PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktivitas pekerjaan.
Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan
mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidak dikurangi
dampaknya.1
Data International Labour Organization (ILO) tahun 2007-2010 didapatkan
160 juta orang yang menderita penyakit akibat kerja setiap tahunnya. Jumlah pria
yang meninggal dua kali lebih banyak daripada wanita.1
Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara. Data di Indonesia
jumlah pekerja berdasarkan Biro Pusat Statistik tahun 2000 adalah 95 juta orang,
50% bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, 70-80% angkatan kerja
bergerak di sektor informal. Pekerja di sektor itu umumnya bekerja dalam
lingkungan
kerja
yang
kurang
baik,
manajemen
kurang
terorganisasi,
perlindungan kerja tidak optimal, tingkat kesejahteraan yang kurang, dan populasi
pekerja terus meningkat. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004,
jumlah tenaga kerja di Indonesia kini lebih dari 142 juta jiwa.1
Sedangkan di Sumatera Utara jumlah pekerja terbanyak berdasarkan data
biro statistika Sumatera Utara tahun 2012 adalah sektor pertanian sebanyak
43,40% lalu diikuti 19,42% disektor perdagangan dan selebihnya disektor
informal. Dari data tersebut menjelaskan pendistribusian barang di Sumatera
sangatlah tinggi, salah satu yang memegang peranan penting terhadap
pendistribusian tersebut adalah pelabuhan, tentu saja hal ini menyebabkan kondisi
dipelabuhan sangatlah sibuk hingga memaksa pekerja kadang sering melalaikan
kesehatan kerja demi mencapai target.1
Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja, dimana
kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.2
Kesehatan kerja juga merupakan bagian dari cakupan kerja dari Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) sesuai PERMENKES 2348/MENKES/PER/XI/2011
pasal 33E menyatakan bahwa salah satu tugas KKP di bidang upaya Pengendalian
Resiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah adalah kesehatan kerja.2
Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja ini bersifat berat dan
mengakibatkan kecacatan. Akan tetapi ada dua faktor yang membuat penyakit
penyakit
ini
mudah
dicegah.Pertama,
bahan
penyebab
penyakit
dapat
Tujuan
Manfaat
1. Menambah pemahaman dan wawasan penulis mengenai hasil
penelitian hasil penelitian gambaran perilaku tenaga kerja bongkar
muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
2.2.
Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
Stimulus
(rangsangan)
Proses Stimulus
Reaksi Terbuka
(Tindakan)
Reaksi Tertutup
(Pengetahuan & Sikap)
2.3.
Pengertian Tindakan
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yakni :2
a) Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau seseorang
telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau
menggunakan panduan.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau
seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara
otomatis.
5
sehat,
tercermin
dari
cara
seseorang
dalam
mahasiswa,
dan
kegiatan
sosial,
keagamaan,
atau
pelayanan
untuk
pencegahannya,
bahkan
berupaya
juga
dalam
dan sikap tenaga kerja, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk
menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar tenaga kerja serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.3
Pemeliharaan (maintenance) adalah usaha mempertahankan dana atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dansikap tenaga kerja, agar mereka tetap
loyal
dan
bekerja
produktif
untuk
menunjang
tercapainya
tujuan
perusahaan.2,8
Pemeliharaan (maintenance) tenaga kerja harus mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh dari manajer. Jika pemeliharaan tenaga kerja
kurangdiperhatikan, semangat kerja, sikap, loyalitas tenaga kerja akan
menurun. Absensinya dan turn-over meningkat, disiplin akan menurun,
sehingga pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan pengintegrasian tenaga
kerja yang telah dilakukan dengan baik dan biaya yang besar kurang berarti
untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Supaya tenaga kerja
semangat bekerja, berdisiplin tinggi, danbersikap loyal dalam menunjang
tujuan perusahaan maka fungsi pemeliharaan mutlak mendapat perhatian
manajer. Tidak mungkin tenaga kerja bersemangat bekerja dan konsentrasi
penuh terhadap pekerjaanya jika kesejahteraan mereka tidak diperhatikan
dengan baik.3
2.4.4.
10
dan
pemeriksaan khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan
11
pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
PAK merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. WHO
membedakan empat kategori PAK, yaitu :7
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumokoniosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
bronkogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktorfaktor penyebab lainnya, misalnya bronkitis kronis.
12
13
2.
15
digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.
Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses, dan
pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang
berbahaya.2
APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha oleh
karyawan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah disepakati oleh
pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.2
Adapun bentuk APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah
pelindung kepala (helm), pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan
pelindung kaki, pelindung telinga, tali keselamatan, dan jas laboratorium (bagi
pekerja di industri yang banyak bekerja di laboratorium).2
2.6.1. Pelindung kepala
16
17
18
Pengertian Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani ergon (kerja) dan nomos
19
20
tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih
kecil, misalnya: tempat duduk yang dapat dinaik-turunkan, dan dimajukan
atau diundurkan.
c. Ukuran-ukuran antopometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan
alat-alat kerja adalah sebagai berikut:
Berdiri
: tinggi badan
tinggi bahu
tinggi siku
tinggi pinggul
panjang lengan
Duduk
: tinggi duduk
panjang lengan atas
panjang legan bawah dan lengan
jarak lekuk lutut
d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 510cm di bawah tinggi siku
e. Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk,
sedang dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak lemas.
f. Tempat duduk yang baik adalah:
1) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai
dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
2) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
3) Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan dapat menekan pada
punggung.
g. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah,
sedangkan untuk pekerjaan duduk arah penglihatan antara 32-44 derajat ke
bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.
h. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan
lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan pada daerah tersebut,
lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.
21
22
Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan,
yang berpengaruh pada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu
tentang gerakandan sikap badan disebut biomekanika.3BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1.
Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan kerangkan fikir mengenai hubungan antara
variable-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep
dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah
diuraikan pada studi kepustakaan.9
Menurut Sapto Haryoko dalam iskandar (2008) menjelaskan secara teoritis
model konseptual variable-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan
yang ingin diteliti, yaitu variable bebas dengan varibel terikat.9
Upaya pencegahan
3.2
Defenisi operasional
Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam
istilah yang operasional. Maksudnya adalah agar tidak ada makna ganda dari
istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut, karena pelbagai jenis
pengertian dalam ilmu kedokteran sangat bervariasi.9
Variable
Defenisi
operasional
Pengetahuan Pengetahuan
adalah segala
sesuatu yang
Alat ukur
Cara ukur
Hasil ukur
Kuesioner
Wawancara
Baik
Sedang
kurang
Skala ukur
Ordinal
diketahui oleh
23
tenaga
kerja
bongkar muat
(TKBM)
terhadapat
kesehatan
Sikap
kerja
Sikap adalah Kuesioner
cara
yang
dilakukan
tenaga
Wawancara
Baik
Sedang
kurang
Ordinal
Wawancara
Baik
Sedang
kurang
Ordinal
kerja
bongkar muat
(TKBM)
terhadap
kesehatan
Tindakan
kerja
Tindakan
Kuesioner
adalah
perbuatan dan
pencegahan
yang
dilakukan
tenaga
kerja
bongkar muat
(TKBM)
terhadap
kesehatan
kerja
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
Gambaran perilaku tenaga kerja bongkar muat (TKBM) tentang kesehatan
kerja di Pelabuhan Belawan Medan dilakukan melalui proses penelitian. Berikut
ini diuraikan bagaimana penelitian tersebut berlangsung di wilayah kerja Kantor
Kesehatan pelabuhan belawan berlangsung.
4.1.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif (distribusi dan
frekuensi) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tenaga kerja
bongkar muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan, Jl.
Veteran No.219, Belawan, Medan tanggal 1 juni 2015.
4.2.
N
n=-----------------1+N(d)2
25
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Besar Populasi
d : Presisi yang ditetapkan (0,1)
Jadi,
75
42,85 =-----------------1+ 75(0,1)2
4.5.
Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran / penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan
Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) terhadap kesehatan kerja di
Pelabuhan Belawan Medan tahun 2015 berdasarkan teori Hadi Pratomo
dan Sudarti :
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tindakan
28
4.8.
Skoring Kuisioner
Skor pertanyaan pada kuisioner gambaran prilaku Tenaga Kerja Bongkar
Muat (TKBM) tentang kesehatan kerja di Pelabuhan Belawan Medan.
Pertanyaan
I.
1
2
3
4
5
III.
1
2
3
4
5
C
A
C
C
A
A
C
B
B
C
B
B
A
A
B
A
A
A
A
A
TINDAKAN
A
A
B
A
A
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
B
B
C
B
B
C
C
A
C
C
PENGETAHUAN
1
2
3
4
5
II.
Skor
SIKAP
29