Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktivitas pekerjaan.
Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan
mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidak dikurangi
dampaknya.1
Data International Labour Organization (ILO) tahun 2007-2010 didapatkan
160 juta orang yang menderita penyakit akibat kerja setiap tahunnya. Jumlah pria
yang meninggal dua kali lebih banyak daripada wanita.1
Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara. Data di Indonesia
jumlah pekerja berdasarkan Biro Pusat Statistik tahun 2000 adalah 95 juta orang,
50% bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, 70-80% angkatan kerja
bergerak di sektor informal. Pekerja di sektor itu umumnya bekerja dalam
lingkungan

kerja

yang

kurang

baik,

manajemen

kurang

terorganisasi,

perlindungan kerja tidak optimal, tingkat kesejahteraan yang kurang, dan populasi
pekerja terus meningkat. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004,
jumlah tenaga kerja di Indonesia kini lebih dari 142 juta jiwa.1
Sedangkan di Sumatera Utara jumlah pekerja terbanyak berdasarkan data
biro statistika Sumatera Utara tahun 2012 adalah sektor pertanian sebanyak
43,40% lalu diikuti 19,42% disektor perdagangan dan selebihnya disektor
informal. Dari data tersebut menjelaskan pendistribusian barang di Sumatera
sangatlah tinggi, salah satu yang memegang peranan penting terhadap
pendistribusian tersebut adalah pelabuhan, tentu saja hal ini menyebabkan kondisi
dipelabuhan sangatlah sibuk hingga memaksa pekerja kadang sering melalaikan
kesehatan kerja demi mencapai target.1
Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja, dimana
kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.2

Kesehatan kerja juga merupakan bagian dari cakupan kerja dari Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) sesuai PERMENKES 2348/MENKES/PER/XI/2011
pasal 33E menyatakan bahwa salah satu tugas KKP di bidang upaya Pengendalian
Resiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah adalah kesehatan kerja.2
Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja ini bersifat berat dan
mengakibatkan kecacatan. Akan tetapi ada dua faktor yang membuat penyakit
penyakit

ini

mudah

dicegah.Pertama,

bahan

penyebab

penyakit

dapat

diidentifikasi, diukur, dan dikontrol. Kedua, populasi yang berisiko biasanya


mudah didatangi dan dapat diawasi secara teratur serta diobati. Selain itu,
perubahan-perubahan awal seringkali dapat pulih dengan penanganan yang tepat.3
Oleh karena itu, perhatian terhadap kesehatan kerja sangatlah penting.
Dengan demikian dapat dilakukan pencegahan agar tenaga kerja dapat terlindung
dari penyakit.3
1.2.

Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran perilaku tenaga kerja bongkar muat
(TKBM) tentang kesehatan kerja di pelabuhan Belawan Medan
1.2.2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengetahuan tenaga kerja bongkar muat
(TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan BelawanMedan
b) Untuk mengetahui sikap tenaga kerja bongkar muat (TKBM)
tentang kesehatan kerja di Pelabuhan BelawanMedan
c) Untuk mengetahui tindakan tenaga kerja bongkar muat (TKBM)
tentang kesehatan kerja di Pelabuhan BelawanMedan
1.3.

Manfaat
1. Menambah pemahaman dan wawasan penulis mengenai hasil
penelitian hasil penelitian gambaran perilaku tenaga kerja bongkar
muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan

2. Sebagai masukan untuk KKP Belawan untuk melaksanakan perannya


dalam hasil penelitian gambaran perilaku tenaga kerja bongkar muat
(TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan


atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour).2
Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu:3
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
4. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain
5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.

2.2.

Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Yang bersangkutan dengan (senang-tidak


senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap terdiri dari
tingkatan sebagai berikut :2
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding), diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertannyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuting), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible), segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Stimulus
(rangsangan)

Proses Stimulus

Reaksi Terbuka
(Tindakan)

Reaksi Tertutup
(Pengetahuan & Sikap)

2.3.

Pengertian Tindakan
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yakni :2
a) Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau seseorang
telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau
menggunakan panduan.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau
seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara
otomatis.
5

c) Adopsi (adoption), yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah


berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau
perilaku yang berkualitas.
2.4.

Kesehatan Dan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja

2.4.1. Pengertian Kesehatan Kerja


Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan
oleh manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi pada khususnya,
adalah faktor kesehatan.Kesehatan berasal dari bahasa Inggris health, yang
pada saat ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi
pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat
secara sosial. Pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera
(well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun
pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk
mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar
manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat.3
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Tahun
1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan
bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,
bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan
sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.3

Kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :3


a. Kesehatan fisik, aspek ini terwujud apabila sesorang tidak merasa sakit
atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak
sakit, serta semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
b. Kesehatan mental (jiwa), aspek ini mencakup 3 komponen, yakni
pikiran, emosional, dan spiritual.
1) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir,
sedih dan sebagainya.
3) Spiritual

sehat,

tercermin

dari

cara

seseorang

dalam

mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya


terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha
Kuasa. Sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan
seseorang, dengan perkataan lain sehat spiritual adalah keadaan
dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan
agama yang dianutnya.
c. Kesehatan sosial, aspek ini terwujud apabila seseorang mampu
berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa
membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi, aspek ini terwujud apabila seseorang
(dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan
sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa
atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan
ini tidak berlaku. Bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi
kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau

mahasiswa,

dan

kegiatan

sosial,

keagamaan,

atau

pelayanan

kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.


Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 1960,
BAB I pasal 2, kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan
agar masyarakat pekerja (seluruh pekerja yang bekerja ditempat kerja baik
didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara yang
berada diwilayah RI) memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan,
lingkungan kerja maupun penyakit umum.2,3
Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja
adalah penggerak atau aset perusahaan konstruksi, jadi kondisi fisik harus
maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
dari ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan
psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya.2,6
Sumamur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai,
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi- tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan
yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum.4
Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit.

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I pasal


2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani,
dan kemasyarakatan (Slamet, 2012). Mia (2011) menyatakan bahwa
kesehatan kerja disamping mempelajari faktor-faktor pada pekerjaan yang
dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational
disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (workrelated disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau
pendekatan

untuk

pencegahannya,

bahkan

berupaya

juga

dalam

meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut.4


2.4.2. Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan utama dari kesehatan kerja yakni :7
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c. Perawatan mempertinggi efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya-bahaya pencemaran
yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
f. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
2.4.3. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja
Manusia merupakan unsur paling penting dalam proses-proses
organisasi ataupun proses kerja. Dalam hal ini manusialah yang dapat
menentukan maju mundurnya sebuah organisasi, dan pada intinya manusialah
yang menjadi sumber daya yang perlu terus dipelihara. Pemeliharaan ataupun
perawatan SDM merupakan salah satu tindakan penting untuk terus
menghasilkan kualitas manusia yang unggul serta memiliki dedikasi tinggi.3
Pengertian pemeliharaan (maintenance) menurut Hasibuan (2000;176),
adalah usaha mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental,
9

dan sikap tenaga kerja, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk
menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar tenaga kerja serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.3
Pemeliharaan (maintenance) adalah usaha mempertahankan dana atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dansikap tenaga kerja, agar mereka tetap
loyal

dan

bekerja

produktif

untuk

menunjang

tercapainya

tujuan

perusahaan.2,8
Pemeliharaan (maintenance) tenaga kerja harus mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh dari manajer. Jika pemeliharaan tenaga kerja
kurangdiperhatikan, semangat kerja, sikap, loyalitas tenaga kerja akan
menurun. Absensinya dan turn-over meningkat, disiplin akan menurun,
sehingga pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan pengintegrasian tenaga
kerja yang telah dilakukan dengan baik dan biaya yang besar kurang berarti
untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Supaya tenaga kerja
semangat bekerja, berdisiplin tinggi, danbersikap loyal dalam menunjang
tujuan perusahaan maka fungsi pemeliharaan mutlak mendapat perhatian
manajer. Tidak mungkin tenaga kerja bersemangat bekerja dan konsentrasi
penuh terhadap pekerjaanya jika kesejahteraan mereka tidak diperhatikan
dengan baik.3
2.4.4.

Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja

a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja.


b. Meningkatkan disiplin dan menurunkan absensi tenaga kerja.
c. Meningkatkan loyalitas dan menurunkan turn-over tenaga kerja.
d. Memberikan ketenangan, keamanan, dan kesehatan tenaga kerja.
e. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
f. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap tenaga kerja.
g. Mengurangi konflik serta menciptakan suasana yang harmonis.
h. Mengefektifkan pengadaan tenaga kerja.3

10

2.4.5. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja


Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans
No Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha
kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan:6
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang menderita sakit
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri
oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan
dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa
perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu pelayanan
kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:6
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala

dan

pemeriksaan khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan

11

i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,


pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
l. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan
oleh seorang dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan
pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan profesional oleh pengurus.
Selain itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang
diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib
diberikan kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per
03/Men/1982).7
2.5.

Penyakit Akibat Kerja


Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
PAK merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. WHO
membedakan empat kategori PAK, yaitu :7
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumokoniosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
bronkogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktorfaktor penyebab lainnya, misalnya bronkitis kronis.

12

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada


sebelumnya, misalnya asma.
Faktor penyebab PAK sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga
tidak mungkin disebutkan satu per satu.7
Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan,
yaitu:9
1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi: bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,
gas, larutan, awan atau kabut.
3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan
cara kerja
5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

Ditinjau dari faktor penyebab, PAK mempunyai kesamaan dengan


kecelakaan akibat kerja, namun ruang lingkup keduanya sangat berbeda, terutama
dalam aspek pengelolaannya. Oleh karena itu, PAK dikelola oleh seorang dokter
atau ahli kesehatan, sedangkan kecelakaan kerja dikelola oleh seorang ahli
keselamatan kerja (safety engineering).5

Gangguan kesehatan akibat kerja antara lain adalah:5,7

13

Gangguan alat reproduksi : Gangguan fertilitas, gangguan fungsi seksual,


gangguan menstruasi, toksemia, aborsi spontan.

Gangguan alat pendengaran

Gangguan alat penglihatan : kesilauan, kelelahan mata, sakit kepala dekat


mata, gangguan kornea atau sklera, katarak,kelelahan visual.

Gangguan alat pernafasan : Pneumokoniosis (silikosis, asbestosis,


Byssinosis,dan sebagainya), Alergis (asma, rhinitis), kanker paru, dan
sebagainya.

Gangguan pada kulit : dermatitis, peradangan pada kulit, tumor, alergi


kulit, eksema.

Gangguan kardiovaskuler : penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.

Gangguan ginjal : DM, nekrosis tubuh.

Gangguan alat pencernaan : kerusakan hati, sindrom gastrointestinal,


gangguan lambung dan sebagainya.

Gangguan jiwa : stres kerja.

Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu


dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan ini dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu:3
1.

Pendekatan epidemiologis (bila ada gangguan atau keluhan pekerja,


mengidentifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit)

2.

Pendekatan klinis (individual) dgn cara :


14

a) Menentukan Diagnosis Klinisnya


b) Menentukan pajanan yg dialami oleh naker selama ini.
c) Menentukan hubungan pajanan dgn penyakit
d) Menentukan jumlah pajanan yg dialami
e) Menentukan keberadaan factor-faktor lain diluar pekerja yg mungkin
mempengaruhi
f) Mencari kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
g) Membuat keputusan apakah penyakit tsb disebabkan oleh pekerjaannya.
2.5.1. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat
kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :7
1) Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
2) Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
3) Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial
tenaga kerja yang diatur dalam undang-undang
Pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan menjadi
lahan untuk menuai penyakit, diantaranya:7
1) Pencegahan Primer Health Promotion
a) Perilaku Kesehatan
b) Faktor bahaya di tempat kerja
c) Perilaku kerja yang baik
d) Olahraga
e) Gizi seimbang
2) Pencegahan Sekunder Specifict Protection
a) Pengendalian melalui perundang-undangan

15

b) Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam


kerja
c) Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri
(APD)
d) Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
e) Pencegahan Tersier
3) Early Diagnosis and Prompt Treatment
a) Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
b) Pemeriksaan kesehatan berkala
c) Penelitianlans
d) Pemeriksaan lingkungan secara berkala
e) Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
f) Pengendalian segera di tempat kerja
2.6.

Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus

digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.
Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses, dan
pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang
berbahaya.2
APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha oleh
karyawan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah disepakati oleh
pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.2
Adapun bentuk APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah
pelindung kepala (helm), pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan
pelindung kaki, pelindung telinga, tali keselamatan, dan jas laboratorium (bagi
pekerja di industri yang banyak bekerja di laboratorium).2
2.6.1. Pelindung kepala

16

Pelindung kepala (safety helmet) dikenal ada 4 jenis,yaituhard hat kelas A ,


kelas B, kelas C dan bump cap . Klasifikasi masingmasing jenis adalah sebagai
berikut:2
a. Kelas A
Hard hat kelas A dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh
dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.
b. Kelas B
Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh
dan melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.
c. Kelas C
Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh, tetapi tidak
melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.
d. .Bump cap
Bump cap dibuat dari plastik dengan berat yang ringan untuk melindungi
kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol. Bump cap tidak
menggunakan sistem suspensi, tidak melindungi dari benda yang jatuh,
dan tidak melindungi dari kejutan listrik. Karena itu, bump cap tidak boleh
digunakan untuk menggantikan hard hat tipe apapun.
2.6.2. Pelindung mata
Pelindung mata (safety glasses) berbeda dengan kaca mata biasa, baik
normal maupun kir (prescription glasses), karena pada bagian atas kanan dan kiri
bingkai terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan jenis sinar UV
(Ultra Violet) sampai persentase tertentu. Sinar UV muncul karena lapisan ozon
yang terbuka pada lapisan atmosfer bumi, UV dapat mengakibatkan pembakaran
kepada kulit dan bahkan kanker kulit.2
2.6.3. Pelindung wajah
Pelindung wajah yang dikenal adalah ;2
a. Goggles

17

Goggles memberikan pelindungan lebih baik dari pada safety glasses


karena goggles terpasang dekat wajah. Karena goggles mengitari area
mata, maka goggles melindungi lebih baik pada situasi yang mungkin
tejadi percikan cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut.
b. Face shield.
Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering
digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia, atau
partikel yang melayang. Banyak face shield yang dapat digunakan
bersamaan dengan pemakaian hard hat. Walaupun face shield melindungi
wajah, tetapi face shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga
pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan pemakaian face shield.
c.Welding helmets
Jenis pelindung wajah yang lain adalah welding helmets (topeng las).
Topeng las memberikan perlindungan pada wajah dan mata.Topeng las
memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan
energi radiasi yang dihasilkan selama operasi pengelasan. Sebagaimana
face shield, safety glasses atau goggles harus dipakai saat menggunakan
topeng las.
d.Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat zat berbau menyengat
dan dari debu yang merugikan.

2.6.4. Pelindung Tangan


Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan
cacat adalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat
berkurang. Tangan manusia sangat unik. Tidak ada bentuk lain di dunia yang
dapat mencengkram, memegang, bergerak dan memanipulasi benda seperti tangan
manusia. Karenanya, tangan harus dilindungi dan disayangi.2
Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis,
sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat

18

menyebabkan iritasi atau membakar tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi


melalui kulit dan masuk ke badan.2
APD tangan dikenal dengan safety glove dengan berbagai jenis
penggunaannya.2
2.6.5. Pelindung Kaki
Para ahli selama berabad-abad membuat rancangan dan struktur umtuk
kaki manusia.Kaki manusia sangat kokoh untuk mendukung berat seluruh badan,
dan cukup fleksibel untuk memungkinkan berlari, bergerak, taupun pergi. Tanpa
kaki dan jari-jari kaki, kemampuan bekerja akan sangat berkurang.2
Hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakan pada kaki salah satunya
adalah akibat bahan kimia.Cairan seperti asam, basa, dan logam cair dapat
menetes ke kaki dan sepatu.Bahan berbahaya tersebut dapat menyebabkan luka
bakar akibat bahan kimia dan panas.2
2.6.6. Pelindung telinga
Pelindung telinga tidak boleh dianggap tidak berguna terutama untuk
pekerja yang bekerja di tempat yang berkondisi bising baik itu dari gesekan
benda-benda keras ataupun bunyi-bunyi keras dari mesin.2
APD yang digunakan untuk kondisi seperti ini adalah dengan
menggunakan ear phone, sIstem kerja alat earphone ini yaitu meredam suara yang
akan masuk ke telinga sehingga suara bising tidak mengganggu dan merusak
sistem kerja telinga, karena manusia mempuinyai batas pendengaran, apabila
kekerasan suara yang terlalu keras maka akan memyebabkan kerusakan pada
gendang telinga.2
2.7.

Pengertian Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani ergon (kerja) dan nomos

(peraturan,hukum). Jadi, ergonomi merupakan penerapan ilmu-ilmu biologis


tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk
mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap
pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisensi dan
kesejahteraan kerja. Dibeberapa negara tidak mengunakan istilah ergonomi,
misalnya di negara-negara skandinavia menggunakan istilah Bioteknologi,

19

sedangkan dinegara-negara amerika utara menggunakan istilah Human Factors


Enginering. Meskipun terdapat perbedaan istilah namun mempunyai misi tujuan
yang sama, yaitu:3
a. Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang
menggunakan. Kondisi tenaga kerja ini bukan aspek fisiknya saja, tetapi
juga kemampuan intelektual dan berpikirnya.
b. Apabila peralatan kerja dan tenaga kerja sudah cocok, maka kelelahan
dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu kerja yang efisien
berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.
Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu, namun
kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik
meliputi tata kerja dan peralatannya. Ringkasnya, ergonomi merupakan studi
ilmiah tentang perkaitan antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Yang
dimaksud dengan lingkungan kerja merupakan lingkungan sekitar tempat bekerja,
peralatan, bahan, metode kerja, penataan pekerjaan baik sebagai individu maupun
dengan rekan kelompok kerjanya. Semuanya itu tentu harus diperkaitkan dengan
watak orangnya, kecakapannya, kapasitasnya, serta keterbatasannya.Apabila
dalam menyelesaikan pekerjaan orang tidak memerlukan peralatan bukan berarti
ergonomi tidak berlaku. Dalam hal ini ergonomi dapat berlaku , yakni bagaimana
mengatur cara kerja sehingga meskipun hanya dengan menggunakan anggota
tubuh saja pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan efisien.3
2.7.1. Penerapan Prinsip Ergonomi Dalam Pekerjaan
Beberapa prinsip ergonomi di bawah ini antara lain dapat digunakan
sebagai pegangan dalam program kesehatan kerja.3
a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat
penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah, kekuatan,
dan sebagainya).
b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran
terbesar sebagai dasar, serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran

20

tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih
kecil, misalnya: tempat duduk yang dapat dinaik-turunkan, dan dimajukan
atau diundurkan.
c. Ukuran-ukuran antopometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan
alat-alat kerja adalah sebagai berikut:
Berdiri

: tinggi badan
tinggi bahu
tinggi siku
tinggi pinggul
panjang lengan

Duduk

: tinggi duduk
panjang lengan atas
panjang legan bawah dan lengan
jarak lekuk lutut

d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 510cm di bawah tinggi siku
e. Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk,
sedang dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak lemas.
f. Tempat duduk yang baik adalah:
1) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai
dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
2) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
3) Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan dapat menekan pada
punggung.
g. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah,
sedangkan untuk pekerjaan duduk arah penglihatan antara 32-44 derajat ke
bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.
h. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan
lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan pada daerah tersebut,
lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

21

i. Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan


gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan
paksa sangat melelahkan.
j. Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg.
k. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu
efisiensi dan efektivitas kerja menurun.

22

Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan,
yang berpengaruh pada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu
tentang gerakandan sikap badan disebut biomekanika.3BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1.

Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan kerangkan fikir mengenai hubungan antara
variable-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep
dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah
diuraikan pada studi kepustakaan.9
Menurut Sapto Haryoko dalam iskandar (2008) menjelaskan secara teoritis
model konseptual variable-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan
yang ingin diteliti, yaitu variable bebas dengan varibel terikat.9
Upaya pencegahan

Perilaku tenaga kerja


- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan

Penyakit akibat kerja


Tenaga Kerja Bongkar
Muat (TKBM)

3.2

Defenisi operasional
Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam
istilah yang operasional. Maksudnya adalah agar tidak ada makna ganda dari
istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut, karena pelbagai jenis
pengertian dalam ilmu kedokteran sangat bervariasi.9

Variable

Defenisi

operasional
Pengetahuan Pengetahuan
adalah segala
sesuatu yang

Alat ukur

Cara ukur

Hasil ukur

Kuesioner

Wawancara

Baik
Sedang
kurang

Skala ukur
Ordinal

diketahui oleh

23

tenaga

kerja

bongkar muat
(TKBM)
terhadapat
kesehatan
Sikap

kerja
Sikap adalah Kuesioner
cara

yang

dilakukan
tenaga

Wawancara

Baik
Sedang
kurang

Ordinal

Wawancara

Baik
Sedang
kurang

Ordinal

kerja

bongkar muat
(TKBM)
terhadap
kesehatan
Tindakan

kerja
Tindakan

Kuesioner

adalah
perbuatan dan
pencegahan
yang
dilakukan
tenaga

kerja

bongkar muat
(TKBM)
terhadap
kesehatan
kerja

24

BAB IV
METODE PENELITIAN
Gambaran perilaku tenaga kerja bongkar muat (TKBM) tentang kesehatan
kerja di Pelabuhan Belawan Medan dilakukan melalui proses penelitian. Berikut
ini diuraikan bagaimana penelitian tersebut berlangsung di wilayah kerja Kantor
Kesehatan pelabuhan belawan berlangsung.
4.1.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif (distribusi dan
frekuensi) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tenaga kerja
bongkar muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan, Jl.
Veteran No.219, Belawan, Medan tanggal 1 juni 2015.
4.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja bongkar muat Pelabuhan
Belawan Medan, Jl. Veteran No.219.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 1 juni 2015.
4.3.

Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhTenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
adalah sebanyak 75 orang.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah metode Simple Random
Sampling.Pengambilan data berdasar dari kuesioner. Yang ditentukan
dengan rumus Yamane 9 :

N
n=-----------------1+N(d)2

25

Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Besar Populasi
d : Presisi yang ditetapkan (0,1)
Jadi,

75
42,85 =-----------------1+ 75(0,1)2

Jadi, besar sampel = 42,85 orang digenapkan menjadi 43 orang sebagai


sampel penelitian.
4.4.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1. Kriteria Inklusi
a. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang sedang berada dilingkungan
pelabuhan belawan, Medan pada saat penelitian.
b. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian.
c. Mengisi informed consent dengan benar.
d. Mengisi kuisioner dengan lengkap.
4.4.2. Kriteria Eksklusi
a. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) pelabuhan belawan, Medan yang
tidak hadir saat pengambilan data.
b. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) pelabuhan belawan, Medan yang
tidak bersedia mengikuti penelitian.

4.5.

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan berasal dari data primer.Data primer adalah data

yang diperoleh langsung dari respondendan wawancara dengan mengisi kuesioner


yang telah dirancang penelitian.
4.6.

Metode Analisis Data


26

1. Penyunting Data (Editing)


Hasil kuesioner yang diperoleh atau yang telah dikumpulkan perlu
disunting (edit) terlebih dahulu.
2. Membuat lembaran kode (coding shett)
Lembaran kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.
3. Memasukkan Data (Data Entry)
4. Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan
jawaban masing-masing pertanyaan.
5. Tabulasi
Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti.
4.7.

Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran / penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan
Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) terhadap kesehatan kerja di
Pelabuhan Belawan Medan tahun 2015 berdasarkan teori Hadi Pratomo
dan Sudarti :
a. Pengetahuan

Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar


>75% dari maksimal skor (8-10).

Cukup, apabila responden dapat menjawab dengan benar


40%-75% dari maksimal skor (5-7)

Kurang apabila responden dapat menjawab dengan benar


<40% dari maksimal skor (0-4).

b. Sikap

Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar


>75% dari maksimal skor (8-10).
27

Cukup, apabila responden dapat menjawab dengan benar


40%-75% dari maksimal skor (5-7)

Kurang apabila responden dapat menjawab dengan benar


<40% dari maksimal skor (0-4).

c. Tindakan

Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar


>75% dari maksimal skor (8-10).

Cukup, apabila responden dapat menjawab dengan benar


40%-75% dari maksimal skor (5-7)

Kurang apabila responden dapat menjawab dengan benar


<40% dari maksimal skor (0-4).

28

4.8.

Skoring Kuisioner
Skor pertanyaan pada kuisioner gambaran prilaku Tenaga Kerja Bongkar
Muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan.
Pertanyaan
I.

1
2
3
4
5
III.

1
2
3
4
5

C
A
C
C
A

A
C
B
B
C

B
B
A
A
B

A
A
A
A
A
TINDAKAN
A
A
B
A
A

B
B
B
B
B

C
C
C
C
C

B
B
C
B
B

C
C
A
C
C

PENGETAHUAN

1
2
3
4
5
II.

Skor

SIKAP

29

Anda mungkin juga menyukai