PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis umum
I.
Identifikasi
Nama
: Ny. SS
Usia
: 19 tahun
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: IRT
Suku Bangsa
: Sumatera
Agama
: Islam
Alamat
MRS
Medical Record
: 900134
Nama Suami
: Tn.Yd
Usia
: 23 tahun
Suku Bangsa
: Sumatera
Agama
: Islam
Alamat
II.
Riwayat Reproduksi
Menarche
: usia 14 tahun
Siklus haid
: 28 hari, teratur
Lama haid
: 5-7 hari
Banyak haid
HPHT
: 16-09-2014
Usia Kehamilan
: 39 minggu
III.
Riwayat Pernikahan
IV.
: sedang
Riwayat Gizi
: sedang
Riwayat Kontrasepsi
: Tidak pernah
V.
VI.
VII.
Riwayat Obstetri
VIII.
IX.
X.
Riwayat Persalinan
Dikirim oleh
: bidan
: 14 jam SMRS
:-
Pemeriksaan fisik
I.
II.
Vital sign
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 90 x / menit
Temp
: 37,0
RR
: 24 x / menit
BB
: 60 kg
TB
: 152 cm
Skala nyeri
:4
Status spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), pigmentasi normal, ikterus (-),
sianosis (-), spider nevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (+),
pertumbuhan rambut normal.
KGB
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axila, inguinal tidak teraba.
Kepala
Normocephali, simetris, warna rambut hitam dan sudah terdapat uban,
rambut mudah rontok (-), deformitas (-).
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva
palpebra pucat (+), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya (+),
pergerakan mata ke segala arah baik, mata cekung (-).
Hidung
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam
perabaan baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-).
Telinga
MAE Lapang, Membran Timpani intak, pendengaran baik.
Mulut
Pembesaran tonsil (-), bibir pucat (+), gusi berdarah (-), lidah kering (-),
tepi lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), atrofi papil(+), stomatitis(-),
rhagaden(-), bau pernapasan khas (-).
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O,
hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-).
Dada
Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-).
Paru
Inspeksi : statis simetris kanan dan kiri, dinamis kanan dan kiri sama
Palpasi : stem fremitus simetris kanan = kiri
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
tidak Teraba
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Ekstremitas atas
(-).
Ekstremitas bawah
sendi (+)
III.
Status Obstetri
1. Pemeriksaan Luar :
Leopold I
Leopold II
: memanjang, puka
Leopold III
: teraba bokong
Leopold IV
: 3/5
HIS
: 4x/10/45
DJJ
: 148 x/menit
TBJ
: 2945 g
2. Pemeriksaan Dalam
Portio
: livid
Posisi
: media
Pendataran
:100%
Pembukaan
:10 cm
Ketuban
Terbawah
Penurunan
:spina ischiadica
Penunjuk
IV.
:2
Masa gestasi : 0
TBJ
:2
riwayat presbo: 0
V.
penurunan
:2
pembukaan
:2
Total
:8
Diagnosis
VII.
Tata laksana:
-
R/ Partus pervaginam
Pimpin persalinan
Prognosis
Ad vitam
: dubia
Ad functionam : dubia
Episiotomi mediolateral
Bokong lahir spontan dengan tenaga mengedan, tali pusat dikendurkan, ibu
dipimpin mengedan lalu terlihat angulus scapula inferior tampak dibawah
simfisis, dilanjutkan mengedan sampai terlihat subociput dibawah simfisis, lalu
dilakukan hiperlordosis pada ibu, lahir dagu, mlut, hidung, dahi secara berturutturut.
Lahir bayi laki-laki BB 2700 g
Plasenta lahir lengkap, BP 480 g, PTP 49 cm, 17 x 18 cm. Setelah diyakini tidak
terdapat pemanjangan luka episiotomi, luka episiotomy dijahit secara elujur dan
terputus dengan chromic catgut 2.0
Diagnosis : P1A0 post partum spontan bracht
Tatalaksana Postpartum : Monitor TTV
Monitor tetesan cairan
Monitor input dan output cairan
Perawatan luka dengan cara vulva higiene
Observasi pendarahan
KIE ASI on demand
Obat-obat:
Antibiotik (Cefadroxil)
: 2 x 500 mg
: 2x1 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Persentasi Bokong
3.1.1 Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya.
3.1.2. Epidemiologi
Insidensi persentasi bokong 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada
umur kehamilan cukup bulan ( 37 minggu), presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28
minggu kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30% dan sebagian
besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34
minggu.
3.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor risiko selain prematuritas, mioma uteri, kehamilan multiple,
anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong
sebelumnya.
3.1.4
10
11
tengah panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya. Pintu
atas panggul dianggap menyempit apabila diameter anteroposterior
terpendeknya kurang dari 10 cm atau diameter transversanya kurang dari
11,5 cm atau apabila diameter konjugata obstetriknya kurang dari 12 cm.
Sedangkan rata-rata ukuran pintu tengah panggul diameter transversa
(interspinarum) 10,5 cm. Diameter anteroposteriornya 11,5 cm, dan sagital
posterior 5 cm. Pintu tengah panggul dikataka menyempit apabila jumlah
diameter transversa dan diameter sagital posterior kurang dari 13,5 cm.
Penyempitan pintu bawah panggul bila diameter intertuberosum kurang
dari 8 cm. Sempitnya panggul mendorong janin merubah posisinya
menjadi sungsang. Hal ini terjadi dimana kepala mencari area yang lebih
luas yaitu di fundus uteri.
4. Hidramnion
Hidramnion adalah meningkatnya air ketuban melebihi 2000 cc.
Normalnya air ketuban akan makin meningkat jumlahnya sehingga
mencapai antara 800-1000 cc pada usia hamil 34-36 minggu. Selanjutnya
akan sedikit menurun dengan rata-rata 800-900 cc pada bayi
aterm.Hidramnion menyebabkan terlampau bebasnya pergerakan janin
dalam uterus sehingga fiksasi kepala terganggu.
5. Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian
dari ostium uteri internum. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan
dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 30 tahun. Pada plasenta previa
kepala janin terhalang oleh plasenta untuk turun ke pintu atas panggul
sehingga janin berputar posisi kepala di fundus uteri.
6. Hidrosefalus
Hidrosefalus
adalah
suatu
keadaan
patologis
otak
yang
13
terasa sakit, perut terasa penuh, karena penekanan oleh kepala janin yang
di raba pada bagian fundus.
2. Pemeriksaan Luar
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi
abdomen. Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan
perawatan ANC bila umur kehamilan 34 minggu.
a. Leopold I : Teraba kepala janin yang bulat, keras, dan balotemen
positif pada fundus.
b. Leopold II : Menentukan punggung janin yang berada di salah satu
sisi pada abdomen dan bagian kecil pada sisi yang lain.
c. Leopold III : Teraba bokong menuju ke pintu atas panggul.
d. Leopold IV : Bokong yang terfiksasi di dalam simfisis.
e. Bunyi jantung janin terdengar sangat jelas pada setinggi atau sedikit
lebih tinggi dari pada umbilikus.
3.
14
Bila teraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya
tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan telapak tangan. Pada presentasi bokong komplit, kaki janin dapat
teraba di sepanjang bokong. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna,
hanya teraba satu kaki disamping bokong.
4.
Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi
Peran ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko
pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air
ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan
hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan kesejahteraan janin dapat
diperiksa menggunakan ultasonografi. Berat janin dapat diperkirakan
secara ultrasonografi berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar
kepala, lingkar perut dan panjang tulang femur. Gambaran ultrasonografi
tentang ekstremitas bawah dapat memberikan informasi tentang jenis
presentasi bokong.
b. Sinar X
Dengan menggunakan Sinar X akan dapat menentukan presentasi
pada janin, ukuran dan konfigurasi panggul. Tapi karena risiko paparan
radiasi dengan teknik ini, Ultrasonografi sekarang sering digunakan
untuk menentukan presentasi janin.
3.1.7. Penatalaksanaan
a. Dalam Kehamilan
Pada masa kehamilan, tujuan penatalaksanaan adalah mencegah
malpresentasi pada waktu persalinan. Perubahan spontan umumnya dapat
terjadi pada umur kehamilan 34 minggu. Karena itu, upaya mengkoreksi
presentasi janin umumnya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu.
Koreksi setelah minggu ke 38 sulit dilakukan karena janin sudah besar dan
jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
15
Pada saat ini, ada tiga cara yang dipakai untuk mengubah presentasi
bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan atau
akupuntur, dan posisi dada-lutut pada ibu (knee-chest position). Dari
ketiga metode tersebut, hanya versi luar yang sudah terbukti memiliki
manfaat dan aman untuk dilakukan dalam upaya mengkoreksi presentasi
janin.
Knee-chest position adalah posisi dimana ibu . Knee-chest position
dilakukan selama 15 menit tiap 2 jam selama 5 hari berturut-turut,
diharapkan dapat memperbesar kemungkinan terjadinya versi spontan
pada trimester 3 akhir.
17
Apakah memenuhi
persyaratan?
Ya
Observasi (rencana
Tidak
persalinan pervaginam)
bersedia
atau SC
Inform
consent
Versi luar tak
dilakukan, lakukan,
lakukan prosedur
Nonreassuring
yang sesuai
NST
Reassuring
Lakukan versi luar
Gagal
Rencanakan
Reassuring
Berhasil
NST
NST
Non-
Reassurin
reassuring
18
Lakukan
prosedur yang
sesuai
g
Observa
si
Paritas
Primigravida
Multigravida
Masa Gestasi
39 minggu
38 minggu
37 minggu
TBJ
3630 gr
3629-3175 gr
3175 gr
Riwayat Presbo
1x
2x
Station
-3
-2
-1 atau lebih
Pembukaan
< 2 cm
3 cm
rendah
>4 cm
> 4 : Pervaginam
19
4 : Reevaluasi
< 4 : Sectio caesarea
Mekanisme persalinan dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Persalinan spontan.
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim
disebut cara Bracht.
Tahap pertama: fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan
umbilikus, spontan. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini
umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya persalinan.
Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.
Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut. Disebut
fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 2 kali kontraksi uterus)
fase ini harus sudah berakhir. Pada fase ini, talipusat berada di antara
kepala janin dengan PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia
janin.
Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala.
Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh
karena persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang
dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala sehingga dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial.
Teknik: hiperlordosis badan bayi
20
21
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan
penolong tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi resiko trauma pada
janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak
sungsang dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan
panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida,
adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
a.
22
2.
manual aid.
Tahapan dalam manual aid, antara lain:
1.
Tahap pertama: lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2.
Tahap kedua: lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga
penolong.Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah
secara :
a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach.
23
3. Cara lovset
24
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller
dengan cara klasik.
Tahap ketiga: melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)
1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain
mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung.
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama
dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah
punggung.Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi
keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut
lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya
lahirnya seluruh kepala janin.
25
2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari
penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin.Kedua tangan penolong
yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah dan
bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah
bawah.Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang
berat.
3. Cara Prague Terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di
belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan
penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan
pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang
kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan
tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan
laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
Ekstraksi bokong.
Janin dilahirkan seutuhnya dengan memakai tenaga penolong.
Cara ini dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk
menolong persalinan dengan ekstraksi total.
Persalinan Perabdominam
Persalinan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan
cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa
persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma yang
sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak pada waktu
persalinan maupun di kemudian hari.Namun hal ini tidak berarti bahwa
semua presentasi bokong harus harus dilahirkan secara perabdominam.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa presentasi bokong
harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain:
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial janin tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Taksiran berat janin besar > 3500 g
5. Dicurigai terdapat panggul sempit
6. Prematuritas
Syarat-Syarat Persalinan Pervaginam atau Perabdominam:
27
3.1.7. Komplikasi
Komplikasi persalinan pervaginam di antaranya sebagai berikut :
1. Laserasi jalan lahir dan ruptur uterus
Terjadi karena manuver intrauterin, terutama pada segmen bawah rahim yang
tipis, atau pelahiran aftercoming head melalui serviks yang belum dilatasi
lengkap.
2. Asfiksia
Asfiksia terjadi karena prolapsus tali, kompresi dan dilatasi servik belum
lengkap (aftercomig head).
3. Hematoma
Dapat terjadi karena manuver yang dilakukan pada
28
Dapat terjadi akibat penekana pleksus brakialis oleh jari pada saat melakukan
traksi, tetapi hal ini lebih sering terjadi akibat penarikan berlebihan pada leher
ketika membebaskan lengan.
BAB IV
ANALISIS KASUS
4.1 Diagnosis
Ny. SS (19 tahun) datang ke bidan karena mengeluh perut mulas yang
menjalar ke pinggang hilang timbul, semakin lama semakin kuat, keluar darah dan
lendir, dan keluar air-air. Dikatakan oleh bidan bahwa pasien akan melahirkan
dengan letak sungsang. Pasien pun dirujuk ke RSMH Palembang. Kehamilan ini
merupakan kehamilan pertama pasien dengan taksiran usia kehamilan 39 minggu.
29
Pada pemeriksaan fisik saat pertama kali datang (29 Juni 2015 pukul
03.40 WIB) diketahui status presens pasien dalam batas normal. Pemeriksaan luar
diketahui tinggi fundus uteri 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (30 cm), letak
memanjang, punggung kiri, presentasi bokong, his 4x/10/45, denyut jantung
janin 148 x/menit reguler, dan taksiran berat janin 2945 gram. Dari vaginal
toucher diketahui portio tidak teraba, pembukaan lengkap, bokong, Hodge III,
ketuban (-), dan penunjuk sakrum kiri lintang. Hasil laboratorium pemeriksaan
darah prepartum belum dilakukan.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dirumuskan
bahwa diagnosis pasien ini adalah G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II janin
tunggal hidup, presentasi bokong. Pasien didiagnosis inpartu kala II dengan
presentasi bokong karena pada saat datang pasien sudah merasakan his yang
adekuat, keluar darah dan lendir serta adanya pembukaan lengkap, dan pada
pemeriksaan obstetric didapatkan bagian terbawah janin adalah bokong dengan
penunjuk sacrum. Pada pemeriksaan juga diketahui bahwa janin yang dikandung
masih hidup yang ditandai dengan ditemukannya denyut jantung janin dan pasien
masih merasakan gerakan janin. Dengan demikian, diagnosis awal pada kasus ini
sudah tepat.
4.2
Penatalaksanaan
Pada kasus ini pasien sudah dalam keadaan inpartu dan bukaan lengkap
30
umur kehamilan, taksiran berat janin, dan persetujuan pasien. Syarat persalinan
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong
murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar,
tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Tabel Zatuchini-Andros
Skor
Paritas
Masa Gestasi
TBJ
Riwayat
0
Primigravida
39 minggu
3630 gr
-
1
Multigravida
38 minggu
3629-3175 gr
1x
2
37 minggu
3175 gr
2x
-3
-2
-1 atau lebih
3 cm
rendah
>4 cm
Presbo
Station
Pembukaan
>4
: Pervaginam
: Reevaluasi
<4
< 2 cm
: Sectio caesarea
Pada kasus didapatkan skor >4 dengan rincian paritas = 0, masa gestasi = 0 ,
TBJ = 2, riwayat presbo = 0, stasion = 2 , pembukaan = 2. Total = 6 sehingga
dilakukan persalinan pervaginam.
Mekanisme persalinan dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Persalinan spontan.
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim
disebut cara Bracht.
Tahap pertama : fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilikus,
spontan. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak
terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya persalinan. Pada fase ini,
penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.
31
Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat
oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 2 kali kontraksi uterus) fase ini harus
sudah berakhir. Pada fase ini, talipusat berada di antara kepala janin dengan
PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala. Pertolongan pada
tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala
yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya
dekompresi kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
Teknik: hiperlordosis badan bayi
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak
ikut masuk ke dalam jalan lahir. Cara ini yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi resiko trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang
dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit,
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit
atau menunjuk.
Pada kasus ini dilakukan persalinan pervaginam dengan metode persalinan
bracht.
Untuk tatalaksana post partum yang perlu dilakukan adalah :
Monitor TTV
32
Observasi pendarahan
Obat-obat:
4.3
antibiotik (Cefadroxil)
: 2 x 500 mg
Neurodex
: 2x1 tab
Penyebab
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, Ed. IV, cetakan III. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011.
2. Smith GC, Pell JP, Dobbie R. Interpregnancy Interval and risk of Preterm
birth and neonatal death: Retrospective co-hort study. Bmj. 2003;327:9.
3. Saifuddin, A.B. ,Rachimhadi, T., Wiknjosastro,G.H. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo. 2010.
4. Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena kelainan
pada presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri Williams (18th ed),
Suyono, J., Hartono, A., ( Alih Bahasa ), Jakarta : EGC, 1995.
5. Benson,R.C., Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment,
3rd ed, Lange Medical Publication, Maruzen Asia, Singapore,1980.
33
34