2012*

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN SANITASI LAYAK
DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

48,56

18,34

26,54

45,90

40,19

38,68

37,32

42,60

51,01

43,76

54,36

52,79

36,67

24,40

36,56

17,41

42,32

77,13

57,75

47,49

73,44

50,41

49,04

75,61

46,39

55,74

37,72

31,50

38,39

38,91

54,64

37,59

52,87

40,17

(13)

2008

51,19

21,65

32,63

43,18

38,69

45,35

43,84

45,91

57,58

42,02

63,59

58,48

41,16

25,78

40,12

14,98

39,83

75,95

58,82

51,07

75,35

54,06

52,17

80,37

45,78

60,66

38,43

34,66

41,48

40,93

52,75

39,21

51,92

42,03

(14)

2009

55,54

23,97

48,05

53,26

48,28

41,30

45,66

50,87

61,45

48,25

64,87

68,37

48,95

35,14

45,32

26,23

47,43

79,13

63,78

52,96

81,85

57,76

55,57

84,57

72,37

65,06

43,85

41,64

44,36

51,98

54,27

44,26

57,10

45,17

(15)

2010

55,60

24,31

39,23

52,53

50,75

43,40

46,68

51,43

62,02

48,39

67,23

66,56

48,38

33,72

43,81

23,82

47,34

83,26

64,15

54,21

82,15

59,42

52,50

87,83

73,01

67,64

44,33

39,22

47,36

50,65

53,29

44,67

56,47

50,10

(16)

2011

Perkotaan + Perdesaan

56,24

25,92

49,53

51,34

49,04

43,57

48,65

51,63

64,06

45,74

62,48

67,09

51,96

34,31

44,39

27,33

51,66

87,86

62,43

56,14

80,37

58,48

54,07

78,72

70,36

67,92

43,35

44,14

46,65

50,89

62,58

43,12

59,43

51,11

(17)

2012*

325

Maluku Utara

Papua

Papua Barat

31

32

33

Sumber : Statistik Kesehatan Rakyat 2011, BPS

Indonesia

Sulawesi Barat

Maluku

29

30

Gorontalo

Kalimantan Selatan

22

28

Kalimantan Tengah

21

Sulawesi Tenggara

Kalimantan Barat

20

27

Nusa Tenggara Timur

19

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Barat

18

Sulawesi Tengah

Bali

17

26

Banten

16

25

Jawa Timur

15

Kalimantan Timur

D.I. Yogyakarta

14

Sulawesi Utara

Jawa Tengah

13

23

Jawa Barat

12

24

DKI Jakarta

Lampung

11

85,09

Bengkulu

Kep. Bangka Belitung

Sumatera Selatan

Kepulauan Riau

Jambi

Riau

10

81,20

Sumatera Barat

29,09
14,80

74,45

14,76

21,92

19,94

15,03

25,05

17,22

17,58

10,80

23,08

8,33

13,87

64,61

78,73

71,55

63,41

62,69

51,38

73,08

74,63

73,98

70,58

88,88

75,35

13,84

7,40

86,53
76,90

23,64

19,80

22,33

14,83

15,10

27,52

15,09

13,97

18,41

13,67

5,39

13,09

10,33

11,61

6,97

6,43

12,08

8,30

9,72

(4)

Bersama

2,90

4,34

4,13

3,91

5,48

4,23

10,22

2,09

2,17

7,26

1,85

1,62

6,21

5,25

1,25

1,10

3,67

0,84

1,81

1,72

0,88

2,37

4,55

4,84

1,17

1,40

1,16

1,22

2,29

0,92

0,90

3,44

0,97

2,94

(5)

Umum

Perkotaan

73,48

52,52

72,02

74,65

70,20

66,28

69,67

74,57

76,30

84,11

84,74

79,08

87,04

91,73

73,02

87,43

Sumatera Utara

80,83

(3)

Sendiri

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

7,85

1,96

2,38

2,62

11,17

18,05

13,35

7,61

5,62

7,96

4,49

1,17

4,57

4,01

4,82

1,78

24,01

4,81

8,71

12,98

5,32

12,87

6,91

0,45

1,05

8,12

4,55

3,71

7,02

5,07

0,94

11,46

3,30

6,51

(6)

Tidak Ada

56,12

50,88

36,32

42,18

40,97

39,89

23,19

53,31

55,32

43,72

57,46

68,06

55,58

42,17

55,75

59,68

34,49

55,18

38,92

54,06

77,70

60,27

55,06

72,02

59,05

75,61

58,79

57,05

60,26

78,88

43,28

63,46

52,31

(7)

Sendiri

12,0

14,30

8,66

9,77

9,16

9,14

13,28

7,96

10,86

8,71

14,74

12,46

15,70

30,38

6,41

11,43

13,97

18,17

5,38

15,07

19,05

12,73

14,10

5,31

3,47

11,20

7,35

10,34

9,62

5,78

7,99

6,57

6,18

(8)

Bersama

4,38

16,83

4,37

18,99

10,28

2,39

11,37

3,06

2,56

5,09

3,66

6,79

8,94

10,60

2,61

2,75

2,36

0,42

3,99

1,39

0,34

2,56

9,73

27,53

17,99

50,65

29,06

39,59

48,58

52,16

35,67

31,26

42,48

24,14

12,69

19,78

16,85

35,23

26,14

49,18

26,23

51,71

29,48

2,91

24,44

21,11

35,83
18,83

1,65

11,82

32,03

27,46

25,55

13,89

41,49

23,97

32,64

(10)

Tidak Ada

3,84

1,37

1,83

5,15

4,57

1,45

7,24

6,00

8,87

(9)

Umum

Perdesaan

65,20

54,83

46,55

49,88

13,37

18,55

10,13

12,95

13,28

10,42

44,86
49,53

17,40

10,45

13,29

9,21

18,53

9,90

14,94

24,94

6,70

13,78

16,35

20,72

11,72

15,09

24,89

13,80

14,02

18,41

12,24

4,41

11,66

8,24

10,77

8,84

6,03

9,56

7,39

7,18

(12)

Bersama

33,06

58,63

62,30

50,88

63,42

80,96

63,80

53,60

64,67

62,35

41,85

65,49

62,92

61,62

69,82

64,52

67,60

76,30

82,04

71,75

76,97

66,57

64,59

68,13

83,82

54,66

74,89

60,35

(11)

Sendiri

3,65

13,24

4,31

15,04

8,45

2,79

10,97

2,80

2,42

5,61

2,84

3,59

7,80

8,84

2,22

2,43

2,89

0,67

2,52

1,55

0,71

2,47

6,40

4,84

1,63

1,52

1,32

1,65

4,17

3,50

1,24

5,78

3,60

7,20

(13)

Umum

Perkotaan + Perdesaan

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
DI INDONESIA TAHUN 2011

No

Lampiran 2.40

17,78

13,38

39,01

22,13

28,74

41,93

38,57

28,12

21,99

34,30

15,21

5,55

13,46

12,62

26,41

21,44

38,91

13,12

22,84

21,74

4,58

19,21

11,98

0,45

4,09

22,32

10,05

23,54

20,47

19,53

8,91

30,00

14,12

25,27

(14)

Tidak Ada

326

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

17,01
22,39

15,92

5,96

19,11

21,89

14,64

11,42

9,26

16,50

14,48

11,70

26,93

31,42

18,76

46,96

32,35

6,50

16,06

24,21

8,81

24,42

33,97

6,09

9,16

9,88

18,18

30,30

19,91

23,53

11,76

30,45

17,02

15,76

77,61

(4)

Selain Tangki Septik*)

82,99

84,08

94,04

80,89

78,11

85,36

88,58

90,74

83,50

85,52

88,30

73,07

68,58

81,24

53,04

67,65

93,50

83,94

75,79

91,19

75,58

66,03

93,91

90,84

90,12

81,82

69,70

80,09

76,47

88,24

69,55

82,98

84,24

(3)

Tangki Septik

Perkotaan

43,35

11,10

56,65

88,90

45,45

54,55

50,59

61,30

56,48

56,06

45,18

52,56

38,79

52,97

63,12

78,78

68,51

77,93

55,34

28,03

67,28

58,23

32,60

48,49

55,60

52,88

42,50

61,67

69,92

60,05

58,15

61,67

67,18

53,02

51,84

40,08

(6)

Selain Tangki Septik*)

59,92

49,41

38,70

43,52

43,94

54,82

47,44

61,21

47,03

36,88

21,22

31,49

22,07

44,66

71,97

32,72

41,77

67,40

51,51

44,40

47,12

57,50

38,33

30,08

39,95

41,85

38,33

32,82

46,98

48,16

(5)

Tangki Septik

Perdesaan

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA


MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2011

Keterangan : *) Terdiri dari kolam/sawah, sungai/danau/laut, lobang tanah, pantai/kebun, dan lainnya

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2011, BPS

Indonesia

Nusa Tenggara Barat

Banten

16

Bali

Jawa Timur

15

18

D.I. Yogyakarta

17

Jawa Tengah

Kepulauan Bangka Belitung

14

Lampung

13

Bengkulu

Jawa Barat

Sumatera Selatan

12

Jambi

Kepulauan Riau

Riau

DKI Jakarta

Sumatera Barat

11

Sumatera Utara

10

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.41

85,16

60,33

28,42

63,06

68,85

61,42

47,27

58,18

55,95

67,79

56,00

72,26

72,60

51,92

36,81

45,92

28,05

54,05

39,67

71,58

36,94

31,15

38,58

52,73

41,82

44,05

32,21

44,00

27,74

27,40

48,08

63,19

54,08

71,95

45,95

14,84

32,88

42,27
67,12

16,17

37,61

41,70

6,09

16,65

26,59

51,08

58,05

46,33

47,97

42,50

53,14

35,87

41,66

57,73

(8)

Selain Tangki Septik*)

83,83

62,39

58,30

93,91

83,35

73,41

48,92

41,95

53,67

52,03

57,50

46,86

64,13

58,34

(7)

Tangki Septik

Perkotaan + Perdesaan

327

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

23

24

25

Papua

33

Keterangan : *) Angka Sementara (Triwulan Pertama)

Sumber : Susenas 2008-2012, BPS

Indonesia

Maluku Utara

Papua Barat

31

Maluku

30

32

Gorontalo

Sulawesi Barat

28

29

Sulawesi Selatan

Kalimantan Selatan

22

Sulawesi Tenggara

Kalimantan Tengah

21

26

Kalimantan Barat

20

27

Nusa Tenggara Timur

19

Banten

16

Bali

Jawa Timur

15

Nusa Tenggara Barat

DI Yogyakarta

14

17

Jawa Tengah

13

18

DKI Jakarta

Jawa Barat

11

12

Kep. Riau

10

Bengkulu

Lampung

Sumatera Selatan

Kep. Bangka Belitung

Jambi

Riau

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.42

25,36
12,12

13,02

21,38

7,55

18,81

19,08

12,46

10,69

8,58

14,05

17,01

9,74

9,00

13,26

5,74

28,85

23,96

13,25

15,65

8,60

5,10

5,59

14,58

25,14

14,12

8,51

10,92

13,34

13,96

7,65

10,45

8,54

7,88

9,79

(4)

2009

25,38

28,27

11,54

17,83

15,21

19,78

13,26

11,64

11,24

17,43

10,70

9,84

13,70

7,80

26,52

24,20

14,83

16,08

9,20

5,42

6,70

15,58

24,88

12,62

9,94

12,94

15,39

15,22

8,75

10,98

10,37

10,09

13,88

(3)

2008

12,95

20,08

23,93

11,84

15,93

18,77

16,32

14,11

10,60

13,27

13,94

10,02

9,09

11,67

6,08

22,30

19,47

15,71

15,86

9,70

5,16

5,79

14,71

27,91

10,46

7,29

9,54

12,12

14,28

7,72

9,81

11,24

10,37

10,02

(5)

2010

Perkotaan

12,57

26,36

23,97

9,58

19,09

15,66

15,83

13,92

11,38

13,76

14,46

10,09

9,23

13,85

8,09

24,87

18,60

13,89

15,35

8,62

4,16

5,45

14,24

25,23

16,24

8,34

9,07

14,50

16,13

7,58

10,55

10,78

11,71

13,49

(6)

2011

13,05

27,17

27,98

11,58

18,79

18,02

13,92

11,50

10,20

10,93

9,71

12,17

10,41

10,12

7,86

19,53

20,06

15,04

16,39

7,32

2,74

6,29

16,20

26,02

12,03

8,76

10,68

10,20

17,27

8,72

11,08

10,89

12,88

14,19

(7)

2012*

17,90

66,08

28,70

26,68

31,08

30,51

36,41

21,64

14,57

22,85

21,44

13,48

12,84

14,90

21,22

60,74

27,14

12,65

20,84

14,17

7,87

9,87

14,74

15,35

11,67

12,77

17,68

23,50

12,18

14,51

17,24

23,41

24,88

(8)

2008

16,4

61,49

20,43

24,58

30,09

25,43

32,56

19,81

11,58

22,63

21,33

10,73

12,01

13,40

18,84

58,49

26,19

12,49

21,99

11,76

8,33

9,03

13,55

19,59

9,32

11,66

14,58

18,63

12,48

14,28

16,53

22,36

21,39

(9)

2009

15,77

70,96

22,12

17,89

28,40

24,68

31,25

17,89

10,29

23,24

18,50

13,54

10,66

16,83

18,45

53,64

23,94

14,11

23,92

10,83

5,35

7,77

12,25

14,38

9,21

11,47

15,41

20,57

11,23

12,58

17,12

22,53

20,84

(10)

2010

Perdesaan

16,36

70,28

22,50

20,03

25,94

24,00

30,67

16,97

11,54

21,83

22,54

13,02

11,13

14,41

16,47

53,79

23,65

13,44

25,58

10,12

6,46

7,32

16,86

12,41

7,44

11,07

18,15

20,04

10,16

14,68

17,40

21,80

21,19

(11)

2011

16,11

67,46

23,11

25,68

28,12

23,58

29,26

18,34

11,66

24,49

21,87

13,63

8,68

15,30

13,66

54,54

18,25

8,06

23,17

10,63

7,20

7,40

16,21

16,54

8,07

13,67

12,31

18,83

11,62

13,06

16,96

21,78

20,84

(12)

2012*

15,53

56,89

28,60

22,18

27,62

25,40

31,20

19,72

13,63

20,41

19,70

11,75

11,59

14,49

17,49

54,64

25,91

13,91

17,98

11,74

6,30

8,33

15,23

24,88

13,91

10,85

12,81

16,88

20,30

11,07

12,73

14,89

17,27

21,71

(13)

2008

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT PROVINSI, DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN RUMAH TANGGA KUMUH
DI INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

14,31

53,49

20,71

19,54

27,11

23,37

26,21

17,70

10,61

20,83

19,45

10,12

10,78

13,35

15,28

53,45

25,26

12,92

18,11

10,22

6,18

7,37

14,15

25,14

16,69

8,93

11,47

14,15

16,89

10,95

12,37

13,77

15,70

18,14

(14)

2009

14,37

58,01

22,66

16,21

23,55

23,36

26,10

16,85

10,40

20,81

16,41

11,35

10,00

15,09

14,79

47,54

22,07

15,09

18,36

10,30

5,22

6,89

13,83

27,91

11,10

8,25

11,01

14,40

18,41

10,18

11,51

14,87

16,62

17,82

(15)

2010

14,48

59,70

22,93

17,29

23,32

22,19

25,47

16,15

11,48

19,92

18,87

11,21

10,34

14,23

14,04

48,21

21,59

13,72

18,71

9,41

4,87

6,48

15,18

25,23

15,59

7,88

10,58

17,06

18,70

9,40

13,10

14,87

16,99

19,02

(16)

2011

Perkotaan + Perdesaan

14,60

57,80

24,36

21,99

24,70

22,42

23,98

16,40

11,13

21,28

16,23

12,72

9,40

13,60

12,02

47,89

18,97

12,37

18,68

9,08

4,12

6,90

16,20

26,02

12,82

8,41

12,94

11,66

18,29

10,76

12,30

14,64

17,50

19,02

(17)

2012*

328

Sumber: Badan Pusat Statistik

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

65,30
69,63
68,50
65,71
63,32
66,00
67,79
63,00
60,36
63,49
73,35
62,38
65,79
72,51
65,11
62,88
67,81
56,02
64,61
64,21
69,32
65,07
60,37
67,97
62,42
61,99
63,87
56,98
65,31
67,23
64,41
58,87
61,98
67,20

(3)

2010
65,79
70,34
69,55
66,17
63,95
66,84
68,45
63,50
60,79
64,69
74,01
63,25
66,45
73,07
65,61
63,35
68,24
56,70
65,33
64,78
69,80
65,59
61,07
68,60
63,03
62,75
64,79
57,67
65,86
67,76
65,35
59,24
62,69
67,80

(4)

2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER (IPG)

53,40
67,78
63,04
65,14
57,91
67,32
68,50
65,32
55,62
56,70
73,23
67,01
67,96
77,70
67,91
65,66
58,53
54,49
57,98
55,26
68,62
62,53
60,05
71,05
65,37
62,46
64,26
61,35
63,15
75,94
58,17
57,97
55,42
68,15

(5)

2010

52,06
67,39
64,62
65,34
58,89
68,34
69,33
65,86
56,03
60,62
74,70
68,08
68,99
77,84
68,62
66,58
58,59
56,57
58,90
56,39
69,48
62,99
61,29
68,61
66,08
63,38
65,26
62,12
63,71
76,51
59,38
57,54
57,74
69,14

(6)

2011

INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER (IDG)

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2011

No.

Lampiran 2.43

329

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

Sumber: Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI

Indonesia

Sulawesi Barat

Maluku

29

Gorontalo

28

30

Sulawesi Tenggara

6.235

23

54

48

43

81

76

175

186

25

220

177

27

334

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Barat

18

63

Sulawesi Tengah

Bali

17

26

Banten

16

1248

25

Jawa Timur

15

971

Sulawesi Utara

DI Yogyakarta

14

Kalimantan Timur

Jawa Tengah

13

371

24

Jawa Barat

12

23

DKI Jakarta

11

28

Kalimantan Selatan

Kepulauan Riau

10

56

25

22

Kep. Bangka Belitung

Kalimantan Tengah

Lampung

99

21

Bengkulu

459

149

557

Sumatera Selatan

182

Jambi

360
187

Nusa Tenggara Timur

Riau

Kalimantan Barat

Sumatera Barat

11

20

Sumatera Utara

(3)

Desember

19

Aceh

(2)

Provinsi

(1)

2011

971

396

28

56

25

99

502

149

187

375

11

6.457

23

54

52

50

81

82

178

192

25

231

177

191

566

338

10

89

1296

(4)

Maret

424

28

56

57

99

548

149

288

502

11

7.325

44

31

72

57

120

106

19

243

280

25

231

182

191

637

357

10

93

1335

34

1086

(5)

Juni

2012

424

29

64

57

107

548

152

288

502

11

8.043

44

31

72

57

120

106

36

243

280

33

315

191

200

928

361

10

93

1345

34

1352

(6)

September

JUMLAH LOKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BERDASARKAN INDIKATOR INPRES NOMOR 3 TAHUN 2011 DAN 2012

No

Lampiran 2.44

87

504

35

91

71

112

617

159

363

639

109

11.165

36

65

72

59

132

111

36

268

298

26

56

342

330

206

1084

834

10

116

2838

34

1423

(7)

Desember

330

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

1.037.852

214.316
168.076
658.584

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 Papua

Keterangan : Berdasarkan Data per 20 Maret 2013

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI

61.156.669

316.597

30 Maluku

Indonesia

243.981
258.559

29 Sulawesi Barat

502.047

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

620.404
1.847.825

581.872

24 Sulawesi Utara

26 Sulawesi Selatan

870.912

23 Kalimantan Timur

25 Sulawesi Tengah

975.168

22 Kalimantan Selatan

23.815.216

501.157

22.275

26.066

60.688

44.145

74.130

179.714

952.895

2.670

170.117

264.645

250.941

30.933

133.227

1.022.980

20 Kalimantan Barat
572.790

242.617

1.013.882

19 Nusa Tenggara Timur

21 Kalimantan Tengah

114.431

1.252.516

18 Nusa Tenggara Barat

192.217

661.027

1.995.195

371.274

5.906.690

6.814.059

705.543

129.526

41.170

849.393

176.155

667.296

230.188

93.659

752.580

950.436

208.157

1.028.171

2.596.432

(4)

Jumlah Rumah Tangga yang Dipantau

17 Bali

16 Banten

10.379.484

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

8.703.499

11.493.124

13 Jawa Tengah

12 Jawa Barat

441.750

311.144

1.934.431

432.867

1.813.436

770.610

1.328.461

1.152.378

3.037.306

1.066.346

2.508.869

(3)

Jumlah Rumah Tangga


(5)

13.503.797

129.299

5.681

10.883

27.534

13.620

43.695

67.793

469.569

825

120.280

199.184

182.241

15.861

66.714

118.942

56.936

133.388

233.590

898.271

161.030

4.513.865

3.169.308

500.262

55.554

22.946

431.071

86.756

407.384

127.297

45.750

523.419

596.005

68.844

Rumah Tangga Ber - PHBS

PENCAPAIAN RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) TAHUN 2012

11 DKI Jakarta

10 Kepulauan Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.45

(6)

56,70

25,80

25,50

41,75

45,37

30,85

58,94

37,72

49,28

30,90

70,70

75,26

72,62

51,28

50,08

49,02

49,76

69,39

35,34

45,02

43,37

76,42

46,51

70,90

42,89

55,73

50,75

49,25

61,05

55,30

48,85

69,55

62,71

33,07

Pencapaian (%)

331

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

(4)

Keterangan

Peraturan Bupati tentang Kawasan Bebas Asap Rokok Nomor 26 Tahun 2011
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Perda Nomor 3 Tahun 2005

Kab. Sukabumi

Kota Bandung

Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI

Surat Keputusan Walikota Nomor 27A/2006 tentang Perlindungan Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon
Peraturan Bupati

Kab. Indramayu

Peraturan Bupati Nomor 53 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kab. Cianjur

Kab. Cirebon

Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2008 Mengenai Kawasan Bebas Asap Rokok

Kab. Bandung

12 Jawa Barat

Rancangan Peraturan Daerah

11 DKI Jakarta

Surat Edaran Kawasan Tanpa Rokok

Kota Batam

Peraturan Bupati Bangka Barat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok

Kab. Bintan

Kab. Bangka Barat

Surat Edaran Walikota Metro Nomor 441.7/8778/D2/VI/2008 Tanggal 7 Mei 2008, Proses Raperda

Peraturan Walikota Bengkulu Nomor 38 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok Dalam Kota Bengkulu Pada 22 Oktober

Kota Bengkulu

Kota Metro

Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok.

Kab. Rejang Lebong

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Walikota Nomor 189 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok

Kota Jambi

Kota Palembang

Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2012, tentang Larangan Merokok

Kab. Bungo

Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kota Sawah Lunto

Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Daerah No.15 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok


Himbauan Walikota Sawahlunto Nomor 440/2226/Dinkes/V/2009 Kepada Seluruh Dinas/Instansi Pemerintah dan Masyarakat Tidak Merokok di Tempat-Tempat Umum

Kota Payakumbuh

Kota Dumai

Peraturan Daerah No 8 th 2009 mengenai Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok

Kota Padangpanjang

Kab. Kep. Meranti

Peraturan Walikota untuk Kawasan Tanpa Rokok di sekolah

Peraturan Walikota No. 14 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kota Padang

Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Bupati untuk tingkat sekolah

Kab. Tanah Datar

Kota Bukit Tinggi

Surat Edaran No.443.52/362/Dinkes 2009, Kawasan Bebas Rokok, Peraturan Bupati Untuk Tingkat Sekolah, Rancangan Peraturan Daerah KTR

Kab. Sijunjung

Kota Solok

Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2009 tentang Larangan Merokok


Peraturan Bupati Nomor 440/466/KPPS/BTP-PS/2011 tentang Penetapan Kawasan Bebas Asap Rokok Pada Sarana Pelayanan Kesehatan

Kab. Pesisir Selatan

Peraturan Bupati untuk tingkat sekolah

Kab. Pasaman

Kab. Pasaman Barat

Peraturan Bupati untuk tingkat sekolah


Himbauan Bupati

Kab. Padang Pariaman

Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok

Kab. Mandailing Natal

Kab. Lima Puluh Kota

Rancangan Peraturan Daerah KTR


Rancangan Peraturan Daerah

Kota Tebing Tinggi

Peraturan Gubernur No. 35 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 47 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Merokok yang Difokuskan di Delapan Tempat

Instruksi Gubernur No. 338/18186 tentang Larangan Merokok di Dalam Ruang Kerja dan Gedung Kantor

Kota Medan

Kota Banda Aceh

(3)

Kabupaten/Kota

PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2012

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Kawasan Tanpa Rokok


Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok

10 Kep. Riau

Riau

Sumatera Barat

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 2.46.1

332

(2)

(1)

Surat Keputusan Walikota Nomor 27A/2006 tentang Perlindungan Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon
Surat Edaran Walikota Depok Nomor 40/874-Huk 2008 Tertanggal 18 Juni 2008 Tentang Larangan Merokok
Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kota Cirebon
Kota Depok
Kota Tasikmalaya

Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 5A Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Pekalongan yang Ditetapkan Tanggal 11 Februari 2010 dan
Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 36 Tahun 2011 tentang Larangan Reklame Rokok di Kota Pekalogan ditetapkan Tanggal 10 Oktober 2011.
Peraturan Walikota Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) Kota Semarang
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM)
Peraturan Walikota Tegal Nomor 440/209/2009 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok

Kota Pekalongan
Kota Semarang
Kota Surakarta
Kota Tegal

Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI

Kota Pontianak

Kota Denpasar

19 Kalimantan Barat

Rancangan Peraturan Daerah

Kab. Gianyar

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Peraturan Walikota Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Instruksi Bupati Lombok Timur Nomor 02 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan PHBS Kab. Lombok Timur

Surat Edaran Nomor 658.2/2036.a/Diskes Tanggal 6 Oktober 2010, yang Menetapkan Kawasan Bebas Asap Rokok Kepada Setiap Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Gianyar

Kab. Bangli

Kab. Lombok Timur

Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2008 tentang Kawasan Bebas Asap Rokok
Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kab. Badung

Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2008 tentang Larangan Merokok Bagi Guru dan
Siswa di Sekolah.

Peraturan Walikota Nomor 188.45/330/436.1.2/2009 tentang Tim Pemantau KTR dan Kawasan Dilarang Merokok di Kota Surabaya

Kota Tangerang

Peraturan Walikota Nomor 188 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Rokok

Kota Surabaya

Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Surat Keputusan Walikota Tentang Tim Pelaksana Pengendalian Dampak Asap Rokok

Kota Probolinggo

Kab. Tangerang

Peraturan Daerah nomor 9 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Terbatas Merokok

Kota Malang

Kota Yogyakarta

Kab. Tulungagung

Surat Edaran Nomor 440/004/SE/2010 Tanggal 8 Januari 2010 tentang Larangan Merokok Setiap Hari Jumat

Kab. Sleman

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

Peraturan Bupati, Rancangan Peraturan Daerah

Kab. Kulon Progo

Kab. Sidoarjo

Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun 2009, tentang Kawasan Dilarang Merokok


Peraturan Bupati Nomor 61/2009 tentang Penetapan Kawasan Tanpa Asap Rokok

Kab. Gunung Kidul

Peraturan Bupati, Rancangan Peraturan Daerah

Kab. Bantul

Peraturan Gubernur No. 42 Tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok

Peraturan Bupati Nomor 57 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kab. Sragen

 
  

Kab. Purbalingga
Kab. Purworejo

Peraturan Bupati Nomor 91/2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok serta Instruksi Bupati Nomor 3/2009

Kab. Karanganyar

Kota Bogor

Peraturan Walikota Nomor 89 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok


Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Kota Bogor No.12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok

(4)

Keterangan

Kota Bekasi

(3)

Kabupaten/Kota

PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 1) TAHUN 2012

18 Nusa Tenggara Barat

17 Bali

16 Banten

15 Jawa Timur

14 DI Yogyakarta

13 Jawa Tengah

Provinsi

No

Lampiran 2.46.2

333

Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI

Kab. Halmahera Selatan

Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kab. Gorontalo

27 Maluku Utara

Peraturan Bupati Nomor 48 Tahun 2011 tentang Kawasan Bebas Rokok


Surat Edaran Bupati

Kab. Bone Bolango

26 Gorontalo

Peraturan Walikota Palopo Nomor 08 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Tanggal 10 Mei 2011
Peraturan Walikota Nomor 70 Tahun 2008, tentang Penetapan KTR dalam Wilayah Kota Kendari

Kota Kendari

Kota Palopo

25 Sulawesi Tenggara

Peraturan Wali Kota Nomor 13 Tahun 2011, yang Ditandatangani 5 Mei 2011, Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sekolah Negeri Menjadi Kawasan Tanpa Asap Rokok

Kota Makassar

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Sistem Kesehatan Daerah


Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan Daerah

Kab. Enrekang

24 Sulawesi Selatan

Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kota Palu

(4)

Keterangan

23 Sulawesi Tengah

Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kawasan Dilarang Merokok

Kab. Minahasa Utara

Kota Bitung

Peraturan Walikota Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok


Peraturan Daerah Tentang Kesehatan Lingkungan

Kota Tarakan

22 Sulawesi Utara

Peraturan Walikota Nomor 24 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Kota Balikpapan

Kota Samarinda

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok

21 Kalimantan Timur

(3)

Kota Banjarmasin

(2)

(1)

Kabupaten/Kota

PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA (LANJUTAN 2) TAHUN 2012

20 Kalimantan Selatan

Provinsi

No

Lampiran 2.46.3

LAMPIRAN
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN

334

335

(2)

(1)

AHH : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

* : Periode sepuluh tahun sebelum survei.

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012

28
26
17
15
16
20
21
20
20
21
15
17
22
18
14
23
18
33
26
18
25
30
12
23
26
13
25
26
26
24
37
35
27
20
19

(3)

Angka Kematian Neonatal*


(4)

47
40
27
24
34
29
29
30
27
35
22
30
32
25
30
32
29
57
45
31
49
44
21
33
58
25
45
67
60
36
62
74
54
34
32

Angka Kematian Bayi*


(IMR)
(5)

52
54
34
28
36
37
35
38
32
42
31
38
38
30
34
38
33
75
58
37
56
57
31
37
85
37
55
78
70
60
85
109
115
43
40

Estimasi
Angka Kematian Balita*
(AKABA)

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN NEONATAL, ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA TAHUN 2012
DAN ANGKA HARAPAN HIDUP MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

1
Aceh
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia (Periode 10 tahun sebelum survei)
Indonesia (Periode 5 tahun sebelum survei)

Provinsi

No

Lampiran 3.1

69.65

68.80
69.65
69.76
71.55
69.25
69.80
70.16
69.75
69.05
69.85
73.35
68.40
71.55
73.27
69.86
65.05
70.78
62.41
67.76
66.75
71.30
64.17
71.40
72.33
66.86
70.20
68.00
67.11
68.00
67.60
66.31
68.81
68.85

(6)

Angka Harapan Hidup


(eo) 2011

336

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

69.43

68.60

68.51

66.01

67.40

67.80

66.81

67.80

70.0

66.60

72.22

71.20

63.81

71.20

66.60

67.50

62.11

70.72

64.90

69.60

73.22

71.40

68.20

73.20

69.80

69.90

69.60

69.10

71.40

69.50

Ket

(4)

7.92

6.66

8.21

8.63

8.76

7.11

7.38

8.11

7.84

8.0

8.89

8.87

7.65

8.03

6.82

6.99

6.77

8.21

8.32

7.24

9.07

7.24

8.02

10.93

9.16

7.45

7.75

8.25

7.82

7.84

8.58

8.48

8.85

8.81

92.91

75.60

93.19

96.08

98.14

88.48

96.0

91.85

87.75

96.08

99.45

97.05

95.94

97.78

90.26

88.59

81.05

88.40

96.20

88.34

90.84

89.95

96.18

99.13

97.19

95.69

94.64

95.30

97.36

96.07

98.35

97.09

97.32

96.88

(5)

Angka Melek
Huruf (%)

633.64

606.38

596.08

600.20

614.01

631.76

622.92

616.99

636.60

629.30

634.88

642.51

637.46

636.47

631.65

603.75

639.89

634.67

629.70

643.60

646.56

637.27

632.22

628.67

643.0

641.51

618.63

628.51

629.38

633.67

646.63

635.29

636.33

611.42

(6)

Pengeluaran
Riil / Kapita
(Rp.000)

2010

72.27

64.94

69.15

69.03

71.42

69.64

70.28

70.0

71.62

71.14

76.09

75.56

69.92

74.64

69.15

67.26

65.20

72.28

70.48

71.62

75.77

72.49

72.29

77.60

75.07

72.86

71.42

72.92

72.95

72.74

76.07

73.78

74.19

71.70

(7)

IPM

33

29

30

20

27

24

25

19

22

26

28

31

32

16

23

18

14

15

12

21

11

10

13

17

(8)

Peringkat

69.65

68.85

68.81

66.31

67.60

68.0

67.11

68.0

70.20

66.86

72.33

71.40

64.17

71.30

66.75

67.76

62.41

70.78

65.05

69.86

73.27

71.55

68.40

73.35

69.85

69.05

69.75

70.16

69.80

69.25

71.55

69.76

69.65

68.80

(9)

7.94

6.69

8.26

8.86

8.82

7.15

7.45

8.21

7.92

8.03

8.92

9.19

7.68

8.06

6.89

7.05

6.97

8.35

8.41

7.34

9.20

7.29

8.06

10.95

9.73

7.58

7.82

8.33

7.84

8.05

8.63

8.57

8.91

8.90

(10)

Angka
Rata-rata
Harapan Hidup Lama Sekolah
(Tahun)
(Tahun)
(11)

92.99

75.81

93.39

96.19

98.15

88.54

96.10

91.95

88.07

96.12

99.46

97.21

96.14

97.84

90.51

88.74

83.24

89.17

96.25

88.52

91.49

90.34

96.29

99.15

97.67

95.83

95.02

95.40

97.44

96.16

98.42

97.16

97.46

96.95

638.05

609.18

599.28

603.20

617.75

635.84

626.77

621.44

640.30

633.31

639.57

646.01

640.73

640.73

635.85

607.31

642.80

637.86

633.64

647.46

650.16

640.41

635.80

632.17

644.96

645.37

621.77

631.86

633.57

637.60

650.83

638.73

640.23

615.60

(12)

Pengeluaran
Riil / Kapita
(Rp.000)

2011
Angka Melek
Huruf (%)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010- 2011

: Reduksi Short Fall : Percepatan pembangunan manusia untuk mencapai angka IPM ideal

Sumber : BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011

Indonesia

Sulawesi Barat

Maluku

Gorontalo

28

29

Sulawesi Tenggara

27

30

Sulawesi Selatan

26

Kalimantan Timur

23

Sulawesi Utara

Kalimantan Selatan

22

Sulawesi Tengah

Kalimantan Tengah

21

24

Kalimantan Barat

20

25

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Banten

Bali

16

17

18

Jawa Timur

15

19

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

Jawa Barat

12

14

DKI Jakarta

11

68.90

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Selatan

Kepulauan Riau

Jambi

Riau

10

69.50

Sumatera Barat

69.50

Sumatera Utara

(3)

68.70

(2)

Aceh

(1)

Angka
Rata-rata
Harapan Hidup Lama Sekolah
(Tahun)
(Tahun)

Provinsi

No.

Lampiran 3.2

72.77

65.36

69.65

69.47

71.87

70.11

70.82

70.55

72.14

71.62

76.54

76.22

70.44

75.06

69.66

67.75

66.23

72.84

70.95

72.18

76.32

72.94

72.73

77.97

75.78

73.37

71.94

73.40

73.42

73.30

76.53

74.28

74.65

72.16

(13)

IPM

33

29

30

21

27

24

25

19

22

26

28

31

32

15

23

17

14

16

12

20

11

10

13

18

(14)

Peringkat

1.79

1.19

1.62

1.44

1.58

1.55

1.80

1.83

1.85

1.67

1.86

2.68

1.71

1.66

1.65

1.50

2.97

2.0

1.56

1.97

2.25

1.64

1.58

1.66

2.83

1.88

1.82

1.78

1.73

2.04

1.92

1.87

1.80

1.64

(15)

Reduksi
Shortfall

337

(2)

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010

7.1
7.8
2.8
4.8
5.4
5.5
4.3
3.5
3.2
4.3
2.6
3.1
3.3
1.4
4.8
4.8
1.7
10.6
9.0
9.5
5.3
6.0
4.4
3.8
7.9
6.4
6.5
11.2
7.6
8.4
5.7
9.1
6.3
4.9

(3)

Gizi Buruk (%)


16.6
13.5
14.4
11.4
14.3
14.4
11.0
10.0
11.7
9.8
8.7
9.9
12.4
9.9
12.3
13.7
9.2
19.9
20.4
19.7
22.3
16.8
12.7
6.8
18.6
18.6
16.3
15.3
12.9
17.8
17.9
17.4
10.0
13.0

(4)

Gizi Kurang (%)


72.1
71.1
81.3
75.2
76.3
74.5
73.7
79.8
80.6
81.3
77.7
81.6
78.1
81.5
75.3
77.5
81.0
66.9
67.5
67.0
69.4
73.1
75.9
84.3
69.1
72.2
66.9
69.4
74.9
70.5
73.2
67.3
78.4
76.2

(5)

Gizi Baik (%)

Status Gizi Menurut BB/U

4.2
7.5
1.6
8.6
4.1
5.6
10.9
6.8
4.5
4.6
11.1
5.4
6.2
7.3
7.6
4.0
8.0
2.6
3.1
3.9
2.9
4.0
7.0
5.1
4.4
2.8
10.2
4.1
4.7
3.4
3.2
6.2
5.3
5.8

(6)

Gizi Lebih (%)

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.3

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

(7)

Jumlah (%)

338

(2)

24.2
23.4
14.3
19.6
15.4
23.1
18.3
20.6
12.5
11.4
14.3
16.6
16.9
10.2
20.9
16.5
14.0
27.8
30.9
20.7
18.0
15.9
14.4
12.7
16.0
15.8
20.8
21.6
21.6
16.5
14.4
28.6
13.3
18.5

(3)

Sangat Pendek (%)

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

14.8
18.9
18.4
12.5
14.8
17.3
13.3
15.6
16.6
15.5
12.3
17.1
17.0
12.3
14.9
17.0
15.3
20.5
27.5
19.0
21.6
19.4
14.7
15.1
20.1
23.1
17.0
18.7
20.0
21.0
15.0
20.6
15.0
17.1

(4)

Pendek (%)
61.1
57.7
67.2
67.8
69.8
59.6
68.4
63.7
71.0
73.1
73.4
66.4
66.1
77.5
64.1
66.5
70.7
51.8
41.6
60.3
60.4
64.7
70.9
72.2
63.8
61.1
62.2
59.7
58.4
62.5
70.6
50.8
71.7
64.4

(5)

Normal (%)

Status Gizi Menurut TB/U

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

(6)

Jumlah (%)

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

No

Lampiran 3.4

339

(2)

6.3
5.6
4.0
9.2
11.3
7.3
9.7
5.4
1.7
2.0
4.4
4.6
6.4
2.6
7.3
6.2
5.2
5.9
6.8
7.6
6.0
8.4
5.8
2.6
8.4
4.8
6.2
4.1
6.1
6.3
6.4
6.0
8.2
6.0

(3)

Sangat Kurus (%)

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

7.9
8.4
4.2
8.0
8.7
7.3
8.1
8.5
5.8
6.0
6.9
6.4
7.8
6.5
6.8
7.9
7.9
8.0
6.4
9.1
9.6
7.2
7.1
6.7
6.4
7.2
9.6
7.7
10.6
6.9
11.3
5.5
5.7
7.3

(4)

Kurus (%)
69.6
67.6
83.5
66.8
70.4
68.7
66.7
69.6
82.8
81.4
69.1
74.4
71.8
77.3
68.8
74.2
69.4
73.5
74.8
72.5
75.4
74.6
77.6
82.3
75.1
81.1
66.1
80.4
71.5
78.5
77.2
73.8
75.5
72.8

(5)

Normal (%)

Status Gizi Menurut BB/TB

16.2
18.3
8.3
16.0
9.6
16.8
15.5
16.4
9.6
10.6
19.6
14.6
14.0
13.6
17.1
11.7
17.5
12.5
11.9
10.8
9.0
9.8
9.6
8.5
10.2
6.9
18.1
7.8
11.8
8.2
5.0
14.8
10.7
14.0

(6)

Gemuk (%)

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

No

Lampiran 3.5

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

(7)

Jumlah (%)

340

(2)

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010

3.1
3.1
1.2
1.7
3.1
2.0
1.2
1.6
2.3
2.1
0.4
1.4
1.3
0.4
1.6
2.3
0.9
5.3
4.9
5.3
3.9
2.5
2.1
2.2
4.3
2.6
3.7
4.5
4.2
4.0
1.9
2.6
2.3
2.1

(3)

Pendek-Kurus
(%)
26.1
28.3
25.6
20.7
22.2
27.2
20.8
24.2
22.7
17.9
15.8
23.4
23.9
16.3
24.2
24.9
18.7
36.4
44.3
28.9
31.1
26.6
22.7
21.2
25.8
32.8
25.6
31.5
29.8
28.4
25.3
37.1
22.1
25.3

(4)

Pendek-Normal
(%)
9.2
10.2
5.7
7.7
4.3
10.3
7.7
8.7
4.2
4.9
8.4
8.4
7.8
5.2
9.7
6.5
8.6
6.8
9.7
4.6
4.6
4.9
3.2
3.9
5.0
3.9
7.2
4.7
6.3
5.4
2.3
9.2
4.6
7.6

(5)

11.2
11.2
6.9
15.6
16.8
12.8
16.2
12.4
5.1
6.0
10.8
9.4
12.5
8.8
12.4
11.9
12.6
9.0
8.3
11.9
11.7
12.5
10.8
6.8
10.4
9.3
13.4
7.0
13.1
9.4
15.8
8.6
11.4
11.1

(6)

47.2
41.4
59.2
46.9
49.6
43.9
48.1
47.4
61.0
64.3
54.5
52.7
49.4
61.3
46.4
50.6
51.9
40.1
31.9
44.4
45.1
49.3
55.4
62.5
51.9
49.2
44.0
49.6
42.9
50.8
52.3
38.5
54.5
49.1

(7)

Status Gizi Menurut TB/U dan BB/TB


Pendek-Gemuk
Normal-Kurus
Normal-Normal
(%)
(%)
(%)
3.2
5.9
1.4
7.3
4.1
3.8
6.0
5.7
4.9
4.8
10.1
4.8
5.1
8.0
5.7
3.8
7.3
2.5
1.0
5.0
3.6
4.2
5.7
3.5
2.7
2.1
6.1
2.9
3.6
2.0
2.4
4.1
5.1
4.8

(8)

Normal-Gemuk
(%)

PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DAN
BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.6

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

(9)

Jumlah (%)

341

(2)

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2010

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

11.1
8.7
14.1
9.2
11.6
14.9
12.7
12.0
10.2
9.1
9.7
12.5
13.7
17.5
12.3
15.3
11.0
16.1
19.7
14.7
12.1
18.6
8.4
6.0
10.2
14.6
10.9
11.6
9.9
10.6
10.4
10.4
9.2
12.6

(3)

Kurus (%)
64.5
65.9
64.1
69.4
65.9
65.9
68.0
70.7
63.4
60.0
61.8
64.8
67.4
60.8
67.1
63.0
68.2
67.1
67.3
67.2
68.4
60.1
62.1
56.8
65.7
64.7
72.8
60.9
69.3
64.8
62.4
62.1
66.0
65.8

(4)

Normal (%)
10.9
11.9
9.4
11.1
11.3
9.2
9.3
8.5
9.9
13.2
12.3
10.0
9.3
9.7
9.5
9.5
10.5
8.0
6.5
8.6
9.2
10.5
12.1
15.2
10.8
9.7
8.9
11.3
9.8
9.5
12.8
12.1
11.0
10.0

(5)

BB Lebih (%)

Kategori IMT

PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN)


BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI TAHUN 2010

No

Lampiran 3.7

13.4
13.5
12.5
10.3
11.2
10.0
10.0
8.8
16.5
17.6
16.2
12.8
9.5
12.1
11.1
12.2
10.4
8.8
6.5
9.5
10.3
10.8
17.3
21.9
13.3
11.0
7.4
16.1
11.0
15.1
14.4
15.4
13.8
11.7

(6)

Obese (%)

342

(2)

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.8

66.1
65.6
64.8
64.5
62.0
61.4
61.6
61.3
64.0
63.2
60.9
57.6
56.3
60.8
55.8
59.0
57.4
57.7
55.0
63.3
61.4
58.7
64.0
61.0
59.5
58.0
59.4
59.1
59.0
55.5
59.8
56.3
56.1
59.4

120,142

(4)

2,633
11,976
2,957
2,165
2,122
3,482
1,042
3,777
685
780
5,430
19,708
11,493
742
14,309
5,140
827
2,181
2,481
2,954
921
2,054
1,673
3,506
1,699
5,448
2,260
1,076
816
1,393
603
289
1,520

(3)

Jumlah

Laki-laki

82,159

1,353
6,281
1,609
1,190
1,302
2,192
650
2,388
385
455
3,479
14,482
8,939
478
11,356
3,568
614
1,596
2,027
1,715
579
1,447
940
2,242
1,157
3,943
1,544
744
568
1,118
406
224
1,188

(5)

Jumlah

Perempuan

Jenis Kelamin

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012

40.6

33.9
34.4
35.2
35.5
38.0
38.6
38.4
38.7
36.0
36.8
39.1
42.4
43.8
39.2
44.2
41.0
42.6
42.3
45.0
36.7
38.6
41.3
36.0
39.0
40.5
42.0
40.6
40.9
41.0
44.5
40.2
43.7
43.9

(6)

202,301

3,986
18,257
4,566
3,355
3,424
5,674
1,692
6,165
1,070
1,235
8,909
34,190
20,432
1,220
25,665
8,708
1,441
3,777
4,508
4,669
1,500
3,501
2,613
5,748
2,856
9,391
3,804
1,820
1,384
2,511
1,009
513
2,708

(7)

Laki-laki+ Perempuan

343

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

10

11

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

24

25

26

27

28

29

30

Keterangan: L = Laki-laki

P = Perempuan

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Papua

Kalimantan Timur

23

33

Kalimantan Selatan

22

Maluku Utara

Kalimantan Tengah

21

Papua Barat

Kalimantan Barat

20

31

Nusa Tenggara Timur

19

32

Bali

Nusa Tenggara Barat

Banten

16

18

Jawa Timur

15

17

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

14

Jawa Barat

Sumatera Selatan

12

Riau

Jambi

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 3.9

879

824

17,303

461

73

87

215

123

153

302

633

206

455

235

258

95

325

337

259

110

994

1,624

99

1,649

3,647

1,062

122

80

426

110

425

262

267

400

1,508

301

(5)

15,873

405

65

113

192

115

137

251

618

175

350

163

196

89

273

344

246

90

824

1,866

100

1,831

3,394

835

125

84

379

112

372

200

239

329

1,139

222

(6)

15 - 24

T = Jumlah laki-laki dan Perempuan

56

21

10

11

25

18

11

18

16

38

25

17

23

120

79

121

31

25

18

19

19

25

72

14

(4)

58

31

15

15

15

21

14

16

14

48

33

18

20

80

68

84

19

37

12

30

10

24

24

60

22

(3)

0 - 14

25,458

421

78

138

289

155

189

452

992

318

622

390

380

199

595

524

423

189

1,310

2,574

143

2,280

4,665

1,578

208

140

760

234

757

428

530

625

2,346

526

(7)

18,484

352

75

107

280

125

133

340

766

248

403

212

303

139

358

443

324

172

907

2,268

103

1,976

3,561

910

158

83

540

142

474

294

262

358

1,392

276

(8)

25 - 34

23,054

272

53

119

260

181

241

417

1,067

335

710

320

411

163

612

396

433

148

1,023

2,576

142

2,071

3,830

1,033

175

142

702

193

666

400

453

530

2,441

539

(9)

16,144

202

25

73

223

117

166

284

740

223

456

219

322

133

353

338

333

124

729

2,192

82

1,639

2,751

720

78

79

512

118

481

282

268

297

1,318

267

(10)

23,748

184

38

114

238

135

229

476

1,053

354

703

332

477

193

591

440

454

146

959

3,048

146

2,194

3,482

975

136

122

747

227

725

466

422

543

2,856

543

(11)

15,213

103

39

59

171

85

154

284

20,201

90

28

86

217

152

187

424

1,073

11,321

59

11

29

149

96

111

288

713

198

311
798

335

647

109

205

65

254

339

269

87

359

1,859

70

1,289

1,664

311

32

49

359

79

319

198

146

225

824

221

(14)

237

271

369

180

534

439

435

141

609

3,042

103

2,099

2,726

564

91

132

681

189

588

391

327

513

2,071

491

(13)

458

177

336

100

321

357

343

93

615

2,399

81

1,640

2,447

592

53

66

429

146

382

251

209

270

1,242

276

(12)

Kelompok Umur (Tahun)


35 - 44
45 - 54
55 - 64
L
P
L
P
L
P

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2012

> 65

9,554

34

14

54

143

65

71

174

615

160

348

111

143

77

249

312

159

90

225

1,365

104

1,132

1,274

199

44

66

424

77

291

165

142

322

694

211

(15)

4,245

11

17

82

20

39

86

283

69

222

49

67

37

118

181

64

43

111

652

36

485

544

80

22

144

45

146

58

47

105

294

77

(16)

120,142

1,520

289

603

1,393

816

1,076

2,260

5,448

1,699

3,506

1,673

2,054

921

2,954

2,481

2,181

827

5,140

14,309

742

11,493

19,708

5,430

780

685

3,777

1,042

3,482

2,122

2,165

2,957

11,976

2,633

(17)

82,159

1,188

224

406

1,118

568

744

1,544

3,943

1,157

2,242

940

1,447

579

1,715

2,027

1,596

614

3,568

11,356

478

8,939

14,482

3,479

455

385

2,388

650

2,192

1,302

1,190

1,609

6,281

1,353

(18)

Total
P

202,301

2,708

513

1,009

2,511

1,384

1,820

3,804

9,391

2,856

5,748

2,613

3,501

1,500

4,669

4,508

3,777

1,441

8,708

25,665

1,220

20,432

34,190

8,909

1,235

1,070

6,165

1,692

5,674

3,424

3,355

4,566

18,257

3,986

(19)

(2)

Bengkulu

Bali

Papua Barat

Papua
Indonesia

32

33

6,903.9
6,949.7

1,072.3
119,747.2
119,747

119,941

374.0

504.9

691.0

539.7

503.9

1,138.5

4,244.3

1,279.8

1,124.2

1,612.3

1,813.2

1,041.7

2,242.7

2,445.6

2,413.4

1,807.9

5,118.9

19,050.0

1,785.0

16,863.5

21,460.2

4,832.0

887.9

559.9

3,824.1

857.7

3,720.8

1,457.4

2,698.3

2,537.1

119,940.7

1,148.1

411.0

516.8

704.8

554.0

514.2

1,108.4

3,966.4

1,324.1

1,164.8

1,763.8

1,828.4

1,126.4

2,282.3

2,428.9

2,224.5

1,840.7

5,212.0

18,762.2

1,812.9

16,666.1

21,764.4

4,591.6

826.8

623.6

3,966.7

882.6

3,797.9

1,513.1

2,953.9

2,482.5

2,295.3

(4)

Perempuan

Jumlah penduduk
(x1.000)

2,272.9

(3)

Laki-laki

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Case Detection Rate

Maluku

Maluku Utara

Sulawesi Barat

29

30

Gorontalo

28

31

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

27

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

24

Kalimantan Timur

23

25

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

21

22

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

19

20

Nusa Tenggara Barat

17

18

Jawa Timur

Banten

15

16

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

Jawa Barat

12

14

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

10

11

Lampung

Sumatera Selatan

Kep. Bangka Belitung

Jambi

Riau

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 3.10

344
239,688

239,687.6

2,220.4

785.0

1,021.7

1,395.7

1,093.7

1,018.1

2,246.9

8,210.8

2,603.8

2,289.0

3,376.1

3,641.6

2,168.1

4,525.0

4,874.5

4,637.9

3,648.6

10,331.0

37,812.2

3,597.9

33,529.6

43,224.6

9,423.7

1,714.6

1,183.4

7,790.7

1,740.3

7,518.7

2,970.5

5,652.2

5,019.6

13,853.5

4,568.2

(5)

Laki-laki +
Perempuan

3,653
187,110

866

852

1,912

912

1,220

2,402

6,606

1,997

3,792

2,785

3,077

1,421

3,469

3,325

3,305

1,681

8,864

23,346

1,510

21,219

33,763

16,265

1,612

955

4,069

1,257

5,010

2,312

2,755

4,345

13,348

3,205

(6)

Laki-laki

3,070
136,976

758

615

1,540

650

873

1,656

4,824

1,368

2,435

1,786

2,234

947

2,041

2,726

2,465

1,204

6,664

19,358

1,152

17,256

27,038

11,471

1,180

556

2,654

805

3,322

1,432

1,587

2,526

7,122

1,661

(7)

6,723
324,086

1,624

1,467

3,452

1,562

2,093

4,058

11,430

3,365

6,227

4,571

5,311

2,368

5,510

6,051

5,770

2,885

15,528

42,704

2,662

38,475

60,801

27,736

2,792

1,511

6,723

2,062

8,332

3,744

4,342

6,871

20,470

4,866

(8)

Laki-laki +
Perempuan
Perempuan

Semua Kasus

97.62%

1,437
117,081

284

578

1,318

816

1,076

2,260

5,094

1,699

3,506

1,673

2,061

881

2,797

2,385

2,181

827

5,140

14,270

742

11,414

19,309

5,631

718

685

3,281

1,042

3,482

2,122

1,937

2,957

10,845

2,633

(9)

Laki-laki

67.11%

1,140
80,366

218

389

1,061

568

744

1,544

3,697

1,157

2,242

940

1,445

553

1,636

1,955

1,596

614

3,568

11,315

478

8,865

14,170

3,621

511

385

2,066

650

2,192

1,302

1,077

1,609

5,705

1,353

(10)

82.38%

2,577
197,447

502

967

2,379

1,384

1,820

3,804

8,791

2,856

5,748

2,613

3,506

1,434

4,433

4,340

3,777

1,441

8,708

25,585

1,220

20,279

33,479

9,252

1,229

1,070

5,347

1,692

5,674

3,424

3,014

4,566

16,550

3,986

(11)

318.18
156.00

210.71

164.86

271.28

164.62

237.26

216.71

166.55

150.82

325.55

157.90

168.29

126.15

152.00

136.89

148.57

91.32

170.07

124.43

83.29

127.32

155.13

354.23

194.97

153.14

102.58

142.42

131.92

152.80

93.27

175.03

193.34

141.01

(12)

Laki-laki

Cakupan Penemuan

Laki-laki +
Perempuan
Perempuan

BTA Positif

HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

286.30
114.39

202.67

121.81

222.87

120.44

173.25

145.45

113.66

106.89

216.60

110.77

123.21

90.91

91.01

111.47

102.14

66.60

130.18

101.62

64.54

102.33

125.99

237.40

132.90

99.30

69.40

93.86

89.28

98.26

58.81

99.56

102.48

72.37

(13)

302.78
135.21

206.88

143.58

247.33

142.82

205.58

180.60

139.21

129.23

272.04

135.39

145.84

109.22

121.77

124.14

124.41

79.07

150.30

112.94

73.99

114.75

140.66

294.32

162.84

127.68

86.30

118.49

110.82

126.04

76.82

136.88

147.76

106.52

(14)

Laki-laki +
Perempuan
Perempuan

125.16
97.62

69.10

111.84

187.00

147.29

209.26

203.90

128.43

128.31

301.00

94.85

112.72

78.21

122.55

98.19

98.04

44.93

98.62

76.06

40.93

68.49

88.72

122.64

86.84

109.85

82.71

118.06

91.68

140.24

65.57

119.11

157.09

115.84

(15)

Laki-laki

106.31
67.11

58.29

77.04

153.55

105.24

147.65

135.62

87.11

90.40

199.43

58.30

79.69

53.09

72.95

79.94

66.13

33.96

69.70

59.40

26.78

52.57

66.03

74.94

57.55

68.76

54.03

75.78

58.91

89.34

39.91

63.42

82.09

58.95

(16)

Perempuan

BTA Positif

Case Notification Rate/CNR (per 100.000 penduduk)


Semua Kasus

116.06
82.38

63.95

94.65

170.45

126.54

178.76

169.30

107.07

109.69

251.11

77.40

96.28

66.14

97.97

89.03

81.44

39.49

84.29

67.66

33.91

60.48

77.45

98.18

71.68

90.42

68.63

97.22

75.47

115.27

53.32

90.96

119.46

87.26

(17)

Laki-laki +
Perempuan

345

Keterangan: *kohort tahun 2011

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.11

4,377
21,060
6,713
4,787
3,425
8,117
1,770
7,727
1,405
1,907
25,937
63,053
39,704
2,419
41,571
14,898
3,179
5,556
5,863
5,681
2,476
4,905
4,206
5,854
3,215
11,052
3,975
1,826
1,545
3,679
1,204
1,723
6,499
321,308

(3)

Semua Kasus*

3,611
16,969
4,586
3,153
3,156
5,467
1,565
5,994
1,028
1,065
8,635
34,658
20,570
1,126
26,044
8,461
1,583
3,665
4,173
4,748
1,487
3,328
2,447
5,292
2,796
8,935
3,729
1,674
1,353
2,438
826
634
2,601
197,797

(4)

Kasus
BTA Positif*

3,222
15,440
3,786
2,199
2,783
4,675
1,327
5,243
885
709
5,973
29,679
16,804
906
22,282
7,801
1,182
2,812
3,049
4,402
939
2,921
1,852
4,830
2,442
7,818
3,215
1,382
1,121
1,652
466
196
1,533
165,526

(5)

Jumlah

Sembuh

89.2
91.0
82.6
69.7
88.2
85.5
84.8
87.5
86.1
66.6
69.2
85.6
81.7
80.5
85.6
92.2
74.7
76.7
73.1
92.7
63.1
87.8
75.7
91.3
87.3
87.5
86.2
82.6
82.9
67.8
56.4
30.9
58.9
83.7

(6)

%
181
653
206
378
135
514
149
358
18
120
1,075
2,216
1,107
71
1,341
520
181
497
224
108
269
146
217
217
127
136
274
235
96
302
200
81
444
12,796

(7)

Jumlah
5.0
3.8
4.5
12.0
4.3
9.4
9.5
6.0
1.8
11.3
12.4
6.4
5.4
6.3
5.1
6.1
11.4
13.6
5.4
2.3
18.1
4.4
8.9
4.1
4.5
1.5
7.3
14.0
7.1
12.4
24.2
12.8
17.1
6.5

(8)

Pengobatan Lengkap

3,403
16,093
3,992
2,577
2,918
5,189
1,476
5,601
903
829
7,048
31,895
17,911
977
23,623
8,321
1,363
3,309
3,273
4,510
1,208
3,067
2,069
5,047
2,569
7,954
3,489
1,617
1,217
1,954
666
277
1,977
178,322

(9)

Jumlah
Keberhasilan
Pengobatan

CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP


DAN ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

94.2
94.8
87.0
81.7
92.5
94.9
94.3
93.4
87.8
77.8
81.6
92.0
87.1
86.8
90.7
98.3
86.1
90.3
78.4
95.0
81.2
92.2
84.6
95.4
91.9
89.0
93.6
96.6
89.9
80.1
80.6
43.7
76.0
90.2

(10)

Success Rate/
Angka Keberhasilan
Pengobatan

346
6,845

Indonesia

update 11 maret 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

17
22
128
132
45
40
37
30
63
1,310
471
501
215
908
109
584
43
99
263
19
30
82
117
7
167
11
4
24
27
1,340

(3)

2010

7,004

32
6
130
118
47
41
18
11
34
31
1,332
480
546
34
1,052
188
567
81
41
160
20
16
91
133
21
212
66
8
3
42
76
1,367

(4)

2011

Jumlah Kasus Baru

5,686

27
120
128
62
62
6
28
99
649
184
798
243
822
205
650
123
44
89
14
22
34
144
43
206
56
14
3
117
38
17
639

(5)

2012

JUMLAH KASUS BARU AIDS DAN KASUS KUMULATIF AIDS


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.12

42,887

118
515
802
827
358
322
155
192
244
375
6,299
4,098
2,815
782
6,900
851
3,344
379
420
1,699
93
134
332
652
109
1,446
161
54
3
312
123
178
7,795

(6)

1987-2012

Jumlah Kasus
Kumulatif

347

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.13

21,591

26
1,347
212
337
86
226
55
93
85
743
5,186
1,535
993
310
2,731
400
1,628
93
360
643
21
21
392
186
38
692
6
6
21
216
14
390
2,499

(3)

2010

21,031

31
1,251
132
439
105
265
33
295
103
674
4,012
1,429
1,057
310
2,715
433
1,557
132
352
499
68
83
429
222
37
611
49
11
5
440
46
356
2,850

(4)

2011

Jumlah infeksi HIV

JUMLAH KASUS BARU INFEKSI HIV


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

21,511

26
1,337
133
314
203
230
40
335
132
792
3,926
1,416
1,110
272
2,912
395
1,737
110
242
465
46
88
392
212
86
524
71
8
7
295
92
535
3,028

(5)

2012

348

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Provinsi

No

Lampiran 3.14

27
0
120
128
62
62
6
0
28
99
649
184
798
243
822
205
650
123
44
89
14
22
34
144
43
206
56
14
3
117
38
17
639
5,686

(3)

Jumlah Kasus Baru


AIDS

1
521

3
1
4
2
76
1
1
1
1
5

10
10
1
15

4
0
32
5
11
2
1
0
0
1
244
16
24
5
44

(4)

Jumlah Kasus Baru


AIDS pada IDU
14.8
na
26.7
3.9
17.7
3.2
16.7
na
na
1.0
37.6
8.7
3.0
2.1
5.4
0.0
1.5
8.1
2.3
16.9
0.0
13.6
2.9
2.8
4.7
36.9
1.8
7.1
33.3
0.9
13.2
0.0
0.2
9.2

(5)

Persentase Kasus
Baru AIDS pada IDU

42,887

118
515
802
827
358
322
155
192
244
375
6,299
4,098
2,815
782
6,900
851
3,344
379
420
1,699
93
134
332
652
109
1,446
161
54
3
312
123
178
7,795

(6)

29
222
327
149
194
107
70
130
53
28
244
2,491
275
191
1,399
245
417
32
7
283
11
25
39
63
9
575
6
8
1
80
33
5
4
7,752

(7)

24.6
43.1
40.8
18.0
54.2
33.2
45.2
67.7
21.7
7.5
3.9
60.8
9.8
24.4
20.3
28.8
12.5
8.4
1.7
16.7
11.8
18.7
11.7
9.7
8.3
39.8
3.7
14.8
33.3
25.6
26.8
2.8
0.1
18.1

(8)

Jumlah
Persentase
Jumlah
Kasus Kumulatif AIDS Kasus Kumulatif AIDS
Kasus Kumulatif AIDS
pada IDU
pada IDU

JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2012

349

(2)

354
6,820
2,268
2,854
1,474
7,138
389
2,198
1,287
529
8,828
64,512
21,118
2,473
18,815
8,085
1,570
10,050
1,475
1,148
137
4,104
2,220
284
2,741
2,032
1,089
1,031
488
396
423
t.a.d
t.a.d
178,330

(3)

1,316
10,202
6,621
6,998
4,315
13,540
954
3,997
3,685
1,397
17,032
116,585
51,224
119
39,859
14,889
2,973
15,383
2,926
2,183
220
9,263
4,455
475
5,288
4,575
2,629
1,265
965
603
717
t.a.d
t.a.d
346,653

(4)

(5)

25
58
113
173
89
800
20
101
49
9
483
4,180
1,365
81
1,319
408
228
722
295
22
11
169
65
77
165
248
41
135
45
41
8
t.a.d
t.a.d
11,545

< 1 Tahun
(6)

23
206
124
74
94
482
20
202
83
31
468
3,956
2,203
1,020
1,456
512
166
620
38
36
22
359
103
113
124
375
29
122
46
56
17
t.a.d
t.a.d
13,180

1-4 Tahun
379
6,878
2,381
3,027
1,563
7,938
409
2,299
1,336
538
9,311
68,692
22,483
2,554
20,134
8,493
1,798
10,772
1,770
1,170
148
4,273
2,285
361
2,906
2,280
1,130
1,166
533
437
431
t.a.d
t.a.d
189,875

(7)

< 1 Tahun
1,339
10,408
6,745
7,072
4,409
14,022
974
4,199
3,768
1,428
17,500
120,541
53,427
1,139
41,315
15,401
3,139
16,003
2,964
2,219
242
9,622
4,558
588
5,412
4,950
2,658
1,387
1,011
659
734
t.a.d
t.a.d
359,833

(8)

1-4 Tahun

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita


Pneumonia Berat
Jumlah

JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2012

1-4 Tahun

Pneumonia
< 1 Tahun

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.15

1,718
17,286
9,126
10,099
5,972
21,960
1,383
6,498
5,104
1,966
26,811
189,233
75,910
3,693
61,449
23,894
4,937
26,775
4,734
3,389
390
13,895
6,843
949
8,318
7,230
3,788
2,553
1,544
1,096
1,165
t.a.d
t.a.d
549,708

(9)

Jumlah

(10)

%
3.84
13.19
18.89
18.33
19.45
29.49
7.75
8.57
40.34
10.55
27.92
43.16
23.50
10.69
16.51
22.58
12.65
59.24
10.58
8.31
1.75
37.92
19.34
4.19
30.87
8.68
16.24
24.17
13.60
7.18
11.25
0.00
0
23.42

350

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

379
6,878
2,381
3,027
1,563
7,938
409
2,299
1,336
538
9,311
68,692
22,483
2,554
20,134
8,493
1,798
10,772
1,770
1,170
148
4,273
2,285
361
2,906
2,280
1,130
1,166
533
437
431
t.a.d
t.a.d
189,875

(3)

1,339
10,408
6,745
7,072
4,409
14,022
974
4,199
3,768
1,428
17,500
120,541
53,427
1,139
41,315
15,401
3,139
16,003
2,964
2,219
242
9,622
4,558
588
5,412
4,950
2,658
1,387
1,011
659
734
t.a.d
t.a.d
359,833

(4)

1-4 Tahun
1,718
17,286
9,126
10,099
5,972
21,960
1,383
6,498
5,104
1,966
26,811
189,233
75,910
3,693
61,449
23,894
4,937
26,775
4,734
3,389
390
13,895
6,843
949
8,318
7,230
3,788
2,553
1,544
1,096
1,165
t.a.d
t.a.d
549,708

(5)

Jumlah
4
1
12
0
0
60
4
6
0
12
3
53
15
0
15
60
0
72
2
0
3
5
1
2
11
5
3
0
0
4
5
t.a.d
t.a.d
358

(6)

< 1 Tahun
2
55
9
0
0
4
2
8
0
11
0
23
3
0
39
55
1
11
1
0
1
1
0
0
15
4
1
1
0
1
3
t.a.d
t.a.d
251

(7)

1-4 Tahun
6
56
21
0
0
64
6
14
0
23
3
76
18
0
54
115
1
83
3
0
4
6
1
2
26
9
4
1
0
5
8
t.a.d
t.a.d
609

(8)

Jumlah

Jumlah Kematian Balita Karena Pneumonia

CASE FATALITY RATE PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2012
Penderita Pneumonia
< 1 Tahun

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Provinsi

No

Lampiran 3.16

1.06
0.01
0.50
0.00
0.00
0.76
0.98
0.26
0.00
2.23
0.03
0.08
0.07
0.00
0.07
0.71
0.00
0.67
0.11
0.00
2.03
0.12
0.04
0.55
0.38
0.22
0.27
0.00
0.00
0.92
1.16
t.a.d
t.a.d
0.19

(9)

< 1 Tahun

0.15
0.53
0.13
0.00
0.00
0.03
0.21
0.19
0.00
0.77
0.00
0.02
0.01
0.00
0.09
0.36
0.03
0.07
0.03
0.00
0.41
0.01
0.00
0.00
0.28
0.08
0.04
0.07
0.00
0.15
0.41
t.a.d
t.a.d
0.07

(10)

1-4 Tahun

CFR (%)

0.35
0.32
0.23
0.00
0.00
0.29
0.43
0.22
0.00
1.17
0.01
0.04
0.02
0.00
0.09
0.48
0.02
0.31
0.06
0.00
1.03
0.04
0.01
0.21
0.31
0.12
0.11
0.04
0.00
0.46
0.69
t.a.d
t.a.d
0.11

(11)

0-4 Tahun

351

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

10

11

12
13
14
15
16
17
18
19
20

21

22

23

24

25

26

27
28
29
30
31
32
33

Ket .

73

4,204

30

5
1
0
12
3
0
0
0
0

3
0
0
1

0
0
0
0
0
8
6

(4)

2010

(5)

1.74

0.00
0
0.00
0
0.00
22
2.68

3.67

0.00

0.00

0
2.86
0
1.02
1
0.00
0
0.00
0

0.00

0.00

0.00

0.00

2.48
0
0.00
1

CFR (%)

33

40
0
0
163

3,003

36
13
203
0
0
0
0

57

121

179

229
153
0
32
268
0
0
50
0

1,426

(6)

(7)

2011

12

1
1
0
0
0
0
0

1
0
0
0
1
0
0
0
0

2
0
0
2

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

0
0
0
0
0
37
224

169

817

1,068
35
0
1,181
385
0
0
0
0

: P = Penderita, M = Meninggal, CFR = Case Fatality Rate

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Sumatera Selatan

Jambi

121
0
51
116

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau

(2)

(1)

1
2
3
4

Provinsi

No

Lampiran 3.17

0.40

2.78
7.69
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

3.51

0.00

0.00

0.00

0.00

0.44
0.00
0.00
0.00
0.37
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00

0.14

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

5.00
0.00
0.00
1.23

(8)

CFR (%)

52
0
0
0
0
0
60

97

38
167
75
81
84
22
0
12
0

74

16

292

0
241
274
0

1,585

(9)

(10)

2012

23

0
0
0
0
0
0
3

0
2
1
0
0
0
0
0
0

0
2
6
0

1.45

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5.00

0.00

1.03

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00
1.20
1.33
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

2.74

0.00

0.00
0.83
2.19
0.00

(11)

CFR (%)

352

(2)

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.18

(3)

55.5
1.8
2.2
47.3
66.7
14.7
45.3
38.1
57.0
20.2
29.3
41.1
58.0
100.0
94.2
100.0
23.2
39.9
28.0
11.9
25.6
7.7
56.9
36.6

625,584
230,657
164,607
181,809
213,709
22,841
44,758
90,786
11,671
12,160
3,211
26,222
3,171,189
1,522,373
397,612
164,607
192,973
213,709
98,412
112,261
324,422
98,299
47,454
41,487
46,056
8,675,376

(5)

% Diare Ditangani

110,374
10,162
4,859
56,156
206,634
11,519
146,066
16,384
214,110
367,721
399,189

(4)

Diare Ditangani

198,883
560,673
221,295
118,838
309,696
78,492
322,461
42,964
375,324
1,823,561
1,363,524

Perkiraan Diare di
Fasilitas Kesehatan

PENEMUAN KASUS DIARE DITANGANI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

353

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

123,222,475

2,306,988
6,618,439
2,465,519
3,056,729
1,660,265
3,928,922
904,705
4,008,917
673,864
947,565
5,002,726
22,721,222
16,191,455
1,741,716
18,764,033
5,738,410
2,043,334
2,231,575
2,420,123
2,284,456
1,193,101
1,906,911
2,013,804
1,187,477
1,401,494
4,011,358
1,166,693
544,175
611,443
817,612
556,358
431,339
1,669,747

(3)

Laki-laki

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

ndonesia

Provinsi

No

Lampiran 3.19

121,553,322

2,305,385
6,636,243
2,506,643
2,878,701
1,588,747
3,791,123
866,625
3,780,706
626,019
899,901
4,866,964
21,934,564
16,395,133
1,784,154
19,242,380
5,480,677
2,012,026
2,369,455
2,454,215
2,186,938
1,096,350
1,861,302
1,811,005
1,139,039
1,334,249
4,203,421
1,157,158
542,331
608,791
801,177
532,436
385,647
1,473,817

(4)

Perempuan

Penduduk

244,775,797

4,612,373
13,254,682
4,972,162
5,935,430
3,249,012
7,720,045
1,771,330
7,789,623
1,299,883
1,847,466
9,869,690
44,655,786
32,586,588
3,525,870
38,006,413
11,219,087
4,055,360
4,601,030
4,874,338
4,471,394
2,289,451
3,768,213
3,824,809
2,326,516
2,735,743
8,214,779
2,323,851
1,086,506
1,220,234
1,618,789
1,088,794
816,986
3,143,564

(5)

Laki-laki +
Perempuan

518
127
11
103
88
1
9
16
4
52
68
162
18
18
66
126
142
157
348

210
15

112
24
12
16
15
9
5
21
12
6
45
319

2,855

(6)

PB

13,268

453
155
28
71
44
58
25
124
26
8
184
1,997
1,303
120
3,058
630
89
291
261
30
55
160
45
376
296
922
204
202
145
523
393
206
786

(7)

MB

Klasifikasi

16,123

565
179
40
87
59
67
30
145
38
14
229
2,316
1,513
135
3,576
757
100
394
349
31
64
176
49
428
364
1,084
222
220
211
649
535
363
1,134

(8)

PB + MB

10,483

366
115
36
53
29
38
21
88
26
8
147
1,505
1,044
88
2,217
469
77
236
227
21
42
132
46
278
226
802
144
145
114
383
305
192
862

(9)

Laki-laki

5,640

199
64
4
34
30
29
9
57
12
6
82
811
469
47
1,359
288
23
158
122
10
22
44
3
150
138
282
78
75
97
266
230
171
272

(10)

Perempuan

Jenis Kelamin

16,123

565
179
40
87
59
67
30
145
38
14
229
2,316
1,513
135
3,576
757
100
394
349
31
64
176
49
428
364
1,084
222
220
211
649
535
363
1,134

(11)

Laki-laki +
Perempuan

JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012

8.51

15.85
1.73
1.46
1.74
1.74
0.97
2.32
2.21
3.83
0.84
2.93
6.63
6.45
5.04
11.82
8.18
3.77
10.59
9.37
0.92
3.54
6.92
2.29
23.43
16.10
20.00
12.37
26.68
18.63
46.83
54.81
44.60
51.62

(12)

4.64

8.65
0.97
0.16
1.18
1.89
0.76
1.04
1.50
1.94
0.67
1.69
3.70
2.86
2.65
7.06
5.25
1.14
6.65
4.98
0.45
1.98
2.36
0.16
13.15
10.37
6.71
6.71
13.79
15.94
33.21
43.21
44.24
18.47

(13)

6.59

12.25
1.35
0.80
1.47
1.82
0.87
1.69
1.86
2.92
0.76
2.32
5.19
4.64
3.83
9.41
6.75
2.47
8.56
7.16
0.69
2.80
4.67
1.28
18.40
13.31
13.20
9.55
20.25
17.29
40.09
49.14
44.43
36.07

(14)

Case Detection Rate


per 100.000 Penduduk
Laki-laki +
Laki-laki
Perempuan
Perempuan

354

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2012

565
179
40
87
59
67
30
145
38
14
229
2,316
1,513
135
3,576
757
100
394
349
31
64
176
49
428
364
1,084
222
220
211
649
535
363
1,134
16,123

(3)

Jumlah
Penderita Baru

5
5
16
4
10
9

77
28

16
321
352
15
499
101
2
11
22
6
4
18
5
37
29
109
11
14
7
35
24
9
37
1,838

(4)

Jumlah

Cacat Tingkat 2
(5)

%
13.63
15.64
0.00
5.75
8.47
23.88
13.33
6.90
23.68
0.00
6.99
13.86
23.27
11.11
13.95
13.34
2.00
2.79
6.30
19.35
6.25
10.23
10.20
8.64
7.97
10.06
4.95
6.36
3.32
5.39
4.49
2.48
3.26
11.40

68
26
4
14
3
6
1
12
3
2
17
221
111
3
321
106
5
77
29
1
4
5
2
34
32
69
26
14
26
91
103
97
260
1,793

(6)

Jumlah

PROPORSI KECACATAN KUSTA TINGKAT 2 DAN KASUS KUSTA PADA ANAK 0-14 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.20

0 - 14 Tahun
%
(7)

12.04
14.53
10.00
16.09
5.08
8.96
3.33
8.28
7.89
14.29
7.42
9.54
7.34
2.22
8.98
14.00
5.00
19.54
8.31
3.23
6.25
2.84
4.08
7.94
8.79
6.37
11.71
6.36
12.32
14.02
19.25
26.72
22.93
11.12

355

(2)

6
2
1
2
1
6
0
4
1
0
0
14
0
0
29
32
0
1
0
8
0
1
2
1
1
3
1
0
0
0
0
0
3
119

(3)

Total

Update: 31 Mei 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Meninggal
4
2
0
2
1
4
0
3
0
0
0
2
0
0
15
17
0
0
0
2
0
1
2
1
0
2
0
0
0
0
0
0
1
59

(4)

(5)

Case Fatality Rate (%)

66.7
100.0
0.0
100.0
100.0
66.7
75.0
0.0
14.3
51.7
53.1
0.0
25.0
100.0
100.0
100.0
0.0
66.7
0.0
33.3
49.6

Dokter
(6)

1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3

Bidan/Perawat

5
2
1
2
0
3
0
1
0
0
0
11
0
0
20
12
0
0
0
2
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
3
64

(7)

Tradisional

0
0
0
0
1
2
0
3
1
0
0
2
0
0
2
6
0
0
0
1
0
0
0
0
1
3
1
0
0
0
0
0
0
23

(8)

Tanpa pemeriksaan

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
10
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20

(9)

Tidak Diketahui

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9

(10)

TT2+

0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
4
0
0
4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
14

(11)

TT1

1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
3
8
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
19

(12)

Tidak Diimunisasi

4
2
0
1
1
5
0
2
1
0
0
5
0
0
22
23
0
0
0
4
0
0
2
1
0
3
1
0
0
0
0
0
0
77

(13)

Tidak Diketahui

1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9

(14)

Dokter

1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2

(15)

Bidan/Perawat

3
0
1
2
0
0
0
2
0
0
0
10
0
0
4
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
27

(16)

Tradisional

2
2
0
0
1
5
0
2
1
0
0
2
0
0
23
30
0
1
0
6
0
1
1
0
1
2
1
0
0
0
0
0
0
81

(17)

Tidak Diketahui

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
9

(18)

Alkohol/Iodium

3
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
7
0
0
10
6
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
33

(19)

Tradisional

0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
4
0
0
2
20
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
32

(20)

Lain-lain

2
2
0
0
1
1
0
2
1
0
0
0
0
0
14
1
0
0
0
3
0
1
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
32

(21)

1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
3
0
0
3
5
0
1
0
3
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0
22

(22)

Tidak Diketahui

Perawatan Tali Pusat

Pemotongan Tali Pusat

6
0
1
1
0
1
0
2
1
0
0
11
0
0
13
26
0
1
0
1
0
0
0
1
0
2
1
0
0
0
0
0
3
71

(23)

Gunting

Faktor Risiko

0
0
0
0
0
4
0
2
0
0
0
3
0
0
13
2
0
0
0
3
0
1
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
31

(24)

Bambu

Penolong Persalinan

0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
7

(25)

Lain-lain

Status Imunisasi

0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10

(26)

Tidak Diketahui

Pemeriksaan Kehamilan

Dirawat di RS

6
0
0
0
0
4
0
1
1
0
0
10
0
0
28
30
0
0
0
3
0
1
1
0
0
2
1
0
0
0
0
0
3
91

(27)

Ya

JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

0
2
1
1
1
1
0
2
0
0
0
4
0
0
1
2
0
0
0
3
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
22

(28)

Tidak

Lampiran 3.21

0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6

(29)

Tidak Diketahui

356

(2)

(1)

Update: 31 Mei 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

1 Aceh
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu
8 Lampung
9 Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia

Provinsi

No

Lampiran 3.22

(3)

4,612,373
13,254,682
4,972,162
5,935,430
3,249,012
7,720,045
1,771,330
7,789,623
1,299,883
1,847,466
9,869,690
44,655,786
32,586,588
3,525,870
38,006,413
11,219,087
4,055,360
4,601,030
4,874,338
4,471,394
2,289,451
3,768,213
3,824,809
2,326,516
2,735,743
8,214,779
2,323,851
1,086,506
1,220,234
1,618,789
1,088,794
816,986
3,143,564
244,775,797

Jumlah Penduduk

1,262
297
424
271
374
408
174
619
74
386
1,895
2,618
490
1,093
1,207
1,846
31
23
62
406
93
50
385
110
323
740
91
47
3
15
0
9
161
15,987

(4)

Kasus
(5)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
4

Meninggal

Laporan Rutin

JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

(6)

27.36
2.24
8.53
4.57
11.51
5.28
9.82
7.95
5.69
20.89
19.20
5.86
1.50
31.00
3.18
16.45
0.76
0.50
1.27
9.08
4.06
1.33
10.07
4.73
11.81
9.01
3.92
4.33
0.25
0.93
0.00
1.10
5.12
6.53

IR (per 100.000 Penduduk)

357

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Update: 31 Mei 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Provinsi

No

Lampiran 3.23

88
19
30
27
33
60
18
52
4
42
351
150
22
148
143
245
9
3
2
34
26
0
34
16
58
71
4
5
0
0
0
0
34
1,728

1,960

(4)

Feb
83
30
30
43
49
66
14
47
13
53
324
183
74
154
176
261
16
8
2
84
21
7
52
13
43
85
7
0
0
0
0
0
22

(3)

Jan
126
19
46
49
29
17
14
68
20
43
351
142
47
143
192
210
1
1
1
61
0
6
74
9
36
102
10
2
2
8
0
0
17
1,846

(5)

Mar
93
25
63
32
35
48
14
91
6
54
221
166
8
105
174
176
0
3
27
56
14
7
54
9
31
69
4
10
0
6
0
1
29
1,631

(6)

Apr
106
25
39
54
33
40
31
71
4
37
229
411
18
70
230
206
0
0
3
36
0
7
59
27
21
70
11
15
0
0
0
3
16
1,872

(7)

Mei
67
29
34
6
38
16
14
39
4
38
0
323
27
65
71
171
2
1
11
38
0
8
30
6
35
48
6
7
0
0
0
0
6
1,140

(8)

Jun
64
49
35
7
25
39
15
37
12
27
280
314
14
57
27
116
1
1
0
17
6
8
20
6
11
55
10
3
0
0
0
3
13
1,272

(9)

Jul

716

43
33
19
9
17
15
7
20
1
16
139
169
3
29
34
61
0
0
0
1
4
2
29
6
4
44
2
0
1
0
0
0
8

(10)

Ags

Jumlah Kasus per Bulan

JUMLAH KASUS CAMPAK PER BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

833

140
36
19
9
23
20
17
32
4
13
0
204
20
49
36
83
1
6
14
17
6
1
12
3
15
46
4
0
0
0
0
0
3

(11)

Sep

1,094

165
18
34
11
31
26
14
46
3
20
0
169
95
93
77
114
1
0
1
29
6
4
15
9
18
68
14
3
0
1
0
0
9

(12)

Okt

1,036

110
11
13
18
30
32
13
76
3
19
0
202
109
138
23
119
0
0
1
8
0
0
4
3
29
62
6
2
0
0
0
1
4

(13)

Nov

(14)

859

177
3
62
6
31
29
3
40
0
24
0
185
53
42
24
84
0
0
0
25
10
0
2
3
22
20
13
0
0
0
0
1
0

Des

15,987

1,262
297
424
271
374
408
174
619
74
386
1,895
2,618
490
1,093
1,207
1,846
31
23
62
406
93
50
385
110
323
740
91
47
3
15
0
9
161

(15)

Total

358

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

32

33

Update: 31 Mei 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2012

Indonesia

Maluku

31

Sulawesi Tenggara

27

30

Sulawesi Selatan

26

Gorontalo

Sulawesi Tengah

25

Sulawesi Barat

Sulawesi Utara

24

28

Kalimantan Timur

29

Kalimantan Selatan

22

1,546

26

80

20

10

52

20

229

126

23

Jawa Timur

15

68

17

DI Yogyakarta

14

Kalimantan Tengah

Jawa Tengah

13

211

Kalimantan Barat

Jawa Barat

12

48
269

21

DKI Jakarta

11

20

Kepulauan Riau

10

13

41

Nusa Tenggara Timur

Kepulauan Bangka Belitung

Nusa Tenggara Barat

Lampung

19

Bengkulu

38

48

18

Sumatera Selatan

Banten

Jambi

17

Bali

Riau

34

23

128

16

Sumatera Barat

(3)

Total
(4)

333

21

21

10

41

67

21

47

15

3,702

67

18

151

111

16

100

12

20

41

16

524

263

116

44

654

525

94

87
31

26

94

73

76

75

125

328

(5)

Total

16

109

30

11

66

11

13

31

12

158

219

74

28

347

50

20

63

16

64

41

38

38

72

79

1,619

(6)

Divaksinasi

1-4 Tahun

48

20

24

212

100

52

85

12

33

70

30

11

627

441

279

94

947

446

131

13

185

59

146

110

92

145

95

426

4,953

(7)

Total

10

14

12

142

11

17

61

10

26

36

2,533

11

25

131

71

22

59

15

77

14

12

206

182

229

56

395

239

43

158

37

56

82

41

94

36

208

(9)

Total

21

83

11

45

10

35

11

60

144

159

39

184

18

130

30

36

47

25

61

24

48

1,252

(10)

Divaksinasi

10-14 Tahun

173

354

207

68

517

68

154

54

104

84

61

71

49

117

2,456

(8)

Divaksinasi

5-9 Tahun

Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (Tahun)

JUMLAH KASUS CAMPAK DAN KASUS CAMPAK YANG DIVAKSINASI


MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2012

17

13

16

11

Divaksinasi

<1 Tahun

17

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 3.24

14

18

947

47

4
166

21

31

45

106

195

17

184

19

95

32

40

26

15

26

17

14

(12)

Divaksinasi

10

89

15

21

198

10

260

195

401

279

411

416

70

10

148

45

74

61

45

76

18

172

3,253

(11)

Total

> 14 Tahun

161

15

47

91

740

323

110

385

50

93

406

62

23

31

1,846

1,207

1,093

490

2,618

1,895

386

74

619

174

408

374

271

424

297

1,262

15,987

(13)

Total Kasus

(14)

6,607

24

24

54

402

48

40

224

33

53

117

22

21

17

477

890

656

157

1,279

170

39

459

132

257

214

144

207

170

267

Total
Divaksinasi

41.33

14.91

33.33

na

33.33

66.67

51.06

59.34

54.32

14.86

36.36

58.18

66.00

56.99

28.82

35.48

91.30

54.84

25.84

73.74

60.02

32.04

48.85

na

44.04

52.70

74.15

75.86

62.99

57.22

53.14

48.82

57.24

21.16

(15)

Proporsi
Divaksinasi
terhadap
Kasus

359

(2)

Update: 31 Mei 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2012

Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.25

13
12
8
2
17
4
4
10
1
0
0
21
12
9
0
14
0
2
0
3
0
3
2
3
11
0
4
1
0
1
0
0
3
160

(3)

Total KLB

12
12
6
2
15
3
3
10
1
0
0
17
11
9
0
11
0
2
0
3
0
3
1
3
10
0
4
1
0
0
0
0
2
141

(4)

Frekuensi KLB
dengan Spesimen > 5
12
12
6
2
15
3
3
10
1
0
0
17
11
9
0
11
0
2
0
3
0
3
1
3
10
0
4
1
0
0
0
0
2
141

(5)

Frekuensi KLB
dengan Investigasi
Penuh
10
1
6
2
11
0
3
9
1
0
0
0
1
0
0
9
0
0
0
3
0
3
0
3
0
0
4
1
0
0
0
0
0
67

(6)

Frekuensi KLB
dengan Laporan ke
Pusat

Laporan KLB

FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

193
190
169
83
146
30
48
138
17
0
0
315
143
176
0
134
0
18
0
39
0
55
18
45
208
0
70
16
0
5
0
0
47
2,303

(7)

Total Kasus

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
4

(8)

Meninggal

360

Update: 31 Mei 2013

6
8
4
1
9
1
1
1
0
0
0
2
1
2
0
7
0
2
0
2
0
1
2
1
7
0
2
0
0
1
0
0
3
64

856

(4)

1,112

116
139
118
42
68
6
8
7
0
0
0
64
16
89
0
46
0
18
0
34
0
33
18
9
179
0
50
0
0
5
0
0
47

(5)

Kasus

73

3
2
4
1
7
2
1
8
1
0
0
18
10
4
0
5
0
0
0
0
0
2
0
2
2
0
0
1
0
0
0
0
0

(6)

Frekuensi

905

21
13
51
41
64
11
12
113
17
0
0
245
122
31
0
76
0
0
0
0
0
22
0
36
14
0
0
16
0
0
0
0
0

(7)

Kasus

Rubella

2
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

(8)

Frekuensi

103

38
0
0
0
14
0
0
18
0
0
0
6
0
22
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

(9)

Kasus

(Campak dan Rubella)

Gabungan

Konfirmasi Laboratorium

14

2
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
1
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
0
0

(10)

Frekuensi

170

18
38
0
0
0
0
28
0
0
0
0
0
5
34
0
12
0
0
0
0
0
0
0
0
15
0
20
0
0
0
0
0
0

(11)

Kasus

Negatif

KLB CAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Campak
Frekuensi

64
61
38
10
100
19
20
56
7
0
0
115
59
45
0
69
0
10
0
18
0
15
9
16
54
0
23
5
0
4
0
0
39

(3)

Total Darah
(Serum) Sampel

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 3.26

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

(12)

Frekuensi

13

0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

(13)

Kasus

Pending Lab.

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

(14)

Frekuensi

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

(15)

Kasus

Tanpa Spesimen

361

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

Update: 31 Mei 2013

0
10

17

10

(4)

14

(3)

Divaksinasi

<1 Tahun

Kasus

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Sulawesi Barat

Maluku

29

Gorontalo

28

30

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

Sulawesi Tengah

25

27

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

23

Kalimantan Selatan

22

24

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

20

Nusa Tenggara Timur

19

21

Bali

Nusa Tenggara Barat

17

18

Jawa Timur

Banten

DI Yogyakarta

16

Jawa Tengah

13

14

15

Jawa Barat

12

Kep. Bangka Belitung

Kepulauan Riau

Lampung

DKI Jakarta

Bengkulu

10

Sumatera Selatan

11

Riau

Jambi

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 3.27

266

23

185

16

20

(5)

Kasus

191

158

15

(6)

Divaksinasi

1-4 Tahun

355

18

20

275

13

(7)

Kasus

209

187

13

(8)

208

18

167

(9)

Kasus

96

85

(10)

Divaksinasi

10-14 Tahun

346

12

313

(11)

Kasus

58

54

(12)

Divaksinasi

> 14 Tahun

Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (tahun)

Divaksinasi

5-9 Tahun

5-9

JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR


DAN PROVINSI TAHUN 2012

1,192

50

13

61

15

13

954

32

31

(13)

Total
Kasus

564

494

30

(14)

Total
Divaksinasi

47.32

na

na

na

na

66.67

na

na

10.00

na

na

61.54

0.00

na

40.00

na

na

100.00

30.77

51.78

100.00

93.75

25.81

na

50.00

0.00

na

100.00

20.00

na

0.00

0.00

na

0.00

(15)

Proporsi
Divaksinasi
Terhadap Total
Kasus

76

12

13

37

(16)

Total
Meninggal

6.38

na

na

na

na

0.00

na

na

24.00

na

na

0.00

21.31

na

26.67

na

na

0.00

30.77

3.88

0.00

0.00

3.23

na

0.00

100.00

na

100.00

0.00

na

0.00

100.00

na

100.00

(17)

Case
Fatality
Rate
(%)

362

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Update: 31 Mei 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Provinsi

No

Lampiran 3.28

0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
3
2
0
80
1
0
0
0
0
0
9
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
100

151

(4)

Feb

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
1
0
88
5
0
0
0
0
0
40
0
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0

(3)

Jan

102

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
2
2
0
77
1
1
0
0
3
0
6
1
0
0
8
0
0
0
0
0
0
0

(5)

Mar

98

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
3
0
86
2
0
0
0
3
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0

(6)

Apr

135

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
2
0
115
2
0
0
0
1
0
3
0
0
0
7
0
0
2
0
0
0
0

(7)

Mei

109

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
4
8
0
79
0
0
0
0
1
0
3
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0

(8)

Jun

100

0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
8
0
79
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0

(9)

Jul

67

0
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
1
2
0
57
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

(10)

Ags

Jumlah Kasus per Bulan

JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

46

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
4
0
34
0
0
0
0
1
0
0
4
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

(11)

Sep

74

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
64
1
0
0
0
2
0
0
4
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0

(12)

Okt

100

1
0
0
0
0
1
0
0
0
2
0
1
0
0
93
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

(13)

Nov

110

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
102
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0

(14)

Des

1,192

1
0
2
4
0
5
1
0
1
2
0
31
32
2
954
13
2
0
0
15
0
61
13
0
0
50
0
0
3
0
0
0
0

(15)

Total

363

(2)

Keterangan: Update 24 Juni 2013

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

65
101
52
43
37
88
18
68
16
11
65
337
198
40
240
83
26
48
96
37
14
23
26
27
37
53
22
22
8
13
6
8
23
1,951

71,592,979

(4)

2.77

4.33
2.30
3.25
2.15
3.70
3.83
3.60
2.96
4.00
2.20
2.71
2.59
2.30
5.00
2.58
2.44
2.60
3.43
5.33
2.64
2.00
2.09
2.17
4.50
4.11
2.12
2.75
7.33
2.00
2.17
1.50
2.67
2.09

(5)

Non Polio AFP Rate


Jumlah Kasus Non Polio AFP per 100.000 Penduduk
Usia
< 15 Tahun

1,492,074
4,443,254
1,603,696
2,032,665
1,015,161
2,372,855
548,392
2,315,044
394,142
567,406
2,387,511
13,277,953
8,579,423
780,420
9,388,737
3,442,514
1,069,703
1,446,302
1,781,865
1,411,369
695,948
1,116,145
1,211,330
654,625
924,246
2,561,348
829,043
354,976
450,488
600,211
396,067
288,531
1,159,535

(3)

Jumlah Penduduk
Berusia < 15 Tahun

JUMLAH KASUS NON POLIO AFP DAN NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Lampiran 3.29

364

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

Indonesia

21

22

23

24

25

26
27
28
29
30
31
32
33

Keterangan: K= Kasus

M= Meninggal

47
42
13
1
9
31
2
0
0

134

1
0
0
0
0
0
0
0

40
35
12
1
6
28
2
0
0

0
7
1

(4)

0.0

77.8

0.0
87.5
25.0

82.7

100.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

85.1
83.3
92.3
100.0
66.7
90.3
100.0
0.0
0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

100.0

(5)

CFR

12

0
0
0
0
0
0
0
0

4
4
0
1
0
0
3
0
0

0
0
0

(6)

10

0
0
0
0
0
0
0
0

3
3
0
1
0
0
3
0
0

0
0
0

(7)

2011

0.0
0.0
0.0

83.3

0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

100.0
50.0
100.0
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0
0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

100.0

(8)

CFR

0
0
0
0
0
0
0
0

1
2
0
1
0
1
1
1
0

0
0
0
0
0
0
0
0

1
2
0
1
0
1
1
1
0

0
0

0
0
0

(10)

0
0
0

(9)

2012

JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CASE FATALITY RATE (%) FLU BURUNG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2012
2005 - 2009

CFR = Case Fatality Rate

: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

162

Kalimantan Barat

20

Sumber

1
0
0
0
0
0
0
0

DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur

Kepulauan Riau

Bengkulu

11
12
13
14
15
16
17
18
19

Sumatera Selatan

10

Jambi

Lampung

Riau

0
8
4

Kepulauan Bangka Belitung

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat

1
2
3

K
(3)

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 3.30

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0
0.0
0.0

100.0

0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

100.0
100.0
0.0
100.0
0.0
0.0
100.0
0.0
0.0

(11)

CFR

192

1
0
0
0
0
0
0
0

52
48
13
3
9
32
6
1
0

10

0
8
4

(12)

160

1
0
0
0
0
0
0
0

44
40
12
3
6
29
6
1
0

0
7
1

(13)

0.0

77.8

0.0
87.5
25.0

83.3

100.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

85.1
83.3
92.3
100.0
66.7
90.3
100.0
0.0
0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

100.0

(14)

CFR

Total Kumulatif (2005-2012)

365

Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

26
27
28
29
30
31
32
33

8,275,996
2,263,453
1,071,392
1,193,436
1,579,545
1,069,252
783,251
2,918,445
245,447,224

2,714,117

2,338,764

3,659,815

3,735,494

4,629,341
13,371,956
4,992,423
5,704,640
3,185,101
8,385,220
1,767,021
7,836,825
1,260,022
1,729,575
9,892,670
44,346,292
33,354,849
3,561,292
38,601,885
10,951,365
4,007,565
4,635,317
4,824,445
4,527,959
2,278,500

(3)

Populasi
Berisiko

28,884
26,138
14,872
29,786
37,969
27,036
131,585
485,086
2,051,425

69,595

44,415

25,259

23,121

40,512
104,214
4,598
18,808
38,497
23,347
49,478
25,655
64,118
17,404
28,515
66,188
2,737
85,380
408,357
87,108
42,763

(4)

Suspek

22,554
14,876
6,805
13,721
22,982
18,076
114,349
363,510
1,429,139

27,717

21,940

14,656

12,753

24,768
35,884
3,649
9,659
26,069
9,414
30,579
17,658
53,521
6,954
28,515
64,429
2,729
61,944
332,945
46,642
19,841

(5)

Pemeriksaan
Mikroskopik

28,479
25,329
14,856
32,569
31,438
25,494
122,075
414,844
1,900,725

62,319

44,380
34,602

22,440

22,938

42,423
94,611
4,146
17,785
34,974
21,462
44,954
25,036
63,976
16,277
0
28,515
64,429
0
0
2,729
0
88,994
380,881
79,661
40,442
24,709

(7)

Total

10,053

10,185

17,655
58,727
497
8,126
8,905
12,048
14,375
7,378
10,455
9,323
27,050
47,936
33,019
20,601

5,925
10,453
8,051
18,848
8,456
7,418
7,726
51,334
471,586

(6)

Rapid
Diagnostic Test

Sediaan Darah Diperiksa

JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

24

Kalimantan Timur

23

25

Kalimantan Selatan

22

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Provinsi

No

Lampiran 3.31

1,580
1,797
1,757
1,462
11,716
5,430
40,940
176,730
417,819

6,761

5,487

4,204

7,701

2,032
11,253
1,231
1,151
4,100
1,638
9,398
1,380
3,351
4,278
0
650
1,138
210
958
228
0
3,804
93,645
3,870
7,939

(8)

Positif

0.19
0.79
1.64
1.23
7.42
5.08
52.27
60.56
1.69

2.49

2.35

1.15

2.06

3.48

0.44
0.84
0.25
0.20
1.29
0.20
5.32
0.18
2.66
2.47
0.00
0.01
0.03
0.06
0.02
0.02
0.00
0.82
19.41
0.85

(9)

Annual Parasite
Incidence (API)

366

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

22

23

24

25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Kalimantan Tengah

21

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Provinsi

No

Lampiran 3.32

2.47

2.56
0.31
0.28
4.13
0.57
8.94
8.91
46.10
18.35

2.04
3.37

2.53
1.04

0.25
0.28
0.57
0.23
2.12
0.54
4.70
0.33
8.09
1.34
0.00
0.58
0.07
0.00
0.71
0.03
0.17
4.88
20.35
0.65

(3)

2008

1.85

1.35
0.47
0.22
0.54
0.85
7.37
8.91
27.66
9.94

0.93
4.57

1.38
1.06

0.48
0.25
0.41
0.47
1.89
0.45
4.36
0.78
7.87
1.12
0.00
0.36
0.08
0.30
0.47
0.14
0.02
1.93
15.62
0.54

(4)

2009

1.96

2.08
0.35
0.46
1.71
0.55
5.43
6.45
17.86
18.03

0.47
1.63

3.48
0.79

0.54
0.61
0.11
0.24
1.64
0.45
4.26
0.32
5.06
0.86
0.00
0.43
0.10
0.01
0.10
0.03
0.03
1.81
12.14
0.45

(5)

2010

API

ANNUAL PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008-2012

1.75

3.08
0.38
1.36
1.90
1.91
3.97
2.37
33.25
23.34

1.12
2.52

3.08
2.29

0.44
0.46
0.16
0.37
1.60
0.19
3.02
0.46
2.28
1.38
0.00
0.47
0.01
0.00
0.01
0.03
0.00
0.52
14.75
1.91

(6)

2011

1.69

2.49
0.19
0.79
1.64
1.23
7.42
5.08
52.27
60.56

1.15
2.35

3.48
2.06

0.44
0.84
0.25
0.20
1.29
0.20
5.32
0.18
2.66
2.47
0.00
0.01
0.03
0.06
0.02
0.02
0.00
0.82
19.41
0.85

(7)

2012

367

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

23

24

25

26
27
28
29
30
31
32
33

Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

21

22

Kalimantan Barat

20

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Provinsi

No

8,328,957
2,230,932
1,012,191
1,145,922
1,533,506
1,060,539
564,085
1,692,389
243,185,460

2,657,646

2,265,937

3,874,580

3,449,117

2,371,153

4,249,142

4,486,570
12,893,642
4,733,392
5,733,721
3,249,012
7,593,425
1,804,085
7,608,405
1,265,379
2,006,720
9,738,293
43,842,907
36,745,961
3,448,072
38,054,487
10,285,371
4,021,191
4,434,012
4,804,719

(3)

Jumlah Penduduk
(5)

2,333
373
212
581
107
65
18
450
90,245

2,259

28.01
16.72
20.94
50.70
6.98
6.13
3.19
26.59
37.11

85.00

55.30

84.32

3,267
1,253

44.85

67.06

39.16

50.57
36.82
66.72
19.43
30.59
42.71
53.60
68.44
84.95
53.62
68.48
44.85
19.29
28.16
21.49
32.69
65.90
21.67
23.62

1,547

1,590

1,664

2,269
4,747
3,158
1,114
994
3,243
967
5,207
1,075
1,076
6,669
19,663
7,088
971
8,177
3,362
2,650
961
1,135

(4)

Jumlah Kasus

Incidence Rate
per 100.000 Penduduk

23
2
5
0
6
0
2
2
816

22

16

29

25

15

21

7
36
20
16
22
24
7
38
25
13
4
167
108
2
116
29
3
3
8

(6.)

Jumlah Kasus
Meninggal

Demam Berdarah Dengue

0.99
0.54
2.36
0.00
5.61
0.00
11.11
0.44
0.90

0.97

1.28

0.89

1.62

0.94

1.26

0.31
0.76
0.63
1.44
2.21
0.74
0.72
0.73
2.33
1.21
0.06
0.85
1.52
0.21
1.42
0.86
0.11
0.31
0.70

(7)

Case Fatality Rate (%)

JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (%)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Lampiran 3.33

368

Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Sulawesi Utara

24

Kalimantan Tengah

21

Kalimantan Selatan

Kalimantan Barat

20

Kalimantan Timur

Nusa Tenggara Timur

19

22

Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

23

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan

(2)

(1)

(3)

15

14

13

14

14

21

10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10

23
33
19
12
11
15

11
24
12
6
5
11
9
11
29
497

Kab/Kota

Jumlah

(4)

Jumlah

11
21
8
6
4
1
6
2
7
400

12

14

13

14

11

10
11
7
6
6
26
35
5
38
8
9
9

21
22
16
12
7
13

2010
(5)

100.00
87.50
66.67
100.00
80.00
9.09
66.67
18.18
24.14
80.48

80.00

100.00

100.00

100.00

78.57

42.86

100.00
78.57
100.00
85.71
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
90.00

91.30
66.67
84.21
100.00
63.64
86.67

%
(6)

Jumlah

10
20
5
4
3
2
4
0
0
374

14

11

11

12

10
11
7
4
6
26
35
5
38
8
9
8

22
23
17
12
9
14

(7)

90.91
83.33
41.67
66.67
60.00
18.18
44.44
0.00
0.00
75.25

53.33

100.00

84.62

78.57

85.71

28.57

100.00
78.57
100.00
57.14
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
80.00

95.65
69.70
89.47
100.00
81.82
93.33

Kabupaten/kota terjangkit
2011

JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

1
2
3
4
5
6

Provinsi

No

Lampiran 3.34

(8)

Jumlah

11
23
7
6
4
6
5
3
6
417

12

14

13

13

14

11

10
11
7
5
6
26
35
5
38
8
9
9

22
25
18
12
9
14

2012

100.00
95.83
58.33
100.00
80.00
54.55
55.56
27.27
20.69
83.90

80.00

100.00

100.00

92.86

100.00

52.38

100.00
78.57
100.00
71.43
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
90.00

95.65
75.76
94.74
100.00
81.82
93.33

%
(9)

369

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat*
Papua*

24

25
26
27
28
29
30
31
32
33

Ket

591
99
1,267
325
97
778
50
0
0
78,203

1,412

42

65

566

524
3,714
858
1,293
704
144
261
1,018
0
1
0
294
0
0
0
119
60,434
0
3,547
0

(3)

GHPR

81.0%

371
85
478
127
50
359
40
0
0
63,334

439

53

390

471
2,848
514
1,082
475
75
181
76
0
0
0
183
0
0
0
106
52,775
0
2,154
0

(4)

VAR

2010

2,961
976
2,454
1,134
440
307
3,206
237
0
0
83,523

3
0
4
2
5
21
1
0
0
206

315

179

935

280
3,909
2,586
930
764
1,585
788
826
0
0
0
383
0
0
0
30
52,798
0
5,500
0

(6)

GHPR

10

0
35
5
2
3
2
0
3
0
1
0
1
0
0
0
0
82
0
25
0

(5)

LYSSA

85.3%

660
1,053
959
226
204
2,074
232
0
0
71,273

1,086

260

171

636

184
2,745
1,923
698
555
1,374
563
725
0
0
0
174
0
0
0
0
49,900
0
4,871
0

(7)

VAR

2011

21
0
5
3
0
31
6
0
0
182

26

0
31
7
6
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
0
12
0

(8)

LYSSA

SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA


TAHUN 2010-2012

update 28 Juni 2013

* daerah bebas rabies

: GHPR = Gigitan Hewan Penular Rabies (belum confirmed lab), VAR = Kasus digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies, LYSSA = Positif rabies dan mati

Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI

Persentase (%)

Indonesia

Kalimantan Selatan

Kalimantan Tengah

21

Kalimantan Timur

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung*
Kepulauan Riau*
DKI Jakarta*
Jawa Barat
Jawa Tengah*
DI Yogyakarta*
Jawa Timur*
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat*
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

22

(2)

(1)

23

Provinsi

No

Lampiran 3.35

603
119
1,265
92
0
198
2,045
0
0
84,750

1,201

413

1,197

458

138
4,563
2,606
1,500
0
674
982
0
775
450
14
530
0
0
0
0
55,836
0
5,564
3,527

(9)

GHPR

87.7%

601
0
825
74
0
152
1,501
0
0
74,331

841

389

960

292

103
3,816
1,975
1,252
0
516
681
0
607
413
9
192
0
0
0
0
52,250
0
5,176
1,706

(10)

VAR

2012

0
0
5
0
0
3
19
0
0
137

0
18
14
0
0
0
1
0
3
1
0
1
0
0
0
0
8
0
7
35

(11)

LYSSA

370

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Sulawesi Utara

Kalimantan Timur

23
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

Kalimantan Selatan

22
24

Kalimantan Tengah

21

25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Provinsi

451
60
208
224
96
70
27
985
1,127
11,699

30

409

385

225

2,359
141
274
532
257
210
94
74
207
31
53
404
395
37
219
91
18
71
1,682
253

2008

451
128
201
224
96
70
27
988
1,158
11,914

30

409

385

225

2,359
141
274
532
257
210
94
74
207
31
53
474
412
37
219
76
18
71
1,730
253

2009

451
128
107
224
96
70
27
988
1,343
11,969

30

409

385

225

2,359
141
274
532
221
210
94
74
207
31
53
474
412
37
219
76
18
71
1,730
253

(7)

2010

468
129
119
224
96
70
27
988
1,343
12,066

30

409

385

238

2,359
148
274
532
222
210
94
74
207
31
53
480
412
37
238
81
18
71
1,730
269

2011

Jumlah Kasus Klinis Filariasis

JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA


TAHUN 2008-2012

No

Lampiran 3.36

(8)

503
133
119
224
96
70
27
988
1,346
11,932

30

409

422

238

2,359
186
193
310
300
185
85
74
207
39
53
480
412
37
238
81
18
71
1,730
269

2012

371

(2)

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Timur

(1)

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Selatan

(2)

Jawa Tengah

(1)

Provinsi

4
28

31

24

(10)

Diobati

2010

43

23

14

(7)

2010
M

24

(9)

Kasus

: K= Kasus, M= Meninggal, CFR=Case Fatality Rate

Ket.

No.

: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

398

19

230

133

15

(6)

K
IR

857

626

184

29

11

(9)

K
IR

82

43

33

(10)

2011
M

1
0

(11)

Meninggal

41

14

27

(12)

Kasus

41

14

27

(13)

Diobati

2011

SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

10.80

0.00

31.58

10.00

10.53

0.00

0.00

(8)

CFR

0
0

(14)

Meninggal

9.57

0.00

40.00

6.87

17.93

13.79

0.00

(11)

CFR
(9)

K
IR

22

18

(12)

Kasus

239

28

72

129

10

JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) LEPTOSPIROSIS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2012

SITUASI PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DI INDONESIA TAHUN 2012

Sumber

Indonesia

Provinsi

No

Lampiran 3.37

22

18

(13)

Diobati

2012

29

20

(10)

2012
M

0
0

(14)

Meninggal

12.13

0.00

7.14

9.72

15.50

0.00

0.00

(11)

CFR

372
4
3
2
2
1
1
1
1

15 Ledakan Akibat Gas

16 Kegagalan Teknologi

17 Banjir Bandang dan Tanah Longsor

18 Banjir Lahar Dingin

19 Longsor Sampah

20 Gelombang Besar dan Angin Siklon Tropis

21 Abrasi Air Laut

22 Banjir Bandang dan Angin Siklon Tropis

Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis, 2013

489

14 Ledakan Bom

Jumlah

15

9 Gempa Bumi

13 Gelombang Besar

29

8 Banjir Bandang

39

7 Keracunan/KLB

43

6 Tanah Longsor

12 Tersambar Petir

49

5 Angin Siklon Tropis

11 Banjir dan Tanah Longsor

50

4 Konflik Sosial

69

3 Banjir

10 Erupsi Gunung Api

75

2 Kecelakaan Transportasi

(3)

78

(2)

(1)

Frekuensi

675

20

13

38

22

54

23

65

314

88

(4)

Meninggal

2,294

36

21

12

82

94

1,030

41

269

25

546

129

(5)

Luka Berat/
Rawat Inap

6,858

200

15

112

11

12

230

184

1,009

65

182

1,624

2,381

572

247

Luka Ringan/
Rawat Jalan

REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA DAN JUMLAH KORBAN


TAHUN 2012

1 Kebakaran

Jenis Bencana

No

Lampiran 3.38

256

10

14

14

14

175

(6)

Hilang

(7)

74,141

428

10,139

931

5,737

5,268

3,000

818

1,066

3,958

34,454

211

8,130

Pengungsi

LAMPIRAN
BAB 4. SITUASI UPAYA KESEHATAN

373

374

150,110
74,687

5 Jambi

109,891

112,295
133,133

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

4,973,806

5,136,041

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

27,233

54,349

33 Papua

19,860

25,464

27,609

39,526

21,942

42,207

30 Maluku

26,040
30,042

32 Papua Barat

24,487
30,857

28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat

56,914

182,344

79,059

89,726

31 Maluku Utara

62,363

27 Sulawesi Tenggara

58,524

63,498
180,414

44,913

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

92,530

23 Kalimantan Timur

26 Sulawesi Selatan

42,909

85,647

22 Kalimantan Selatan

46,353

49,231

21 Kalimantan Tengah

95,548

99,674

20 Kalimantan Barat

117,914

72,602

238,079

617,301

59,176

74,404

239,027

17 Bali

636,456

59,176

14 DI Yogyakarta

16 Banten

618,598

13 Jawa Tengah

15 Jawa Timur

930,867

933,856
611,746

189,550

189,828

11 DKI Jakarta

49,043

30,789

165,126

40,860

166,536

72,394

150,645

123,951

305,806

101,988

(4)

K1

12 Jawa Barat

30,649
50,931

9 Kepulauan Bangka Belitung

176,364

8 Lampung

10 Kepulauan Riau

40,808

7 Bengkulu

177,433

117,429

3 Sumatera Barat

4 Riau

6 Sumatera Selatan

331,834

2 Sumatera Utara

(3)

109,302

(2)

(1)

Jumlah

92.16

93.31

78,581

92.17

96.84

50.11

90.51

92.23

93.65

97.36

106.34

91.26

101.07

4,631,735

18,741

14,117

23,464

33,975

23,189
24,919

56,643

167,819

51,762

39,816

85.44
95.54

74,970

44,288

89,037

90,090

102,566

70,272

201,816

578,339

53,532

591,677

871,278

182,942

47,090

29,249

161,939

38,881

166,144

70,321

129,153

105,708

300,673

98,744

(6)

K4

104.76

94.15

95.86

88.57

97.86

97.58

99.60

96.99

100.00

98.89

99.68

99.85

96.29

100.46

93.63

100.13

93.86

96.93

100.36

105.55

(5)

% K1

Ibu Hamil

(7)

90.18

34.48

64.34

84.99

80.50

80.76

94.70

90.83

93.02

81.52

88.65

84.92

87.53

89.96

89.33

67.67

91.34

94.45

84.43

90.87

90.46

95.65

93.30

96.37

92.46

95.43

91.82

95.28

93.64

94.15

86.04

90.02

90.61

90.34

% K4

4,902,585

51,879

20,945

26,354

40,289

23,374
29,454

59,528

172,213

60,612

42,872

88,324

81,754

46,993

95,143

127,082

107,191

71,022

228,162

607,526

56,486

590,480

891,408

181,199

48,616

29,256

168,347

38,953

169,368

71,292

143,287

112,091

316,751

104,334

(8)

Jumlah

88.64

4,345,648

65.15

80.61

78.07

81.42

93.61

83.02

91.97

79.99

88.63

83.87

85.73

84.83

89.54

69.41

88.89

95.82

85.87

89.12

98.62

97.34

89.85

97.86

97.95

97.95

81.90

95.03

89.41

86.91

79.24

89.10

87.80

89.78

43.54

13,646

21,245

31,454

21,881
23,982

49,419

158,377

48,485

37,998

74,074

70,088

39,866

85,187

88,203

95,282

68,056

195,916

541,437

55,709

574,775

800,920

177,320

47,620

28,656

137,880

37,017

151,426

61,958

113,542

99,873

278,099

93,670

(10)

% Ditolong Nakes

22,587

(9)

Ditolong Nakes

Ibu Bersalin

Ibu Nifas

(11)

4,175,178

14,323

11,951

20,726

30,430

17,952
21,929

41,597

130,777

47,752

36,135

56,449

65,512

37,770

79,888

84,676

99,844

64,621

182,707

572,896

42,261

553,398

852,275

144,992

35,113

25,638

147,040

29,950

156,733

68,279

111,220

95,443

209,628

85,273

Kunjungan Nifas 3 kali

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN IBU NIFAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

1 Aceh

Provinsi

No

Lampiran 4.1

85.16

27.61

57.06

78.64

75.53

74.45

76.80

69.88

75.94

78.78

84.29

63.91

80.13

80.37

83.97

66.63

93.15

90.99

80.08

94.30

74.82

93.72

95.61

80.02

72.23

87.63

87.34

76.89

92.54

95.77

77.62

85.15

66.18

81.73

(12)

% Kf-3

375

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
46,921,765

828,600
2,152,585
819,992
886,517
702,497
1,691,720
373,287
1,684,884
251,115
339,005
1,311,842
9,353,530
6,738,688
552,422
8,157,728
2,036,973
678,885
1,023,925
694,541
740,476
473,425
786,847
593,848
415,489
563,475
1,368,688
425,750
220,300
209,325
270,691
168,005
98,475
308,235

(3)

Jumlah PUS
%
22.54
19.72
20.28
23.74
21.01
29.84
32.92
33.30
21.01
24.69
40.90
16.95
15.27
11.12
15.41
22.79
11.44
22.67
15.78
24.16
20.84
20.87
19.16
25.84
22.02
27.90
21.13
26.98
27.76
25.06
28.69
29.92
17.16
20.01

9,388,374

(5)

186,758
424,583
166,260
210,480
147,572
504,780
122,881
561,061
52,762
83,692
536,576
1,584,957
1,028,976
61,413
1,257,507
464,132
77,665
232,120
109,592
178,896
98,642
164,196
113,773
107,357
124,073
381,805
89,940
59,426
58,115
67,824
48,208
29,461
52,891

(4)

Jumlah

Peserta KB Baru

CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013

Indonesia

(2)

Provinsi

(1)

No

Lampiran 4.2

35,845,289

652,598
1,463,520
613,427
640,654
560,683
1,329,083
328,165
1,190,330
203,816
258,728
1,067,522
7,120,391
5,403,576
438,788
6,261,346
1,424,870
584,609
773,614
493,533
522,319
353,620
626,751
429,245
342,491
462,746
1,007,941
318,342
191,567
153,636
212,967
128,218
77,522
208,671

(6)

Jumlah

%
(7)

76.39

78.76
67.99
74.81
72.27
79.81
78.56
87.91
70.65
81.16
76.32
81.38
76.13
80.19
79.43
76.75
69.95
86.11
75.55
71.06
70.54
74.69
79.65
72.28
82.43
82.12
73.64
74.77
86.96
73.40
78.68
76.32
78.72
67.70

Peserta KB Aktif

376

(2)

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

28

29

30

31

32

33

IUD

706,102

1,748

496

1,600

2,231

1,981

5,013

1,577

11,170

6,392

8,274

5,320

2,127

1,883

8,950

9,221

21,986

22,487

27,716

123,096

15,527

94,782

148,693

61,044

2,925

2,378

37,476

5,852

12,690

6,050

7,208

10,387

31,193

6,629

(3)

Jumlah

1,093
131,053

7.52

326

436

653

361

480

681

MOP

40

261

1.11

1.40

2.07

27,680

53

104

163

0.96
0.90

195

145

261

459

367

553

176

1,299

122

523

265

900

373

1,178

3,064

345

2,227

4,983

1,580

96

105

966

207

963

150

269

417

4,871

(7)

Jumlah

0.62

0.81

0.76

0.84

0.67

833
3,202

1.12

1.98

0.49

0.77

1.16

4.10

0.65

3.72

0.55

2.09

3.21

2.40

1.32

1.01

0.92

0.64

0.49

0.75

0.48

0.48

1.40

1.27

2.51

0.80

(6)

1,201

2,248

804

3.30

1.68

3.32

3.29

3.41

8.44

1.75

2.93

5.15

7.71

4.68

1.30

759

2,070

1.91

4,489

5.00

1,515

2,888

2,572

26,280

1,973

24,722

20,906

5,445

771

337

2,766

927

2,402

712

2,954

2,104

10,646

1,497

(5)

Jumlah

MOW

0.29

0.10

0.35

0.34

0.38

0.34

0.24

0.29

0.12

0.30

0.52

0.15

0.79

0.12

0.29

0.24

0.39

0.48

0.25

0.24

0.56

0.22

0.31

0.29

0.11

0.20

0.17

0.17

0.19

0.10

0.13

0.25

1.15

0.02

(8)

766,461

9,923

5,580

4,321

11,284

12,977

5,780

9,266

50,182

18,044

11,764

18,594

7,421

7,557

28,026

7,210

20,075

6,771

42,541

52,838

5,222

52,380

58,400

43,399

21,728

7,261

59,035

10,751

53,677

5,592

14,142

24,462

56,901

23,357

(9)

Jumlah

8.16

18.76

18.94

8.96

16.64

22.33

9.73

10.30

13.14

14.54

10.96

16.34

4.52

7.66

15.67

6.58

8.65

8.72

9.17

4.20

8.50

5.09

3.68

8.09

25.96

13.76

10.52

8.75

10.63

3.79

6.72

14.71

13.40

12.51

(10)

Kondom

806,532

3,996

3,801

10,424

6,677

3,629

8,468

8,994

23,524

10,116

15,321

3,406

9,335

8,587

10,694

20,540

41,242

2,835

36,573

123,921

5,543

128,539

87,685

22,811

3,673

3,553

39,917

12,065

50,417

12,701

14,268

19,817

47,135

6,325

(11)

Jumlah

Implan

PERSENTASE PESERTA KB BARU


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012

8.41

9.47

28.95

5.97

9.79

25.28

9.21

9.38

11.38

3.49

4.51

6.68

4.76

2.51

4.10

3.42

6.25

7.35

3.55

(4)

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013

Indonesia

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

Sulawesi Tengah

25

27

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Kalimantan Selatan

22

23

Kalimantan Tengah

21

24

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

19

Nusa Tenggara Barat

18

20

Bali

17

Jawa Timur

Banten

15

16

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

14

DKI Jakarta

Jawa Barat

11

12

Kep. Riau

10

Kepulauan Bangka Belitung

Riau

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.3

8.59

7.56

12.90

21.62

9.84

6.24

14.25

10.00

6.16

8.15

14.27

2.99

5.69

8.71

5.98

18.74

17.77

3.65

7.88

9.85

9.03

12.49

5.53

4.25

4.39

6.73

7.11

9.82

9.99

8.61

6.78

11.92

11.10

3.39

(12)

Suntikan

4,406,898

24,529

10,917

22,161

29,015

19,153

20,842

35,809

167,896

46,214

44,814

54,619

69,628

42,892

69,500

53,800

109,937

34,945

221,855

650,663

28,189

555,352

815,323

253,452

32,721

23,295

219,072

56,060

221,065

71,803

103,651

74,069

142,783

80,874

(13)

Jumlah

46.94

46.38

37.06

45.97

42.78

32.96

35.07

39.81

43.97

37.25

41.74

48.01

42.41

43.48

38.85

49.09

47.36

44.99

47.80

51.74

45.90

53.97

51.44

47.24

39.10

44.15

39.05

45.62

43.79

48.66

49.25

44.55

33.63

43.30

(14)

Pil

2,543,648

11,549

8,237

9,103

17,703

19,819

18,698

33,352

125,372

42,107

25,430

29,410

73,582

36,842

59,133

14,067

36,465

7,366

131,697

277,645

4,614

170,974

448,967

148,845

21,778

15,833

201,829

37,019

163,566

50,564

67,988

35,004

131,054

68,036

(15)

Jumlah

27.09

21.84

27.96

18.88

26.10

34.10

31.46

37.08

32.84

33.94

23.69

25.85

44.81

37.35

33.05

12.84

15.71

9.48

28.37

22.08

7.51

16.62

28.33

27.74

26.02

30.01

35.97

30.13

32.40

9,388,374

52,891

29,461

48,208

67,824

58,115

59,426

89,940

381,805

124,073

107,357

113,773

164,196

98,642

178,896

109,592

232,120

77,665

464,132

1,257,507

61,413

1,028,976

1,584,957

536,576

83,692

52,762

561,061

122,881

504,780

147,572

210,480

32.30
34.26

166,260

424,583

186,758

(17)

Total

21.05

30.87

36.43

(16)

377

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung


Kepulauan Riau

10

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

6,321,714

47,522

27,151

43,075

59,511

51,507

49,193

83,885

331,930

113,045

67,699

70,685

104,024

71,580

122,755

105,028

214,482

31,456

271,656

846,246

26,230

573,339

1,037,378

209,739

67.34

89.85

92.16

89.35

87.74

88.63

82.78

93.27

86.94

91.11

63.06

62.13

63.35

72.57

68.62

95.84

92.40

40.50

58.53

67.30

42.71

55.72

65.45

39.09

45.89

64.18

33,865
38,409

77.58

75.71

67.56

69.81

62.12

65.20

82.30

69.27

(4)

435,272

93,029

341,030

103,025

130,758

108,401

349,436

129,373

(3)

Peserta

Pemerintah

712,558

4,138

1,959

2,150

4,612

224

3,659

464

17,119

3,544

21,140

12,067

5,960

8,982

20,027

2,689

6,282

2,176

24,802

56,625

12,153

77,661

217,124

33,047

21,637

1,245

9,778

3,956

57,875

3,482

10,611

1,153

47,698

16,519

(5)

Peserta

Swasta
%

7.59

7.82

6.65

4.46

6.80

0.39

6.16

0.52

4.48

2.86

19.69

10.61

3.63

9.11

11.19

2.45

2.71

2.80

5.34

4.50

19.79

7.55

13.70

6.16

25.85

2.36

1.74

3.22

11.47

2.36

5.04

0.69

11.23

8.85

(6)

174,272

694

20

573

1,142

122

152

647

1,758

1,529

3,849

1,811

2,873

1,053

2,821

197

1,497

4,385

9,022

10,453

648

22,567

17,544

52,885

3,259

507

6,493

2,250

6,177

3,392

7,651

2,638

2,390

1,273

(7)

Peserta

1.86

1.31

0.07

1.19

1.68

0.21

0.26

0.72

0.46

1.23

3.59

1.59

1.75

1.07

1.58

0.18

0.64

5.65

1.94

0.83

1.06

2.19

1.11

9.86

3.89

0.96

1.16

1.83

1.22

2.30

3.64

1.59

0.56

0.68

(8)

Dokter Praktik
Swasta

Klinik KB

2,179,830

537

331

2,410

2,559

6,262

6,422

4,944

30,998

5,955

14,669

29,210

51,339

17,027

33,293

1,678

9,859

39,648

158,652

344,183

22,382

355,409

312,911

240,905

20,387

17,145

109,518

23,646

99,698

37,673

61,460

54,068

25,059

39,593

(9)

Peserta

23.22

1.02

1.12

5.00

3.77

10.78

10.81

5.50

8.12

4.80

13.66

25.67

31.27

17.26

18.61

1.53

4.25

51.05

34.18

27.37

36.45

34.54

19.74

44.90

24.36

32.49

19.52

19.24

19.75

25.53

29.20

32.52

5.90

21.20

(10)

Bidan Praktek Swasta

PERSENTASE PESERTA KB BARU


MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013

Indonesia

Nusa Tenggara Barat

18

Jawa Timur

15

Banten

DI Yogyakarta

14

Bali

Jawa Tengah

13

16

Jawa Barat

12

17

DKI Jakarta

11

Jambi

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Riau

Aceh

Sumatera Utara

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.4

9,388,374

52,891

29,461

48,208

67,824

58,115

59,426

89,940

381,805

124,073

107,357

113,773

164,196

98,642

178,896

109,592

232,120

77,665

464,132

1,257,507

61,413

1,028,976

1,584,957

536,576

83,692

52,762

561,061

122,881

504,780

147,572

210,480

166,260

424,583

186,758

(11)

Peserta

100.00

100.00

100.00

(12)

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Jumlah

378

Bengkulu

Lampung

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

46,921,765

308,235

98,475

168,005

270,691

209,325

220,300

425,750

1,368,688

563,475

415,489

593,848

786,847

473,425

740,476

694,541

1,023,925

678,885

2,036,973

8,157,728

552,422

6,738,688

9,353,530

1,311,842

339,005

251,115

1,684,884

373,287

1,691,720

702,497

886,517

819,992

2,152,585

828,600

(3)

Jumlah PUS

0.68
0.76

35,845,289

0.79

0.76

0.79

0.73

0.87

0.75

0.74

0.82

0.82

0.72

0.80

0.75

0.71

0.71

0.76

0.86

0.70

0.77

0.79

0.80

0.76

0.81

0.76

0.81

0.71

0.88

0.79

0.80

0.72

0.75

0.68

0.79

(5)

208,671

77,522

128,218

212,967

153,636

191,567

318,342

1,007,941

462,746

342,491

429,245

626,751

353,620

522,319

493,533

773,614

584,609

1,424,870

6,261,346

438,788

5,403,576

7,120,391

1,067,522

258,728

203,816

1,190,330

328,165

1,329,083

560,683

640,654

613,427

1,463,520

652,598

(4)

Peserta KB Aktif
Jumlah

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013

Indonesia

Maluku

Kalimantan Timur

23

30

Kalimantan Selatan

22

Sulawesi Barat

Kalimantan Tengah

21

Gorontalo

Kalimantan Barat

20

29

Nusa Tenggara Timur

19

28

Nusa Tenggara Barat

18

Sulawesi Tenggara

Bali

17

27

Banten

16

Sulawesi Selatan

Jawa Timur

15

26

DI Yogyakarta

14

Sulawesi Utara

Jawa Tengah

13

Sulawesi Tengah

Jawa Barat

12

24

DKI Jakarta

11

25

Kepulauan Riau

10

Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Selatan

Riau

Jambi

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.5

12.90
4.24

153,578
8,644

13.22
4.54
4.45
11.55
3.91
3.84
2.83
33.75
3.43

61,190
45,784
14,171
22,118
6,010
8,168
3,633
26,165
7,167

11.53

14.12

48,369

4,132,672

1.82

3.31

11,710

10.58

8.80

45,961

45,397

11.67

57,619

11,382

47.06

161,105

12.39

11.31

904,686

95,857

14.45

104,618

275,093

8.73
23.84

471,560

12.62

6.77

22,214

898,261

4.79

63,598

9.23

6.45

36,151

21.29

5.73

36,683

23,881

9.99

61,266

227,322

2.97
10.52

19,386

(7)

153,925

(6)

Jumlah

IUD

1,249,929

6,332

2,159

1,592

3,751

1,680

2,876

6,344

16,946

8,281

8,872

9,702

7,566

4,259

8,290

25,244

16,670

22,046

29,093

311,247

21,695

294,512

182,462

38,615

4,902

4,925

16,143

6,936

42,536

4,598

9,763

18,425

105,547

5,920

(8)

Jumlah

MOW

3.49

3.03

2.79

1.24

1.76

1.09

1.50

1.99

1.68

1.79

2.59

2.26

1.21

1.20

1.59

5.11

2.15

3.77

2.04

4.97

4.94

5.45

2.56

3.62

1.89

2.42

1.36

2.11

3.20

0.82

1.52

3.00

7.21

0.91

(9)

212

249,870

921

98

900

1,217

383

802

1,507

1,542

1,683

1,727

1,224

2,147

635

3,533

4,705

3,598

3,284

18,423

29,212

3,207

57,385

63,517

12,031

909

291

14,728

1,285

5,562

1,210

1,997

1,783

8,212

(10)

Jumlah

MOP

0.70

0.44

0.13

0.70

0.57

0.25

0.42

0.47

0.15

0.36

0.50

0.29

0.34

0.18

0.68

0.95

0.47

0.56

1.29

0.47

0.73

1.06

0.89

1.13

0.35

0.14

1.24

0.39

0.42

0.22

0.31

0.29

0.56

0.03

(11)

3,288,557

12,807

3,412

17,154

20,817

13,116

31,131

44,504

98,029

36,457

56,690

23,199

45,317

38,669

30,095

71,107

124,262

11,223

138,382

580,413

26,949

563,934

328,986

78,724

17,345

18,328

175,235

54,189

239,576

82,152

50,479

81,485

155,243

19,148

(12)

Jumlah

Implan

9.17

6.14

4.40

13.38

9.77

8.54

16.25

13.98

9.73

7.88

16.55

5.40

7.23

10.94

5.76

14.41

16.06

1.92

9.71

9.27

6.14

10.44

4.62

7.37

6.70

8.99

14.72

16.51

18.03

14.65

7.88

13.28

10.61

2.93

(13)

Kondom

1,123,606

16,628

5,048

9,642

21,283

14,622

9,019

19,853

72,296

10,908

9,443

13,027

13,147

9,876

19,147

11,299

21,226

18,982

38,479

105,919

27,703

119,992

100,341

42,861

17,701

9,668

33,273

12,491

79,427

11,736

29,041

31,575

108,262

59,691

(14)

Jumlah

Metode Kontrasepsi

PERSENTASE PESERTA KB AKTIF


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2012

3.13

7.97

6.51

7.52

9.99

9.52

4.71

6.24

7.17

2.36

2.76

3.03

2.10

2.79

3.67

2.29

2.74

3.25

2.70

1.69

6.31

2.22

1.41

4.01

6.84

4.74

2.80

3.81

5.98

2.09

4.53

5.15

7.40

9.15

(15)

Suntikan

16,791,047

123,636

16,795

59,382

96,390

56,185

65,722

118,167

440,369

181,975

124,960

176,141

222,987

161,170

222,427

258,093

365,678

205,004

688,003

3,018,041

203,078

3,060,828

3,642,600

396,628

108,593

92,687

414,400

139,459

543,210

226,189

280,895

304,236

478,494

298,625

(16)

Jumlah

46.84

59.25

21.66

46.31

45.26

36.57

34.31

37.12

43.69

39.33

36.49

41.04

35.58

45.58

42.58

52.29

47.27

35.07

48.29

48.20

46.28

56.64

51.16

37.15

41.97

45.48

34.81

42.50

40.87

40.34

43.85

49.60

32.69

45.76

(17)

Pil

9,009,608

41,180

23,845

35,915

61,341

61,640

59,899

113,796

332,975

162,252

92,430

160,555

324,205

127,301

192,866

65,466

146,323

48,977

351,385

1,311,828

51,538

835,365

1,904,224

271,341

85,397

69,273

382,973

91,591

355,174

198,647

231,796

114,657

453,837

249,616

(18)

Jumlah

25.13

19.73

30.76

28.01

28.80

40.12

31.27

35.75

33.04

35.06

26.99

37.40

51.73

36.00

36.92

13.26

18.91

8.38

24.66

20.95

11.75

15.46

26.74

25.42

33.01

33.99

32.17

27.91

26.72

35.43

36.18

18.69

31.01

38.25

(19)

379
Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

Provinsi

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

No
2007
46.8
55.9
56.9
61.1
66.9
67.6
64.2
70.3
69.6
53.1
57.3
62.2
65.2
69.9
65.3
64.0
66.2
56.0
47.9
65.1
67.3
68.3
60.1
68.9
55.7
55.8
51.5
63.2
52.2
45.5
53.7
42.5
21.8
61.9

47.4
54.2
59.9
56.7
65.2
64.8
74.0
71.1
67.8
57.6
60.1
61.1
63.7
66.9
66.1
57.4
69.4
54.8
42.1
62.7
66.5
64.4
59.2
69.3
63.6
53.4
50.7
60.1
45.4
34.1
48.8
39.6
38.3
61.4

2012

Suatu cara

57.4

2007
45.4
42.6
52.8
52.8
62.5
62.6
70.4
66.0
64.7
54.0
56.4
60.3
60.0
54.8
62.3
55.4
65.4
52.2
30.1
61.2
65.2
63.2
55.4
66.7
59.8
42.9
44.4
58.8
44.5
29.4
46.2
37.5
24.5
57.9

2012
44.4
42.8
50.2
54.0
62.0
64.4
61.2
66.3
65.3
48.0
53.4
60.3
61.5
59.6
62.4
61.3
59.6
55.1
38.3
63.9
64.8
66.4
54.1
63.7
52.5
47.5
48.4
61.5
48.0
40.4
51.1
41.0
19.1

Suatu cara modern


2007
2.4
13.1
6.7
7.1
4.8
3.2
3.0
4.0
4.2
5.1
3.9
1.9
3.7
10.3
2.8
2.7
6.6
1.0
9.6
1.1
2.5
1.9
5.9
5.2
3.3
8.4
3.0
1.7
4.1
5.1
2.6
1.5
2.6
4.0

2.0
11.5
7.2
4.0
2.7
2.1
3.6
5.0
3.1
3.5
3.7
0.8
3.8
12.0
3.8
2.0
4.0
2.7
12.0
1.5
1.3
1.2
3.9
2.6
3.8
10.5
6.2
1.4
0.9
4.8
2.5
2.1
13.8
4.0

2012

Suatu cara tradisional

PERSENTASE WANITA BERSTATUS KAWIN UMUR 15-49 TAHUN


MENURUT ALAT ATAU CARA KB YANG DIPAKAI DAN PROVINSI HASIL SDKI TAHUN 2012

Lampiran 4.6

380

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Provinsi

No
(3)

296
292
266
209
225
267
192
217
154
164
289
351
606
234
852
225
172
251
309
234
192
217
251
225
242
401
225
162
150
125
109
117
144
8,363

Tahun 2010
(4)

862
853
819
732
760
822
711
741
654
669
1,006
948
1,323
768
1,698
760
681
790
880
771
705
747
793
754
786
1,020
757
664
648
610
586
597
639
26,554

Tahun 2011
(5)

1,086
5,688
2,031
1,591
898
2,840
1,511
1,575
524
390
336
5,556
8,270
121
7,352
1,491
342
642
337
667
478
453
446
54
2,000
551
795
364
531
165
133
125
290
49,633

Tahun 2012

JUMLAH FASILITAS KESEHATAN KELUARGA BERENCANA (KB)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012

Lampiran 4.7

381

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Provinsi

No

Lampiran 4.8

5,136,041

4,783,164

109,302
331,834
117,429
150,110
74,687
177,433
40,808
176,364
30,649
50,931
189,828
933,856
618,598
59,176
636,456
239,027
74,404
112,295
133,133
99,674
49,231
85,647
92,530
44,913
63,498
180,414
62,363
24,487
30,857
42,207
27,609
21,942
54,349

(4)

Jumlah Ibu Hamil

100,479
289,808
104,480
122,910
74,065
170,738
36,433
164,062
26,736
53,004
158,605
949,392
585,385
45,843
594,614
213,135
66,095
106,771
113,855
91,570
45,932
71,177
85,082
67,544
55,432
152,384
50,644
20,257
25,606
37,461
23,780
19,154
60,732

(3)

Jumlah Bayi

717,475

15,072
43,471
15,672
18,437
11,110
25,611
5,465
24,609
4,010
7,951
23,791
142,409
87,808
6,876
89,192
31,970
9,914
16,016
17,078
13,736
6,890
10,677
12,762
10,132
8,315
22,858
7,597
3,039
3,841
5,619
3,567
2,873
9,110

(5)

Neonatal
Komplikasi

348,536

4,314
12,706
3,543
6,681
5,102
16,484
3,929
5,230
1,654
2,043
15,190
62,098
56,087
4,943
66,147
16,309
6,467
8,880
4,591
5,202
1,597
4,327
5,567
3,230
2,996
12,961
1,597
958
1,739
1,775
2,086
331
1,772

(6)

48.58

28.62
29.23
22.61
36.24
45.92
64.36
71.89
21.25
41.24
25.70
63.85
43.61
63.87
71.88
74.16
51.01
65.23
55.45
26.88
37.87
23.18
40.53
43.62
31.88
36.03
56.70
21.02
31.53
45.28
31.59
58.48
11.52
19.45

(7)

Cakupan Penanganan Neonatal


Komplikasi
Jumlah
%

1,027,208

21,860
66,367
23,486
30,022
14,937
35,487
8,162
35,273
6,130
10,186
37,966
186,771
123,720
11,835
127,291
47,805
14,881
22,459
26,627
19,935
9,846
17,129
18,506
8,983
12,700
36,083
12,473
4,897
6,171
8,441
5,522
4,388
10,870

(8)

Obstetri
Komplikasi

CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI DAN OBSTETRI DENGAN KOMPLIKASI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

710,343

9,183
5,892
11,312
15,687
10,435
24,243
4,973
19,041
3,812
6,483
28,206
162,375
115,885
7,951
114,085
33,908
9,930
21,652
13,135
12,418
3,061
12,404
10,521
6,347
6,664
19,177
5,618
3,201
3,907
1,887
3,387
1,477
2,086

(9)

Jumlah

69.15

42.01
8.88
48.17
52.25
69.86
68.32
60.93
53.98
62.19
63.64
74.29
86.94
93.67
67.18
89.63
70.93
66.73
96.41
49.33
62.29
31.09
72.41
56.85
70.66
52.47
53.15
45.04
65.36
63.31
22.35
61.34
33.66
19.19

(10)

Cakupan Penanganan Obstetri


Komplikasi

382

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Dki Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D I Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
100,479
289,808
104,480
122,910
74,065
170,738
36,433
164,062
26,736
53,004
158,605
949,392
585,385
45,843
594,614
213,135
66,095
106,771
113,855
91,570
45,932
71,177
85,082
67,544
55,432
152,384
50,644
20,257
25,606
37,461
23,780
19,154
60,732
4,783,164

(3)

Jumlah Bayi
90,782
253,476
91,749
110,424
69,979
160,573
32,570
152,976
26,509
39,237
149,280
883,343
573,732
45,536
584,388
209,751
65,761
100,644
93,645
84,992
41,235
61,542
66,053
62,854
49,375
146,267
44,626
19,344
24,120
27,788
19,482
12,762
20,497
4,415,292

(4)

KN1
90.35
87.46
87.82
89.84
94.48
94.05
89.40
93.24
99.15
74.03
94.12
93.04
98.01
99.33
98.28
98.41
99.49
94.26
82.25
92.82
89.77
86.46
77.63
93.06
89.07
95.99
88.12
95.49
94.20
74.18
81.93
66.63
33.75
92.31

(5)

% KN1
81,091
239,640
85,769
104,414
67,604
156,248
31,501
143,692
25,604
35,424
141,258
840,103
560,532
42,411
569,028
190,680
64,390
97,675
89,519
78,715
39,919
58,278
59,002
54,504
47,343
138,032
43,218
17,380
21,332
26,879
18,895
10,998
18,039
4,199,117

(6)

KN Lengkap

Kunjungan Neonatus

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.9

80.70
82.69
82.09
84.95
91.28
91.51
86.46
87.58
95.77
66.83
89.06
88.49
95.75
92.51
95.70
89.46
97.42
91.48
78.63
85.96
86.91
81.88
69.35
80.69
85.41
90.58
85.34
85.80
83.31
71.75
79.46
57.42
29.70
87.79

(7)

%KN Lengkap

383

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

23

24

25

26

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Papua

Kalimantan Selatan

22

Papua Barat

Kalimantan Tengah

21

33

Kalimantan Barat

20

32

Nusa Tenggara Timur

19

Maluku Utara

Nusa Tenggara Barat

18

31

Bali

17

Maluku

Banten

16

Sulawesi Barat

Jawa Timur

15

30

DI Yogyakarta

14

29

Jawa Tengah

13

Sulawesi Tenggara

Jawa Barat

12

Gorontalo

DKI Jakarta

11

27

Kepulauan Riau

10

28

Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Selatan

Bengkulu

Jambi

Lampung

Riau

Sumatera Barat

Aceh

Sumatera Utara

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.10

4,783,164

60,732

19,154

23,780

37,461

25,606

20,257

50,644

152,384

55,432

67,544

85,082

71,177

45,932

91,570

113,855

106,771

66,095

213,135

594,614

45,843

585,385

949,392

158,605

53,004

26,736

164,062

36,433

170,738

74,065

122,910

104,480

289,808

100,479

(3)

Jumlah Bayi

19,986,392

314,235

100,500

111,678

184,162

90,316

79,492

215,410

714,623

244,581

128,257

429,976

298,764

209,533

407,915

463,693

470,237

313,641

1,043,197

2,421,550

196,165

2,302,283

3,329,829

678,741

182,413

115,200

924,280

152,823

696,025

290,813

621,832

391,177

1,412,516

450,535

(4)

Jumlah Anak Balita

4,196,446

17,898

14,133

18,858

30,447

23,560

15,877

45,200

144,277

41,728

62,034

57,668

40,738

37,973

70,981

82,877

102,306

61,542

198,511

565,673

40,848

558,643

871,792

145,893

29,756

24,974

144,046

31,649

154,261

66,671

106,635

80,745

230,481

77,771

(5)

Jumlah

87.73

29.47

73.79

79.30

81.28

92.01

78.38

89.25

94.68

75.28

91.84

67.78

57.23

82.67

77.52

72.79

95.82

93.11

93.14

95.13

89.10

95.43

91.83

91.99

56.14

93.41

87.80

86.87

90.35

90.02

86.76

77.28

79.53

77.40

(7)

Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

14,693,920

59,537

63,917

58,972

125,741

60,131

37,286

117,847

554,759

139,209

103,937

259,745

157,207

142,553

296,091

291,109

333,779

263,196

831,455

1,776,746

162,007

1,907,700

2,855,062

610,617

135,584

59,470

481,477

114,804

564,715

219,000

340,970

304,577

903,952

360,768

(8)

Jumlah

73.52

18.95

63.60

52.81

68.28

66.58

46.91

54.71

77.63

56.92

81.04

60.41

52.62

68.03

72.59

62.78

70.98

83.92

79.70

73.37

82.59

82.86

85.74

89.96

74.33

51.62

52.09

75.12

81.13

75.31

54.83

77.86

64.00

80.08

(9)

Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak


Balita

384

(2)

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(3)

3,391
7,713
4043
2,895
2348
4265
1,098
4,827
812
851
3143
20,505
20662
2,032
22702
4,935
2369
3290
639
2,263
1722
1959
1,628
2,010
1757
5,372
2129
898
684
1305
693
531
565

136,036

162,039

(4)

(5)

83.95

87.46
81.57
97.54
89.40
88.91
91.11
78.88
92.97
99.75
97.37
92.12
91.41
90.41
100.00
91.62
94.90
95.41
89.16
13.52
55.21
70.92
55.06
70.91
91.78
66.60
83.90
90.52
90.52
54.07
73.77
56.90
65.80
26.80

Cakupan SD/MI Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/MI Kelas 1


Jumlah
%
3,877
9,456
4,145
3,238
2,641
4,681
1,392
5,192
814
874
3,412
22,431
22,854
2,032
24,779
5,200
2,483
3,690
4,725
4099
2,428
3,558
2,296
2,190
2,638
6,403
2,352
992
1,265
1,769
1,218
807
2,108

Jumlah SD/MI

CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/MI KELAS 1
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.11

385

(2)

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497

(3)

Jumlah
Kabupaten/Kota

75
209
137
76
54
120
68
54
48
26
69
515
235
64
285
189
56
40
105
108
31
81
75
54
44
88
48
24
39
93
15
41
25
3,191

(4)

Jumlah Puskesmas
Mampu PKPR

11
27
19
9
10
15
8
9
6
5
5
23
31
5
37
8
9
10
19
12
1
13
10
13
9
15
12
6
5
7
3
9
5
386

(5)

Jumlah
Kabupaten/Kota
dengan PKPR
47.83
81.82
100.00
75.00
90.91
100.00
80.00
64.29
85.71
71.43
83.33
88.46
88.57
100.00
97.37
100.00
100.00
100.00
90.48
85.71
7.14
100.00
71.43
86.67
81.82
62.50
100.00
100.00
100.00
63.64
33.33
81.82
17.24
77.67

(6)

Persentase
Kabupaten/Kota
dengan PKPR

PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Lampiran 4.12

386

(2)

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

13
13
13
11
11
15
7
12
7
4
6
23
30
5
22
8
9
10
19
6
3
13
14
12
9
9
12
5
3
11
5
11
5
356

1,623
497

(5)

26
209
39
22
33
33
20
33
33
22
50
108
163
28
174
104
18
20
68
51
17
26
45
24
20
38
27
10
15
74
14
40
19

(4)

71.63

56.52
39.39
68.42
91.67
100.00
100.00
70.00
85.71
100.00
57.14
100.00
88.46
85.71
100.00
57.89
100.00
100.00
100.00
90.48
42.86
21.43
100.00
100.00
80.00
81.82
37.50
100.00
83.33
60.00
100.00
55.56
100.00
17.24

(6)

Jumlah Kabupaten/Kota dengan Persentase Kabupaten/Kota


Jumlah Puskesmas dengan
Minimal 2 Puskesmas Mampu dengan Minimal 2 Puskesmas
Tatalaksana Kasus
Tatalaksana Kasus Kekerasasan Mampu Tatalaksana Kasus
Kekerasasan terhadap Anak
Kekerasasan terhadap Anak
terhadap Anak

23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29

(3)

Jumlah
Kabupaten/Kota

PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.13

387

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
1,751

83
28
68
51
48
63
22
57
11
19
33
100
25
28
415
19
27
85
90
54
25
44
37
23
11
140
48
16
15
20
17
2
27

(3)

Puskesmas Memiliki
Panti Anak Terlantar

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Provinsi

1,003

17
11
68
4
43
45
13
19
9
19
31
67
12
28
324
19
27
59
20
10
37
17
11
4
43
16
20
10
-

(4)

Jumlah

57.28

20.48
39.29
100.00
7.84
89.58
71.43
59.09
33.33
81.82
100.00
93.94
67.00
48.00
100.00
78.07
100.00
100.00
69.41
37.04
22.73
100.00
73.91
100.00
2.86
89.58
100.00
100.00
58.82
-

(5)

Persentase (%)

Puskesmas Membina Panti Anak Terlantar

3,085

111
21
102
68
48
125
28
60
16
52
80
117
33
16
993
23
60
24
180
115
44
84
50
33
18
291
73
22
14
36
21
3
124

(6)

Jumlah Seluruh Panti di


Wilayah Kerja

JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK


DI PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.14

388
Kubu Raya
Kota Banjar
Tomohon
Pare-Pare

18 Kalimantan Barat

19 Kalimantan Selatan
20 Sulawesi Utara
21 Sulawesi Selatan

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Kab. Karang Asem


Lombok Tengah
Kupang

15 Bali
16 Nusa Tenggara Barat
17 Nusa Tenggara Timur

Kab. Lampung Utara


Kabupaten Bintan
Jakarta Timur
Bandung
Purworejo
Kota Blitar
Kota Tangerang

Lampung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur

14 Banten

8
9
10
11
12
13

7 Bengkulu

Rejang Lebong

Lima Puluh Koto


Kota Pekanbaru
Kab. Batang Hari
Kota Palembang

3
4
5
6

Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan

Kota Medan

2 Sumatera Utara

(3)

Aceh Besar

(2)

(1)

Kabupaten/Kota

Rutan Lhokuga

(5)

Lapas/Rutan Anak

Puskesmas Karang Asem


Puskesmas Aik Darek
Puskesmas Oesapa
Puskesmas Sei Raya
Dalam
Puskesmas Pelambuan
Puskesmas Matani
Puskesmas Lampoe

Puskesmas Tanah Tinggi

Puskesmas Kotabumi
Puskesmas Sei Lekop
Puskesmas Duren Sawit
Puskesmas Ibrahim Adjie
Puskesmas Kutoarjo
Puskesmas Sananwetan

Puskesmas Curup

Puskesmas Tanjung Pati


Puskesmas Harapan Raya
Puskesmas Muara Bulian
Puskesmas Pakjo

Lapas Anak Martapura


Lapas Anak Tomohon
Lapas Anak Pare-Pare

Lapas Anak Sungai Raya

Lapas Anak Gianyar


Lapak Anak Mataram
Lapas Anak Kupang

Lapas Anak Pria Tangerang,


Lapas Anak Wanita Tangerang

Lapas Anak Tanjung Pati


Lapas Anak Pekanbaru
Lapas Anak Muara Bulian
Lapas Anak Palembang
Lapas Tk 2 Kab. Rejang
Lebong
Lapas Anak Kotabumi
Lapas Barelang
Rutan Pondok Bambu
Rutan Kebon Waru
Lapas Anak Kutoarjo
Lapas Anak Blitar

Puskesmas Tanjung Gusta Lapas Anak Medan

Puskesmas Lhokuga

(4)

Puskesmas

PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

1 Aceh

Provinsi

No

Lampiran 4.15

389

(2)

(1)

1
7
16
94

8 Kalimantan Selatan

9 Kalimantan Timur

10 Sulawesi Selatan
Indonesia

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

10

6 Bali

7 Nusa Tenggara Barat

5 Banten

12

18

(3)

Jumlah Kabupaten/Kota

4 Lampung

3 Sumatera Selatan

2 Riau

1 Sumatera Barat

Provinsi

No
(4)

529

360

17

27

13

11

17

67

Jumlah Puskesmas

PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYANDANG CACAT


MELALUI PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

Lampiran 4.16

390

(2)

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(3)

91,535
237,375
80,585
119,097
72,639
172,065
33,268
152,475
27,524
40,440
168,990
926,459
579,085
45,209
548,430
202,523
67,393
100,621
89,930
90,886
44,217
59,523
64,708
39,735
51,603
146,748
42,027
24,803
20,841
34,296
19,510
5,801
20,342
4,420,684

5,199,803

(4)

Jumlah

Ibu Hamil Mendapat Fe3

111,254
303,252
112,597
137,915
80,896
193,705
39,117
189,219
29,823
56,829
165,868
1,037,987
635,386
50,484
654,077
232,256
72,713
119,385
124,980
104,593
38,341
78,537
93,677
47,955
63,498
165,331
55,607
29,830
28,168
41,824
25,538
18,110
61,051

Jumlah Ibu Hamil

CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.17

(5)

85.0

82.3
78.3
71.6
86.4
89.8
88.8
85.0
80.6
92.3
71.2
101.9
89.3
91.1
89.6
83.8
87.2
92.7
84.3
72.0
86.9
115.3
75.8
69.1
82.9
81.3
88.8
75.6
83.1
74.0
82.0
76.4
32.0
33.3

391

61,495
185,422
37,200
43,953
80,457
13,952
26,882
164,832
470,776

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

10

11

12

56,488
119,688
24,124
39,720

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

19

20

21

22

11,026
13,621
45,979
8,296

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua
Indonesia

28

29

30

31

32

33

Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

23,588

Sulawesi Tenggara

27

51,645
3,488,680

27,587
86,248

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

25

26

93,982

61,989

Nusa Tenggara Barat

18

24,563

52,691

Bali

17

Kalimantan Timur

229,204

Banten

16

Sulawesi Utara

594,626

Jawa Timur

15

23

41,853

DI Yogyakarta

14

24

312,776

Jawa Tengah

13

192,961

173,018

Sumatera Utara

(3)

118,039

(2)

Aceh

(1)

Jumlah Bayi 6-11


Bulan

23,171
3,098,246

6,320

34,665

18,791

8,484

20,591

80,573

25,091

22,324

70,739

35,865

20,194

95,877

47,343

60,793

51,211

206,814

583,979

41,435

308,833

402,768

145,184

21,844

13,624

71,779

38,990

161,998

32,998

141,844

51,837

152,137

100,152

(4)

Dapat Vitamin A
(5)

44.87
88.81

76.18

0.00

75.39

137.96

76.94

87.29

93.42

90.95

90.88

75.27

90.29

83.71

80.11

83.81

98.07

97.19

90.23

98.21

99.00

98.74

85.55

88.08

81.26

97.65

89.21

88.71

83.95

88.70

76.50

84.29

87.93

84.85

227,119
17,662,024

72,693

165,907

89,776

73,616

209,666

610,891

202,803

138,266

377,428

288,633

143,113

387,533

379,101

376,678

202,613

1,009,805

2,405,679

187,185

2,035,465

3,258,290

664,653

179,795

110,069

576,014

128,380

652,528

261,233

564,447

392,105

945,085

345,456

(6)

93,461
14,475,908

32,473

111,667

71,603

56,597

175,466

524,248

177,257

125,040

249,998

252,614

133,990

300,133

322,205

362,353

194,514

680,773

1,838,440

185,581

2,001,682

2,752,071

493,675

123,144

89,567

465,267

108,535

520,947

221,972

448,513

334,830

720,453

306,839

(7)

Jumlah Anak
Dapat Vitamin A
Balita 12-59 Bulan

Vitamin A Anak Balita 12-59 Bulan

(8)

41.15
81.96

44.67

0.00

67.31

79.76

76.88

83.69

85.82

87.40

90.43

66.24

87.52

93.63

77.45

84.99

96.20

96.00

67.42

76.42

99.14

98.34

84.46

74.28

68.49

81.37

80.77

84.54

79.84

84.97

79.46

85.39

76.23

88.82

CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Vitamin A Bayi 6-11 Bulan

Provinsi

No

Lampiran 4.18

278,764
21,348,295

80,989

149,444

211,886

103,397

84,642

233,254

697,138

256,237

162,829

471,410

328,353

167,237

507,221

435,589

438,667

255,304

1,239,009

3,000,305

229,038

2,348,241

3,729,066

829,485

206,677

124,021

678,772

172,333

845,489

298,433

749,869

453,600

1,118,103

463,495

(9)

Jumlah Balita
6-59 Bulan

116,632
17,675,627

38,793

81,320

146,332

90,394

65,081

196,057

604,821

204,219

147,364

320,737

288,479

154,184

396,010

369,548

423,146

245,725

887,587

2,422,419

227,016

2,310,515

3,154,839

638,859

144,988

103,191

555,328

147,525

682,945

254,970

590,357

386,667

872,590

406,991

(10)

Dapat Vitamin A

Vitamin A Balita 6-59 Bulan

(11)

41.84
82.80

47.90

54.42

69.06

87.42

76.89

84.05

86.76

79.70

90.50

68.04

87.86

92.19

78.07

84.84

96.46

96.25

71.64

80.74

99.12

98.39

84.60

77.02

70.15

83.20

81.81

85.60

80.78

85.44

78.73

85.24

78.04

87.81

392

(2)

Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

71,573
161,211
66,778
127,696
24,563
29,301
26,961
10,846
60,313
61,001
35,170
114,602
470,776
158,913
26,380
441,875
30,915
58,424
37,703
70,227
8,959
34,246
15,622
18,114
36,939
56,218
22,974
15,910
21,561
8,553
15,678
7,495
2,347,496

(3)

Bayi 0-6 Bulan

27,212
51,943
40,840
58,242
9,151
14,263
17,803
4,399
34,773
34,904
20,744
54,842
161,844
67,863
15,353
285,013
20,693
40,801
22,440
31,573
3,925
16,889
9,519
6,536
11,232
35,365
11,602
10,662
6,996
5,280
7,054
1,542
1,141,298

(4)

Eksklusif

44,361
109,268
25,938
69,454
15,412
15,038
9,158
7,645
25,540
26,097
14,426
59,760
308,932
91,050
11,027
156,862
10,222
17,623
15,263
38,654
5,034
17,357
6,103
11,578
25,707
20,853
11,372
5,248
14,565
3,273
8,624
5,953
1,207,397

(5)

Tidak Eksklusif

38.02
32.22
61.16
45.61
37.26
48.68
66.03
40.56
57.65
57.22
58.98
47.85
34.38
42.70
58.20
64.50
66.94
69.84
59.52
44.96
43.81
49.32
60.93
36.08
30.41
62.91
50.50
67.01
32.45
61.73
44.99
20.57
48.62

(6)

Persentase Mendapat ASI Eksklusif

PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Dki Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 4.19

393

48.67
33.73

42.18

5 Kepulauan Riau

43.94

37.46
43.59

39.30
44.86

8 Kepulauan Bangka Belitung

9 Bengkulu

45.42
34.55
26.80

40.26
33.20

12 Jawa Barat

13 Banten

28.22

Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Kesra 2011

35.48

43.58

33 Papua Barat

Indonesia

32.20
43.05

31 Maluku Utara

32 Papua

38.41

30 Maluku

45.96

56.49
32.81

41.75
44.44

26 Sulawesi Tengah

27 Sulawesi Selatan

28 Sulawesi Barat

25.21

29 Sulawesi Tenggara

48.33

42.07

24 Sulawesi Utara

25 Gorontalo

33.12

38.78

33.26

53.72

33.97

37.14

40.72

35.48

33.04

40.92

43.66

35.43
42.47

22 Kalimantan Selatan

42.64

33.58

23 Kalimantan Timur

29.56
38.68

20 Kalimantan Barat

67.33
53.76

59.39
54.50

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

21 Kalimantan Tengah

28.38

30.74
26.75

16 Jawa Timur

17 Bali

41.97

21.35
45.61

14 Jawa Tengah

15 D.I. Yogyakarta

35.43

36.56
30.73

10 Lampung

11 Dki Jakarta

41.26

41.01

41.35
41.24

6 Jambi

7 Sumatera Selatan

38.46

40.83
35.44

32.64

40.42

3 Sumatera Barat

(4)

Perempuan

4 Riau

33.13

2 Sumatera Utara

(3)

38.39

(2)

(1)

Laki-laki

Perkotaan

(5)

37.08

39.24

48.34

32.99

37.77

36.60

50.94

46.23

37.41

38.60

38.96

33.01

40.16

43.64

55.60

56.62

30.48

16.52

38.53

38.47

49.69

39.94

43.14

30.19

59.05

59.58

22.76

28.43

53.39

27.78

29.60

38.20

0.00

34.50

47.46

35.28

43.80

38.39

31.48

41.34

44.52

36.15

28.73

28.98

(6)

Laki-laki

41.52

43.02

34.35

40.56

28.96

54.17

63.40

27.53

32.08

43.95

23.96

33.88

42.82

33.04

40.22

41.58

40.23

41.12

37.57

45.36

36.81

42.36

32.90

39.43

Laki-laki +
Perempuan
(7)

38.63

39.94

40.52

35.97

38.32

39.72

63.87

52.68

35.76

16.29

42.81

50.16

33.29

44.70

31.10

58.90

61.74

25.44

32.07

51.54

29.89

33.76

0.00
37.93

36.25

50.28

35.99

45.31

41.16

17.83

42.96

44.81

40.61

27.54

Perempuan

Perdesaan

(8)

38.00

39.26

39.66

34.42

39.25

41.81

59.40

54.64

33.03

16.41

40.52

49.91

36.77

43.94

30.64

58.98

60.64

24.12

30.19

52.35

28.86

31.59

38.07

0.00

35.36

48.85

35.62

44.51

39.74

24.79

42.12

44.66

38.16

28.13

Laki-laki +
Perempuan
(9)

36.46

40.27

39.96

32.79

39.51

40.78

55.78

52.09

33.14

19.31

40.11

45.12

38.05

41.56

29.99

58.12

59.51

25.26

29.54

48.06

24.82

31.95

39.55

30.73

35.01

46.57

37.24

42.89

39.27

40.24

38.93

43.12

34.70

31.49

Laki-laki
(10)

38.70

38.09

44.21

35.46

37.87

39.99

59.44

51.23

35.69

21.89

41.93

46.07

33.22

44.03

30.30

57.94

64.07

27.19

32.78

45.91

28.56

34.29

42.96

35.43

38.25

46.41

38.52

43.58

38.90

43.09

41.24

44.46

36.61

31.34

Perempuan

(11)

37.55

39.25

41.92

34.04

38.69

40.41

57.52

51.67

34.39

20.53

40.98

45.56

35.77

42.79

30.14

58.04

61.77

26.20

31.09

47.00

26.68

33.12

41.22

33.04

36.63

46.49

37.85

43.23

39.09

41.64

40.02

43.76

35.58

31.42

Laki-laki +
Perempuan

Perkotaan + Perdesaan

PERSENTASE ANAK USIA 2 - 4 TAHUN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2011

1 Aceh

Provinsi

No

Lampiran 4.20

394

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Provinsi

No

Lampiran 4.21

21,665,641

446,160
1,313,418
502,996
699,641
312,855
770,206
155,808
787,235
136,998
230,089
829,479
4,008,221
2,579,061
183,327
2,811,517
1,110,750
207,288
476,771
462,934
420,565
181,635
347,980
345,079
191,483
301,849
634,592
264,666
94,899
118,903
208,591
119,769
65,674
345,202

(3)

Jumlah Balita

16,266,768

297,220
995,333
366,484
424,812
232,672
573,865
107,822
589,434
83,368
137,441
442,056
3,352,089
2,118,197
144,751
2,469,561
764,607
169,413
379,653
363,883
242,871
103,203
248,953
211,705
144,479
179,890
466,645
164,760
76,913
87,301
125,573
62,834
32,098
106,882

(4)

Jumlah
(5)

75.1

66.6
75.8
72.9
60.7
74.4
74.5
69.2
74.9
60.9
59.7
53.3
83.6
82.1
79.0
87.8
68.8
81.7
79.6
78.6
57.7
56.8
71.5
61.3
75.5
59.6
73.5
62.3
81.0
73.4
60.2
52.5
48.9
31.0

Cakupan (%)

Balita Ditimbang (D/S)

CAKUPAN BALITA DITIMBANG


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

395

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

42,702

617
670
539
65
122
178
151
202
133
284
1,147
6,762
2,972
451
10,848
5,063
79
556
3,594
193
55
124
384
73
304
408
273
961
581
316
87
1,605
2,905

(3)

Kasus Gizi Buruk Ditemukan

42,702

617
670
539
65
122
178
151
202
133
284
1,147
6,762
2,972
451
10,848
5,063
79
556
3,594
193
55
124
384
73
304
408
273
961
581
316
87
1,605
2,905

(4)

Kasus Gizi Buruk Dirawat

Kasus Gizi Buruk Mendapat Perawatan

KASUS GIZI BURUK DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.22

100.0

100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

(5)

396

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua
Indonesia

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Update sampai dengan 16 Maret 2013

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

19

Nusa Tenggara Barat

20

Bali

Jawa Barat

12

18

DKI Jakarta

11

17

Kepulauan Riau

10

Banten

Kepulauan Bangka Belitung

Jawa Timur

Lampung

16

Bengkulu

15

Sumatera Selatan

Jawa Tengah

Jambi

DI Yogyakarta

Riau

13

Sumatera Barat

14

Aceh

Sumatera Utara

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.23

75.2
99.6

4,649,490

78.7

90.7

90.6

77.2

93.1

90.0

98.9

93.0

104.9

88.4

75.9

103.1

92.1

86.6

101.9

99.0

99.3

105.4

104.9

102.9

110.3

92.6

90.7

97.8

97.7

88.4

105.7

112.7

89.8

86.6

94.6

92.8

(4)

37,149

15,702

22,765

34,778

21,668

20,734

50,999

162,234

53,712

42,838

74,385

59,099

46,152

83,434

104,793

104,016

66,958

215,880

610,104

48,649

578,687

936,361

159,844

42,003

27,251

156,721

32,782

170,505

76,547

122,608

92,495

285,378

92,259

(3)

Jumlah

BCG
%

98.2

64,249

3,999,095

21,391

85.6

43.3

38.1

66.1

16,598
7,607

56.1

64.3

76.8

46.8

87.7

57.0

21,511

18,029

17,086

26,539

143,784

32,932

76.6

64.6

54,324
31,257

62.6

60.3

58.8

60.9

98.2

95.0

48,738

26,967

53,268

73,707

100,244

89.9

568,304
195,437

101.2

97.4

99.9

74.9

79.9

92.7

46,931

547,822

848,501

129,272

37,017

25,842

79.4

65.7

24,378
127,247

88.6

102.4

67.1

72.7

76.7

77.5

(6)

142,952

69,545

91,561

77,600

231,454

77,001

(5)

Jumlah

HB0

4,666,803

38,518

15,584

22,568

36,182

22,026

21,018

50,905

162,460

53,756

42,938

75,234

60,257

45,763

83,759

105,587

110,127

67,248

217,039

614,338

47,008

574,609

930,930

162,494

43,719

27,439

159,091

32,962

173,054

74,584

124,103

91,555

288,283

91,665

(7)

Jumlah

103.0

80.3

81.4

93.6

98.2

81.8

98.3

93.5

103.2

97.0

108.4

91.2

80.6

104.3

96.3

90.9

112.3

101.4

104.0

108.3

103.5

104.2

113.0

96.1

97.3

101.5

103.3

92.5

111.7

113.2

93.7

89.3

99.5

94.1

(8)

DPT/HB1

4,570,155

34,231

13,849

21,663

33,593

21,359

20,455

49,073

159,393

51,011

41,814

72,658

56,964

44,236

80,369

99,338

109,466

65,307

209,417

612,487

46,091

573,609

916,798

160,869

42,535

25,835

159,098

32,012

169,334

74,299

119,928

87,006

279,231

86,827

(9)

Jumlah

100.9

71.4

72.3

89.9

91.2

79.3

95.7

90.1

101.2

92.0

105.5

88.1

76.2

100.8

92.4

85.5

111.7

98.5

100.4

108.0

101.4

104.1

111.3

95.1

94.7

95.6

103.3

89.9

109.3

112.8

90.6

84.9

96.4

89.1

(10)

DPT/HB3

CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

4,570,535

34,812

14,006

21,893

33,174

21,724

20,688

49,697

156,610

50,716

41,867

72,845

56,991

43,672

80,003

97,019

109,439

65,522

209,423

614,485

45,592

583,171

914,068

159,381

42,632

25,981

158,207

31,498

168,915

74,885

120,506

85,689

276,538

88,886

(11)

Jumlah

Polio 4
%

100.9

72.6

73.1

90.8

90.0

80.6

96.8

91.3

99.4

91.5

105.7

88.3

76.2

99.5

91.9

83.5

111.6

98.8

100.4

108.3

100.3

105.8

111.0

94.2

94.9

96.1

102.8

88.4

109.1

113.7

91.0

83.6

95.5

91.3

(12)

4,498,419

35,603

13,935

20,801

33,745

21,133

19,946

48,244

156,723

50,506

41,153

71,576

56,041

42,224

78,151

97,872

108,223

65,080

204,821

598,206

46,350

564,918

908,923

150,989

40,711

25,819

156,662

32,464

168,681

74,593

119,264

84,502

273,524

87,036

(13)

Jumlah

Campak
%

99.3

74.3

72.7

86.3

91.6

78.5

93.3

88.6

99.5

91.1

103.9

86.8

75.0

96.2

89.8

84.2

110.4

98.2

98.2

105.5

102.0

102.5

110.3

89.3

90.6

95.5

101.8

91.1

108.9

113.2

90.1

82.4

94.4

89.4

(14)

3,929,748

21,919

9,236

16,859

13,436

18,814

19,474

46,820

139,828

42,389

29,245

54,850

53,832

37,838

73,631

63,247

105,320

44,431

190,546

479,430

43,377

496,990

841,379

135,572

36,792

25,423

151,936

32,380

144,500

61,862

97,560

79,118

234,805

86,909

(15)

Jumlah

86.8

45.7

48.2

69.9

36.5

69.8

91.1

86.0

88.8

76.5

73.8

66.5

72.0

86.2

84.6

54.4

107.4

67.0

91.3

84.5

95.5

90.2

102.1

80.1

81.9

94.0

98.7

90.9

93.3

93.9

73.7

77.2

81.1

89.2

(16)

Imunisasi Dasar Lengkap*

397

346

2,247

1,417
1,546

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

54,689

967
1,253
3,380
78,392

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 Papua

Update sampai dengan 17 Mei 2013

Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

782

893

30 Maluku
265

499

579

235

558

29 Sulawesi Barat

399

606

768

2,459

1,189

1,097

828

1,377

1,012

1,161

2,194

823

712

986

6,842

432

7,886

4,754

267

222

311

1,008

1,114

2,559

1,116

935

3,284

4,150

2,444

(4)

Desa UCI

28 Gorontalo

1,989

1,958

22 Kalimantan Selatan

27 Sulawesi Tenggara

1,479

21 Kalimantan Tengah

1,710

1,858

20 Kalimantan Barat

2,941

2,813

19 Nusa Tenggara Timur

25 Sulawesi Tengah

897

18 Nusa Tenggara Barat

26 Sulawesi Selatan

715

17 Bali

8,505
1,454

438

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

8,559

13 Jawa Tengah

16 Banten

267
5,877

11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

333

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

1,461

3,103

1,329

1,642

3,437

5,978

6,436

(3)

Jumlah Desa

Tahun 2009

69.76

23.14

21.15

51.60

64.84

42.11

65.84

38.61

83.61

69.53

70.96

58.43

70.33

68.42

62.49

78.00

91.75

99.58

67.81

80.45

98.63

92.14

80.89

100.00

66.67

89.88

44.86

76.25

82.47

83.97

56.94

95.55

69.42

37.97

(5)

75,990

1,060

1,106

1,033

953

604

622

2,028

2,947

1,778

1,395

1,417

1,983

1,492

1,873

2,817

911

716

1,510

8,507

438

8,287

5,880

267

351

359

2,401

1,463

3,108

1,363

1,642

3,437

5,771

6,471

(6)

Jumlah Desa

57,226

635

443

523

696

396

382

1,422

2,420

1,063

898

895

1,382

1,160

1,134

1,916

844

714

1,238

6,453

438

7,791

4,858

265

223

329

2,048

1,143

2,637

1,215

925

3,335

3,997

3,408

(7)

Desa UCI

Tahun 2010

75.31

59.91

40.05

50.63

73.03

65.56

61.41

70.12

82.12

59.79

64.37

63.16

69.69

77.75

60.54

68.02

92.65

99.72

81.99

75.86

100.00

94.01

82.62

99.25

63.53

91.64

85.30

78.13

84.85

89.14

56.33

97.03

69.26

52.67

(8)

76,782

1,360

501

1,066

955

603

622

2,092

2,960

1,817

1,673

1,438

1,981

1,510

1,896

2,832

951

716

1,535

8,507

438

8,573

5,893

267

351

359

2,462

1,347

3,105

1,380

1,647

3,760

5,734

6,451

(9)

Jumlah Desa

56,941

745

259

670

718

409

317

1,492

2,507

1,365

1,243

947

1,416

1,136

1,342

2,051

893

679

1,189

4,645

438

8,254

4,653

266

275

322

2,182

1,077

2,730

1,310

1,123

3,256

3,012

4,020

(10)

Desa UCI

Tahun 2011

74.16

54.78

51.70

62.85

75.18

67.83

50.96

71.32

84.70

75.12

74.30

65.86

71.48

75.23

70.78

72.42

93.90

94.83

77.46

54.60

100.00

96.28

78.96

99.63

78.35

89.69

88.63

79.96

87.92

94.93

68.18

86.60

52.53

62.32

(11)

80,026

2,435

1,419

1,073

1,090

645

728

2,136

2,984

1,844

1,708

1,348

1,979

1,527

1,973

2,952

1,107

716

1,542

8,515

438

8,555

5,918

267

356

367

2,503

1,504

3,188

1,381

1,681

3,827

5,823

6,497

(12)

Jumlah Desa

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2009-2012

10 Kepulauan Riau

Sumatera Selatan

Bengkulu

Riau

Jambi

Sumatera Barat

Aceh

Sumatera Utara

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.24

2,598

1,535

1,247

879

1,330

1,112

1,387

2,150

986

675

1,343

7,298

438

8,454

5,427

267

284

349

2,252

1,217

2,892

1,276

1,146

3,483

3,991

4,508

63,474

403

420

752

774

486

488

1,627

(13)

Desa UCI

Tahun 2012
%

79.3

16.6

29.6

70.1

71.0

75.3

67.0

76.2

87.1

83.2

73.0

65.2

67.2

72.8

70.3

72.8

89.1

94.3

87.1

85.7

100.0

98.8

91.7

100.0

79.8

95.1

90.0

80.9

90.7

92.4

68.2

91.0

68.5

69.4

(14)

398

4.0

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

1.4
4.5
4.0

16 Banten

17 Bali

18 Nusa Tenggara Barat

5.8
6.8
(1.5)
3.4
7.2
19.8
16.1

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

31 Maluku Utara

32 Papua Barat

33 Papua

Update sampai dengan 16 Maret 2013

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2012

6.0

4.2

26 Sulawesi Selatan

Indonesia

11.0

25 Sulawesi Tengah

4.3

23 Kalimantan Timur
10.6

7.0

22 Kalimantan Selatan

24 Sulawesi Utara

3.3

21 Kalimantan Tengah

20 Kalimantan Barat

3.1

3.7

5.4

4.3

5.3

14.2

19.9

9.2

1.7

9.8

6.0

6.4

5.4

9.2

8.9

7.1

6.2

5.0

4.7

5.9

15 Jawa Timur

(0.8)

13.1

(0.8)

14 DI Yogyakarta

3.2

4.7

8.2

9.6

7.5

2.7

4.9

4.4

5.2

6.7

7.8

4.4

13.3

11.6

4.3

13 Jawa Tengah

(4)

2008

22.7

5.7

12 Jawa Barat

19 Nusa Tenggara Timur

0.6

10.7

17.8

11 DKI Jakarta

10 Kepulauan Riau

(1.1)

Bengkulu

6.9

7.8

Jambi

7.2

Sumatera Selatan

Riau

15.0

0.2

21.6

Sumatera Barat

(3)

2007
(5)

2009

5.2

3.8

6.3

3.3

15.8

12.2

2.8

9.5

4.1

7.0

4.3

7.3

5.7

5.5

8.3

1.2

4.0

2.1

6.2

4.3

(1.0)

4.2

4.3

6.9

5.5

3.9

9.1

3.0

5.8

3.6

7.8

8.9

5.3

6.7

(6)

4.6

9.4

11.6

8.6

6.2

2.0

4.8

11.1

4.9

7.4

5.6

5.8

7.7

3.9

6.5

2.5

4.3

2.9

3.5

4.8

0.4

3.7

5.1

7.8

2.9

1.4

1.9

0.9

2.9

0.0

3.7

10.1

3.3

7.8

DPT/HB(1)-Campak

2010

(7)

3.4

5.9

6.0

4.3

5.8

4.1

5.0

4.9

1.8

3.5

4.2

2.4

1.8

1.9

2.5

1.8

1.8

3.8

0.7

4.3

1.9

2.0

2.4

6.3

4.8

6.5

3.3

18.0

12.9

6.4

7.9

4.4

0.5

2.6

9.5

5.6

3.2

6.1

6.2

4.4

4.4

3.9

7.9

7.2

4.7

5.1

6.8

6.3

2.9

5.8

5.3

-0.8

3.5

3.3

4.6

9.1

7.4

4.5

2.6

2.1

2.1

5.4

5.6

3.9

7.7

2.6

(8)

DPT/HB(1)Campak

0.7

10.8

DPT/HB(1) DPT/HB(3)

Tahun

(9)

2011
DPT/HB(1) DPT/HB(3)

9.2

2.2

4.8

4.9

4.1

6.6

6.9

5.1

7.8

1.3

3.1

4.3

2.6

0.6

1.3

2.3

2.6

4.8

5.4

1.0

3.2

1.4

2.2

4.2

3.6

3.7

6.1

3.1

12.0

11.2

6.4

7.2

2.3

-0.9

DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2012

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.25

(10)

7.8

6.7

4.1

5.1

5.2

3.5

6.0

4.2

4.9

7.0

7.7

6.7

7.3

1.7

3.2

5.6

2.6

1.4

1.7

2.4

7.1

6.9

5.9

1.5

1.5

2.5

0.0

3.9

7.7

5.1

5.0

2012

3.6

7.6

10.6

DPT/HB(1)Campak

(11)

2.1

11.1

11.1

4.0

7.2

3.0

2.7

3.6

1.9

5.1

2.6

3.4

5.5

3.3

4.0

5.9

0.6

2.9

3.5

0.3

2.0

0.2

1.5

1.0

2.7

5.8

0.0

2.9

2.1

0.4

3.4

5.0

3.1

5.3

DPT/HB(1) DPT/HB(3)

399

Papua Barat

Papua

32

33

Update sampai dengan 16 Maret 2013

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Maluku

Maluku Utara

Sulawesi Barat

29

30

Gorontalo

28

31

Sulawesi Tenggara

Kalimantan Barat

20

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Timur

19

27

Nusa Tenggara Barat

26

Bali

17

18

Sulawesi Tengah

Banten

16

25

Jawa Timur

15

Sulawesi Utara

DI Yogyakarta

14

Kalimantan Timur

Jawa Tengah

13

24

Jawa Barat

12

23

DKI Jakarta

11

Kalimantan Tengah

Kepulauan Riau

10

Kalimantan Selatan

Kepulauan Bangka Belitung

21

Lampung

22

Sumatera Selatan

Jambi

Bengkulu

Riau

Sumatera Barat

Aceh

Sumatera Utara

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.26

5,136,041

54,349

21,942

27,609

42,207

30,857

24,487

62,363

180,414

63,498

44,913

92,530

85,647

49,231

99,674

133,133

112,295

74,404

239,027

636,456

59,176

618,598

933,856

189,828

50,931

30,649

176,364

40,808

177,433

74,687

150,110

117,429

331,834

109,302

(3)

Jumlah Ibu
Hamil

2,213,198

3,598

4,526

14,544

19,390

15,737

15,454

22,201

101,820

24,584

37,273

14,555

32,479

35,440

18,522

15,860

109,846

2,108

118,316

14,124

2,524

174,703

794,347

44,714

20,087

7,304

64,995

28,709

161,056

57,036

30,733

34,995

131,034

40,584

(4)

Jumlah

TT1

43.09

6.62

20.63

52.68

45.94

51.00

63.11

35.60

56.44

38.72

82.99

15.73

37.92

71.99

18.58

11.91

97.82

2.83

49.50

2.22

4.27

28.24

85.06

23.56

39.44

23.83

36.85

70.35

90.77

76.37

20.47

29.80

39.49

37.13

(5)

2,074,929

2,803

3,644

12,907

17,124

13,393

13,171

19,366

92,137

21,999

36,429

13,457

30,631

32,444

18,199

14,875

105,931

1,723

110,239

19,091

3,036

185,007

728,634

40,658

18,342

7,019

62,905

26,999

154,275

53,047

30,707

33,753

112,027

38,957

(6)

Jumlah

TT2

40.40

5.16

16.61

46.75

40.57

43.40

53.79

31.05

51.07

34.65

81.11

14.54

35.76

65.90

18.26

11.17

94.33

2.32

46.12

3.00

5.13

29.91

78.02

21.42

36.01

22.90

35.67

66.16

86.95

71.03

20.46

28.74

33.76

35.64

(7)

574,981

870

2,744

3,054

2,543

1,691

1,898

7,642

15,394

6,478

2,506

7,406

6,006

2,275

6,504

7,775

3,743

39,721

24,310

10,096

107,428

123,297

25,551

6,391

7,160

28,541

999

9,918

27,266

16,405

50,372

18,997

(8)

Jumlah

TT3

11.20

1.60

12.51

11.06

6.03

5.48

7.75

12.25

8.53

10.20

5.58

8.00

7.01

4.62

6.53

5.84

0.00

5.03

16.62

3.82

17.06

17.37

13.20

13.46

12.55

23.36

16.18

2.45

0.00

13.28

18.16

13.97

15.18

17.38

(9)

506,065

482

1,693

2,004

1,549

640

1,037

5,684

11,493

5,123

1,294

6,372

3,576

947

4,763

5,279

21,548

27,244

43,403

9,650

99,550

80,233

38,533

4,163

5,105

27,673

246

6,891

25,292

13,632

38,538

12,428

(10)

Jumlah

Ibu Hamil Diimunisasi


TT4

CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

9.85

0.89

7.72

7.26

3.67

2.07

4.23

9.11

6.37

8.07

2.88

6.89

4.18

1.92

4.78

3.97

0.00

28.96

11.40

6.82

16.31

16.09

8.59

20.30

8.17

16.66

15.69

0.60

0.00

9.23

16.85

11.61

11.61

11.37

(11)

500,417

534

1,691

1,963

1,235

711

795

5,267

16,549

4,721

1,018

5,707

2,585

655

4,558

5,126

47,402

23,665

59,643

7,457

80,984

72,982

41,591

3,927

3,966

23,096

298

4,613

21,554

10,463

31,613

14,048

(12)

Jumlah

TT5

9.74

0.98

7.71

7.11

2.93

2.30

3.25

8.45

9.17

7.43

2.27

6.17

3.02

1.33

4.57

3.85

0.00

63.71

9.90

9.37

12.60

13.09

7.82

21.91

7.71

12.94

13.10

0.73

0.00

6.18

14.36

8.91

9.53

12.85

(13)

3,656,393

4,689

9,772

19,928

22,451

16,435

16,901

37,959

135,573

38,321

41,247

32,942

42,798

36,321

34,024

33,055

105,931

74,416

200,869

146,447

30,239

472,969

1,005,146

146,333

32,823

23,250

142,215

28,543

154,275

74,469

104,819

74,253

232,550

84,430

(14)

Jumlah

71.19

8.63

44.54

72.18

53.19

53.26

69.02

60.87

75.15

60.35

91.84

35.60

49.97

73.78

34.14

24.83

94.33

100.02

84.04

23.01

51.10

76.46

107.63

77.09

64.45

75.86

80.64

69.94

86.95

99.71

69.83

63.23

70.08

77.24

(15)

TT2+

400

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

16

17

18

19

20

21

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013


Update sampai dengan 16 Maret 2013

Indonesia

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

24

Kalimantan Timur

Jawa Timur

15

23

DI Yogyakarta

14

Kalimantan Selatan

Jawa Tengah

13

22

Jawa Barat

DKI Jakarta

Bengkulu

Lampung

12

Sumatera Selatan

11

Jambi

Kepulauan Riau

Riau

Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Barat

Sumatera Utara

10

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.27

106,526

26,341

11,678

28,523

22,211

30,096

24,758

61,384

179,871

71,129

43,723

89,551

83,492

44,679

126,454

154,998

108,493

69,995

218,344

639,166

49,634

568,963

899,267

158,529

37,883

29,562

171,126

42,633

187,044

76,146

146,380

116,762

332,138

4,957,479

(3)

Kelas 1 Campak
106,526

26,341

11,678

28,523

22,211

30,096

24,758

61,384

179,871

71,129

43,723

89,551

84,659

52,679

126,454

154,998

108,493

69,995

218,344

639,166

50,121

604,021

850,456

158,820

37,883

29,562

170,117

42,633

187,044

76,146

146,380

116,517

332,138

4,699,971

22,922

8,335

26,523

13,076

30,288

24,302

55,488

175,742

69,381

42,988

81,981

80,498

56,238

116,132

134,390

103,438

69,755

220,949

630,568

50,954

576,328

801,844

147,625

36,977

26,196

167,147

41,264

172,603

75,094

140,827

114,639

287,848

97,632

(5)

Kelas 2

Sasaran

4,952,417

(4)

Kelas 1 DT

4,703,129

22,299

7,110

25,812

12,908

31,266

24,143

53,729

177,552

68,035

44,311

86,645

79,953

55,533

111,401

134,390

104,409

72,152

224,357

658,312

50,773

574,316

793,819

142,450

34,148

26,622

164,713

39,995

172,440

74,391

137,037

114,702

282,898

100,509

(6)

Kelas 3

9,561,105

45,221

15,445

52,335

25,984

61,554

48,445

109,217

353,294

137,416

87,298

168,626

160,451

111,771

227,533

273,154

207,847

141,907

445,306

1,288,880

101,727

1,193,289

1,701,497

290,075

71,125

52,818

331,860

81,259

345,043

149,485

277,864

229,341

575,897

198,141

(7)

Kelas 2+3

4,551,877

11,585

8,654

26,812

18,849

27,991

22,198

55,267

153,747

66,410

40,099

81,348

80,008

41,602

117,798

90,032

100,838

69,300

215,440

623,859

48,103

562,774

827,098

146,950

35,863

26,583

166,621

40,711

176,423

73,604

138,802

106,892

255,478

94,138

(8)

Jumlah
(9)

91.8

44.0

74.1

94.0

84.9

93.0

89.7

90.0

85.5

93.4

91.7

90.8

95.8

93.1

93.2

58.1

92.9

99.0

98.7

97.6

96.9

98.9

92.0

92.7

94.7

89.9

97.4

95.5

94.3

96.7

94.8

91.5

76.9

88.4

Campak (Kelas 1)

4,545,682

21,605

9,633

26,766

20,871

27,855

20,386

56,021

166,159

66,425

39,538

78,795

80,876

52,422

93,822

90,139

100,812

69,318

205,588

624,043

48,917

597,964

766,672

147,351

36,604

19,568

167,566

39,844

168,072

74,038

137,322

109,677

285,729

95,284

(10)

Jumlah
(11)

DT (Kelas 1)

CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

91.7

82.0

82.5

93.8

94.0

92.6

82.3

91.3

92.4

93.4

90.4

88.0

95.5

99.5

74.2

58.2

92.9

99.0

94.2

97.6

98.6

99.0

90.1

92.8

96.6

66.2

97.9

93.5

89.9

97.2

93.8

94.1

86.0

89.4

4,412,458

20,116

5,906

25,158

11,858

27,634

19,949

51,109

165,945

66,001

39,283

72,818

76,197

52,788

100,910

79,101

94,355

69,368

183,873

614,622

49,953

605,903

775,115

136,555

35,118

18,072

164,524

38,390

153,947

72,818

132,074

107,399

257,428

88,173

(12)

93.0

89.2

97.0

93.8

93.7

89.4

90.3

93.9

87.8

70.9

94.9

90.7

91.2

82.1

92.1

94.4

95.1

91.4

88.8

94.7

93.9

86.9

58.9

91.2

99.4

83.2

97.5

98.0

105.1

96.7

92.5

95.0

69.0

98.4

(13)

Td (Kelas 2)
Jumlah

4,454,595

19,215

5,714

23,956

12,064

28,591

20,058

49,167

163,274

65,028

40,268

72,592

76,197

49,220

98,354

79,101

95,310

71,602

212,448

640,610

49,869

605,903

780,724

140,775

32,828

16,142

161,596

37,118

154,083

72,748

129,349

107,081

253,113

90,499

(14)

60.6

98.1

92.8

89.4

97.8

94.4

93.4

89.5

90.0

94.7

86.2

80.4

92.8

93.5

91.4

83.1

91.5

92.0

95.6

90.9

83.8

95.3

88.6

88.3

58.9

91.3

99.2

94.7

97.3

98.2

105.5

98.4

98.8

96.1

(15)

Td (Kelas 3)
Jumlah

8,929,760

39,331

11,619

49,114

23,922

56,225

40,007

100,276

329,219

131,029

79,551

145,410

152,393

102,008

199,264

158,201

189,665

140,970

396,321

1,255,232

99,822

1,211,805

1,564,000

277,330

67,946

34,214

326,120

75,508

308,030

145,566

261,423

214,480

565,087

178,672

(16)

91.9

96

95.5

64.8

98.3

92.9

89.3

97.4

94.1

93.5

98.1

90.2

93.4

87.0

75.2

93.8

92.1

91.3

82.6

91.8

93.2

95.4

91.1

86.2

95.0

91.3

87.6

57.9

91.3

99.3

89.0

97.4

98.1

101.6

(17)

Td (Kelas 2+3)
Jumlah

401

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

20

21

22

23

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

29

30

31

32

33

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013


Update sampai dengan 16 Maret 2013

Indonesia

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

27

28

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Timur

19

26

Nusa Tenggara Barat

18

Sulawesi Utara

Bali

17

Sulawesi Tengah

Banten

16

24

Jawa Timur

15

25

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

14

Jawa Barat

Sumatera Selatan

12

Jambi

Kepulauan Riau

Riau

DKI Jakarta

Sumatera Barat

10

Sumatera Utara

11

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 4.28

4,496
2,634,773

51,472,069

5,166

16,836

31,004

15,894

17,739

22,201

112,557

25,224

39,671

22,710

47,477

42,004

25,460

18,027

109,846

2,123

135,018

32,622

6,013

359,121

794,347

37,959

26,689

8,175

78,194

30,807

161,056

66,877

37,269

44,455

175,536

82,200

(4)

Jumlah

722,055

177,480

229,825

324,438

251,153

229,151

494,599

1,731,936

565,677

451,712

837,510

834,350

507,237

949,829

930,550

1,040,152

825,027

2,595,078

7,632,356

698,647

6,371,904

9,421,228

2,436,343

477,051

278,652

1,624,163

386,017

1,667,143

715,455

1,319,624

979,910

2,739,945

1,025,872

(3)

Jumlah WUS
TT1

5.12

0.62

2.91

7.33

9.56

6.33

7.74

4.49

6.50

4.46

8.78

2.71

5.69

8.28

2.68

1.94

10.56

0.26

5.20

0.43

0.86

5.64

8.43

1.56

5.59

2.93

4.81

7.98

9.66

9.35

2.82

4.54

6.41

8.01

(5)

2,421,073

3,379

4,548

15,063

27,600

13,432

14,186

19,366

94,704

22,165

37,115

19,861

38,927

35,464

24,444

16,659

105,931

1,741

129,770

52,711

4,954

332,124

728,634

34,513

21,911

7,882

73,310

28,138

154,275

58,584

35,693

38,374

152,619

72,996

(6)

Jumlah

TT2

4.70

0.47

2.56

6.55

8.51

5.35

6.19

3.92

5.47

3.92

8.22

2.37

4.67

6.99

2.57

1.79

10.18

0.21

5.00

0.69

0.71

5.21

7.73

1.42

4.59

2.83

4.51

7.29

9.25

8.19

2.70

3.92

5.57

7.12

(7)

991,634

1,277

3,842

5,521

9,428

1,720

2,577

7,642

17,567

6,537

2,839

13,581

8,240

2,587

13,950

9,358

5,074

64,216

91,589

21,500

315,273

123,297

21,130

8,093

8,432

37,214

1,493

11,267

33,471

21,702

77,221

43,996

(8)

1.93

0.18

2.16

2.40

2.91

0.68

1.12

1.55

1.01

1.16

0.63

1.62

0.99

0.51

1.47

1.01

0.62

2.47

1.20

3.08

4.95

1.31

0.87

1.70

3.03

2.29

0.39

1.57

2.54

2.21

2.82

4.29

(9)

1,017,903

680

2,521

3,521

6,542

663

1,234

5,684

12,921

5,148

1,488

12,317

4,471

1,175

11,646

6,582

22,770

50,825

175,966

11,985

369,189

80,233

32,308

5,411

6,312

36,494

1,148

7,734

28,913

18,504

60,588

32,930

(10)

Wanita Usia Subur Diimunisasi


TT3
Jumlah
%
Jumlah

CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

TT4

1.98

0.09

1.42

1.53

2.02

0.26

0.54

1.15

0.75

0.91

0.33

1.47

0.54

0.23

1.23

0.71

2.76

1.96

2.31

1.72

5.79

0.85

1.33

1.13

2.27

2.25

0.30

1.08

2.19

1.89

2.21

3.21

(11)

1,211,615

1,188

2,339

3,130

5,049

744

923

5,267

21,800

4,744

1,159

11,297

3,214

853

9,943

5,966

50,166

47,922

254,390

8,647

492,033

72,982

35,451

5,225

4,676

30,413

724

5,262

24,460

17,949

51,355

32,344

(12)

Jumlah

TT5
%

2.35

0.16

1.32

1.36

1.56

0.30

0.40

1.06

1.26

0.84

0.26

1.35

0.39

0.17

1.05

0.64

6.08

1.85

3.33

1.24

7.72

0.77

1.46

1.10

1.68

1.87

0.19

0.74

1.85

1.83

1.87

3.15

(13)

402

(2)

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 4.29

503

(3)

Jumlah
Layanan
7
38
2
11
4
17
2
7
4
9
48
72
22
12
34
17
29
6
14
12
5
7
16
5
4
18
3
1
2
7
3
13
52

1,985
23,032
1,895
11,696
3,029
9,984
1,137
7,326
2,917
18,643
44,379
17,705
9,844
3,243
34,908
4,152
14,182
4,421
3,309
8,988
887
1,862
12,846
4,132
1,798
12,032
2,763
249
487
6,505
1,191
8,469
40,637
320,633

(4)

Jumlah Klien
Berkunjung

279,389

(5)

1,616
22,931
1,619
11,690
3,029
9,982
1,153
7,380
2,674
11,147
23,248
17,586
9,839
4,215
34,861
4,088
12,602
4,419
2,741
8,958
885
1,419
12,316
3,864
1,837
11,971
2,760
262
472
6,337
1,160
6,456
33,872

Jumlah Klien Mengikuti


Konseling Sebelum Tes
HIV

279,812

(6)

1,609
22,893
506
11,693
1,377
9,962
1,154
7,369
2,674
10,561
22,900
18,439
9,861
4,178
35,062
4,010
12,959
4,357
2,815
8,974
883
1,794
12,723
3,787
1,829
10,424
2,760
260
469
6,334
1,159
4,984
39,053

Jumlah Klien
Menjalani Tes HIV

JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

274,521

(7)

1,511
22,886
1,806
11,041
3,012
9,922
1,123
7,367
2,662
10,323
22,565
18,324
10,844
3,798
33,485
3,927
10,197
4,344
2,667
8,951
619
1,779
12,722
3,861
1,770
10,655
2,760
204
424
6,494
1,178
6,315
34,985

Jumlah Klien
Mengikuti Konseling
Setelah Tes HIV

21,511

(8)

26
1,337
133
314
203
230
40
335
132
792
3,926
1,416
1,110
272
2,912
395
1,737
110
242
465
46
88
392
212
86
524
71
8
7
295
92
535
3,028

Jumlah Klien
Positif HIV

403

(2)

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No
(3)

Layanan PDP
8
18
2
11
4
8
2
3
4
6
32
33
23
5
30
10
12
4
9
9
4
3
7
5
2
14
1
1
1
2
3
13
49
338

(4)

Layanan PPIA
1
2
1
1
1
2
1
2
3
3
7
6
5
1
13
3
6
2
3
2
0
1
3
3
1
3
1
0
1
3
3
3
18
105

(5)

Layanan IMS
3
17
2
6
3
6
4
8
4
5
15
46
11
6
11
10
14
3
4
9
5
5
12
3
3
8
3
1
1
5
2
7
15
257

(6)

Layanan PTRM
4
1
1
1
2
1
1
18
12
6
5
9
7
6
3
1
5
83

(7)

Layanan TB-HIV

JUMLAH LAYANAN PERAWATAN, DUKUNGAN, DAN PENGOBATAN (PDP), PENCEGAHAN DAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS), PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (PTRM), DAN TB-HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Lampiran 4.30

3
14
2
5
2
5
2
5
4
7
19
20
16
8
20
5
6
6
2
6
3
4
5
5
2
10
3
2
2
3
2
7
18
223

404

(2)

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 4.31

4,377
21,060
6,713
4,787
3,425
8,117
1,770
7,727
1,405
1,907
25,937
63,053
39,704
2,419
41,571
14,898
3,179
5,556
5,863
5,681
2,476
4,905
4,206
5,854
3,215
11,052
3,975
1,826
1,545
3,679
1,204
1,723
6,499
321,308

(3)

Semua Kasus
3,611
16,969
4,586
3,153
3,156
5,467
1,565
5,994
1,028
1,065
8,635
34,658
20,570
1,126
26,044
8,461
1,583
3,665
4,173
4,748
1,487
3,328
2,447
5,292
2,796
8,935
3,729
1,674
1,353
2,438
826
634
2,601
197,797

(4)

BTA Pos

Cakupan TB

3,222
15,440
3,786
2,199
2,783
4,675
1,327
5,243
885
709
5,973
29,679
16,804
906
22,282
7,801
1,182
2,812
3,049
4,402
939
2,921
1,852
4,830
2,442
7,818
3,215
1,382
1,121
1,652
466
196
1,533
165,526

(5)

Jumlah

Sembuh

89.2
91.0
82.6
69.7
88.2
85.5
84.8
87.5
86.1
66.6
69.2
85.6
81.7
80.5
85.6
92.2
74.7
76.7
73.1
92.7
63.1
87.8
75.7
91.3
87.3
87.5
86.2
82.6
82.9
67.8
56.4
30.9
58.9
83.7

(6)

%
181
653
206
378
135
514
149
358
18
120
1,075
2,216
1,107
71
1,341
520
181
497
224
108
269
146
217
217
127
136
274
235
96
302
200
81
444
12,796

(7)

Jumlah
0.1
0.0
0.0
0.1
0.0
0.1
0.1
0.1
0.0
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.0
0.2
0.0
0.1
0.0
0.0
0.0
0.1
0.1
0.1
0.1
0.2
0.1
0.2
0.1

(8)

Pengobatan Lengkap

CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP,


DAN SUCCESS RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

3,403
16,093
3,992
2,577
2,918
5,189
1,476
5,601
903
829
7,048
31,895
17,911
977
23,623
8,321
1,363
3,309
3,273
4,510
1,208
3,067
2,069
5,047
2,569
7,954
3,489
1,617
1,217
1,954
666
277
1,977
178,322

(9)

Sembuh &
Pengobatan
Lengkap

94.2
94.8
87.0
81.7
92.5
94.9
94.3
93.4
87.8
77.8
81.6
92.0
87.1
86.8
90.7
98.3
86.1
90.3
78.4
95.0
81.2
92.2
84.6
95.4
91.9
89.0
93.6
96.6
89.9
80.1
80.6
43.7
76.0
90.2

(10)

(%)

Success Rate

405

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(3)

447,429
1,310,360
483,236
550,836
306,998
743,521
178,475
758,230
126,538
186,413
960,433
4,384,404
3,229,781
345,316
3,720,974
1,058,464
388,524
451,949
447,429
407,693
222,693
366,447
353,757
226,398
269,415
832,896
233,198
105,635
113,550
152,691
103,546
23,469,749

Jumlah Penduduk Usia


Balita Wil. PKM
Program

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

Provinsi

No

Lampiran 4.32

(4)

44,743
131,036
48,324
55,084
30,700
74,352
17,848
75,823
12,654
18,641
96,043
438,440
322,978
34,532
372,097
105,846
38,852
45,195
44,743
40,769
22,269
36,645
35,376
22,640
26,942
83,290
23,320
10,564
11,355
15,269
10,355
2,346,975

Target Penemuan
Pneumonia Balita
(10%)
1,316
10,202
6,621
6,998
4,315
13,540
954
3,997
3,685
1,397
17,032
116,585
51,224
119
39,859
14,889
2,973
15,383
2,926
2,183
220
9,263
4,455
475
5,288
4,575
2,629
1,265
965
603
717
0
0
346,653

178,330

(6)

1-4 Tahun

354
6,820
2,268
2,854
1,474
7,138
389
2,198
1,287
529
8,828
64,512
21,118
2,473
18,815
8,085
1,570
10,050
1,475
1,148
137
4,104
2,220
284
2,741
2,032
1,089
1,031
488
396
423
0
0

(5)

< 1 Tahun

Pneumonia
(7)

11,545

25
58
113
173
89
800
20
101
49
9
483
4,180
1,365
81
1,319
408
228
722
295
22
11
169
65
77
165
248
41
135
45
41
8
0
0

< 1 Tahun
(8)

13,180

23
206
124
74
94
482
20
202
83
31
468
3,956
2,203
1,020
1,456
512
166
620
38
36
22
359
103
113
124
375
29
122
46
56
17
0
0

1-4 Tahun
379
6,878
2,381
3,027
1,563
7,938
409
2,299
1,336
538
9,311
68,692
22,483
2,554
20,134
8,493
1,798
10,772
1,770
1,170
148
4,273
2,285
361
2,906
2,280
1,130
1,166
533
437
431
0
0
189,875

(9)

< 1 Tahun

359,833

1,339
10,408
6,745
7,072
4,409
14,022
974
4,199
3,768
1,428
17,500
120,541
53,427
1,139
41,315
15,401
3,139
16,003
2,964
2,219
242
9,622
4,558
588
5,412
4,950
2,658
1,387
1,011
659
734
0
0

(10)

1-4 Tahun

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita


Pneumonia Berat
Jumlah

PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

549,708

1,718
17,286
9,126
10,099
5,972
21,960
1,383
6,498
5,104
1,966
26,811
189,233
75,910
3,693
61,449
23,894
4,937
26,775
4,734
3,389
390
13,895
6,843
949
8,318
7,230
3,788
2,553
1,544
1,096
1,165
0
0

(11)

Jumlah

(12)

23.42

3.84
13.19
18.89
18.33
19.45
29.49
7.75
8.57
40.34
10.55
27.92
43.16
23.50
10.69
16.51
22.58
12.65
59.24
10.58
8.31
1.75
37.92
19.34
4.19
30.87
8.68
16.24
24.17
13.60
7.18
11.25
0.00
0.00

Lampiran 4.33

TOTAL AFP RATE, NON POLIO AFP RATE, SPESIMEN ADEKUAT,


DAN KUNJUNGAN ULANG 60 HARI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2012
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Total AFP Rate

(2)

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Non Polio
AFP Rate
(4)

4.33
2.30
3.25
2.15
3.70
3.83
3.60
2.96
4.00
2.20
2.71
2.59
2.30
5.00
2.58
2.44
2.60
3.43
5.33
2.64
2.00
2.09
2.17
4.50
4.11
2.12
2.75
7.33
2.00
2.17
1.50
2.67
2.09
2.77

4.33
2.30
3.25
2.15
3.70
3.83
3.60
2.96
4.00
2.20
2.71
2.59
2.30
5.00
2.58
2.44
2.60
3.43
5.33
2.64
2.00
2.09
2.17
4.50
4.11
2.12
2.75
7.33
2.00
2.17
1.50
2.67
2.09
2.77

Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2013

406

Spesimen
Adekuat

Kunjungan
Ulang 60 Hari

(5)

(6)

80.00
100.00
94.20
83.70
83.70
93.10
100.00
82.30
62.50
72.70
84.60
90.80
98.90
97.50
86.20
98.70
88.40
87.50
89.50
89.10
92.80
86.90
88.40
85.10
91.80
94.30
90.90
95.40
50.00
100.00
16.60
37.50
56.50
89.60

100
100
14.2
57.1
28.5
91.6
100
66.6
50
87.8
100
100
76.4
100
66.6
100
100
50
100
66.6
66.6
100
66.6
75
60
100
75
40
100
30
76.0

Lampiran 4.34

JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Provinsi

(1)

(2)

Sasaran (Kuota)
Masyarakat Miskin
(3)

RJTP (Kunjungan)
(4)

RITP (Orang)
(5)

Aceh

2,682,285

3,595,623

197,173

Sumatera Utara

4,124,247

3,268,299

71,122

Sumatera Barat

1,361,281

1,249,388

89,224

Riau

1,230,911

1,162,244

104,424

Jambi

15,146

Sumatera Selatan

784,842

170,704

2,793,317

626,556

57,255

Bengkulu

632,098

1,829,466

111,164

Lampung

3,146,184

78,227

1,256

Kepulauan Bangka Belitung

116,726

383,534

14,058

10

Kepulauan Riau

277,589

3,114,784

97,130

675,718

2,438

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

10,700,175

13,199,844

13

Jawa Tengah

11,715,881

3,284,567

44,025
682,694

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

675,133

942,129

9,891,375

10,710,051

1,381,332

9,262

2,910,506

8,969,601

202,586

548,617

525,351

3,337

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

2,028,491

1,637,910

91,420

19

Nusa Tenggara Timur

2,798,871

2,709,534

55,731

20

Kalimantan Barat

1,584,451

1,345,766

15,139

21

Kalimantan Tengah

763,556

524,503

33,315

22

Kalimantan Selatan

843,837

700,579

22,198

23

Kalimantan Timur

910,925

771,221

44,528

24

Sulawesi Utara

485,084

406,718

35,463

25

Sulawesi Tengah

851,027

328,070

12,157

26

Sulawesi Selatan

2,449,737

754,529

69,638

27

Sulawesi Tenggara

1,144,447

2,426,776

89,837

28

Gorontalo

431,299

583,185

5,176

29

Sulawesi Barat

473,817

1,275,438

63,993

30

Maluku

840,680

669,905

64,129

31

Maluku Utara

302,436

229,749

21,638

32

Papua Barat

33

Papua

521,558

1,022,138

52,022

1,943,517

209,718

96,822

Indonesia

73,726,290

68,329,072

3,148,195

Anak terlantar, panti jompo, masyarakat


yang belum memiliki KTP

2,673,710

Jumlah

76,400,000

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013


Keterangan: RJTP = Rawat Jalan Tingkat Pertama, RITP = Rawat Inap Tingkat Pertama

407

408

3,150,156

2,535,065

Indonesia

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013

(4)

247,455
166,531
19,483
12,734
25,537
96,172
6,060
17,340
53,730
75,424
77,451
46,588
49,376
479,575
103,502
684,715
423,539
23,858
11,156
31,344
8,291
127,366
29,268
7,417
13,840
3,399
17,319
22,592
55,759
56,986
55,243
49,956
51,150

(3)

Perempuan

177,967
148,094
17,930
11,154
18,767
78,179
4,099
16,574
46,492
59,928
68,244
39,125
46,647
373,949
74,132
517,200
320,544
22,168
10,486
41,424
6,520
110,712
22,224
7,421
8,698
3,359
14,447
18,022
68,237
54,378
47,885
38,669
41,390

(2)

Laki-laki

5,685,221

425,422
314,625
37,413
23,888
44,304
174,351
10,159
33,914
100,222
135,352
145,695
85,713
96,023
853,524
177,634
1,201,915
744,083
46,026
21,642
72,768
14,811
238,078
51,492
14,838
22,538
6,758
31,766
40,614
123,996
111,364
103,128
88,625
92,540

(5)

Laki-laki + Perempuan

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL)


PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.35

409
536,372

Indonesia

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013

40,322
33,739
5,849
1,607
4,618
12,578
753
6,186
15,521
7,921
12,132
2,780
12,780
58,121
12,217
117,195
57,007
4,527
3,547
8,801
2,104
24,281
6,682
2,172
4,359
1,273
6,751
4,969
12,813
15,648
23,360
6,787
6,972

(3)

Laki-laki

694,005

57,720
35,646
6,510
2,174
6,136
16,870
867
5,473
17,162
10,741
14,709
3,248
14,127
74,734
17,691
154,885
76,843
5,453
3,675
7,181
2,824
30,628
10,551
3,278
7,342
1,605
8,393
6,289
11,835
19,699
36,250
11,257
12,209

(4)

Perempuan

Jumlah Rawat Inap Tingkat Lanjut

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL)


PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 4.36

1,230,377

98,042
69,385
12,359
3,781
10,754
29,448
1,620
11,659
32,683
18,662
26,841
6,028
26,907
132,855
29,908
272,080
133,850
9,980
7,222
15,982
4,928
54,909
17,233
5,450
11,701
2,878
15,144
11,258
24,648
35,347
59,610
18,044
19,181

(5)

Laki-laki + Perempuan

Lampiran 4.37

JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012
Pelayanan KB

Jampersal
No

Provinsi

(1)

(2)

Ante Natal
Care (ANC)

Post Natal
Care (PNC)

Persalinan
Normal

Pra-Rujukan

IUD+Implant

Suntik

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Aceh

160,733

184,436

66,845

3,865

2,578

38,999

Sumatera Utara

387,045

412,179

112,121

3,288

1,950

16,210

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

82,652

72,020

27,934

2,175

560

5,172

115,721

103,003

56,114

1,971

796

6,121
5,759

74,645

74,219

19,830

1,328

890

155,687

156,080

57,682

1,374

1,236

3,928

Bengkulu

39,903

32,233

16,166

1,541

2,280

7,922

Lampung

274,598

268,561

85,545

4,636

2,541

42,525

Kepulauan Bangka Belitung

22,303

21,575

7,344

1,416

28

1,246

10

Kepulauan Riau

11,560

9,642

5,251

197

281

608

11

DKI Jakarta

33,285

27,171

9,207

1,622

44

496

12

Jawa Barat

561,188

1,015,430

303,572

33,012

9,755

68,684

13

Jawa Tengah

755,136

1,058,528

292,306

34,468

33,159

214,181

14

DI Yogyakarta

39,740

34,012

13,863

806

2,754

2,014

15

Jawa Timur

803,570

866,459

247,194

29,866

8,097

50,265

16

Banten

176,491

178,401

47,731

3,667

1,184

20,563

17

Bali

48,203

41,000

20,722

1,927

3,905

5,960

18

Nusa Tenggara Barat

167,580

118,952

62,926

11,301

6,757

18,910

19

Nusa Tenggara Timur

91,873

128,737

39,872

1,888

1,530

4,192

20

Kalimantan Barat

127,688

111,816

34,520

1,790

1,211

17,166

21

Kalimantan Tengah

34,054

26,651

10,109

877

74

1,531

22

Kalimantan Selatan

51,685

51,719

16,530

1,356

564

7,869

23

Kalimantan Timur

24,194

21,872

7,481

419

237

2,870

24

Sulawesi Utara

40,921

35,234

9,827

393

2,167

5,159

25

Sulawesi Tengah

54,661

47,056

17,904

1,749

1,025

12,377

26

Sulawesi Selatan

169,301

172,706

58,963

6,262

771

13,768

27

Sulawesi Tenggara

65,029

63,343

14,099

1,254

188

5,822

28

Gorontalo

22,014

20,996

5,074

1,201

770

1,837

29

Sulawesi Barat

23,518

26,661

18,990

450

879

8,241

30

Maluku

12,743

16,507

10,622

247

539

3,981
1,816

31

Maluku Utara

41,723

41,347

10,971

454

470

32

Papua Barat

1,847

3,242

2,002

209

33

Papua

23,528

16,284

8,684

415

375

6,527

4,694,819

5,458,072

1,718,001

157,215

89,596

602,928

Indonesia

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2013

410

411

(2)

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2012

(3)

23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497

Jumlah Kabupaten/Kota
(4)

2
2
4
4
3
3
2
3
4
3
5
6
8
3
4
4
4
3
2
2
2
2
2
2
2
4
3
3
3
3
2
2
2
103

Jumlah Kabupaten/Kota
Melaksanakan Pelayanan
(5)

8.7
6.1
21.1
33.3
27.3
20.0
20.0
21.4
57.1
42.9
83.3
23.1
22.9
60.0
10.5
50.0
44.4
30.0
9.5
14.3
14.3
15.4
14.3
13.3
18.2
16.7
25.0
50.0
60.0
27.3
22.2
18.2
6.9
20.7

Persentase Kabupaten/Kota
Melaksanakan Pelayanan

JUMLAH KABUPATEN/KOTA MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL,


ALTERNATIF, DAN KOMPLEMENTER MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 4.38

(6)

4
5
8
8
6
6
6
6
7
7
14
12
18
7
9
11
7
8
4
4
4
4
4
7
4
8
6
4
7
5
2
2
4
218

Jumlah Puskesmas
Melaksanakan Pelayanan

412

Botol 60 ml
1000 tablet / botol
30 ampul / kotak

Amoksisilin kaplet 500 mg

Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg

Metampiron tablet 500 mg

Metampiron injeksi 250 mg

Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium


Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg

Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g 25 tube @ 5 g / kotak
+ polimiksin 10.000 IU/g

Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150


mg + Heksaklorofen 250 mg

Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam


Salisilat 3%

Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg

Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg ktk 10 x 10 tablet


+ Levodopa 250 mg

10

11

12

13

14

15

24 btl @ 5 ml / kotak

25 tube @ 5 g / kotak
100 ampul /kotak

Botol 60 ml
1000 tablet / botol

1000 tablet / botol


250 tablet / botol

1000 tablet / botol


1000 tablet / botol

Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal)

Atropin sulfat tablet 0,5 mg

Atropin tetes mata 0,5%

Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat)

Betametason krim 0,1 %

Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml

Deksametason tablet 0,5 mg

Dekstran 70-larutan infus 6% steril

Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr)

Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr)

Diazepam Injeksi 5mg/ml

Diazepam tablet 2 mg

Diazepam tablet 5 mg

Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL)

Diagoksin tablet 0,25 mg

Efedrin tablet 25 mg (HCL)

Ekstrks belladona tablet 10 mg

Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL)

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013

500 tablet / botol

Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal)

17

30 ampul /kotak

100 tablet / kotak

30 ampul / kotak

30 ampul / kotak

Botol 500 ml

1000 tablet / botol

30 ampul / kotak

ktk 10 x 10 tablet

ktk 10 x 10 tablet

10 vial @20 ml / kotak


1000 tablet / botol

Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen

Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg

16

100 tablet / botol

24 pot @ 30 g / kotak

10 supp / kotak

btl 1000 tablet

100 kaplet/strip, kotak

100 tablet/strip/blister , kotak


120 kapsul/strip/blister, kotak

Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL)

Amoksisilin kapsul 250 mg

30 ampul / kotak

Aminofilin injeksi 24 mg/ml

100 tablet / botol

100 tablet/strip/blister , kotak

(3)

Kemasan

Aminofilin tablet 200 mg

(2)

Alopurinol tablet 100 mg

(1)

Nama Obat

No

Lampiran 4.39

27,189

1,016,544

1,227,122

180,450

129,139

25,200

853,210

12,025

1,985,411

848,459

3,620

9,250,534

97,879

260,940

6,680

3,529

13,965

293,281

15,962

6,832,249

69,466

1,770

154,873

30,650

83,071

65,777

6,689,646

241,070

5,014,326

5,808,126

16,263,729

2,433,126

33,845

22,885

773,931

284,505

(4)

Kebutuhan

23,724

899,797

959,673

211,844

140,009

27,729

739,476

12,342

2,188,972

892,640

4,304

9,390,834

74,022

308,832

5,567

2,113

10,732

257,221

15,968

7,279,563

76,847

689

153,303

34,172

101,696

66,063

7,324,046

172,198

4,559,682

7,348,935

19,801,456

2,351,710

38,214

19,889

868,249

342,323

(5)

Ketersediaan

87.25%

88.52%

78.21%

117.40%

108.42%

110.03%

86.67%

102.64%

110.25%

105.21%

118.89%

101.52%

75.63%

118.35%

83.34%

59.87%

76.85%

87.70%

100.04%

106.55%

110.63%

38.93%

98.99%

111.49%

122.42%

100.43%

109.48%

71.43%

90.93%

126.53%

121.75%

96.65%

112.91%

86.91%

112.00%

120.00%

(6)

Ketersediaan
(%)

72

71

70

69

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

50

49

48

47

46

45

44

43

42

41

40

39

38

37

(1)

No
(2)

Kloramfenikol tetes telinga 3 %

Kloramfenikol kapsul 250 mg

Klofazimin kapsul 100 mg microzine

Ketamin Injeksi 10 mg/ml

Karbamazepim tablet 200 mg

Kaptopril tablet 25 mg

Kaptopril tablet 12,5 mg

Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg

Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg

Ibuprofen tablet 400 mg

Ibuprofen tablet 200 mg

Hidrkortison krim 2,5%

Hidroklorotiazida tablet 25 mg

Haloperidol tablet 5 mg

Haloperidol tablet 1,5 mg

Haloperidol tablet 0,5 mg

Griseofulvin tablet 125 mg, micronized

Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal)

Glukosa larutan infus 10%

Glukosa larutan infus 5%

Gliserin

Gliseril Gualakolat tablet 100 mg

Glibenklamida tablet 5 mg

Gentian Violet Larutan 1 %

Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g ,Kalium


klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g

Gameksan lotion 1 %

Furosemid tablet 40 mg

Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg

Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml

Fenol Gliserol tetes telinga 10%

Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg

Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg

Fenobarbital tablet 30 mg

Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml

Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml

Etakridin larutan 0,1%

Nama Obat

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA


BULAN DESEMBER 2012

(3)

24 botol @ 5 ml / kotak

250 kapsul / botol

100 kapsul / botol

10 vial @ 20 ml, kotak

ktk 10 x 10 tablet

ktk 10 x 10 tablet

ktk 10 x 10 tablet

1000 tablet / botol

ktk 10 x 10 tablet

ktk 10 x 10 tablet

100 tablet / botol

24 tube @ 5 g / kotak

1000 tablet / botol

ktk 10 x 10 tablet

ktk 10 x 10 tablet

ktk 10 x 10 tablet

ktk 10 x 10 tablet

10 amp @ 25 ml, kotak

btl 500 ml

btl 500 ml

btl 100 ml

1000 tablet / botol

100 tablet / kotak

Botol 10 ml

100 kantong/kotak tahan


lembab

Botol 30 ml

ktk 20 x 10 tablet

100 tablet / botol

30 ampul / kotak

24 btl @ 5 ml / kotak

100 tablet / kotak

100 tablet / kotak

1000 tablet / botol

30 ampul / kotak

ampul @ 2 ml

Botol 300 ml

Kemasan

219,758

1,812,068

5,130

2,503

92,643

3,271,457

1,416,484

4,896,659

164,958

1,536,172

1,237,884

247,304

1,127,295

118,573

195,500

56,605

570,545

119,281

91,242

816,656

18,642

7,072,266

1,112,229

641,733

955,648

122,365

677,127

472,381

24,604

40,016

15,226

6,198

1,192,636

3,232

1,303

288,467

(4)

Kebutuhan

211,367

1,767,577

6,712

2,029

109,323

3,961,213

1,404,339

5,411,069

190,184

1,784,273

1,742,772

300,923

1,224,926

129,378

235,497

67,366

594,529

9,792

70,167

970,224

13,791

8,801,581

1,314,074

680,945

1,019,509

44,602

522,191

478,442

28,546

43,975

15,967

5,231

1,002,731

3,300

1,030

287,951

(5)

Ketersediaan

96.18%

97.54%

130.83%

81.06%

118.00%

121.08%

99.14%

110.51%

115.29%

116.15%

140.79%

121.68%

108.66%

109.11%

120.46%

119.01%

104.20%

8.21%

76.90%

118.80%

73.98%

124.45%

118.15%

106.11%

106.68%

36.45%

77.12%

101.28%

116.02%

109.89%

104.87%

84.40%

84.08%

102.09%

79.08%

99.82%

(6)

Ketersediaan
(%)

413

botol 60 ml

ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet

Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol


200 mg + Trimetoprim 40 mg/ 5 ml

Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi :


Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg

Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi :


Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg

Kuinin (kina) tablet 200 mg

Kuinin Dihidrokk lorida injeksi 25%-2 ml

79

80

81

82

83

1000 tablet / botol

108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL)

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013

botol @ 5 ml

1000 tablet / botol

105 Paracetamol tablet 500 mg

ktk 30 x 2 score

100 tablet / botol

104 Paracetamol tablet 100 mg

107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg

Botol 60 ml

103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml

106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat)

30 ampul / kotak

102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml

Botol 100 ml

10 vial / kotak

Obat Batuk hitam ( O.B.H.)

99

ktk 10 x 10 tablet Vaginal

ktk 10 x 10 tablet salut

25 tube @ 3,5 g / kotak

Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g

98

100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 %

Nistatin tablet salut 500.000 IU/g

97

ktk 10 amp @ 10 ml

Botol / plastik 500 ml

24 botol @ 5 ml / kotak

1000 tablet / botol

100 tablet / kotak

30 ampul / kotak

101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml

Natrium Klorida larutan infus 0,9 %

Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 %

Natrium Fluoresein tetes mata 2 %

94

95

Natrium Bikarbonat tablet 500 mg

93

96

Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml

Metronidazol tablet 250 mg

Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut


0,125 mg

90

91

ktk 10 x 10 tablet

Mebendazol tablet 100 mg

89

92

ktk 5 x 6 tablet

Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml

88

Botol 30 ml

10 sase @ 30 gr / kotak

Magnesium Sulfat serbuk 30 gram

87

10 vial / kotak
10 vial / kotak

Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml

Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml

85

86

Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml 30 vial / kotak

84

30 ampul / kotak

ktk 60 tablet

1000 tablet / botol


100 tablet / kotak

Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL)

1000 tablet / botol

Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg +


Sulfadoxin 500 mg

Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL)

76

30 ampul / kotak

30 ampul / kotak

77

Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL)

75

1000 tablet / botol

(3)

Kemasan

78

Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL)

74

(2)

Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg

(1)

73

Nama Obat

No

Lampiran 4.39 (lanjutan)

1.312.885

364.112

1.286

5.023.066

594.506

6.125.259

114.543

24.437

43.606

1.514.492

151.763

68.167

2.617

579.181

1.189

2.057.895

988.495

32.175

97.821

49.636

16.094

465

7.548

5.096

301.431

23.111

135.783

800.327

2.665.707

4.178.628

48.857

253.833

32.922

15.043

1.848

6.238.124

(4)

1.208.713

273.604

653

5.659.248

495.017

7.406.898

90.174

18.102

46.376

1.788.649

169.982

73.355

1.595

632.503

436

1.543.651

827.348

21.483

128.409

30.844

10.712

339

4.523

4.380

329.197

23.853

176.715

875.259

2.923.346

5.187.356

40.500

278.612

23.583

10.468

1.344

8.936.689

(5)

Kebutuhan Ketersediaan

92,07%

75,14%

50,78%

112,67%

83,27%

120,92%

78,73%

74,08%

106,35%

118,10%

112,00%

107,61%

60,95%

109,21%

36,65%

75,01%

83,70%

66,77%

131,27%

62,14%

66,56%

72,91%

59,93%

85,94%

109,21%

103,21%

130,14%

109,36%

109,66%

124,14%

82,90%

109,76%

71,63%

69,58%

72,71%

143,26%

(6)

Ketersediaan
(%)
(2)

Nama Obat
(3)

247.177

144 CAMPAK 20 Dosis

1.312.502

1.960.378

1.927.776

1.449.954

279.656

2.261.164

1.777.870

2.417.760

21.305

454.584

853

1.086.876

157.411

626.794

51.465

1.752

3.699

232.162

1.357

10.472

523

964

9.212

973.036

389.407

1000 tablet / botol

1 kuur / set

ktk 10 x 10 tablet

Ampul @ 10 ml

1000 tablet / botol

ktk 30 amp @ 1 ml

ktk 10 x 10 kapsul

1000 kapsul / botol

ktk 24 btl @ 5 ml

ktk 24 btl @ 5 ml

100 ampul / kotak

10 vial / kotak

10 ampul / kotak

10 vial / kotak

1 vial / kotak

10 vial / kotak

101.105

3.681.668

208.261

42.229

297.262

95.058

111.387

4.555.979

160.417

274.850

(4)

Kebutuhan

143 POLIO 20 Dosis

142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS

141 DTP-HB

140 POLIO 10 Dosis

139 CAMPAK 10 Dosis

138 D T

137 T T

136 BCG

VAKSIN

135 Vitamin B Kompleks tablet

134 Vaksin Rabies Vero

133 Triheksifenidil tablet 2 mg

132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp

131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat)

130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml

129 Tetrasiklin kapsul 500 mg

128 Tetrasiklin kapsul 250 mg

127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5%

126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 %

125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg

124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.)

123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.)

122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.)

121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II)

120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I)

50 gram / kotak

24 pot @ 30 g / kotak

119 Salisil bedak 2%

btl 500 ml

Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang


118
endap 4%

1000 tablet /botol

250 tablet / botol

100 tablet / botol

100 tablet / botol

1000 tablet / botol

1000 tablet / botol

Botol 300 ml

Botol 30 ml

Kemasan

117 Ringer Laktat larutan infus

116 Reserpin tablet 0,25 mg

115 Reserpin tablet 0,10 mg

114 Propanol tablet 40 mg (HCL)

113 Propillitiourasil tablet 100 mg

112 Primakuin tablet 15 mg

111 Prednison tablet 5 mg

110 Povidon Iodida larutan 10 %

109 Povidon Iodida larutan 10 %

(1)

No

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI SELURUH INDONESIA


BULAN DESEMBER 2012

58.630

124.644

1.038.917

1.176.375

1.168.980

668.101

196.409

725.526

780.078

2.231.206

15.907

502.302

591

1.054.268

143.027

539.558

42.450

1.261

3.124

234.024

920

10.717

278

969

4.633

1.074.027

121.881

4.427.674

151.538

27.461

358.182

102.327

88.070

4.548.205

169.051

314.494

(5)

Ketersediaan

23,72%

32,01%

79,16%

60,01%

60,64%

46,08%

70,23%

32,09%

43,88%

92,28%

74,67%

110,50%

69,25%

97,00%

90,86%

86,08%

82,48%

71,98%

84,46%

100,80%

67,76%

102,33%

53,25%

100,48%

50,30%

110,38%

120,55%

120,26%

72,76%

65,03%

120,49%

107,65%

79,07%

99,83%

105,38%

114,42%

(6)

Ketersediaan
(%)

414

(2)

99.7
99.3
98.9
98.5
94.6
92.3
93.8
90.8
99.6
97.5
81.8
96.5
94.2
72.0
92.8
98.5
100.0
99.5
100.0
99.2
96.4
96.8
95.3
99.7
91.0
93.1
93.0
96.7
98.8
91.0
94.9
100.0
88.8
95.0

(3)

Penggunaan di Puskesmas

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

84.0
63.9
58.0
86.7
72.2
73.4
65.9
80.0
65.0
86.4
65.3
68.9
69.7
66.2
73.8
60.7
68.2
72.5
81.7
65.8
75.7
47.0
58.4
68.8
74.6
61.0
86.1
65.5
87.9
65.0
87.9
47.7
76.2
70.6

(4)

Penggunaan di Rumah
Sakit
91.9
81.6
78.5
92.6
83.4
82.8
79.9
85.4
82.3
92.0
73.6
82.7
81.9
69.1
83.3
79.6
84.1
86.0
90.9
82.5
86.0
71.9
76.8
84.3
82.8
77.1
89.6
81.1
93.4
78.0
91.4
73.9
82.5
82.8

(5)

Rata-Rata Penggunaan

PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Lampiran 4.40

415

(2)

(3)

9
24
16
12
10
14
5
16
3
0
10
67
74
6
84
20
0
14
2
4
4
14
8
2
4
14
5
0
2
3
5
0
1
452

(4)

100
85
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
67
100
10
71
57
100
100
20
45
100
33
67
60
18
33
27
10
76

Persentase Kab/Kota Melaksanakan


Jumlah Jemaah haji Wafat Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan
Haji Sesuai Standar (%)

Sumber: Pusat Kesehatan Haji, Setjen, Kemenkes RI, 2012

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

JUMLAH JEMAAH HAJI WAFAT


DAN PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN
DAN PEMBINAAN KESEHATAN HAJI SESUAI STANDAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Lampiran 4.41

LAMPIRAN
BAB 5. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

416

417

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

309
500
242
176
163
284
167
264
55
61
339
1.008
849
119
944
196
114
145
288
229
169
213
207
159
165
395
223
75
77
135
96
105
266
8.737

8.548

(4)

2009

9.005

315
506
246
193
169
293
170
265
58
66
341
1.028
867
121
946
217
114
150
309
231
174
214
217
170
160
416
233
76
81
156
100
106
297

(5)

2010

Jumlah Puskesmas

9.321

325
542
254
203
174
304
178
269
58
67
341
1.045
867
121
955
225
114
152
342
234
179
224
215
170
173
422
249
86
86
170
115
126
336

(6)

2011

9.510

330
555
260
207
176
317
178
276
60
69
340
1.046
873
121
960
228
118
157
349
237
190
226
217
177
176
425
258
87
91
178
119
128
381

(7)

2012

3,65

7,01
3,80
4,77
3,53
5,67
3,90
8,65
3,42
4,45
4,06
3,84
2,44
2,58
3,46
2,53
2,02
3,24
3,25
6,13
5,27
8,21
6,21
6,62
6,52
5,91
5,06
10,02
7,51
6,78
11,58
9,48
13,15
11,48

(8)

2008

JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

301
495
227
183
158
278
142
253
50
59
351
999
842
120
940
194
114
142
278
224
169
214
205
144
144
395
208
73
70
153
91
96
236

(3)

2008

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

Provinsi

No

Lampiran 5.1

7,01
3,90
5,08
3,48
5,47
3,93
9,91
3,48
4,74
3,93
3,55
2,39
2,68
3,50
2,52
2,04
2,93
3,33
6,60
5,25
7,87
5,90
6,11
7,49
6,07
5,18
10,44
7,31
6,99
10,17
9,63
13,94
10,48
3,79

3,74

(10)

2010

7,08
3,77
5,01
3,32
5,75
3,93
10,02
3,52
4,83
4,03
3,68
2,43
2,58
3,40
2,53
2,00
3,21
3,27
6,23
5,30
8,10
6,09
6,54
7,13
6,65
4,99
10,53
7,62
7,35
10,08
9,85
14,12
12,68

(9)

2009

per 100.000 Penduduk

Rasio Puskesmas

7,14
4,13
5,17
3,54
5,49
4,01
10,21
3,49
4,60
3,80
3,50
2,38
2,67
3,47
2,53
2,06
2,87
3,34
7,16
5,28
7,95
6,06
5,83
7,40
6,44
5,19
10,93
8,09
7,23
10,79
10,82
15,99
11,26
3,86

(11)

2011

3,89

7,15
4,19
5,23
3,49
5,42
4,11
10,05
3,54
4,62
3,73
3,44
2,34
2,68
3,43
2,53
2,03
2,91
3,41
7,16
5,30
8,30
6,00
5,67
7,61
6,43
5,17
11,10
8,01
7,46
11,00
10,93
15,67
12,12

(12)

2012

418

66
144
68
45
51
77
35
37
14
24
54
140
232
41
392
42
24
86
69
82
47
42
96
66
67
168
63
17
22
29
27
26
45
2,438

(3)

2008
115
129
81
51
56
80
37
51
20
24
51
171
234
41
365
46
27
80
93
94
55
46
100
72
63
205
69
22
31
48
27
36
84
2,704

(4)

2009
116
140
85
53
59
82
39
58
18
26
52
237
252
42
396
50
28
81
110
93
69
48
93
84
68
208
70
23
35
56
27
36
86
2,920

(5)

2010
137
153
86
55
62
86
43
60
19
26
52
220
265
40
400
53
28
84
123
94
69
48
94
85
72
218
74
23
35
56
28
39
92
3,019

(6)

2011

Jumlah Puskesmas Perawatan

144
157
89
63
62
106
43
69
20
26
52
220
268
42
441
56
29
84
128
96
70
49
94
88
72
225
74
23
35
61
28
39
99
3,152

(7)

2012
194
371
161
125
107
204
130
213
35
37
288
837
615
78
579
150
87
65
195
135
114
167
107
87
102
190
154
53
46
87
69
69
182
6,033

(9)

(8)

235
351
159
138
107
201
107
216
36
35
297
859
610
79
548
152
90
56
209
142
122
172
109
78
77
227
145
56
48
124
64
70
191
6,110

2009

2008
199
366
161
140
110
211
131
207
40
40
289
791
615
79
550
167
86
69
199
138
105
166
124
86
92
208
163
53
46
100
73
70
211
6,085

(10)

2010
188
389
168
148
112
218
135
209
39
41
288
826
602
81
556
173
86
68
219
141
110
176
121
85
101
203
175
63
51
114
87
87
242
6,302

(11)

2011

Jumlah Puskesmas Non Perawatan

JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 - 2012

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(2)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

No

Lampiran 5.2

186
398
171
144
114
211
135
207
40
43
288
826
605
79
519
172
89
73
221
141
120
177
123
89
104
200
184
64
56
117
91
89
282
6,358

(12)

2012

419

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

9,510

381

128

119

178

91

87

258

425

176

177

217

226

190

237

349

157

118

228

960

121

873

69

60

25
3,191

2,570

41

15

93

39

24

48

88

44

54

75

81

31

108

105

40

56

189

285

64

235

515

69

26

48

54

68

120

54

76

137

209

75

(5)

Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR)

764

77

16

16

21

16

13

25

62

113

94

74

56

42

42

16

16

12

53

(6)

Upaya Kesehatan
Kerja

466

20

21

15

20

32

27

60

28

50

35

15

11

95

20

(7)

Upaya Kesehatan
Olahraga

Puskesmas

218

11

18

12

14

(8)

1,599

19

40

14

74

15

10

27

38

20

24

45

26

17

51

44

20

18

104

174

28

163

108

50

22

33

33

20

33

33

22

39

209

26

(9)

Upaya Kesehatan
Tatalaksana Kasus
Tradisional, Alternatif Kekerasan terhadap
dan Komplementer
Anak

JUMLAH PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN PENGEMBANGAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

21

19

28

55

37

21

72

116

86

86

90

59

56

55

80

53

57

66

264

67

259

204

17

25

20

73

46

97

58

65

92

140

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Sulawesi Barat

Maluku

29

30

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

27

28

Sulawesi Tengah

Sulawesi Utara

24

Sulawesi Selatan

Kalimantan Timur

23

25

Kalimantan Selatan

22

26

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

20

Nusa Tenggara Timur

19

21

Nusa Tenggara Barat

18

Banten

16

Bali

Jawa Timur

15

17

DI Yogyakarta

14

1,046

Jawa Barat

Jawa Tengah

DKI Jakarta

11

12

Kepulauan Riau

10

13

340

Kepulauan Bangka Belitung

276

178

Bengkulu

Lampung

317

176

207

260

555

86

(4)

(3)

330

Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal
Emergensi Dasar
(PONED)

Jumlah
Puskesmas

Jambi

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.3

410

20

10

14

12

10

51

40

32

10

11

16

12

14

13

25

17

(10)

Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal
Emergensi
Komprehensif
(PONEK)

Rumah Sakit

55

(11)

Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Alternatif
dan Komplementer

248

12

11

29

21

21

24

11

17

(12)

Pelayanan Perawatan,
Dukungan, dan
Pengobatan (PDP)
HIV/AIDS

420

Papua

33

571

20

12

14

13

28

12

14

16

14

15

16

19

11

10

52

51

39

11

12

11

19

14

16

20

35

24

(3)

Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS

85

11

(4)

RS
Khusus

656

22

12

15

14

36

13

15

19

15

15

19

19

14

12

61

60

50

16

11

13

12

23

15

19

22

40

27

(5)

Jumlah

Kemenkes/Pemda

RS
Umum

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Keterangan :

Indonesia

Maluku Utara

Maluku

30

Papua Barat

Sulawesi Barat

29

31

Gorontalo

28

32

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

27

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

24

Kalimantan Timur

23

25

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

21

22

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

19

20

Nusa Tenggara Barat

18

Banten

16

Bali

Jawa Timur

15

17

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Barat

12

13

DKI Jakarta

11

14

Kepulauan Bangka Belitung

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Riau

Sumatera Selatan

Jambi

10

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.4

151

27

12

14

(6)

RS
Umum

(7)

RS
Khusus

154

29

12

14

(8)

Jumlah

TNI/POLRI

(9)

RS
Umum

(10)

RS
Khusus

(11)

Jumlah

Kementerian Lain

Rumah Sakit Publik

515

12

14

13

17

10

76

23

90

53

32

13

10

77

11

(12)

RS
Umum

212

11

33

16

46

21

26

10

(13)

RS
Khusus

727

23

14

16

22

16

109

39

136

74

58

17

20

86

13

(14)

Jumlah

Swasta Non Profit

JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA


MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2012

300

12

28

38

23

69

29

10

15

21

(15)

RS
Umum

168

10

17

34

13

28

23

(16)

RS
Khusus

Swasta

468

18

17

45

72

14

36

97

52

14

21

12

22

(17)

Jumlah

68

12

17

(18)

RS
Umum

Rumah Sakit Privat

(19)

RS
Khusus

BUMN

75

14

18

(20)

Jumlah

1.608

32

13

17

24

10

21

53

19

33

36

24

16

29

38

19

42

49

206

43

179

182

84

22

12

37

17

34

24

43

38

158

46

(21)

RS
Umum

475

23

14

12

24

80

23

68

61

58

10

21

16

(22)

RS
Khusus

Semua RS

2.083

34

13

17

26

11

23

76

25

35

50

29

16

38

41

22

54

73

286

66

247

243

142

25

13

46

18

42

27

53

59

174

51

(23)

Jumlah

421

Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS

(3)

1.079

467

71

110

375

43

13

(4)

128.750

47.266

6.643

10.907

41.285

13.605

9.044

Tempat Tidur

Tahun 2008
Jumlah

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Keterangan :

Jumlah

Swasta dan Swasta Non Profit

TNI/POLRI

Pemerintah Kab/Kota

Kementerian Lain dan BUMN

Pemerintah Provinsi

Kementerian Kesehatan

(2)

(1)

Pengelola

No

Lampiran 5.5

(5)

535

71

123

416

44

13

1.202

Jumlah
(6)

141.603

52.064

6.747

11.821

47.811

14.029

9.131

Tempat Tidur

Tahun 2009

(7)

591

72

129

445

45

13

1.295

Jumlah
(8)

137.070

52.306

6.925

11.771

43.341

13.854

8.873

Tempat Tidur

Tahun 2010

JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR


MENURUT PENGELOLA TAHUN 2008 - 2012

(9)

634

73

132

472

47

14

1.372

Jumlah

52.694

8.535

12.272

52.536

14.065

9.724

149.826

(10)

Tempat Tidur

Tahun 2011

(11)

815

71

151

508

49

14

1.608

Jumlah

74.033

8.040

19.830

74.741

16.292

10.832

203.768

(12)

Tempat Tidur

Tahun 2012

422

RS Kusta

RS Tuberkulosa Paru

RS Mata

RS Bersalin

RS Ibu dan Anak

RS Khusus Lainnya

292

62

79

57

10

11

22

51

(3)

RS

Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS

Keterangan :

(4)

TT

20.788

2.258

3.804

2.577

418

782

2.168

8.781

Tahun 2008

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

RS Jiwa

(2)

(1)

Jenis Rumah Sakit

No

Lampiran 5.6

321

71

95

61

11

10

22

51

(5)

RS
(6)

TT

22.077

2.427

4.591

2.475

423

731

2.224

9.206

Tahun 2009

337

72

106

62

12

10

23

52

(7)

RS
(8)

TT

22.074

2.521

4.809

2.453

448

757

2.326

8.760

Tahun 2010

JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR


MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2008 - 2012

349

72

114

65

13

10

23

52

(9)

RS

TT
(10)

20.830

2.537

5.267

2.334

519

778

1.854

7.541

Tahun 2011
RS

475

111

169

94

14

12

22

53

(11)

TT
(12)

27.664

4.851

7.697

3.150

520

915

1.989

8.542

Tahun 2012

423

Kalimantan Selatan

22

Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Keterangan :

Indonesia

Papua

33

Maluku

30

Maluku Utara

Sulawesi Barat

29

Papua Barat

Gorontalo

28

31

Sulawesi Tenggara

27

32

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

25

26

Kalimantan Timur

Kalimantan Tengah

21

Sulawesi Utara

Kalimantan Barat

20

23

Nusa Tenggara Timur

19

24

Nusa Tenggara Barat

18

Jawa Timur

15

Banten

DI Yogyakarta

14

Bali

Jawa Tengah

13

16

Jawa Barat

12

17

DKI Jakarta

Lampung

11

Bengkulu

Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Selatan

Kepulauan Riau

Jambi

Riau

10

Sumatera Barat

56

Sumatera Utara

(3)

Aceh

(2)

(1)

Jumlah

Provinsi

No

Lampiran 5.7

20.282

949

250

239

60

1.098

241

3.353

1.222

3.522

2.712

3.716

46

1.089

149

182

213

875

366

(4)

Tempat Tidur

Kelas A

255

15

10

38

10

33

37

27

16

(5)

Jumlah

63.297

444

160

517

581

401

2.613

957

813

1.590

1.113

560

1.535

352

492

978

2.378

8.882

2.420

9.401

8.967

6.138

587

120

970

509

887

506

1.691

1.666

3.966

1.103

(6)

Tempat Tidur

Kelas B

630

33

15

12

11

10

15

19

92

94

74

31

14

16

10

19

21

42

19

(7)

Jumlah

72.880

1.233

621

310

401

285

200

756

4.914

1.002

2.073

937

1.655

730

1.083

1.156

1.038

1.325

1.093

10.149

4.075

11.104

7.290

2.058

789

576

1.260

296

2.103

1.299

1.859

2.451

4.484

2.275

(8)

Tempat Tidur

Kelas C

415

11

13

10

18

13

21

10

49

24

75

31

10

10

14

13

(9)

Jumlah

JUMLAH RUMAH SAKIT DAN TEMPAT TIDUR


MENURUT KELAS RUMAH SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2012

24.836

799

364

638

629

216

90

351

353

402

698

474

204

283

959

1.719

406

567

301

3.006

1.240

4.692

1.996

296

140

370

235

421

583

336

593

373

653

449

(10)

Tempat Tidur

Kelas D

727

13

20

11

16

12

22

38

102

23

38

92

70

22

15

19

100

19

(11)

50.137

406

190

81

647

209

129

379

966

415

472

1.435

818

61

645

431

258

1.056

2.351

6.428

1.130

2.235

7.203

7.707

496

62

1.532

409

756

506

792

720

8.180

1.032

(12)

Tempat Tidur

Belum Ditetapkan Kelas


Jumlah

2.083

34

13

17

26

11

23

76

25

35

50

29

16

38

41

22

54

73

286

66

247

243

142

25

13

46

18

42

27

53

59

174

51

(13)

Jumlah

231.432

2.882

1.175

1.189

2.194

710

1.000

1.887

9.795

2.776

4.306

4.675

3.850

1.634

4.222

3.658

2.194

5.024

6.364

31.818

10.087

30.954

28.168

19.915

2.012

1.128

4.043

1.635

5.418

2.796

5.117

5.423

18.158

5.225

(14)

Tempat Tidur

Total

424

Papua

33

*
**

8,413

59

38

62

56

29

11

51

535

50

59

223

146

86

56

51

129

203

216

703

369

1,384

360

1,617

94

27

299

45

260

120

165

150

586

174

(4)

Jumlah

VVIP

3.64

2.05

3.23

5.21

2.55

4.08

1.10

2.70

5.46

1.80

1.37

4.77

3.79

5.26

1.33

1.39

5.88

4.04

3.39

2.21

3.66

4.47

1.28

8.12

4.67

2.39

7.40

2.75

4.80

4.29

3.22

2.77

3.23

3.33

(5)

20,993

146

44

76

125

55

135

129

975

276

209

440

326

158

196

294

149

605

538

3,159

580

3,076

2,475

2,396

197

68

322

141

490

261

525

525

1,521

381

(6)

Jumlah

VIP

9.07

5.07

3.74

6.39

5.70

7.75

13.50

6.84

9.95

9.94

4.85

9.41

8.47

9.67

4.64

8.04

6.79

12.04

8.45

9.93

5.75

9.94

8.79

12.03

9.79

6.03

7.96

8.62

9.04

9.33

10.26

9.68

8.38

7.29

(7)

33,057

300

167

153

257

67

94

188

1,248

357

436

639

473

163

447

368

306

697

1,158

4,822

914

4,985

3,970

3,254

358

150

601

276

821

368

599

794

2,994

633

(8)

Jumlah

Kelas I

14.28

10.41

14.21

12.87

11.71

9.44

9.40

9.96

12.74

12.86

10.13

13.67

12.29

9.98

10.59

10.06

13.95

13.87

18.20

15.15

9.06

16.10

14.09

16.34

17.79

13.30

14.87

16.88

15.15

13.16

11.71

14.64

16.49

12.11

(9)

57,651

1,179

486

331

695

236

203

516

2,340

688

1,117

1,149

786

404

820

714

651

1,134

1,813

7,385

1,952

6,993

6,547

5,230

751

363

1,176

358

1,702

474

1,009

1,366

5,690

1,393

(10)

Jumlah

Kelas Perawatan

JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT


MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2012

Tempat tidur perawatan lainnya mencakup ICU, PICU, NICU, HCU, ICCU, Tempat tidur bayi baru lahir, dan tempat tidur ruang isolasi

Total tempat tidur mencakup VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Tempat tidur perawatan lainnya

Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS

Keterangan :

231,432

2,882

1,175

1,189

2,194

710

1,000

1,887

9,795

2,776

4,306

4,675

3,850

1,634

4,222

3,658

2,194

5,024

6,364

31,818

10,087

30,954

28,168

19,915

2,012

1,128

4,043

1,635

5,418

2,796

5,117

5,423

18,158

5,225

(3)

Total Tempat
Tidur*

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Maluku Utara

Papua Barat

31

32

Sulawesi Barat

Maluku

29

30

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Selatan

26

Gorontalo

Sulawesi Tengah

25

27

Sulawesi Utara

24

28

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

22

23

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

20

21

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

Bali

17

19

Jawa Timur

Banten

15

16

Jawa Tengah

D.I. Yogyakarta

13

Jawa Barat

12

14

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

10

11

Lampung

Bangka Belitung

Bengkulu

Sumatera Selatan

Riau

Jambi

Sumatera Barat

Aceh

Sumatera Utara

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.8

Kelas II

24.91

40.91

41.36

27.84

31.68

33.24

20.30

27.34

23.89

24.78

25.94

24.58

20.42

24.72

19.42

19.52

29.67

22.57

28.49

23.21

19.35

22.59

23.24

26.26

37.33

32.18

29.09

21.90

31.41

16.95

19.72

25.19

31.34

26.66

(11)

93,019

1,022

380

514

1,015

291

505

829

3,814

1,183

2,040

1,892

1,401

629

2,320

1,854

814

1,916

2,158

12,270

5,727

11,969

12,743

6,357

570

461

1,526

708

1,911

1,144

2,216

2,120

6,440

2,280

(12)

Jumlah

Kelas III

40.19

35.46

32.34

43.23

46.26

40.99

50.50

43.93

38.94

42.62

47.38

40.47

36.39

38.49

54.95

50.68

37.10

38.14

33.91

38.56

56.78

38.67

45.24

31.92

28.33

40.87

37.74

43.30

35.27

40.92

43.31

39.09

35.47

43.64

(13)

8.00

18,299

176

60

53

46

32

52

174

7.91

6.11

5.11

4.46

2.10

4.51

5.20

9.22

9.01

222
883

10.33

7.10

18.65

11.87

9.07

10.31

6.61

9.34

7.56

10.93

5.40

8.23

7.36

5.33

2.09

5.23

2.94

6.54

4.32

15.34

11.78

8.63

5.11

6.97

(15)

445

332

718

194

383

377

145

469

481

3,479

545

2,547

2,073

1,061

42

59

119

107

234

429

603

468

927

364

(14)

Jumlah

Ruang Perawatan Lainnya**

425

Papua

33

251

239

212

13

46

23

94

50

(6)

2012

45

22

87

45

(5)

2011

30

45

23

95

46

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

TOTAL

Maluku Utara

Papua Barat

31

32

Sulawesi Barat

Maluku

29

30

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Selatan

26

27

Sulawesi Tengah

25

28

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

23

24

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

21

Kalimantan Barat

20

22

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

19

Bali

Jawa Timur

Banten

15

16

17

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

14

DKI Jakarta

Jawa Barat

11

12

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

Bengkulu

Lampung

Sumatera Selatan

10

Jambi

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(4)

2010

Industri Farmasi

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.9

(7)

2010

98

20

15

14

37

(8)

2011

107

19

15

15

42

10

Industri Obat
Tradisional (IOT)

(9)

2012

110

19

15

12

46

11

(10)

11

15

26

13

11

18

57

136

61

1,205

12

26

15

26

13

16

64

136

64

289

207

281

176

21

102

10

191

(11)

2011

173

15

98

19

1,152

2010

Usaha Kecil Obat


Tradisional (UKOT)

(12)

204

0
0

19

25

23

80

35

(13)

2010

12

26

15

14

14

25

229

64

285

206

179

21

94

10

1,229

2012
(14)

2011

234

23

27

11

114

35

Produksi Alat
Kesehatan

JUMLAH SARANA PRODUKSI


BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2012

(15)

2012

237

25

28

17

79

56

14

(16)

2010

481

86

46

40

194

62

509

71

44

22

266

62

2
3

33

32

(17)

2011
(18)

2012

Produksi Perbekalan Kesehatan


dan Rumah Tangga (PKRT)

580

526

0
0

20

12

100

113

38

115

46

16

56

73

95

24

277

68

32

(19)

2010

(20)

2011

553

21

12

109

113

38

135

53

52

Industri Kosmetika

(21)

2012
0

564

21

21

54

125

10

45

151

67

12

47

426

Kalimantan Barat

20

Gorontalo

28

Papua

33

(4)

2010

2,855

43

13

13

16

118

25

47

47

55

14

54

39

39

73

89

492

43

327

362

357

34

14

54

20

98

54

89

49

107

62

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

TOTAL

Maluku Utara

Papua Barat

31

32

Sulawesi Barat

Sulawesi Tenggara

27

Maluku

Sulawesi Selatan

26

29

Sulawesi Tengah

25

30

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

23

24

Kalimantan Tengah

Nusa Tenggara Timur

19

Kalimantan Selatan

Nusa Tenggara Barat

18

21

Bali

17

22

Jawa Timur

Banten

15

DI Yogyakarta

14

16

Jawa Barat

Jawa Tengah

12

13

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Kepulauan Bangka Belitung

10

Lampung

11

Sumatera Selatan

Bengkulu

Jambi

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.10

(5)

2011

2,695

47

14

16

16

90

27

47

51

53

15

54

33

40

74

82

224

51

337

446

372

37

15

56

22

98

34

91

51

115

70

Pedagang Besar
Farmasi

(6)

2012

2,860

43

10

15

12

94

28

47

45

46

14

48

37

30

77

96

341

48

333

513

404

34

55

18

98

35

89

49

116

67

(7)

165

96

31

86

60

74

150

319

178

165

392

227

157

163

157

207

466

561

2,418

418

2,514

2,420

1,862

154

91

321

140

309

206

452

419

971

254

16,603

2010
(8)

210

122

86

106

60

78

175

411

217

123

425

260

162

28

154

253

525

349

2,422

471

1,819

3,207

1,987

182

105

350

155

355

218

117

464

971

168

16,735

2011

Apotek

(9)

224

122

97

80

46

89

209

404

215

185

450

272

160

74

178

208

571

719

2,380

523

1,657

2,959

2,143

190

124

412

190

410

231

442

422

977

250

17,613

2012
(10)

2010

8,348

21

52

21

95

45

53

106

366

161

101

233

426

128

327

141

116

203

111

298

47

381

1,281

544

341

103

79

76

136

161

434

360

805

596

(11)

2011

8,247

26

52

23

112

45

37

113

377

181

57

237

790

127

111

125

158

206

111

297

47

381

1,281

544

207

98

46

78

147

161

325

305

805

637

Toko Obat

JUMLAH SARANA DISTRIBUSI


BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2011

(12)

2012

7,040

40

52

18

112

45

36

127

377

134

102

236

790

127

41

121

67

226

175

307

46

381

1,038

605

218

53

77

58

140

176

187

319

114

495

(13)

2010

963

49

40

25

92

715

15

(14)

2011

1,249

10

62

59

38

141

880

16

Penyalur
Alat Kesehatan (PAK)

(15)

2012
11

1,630

27

12

18

13

23

75

131

15

93

163

950

16

29

427

1.300

Papua Barat

Papua

32

33
69.249

3.909

1.295

950

869

507

628

1.626

2.187

1.593

1.307

1.245

1.842

1.339

1.869

2.612

826

634

1.273

7.741

392

7.820

(4)

88

78

112

33

63

72

345

768

147

327

215

142

130

89

313

136

80

262

782

46

769

636

267

133

61

174

148

371

153

203

303

662

108

8.216

Kelurahan
(5)

77.465

3.997

1.373

1.062

902

570

700

1.971

2.955

1.740

1.634

1.460

1.984

1.469

1.958

2.925

962

714

1.535

8.523

438

8.589

5.863

267

351

361

2.423

1.448

3.126

1.406

1.629

1.014

5.687

6.429

Desa dan Kelurahan


(6)

52.804

1.020

31

859

808

131

511

261

2.605

989

689

948

1.868

629

1.069

502

955

698

1.331

7.968

408

8.577

5.532

2.006

351

296

1.331

1.342

2.715

972

854

1.014

2.956

578

RW, Desa dan


Kelurahan Siaga
Aktif
(7)

68,2

25,5

2,3

80,9

89,6

23,0

73,0

13,2

88,2

56,8

42,2

64,9

94,2

42,8

54,6

17,2

99,3

97,8

86,7

93,5

93,2

99,9

94,4

96,7

100,0

82,0

54,9

92,7

86,9

69,1

52,4

100,0

52,0

9,0

Persentase
RW, Desa dan
Kelurahan Siaga
Aktif (%)

Update 20 Maret 2013

(8)

54.142

709

70

243

598

105

294

1.049

2.795

1.148

1.034

644

1.683

506

1.316

612

778

482

517

8.554

421

7.605

5.456

1.176

196

294

1.438

1.531

2.444

900

1.142

2.421

3.795

2.186

Poskesdes yang
Beroperasi
(9)

276.392

2.991

1.122

1.401

1.926

1.441

1.302

2.781

9.377

3.223

2.066

4.566

3.714

2.236

4.281

8.573

5.781

4.760

10.640

45.882

5.680

48.789

48.649

4.241

1.128

992

2.595

1.859

6.352

3.218

5.037

7.101

15.303

7.385

Posyandu

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Jumlah desa siaga aktif di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW siaga AKTIF dan jumlah desa siaga aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga aktif ditambah nagari siaga aktif

Keterangan :

Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Maluku

Maluku Utara

Sulawesi Barat

29

30

Gorontalo

28

31

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tengah

25

26

Sulawesi Utara

24

27

Kalimantan Selatan

Kalimantan Tengah

21

Kalimantan Timur

Kalimantan Barat

20

22

Nusa Tenggara Timur

19

23

Bali

Nusa Tenggara Barat

17

18

Banten

DI Yogyakarta

14

16

Jawa Tengah

Jawa Timur

5.227

Jawa Barat

12

13

15

DKI Jakarta

11

218

300

2.249

Kepulauan Riau

Bengkulu

Lampung

2.755

Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Selatan

1.253

1.426

711

5.025

6.321

Jambi

(3)

Desa

10

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.11

(10)

381.734

12.970

360

100

1.880

660

612

1.968

30.748

7.599

4.515

4.575

12.018

1.170

360

600

2.664

780

33.308

4.086

1.314

139.239

37.622

12.393

1.593

714

7.488

4.010

7.487

2.122

17.918

20.813

3.548

4.500

Kader / Toma / Toga


Terlatih
(11)

3,57

0,75

0,82

1,32

2,14

2,53

1,86

1,41

3,17

1,85

1,26

3,13

1,87

1,52

2,19

2,93

6,01

6,67

6,93

5,38

12,97

5,68

8,30

15,88

3,21

2,75

1,07

1,28

2,03

2,29

3,09

7,00

2,69

1,15

Rasio Posyandu
terhadap
Desa/Kelurahan

(12)

4,93

0,26

0,09

2,08

1,16

0,87

1,00

10,41

4,37

2,76

3,13

6,06

0,80

0,18

0,21

2,77

1,09

21,70

0,48

3,00

16,21

6,42

46,42

4,54

1,98

3,09

2,77

2,40

1,51

11,00

20,53

0,62

0,70

Rasio Kader/Toma
Terlatih terhadap
Desa/Kelurahan

428

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

197

12

37

25

609

140

126

159

251

203

350

4,131

62

20

202

192

139

58

80

689

2,519

1,348

577

17

83

50

61

126

350

56

(5)

133

3,304

565

58

329

777

234

320

354

10,708

(4)

(6)

1,652

52,804

1,020

31

859

808
17

131

511

261

2,605

989

689

948

1,868

629

1,069

502

955

698

1,331

7,968

408

8,577

5,532

2,006

351

296

1,331

1,342

2,715

972

854

1,014

2,956

578

(7)

16

78

20

10

65

86

433

431

12

267

56

27

110

Jumlah

56

230

71

133

742

761

500

1,037

344

2,761

1,826

60,587

2,560

1,122

526

1,009

1,441

32

673

2,070

1,262

248

906

1,179

1,021

1,322

8,573

2,040

123

2,768

2,460

250

7,367

13,174

(8)

Pratama

530

518

376

751

716

2,149

1,422

1,904

2,775

6,661

4,170

100,424

116

525

559

975

958

3,368

1,354

882

1,702

1,669

854

2,013

2,374

1,643

5,298

15,412

1,165

15,667

21,918

(9)

Madya

Jumlah desa siaga di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW siaga dan jumlah desa siaga di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga ditambah nagari siaga

Keterangan :

1,020

31

583

780

131

467

210

1,716

839

368

630

1,549

629

1,063

502

607

698

974

4,674

212

3,492

5,532

433

264

296

1,331

925

1,621

621

381

200

2,956

578

RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Madya
Purnama
Mandiri

JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU


MENURUT PROVINSI DAN TINGKATAN (STRATA) DI INDONESIA TAHUN 2012

36,313

(3)

Pratama

Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Sulawesi Barat

Maluku

29

Gorontalo

28

30

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

26

27

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

24

Kalimantan Timur

23

25

Kalimantan Tengah

Kalimantan Barat

20

Kalimantan Selatan

Nusa Tenggara Timur

19

21

Nusa Tenggara Barat

18

22

Banten

Bali

16

Jawa Timur

15

17

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

14

DKI Jakarta

Jawa Barat

11

Kepulauan Riau

12

Kepulauan Bangka Belitung

Lampung

Bengkulu

10

Jambi

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.12

163

75

91,232

128

309

332

286

977

3,235

534

916

1,552

739

300

863

1,211

2,658

2,094

25,771

2,781

17,184

11,167

1,649

298

418

24,149

187

41

26

173

704

73

20

406

127

61

83

156

336

480

2,239

1,484

8,571

2,390

2,006

82

127

341

326
1,370

424

257

543

977

1,588

(11)

Mandiri

3,018

1,039

1,553

3,005

4,293

1,226

(10)

Posyandu
Purnama

276,392

2,991

1,122

1,401

1,926

1,441

1,302

2,781

9,377

3,223

2,066

4,566

3,714

2,236

4,281

8,573

5,781

4,760

10,640

45,882

5,680

48,789

48,649

4,241

1,128

992

2,595

1,859

6,352

3,218

5,037

7,101

15,303

7,385

(12)

Jumlah

429
Papua

33

40

Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Maluku Utara
Papua Barat

31

Maluku

30

32

Gorontalo
Sulawesi Barat

28
29

Sulawesi Tenggara

27

Sulawesi Utara

24
Sulawesi Tengah

Kalimantan Timur

23

Sulawesi Selatan

Kalimantan Selatan

22

25

Kalimantan Tengah

21

26

Kalimantan Barat

20

Bali
Nusa Tenggara Barat

Banten

16
17

Nusa Tenggara Timur

Jawa Timur

15

18

DI Yogyakarta

14

19

Jawa Tengah

13

Jawa Barat

12

DKI Jakarta

11

Kepulauan Riau

10

12

Lampung
Kepulauan Bangka Belitung

(3)

Puskesmas

0
9

34

0
0

0
0

(5)

Lapas/Rutan

(4)

Rumah Sakit

Jumlah Layanan

LAYANAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON (TRM)


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

Sumatera Selatan
Bengkulu

6
7

Riau
Jambi

Sumatera Barat

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.13

83

12

18

(6)

Total

Lampiran 5.14

LAYANAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

No

Total

Provinsi

Puskesmas

Jumlah Layanan
Rumah Sakit

Klinik

(2)

(3)

(4)

(5)

(1)

(6)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

13

13

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

0
1

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

18

13

90

106

Indonesia

Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2013

430

431

Manado

Palu

Makassar

Kendari

Gorontalo

Mamuju

Maluku

Ternate

Jayapura

Sorong

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Total

Banjarmasin

Kalimantan Timur

27

28

Pontianak

Palangkaraya

25

26

Mataram

Kupang

23

24

Banten

Denpasar

21

22

Surabaya

Malang

19

20

Surakarta

DI Yogyakarta

17

18

Tasikmalaya

Semarang

15

Bandung

14

16

Jakarta III

13

Jakarta II

Tanjung Pinang

12

Tanjung Karang

Pangkal Pinang

Bengkulu

Jakarta I

Palembang

11

Jambi

10

Padang

Riau

Medan

(2)

Poltekkes

Aceh

(1)

No

Keperawatan

33

(3)

Kebidanan
36

(4)

Keperawatan
Gigi
9

(5)

Farmasi
(6)

13

(7)

Kesehatan
Lingkungan

Gizi

(8)

Gizi

Kesehatan
Masyarakat

19

Fisioterapi
3

(9)

Keterapian Fisik

(10)

Okupasi
Terapi

Kefarmasian

(11)

Terapi
Wicara

Keperawatan
Akupunktur
1

(12)

Analis
Kesehatan
9

(13)

Teknik
Elektromedik
2

0
0

(15)

(14)

Keteknisian Medis
Teknik
Radiodiagno
stik

JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)


MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012

132

0
0

(20)

Total

0
0

(19)

0
0

(17)

Ortotik
Prostetik

(16)

Teknik Gigi

Lampiran 5.15

Perekam &
Informatika
Kesehatan

432

Jayapura

Sorong

37

38

27,1

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

71

Jumlah

Maluku

Ternate

35

(3)

Keperawatan

36

Gorontalo

Mamuju

Kendari

32

33

Makassar

31

34

Manado

Palu

29

30

Banjarmasin

Kalimantan Timur

27

Palangkaraya

26

28

Kupang

Pontianak

24

25

Denpasar

Mataram

22

23

Malang

Banten

Surabaya

19

20

DI Yogyakarta

18

21

Semarang

Surakarta

16

17

Bandung

Tasikmalaya

14

Jakarta III

13

15

Jakarta I

Jakarta II

11

Pangkal Pinang

10

12

Tanjung Karang

Tanjung Pinang

Bengkulu

Palembang

Riau

Jambi

Padang

Medan

(2)

Aceh

(1)

Poltekkes

No

Kebidanan

18
6,9

23,7

62

1
2

(5)

Kesehatan
Gigi

(4)

Farmasi
3,8

10

(6)

Analis Farmasi
& Makanan
0

0,4

0,4

(8)

Jamu

(7)

9,9

26

12,2

32

(10)

Kesehatan
Lingkungan
(9)

Gizi

Gizi

Kesmas

0,8

(11)

Fisioterapi

Keterapian Fisik

Jurusan / Program Studi

0,4

0,4

(13)

(12)

Okupasi Terapi

Kefarmasian
Terapi Wicara

Keperawatan
Akupunktur
0,4

(14)

Analis
Kesehatan

8,8

23

0,8

1
1

(16)

Teknik
Elektromedik

(15)

Keteknisian Medis

1,1

(17)

Teknik
Radiodiagnosti
k

JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)


MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2012

0,8

(18)

Teknik Gigi

Lampiran 5.16

Ortotik
Prostetik
0,8

(19)

1,5

100,0

262

16

13

6
0

8
0

16

10

10

10

10

(21)

Total

(20)

Perekam
Informasi
Kesehatan

Lampiran 5.17

JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES) JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT)
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2012

(9)

(11)

(14)

(15)

(16)

D-I PTTD

ATEM

APIKES

ARO

(13)

ATRO

(12)

AAK

ATW

(10)

(17)

(18)

(19)

D-III
Kardiovaskuler

(8)

ATG

(7)

Keteknisian Medis

D-III
AKUPUNTUR

(6)

Keterapian Fisik

AKFIS

(5)

Gizi

AKZI

(4)

AKL

(3)

Kesmas

AKFAR

AKG

(2)

(1)

AKAFARMA

Provinsi

AKBID

No

Kefarmasian

AKPER

Keperawatan

Jumlah

(20)

(21)

Aceh

15

33

57

Sumatera Utara

42

57

111

Sumatera Barat

13

11

33

Riau

22

35

Jambi

14

Sumatera Selatan

12

20

38

Bengkulu

Lampung

10

17

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

32

20

73

12

Jawa Barat

12

11

30

13

Jawa Tengah

45

56

12

140

14

DI Yogyakarta

12

15

Jawa Timur

22

22

64

16

Banten

10

15

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

18

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

13

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

18

23

Kalimantan Timur

15
9

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

17

13

33

27

Sulawesi Tenggara

15

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

288

356

12

52

11

17

19

14

18

820

Jumlah Institusi Non-Poltekkes

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Keterangan :
Institusi Non-Poltekkes Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) pada tahun 2012 tidak menjadi binaan BPPSDM Kesehatan

433

434
2
0
0
0
0
0
0
2
71
8.7

0
0
0
0

1
1

1
1

0
2
2

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013


Institusi Non-Poltekkes Jenjang Pendidikan Menengah (JPM) pada tahun 2012 tidak menjadi binaan BPPSDM Kesehatan

53
12
0
65

(3)

(2)

KEPERAWATAN
1
Akademi Keperawatan (AKPER)
2
Akademi Kebidanan (AKBID)
3
Akademi Kesehatan Gigi (AKG)
Sub Total
KEFARMASIAN
1
Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)
2
Akademi Farmasi (AKFAR)
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1
Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL)
Sub Total
GIZI
1
Akademi Gizi (AKZI)
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1
Akademi Fisioterapi (AKFIS)
2
Akademi Terapi Wicara (ATW)
3
Akademi Akupunktur
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1
Akademi Analis Kesehatan (AAK)
2
Akademi Tekniker Gigi (ATG)
3
D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD)
4
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)
5
Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES)
6
Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)
7
Akademi Refraksionis Optisi (ARO)
Sub Total
Total
%

(1)

Pemda

Institusi Diknakes Non-Poltekkes

0
1
0
0
0
1
0
2
28
3.4

0
0
0
0

0
0

0
0

0
1
1

23
1
1
25

(4)

TNI / Polri

17
2
2
14
18
7
7
67
721
87.9

17
1
2
20

5
5

10
10

12
49
61

212
343
3
558

(5)

Swasta

JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT)


MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2012

No

Lampiran 5.18

19
3
2
14
18
8
7
71
820
100.0

17
1
2
20

6
6

11
11

12
52
64

288
356
4
648

(6)

Jumlah

435

Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)

Akademi Akupunktur

Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES)

Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)

Akademi Ortotik Prostetik (AOP)


Sub Total
Total

Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)

Akademi Tekniker Gigi (ATG)

Akademi Analis Kesehatan (AAK)

KETEKNISIAN MEDIS

Akademi Terapi Wicara (ATW)

3
Sub Total

Akademi Fisioterapi (AKFIS)

Akademi Okupasi Terapi (AOT)

Akademi Gizi (AKZI)


Sub Total
KETERAPIAN FISIK

Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL)


Sub Total
GIZI

Akademi Farmasi (AKFAR)


Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT

KEFARMASIAN

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

200
3,020
26,285

225

60

325

200

2,010

610

100

100

100

310

3,050
3,050

2,510
2,510

945
1,070

125

16,025

1,650

Akademi Kesehatan Gigi (AKG)

3
Sub Total

8,400
5,975

Akademi Kebidanan (AKBID)

(3)

Tingkat I

KEPERAWATAN
1 Akademi Keperawatan (AKPER)

(2)

(1)

Institusi Poltekkes

120
2,180
22,405

245

60

295

120

1,340

445

60

60

100

225

2,260
2,260

2,245
2,245

680
760

80

14,515

1,635

5,541

7,339

(4)

Tingkat II

Peserta Didik Poltekkes

120
2,220
22,200

245

60

295

120

1,380

445

60

60

100

225

2,260
2,260

2,245
2,245

680
760

80

14,270

1,635

5,443

7,192

(5)

Tingkat III

REKAPITULASI PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2012/2013

No

Lampiran 5.19

440
7,420
70,890

715

180

915

440

4,730

1,500

220

220

300

760

7,570
7,570

7,000
7,000

2,305
2,590

285

44,810

4,920

16,959

22,931

(6)

Jumlah

436

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

KEPERAWATAN
1 Akademi Keperawatan (AKPER)
2 Akademi Kebidanan (AKBID)
3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG)
Sub Total
KEFARMASIAN
1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)
2 Akademi Farmasi (AKFAR)
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL)
Sub Total
GIZI
1 Akademi Gizi (AKZI)
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1 Akademi Fisioterapi (AKFIS)
2 Akademi Terapi Wicara (ATW)
3 Akademi Akupunktur
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 Akademi Analis Kesehatan (AAK)
2 Akademi Tekniker Gigi (ATG)
3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD)
4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)
5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES)
6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)
7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO)
Sub Total
Total

(2)

(1)

Institusi Diknakes Non Poltekkes

No

1.525
260
60
760
1.685
420
760
5.470
69.945

1.440
100
160
1.700

650
650

955
955

1.170
3.985
5.155

28.060
27.775
180
56.015

(3)

Tingkat I

2.030
200
160
860
1.725
610
640
6.225
78.716

1.300
100
220
1.620

695
695

1.260
1.260

1.690
3.900
5.590

33.945
29.241
140
63.326

(4)

Tingkat II

Peserta Didik Non Poltekkes

1.870
200
160
780
1.685
600
640
5.935
76.028

1.240
100
220
1.560

695
695

1.100
1.100

1.690
3.775
5.465

33.363
27.770
140
61.273

(5)

Tingkat III

5.425
660
380
2.400
5.095
1.630
2.040
17.630
224.689

3.980
300
600
4.880

2.040
2.040

3.315
3.315

4.550
11.660
16.210

95.368
84.786
460
180.614

(6)

Jumlah

REKAPITULASI PESERTA DIDIK NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT) MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2012/2013

Lampiran 5.20

437

(2)

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

KEPERAWATAN
1 Akademi Keperawatan (AKPER)
2 Akademi Kebidanan (AKBID)
3 Akademi Kesehatan Gigi (AKG)
Sub Total
KEFARMASIAN
1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)
2 Akademi Farmasi (AKFAR)
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL)
Sub Total
GIZI
1 Akademi Gizi (AKZI)
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1 Akademi Fisioterapi (AKFIS)
2 Akademi Okupasi Terapi (AOT)
3 Akademi Terapi Wicara (ATW)
4 Akademi Akupunktur
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 Akademi Analis Kesehatan (AAK)
2 Akademi Tekniker Gigi (ATG)
3 D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD)
4 Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO
5 Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES)
6 Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)
7 Akademi Refraksionis Optisi (ARO)
8 Akademi Ortotik Prostetik (AOP)
Sub Total
Total

(1)

Institusi Diknakes

1,125
92
0
285
0
225
0
16
1,743
21,630

123
52
36
33
244

2,068
2,068

2,089
2,089

125
885
1,010

7,183
5,652
1,641
14,476

(3)

Poltekkes

1,629
110
130
669
1,136
510
590
0
4,774
53,602

978
0
32
101
1,111

490
490

795
795

1,189
2,501
3,690

26,967
15,735
40
42,742

(4)

Non Poltekkes

REKAPITULASI LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES


MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2012

No

Lampiran 5.21

2,754
202
130
954
1,136
735
590
16
6,517
75,232

1,101
52
68
134
1,355

2,558
2,558

2,884
2,884

1,314
3,386
4,700

34,150
21,387
1,681
57,218

(5)

Jumlah

438

Sorong

37

7,183

235

45

116

60

767

50

172

345

150

60
5,652

2,089

35

58
54

65

100

75

61

51

125

50

50

125

225

125

125

125

127

100

100

100

125

100

100

(5)

Kesehatan
Lingkungan

60

100

140

176

100

150

116
100

225

125

100

79

113

160

152

80

125

160

100

90

159

325

287

100

100

310

200

462

250

100

120

217

171

100

100

225

325

220

(4)

Kebidanan

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Banten

Mamuju

35

36

Jayapura

Pangkal Pinang

33

34

Ternate

Gorontalo

31

32

Kendari

Ambon

29

30

Palu

Makassar

27

28

Samarinda

Banjarmasin

Manado

75

Palangkaraya

23

24

25

60

22

26

292

Kupang

Pontianak

21

125

200

275

271

Mataram

Malang

17

125

114

20

Yogyakarta

16

Surabaya

Surakarta

15

575

200

Denpasar

Semarang

14

18

Tasikmalaya

13

204

375

125

161

241

223

125

60

225

125

325

(3)

Keperawatan

19

Jakarta III

Bandung

11

Jakarta II

10

12

Tanjung Karang

Jakarta I

Bengkulu

Palembang

Pekanbaru

Jambi

Medan

Padang

(2)

Banda Aceh

Poltekkes

(1)

No

Lampiran 5.22

2,068

60

41

40

65

50

52

80

100

125

48

125

37

40

30

50

100

99

125

125

77

95

50

56

80

60

58

100

100

(6)

Gizi

1,641

100

78

100

60

12

100

125

125

125

80

125

125

40

106

100

60

80

100

(7)

Kesehatan
Gigi

885

40

100

95

100

125

125

40

100

100

60

(8)

Farmasi

1,125

100

60

100

50

50

40

125

80

125

125

80

100

90

(9)

Analisis
Kesehatan

225

125

100

(10)

Teknik
Elektromedik

285

185

100

(11)

Teknik
Diagnostik

92

52

40

(12)

Teknik Gigi

Jurusan / Program Studi

125

125

(13)

AKAFARMA

JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES


MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013

123

50

73

(14)

Fisioterapi

52

52

(15)

Okupasi
Terapi

16

16

(16)

Ortotik
Prostetik

36

36

(17)

Terapi
Wicara

33

33

(18)

Akupunktur

21,630

355

175

174

200

997

240

400

625

400

810

402

549

240

654

225

420

584

390

649

1,200

657

680

424

1,445

480

1,243

750

724

350

631

820

574

425

220

693

920

905

(19)

Jumlah

439

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

408

524

2,016

395

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

Jumlah
15,735

26,967

60

1,514

481

463

120

40

335

40

(7)

AKG

180

260

1,141

120

480

2,166

686

1,280

60

428

49

1,254

296

60

1,331

560

1,971

440

80

(6)

AKBID

Keperawatan

20

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

31 Papua

30 Maluku Utara

29 Maluku

497

23 Kalimantan Timur

28 Gorontalo

342

604

20 Kalimantan Barat

550

260

19 Nusa Tenggara Timur

22 Kalimantan Selatan

345

18 Nusa Tenggara Barat

21 Kalimantan Tengah

100

17 Bali

3,925

718

15 Jawa Timur

16 Banten

400

14 DI Yogyakarta

985

3,992

13 Jawa Tengah

12 Jawa Barat

98

488

237

941

761

60

482

1,160

3,360

610

2,609

(5)

AKPER

11 DKI Jakarta

10 Kepulauan Riau

Riau

Jambi

Sumatera Barat

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.23

(9)

1,189

229

60

360

130

100

80

170

60

(10)

60

40

100

180

48

120

60

100

80

80

179

60

500

50

160

100

84

50

50

260

60

80

2,501

AKFAR

Kefarmasian
AKAFARMA
(11)

AKL

Kesmas

795

36

37

50

100

60

60

262

50

80

60

(12)

AKZI

Gizi

490

160

200

50

80

(14)

AKFIS

978

50

41

160

160

33

132

100

15

60

127

100

(14)

ATW

32

32

Keterapian Fisik

(15)

101

101

Akupunktur

JUMLAH LULUSAN DIKNAKES NON POLTEKKES JENJANG PENDIDIKAN TINGGI (JPT)


MENURUT PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN AJARAN 2012/2013

(17)

ATG

110

60

50

(18)

AAK

1,629

60

60

60

60

385

39

360

180

47

100

78

120

80

(19)

ATRO

669

60

59

60

59

80

15

84

92

80

80

(20)

ARO

590

100

180

130

100

80

Keteknisian Medis

(21)

100

80

60

460

16

100

80

20

160

60

1,136

APIKES
(23)

ATEM

510

80

60

180

60

80

50

(23)

PTTD

130

60

70

(26)

Jumlah

53,602

140

60

80

471

4,017

704

449

1,076

1,252

582

1,039

260

745

500

6,580

1,296

880

8,900

1,965

4,887

158

1,108

386

2,509

1,154

120

1,998

2,538

6,128

1,620

440

Jawa Timur

Banten

15

16

Sulawesi Selatan

26

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

Keterangan :
98,59% Puskesmas melaporkan data ketenagaannya

59

91

38

47

25

89

69

902

109

362

223

220

95

214

227

153

925

1,058

4,258

1,231

3,529

3,503

4,339

184

49

225

90

908

387

733

497

1,931

563

27,333

(3)

Dokter Spesialis

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Total

Sulawesi Barat

Maluku

29

30

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tengah

25

Gorontalo

Sulawesi Utara

24

27

Kalimantan Timur

23

28

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

21

Kalimantan Barat

20

22

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

19

Bali

DI Yogyakarta

14

17

Jawa Barat

Jawa Tengah

12

11

13

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

10

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Bengkulu

Jambi

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.24

693

312

241

334

235

249

414

1,278

470

923

878

714

462

567

630

476

929

1,146

4,117

1,289

4,786

3,804

2,382

550

254

812

442

972

655

1,074

1,037

2,920

1,319

37,364

(4)

Dokter Umum

87

53

48

108

100

33

108

572

101

62

308

177

93

128

153

134

263

525

1,591

431

1,205

1,535

1,211

149

51

249

113

186

173

358

377

865

279

11,826

(5)

Dokter Gigi

8,924

235,496

4,870

2,225

2,647

4,460

1,787

1,222

3,677

10,454

6,131

4,904

5,578

5,273

4,548

8,442

5,362

3,853

4,609

5,694

27,152

5,114

21,728

22,003

13,667

3,688

2,001

4,482

3,343

7,371

4,697

6,038

5,908

13,644

(6)

Perawat

8,919

126,276

1,761

777

972

1,166

922

590

1,724

4,876

2,340

1,394

2,057

2,731

1,862

2,200

2,931

1,891

2,038

3,099

14,547

1,539

15,494

11,578

2,165

1,173

764

3,273

2,527

4,380

3,139

4,208

4,345

12,894

(7)

Bidan

Jumlah Tenaga Kesehatan

387

172

204

138

200

233

464

1,216

583

525

626

1,655

417

484

623

323

524

664

4,335

1,689

3,801

2,387

1,775

257

195

412

673

1,013

681

867

876

1,605

1,219

31,223

(8)

Farmasi

REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN


MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2012

1,592

571

1,013

879

1,238

1,148

2,480

6,370

2,364

1,422

2,190

2,649

1,886

2,175

2,208

2,163

2,508

1,979

8,549

1,947

9,732

6,253

2,278

819

775

2,284

2,603

4,755

2,442

2,588

3,810

5,856

6,378

97,904

(9)

Lainnya

567,422

9,449

4,201

5,163

7,132

4,507

3,564

8,936

25,668

12,098

9,592

11,860

13,419

9,363

14,210

12,134

8,993

11,796

14,165

64,549

13,240

60,275

51,063

27,817

6,820

4,089

11,737

9,791

19,585

12,174

15,866

16,850

39,715

27,601

(10)

Jumlah

139,812

993

349

265

465

380

805

624

2,634

809

1,395

3,105

2,043

2,023

2,314

2,029

2,547

4,641

3,279

25,834

5,840

22,136

15,738

11,061

1,203

1,189

1,493

1,741

4,669

2,591

3,092

2,646

5,578

4,301

(11)

Tenaga Non
Kesehatan

707,234

10,442

4,550

5,428

7,597

4,887

4,369

9,560

28,302

12,907

10,987

14,965

15,462

11,386

16,524

14,163

11,540

16,437

17,444

90,383

19,080

82,411

66,801

38,878

8,023

5,278

13,230

11,532

24,254

14,765

18,958

19,496

45,293

31,902

(12)

Total SDM
Kesehatan

441

Sulawesi Selatan

26

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

Keterangan :
98,59% Puskesmas melaporkan data ketenagaannya

10

31

34

145

(3)

Dokter
Spesialis

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Total

Sulawesi Barat

Maluku

29

30

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tengah

25

Gorontalo

Sulawesi Utara

24

27

Kalimantan Timur

23

28

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

21

Kalimantan Barat

20

22

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

19

Banten

Bali

16

Jawa Timur

15

17

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

Jawa Barat

12

14

Kepulauan Riau

Kepulauan Bangka Belitung

DKI Jakarta

Lampung

10

Bengkulu

11

Jambi

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.25

17,791

393

61

145

219

153

121

265

690

244

479

479

446

274

314

370

254

320

475

1,833

365

1,931

1,889

645

322

140

518

254

458

338

578

585

1,459

774

(4)

Dokter
Umum

6,884

46

14

33

91

65

21

70

386

63

26

209

134

58

79

109

105

170

273

945

177

738

806

484

96

38

193

66

93

106

217

287

530

156

(5)

Dokter Gigi

105,870

2,911

1,215

1,894

3,533

1,164

655

2,234

4,752

3,643

1,852

2,700

2,753

2,568

5,702

2,999

2,583

1,058

1,806

10,345

863

7,216

8,400

2,458

1,960

964

3,314

1,656

3,392

2,155

2,672

2,590

6,873

4,990

(6)

Perawat

10,254

22

26

155

93

57

46

111

538

201

223

151

392

212

651

370

186

213

203

980

245

927

1,251

235

211

65

394

96

308

285

176

365

472

394

(7)

Perawat
Gigi

102,384

1,353

530

801

981

787

453

1,387

3,874

1,880

1,025

1,559

2,266

1,502

1,845

2,361

1,645

1,296

2,436

11,379

776

12,714

9,667

1,029

813

617

3,028

2,091

3,565

2,593

3,078

3,838

11,228

7,987

(8)

Bidan

9,851

115

42

82

48

90

138

189

488

206

188

248

289

150

244

325

158

120

174

1,056

165

1,004

602

245

92

62

251

355

341

256

298

417

665

748

(9)

Farmasi

21,342

165

46

422

257

278

382

558

1,907

863

176

622

795

370

543

485

348

409

468

973

93

1,751

926

386

184

88

726

636

1,588

447

492

906

1,096

1,956

(10)

Kesmas

Jumlah Tenaga Kesehatan

10,532

124

79

70

155

178

143

341

643

359

276

198

338

179

282

491

387

213

140

835

163

838

891

192

71

64

340

160

468

241

192

305

428

748

(11)

Sanitarian

9,629

189

96

148

196

156

132

383

560

98

242

176

311

231

291

294

366

129

217

887

165

906

795

144

69

81

164

137

269

122

154

284

753

484

(12)

Gizi

JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS


MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2012

615

22

16

38

23

18

47

17

83

10

20

15

39

47

159

(13)

Keterapian
Fisik

6,918

165

10

27

16

54

79

458

49

127

268

113

253

187

255

90

225

664

278

912

426

119

65

68

190

67

292

190

203

370

320

370

(14)

Keteknisian
Medis

302,215

5,488

2,122

3,783

5,597

3,004

2,098

5,643

14,337

7,607

4,513

6,476

7,998

5,659

10,210

8,009

6,295

4,023

6,420

29,975

3,308

29,027

25,672

5,977

3,893

2,188

9,122

5,520

10,801

6,748

8,069

9,989

23,877

18,767

(15)

Jumlah

34,878

205

48

123

257

177

291

227

909

364

209

991

524

385

690

692

1,187

512

747

8,371

1,265

5,618

3,910

1,181

364

349

608

270

794

386

543

707

717

1,257

(16)

Tenaga Non
Kesehatan

337,093

5,693

2,170

3,906

5,854

3,181

2,389

5,870

15,246

7,971

4,722

7,467

8,522

6,044

10,900

8,701

7,482

4,535

7,167

38,346

4,573

34,645

29,582

7,158

4,257

2,537

9,730

5,790

11,595

7,134

8,612

10,696

24,594

20,024

(17)

Total SDM
Kesehatan

442

121

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

27

28

Papua

33

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Total

Maluku Utara

Papua Barat

31

32

Sulawesi Barat

Sulawesi Selatan

26

Maluku

Sulawesi Tengah

25

29

Sulawesi Utara

30

217

Kalimantan Timur

23

24

774

393
17.791

9.510

61

145

219

153

121

265

690

244

479

479

446

274

314

370

254

320

475

1.833

365

1.931

1.889

645

322

140

518

254

458

338

578

585

1.459

(4)

Dokter Umum

381

128

119

178

91

87

258

425

176

177

190

237

349

157

118

226

228

960

Kalimantan Selatan

Jawa Timur

15

Kalimantan Tengah

DI Yogyakarta

14

873

22

Jawa Tengah

13

340
1.046

21

Jawa Barat

12

Kalimantan Barat

DKI Jakarta

11

69

20

Kepulauan Riau

10

60

276

Nusa Tenggara Timur

Kepulauan Bangka Belitung

19

Lampung

178

Nusa Tenggara Barat

Bengkulu

317

176

18

Sumatera Selatan

Bali

Jambi

207

Banten

Riau

260

555

330

17

Sumatera Barat

(3)

Jumlah Puskesmas

46

14

33

91

65

21

70

386

63

26

209

134

58

79

109

105

170

273

945

177

738

806

484

96

38

193

66

93

106

217

287

530

156

6.884

(5)

Dokter Gigi

105.870

2.911

1.215

1.894

3.533

1.164

655

2.234

4.752

3.643

1.852

2.700

2.753

2.568

5.702

2.999

2.583

1.058

1.806

10.345

863

7.216

8.400

2.458

1.960

964

3.314

1.656

3.392

2.155

2.672

2.590

6.873

4.990

(6)

Perawat

102.384

1.353

530

801

981

787

453

1.387

3.874

1.880

1.025

1.559

2.266

1.502

1.845

2.361

1.645

1.296

2.436

11.379

776

12.714

9.667

1.029

813

617

3.028

2.091

3.565

2.593

3.078

3.838

11.228

7.987

(7)

Bidan

1,87

1,03

0,48

1,22

1,23

1,68

1,39

1,03

1,62

1,39

2,71

2,21

1,97

1,44

1,32

1,06

1,62

2,71

2,08

1,91

3,02

2,21

1,81

1,90

4,67

2,33

1,88

1,43

1,44

1,92

2,79

2,25

2,63

2,35

(8)

Rasio Dokter
Umum terhadap
Puskesmas

0,72

0,12

0,11

0,28

0,51

0,71

0,24

0,27

0,91

0,36

0,15

0,96

0,59

0,31

0,33

0,31

0,67

1,44

1,20

0,98

1,46

0,85

0,77

1,42

1,39

0,63

0,70

0,37

0,29

0,60

1,05

1,10

0,95

0,47

(9)

Rasio Dokter Gigi


terhadap
Puskesmas

RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

16

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.26

11,13

7,64

9,49

15,92

19,85

12,79

7,53

8,66

11,18

20,70

10,46

12,44

12,18

13,52

24,06

8,59

16,45

8,97

7,92

10,78

7,13

8,27

8,03

7,23

28,41

16,07

12,01

9,30

10,70

12,24

12,91

9,96

12,38

15,12

(10)

Rasio Perawat
terhadap
Puskesmas

10,77

3,55

4,14

6,73

5,51

8,65

5,21

5,38

9,12

10,68

5,79

7,18

10,03

7,91

7,78

6,77

10,48

10,98

10,68

11,85

6,41

14,56

9,24

3,03

11,78

10,28

10,97

11,75

11,25

14,73

14,87

14,76

20,23

24,20

(11)

Rasio Bidan
terhadap
Puskesmas

443

Papua

33
2.083

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Total

Maluku Utara

Papua Barat

31

32

Sulawesi Barat

Maluku

29

Gorontalo

28

30

Sulawesi Tenggara

27

25

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Utara

24

25

Kalimantan Timur

23

26

35

Kalimantan Selatan

22

38

34

13

17

26

11

23

76

50

29

16

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

20

41

22

54

73

286

66

247

243

142

25

18

42

27

53

59

21

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

19

Banten

Bali

Jawa Timur

15

16

DI Yogyakarta

14

17

Jawa Tengah

13

DKI Jakarta

Jawa Barat

12

11

13

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Sumatera Selatan

Kepulauan Riau

Jambi

Riau

10

46

Sumatera Barat

174

51

Sumatera Utara

(3)

(2)

Aceh

(1)

Jumlah
Rumah Sakit

Provinsi

No

Lampiran 5.27

560

54

65

38

46

25

87

59

897

107

353

222

210

91

210

226

147

913

1.050

4.212

1.050

3.381

3.455

4.281

162

47

214

89

900

370

727

477

1.904

26.629

(4)

Dokter Spesialis

482

269

147

88

106

61

120

122

555

211

330

328

261

156

231

240

163

532

533

2.121

415

2.326

1.742

1.687

171

80

242

184

478

279

444

390

1.179

16.673

(5)

Dokter Umum

4.242

(6)

36

21

15

15

16

12

30

173

36

33

77

41

25

42

37

21

80

212

592

142

360

688

703

45

38

45

89

59

112

71

257

110

Dokter Gigi

1.545

556

462

794

492

488

1.193

5.114

2.163

2.556

2.601

2.098

1.647

1.922

1.834

877

3.246

3.520

15.551

3.280

12.017

12.019

10.929

1.125

690

595

1.453

3.460

2.021

3.080

2.593

5.602

3.259

110.782

(7)

Perawat

770

310

95

162

177

125

127

276

973

435

304

438

453

321

347

495

116

682

584

2.914

441

1.810

1.751

1.126

256

90

148

360

738

426

1.081

380

1.398

20.109

(8)

Bidan

Jumlah Tenaga Kesehatan

107

79

74

241

588

277

464

345

646

305

182

54

102

72

64

61

201

654

327

182

307

1.306

201

208

196

68

344

355

2.900

386

1.322

1.637

1.494

15.749

(9)

Farmasi

JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


ME NUR UT P R OV INS I T AHUN 2012

417

100

179

175

152

198

479

1.981

574

406

445

706

476

606

274

258

1.034

575

4.031

759

2.717

2.245

1.339

181

199

234

823

658

495

878

1.038

761

1.199

26.592

(10)

Lainnya

220.776

2.813

1.038

1.046

1.385

935

1.093

2.360

10.347

3.853

4.164

4.418

5.075

2.917

3.566

3.302

1.650

6.831

6.829

32.321

6.473

23.933

23.537

21.559

2.047

1.194

1.545

3.195

6.911

3.927

6.786

5.294

11.747

6.685

(11)

Jumlah

180

158

97

76

100

380

79

1.382

243

864

1.437

1.335

1.191

1.453

945

607

3.577

2.275

15.438

2.599

11.892

10.249

9.671

622

489

499

860

3.268

1.498

2.107

1.530

3.245

2.248

82.594

(12)

Tenaga
Non Kesehatan

303.370

2.993

1.196

1.143

1.461

1.035

1.473

2.439

11.729

4.096

5.028

5.855

6.410

4.108

5.019

4.247

2.257

10.408

9.104

47.759

9.072

35.825

33.786

31.230

2.669

1.683

2.044

4.055

10.179

5.425

8.893

6.824

14.992

8.933

(13)

Total
SDM Kesehatan

444

Lampung

DI Yogyakarta

14

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

10

2,623

88,309

118

16

46

41

26

16

22

14

16

106

81

336

125

308

344

498

12

27

79

18

38

78

161

38

(4)

Spesialis Penyakit Dalam

566

178

137

203

108

250

338

3,386

410

1,855

1,340

940

465

681

486

627

2,732

4,136

11,439

2,673

8,610

13,885

14,760

591

285

1,361

465

1,975

758

2,012

2,266

6,374

2,017

(3)

Dokter Umum

Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Sulawesi Barat

Maluku

29

30

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Selatan

26

Gorontalo

Sulawesi Tengah

25

27

Sulawesi Utara

24

28

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

22

23

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Nusa Tenggara Timur

19

20

Nusa Tenggara Barat

18

21

Banten

Bali

16

17

Jawa Timur

Jawa Tengah

13

15

DKI Jakarta

Jawa Barat

11

12

Kepulauan Bangka Belitung

Bengkulu

Kepulauan Riau

Sumatera Selatan

Jambi

10

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Dokter Spesialis Dasar

Spesialis Anak
2,795

14

91

10

53

38

23

18

11

16

107

136

329

116

258

490

595

28

28

76

14

52

47

151

40

(5)

Spesialis Bedah
1,825

15

86

10

25

35

17

19

84

54

244

81

218

248

295

11

30

48

18

31

44

116

28

(6)

Spesialis Obstetri dan


Ginekologi
3,069

12

16

117

16

45

59

30

21

10

19

139

117

389

106

286

434

632

30

10

37

10

92

28

63

65

208

41

(7)

Spesialis Anestesiologi
1,253

47

11

21

62

60

176

52

157

199

285

13

10

15

15

17

57

13

(8)

Spesialis Radiologi
8

888

52

12

19

28

173

40

104

147

177

10

11

29

(9)

727

37

12

15

22

139

33

54

123

126

19

60

(10)

Spesialis Patologi Klinik

357

19

14

57

19

28

44

63

19

11

29

Spesialis Patologi
Anatomi
(11)

Spesialis Lain
8,675

16

12

13

14

345

25

111

108

65

22

46

16

32

268

321

1,432

305

856

1,220

2,255

38

14

55

10

172

41

103

174

460

114

(12)

Dokter Gigi
23,262

87

33

28

53

42

35

121

1,239

68

73

364

183

86

160

125

150

735

1,323

3,561

897

1,552

3,579

4,980

161

60

229

79

293

173

517

552

1,538

186

(13)

289

13

31

25

19

77

81

10

Spesialis Bedah Mulut


dan Maksilofasial
(14)

Spesialis Konservasi Gigi


0

454

16

139

36

31

57

139

(15)

131

33

17

49

(16)

480

14

89

31

19

87

175

27

(17)

258

14

71

11

10

46

83

(18)

Dokter Gigi Spesialis Dasar


Spesialis Ortodonsia

Dokter Spesialis Penunjang


Spesialis Periodonsia

REKAPITULASI DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012

Spesialis Prostodonsia

Lampiran 5.28

284

20

62

28

59

76

Spesialis Kedokteran Gigi


Anak
(19)

Spesialis Penyakit Mulut


0

55

16

25

(20)

(21)

Spesialis Radiologi
Kedokteran Gigi

135,739

735

242

192

292

171

330

526

5,570

567

2,243

2,054

1,314

624

996

680

888

4,305

6,368

18,718

4,588

12,524

21,064

25,295

899

396

1,807

593

2,795

1,068

2,865

3,288

9,235

2,507

(22)

Total

445

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

18.029

402

686

150

4.042

772

144

1.043

782

1.359

83

2.033

139

3.518

17.089

773

10

385

178

1.348

702

969

1.101

1.101

2.003

301

811

351

126

6.177

441

1.473

(4)

IBI

1.077

44

593

(3)

PPNI

Sumber: Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

DI Yogyakarta

Jawa Barat

12

14

DKI Jakarta

11

Jawa Tengah

Kepulauan Riau

13

Kepulauan Bangka Belitung

10

Lampung

Jambi

Sumatera Selatan

Riau

Bengkulu

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.29

2.926

21

11

18

10

44

33

71

66

141

118

185

137

527

459

32

77

136

189

154

28

469

(5)

IFI

208

6.463

35

26

74

629

51

440

105

416

249

435

237

408

2.614

14

22

15

20

15

26

50

380

57

585

794
37

572

24

24

11

150

56

202

98

51

(7)

IROPIN

846

102

125

146

80

220

283

50

675

(6)

PPGI

619

320

42

13

84

92

10

(8)

IKATWI

4.924

30

19

24

329

44

21

101

24

11

632

12

44

14

69

58

14

179

99

200

10

(10)

IOTI

173

207

510

234

107

651

889

61

64

179

38

227

51

126

167

238

271

(9)

PARI

13.759

275

131

161

405

375

460

950

104

318

202

373

168

408

266

628

426

273

116

607

1.140

1.288

787

30

103

279

164

519

180

354

770

772

727

(11)

PERSAGI

3.308

467

108

1
0

11
0

10

11

50

34

114

17

16

18

16

(13)

PTGI

26

29

24

54

58

52

468

351

882

315

489

28

528

(12)

PORMIKI

7.437

10

544

1.139

10

546

258

239

10

529

11

10

13

120

764

114

46

482

41

121

706

25

666

526

11

38

357

101

(14)

HAKLI

2.095

7.465

12

180

57

63

27
0

47

121

52

469

122

89

68

75

75

80

89

2.362

1.701

52

154

163

31

379

80

685

73

80

99

(16)

PATELKI

19

10

191

15

17

38

22

17

11

42

49

322

58

270

141

439

26

18

22

13

19

14

27

82

16

158

(15)

IKATEMI

REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2012

1.967

12

43

24

49

10

17

48

34

89

44

407

65

217

237

211

72

23

34

26

92

86

65

29

(17)

IPAI

171

18

153

(18)

HAKTI
5

135

26

13

10

30

20

(19)

IKAFMI

104

62

10

(20)

IOPI

961

15

11

29

15

19

11

57

97

160

51

116

249

23

11

10

14

(21)

ITTDI

91.165

376

717

261

1.234

49

1.438

1.223

7.556

252

1.702

1.112

1.573

365

1.515

879

912

2.745

1.580

5.055

3.165

5.883

7.923

10.704

256

1.866

7.237

664

3.417

1.101

9.055

2.913

3.816

2.621

(22)

Total

446

Total

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Norwegia

Australia

Afrika Selatan

25

28

Belgia

29

Belanda

23

24

Chili

Tanzania

Spanyol

21

22

Perancis

Inggris

20

26

Tunisia

19

27

Uni Emirat Arab

18

Libanon

Saudi Arabia

16

17

Oman

Qatar

14

Kuwait

13

15

Bahrain

Abu Dhabi

11

12

Thailand

Mongolia

Taiwan

Jepang

10

Hongkong

5
0

Singapura

Timor Leste

(4)

(3)

Sanitarian

Dokter Umum

(5)

53

14

820

73

431

30

35

249

724

Perawat
(6)

Fisioterapis

REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN INDONESIA YANG BEKERJA DI LUAR NEGERI


MENURUT JENIS TENAGA DAN NEGARA TAHUN 2012

Malaysia

(2)

Brunei Darussalam

(1)

Negara

No

Lampiran 5.30

(7)

Medic-safety
Coordinator

(8)

Total

1,676

75

433

32

35

249

724

54

13

16

447

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Banten

DKI Jakarta

11

Jawa Timur

Kepulauan Riau

10

16

Kepulauan Bangka Belitung

15

Lampung

DI Yogyakarta

Bengkulu

14

Sumatera Selatan

Jawa Barat

Jambi

Jawa Tengah

Riau

13

Sumatera Barat

12

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.31

(3)

Biasa

(4)

54

Terpencil
(5)

Sangat Terpencil

Dokter Spesialis
(6)

62

0
0

(7)

Biasa

Jumlah
(8)

Terpencil

(9)

Sangat Terpencil

Dokter Gigi Spesialis

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

(10)

Jumlah

(11)

62

Total

448

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

31

32

33

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Maluku

30

261

0
0

Gorontalo

Sulawesi Barat

11

13

7,5

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

11,5

0,0

0,0

4,5

0,0

0,0

0,0

0,0

9,1

100,0

100,0

100,0

100,0

16
41

100,0

100,0

100,0

4,5

0,0

10,6

0,0

8,3

8,4

26,7

5,8

17,6

5,7

(4)

36

22

19

16

30

19

29

Sulawesi Tenggara

(3)

Jumlah

Biasa

36

12

16

42

26

55

59

40

50

60

66

31

53

22

10

44

42

41

53

35

40

95

149

1.098

(5)

Jumlah

Terpencil

31,6

16,4

8,1

14,0

4,7

10,3

47,7

13,2

57,3

39,3

28,6

56,2

51,7

43,4

22,6

12,4

50,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

45,5

66,7

66,7

50,6

85,4

55,8

58,3

58,0

55,9

44,9

(6)

184

136

98

181

52

46

171

30

91

100

35

56

86

106

374

18

11

15

41

34

25

45

164

2.114

(7)

Jumlah

60,9

83,6

91,9

86,0

95,3

89,7

52,3

86,8

31,3

60,7

71,4

39,3

48,3

56,6

77,4

87,6

40,9

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

50,0

33,3

22,7

49,4

6,3

35,8

15,0

36,2

26,5

49,4

(8)

Sangat Terpencil

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012 (kondisi 31 Desember 2012)

28

Sulawesi Selatan

27

Kalimantan Selatan

22

26

Kalimantan Tengah

21

Sulawesi Tengah

Kalimantan Barat

20

25

Nusa Tenggara Timur

19

Kalimantan Timur

Nusa Tenggara Barat

18

Sulawesi Utara

Bali

17

23

Banten

16

24

Jawa Timur

15

Kepulauan Riau

10

DI Yogyakarta

Kepulauan Bangka Belitung

14

Lampung

Jawa Tengah

Bengkulu

13

Sumatera Selatan

DKI Jakarta

Jambi

Jawa Barat

Riau

11

Sumatera Barat

12

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.32

220

148

114

190

58

88

197

96

150

140

89

116

152

137

427

44

13

41

16

36

22

19

22

66

83

48

95

60

69

170

332

3.473

(9)

Total

449

Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau

6
7
8
9
10

Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah

Banten

16

0,0
4,4

47

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

100,0

0,0

100,0

28

Jawa Timur

15

100,0
100,0

100,0

0,0

0,0

0,0

5,4

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

3,6

0,0

(4)

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

(3)

13

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Biasa
Jumlah

14

DKI Jakarta

Jambi

Jawa Barat

Riau

12

Sumatera Barat

11

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

411

15

12

51

12

20

28

15

14

24

25

18

25

29

38

32

(5)

Jumlah

38,1

8,0

23,5

10,3

3,0

18,5

50,0

15,0

73,9

32,4

70,0

48,8

46,7

37,5

13,2

8,7

77,8

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

53,3

60,0

64,9

35,7

89,3

43,9

69,4

70,7

67,9

43,2

(6)

Terpencil

622

23

13

26

64

22

15

68

18

25

21

32

25

33

94

11

23

11

12

16

42

(7)

Jumlah

57,6

92,0

76,5

89,7

97,0

81,5

50,0

85,0

26,1

67,6

30,0

51,2

53,3

62,5

86,8

91,3

22,2

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

46,7

40,0

29,7

64,3

10,7

56,1

30,6

29,3

28,6

56,8

(8)

Sangat Terpencil

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2012

No

Lampiran 5.33

1.080

25

17

29

66

27

30

80

69

37

10

41

60

40

38

103

18

28

15

37

14

28

41

36

41

56

74

(9)

Total

450

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

10

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Kalimantan Barat

20

Papua

Nusa Tenggara Timur

19

33

Nusa Tenggara Barat

18

Maluku Utara

Bali

17

Papua Barat

Banten

16

31

Jawa Timur

15

32

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

13

14

DKI Jakarta

Jambi

Jawa Barat

Riau

11

Sumatera Barat

12

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.34

21.137

72

30

1.053

26

48

107

20

12

21

309

410

772

3.370

275

5.072

2.038

62

51

1.359

175

690

422

468

1.274

2.636

353

(3)

Jumlah

Biasa

51,4

1,1

0,0

0,0

0,9

1,2

22,9

2,5

58,4

3,0

34,5

26,5

5,6

3,5

3,2

0,2

55,6

93,8

70,5

95,6

100,0

100,0

80,8

0,0

33,0

60,0

72,9

21,6

74,8

32,3

30,9

66,5

44,1

8,2

(4)

16.570

32

111

269

112

348

192

861

671

612

47

250

306

253

385

635

224

27

323

139

485

108

34

449

615

233

795

1.003

582

3.015

3.452

(5)

Jumlah

Terpencil

40,3

17,4

40,8

50,4

47,7

69,9

61,0

72,5

37,2

69,5

33,8

61,9

85,2

72,9

58,2

67,1

40,3

6,2

29,5

3,9

0,0

0,0

19,2

0,0

57,4

40,0

24,1

75,9

25,2

60,9

66,2

30,4

50,5

79,7

(6)

3.455

150

161

265

121

144

51

296

79

243

44

47

33

82

255

309

23

17

18

57

20

89

44

59

323

525

(7)

Jumlah

8,4

0,0

59,2

49,6

51,5

28,9

16,2

24,9

4,4

27,6

0,0

0,0

0,0

23,6

38,6

32,7

4,1

0,0

0,0

0,5

0,0

0,0

0,0

0,0

9,6

0,0

3,1

2,5

0,0

6,8

2,9

3,1

5,4

12,1

(8)

Sangat Terpencil

REKAPITULASI KEBERADAAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2012

41.162

184

272

534

235

498

315

1.187

1.803

881

139

404

359

347

661

946

556

437

1.095

3.526

275

5.074

2.523

188

85

1.865

810

923

1.306

1.515

1.915

5.974

4.330

(9)

Total

451
0

Jawa Tengah
13 Jawa Tengah

DI Yogyakarta
14 DI Yogyakarta

Jawa Timur
15 Jawa Timur

Banten16

13

14

15

16

Gorontalo
28

28

Papua 33

33
Jumlah

Keterangan :

Pengangkatan Baru
+ Pengangkatan
Pengangkatan
Baru + Kembali
Pengangkatan Kembali

Keterangan :

Sumber: Biro Kepegawaian,


RI, 2013
Sumber: BiroKemenkes
Kepegawaian,
Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Papua

Maluku31
UtaraMaluku Utara

Papua 32
BaratPapua Barat

31

32

Maluku

Sulawesi
29 Barat
Sulawesi Barat

Maluku30

29

30

Gorontalo

Sulawesi
26 Selatan
Sulawesi Selatan

Sulawesi
25 Tengah
Sulawesi Tengah

25

Sulawesi
27 Tenggara
Sulawesi Tenggara

Sulawesi
24 Utara
Sulawesi Utara

24

26

Kalimantan
23 Timur
Kalimantan Timur

23

27

Kalimantan
21 Tengah
Kalimantan Tengah

Kalimantan
22 Selatan
Kalimantan Selatan

21

Kalimantan
20 Barat
Kalimantan Barat

20

22

Nusa Tenggara
Timur
19 Nusa
Tenggara Timur

19

Bali

Bali

Nusa Tenggara
Barat
18 Nusa
Tenggara Barat

17

18

17

0
0

Jawa Barat
12 Jawa Barat

12

Banten

DKI Jakarta
11 DKI Jakarta

11

Kepulauan
Belitung
9 Bangka
Kepulauan
Bangka Belitung

Kepulauan
10 Riau
Kepulauan Riau

(3)

Biasa

10

Lampung

Bengkulu

Bengkulu
7

Lampung
8

Jambi

Jambi 5

Sumatera
6 Selatan
Sumatera Selatan

Riau

(2)

Provinsi

Sumatera
3 Barat
Sumatera Barat

Riau

Sumatera
2 Utara
Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Aceh 1

Provinsi

(1)

No

No

53
0

04

05

02

01

00

00

00

02

03

04

02

03

07

03

02

00

01

00

00

00

00

00

00

06

00

03

00

00

01

01

00

02

01

(4)(3)

Terpencil
Biasa

53

(4)

(5)

(5)

(6)

02

54

054

04

05

02

01

00

00

00

02

03

04

2
4

03

07

03

02

00

01

00

00

00

00

00

00

06

00

03

00

00

01

01

00

03

01

(6) (7)

Biasa
Jumlah

Sangat Terpencil
Jumlah
Terpencil
Sangat Terpencil

Dokter Spesialis
Dokter Spesialis

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

(8)(7)

Terpencil
Biasa

(8)

(9)

(9)

(10)

Sangat Terpencil
Jumlah
Terpencil
Sangat Terpencil

Dokter Gigi Dokter


Spesialis
Gigi Spesialis

(10) (8)

12 Bln
Jumlah

REKAPITULASI
PENGANGKATAN
DOKTER SPESIALIS
DAN DOKTER
SPESIALIS
SEBAGAI PEGAWAI
TETAP
(PTT)
REKAPITULASI
PENGANGKATAN
DOKTER SPESIALIS
DANGIGI
DOKTER
GIGI SPESIALIS
SEBAGAI TIDAK
PEGAWAI
TIDAK
TETAP (PTT)
MENURUTMENURUT
KRITERIA WILAYAH
PROVINSI
TAHUN 2012
KRITERIA DAN
WILAYAH
DAN PROVINSI
TAHUN 2012

Lampiran 5.35
Lampiran 5.35

54

(11)
(8)

12 Bln

Total

54

(11)

Total

452

(2)

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

10

11

12

13

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

Keterangan :

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Bali

17

Banten

Lampung

16

Bengkulu

DI Yogyakarta

Sumatera Selatan

Jawa Timur

Jambi

14

Riau

15

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.36

94

16

13

21

10

(3)

Jumlah

Biasa

2,6

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

1,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

2,2

0,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

0,0

0,0

6,1

0,0

0,0

1,1

12,5

0,0

0,7

0,0

(4)

1.162

31

20

19

10

35

25

69

69

39

53

54

67

32

51

27

12

48

53

39

53

46

42

96

157

(5)

Jumlah

Terpencil

32,6

10,7

11,6

16,5

4,3

14,7

46,7

11,7

67,0

40,6

25,5

62,4

51,4

44,1

22,7

11,3

58,7

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

48,0

66,7

72,7

55,2

92,9

59,6

71,9

56,0

63,6

48,2

(6)

2.312

259

152

96

202

58

40

188

33

101

114

32

51

85

109

402

18

12

14

43

35

10

29

54

169

(7)

Jumlah

64,8

89,3

88,4

83,5

95,7

85,3

53,3

88,3

32,0

59,4

74,5

37,6

48,6

55,9

77,3

88,7

39,1

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

48,0

33,3

21,2

44,8

7,1

39,3

15,6

38,7

35,8

51,8

(8)

Sangat Terpencil

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

3.568

290

172

115

211

68

75

213

103

170

153

85

105

152

141

453

46

16

13

21

10

25

66

96

42

89

64

75

151

326

(9)

Total

453

Papua

33

Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

Keterangan :

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Papua Barat

Sulawesi Tenggara

27

32

Sulawesi Selatan

26

Maluku Utara

Sulawesi Tengah

25

Maluku

Sulawesi Utara

24

31

Kalimantan Timur

23

30

Kalimantan Selatan

22

Gorontalo

Kalimantan Tengah

21

Sulawesi Barat

Kalimantan Barat

20

29

Nusa Tenggara Timur

19

28

Nusa Tenggara Barat

18

Jawa Barat

12

Bali

DKI Jakarta

11

17

Kepulauan Riau

10

Banten

Kepulauan Bangka Belitung

Jawa Timur

Lampung

16

Bengkulu

15

Sumatera Selatan

DI Yogyakarta

Jambi

14

Riau

Jawa Tengah

Sumatera Barat

13

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.37

2,0

25

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

100,0

0,0

100,0

0,0

100,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

(4)

0,0

Biasa

15

(3)

Jumlah

502

15

25

62

14

11

26

35

17

10

10

13

33

28

20

34

32

43

36

(5)

Jumlah

Terpencil

41,1

11,1

19,0

11,8

2,8

20,7

60,0

23,4

73,8

35,9

64,7

50,0

53,8

38,6

22,7

8,4

76,5

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

50,0

60,0

70,2

36,8

90,3

45,5

79,1

69,6

71,7

41,4

(6)

694

24

17

30

70

23

10

82

22

25

26

30

27

34

109

14

12

24

14

17

51

(7)

Jumlah

56,8

88,9

81,0

88,2

97,2

79,3

40,0

76,6

26,2

64,1

35,3

50,0

46,2

61,4

77,3

91,6

23,5

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

50,0

40,0

29,8

63,2

9,7

54,5

20,9

30,4

28,3

58,6

(8)

Sangat Terpencil

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

1.221

27

21

34

72

29

25

107

84

39

17

52

65

44

44

119

17

15

18

47

19

31

44

43

46

60

87

(9)

Total

454

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

13

14

15

592

16

335

135

135

225

167

494

617

182

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

28

29

30

31

32

33

Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

Keterangan :

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2013

Jumlah

Sulawesi Tenggara

27

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Kalimantan Timur

23

24

Sulawesi Selatan

Kalimantan Selatan

22

25

38

Kalimantan Tengah

21

26

17

Kalimantan Barat

20

48,4

7.043

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

56,5

0,0

0,0

26,2

9,6

0,0

2,7

0,0

62,6

99,3

57,8

94,8

100,0

99,9

76,2

0,0

17,4

72,7

64,2

45,3

76,3

49,1

35,9

64,4

43,6

11,0

(4)

0,0

Biasa

83

30

374

27

48

13

139

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

139

175

1.157

94

1.785

(3)

Jumlah

4.124

30

14

32

80

54

185

212

103

24

54

117

76

106

69

60

128

49

185

25

128

147

42

159

273

219

480

1.063

(5)

Jumlah

Terpencil

28,3

16,9

7,8

10,6

2,6

38,3

28,9

38,7

32,0

24,5

19,7

37,2

65,7

42,2

32,0

13,8

27,0

0,7

42,2

4,0

0,0

0,0

23,8

0,0

54,3

22,7

24,5

49,3

23,7

34,7

58,7

28,6

33,9

64,1

(6)

%
(7)

146

165

271

112

123

50

263

76

291

50

53

44

91

216

430

23

15

13

59

16

74

25

54

318

414

3.393

Jumlah
(8)

Sangat Terpencil

REKAPITULASI PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2012

19

Banten

Jawa Barat

12

Bali

DKI Jakarta

11

16

Kepulauan Riau

10

17

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Bengkulu

Jambi

Sumatera Selatan

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Utara

(2)

Aceh

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.38

23,30

0,00

92,18

89,44

97,39

58,85

26,74

55,02

11,48

69,12

40,98

36,55

24,72

50,56

65,26

86,00

10,36

0,00

0,00

1,23

0,00

0,00

0,00

0,00

28,26

4,55

11,30

5,37

0,00

16,16

5,38

7,04

22,47

24,95

14.560

178

179

303

115

209

187

478

662

421

122

145

178

180

331

500

222

140

303

1.221

94

1.786

777

46

22

522

298

177

458

465

767

1.415

1.659

(9)

Total

455

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Total

Kalimantan Tengah

DI Yogyakarta

14

21

Jawa Tengah

13

Kalimantan Barat

Jawa Barat

12

Nusa Tenggara Timur

DKI Jakarta

11

20

Kepulauan Riau

10

19

Kepuluan Bangka Belitung

Nusa Tenggara Barat

Lampung

18

Bengkulu

Bali

Sumatera Selatan

Banten

Jambi

17

Riau

16

Sumatera Barat

Jawa Timur

Sumatera Utara

15

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.39

(3)

33

14

30

48

23

10

13

11

15

17

10

21

15

13

36

24

12

49

37

89

92

658

Residen
(4)

48

26

17

29

23

25

19

95

1.009

68

16

21

25

49

32

139

10

41

28

61

11

79

132

Perawat
(5)

21

Kesehatan
Gigi
(6)

17

Bidan
(7)

52

20

12

Farmasi
(8)

228

10

38

28

14

52

Tenaga Gizi

196

11

12

34

11

27

11

35

(9)

Kesehatan
Lingkungan
(10)

Fisioterapis

REKAPITULASI PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN
DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

(11)

Radiografer
(12)

Perekam
Infokes

114

19

20

17

23

(13)

Analis
Kesehatan

2.298

120

46

62

96

61

70

245

20

75

41

90

17

24

117

237

97

36

37

10

39

84

60

23

84

42

122

320

(14)

Total

456

Ditjen Bina Gizi dan KIA

Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Ditjen Pengendaliaan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan

Sumber: Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2013

Kementerian Kesehatan

Inspektorat Jenderal

(2)

Sekretariat Jenderal

(1)

Unit Eselon I

No

Lampiran 5.40

15.038.877.261.000

818.414.038.000

298.492.301.000

1.635.989.411.000

1.139.099.788.000

8.331.067.707.000

361.854.766.000

83.000.000.000

2.370.959.250.000

(3)

Alokasi (Rp)

13.983.227.380.962

654.740.458.581

241.698.721.646

1.485.916.196.517

963.647.439.063

8.001.530.795.301

304.846.749.368

68.033.061.655

2.262.813.958.831

(4)

Realisasi (Rp)

Kantor Pusat

92,98

80,00

80,97

90,83

84,60

96,04

84,25

81,97

95,44

(5)

12.204.611.624.000

2.043.110.939.000

145.011.683.000

469.708.725.000

9.523.760.272.000

23.020.005.000

(6)

Alokasi (Rp)

11.074.632.876.182

1.775.292.308.061

123.841.674.509

426.030.613.306

8.728.122.778.827

21.345.501.479

(7)

Realisasi (Rp)

Kantor Daerah

90,74

86,89

85,40

90,70

91,65

92,73

(8)

810.553.645.000

44.688.094.000

58.537.805.000

89.706.193.000

124.189.315.000

368.397.085.000

125.035.153.000

(9)

Alokasi (Rp)

708.502.372.484

39.655.513.535

52.356.283.423

76.224.276.593

104.040.350.274

322.312.582.542

113.913.366.117

(10)

Realisasi (Rp)

Dekonsentrasi

87,41

88,74

89,44

84,97

83,78

87,49

91,11

(11)

5.231.713.954.000

47.326.690.000

3.890.250.000.000

4.885.621.198.978

41.778.215.048

3.650.916.005.578

1.192.926.978.352

(13)

Realisasi (Rp)

Tugas Pembantuan

1.294.137.264.000

(12)

Alokasi (Rp)

Anggaran Kementerian Kesehatan

ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


MENURUT ESELON I TAHUN 2012

93,38

88,28

93,85

92,18

(14)

7.700.000.000

4.611.417.000

4.611.417.000

(16)

Realisasi (Rp)

Urusan Bersama

7.700.000.000

(15)

Alokasi (Rp)

59,89

59,89

(17)

33.293.456.484.000

2.906.213.071.000

443.503.984.000

1.694.527.216.000

1.745.841.396.000

21.876.967.294.000

2.047.409.120.000

83.000.000.000

2.495.994.403.000

(18)

Jumlah Alokasi (Rp)

30.656.595.245.606

2.469.688.280.177

365.540.396.155

1.538.272.479.940

1.507.680.544.010

20.489.221.346.980

1.841.431.811.741

68.033.061.655

2.376.727.324.948

(19)

Jumlah Realisasi (Rp)

92,08

84,98

82,42

90,78

86,36

93,66

89,94

81,97

95,22

(20)

457

Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan Riau

10

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

27

28

29

30

31

32

33

Keterangan : dalam juta rupiah

Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes RI, 2013

Indonesia

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

25

Sulawesi Utara

24

26

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Kalimantan Tengah

21

22

Kalimantan Barat

20

23

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

18

19

Banten

Bali

16

17

Jawa Timur

15

D.I. Yogyakarata

Lampung

Jawa Tengah

Bengkulu

14

Sumatera Selatan

13

Jambi

DKI Jakarta

Riau

Jawa Barat

Sumatera Barat

11

Sumatera Utara

12

Aceh

(2)

(1)

Provinsi

No

Lampiran 5.41

3.501.437

242.158

141.967

241.237

178.552

386.350

262.377

570.429

348.732

532.014

1.279.457

58.979.921

519.894

399.294

168.382

192.968

182.596

178.047

220.126

424.660

326.857

259.756

938.379

325.702

248.307

347.187

243.617

278.300

446.800

248.268

1.973.964

266.834

867.590

1.001.717

(4)

Ekonomi (Rp)

575.941

87.962

70.851

117.980

39.970

30.156

136.643

329.489

166.022

96.126

808.380

485.830

151.268

231.218

165.695

196.945

449.107

228.645

1.838.068

127.525

973.038

532.646

3.344.062

89.851

62.167

330.626

194.108

266.016

188.793

418.376

312.823

263.492

895.106

57.736.261

(5)

Kesehatan (Rp)

22.009

59.089

14.981

13.876

8.337

7.182

31.130

39.020

10.369

16.819

47.247

25.077

14.362

27.670

26.108

21.977

78.379

35.065

69.730

25.884

44.417

15.479

63.311

17.770

16.355

34.298

13.859

29.238

20.157

56.692

18.044

62.969

40.309

5.740.607

(6)

Ketertiban dan
Ketentraman (Rp)

20.307

33.039

7.815

15.274

7.114

26.044

6.436

20.480

13.073

7.278

38.801

12.829

9.589

8.139

10.261

9.268

31.393

12.699

42.762

10.452

32.871

261.507

1.749.795

11.254

37.278

7.954

7.472

8.510

10.193

20.556

22.155

263.637

20.635

12.774.019

(7)

Lingkungan Hidup
(Rp)

38.166

27.475

24.967

17.170

5.424

7.199

15.107

49.144

19.897

27.416

57.955

26.431

18.593

31.998

19.075

22.454

88.343

21.161

105.501

48.380

68.292

106.845

621.922

30.795

13.577

21.158

14.940

26.640

14.386

45.899

46.148

36.359

79.925

7.647.069

1.461.634

838.329

1.160.043

763.231

2.809.399

696.695

3.200.995

1.494.764

5.206.166

3.955.781

204.964.680

4.999.034

2.734.678

640.672

790.021

533.395

436.784

1.142.972

3.223.159

963.500

952.187

5.386.627

1.684.475

1.178.973

1.658.912

1.330.281

1.210.918

2.107.653

2.389.187

6.549.183

1.113.801

8.026.601

12.167.730

(9)

Pelayanan Umum
(Rp)

Fungsi

4.233.772

(8)

Pariwisata dan
Budaya (Rp)

175.083.572

300.659

138.466

32.921

104.266

51.253

108.190

89.607

129.691

105.714

123.834

389.329

190.179

219.000

87.582

91.084

43.996

219.904

250.024

448.573

273.588

301.254

735.731

10.120.366

265.252

43.271

298.806

136.361

281.096

236.307

803.250

124.174

412.184

1.007.302

(10)

Pendidikan (Rp)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH PROVINSI


MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2012

55.641

75.889

17.151

21.384

16.249

21.437

22.556

40.514

25.992

31.592

77.050

45.381

33.300

27.724

37.530

33.279

80.384

40.660

166.296

47.233

191.964

121.121

587.013

34.117

27.125

57.730

40.204

38.668

16.314

66.639

52.484

84.656

123.751

9.158.889

(11)

87.737.307

650.982

442.487

192.293

156.930

124.669

123.363

357.130

504.786

287.633

302.961

2.758.846

313.038

375.603

481.978

223.705

437.422

159.669

908.366

1.020.706

210.439

739.718

861.523

6.192.056

234.959

269.951

686.399

237.428

896.533

497.281

1.183.821

701.843

815.970

2.109.671

(12)

Perlindungan Sosial
Perumahan dan
(Rp)
Fasilitas Umum (Rp)

2.387.790

1.450.019

2.838.250

1.586.155

4.742.452

1.942.504

6.366.656

3.121.167

7.677.447

9.511.939

616.409.028

7.182.633

3.998.381

1.170.033

1.429.870

969.009

938.402

2.021.707

4.760.942

1.919.058

1.817.969

10.502.613

3.108.944

2.248.994

2.902.409

2.147.355

2.254.557

3.661.633

4.134.075

12.214.783

2.124.136

11.245.744

15.804.297

33.827.032

(13)

Total (Rp)

(14)

9,37

8,02

2,20

6,06

8,25

4,12

3,21

6,76

6,92

8,65

5,29

7,70

15,63

6,73

7,97

7,72

8,74

12,27

5,53

15,05

6,00

8,65

3,37

9,89

3,76

4,29

11,65

12,24

5,61

9,72

6,57

10,02

3,43

9,41

% Kesehatan

Lampiran 5.42

DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2012


Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)
No

Provinsi

Jumlah Penduduk

Total Jaminan

(2)

(3)

(4)

(5)

(1)

Aceh

Sumatera Utara

4.494.410

4.494.410

100

12.982.204

5.828.093

44,89

Sumatera Barat

4.846.909

2.747.877

56,69

Riau

5.538.367

3.602.969

65,05
43,81

Jambi

3.092.265

1.354.637

Sumatera Selatan

7.450.394

7.450.394

100

Bengkulu

1.715.518

859.280

50,09

Lampung

7.608.405

7.608.405

100

Kepulauan Bangka Belitung

1.223.296

1.068.280

87,33

10

Kepulauan Riau

1.679.163

1.398.256

83,27

11

DKI Jakarta

9.607.787

2.383.150

24,80

12

Jawa Barat

43.053.732

20.498.177

47,61

13

Jawa Tengah

32.382.657

15.587.953

48,14

14

D.I. Yogyakarata

3.457.491

2.264.764

65,50

15

Jawa Timur

37.476.757

19.001.341

50,70
31,04

16

Banten

10.632.166

3.300.366

17

Bali

3.890.757

3.890.757

100

18

Nusa Tenggara Barat

4.500.212

2.814.612

62,54
71,32

19

Nusa Tenggara Timur

4.683.827

3.340.507

20

Kalimantan Barat

4.395.983

2.153.462

48,99

21

Kalimantan Tengah

2.212.089

1.076.147

48,65

22

Kalimantan Selatan

3.626.616

2.004.969

55,28

23

Kalimantan Timur

3.553.143

2.513.840

70,75

24

Sulawesi Utara

2.270.596

1.942.796

85,56

25

Sulawesi Tengah

2.635.009

1.606.912

60,98

26

Sulawesi Selatan

8.034.776

8.034.776

100

27

Sulawesi Tenggara

2.232.586

1.205.161

53,98

28

Gorontalo

1.040.164

1.040.164

100

29

Sulawesi Barat

1.158.651

551.398

47,59

30

Maluku

1.533.506

1.533.506

100

31

Maluku Utara

1.038.087

600.975

57,89

32

Papua Barat

33

Papua

760.422

760.422

100

2.833.381

2.833.381

100

Pusat

26.195.784
Indonesia

237.641.326

Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

458

163.547.921

9,21
68,82

Lampiran 5.43

ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

No

Provinsi

(1)

Alokasi (Rp)

(2)

Realisasi (Rp)

(3)

(4)

(5)

Aceh

28,610,650,000

28,105,762,789

98.2

Sumatera Utara

48,326,625,000

47,736,416,642

98.8

Sumatera Barat

23,309,525,000

22,049,990,035

94.6

Riau

18,013,950,000

17,843,460,500

99.1

Jambi

15,495,250,000

15,319,884,285

98.9

Sumatera Selatan

26,804,950,000

26,531,683,050

99.0

Bengkulu

15,788,100,000

15,694,773,210

99.4

Lampung

23,748,450,000

23,404,400,330

98.6

Kepulauan Bangka Belitung

5,322,250,000

4,894,466,400

92.0

10

Kepulauan Riau

6,002,650,000

5,869,351,550

97.8

11

DKI Jakarta

29,302,200,000

27,592,858,708

94.2

12

Jawa Barat

90,656,700,000

87,305,644,388

96.3

13

Jawa Tengah

76,008,275,000

75,014,369,921

98.7

14

DI Yogyakarta

10,621,050,000

10,574,829,855

99.6

15

Jawa Timur

83,284,775,000

82,231,546,854

98.7

16

Banten

19,727,700,000

19,412,290,000

98.4

17

Bali

10,217,050,000

10,049,244,075

98.4

18

Nusa Tenggara Barat

42,049,600,000

40,998,817,045

97.5

19

Nusa Tenggara Timur

94,512,600,000

91,544,339,683

96.9

20

Kalimantan Barat

27,063,600,000

26,572,237,825

98.2

21

Kalimantan Tengah

20,903,800,000

19,162,238,210

91.7

22

Kalimantan Selatan

25,890,400,000

24,558,969,300

94.9

23

Kalimantan Timur

24,955,900,000

19,219,949,378

77.0

24

Sulawesi Utara

19,931,200,000

19,581,557,685

98.2

25

Sulawesi Tengah

20,056,600,000

19,875,378,129

99.1

26

Sulawesi Selatan

48,630,200,000

48,113,779,613

98.9

27

Sulawesi Tenggara

28,619,400,000

28,505,389,100

99.6

28

Gorontalo

10,000,000,000

9,962,386,350

99.6

29

Sulawesi Barat

9,934,000,000

9,854,804,750

99.2

30

Maluku

37,911,200,000

35,691,323,973

94.1

31

Maluku Utara

25,537,200,000

25,447,232,069

99.6

32

Papua Barat

35,035,800,000

33,760,722,997

96.4

33

Papua

92,862,200,000

86,465,631,278

93.1

1,095,133,850,000

1,058,945,729,977

96.70

Indonesia

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013


Keterangan :
Data kumulatif sampai dengan 31 Desember 2012

459

LAMPIRAN
BAB 6. Perbandingan Indonesia dengan negara
Anggota Asean dan Sear

460

461

Thailand

Bangladesh

Bhutan

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

10

11

12

13

14

15

16

17

18

(3)

21

31

25

1260

153

70

55

*244,7

89

29

15

96

Jumlah Penduduk
(Juta Jiwa)
Pertengahan 2012
(4)

76

323

210

1110

204

383

15

1062

136

81

*128

268

7751

88

28

83

321

72

Kepadatan
Penduduk (Jiwa
per Km)
2012
(5)

28

15

17

41

60

31

36

28

34

33

51

31

100

73

34

20

49

76

Persentase
Penduduk
di Daerah
Perkotaan
2011
(6)

Penduduk
2001-2011

28
21
31
30
31
23
27
36
25
42

1
1
2
2
1
1
0
1
3

17

27

*28,87

38

33

24

35

26

(7)

Persentase
Penduduk
Usia 0-14
Tahun
2012

Laju Pertumbuhan

(8)

55

67

60

68

68

64

65

64

70

67

*66,08

69

74

68

58

63

61

70

(9)

*5,05

45

35

47

72

59

64

43

82

49

67

47

47

56

54

56

43

49

*51,33

(10)

Persentase
Persentase
Penduduk
Penduduk
Angka Beban
Usia 15 - 64
Usia 65 Tahun Tanggungan
(%)
Tahun
2012
Ke Atas
2012
2012

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN & SEAR


TAHUN 2012

3600

5010

1210

8110

3400

4990

1810

8190

1950

4200

3070

55790

14220

2440

2080

3980

50180

(11)

GNI PPP per


kapita
2010

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2012: jumlah penduduk, persentase penduduk, GNI PPP per kapita
- *Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2011-2014 : Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Angka Beban Tanggungan, dan Persentase Penduduk Indonesia usia 0-14, 15- 64 dan usia 65 Tahun ke atas
- The State of The Worlds Children, 2012 :
- World Health Statistics 2013 : Laju pertumbuhan penduduk
Ket:
*) Estimasi Penduduk Sasaran Program tahun 2012 : Jumlah Penduduk Indonesia, Kepadatan Penduduk, Persentase Penduduk usia 0-65 tahun, Angka Beban Tanggungan

Myanmar

Singapura

Indonesia

Malaysia

Laos

Vietnam

Kamboja

Filipina

(2)

Brunei Darussalam

(1)

Negara

No

Lampiran 6.1

462

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

15

16

17

18

0.495

147

0.458

0.661

0.547

0.522

0.5

0.682

0.483

0.617

0.593

0.866

0.761

0.524

0.523

0.644

0.838

0.691

(4)

97

157

109

134

141

146

103

149

124

128

26

61

138

139

112

33

(5)

30

134

92

157

104

136

140

146

103

149

121

127

18

64

138

138

-The UN-Inter agency Group for Child Mortality Estimates (IGME), 2011 : AKN, AKB, AKABA

(6)

0.576

0.715

0.463

0.688

0.554

0.538

0.515

0.69

61

72

73

73

65

64

68

68

71

61

70

0.498

0.629

79

72

64

60

65

76

70

(7)

(8)

63

78

74

74

73

67

69

69

77

67

74

73

84

77

67

65

69

80

2012
(9)

63

78

74

74

73

67

69

69

74

65

72

76

82

74

65

62

72

78

L+P

(10)

6.1

2.3

2.7

1.7

2.6

2.3

2.2

1.6

2.1

1.8

1.3

2.6

2.7

2.5

3.1

Rate (TFR)
2011
(11)

38.1

17.8

23.7

16.6

14.2

21.8

20.1

20

11.9

17

17.9

16.4

9.2

20

22.3

22.1

24.8

18.8

per 1000
Penduduk
2011
(12)

per 1000
Penduduk

7.1

6.9

23.8

7.7

6.5
2.7

17.5

32.3

24.7

26.4

7.6

29.9

15.3

11.9

1.2

3.4

17.5

19.4

12.2

3.9

(13)

(AKN) per 1000


lahir hidup

Angka Kematian
Neonatal

3.8

10

6.8

5.8

7.5

8.5

6.9

5.3

4.3

4.8

6.1

7.2

5.5

3.3

Usia Harapan Hidup Waktu


Angka Kelahiran Angka Kematian
Total Fertility
Lahir
Kasar
Kasar

0.617

0.895

0.769

0.543

0.543

0.654

0.855

Manusia

Indeks
Pembangunan

2012

114

(dari 187
negara)

Peringkat IPM
dunia

ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


DI NEGARA ASEAN & SEAR

- World Health Statistics 2013 WHO: TFR, Angka Kelahiran Kasar, Angka Kematian Kasar, dan Angka Kematian Maternal

- Human Development Report 2013: Indeks Pembangunan Manusia

(3)

Manusia

(dari 187
negara)
2011

Indeks
Pembangunan

Peringkat IPM
dunia

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2012 : UHH

Korea Utara

India

13

14

Bhutan

12

Vietnam

Bangladesh

Singapura

11

Malaysia

Thailand

Laos

10

Kamboja

Indonesia

Filipina

Myanmar

Brunei Darussalam

(2)

(1)

Negara

No

Lampiran 6.2

(14)

45.8

10.5

39

9.2

26.3

47.2

42

36.7

10.6

47.9

24.8

17.3

5.6

33.8

36.2

20.2

5.6

(15)

54.1

12.2

48

10.7

33.2

61.3

53.7

46

12.3

62.4

31.8

21.7

2.6

6.5

41.9

42.5

25.4

7.2

(AKB) per 1000 (AKABA) per 1000


lahir hidup
lahir hidup
2011

Angka Kematian Angka Kematian


Bayi
Balita

Angka Kematian
Maternal

(16)

2010

300

35

170

60

81

200

180

240

48

200

228

59

29

470

250

99

24

(per 100.000 lahir


hidup)

463

Bangladesh

Bhutan

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

11

12

13

14

15

16

17

18

0.495

0.691

0.458

0.661

0.547

0.522

0.500

0.682

0.483

0.617

0.593

0.866

0.761

0.524

0.523

0.644

0.838

(3)

Angka

Sumber : - Human Development Report 2013


Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia)
HDI
Gender Inequality Index (Indeks Ketidaksetaraan Gender)
GII

Thailand

Singapura

10

Malaysia

Myanmar

Laos

Kamboja

Indonesia

Filipina

Brunei Darussalam

Vietnam

(2)

(1)

Negara

HDI

0,419
-

147

0,558

0,320

0,617

0,495

0,550

0,382

0,492

0,505

0,305

0,086

0,286

0,513

0,500

0,427

(5)

Angka

97

157

109

134

141

146

103

149

124

128

26

61

138

139

112

33

(4)

Peringkat

2011

GII

74

113

52

129

98

112

69

96

100

48

43

107

99

75

(6)

Peringkat

0.576

0.715

0.463

0.688

0.554

0.538

0.515

0.69

0.498

0.629

0.617

0.895

0.769

0.543

0.543

0.654

0.855

(7)

Angka

HDI

134

92

157

104

136

140

146

103

149

121

127

18

64

138

138

114

30

(8)

Peringkat

2012

0.402

0.485

0.357

0.61

0.464

0.518

0.36

0.437

0.494

0.299

0.101

0.256

0.483

0.473

0.418

(9)

Angka

HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) DAN GENDER INEQUALITY INDEX (GII) DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2011 - 2012

No

Lampiran 6.3

GII

75

102

64

132

92

111

66

80

106

48

13

42

100

96

77

(10)

Peringkat

464

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

13

14

15

16

17

18

Sumber : World Health Statistics 2013

Bhutan

12

Vietnam

Bangladesh

Singapura

11

Malaysia

Thailand

Laos

10

Kamboja

Myanmar

Filipina

Brunei Darussalam

Indonesia

(2)

(1)

Negara

(3)

2011

69

93

88

99

98

92

97

83

96

84

84

96

100

100

70

67

92

(%)
Penduduk Yang Menggunakan Air
Minum Layak

(%)

(4)

2011

39

91

38

98

82

35

45

55

93

77

59

75

100

96

62

33

74

Penduduk Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Layak

PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN AIR MINUM LAYAK DAN YANG MENGGUNAKAN


SARANA SANITASI LAYAK DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

No

Lampiran 6.4

465

Myanmar

Thailand

Bangladesh

Bhutan

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

10

11

12

13

14

15

16

17

18

- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)

Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)

701

101

243

44

422

249

230

411

161

506

281

323

46

101

540

817

484

89

(3)

2011

498

66

163

34

345

181

192

225

124

381

187

199

37

81

213

424

270

70

(4)

Insidens TB Paru
per 100.000 Penduduk

46.0

9.1

21.0

3.4

23.0

26.0

9.2

43.0

16.0

41.0

27.0

34.0

2.3

8.5

11.0

61.0

33.0

2.7

(5)

2010

63.0

5.4

2.3

2.5

6.4

24.0

15.0

45.0

14.0

48.0

27.0

33.0

1.8

5.7

11.0

63.0

29.0

2.5

(6)

2011

Kematian yang berhubungan dengan TB


Paru per 100.000 Penduduk

PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN & SEAR


TAHUN 2010/2011

Prevalensi TB Paru
per 100.000 Penduduk

- Subdit P2PL : Data untuk negara *Indonesia

Sumber : - World Health Statistics 2013, WHO

*Indonesia

Malaysia

Vietnam

Laos

Kamboja

Singapura

Filipina

Brunei Darussalam

(2)

(1)

Negara

No

Lampiran 6.5

76

88

86

90

71
70

82

90

88

90

92

85

86

91

92

80

80

91

94

91

81

81

110

59

87

45

76

74

78

56

86

85

32

64

76

81

(7)

2011

(8)

2010

Proporsi Kasus TB Paru melalui DOTS


Case Detection Rate
Succes Rate

466

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

15

16

17

18

4200

49000

<100

1300

7700

490000

220000

380000

250000

3400

81000

10000

64000

19000

(3)

Estimasi

4100

47000

<100

1200

7700

480000

210000

370000

240000

3300

80000

9700

56000

19000

(5)

Estimasi

[3.300 - 9.900]

[30.000 - 96.000]

[<100 - <100]

[<1.000 - 2.500]

[4.800 - 16.000]

[440.000 - 540.000]

[180.000 - 250.000]

[240.000 - 570.000]

[190.000 - 330.000]

[2.700 - 4.200]

[70.000 - 88.000]

[7.700 - 13.000]

[45.000 - 86.000]

[16.000 - 24.000]

(6)

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Dewasa (15+)

<0,1%

0.003

<0,1%

0.003

<0,1%

0.012

0.006

0.003

0.005

0.001

0.004

0.003

0.006

<0,1%

(7)

Estimasi

[<0,1% - 0,10%]

[0,20% - 0,70%]

[<0,1% - <0,1%]

[0,20% - 0,60%]

[<0,1% - <0,1%]

[1,10% - 1,20%]

[0,50% - 0,80%]

[0,20% - 0,40%]

[0,40% - 0,60%]

[0,10% - 0,10%]

[0,40% - 0,40%]

[0, 20% - 0,40%]

[0,50% - 0,90%]

[<0,1% - <0,1%]

(8)

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Dewasa (1549) Rate (%)

1. Angka Estimasi HIV

ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN & SEAR


TAHUN 2011

[3.400 - 11.000]

[32.000 - 100.000]

[<100 - <100]

[<1.000 - 2.500]

[4.900 - 16.000]

[450.000 - 550.000]

[180.000 - 260.000]

[230.000 - 560.000]

[200.000 - 330.000]

[2.900 - 4.500]

[72.000 - 89.000]

[8.200 - 15.000]

[52.000 - 96.000]

[16.000 - 24.000]

(4)

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Dewasa dan Anak-anak

Sumber: Global Report 2012, UNAIDS Report on the Global AIDS Epidemic

Korea Utara

14

Myanmar

India

Indonesia

13

Vietnam

Bhutan

Singapura

12

Malaysia

Bangladesh

Laos

11

Kamboja

Thailand

Filipina

10

Brunei Darussalam

(2)

(1)

Negara

No

Lampiran 6.6

3500

1400

10000

<100

<500

<1000

200000

77000

110000

48000

1000

8400

4700

31000

(9)

Estimasi

[1.100 - 3.400]

[6.500 - 22.000]

[<100 - <100]

[<500 - <1.000]

[<500 - 1.300]

[170.000 - 220.000]

[64.000 - 87.000]

[70.000 - 170.000]

[37.000 - 66.000]

[<1.000 - 1.300]

[7.400 - 9.400]

[3.600 - 6.500]

[24.000 - 49.000]

[2.800 - 4.200]

(10)

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Wanita (15+)

<500

4600

<100

<100

<500

23000

16000

15000

11000

<200

5900

<500

1400

<500

(11)

Estimasi

[<200 - 2.300]

[3.000 - 9.400]

[<100 - <100]

[<100 - <100]

[<200 - 1.400]

[20.000 - 28.000]

[13.000 - 18.000]

[8.000 - 23.000]

[8.500 - 15.000]

[<100 - <200]

[4.200 - 7.800]

[<500 - <1.000]

[<1.000 - 5.000]

[<500 - <1.000]

(12)

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Dewasa dan Anak-anak

2. Kematian Akibat AIDS

467

4 Indonesia

5 Myanmar

6 Thailand

SEARO

2003
M

(4)

17

46

17

29

(5)

2004
M

12

32

12

20

(6)

25

90

20

61

(7)

2005
M

15

38

13

19

(8)

50
48

58

45

(10)

60

55

(9)

2006
K

43

54

42

(11)

2007
M

37

45

37

(12)

25

31

24

(13)

2008

20

25

20

(14)

JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA


DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2004-2012

Sumber : http://www.who.int/influenza/human_animal_interface/EN_GIP_20130426CumulativeNumberH5N1cases.pdf (diakses 20 Mei 2013)

ASEAN

3 Vietnam

7 Bangladesh

2 Laos

(3)

(2)

(1)

1 Kamboja

NEGARA

NO

Lampiran 6.7

21

27

21

(15)

2009
M

19

24

19

(16)

17

(17)

2010
M

10

(18)

14

20

12

(19)

2011
M

10

18

10

(20)

12

16

(21)

2012

14

(22)

224

361

25

192

120

21

(23)

58

19

(24)

177

256

17

160

Total

468

Kamboja

Laos

Malaysia

Singapura

Vietnam

Indonesia

Myanmar

Thailand

Bangladesh

Bhutan

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

10

11

12

13

14

15

16

17

18

138

2525

16

63

19

1192

12

130

(4)

13

14

98

217

412

54

45847

800

61

1595

44154

Pertusis
(5)

Tetanus

3574

514

10

359

2404

614

101

75

253

34

36

15

(6)

Tetanus
Neonatorum

868

340

32

588

109

29

106

39

11

15

131

(7)

578

1868

32

15

1536

46945

26891

16

51

3362

18668

1986

5197

2175

15489

Campak

Sumber : WHO vaccine-preventable diseases monitoring system, 2013 global summary (data as of 27 May 2013 updated: http://apps.who.int/immunization_monitoring/globalsummary)

3953

Filipina

S E A R O

Brunei Darussalam

(3)

1416

(2)

(1)

Difteri

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


DI NEGARA ASEAN & SEAR
TAHUN 2012

A S E A N

Negara

No

Lampiran 6.8

(8)

Polio

469

Thailand

Bangladesh

Bhutan

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

10

11

12

13

14

15

16

17

18
68

99

97

98

98

87

95

95

99

93

82

98

99

99

77

94

84

96

(3)

BCG (%)

67

99

92

96

94

72

95

96

99

99

63

95

96

99

78

94

80

97

(4)

DPT3 (%)

66

99

92

96

99

70

95

96

99

99

70

96

96

99

79

94

80

99

(5)

Polio3 (%)

PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI


DI NEGARA ASEAN & SEAR TAHUN 2011

Sumber : WHO Immunization Summary, 2013: A Statistical Reference Containing Data through 2011

Myanmar

Singapura

Malaysia

Indonesia

Laos

Kamboja

Vietnam

Filipina

Brunei Darussalam

(2)

(1)

Negara

No

Lampiran 6.9

62

99

88

96

99

74

95

96

98

99

89

96

95

95

69

93

79

91

(6)

Campak (%)

67

99

92

96

94

47

95

96

98

52

63

95

96

97

78

94

76

96

(7)

Hepatitis B3 (%)

470

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

16

17

18

22

68

50

35

69

54

66

61

80

41

61

78

62

32

51

51

(3)

All Methods

21

53

43

27

58

47

65

52

77

38

57

60

55

29

35

34

(4)

Modern Methods
2012

Persentase KB aktif pada PUS

55

93

50

85

94

50

77

26

80

43

82

60

59

78

100

(5)

2005-2012

Pemeriksaan
antenatal (4 kali)

30

99

36

95

100

58

58

31

99

71

80

92

100

99

37

71

62

10

(6)

2005-2012

Persalinan oleh tenaga


kesehatan

PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN & SEAR


TAHUN 2005 - 2012

Sumber : - World Health Statistics 2013, WHO: Pemeriksaan antenatal, salinakes, ASI eksklusif
- The World Population Data Sheet, USAID, 2012: Persentase KB aktif

Maladewa

15

Myanmar

Korea Utara

Indonesia

14

Vietnam

India

Singapura

13

Malaysia

Bhutan

Laos

12

Kamboja

Bangladesh

Filipina

11

Brunei Darussalam

Thailand

(2)

(1)

10

Negara

No

Lampiran 6.10

52

76

70

48

89

46

49

64

15

32

17

26

74

34

(7)

2005-2012

Anak dengan ASI eksklusif


(6 bulan)

51

87

48

98

16

84

56

69

83

18

71

76

(8)

2005-2011

Anak Usia 6-59 Bulan


yang mendapat
Suplemen Vitamin A

471

Filipina

Kamboja

Laos

Malaysia

Singapura

Vietnam

Indonesia

Myanmar

Thailand

Bangladesh

Bhutan

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

10

11

12

13

14

15

16

17

18

Sumber : World Health Statistics 2013, WHO

Brunei Darussalam

(2)

(1)

Negara

No

Lampiran 6.11

45.6
74.7

5.7

37.4

60.8

28.2

84.6

36.5

75.0

12.1

36.1

37.1

31.4

55.5

46.5

21.5

36.1

85.4

(4)

Persentase Pengeluaran
Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran di
Bidang Kesehatan

3.5

5.1

6.2

3.7

4.3

3.7

3.9

2.0

2.8

6.8

4.5

4.4

2.6

6.0

4.1

2.9

(3)

Persentase Keseluruhan
Pengeluaran di Bidang
Kesehatan terhadap Produk
Domestik Bruto

TAHUN 2010

25.3

54.4

62.6

39.2

71.8

15.4

63.5

25.0

87.9

63.9

62.9

68.6

44.5

53.5

78.5

63.9

14.6

(5)

Persentase Pengeluaran
Sektor
Swasta di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran di
Bidang Kesehatan

5.0

6.9

9.5

9.3

6.8

8.4

8.9

14.3

1.3

6.2

7.7

9.0

9.2

5.4

6.1

8.8

8.8

(6)

Persentase Pengeluaran
Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran
Pemerintah

63

80

23

310

36

192

22

248

44

80

813

358

31

28

59

1,284

(7)

Pengeluaran per Kapita


di Bidang Kesehatan Oleh
Pemerintah
(PPP int.
$)

472

(2)

Brunei Darussalam

Filipina

Kamboja

Laos

Malaysia

Singapura

Vietnam

Indonesia

Myanmar

Thailand

Bangladesh

Bhutan

India

Korea Utara

Maladewa

Nepal

Sri Lanka

Timor Leste

(1)

10

11

12

13

14

15

16

17

18

45

21

29

17

19

43

13

36

23

18

12

13

31

28

22

(3)

Moderate & Severe

15

16

10

Underweight (WHO)

(4)

Severe

19

15

11

11

20

16

13

11

(5)

Moderate & Severe

Wasting (WHO)

PREVALENSI BALITA MENURUT STATUS GIZI DI NEGARA ASEAN & SEAR


TAHUN 2007 - 2011

Sumber : - The State of The Worlds Children, 2013

Negara

No

Lampiran 6.12

58

17

41

19

32

48

34

40

16

35

36

23

17

48

40

32

(6)

Moderate & Severe

Stunting (WHO)

Anda mungkin juga menyukai