PENDAHULUAN
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada
tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik
(Randall, 2011). Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus,
parasit, jamur, dan bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis tetapi paling sering
disebabkan oleh
osteomielitis
pyogenik
Escherichia coli,
Haemophilus
Pseudomonas dan
dan
mikobakteri.
kuman Staphylococcus
Klebsiella.
Pada
Penyebab
aureus (89-90%),
periode neonatal,
B streptokokus seringkali
bersifat
kasus per
5.000
anak.
Prevalensi
neonatal adalah
sekitar 1
kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah
sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis
berat yang mendasari. (Randall, 2011)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik
pada tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme
pyogenik (Randall, 2011). Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa
osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme
piogenik
walaupun
berbagai
agen
infeksi
lain
juga
dapat
Epidemiologi
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonates adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian
pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi
osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien
dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per
100.000 penduduk. (Randall, 2011).
III.
Etiologi
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit,
jamur, dan bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis tetapi paling sering
disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab
osteomyelitis pyogenik adalah kuman Staphylococcusaureus (89-90%),
Escherichia coli, Pseudomonas dan Klebsiella. Pada periode neonatal,
Haemophilus influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat
patogen. (Robbins 2007). Bakteri penyebab osteomielitis akut dan
langsung meliputi :
Dewasa
S.
aureus
dan
kadang-kadang
Enterobacter
dan
Streptococcus.
2. Osteomielitis langsung
IV.
Klasifikasi
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan
ostemielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi
dari timbulnya gejala : akut, subakut, dan kronik. Osteomielitis akut
diidentifikasi dengan adanya onset penyakit dalam 7-14 hari. Infeksi akut
umumnya berhubungan dengan proses hematogen pada anak. Namun,
pada dewasa juga dapat berkembang infeksi hematogen akut khususnya
setelah pemasangan prosthesa dan sebagainya. (David,1987). Durasi dari
osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan. Sedangkan
osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya
terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya
nekrosis tulang pada episentral yang disebut sekuester yang dibungkus
involukrum. (David,1987). Sistem klasifikasi lainnya dikembangkan oleh
Waldvogel yang mengkategorisasikan infeksi muskuloskeletal berdasarkan
suatu
osteomielitis
yang
yang keluar dapat dikultur untuk menentukan antibiotik yang lebih tepat.
(Sjamsuhidajat, 2004). Diagnosis banding pada masa akut yaitu demam
reumatik, dan selulitis biasa. Setelah minggu pertama, terapi antibiotik dan
analgetik sudah diberikan sehingga gejala osteomielitis akut memudar.
Gambaran rongent pada masa ini berupa daerah hipodens di daerah
metafisis dan reaksi pembentukan tulang subperiosteal.
Gambaran
tulang paha, dan dikelilingi oleh sclerosis reaktif. Sesuai teori tidak
terdapatnya sekuester, namun gambaran radiolusen mungkin akan terlihat
dari lesi ke lempeng epifisis. Abses tulang mungkin menyebrang ke
lempeng epifisis namun jarang terlokalisir.(Adam, 2004).
D. Osteomielitis Kronik.
Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan
subakut yang tidak diobati. Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen,
iatrogenik, atau akibat dari trauma tembus. Infeksi kronis seringkali
berhubungan dengan implan logam ortopedi yang digunakan untuk
mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau perkembangan
hematogenik dari logam atau permukaan tulang mati merupakan tempat
perkembangan bakteri yang baik karena dapat melindunginya dari leukosit
dan antibiotik. Pada hal ini, pengangkatan implan dan tulang mati tersebut
harus dilakukan untuk mencegah infeksi lebih jauh lagi. Gejala klinisnya
dapat berupa ulkus yang tidak kunjung sembuh, adanya drainase pus atau
fistel, malaise, dan fatigue. Penderita osteomielitis kronik mengeluhkan
nyeri lokal yang hilang timbul disertai demam dan adanya cairan yang
keluar dari suatu luka pascaoperasi atau bekas patah tulang. Pemeriksaan
rongent memperlihatkan gambaran sekuester dan penulangan baru
(Hidiyaningsih, 2012).
Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk
mengeluarkan jaringan nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran
nanah. Pasien juga diberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur.
Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang telah
hancur menjadi sekuester sehingga ekstrimitas yang sakit harus dilindungi
oleh gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan debridement serta
sekuesterektomi ditunda sampai involukrum menjadi kuat (Hidiyaningsih,
2012).
Patogenesis
Patogenesis dari osteomielitis telah dieksplorasi pada berbagai hewan
percobaan; pada studi ini ditemukan bahwa tulang yang normal sangat
tahan terhadap infeksi,yang hanya bisa terjadi sebagian besar diakibatkan
oleh inokulum, trauma atau adanya benda asing. (Daniel, 1997).
10
Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara
dibawah ini :
Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya dari pneumonia atau infeksi
saluran kemih dapat masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah
di tulang. Pada
umum
terjadi di
Luka
tusukan
yang parah
dapat membawa
kuman jauh
di
11
Kontaminasi langsung
Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung
tulang yang fraktur dengan dunia luar sehingga dapat terjadi
kontaminasi langsung. Selain itu juga dapat terjadi selama operasi untuk
mengganti sendi atau memperbaiki fraktur (anonym, 2011).
Beberapa penyebab utama infeksi, seperti s.aureus, menempel pada
tulang dengan mengekspresikan reseptor (adhesins) untuk komponen
tulang matriks (fibronektin, laminin, kolagen, dan sialoglycoprotein
tulang), Ekspresi kolagen binding adhesion memungkinkan pelekatan
patogen pada tulang rawan. Fibronektinbinding adhesin dari S. Aureus
berperan dalam penempelan bakteri untuk perangkat operasi yang akan
dimasukan dalam tulang, baru-baru ini telah dijelaskan. (Daniel, 1997).
S. Aureus yang telah dimasukan ke dalam kultur osteoblas dapat
bertahan hidup secara intraseluler. Bakteri yang dapat bertahan hidup
secara intraseluler (kadang-kadang merubah diri dalam hal metabolisme,
di mana mereka muncul sebagai apa yang disebut varian koloni
kecil) dapat
akan
factor
osteolitik
yang kuat.
Peran
dari
pembentukan
sekitarnya.
melepaskan
enzim
Beberapa komponen
bakteri secara langsung atau tidak langsung digunakan sebagai factorfaktor yang memodulasi tulang (bone modulating factors) (Daniel,1997).
Kehadiran metabolit asam arakidonat, seperti prostaglandin E, yang
merupakan agonis osteoklas kuat dihasilkan sebagai respon terhadap patah
tulang, menurunkan jumlah dari inokulasi bakterial yang dibutuhkan untuk
menghasilkan infeksi.(Daniel,1997).
Nanah menyebar ke dalam pembuluh darah, meningkatkan tekanan
intraosseus
dan
mengganggu
aliran
Mikroorganisme,
infiltrasi neutrofil,
dan
congesti
atau
akut. Salah
satu
penampakan yang
membedakan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang (Randall, 2011):
kiri
biasanya
disertai
polimorfonuklear. Tingkat
dengan
C-reaktif
peningkatan
protein
jumlah
biasanya
leukosit
tinggi
dan
13
Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi
dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan
yang terbatas. Darah hasil kultur, positif pada sekitar 50% pasien
dengan osteomielitis hematogen.
Bagaimanapun, kultur
darah positif
Radiografi
Bukti radiografi dari osteomielitis akut pertama kali diusulkan oleh adanya
edema jaringan lunak pada 3-5 hari setelah terinfeksi. Perubahan tulang
tidak terlihat untuk 14-21 hari dan pada awalnya bermanifestasi sebagai
elevasi periosteal diikuti oleh lucencies kortikal atau meduler. Dengan 28
hari, 90% pasien menunjukkan beberapa kelainan. Sekitar 40-50%
kehilangan fokus tulang yang menyebabkan terdeteksinya lucency pada
film biasa.
MRI
14
Tiga fase scan tulang, scan gallium dan scan sel darah putih menjadi
pertimbangan pada pasien yang tidak mampu melakukan pencitraan MRI.
Sebuah fase tiga scan tulang memiliki sensitivitas yang tinggi dan
spesifisitas pada orang dewasa dengan temuan normal pada radiograf.
Spesifisitas
secara
dramatis
menurun
dalam
pengaturan
operasi
CT scan
15
Ultrasonografi
Komplikasi
16
3. Gangguan pertumbuhan
Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada
daerah yang lembut, yang disebut lempeng epifisis di kedua ujung tulang
panjang pada lengan dan kaki. Pertumbuhan normal dapat terganggu pada
tulang yang terinfeksi.
4. Kanker kulit
Jika
osteomielitis
menyebabkan
timbulnya
luka
terbuka
yang
Abses tulang
Bakteremia
Fraktur
Selulitis
VIII. Terapi
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan
pemberian antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan.
Karena Staphylococcus merupakan kuman penyebab tersering maka
antibiotika yang dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus. Jika
biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi subperiosteum atau aspirasi
intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah
baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips.
Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian
antibiotika. Jika tidak ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi
bedah. (Skinner,2003).
17
18
Hs-CRP meningkat tajam saat terjadi inflamasi dan menurun jika terjadi
perbaikan sedang LED naik kadarnya setelah 14 hari dan menurun
secara lambat sesuai dengan waktu paruhnya.
20
21
BAB III
KESIMPULAN
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada
tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik. Pada
dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur dan bakteri, dapat
menghasilkan osteomielitis tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik
tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman
Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas dan Klebsiella.
Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran
darah atau menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi
langsung pada tulang itu sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang,
sehingga kuman dapat langsung masuk melalui luka tersebut. Osteomielitis sering
ditemukan pada usia dekade I-II tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan
infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang
tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna,
dan fibula. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang.
Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat
sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari. Penatalaksanaannya harus secara
komprehensif meliputi pemberian antibiotika, pembedahan dan konstruksi
jaringan lunak, kulit dan tulang.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym, Osteomyelitis.2011.
Available
from:
http://www.mayoclinic.com/health/osteomyelitis/DS00759
2. Anonym, OSTEOMIELITIS:
Perkembangan
10
tahun
Terakhir.
Availablefrom: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_023_sendi_&_ul
ang.pdf
3. Daniel,
Lew,
et
al.
2012. Review
Article
Current
Concepts
OSTEOMYELITISavailable
from:http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/nejm199704033361406
4. David R, Barron BJ, Madewell JE. Osteomyelitis, acute and chronic.
Radio Clin North Am 1987;25:1171-1201.
5. David C. Dugdale, 2009. http://www.umm.edu/imagepages/9712.htm
6. Hidyaningsih, Referat Osteomielitis. Jakarta:2012. h: 10-24.Randall W
King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni.
7. Osteomyelitis
in
Emergency
Medicine.
Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#showall
8. Robin, Cotrans. Pathologic Basis of Disease 7th Edition. 2007
9. Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi
23