Anda di halaman 1dari 33

STROKE

PENDAHULUAN
Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke merupakan setiap kelainan otak
akibat proses patologik pada sistem pembuluh darah otak, sehingga terjadi penurunan
aliran darah ke otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah
oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas
darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat
bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder akibat
proses lain, seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes melitus.
Karena itu penyebab stroke sangat kompleks. Proses primer yang terjadi mungkin
tidak menimbulkan gejala (silent) dan akan muncul secara klinis jika aliran darah ke
otak (CBF=cerebral blood flow) turun sampai ke tingkat melampaui batas toleransi
jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak (threshold of brain
functional activity). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai cerebro-vascular accident.
Dua pertiga depan dari kedua belahan otak dan struktur subkortikal mendapat
darah dari sepasang arteri karotis interna, sedangkan 1/3 bagian belakang yang
meliputi serebelum, korteks oksipital bagian posterior dan batang otak, memperoleh
darah dari sepasang a. Vertebralis (a. Basilaris). Jumlah aliran darah otak (CBF)
biasanya dinyatakan dalam cc/menit/100 gram otak. Nilainya tergantung pada
tekanan perfusi otak (cerebral perfusion pressure = CPP) dan resistensi
serebrovaskuler (cerebrovascular resistance = CVR).
CBF = CPP = MABP- ICP
CVR
CVR

Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah sistemik (MABP = mean


arterial blood pressure) dikurangi dengan tekanan intrakranial (ICP = intracranial
pressure), sedangkan komponen CVR ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Tonus pembuluh darah otak
2. Struktur dinding pembuluh darah
3. Viskositas darah yang melewati pembuluh darah otak.
Dalam keadaan normal dan sehat, rata-rata aliran darah otak (hemispheric
CBF) adalah 50,9 cc/100 gram otak/menit.

Di negara-negara maju, stroke adalah juga penyebab kematian nomor tiga,


setelah penyakit jantung dan kanker. Walaupun dapat terjadi pada semua usia, stroke
pada umumnya menyerang orang dewasa dan insidens ini meningkat sesuai dengan
kelompok usia yang lebih tua.
Di samping itu, stroke juga sering meninggalkan cacat tubuh, sehingga
penderita tidak dapat atau kurang mampu lagi untuk bekerja seperti sebelum sakit dan
menjadi beban bagi keluarganya.
Stroke pada dasarnya adalah gangguan fungsi otak akibat kelainan pada
peredaran darah oleh berbagai sebab yang erat kaitannya dengan berbagai faktor yang
melatarbelakanginya. Gangguan fungsi otak tersebut bermanifestasi sebagai gejala
klinis yang dikeluhkan oleh penderita atau keluarganya.
Pada stroke, manifestasi klinis tersebut adalah akibat dari :
a. Iskemia
Dimana mekanisme primer adalah berupa berkurangnya aliran darah ke
bagian otak tertentu
b. Perdarahan
Dimana proses primer adalah berupa perdarahan yang terjadi karena robeknya
dinding pembuluh darah.
Iskemia dan perdarahan otak mempunyai latar belakang proses patologik yang
berbeda, dengan demikian, gejalanyapun tidak sama dan ini mempunyai pengaruh
terhadap cara pengobatan dan perawatannya.
Bila kita berhadapan dengan stroke, berarti juga bahwa kita sedang
menghadapi berbagai masalah yang kompleks; tidak ada penyebab tunggal yang
mengakibatkan stroke. Proses patologik yang terjadi berubah dengan perubahan
waktu, banyak faktor-faktor risiko yang sangat berpengaruh dan seterusnya.
Oleh karena itu, penanggulangan stroke tidak akan mempunyai arti bila
faktor-faktor yang kompleks tersebut tidak dianggap sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan. Dengan adanya alat-alat diagnostik yang canggih akhir-akhir ini,
maka diagnostik penyakit-penyakti serebro vaskuler pada umumnya dan stroke pada
khususnya menjadi lebih akurat, dengan sendirinya dituntut pula pengobatan yang
lebih rasional dan dapat meramalkan prognosa yang lebih tepat.
INSIDENS
Stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia diatas 45
tahun. Banyak penderitanya yang cacat, tidak mampu lagi mencari nafkah seperti
sediakala, menjadi tergantung kepada orang lain, dan tidak jarang menjadi beban bagi

keluarganya. Stroke dapat terjadi pada setiap usia, dari bayi baru lahir sampai usia
sangat lanjut. Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke
dikebanyakan negara adalah sebesar 200 per 100.000 populasi per tahun. Insidens
infark otak dan perdarahan intraserebral meningkat sesuai dengan pertambahan umur,
sedang perdarahan subarakhnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia muda.
KLASIFIKASI
Banyak ahli telah mengemukakan berbagai klasifikasi stroke, yang umumnya
dikelompokkan atas dasar manifestasi klinik, proses patologik yang terjadi di otak
dan tempat lesinya.
Klasifikasi modifikasi MARSHALL adalah sebagai berikut :
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Embolia serebri
2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
II. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Stroke In Evolution (SIE)
3. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
4. Completed Stroke (CS)
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler

PATOFISIOLOGI
Faktor- faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak:
Pembuluh darah atau arteri, dapat menyempit oleh proses aterosklerosis atau
tersumbat thrombus / embolus. Pembuluh darah dapat pula tertekan oleh
gerakan dan perkapuran di tulang (vertebrae) leher.
Kelainan jantung, dimana jika pompa jantung tidak teratur dan tidak efisien
(fibrilasi atau blok jantung) maka curahnya akan menurun dan mengakibatkan
aliran darah di otak berkurang. Jantung yang sakit dapat pula melepaskan

embolus yang kemudian dapat tersangkut di pembuluh darah otak dan


mengakibatkan iskemia.
Kelainan darah, dapat mempengaruhi aliran darah dan suplai oksigen. Darah
yang bertambah kental, peningkatan viskositas darah, peningkatan hematokrit
dapat melambatkan aliran darah. Pada anemia berat, suplai oksigen dapat pula
menurun.
Aliran darah otak bersifat dinamis, artinya dalam keadaan istirahat nilainya
stabil, tetapi saat melakukan kegiatan fisik maupun psikik, aliran darah regional
pada daerah yang bersangkutan akan meningkat sesuai dengan aktivitasnya.
Dari percobaan pada hewan maupun manusia,ternyata derajat ambang batas
aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak, yaitu:
Ambang fungsional, adalah batas aliran darah otak ( yaitu sekitar 50-60
cc/ 100 gram/menit ), yang bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf masih utuh.
Ambang aktivitas listrik otak (threshold of brain electrical activity), adalah
batas aliran darah otak(sekitar 15 cc/100 gram/menit) yang bila tidak
tercapai, akan menyebabkan aktivitas listrik neuronal terhenti, berarti
sebagian stuktur intrasel telah berada dalam proses desintegrasi.
Ambang kematian sel (threshold of neuronal death),yaitu batas aliran
darah otak yang bila tidak terpenuhi, akan menyebabkan kerusakan total
sel-sel otak (CBF kurang dari 15cc/100 gram/menit)
Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan atau sebab lain
akan menyebabkan iskemia di suatu daerah otak.
Tetapi pada awalnya, tubuh terlebih dahulu mengadakan kompensasi dengan
kolateralisasi dan vasodilatasi, sehingga terjadi:
Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam waktu singkat
dapat dikompensasi. Secara klinis, gejala yang timbul adalah Transient
ischemic Attack (TIA) yang timbul dapat berupa hemiparesis sepintas atau
amnesia umum sepintas, yaitu selama 24 jam.
Sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas sehingga penurunan CBF
regional lebih besar. Pada keadaan ini, mekanisme kompensasi masih
mampu memulihkan fungsi neurologik dalam waktu beberapa hari sampai
dengan 2 minggu. Secara klinis disebut Reversible Ischemic Neurologic
Defisit (RIND)

Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas


sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tak dapat mengatasinya.
Dalam keadaan ini timbul defisit neurologis yang berlanjut.
Pada iskemik otak yang luas, tampak daerah yang tidak homogen akibat
perbedaan tingkat iskemia, yang terdiri dari 3 lapisan (area) yang berbeda:
1. Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic-core)
Terlihat Sangat pucat karena CBF nya paling rendah. Tampak
degenerasi neuron, pelebaran pembuluh darah tanpa adanya aliran darah.
Kadar asam laktat di daerah ini tinggi dengan PO2 yang rendah. Daerah ini
akan mengalami nekrosis.
2. Lapisan penumbra (ischemic penumbra)
Daerah di sekitar ischemic core yang CBF nya juga rendah, tetapi
masih lebih tinggi daripada CBF di ischemic core. Walaupun sel neuron
tidak mati, tetapi fungsi sel terhenti dan terjadi functional paralysis. Kadar
asam laktat tinggi, PO2 rendah dan PCO2 tinggi. Daerah ini masih
mungkin diselamatkan dengan resusitasi dan manajemen yang tepat,
sehingga aliran darah kembali ke daerah iskemia tidak terlambat, sehingga
neuron penumbra tidak mengalami nekrosis. Komponen waktu yang tepat
untuk reperfusi, disebut therapeutic window yaitu jendela waktu
reversibilitas sel-sel neuron penumbra sehingga neuron dapat
diselamatkan.
3. Lapisan perfusi berlebihan (luxury perfusion)
Daerah di sekeliling penumbra yang tampak berwarna kemerahan dan
edema. Pembuluh darah berdilatasi maksimal, PCO2 dan PO2 tinggi dan
kolateral maksimal, sehingga CBF sangat meninggi.
PERDARAHAN INTRASEREBRAL
Perdarahan ini berasal dari pecahnya arteria penetrans yang merupakan
cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkhim
otak yang dibagian distalnya berupa anyaman kapiler. Atherosklerose yang terjadi
dengan meningkatnya umur dan adanya hipertensi khronik, maka sepanjang arteria
penetrans ini, terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter kira-kira 1 mm, disebut
aneurisma Charcot Bouchard.
Pada suatu saat, aneurisma ini dapat dipecah oleh tekanan darah yang
meningkat, maka terjadilah perdarahan dalam parenkim otak. Darah ini mendorong

struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau
keruangan subarakhnoid.

PERDARAHAN SUBARAKHNOIDAL
Perdarahan dalam ruangan subarakhnoid ini umumnya disebabkan oleh
aneurisma yang pecah, kadang-kadang juga karena pecahnya malformasi
arteriovenosa dan angioma atau oleh diskrasia darah.
Aneurisma biasanya berlokasi di cirkulus Willisi dan percabangannya. Bila
aneurisma pecah, darah segera mengisi ruangan subarakhnoid atau merembes
kedalam parenkim otak yang letaknya berdekatan. Kadang-kadang perdarahan
subarakhnoidal ini diikuti vasospasme yang terjadi antara hari ke-2 dan ke-12 dengan
akibat terjadinya infark otak. Perdarahan ulang kadang-kadang terjadi dalam
beberapa minggu setelah kejadian pertama.
FAKTOR RESIKO STROKE
Faktor-faktor risiko stroke adalah penyakit-penyakit atau faktor-faktor lain
yang berhubungan erat dengan terjadinya stroke. Faktor resiko meningkat seiring
dengan berat dan banyaknya faktor resiko.
1. Tidak dapat dimodifikasi
Usia
Jenis kelamin
Herediter
Ras
2. Dapat dimodifikasi
A. Mayor
Hipertensi
Penyakit jantung
Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis
Diabetes melitus
Polisitemia
Riwayat stroke
Merokok
B. Minor
Hiperkolesterol

Hematokrit tinggi
Obesitas
Kadar asam urat tinggi
Kadar fibrinogen tinggi
GEJALA-GEJALA STROKE
Setiap stroke menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu terjadinya defisit
neurologik kontralateral terhadap pembuluh yang tersumbat dan mendadak akibat
gangguan peredaran darah otak dan pola gejalanya berhubungan dengan waktu.
Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak. Sedang pada
stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Gejala yang disebabkan oleh infark atau perdarahan, masing-masing
menunjukkan perbedaan yang nyata
1. Infark otak
Onset biasanya mendadak, kadang-kadang bertahap atau didahului TIA.
Penderita sering mengeluh sakit kepala disertai muntah. Umumnya defisit
neurologik dirasakan pada waktu bangun tidur atau sedang istirahat. Infark otak
paling sering terjadi pada usia tua dengan hipertensi atau usia yang lebih muda
dengan kelainan jantung sebagai sumber emboli. Pada permulaan sakit, kesadaran
umumnya tidak terganggu. Faktor risiko sangat berperan pada infark otak, dan
akan menimbulkan ciri-ciri klinis yang sesuai. Infark otak biasanya tidak
menunjukkan kelainan pada likuor serebrospinalis.
2. Perdarahan otak
Onset sangat mendadak diikuti rasa sakit kepala hebat, muntah-muntah dan
kadang-kadang disertai kejang. Sering terjadi pada penderita yang sedang aktif
atau emosional. Perdarahan otak umumnya terjadi pada usia tua atau setengah tua
dengan atau tanpa hipertensi, tergantung dari faktor penyebabnya. Liquor yang
berdarah berasal dari perdarahan ekstraserebral primer atau perdarahan
intraserebral yang merembas ke dalam ventrikel atau ruangan subarakhnoid, ini
akan menimbulkan gejala kaku kuduk.

Gejala Infark otak akibat oklusi oleh Thrombus atau emboli


1. Thrombus
Thrombus terbentuk pada arteri otak yang sklerotik, oleh karena itu sering
terdapat pada usia lanjut dengan hipertensi atau faktor risiko lain

2. Emboli
Kelainan jantung seperti infark miokard akut, endokarditis bakterialis sub
akut, fibrilasi atrium, kelainan katup dan lain-lain kadang merupakan sumber
emboli otak di samping sumber emboli lain seperti fraktur tulang panjang, abses
paru-paru dan sebagainya.
Manifestasi klinik gejala-gejala ini dapat berupa :
1. Transient Ischemic Attack dimana gejala fungsi otak akan pulih dalam 24 jam
2. Stroke In Evolution dimana gejala neurologik menjadi makin berat
3. Reversibel Neurological Deficit dimana gejala neurologik menghilang dalam
waktu 3 minggu, tetapi lebih daripada 24 jam
4. Completed Stroke dimana gejala neurologik menetap

DIAGNOSTIK STROKE
Menegakkan diagnosa stroke terutama tergantung dari :
1. Anamnesa yang teliti dan tepat
Pada anamnesa akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan
ini timbul sangat mendadak.
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologik yang baik
3. Melokalisasi tempat lesi dan
4. Mencari penyebab serta faktor risiko
Pemeriksaan Penunjang
A. Lumbal Pungsi
B. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah lengkap
- Gula darah
- Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim
SGOT/SGPT/CPK dan profil lipid ( trigliserid, LDL-HDL serta total
lipid )
Pemeriksaan hemostasis
- Waktu protrombin
- APTT

- Kadar fibrinogen
- D-dimer
- Viskositas plasma
B. Foto Thoraks
Dapat memperlihatkan keadaan jantung serta mengidentifikasi kelainan paru
yang potensial mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk prognosis.
C. CT-Scan Otak
Untuk mencari gambaran perdarahan, karena perbedaan manajemen
perdarahan dan infark otak.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum
Pasien stroke umumnya dan khususnya yang mengalami penurunan kesadaran
harus dirawat dengan baik.
1. Airways dan Breathing
Pembebasan jalan napas dan observasi terus menerus irama dan frekuensi napas.
Posisi kepala dan badan atas 20-30o dengan bahu pada sisi yang lemah diganjal
bantal.
2. Circulation
Stabilisasi sirkulasi untuk perfusi organ-organ tubuh yang adekuat.
Pemasangan IVFD dan cairan yang diberikan tidak boleh mengandung glukosa,
karena hiperglikemia menyebabkan perburukan fungsi neurologis. Diberikan
manitol 20%. dapat juga diberikan steroid.
3. Nutrisi
Dapat diberikan per os, per sonde atau parenteral, tergantung keperluan. Kalori
harus cukup.
Begitu pula elektrolit dan cairan diperhatikan.
4. Bila pasien kurang sadar dan mengalami retentio urinae, dapat dipasang dawer
catheter, defekasi diusahakan agar lancar dan teratur.
5. Hygiene dan lain-lain harus diperhatikan untuk menjaga kebersihan dan mencegah
komplikasi.
Khususnya dalam stadium akut perlu berhati-hati akan kemungkinan terjadinya
herniasi otak atau hidrosefalus akut.
Infeksi yang sering terjadi ialah di paru-paru, traktus urinarius atau dekubitus.
Penatalaksanaan medik

Merupakan intervensi medik dengan tujuan mencegah meluasnya proses


sekunder dengan menyelamatkan neuron-neuron di daerah penumbra serta
merestorasikan fungsi neurologik yang hilang.
Trombolisis
r-TPA (recombinant-tissue plasminogen activatora) yang diberikan dengan
syarat-syarat tertentu dalam waktu kurang dari 3 jam setelah onset stroke
Antikoagulan
Heparin dan heparinoid (fraxiparine) untuk memperkecil thrombus dan
mencegah pembentukan thrombus baru.
Saat ini, penggunaan antikoagulan pada stroke hanya untuk mengobati
thrombus vena dalam yang merupakan penyulit stroke akut. Dan belum
direkomendasikan sebagai penanganan rutin stroke akut
Neuroprotektan
Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematian sel-sel terutama
di daerah penumbra. Berperan dalam menginhibisi dan mengubah
reversibilitas neuronal yang terganggu akibat ischemic cascade.
PREVENSI
Prinsipnya ialah hindari, perbaiki atau obati faktor resiko agar tidak terjadi
infark ulang
REHABILITASI
Pasien stroke perlu direhabilitasi, meliputi fungsi, mental, sosial dan lain-lain
agar ia dapat beradaptasi lagi dengan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah, Amirudin, F. Kuswara, R. Arifin Limoa Waysang Gambaran Umum
Tentang Peredaran Darah Otak. Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada Press
Yogyakarta 1996
2. PERDOSSI, Kelompok Studi Serebrovaskuler dan PERDOSSI, Guideline Stroke,
Seri ketiga, Jakarta 2004
3. Misbach.J, Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 1999

10

4. Aminoff M, Greenber D, Simon R, Clinical Neurology Lange, 6


Medical Books, New York, 2005

th

ed. Lange

STATUS NEUROLOGI
Nama
Jenis kelamin
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Alamat
Masuk tanggal
Keluar tanggal
Dokter
Ko-Assisten

: Tn. M
: Laki-laki
: 64 tahun
: Pensiunan
: S1
: Islam
: Tanjung Sanyang RT 03/08 Kec. KR. Jati
: 05 Desember 2012. Pkl: 17.00 WIB
:
: dr. Tumpal Siagian, SpS
: Ravensca Tamaela

ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal
: 06 Desember 2012
Keluhan Utama
: Lemah separuh badan sebelah kanan
Keluhan Tambahan
: Cegukan
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang dengan keluhan lemah separuh badan sebelah kanan
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ini dirasakan tiba-tiba saat pasien
sedang duduk. Pasien untuk duduk pun terasa sulit dan harus dibantu. Pasien
belum mengonsumsi obat untuk keluhannya. Pasien mendapat obat
glibenklamid untuk riwayat sakit gula. Pasien juga mengeluh sering cegukan
sejak 2 hari yang lalu. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien sering
mengeluh kesemutan yang dirasakan pada kaki dan tangan sebelah kanan.
Pasien tidak mengeluh adanya demam-), mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit
kepala(-).
Terapi yang sudah didapat
: glibenklamid
Penyakit dahulu
:
o Riwayat sakit gula 1 tahun lalu terkontrol dengan obat glibenklamid

11

o Riwayat darah tinggi disangkal


o Riwayat asam urat disangkal
o Riwayat sakit jantung disangkal
o Riwayat alergi disangkal
Kebiasaan
: Kualitas cukup, kuantitas cukup. Merokok (+)
Kedudukan dalam keluarga : Kepala Keluarga
Lingkungan tempat tinggal : Baik, perumahan

PEMERIKSAAN UMUM
STATUS GENERALIS :
Keadaan umum
: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4V5M6
Nadi
: 90 x/menit
Tekanan Darah
: Lengan kanan
: 160/90 mmHg
Lengan kiri
: 160/90 mmHg
RR
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,5C
Umur klinis
: 60 an
Bentuk Badan
: Astenikus
Gizi
: Cukup
Stigmata
: Tidak ada
Kulit
: Sawo matang
Kuku
: Sianosis tidak ada
KGB
: Tidak teraba membesar dan tidak nyeri
Pembuluh darah
: Arteri Carotis:
Palpasi
: kanan sama dengan kiri
Auskultasi
: tidak ada bising
Suhu
: 36,3 C
Respirasi
: 20 x/menit
Turgor
: Baik
Lain-lain
: (-)
PEMERIKSAAN REGIONAL
Kepala
: normochepali, tidak ada kelainan
Kalvarium
: Tidak ada kelainan
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik
Hidung
: Bentuk biasa, lubang hidung lapang, sekret (-/-)

12

Mulut

: Faring tidak hiperemis, palatum molle intake, tonsil tidak


Membesar. Lidah lembab tidak sianosis.
Telinga
: Bentuk biasa, membran timpani intak, serumen (-/-)
Leher
: Trakea ditengah, tiroid tidak membesar, JVP 5-3cmH20
Toraks
: Inspeksi :
Bentuk thorax normal
Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
Palpasi :
Vokal fremitus kanan = kiri
Ictus cordis teraba di ICS V Garis axillaris
anterior kiri
Perkusi:
Sonor kanan = kiri
Batas jantung kiri: ICS V Garis axillaris anterior
kiri
Batas jantung kanan: ICS V Garis sternal kanan
Auskultasi: BND vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/Jantung
: BJ I dan II irreguler, Gallop (-), Murmur (-)
Paru-paru
: BND Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/Abdomen
: Inspeksi :
Perut tampak datar
Auskultasi : BU (+) 3x/ menit
Perkusi :
Timpani, nyeri ketok (-)
Palpasi :
Supel, nyeri tekan (-)
Hepar
: Tidak teraba membesar
Lien
: Tidak teraba membear
Vesika urinaria
: Bulging (-)
Extremitas
: Akral hangat, capp. Ref < 2 detik, Oedem (-)
Sendi
: Tidak ada kelainan
Gerakan Leher
: Baik
Gerakan Tubuh
: Baik
Nyeri ketok
: Tidak dilakukan
Nyeri sumbu
: Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

1. Rangsang Meningen

Kaku kuduk
Brudzinski I
Brudzinski II
Kerniq

::: -/: -/-

13

Laseque

: >70/ >70

2. Saraf Kranial

N.I (Olfaktorius)
Kanan
lapang
normosmia

Kiri
lapang
normosmia

Kanan
+

Kiri
+

Cavum nasi
Penciuman
N. II (Optikus)
Visus kasar
Baik
Baik
Lihat warna
Baik
Baik
Lapangan pandang
Baik
Baik
Funduscopy
Tidak dilakukan
N. III, IV, VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)
Sikap bola mata : Simetris
Ptosis
: Tidak ada
Strabismus
: Tidak ada
Eksoftalmus
: Tidak ada
Endoftalmus
: Tidak ada
Diplopia
: Tidak ada
Deviasi Konjugae : Tidak ada
Pergerakan Bola mata
Lateral kanan
: Baik
Lateral Kiri
: Baik
Atas
: Baik
Bawah
: Baik
Berputar
: Baik
Pupil
Bentuk
: Bulat
Ukuran
: 3 mm / 3 mm
Isokor/anisokort
: Isokor
Letak
: Tengah
Tepi
: Rata
Reflek cahaya
Langsung

14

Konsensual
Reflek akomodasi
N. V (Trigeminus)
Motorik
- Membuka Tutup Mulut
- Gerakan Rahang
- Menggigit
Sensorik
- Rasa nyeri
- Rasa Raba
- Rasa Suhu

:
:

+
+

:
:
:
:
:
:

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak dilakukan

Reflek:

+
+

Kurang
Kurang
Tidak dilakukan

- Reflek Kornea
: +
+
- Reflek Maseter
: (+)
N.VII (Fasialis)
Sikap wajah (saat istirahat)
: Simetris
Mimik
: Biasa
Angkat Alis
: Simetris, kanan = kiri
Kerut Dahi
: Simetris, kanan = kiri
Lagoftalmus
: Tidak ada
Kembung Pipi
: Simetris, kanan = kiri
Menyeringai
: Sulcus nasolabialis mendatar ke kiri
Fenomena Chvostek
: (+)
Rasa kecap (2/3 depan lidah)
: Baik
N.VIII (Vestibulokokhlearis)
Vestibularis
- Nistagmus
: (-)
- Vertigo
: Tidak ada
Kokhlearis
- Berbisik
: Kanan = kiri
- Gesekan jari
: Kanan = kiri
- Tes Rinne
: +/+
- Tes Weber
: Tidak ada lateralisasi
- Tes Schwabach
: baik, sama dengan pemeriksa
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Arkus Faring
: Simetris

15

Palatum Mole
Uvula
Disfoni
Disfagia
Disartria
Batuk
Menelan
Mengejan
Refleks Faring
Refleks Okulokardiak
Refleks Sinus Karotikus

N.XI (Asesorius)
Menoleh (kanan,kiri)
Angkat Bahu
N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah dalam mulut
Julur lidah
Gerakan lidah
Tremor
Fasikulasi
Tenaga otot lidah

: Intak
: Di tengah
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik
: Baik
: (+)
: +/+
: (+)

: Baik
: Baik
: Simetris
: Baik
: Baik
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik, kanan = kiri

3. Motorik

Derajat kekuatan otot (0-5)


Lengan
- Atas :
- Bawah :
- Lengan
:
- Jari
:
Tungkai
- Atas :
- Bawah :
- Kaki :
- Jari
:
Berdiri
Tidak dilakukan
Jongkok berdiri

16

Kanan

Kiri

4
4

5
5
4

3
3
3
3

5
5
5
5

Jalan

- Langkah
: Tidak dilakukan
- Lenggang lengan
: Tidak dilakukan
- Di atas tumit
: Tidak dilakukan
- Jinjit
: Tidak dilakukan
Tonus otot (hiper,normo,hipo,atoni)
Lengan
kanan
- Fleksor
: Normotonus
- Ekstensor
: Normotonus
Tungkai
- Fleksor
: Normotonus
- Ekstensor
: Normotonus
Trofi Otot
Lengan
:
Eutrofi
Tungkai :
Eutrofi
Gerakan Spontan Abnormal : (-)
Kejang
: Tidak ada
Tetani
: Tidak ada
Tremor
: Tidak ada
Khorea
: Tidak ada
Atetosis : Tidak ada
Balismus : Tidak ada
Diskinesia : Tidak ada
Mioklonik : Tidak ada

4. Koordinasi

Statis
Dinamis
-

Duduk
Berdiri
Tes Romberg

: Sulit
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan

Telunjuk Hidung
Jari-jari
Tremor Intensi
Dismetri
Bicara (disartri)
Menulis

: Kanan baik, kiri baik


: Kanan baik, kiri baik
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Baik

17

kiri
Nomotonus
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Eutrofi
Eutrofi

5. Refleks

Refleks Tendo
- Biseps
: ++ / ++
- Triseps
: ++ / ++
- Knee Pes Reflex : ++ / ++
- Achilles Pes Reflex : ++ / ++
Refleks Kulit
- Telapak kaki
: -/- Kulit perut
: ++
- Kremaster
: Tidak dilakukan
- Anus Interna
: Tidak dilakukan
- Anus Externa
: Tidak dilakukan
Refleks Abnormal
- Babinski
: -/- Chaddock
: -/- Oppenheim
: -/- Gordon
: -/- Schaeffer
: -/- Hoffman Trommer : -/- Roslimo
: -/- Mendel
: -/- Klonus lutut
: -/- Klonus Kaki
: -/-

6. Sensibilitas

Eksteroseptif
- Rasa raba
- Rasa nyeri
- Rasa suhu
Propioseptif
- Rasa sikap
- Rasa getar

: Kanan = kiri
: Kanan = kiri
: Kanan = kiri
: Baik, kanan = kiri
: Baik, kanan = kiri

7. Vegetatif

Miksi
Defekasi
Salivasi

: Baik
: Baik
: Baik

18

Sekresi keringat
Fungsi Seks

: Baik
: Baik

8. Fungsi Luhur

Memori
Bahasa
Afek dan emosi
Visuospatial
Kognitif

: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik

9. Tanda Regresi

Refleks menghisap
Refleks menggigit
Refleks memegang
Snout Reflex

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

10.Palpasi Saraf Tepi

N. Ulnaris
N.Aurikularis Magnus

: Tidak teraba meregang


: Tidak teraba meregang

11.Laboratorium tgl 05 Desember 2012


Hb
Leukosit
Trombosit
Ht
Ureum
Kreatinin
GDS
Na
K
Cl

: 16,9
: 18.400
: 327.000
: 34,0
: 67
: 1,01
: 101
: 130
: 4,4
: 97

g/dl
/L
/L
%
mg/dl
mg/dl
g/dl
mmol/L
mmol/L
mmol/L

12.Resume
Pasien seorang laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan utama lemas
separuh badan sebelah kanan sejak 1 hari SMRS, cegukan. Riwayat gula tak
terkontrol.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Kesadaran
: Compos mentis

19

Tekanan darah

: Lengan kanan :
160/80 mmHg
Lengan kiri :
160/90 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Suhu
: 36,3 C
Frekuensi Napas : 20 x/mnt
Status Generalis : Dalam batas normal
Status Neurologis :
Rangsang meningen: (-)
Saraf kranial :
- N VII
: Sikap wajah simetris, mimik biasa, kerut dahi
baik, angkat alis baik, kembung pipi baik, menyeringai SNL
mendatar ke kiri
Motorik: 4 4 4 4
5555
3333
5555
Sensibilitas: Rasa raba dan nyeri, kanan = kiri
Koordinasi : duduk, berdiri, berjalan sulit dilakukan,
telunjuk hidung baik
Refleks fisiologis
o Bceps
: ++ / ++
o Triceps
: ++ / ++
o KPR
: ++ / ++
o APR
: ++ / ++
Refleks patologis
- Hoffman Tromner
:-/- Babinski
:-/- Chaddok
:-/- Oppenheim
:-/- Gordon
:-/- Schaeffer
:-/- Klonus lutut
:-/- Klonus kaki
:-/ Fungsi luhur
: Baik
Tanda Regresi
: Tidak ada
Vegetatif
: Baik

DIAGNOSA

20

- Klinis
- Topis
- Etiologis

: Hemiparese dextra + parese N.VII sentral dextra + Heiccup


: Korteks serebri lobus parietalis sinistra
: stroke non hemoragik

Diagnosis Banding
o Stroke hemoragik

Terapi
Pro rawat inap
Diet : DM 1800 cal, Rendah garam III, lunak
IVFD: 1 RL + 1 amp Neurobion 5000 mg/24 jam
MM/ : - omeprazole 2x40 mg
- domperidon 3x1 tab
- largactil 12,5 gr k/p
- ceftriaxone 2x1 gr
- manitol 4x150 cc
- dexametasone 3x1 amp
Pemeriksaan Anjuran
CT-Brain
MRI

Prognosis
- Ad vitam
- Ad sanasionum
- Ad fungsionum

: Dubia at malam
: Dubia at malam
: Dubia at malam

21

FOLLOW UP
06 Desember 2012
S : masih lemah badan sebelah kanan
O:
KU : Tampak sakit sedang
Kes : Composmentis
GCS : E4V5M6
TD : 140/90 mmHg
N : 88 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 36,8 C
I.
RANGSANGAN MENINGEN :
Kaku kuduk : Brudzinsky I : Brudzinsky II : -/Kernig
: -/Laseque
: > 70/ > 70
II.
N. CRANIALIS :
N.I
cavum nasi : lapang/lapang
Tes penghidu : normosmia/normosmia
N.II
Visus kasar : baik/baik
Lap. Pandang : luas/luas
Tes warna
: baik / baik
Funduskopi : tidak dilakukan
N.III,IV,VI
Sikap bola mata
: simetris
Gerakan bola mata : ke segala arah
Ptosis
: -/-

22

N. V

N. VII

N. VIII

N. IX, X

Strabismus
Dipolopia
Deviasi konjugae
Enoftalmus
Eksoftalmus
Pupil
RCL
RCTL
Buka tutup mulut
Gerakan rahang
Menggigit
Rasa raba
Rasa nyeri
Rasa suhu
Refleks kornea
Refleks maseter
Sikap wajah
Mimik
Kerut dahi
Angkat alis
Kembung pipi
Menyeringai
Rasa kecap 2/3 lidah
Chovstek
Nistagmus
Vertigo
Tes berbisik
Tes gesekan jari
Tes Rinne
Tes weber
Tes schwabach
Arkus faring
Uvula
Palatum molle
Disfoni
Disfagi
Disartria

23

: -/: -/: -/: -/: -/: bulat, isokor, 3mm/3mm


: +/+
: +/+
: baik
: baik
: baik
: baik, kanan = kiri
: baik, kanan = kiri
: baik, kanan = kiri
: +/+
:+
: simetris
: biasa
: baik
: baik
: baik
: SNL mendatar ke kiri
: baik
:+
::: baik
: baik
: +/+
: tidak ada lateralisasi
: sama dengan pemeriksa
: simetris
: ditengah
: intak
:::-

N. XI
N. XII

III.

Refleks faring
:+
Refleks okulokardiak : +/+
R. sinus karotikus
:+
Angkat bahu
: baik
Menoleh
: baik
Sikap lidah
: simetris
Julur lidah
: baik
Tremor
:Fasikulasi
:-

MOTORIK
Derajat kekuatan otot

Tonus
Trofi
Gerakan spontan abnormal
IV.
SENSIBILITAS
Rasa raba
Rasa nyeri
Rasa suhu
Rasa sikap
Rasa getar
V.
KOORDINASI
Duduk
Berdiri
Berjalan
Telunjuk hidung
Tumit lutut
Disdiadokokinesis
VI.
R. FISIOLOGIS
Triseps
Biseps
APR
KPR
VII. R. PATOLOGIS
R. Babinsky
: -/R. Chaddock
: -/R. Oppenheim
: -/-

: 4444 5555
3333 5555
: normotonus
: eutrofi
:: kanan = kiri
: kanan = kiri
: kanan = kiri
: baik
: baik
: sulit dilakukan
: sulit dilakukan
: sulit dilakukan
: baik
: baik
:: +/+
: +/+
: +/+
: +/+

24

R. Gordon
: -/R. Schaefer
: -/R. Roslimo
: -/R. Mendel
: -/Klonus kaki
: -/Klonus lutut
: -/VIII. VEGETATIF
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
IX.
FUNGSI LUHUR
Bahasa
: baik
Kognitif
: baik
Memori
: baik
A:

P:

D. Klinis
: hemiparese dextra + parese N.VII sentral dextra + Hiccup
D. Etiologi
: stroke non hemoragik
D. Topis
: cortex serebri lobus parietalis sinistra
Diit : DM 1800 cal, rendah garam III lunak
IVFD :1RL + 1 ampul neurobion / 24 jam
MM : - omeprazole 2x40 mg
- domperidon 3x1 tab
- largactil 12,5 gr k/p
- ceftriaxone 2x1 gr
- manitol 4x150 cc
- dexametasone 3x1 amp

Visit : omeprazole stop


Largactil stop
Plasminex 3x1 amp
Vit K 1x1 amp
Pansoprazole 2x1
Diamox 3x1

10 Desember 2012
S : dapat duduk

25

O:

KU : Tampak sakit sedang


Kes : Composmentis
GCS : E4V5M6
TD : 130/90 mmHg
N : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 36,5 C
I.
RANGSANGAN MENINGEN :
Kaku kuduk : Brudzinsky I : Brudzinsky II : -/Kernig
: -/Laseque
: > 70/ > 70
II.
N. CRANIALIS :
N.I
cavum nasi : lapang/lapang
Tes penghidu : normosmia/normosmia
N.II
Visus kasar : baik/baik
Lap. Pandang : luas/luas
Tes warna
: baik / baik
Funduskopi : tidak dilakukan
N.III,IV,VI
Sikap bola mata
: simetris
Gerakan bola mata : ke segala arah
Ptosis
: -/Strabismus
: -/Dipolopia
: -/Deviasi konjugae
: -/Enoftalmus
: -/Eksoftalmus
: -/Pupil
: bulat, isokor, 3mm/3mm
RCL
: +/+
RCTL
: +/+
N. V
Buka tutup mulut
: baik
Gerakan rahang
: baik
Menggigit
: baik
Rasa raba
: baik, kanan = kiri
Rasa nyeri
: baik, kanan = kiri
Rasa suhu
: baik, kanan = kiri

26

N. VII

N. VIII

N. IX, X

N. XI
N. XII

III.

Refleks kornea
: +/+
Refleks maseter
:+
Sikap wajah
: simetris
Mimik
: biasa
Kerut dahi
: baik
Angkat alis
: baik
Kembung pipi
: baik
Menyeringai
: SNL mendatar ke kiri
Rasa kecap 2/3 lidah : baik
Chovstek
:+
Nistagmus
:Vertigo
:Tes berbisik
: baik
Tes gesekan jari
: baik
Tes Rinne
: +/+
Tes weber
: tidak ada lateralisasi
Tes schwabach
: sama dengan pemeriksa
Arkus faring
: simetris
Uvula
: ditengah
Palatum molle
: intak
Disfoni
:Disfagi
:Disartria
:Refleks faring
:+
Refleks okulokardiak : +/+
R. sinus karotikus
:+
Angkat bahu
: baik
Menoleh
: baik
Sikap lidah
: simetris
Julur lidah
: baik
Tremor
:Fasikulasi
:-

MOTORIK
Derajat kekuatan otot
Tonus
Trofi

: 4444 5555
4444 5555
: normotonus
: eutrofi

27

Gerakan spontan abnormal : IV.


SENSIBILITAS
Rasa raba
: kanan = kiri
Rasa nyeri
: kanan = kiri
Rasa suhu
: kanan = kiri
Rasa sikap
: baik
Rasa getar
: baik
V.
KOORDINASI
Duduk
: baik
Berdiri
: sulit dilakukan
Berjalan
: sulit dilakukan
Telunjuk hidung
: baik
Tumit lutut
: baik
Disdiadokokinesis
:VI.
R. FISIOLOGIS
Triseps
: +/+
Biseps
: +/+
APR
: +/+
KPR
: +/+
VII. R. PATOLOGIS
R. Babinsky
: -/R. Chaddock
: -/R. Oppenheim
: -/R. Gordon
: -/R. Schaefer
: -/R. Roslimo
: -/R. Mendel
: -/Klonus kaki
: -/Klonus lutut
: -/VIII. VEGETATIF
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
IX.
FUNGSI LUHUR
Bahasa
: baik
Kognitif
: baik
Memori
: baik
A:
D. Klinis
: hemiparese dextra + parese N.VII sentral dextra + Hiccup

28

P:

D. Etiologi
D. Topis
Diit
IVFD
MM

: stroke non hemoragik


: cortex serebri lobus parietalis sinistra
: DM 1800 cal, rendah garam III lunak
:1RL + 1 ampul neurobion / 24 jam
: - ceftriaxone 2x1
- Manitol 4x150
- Plasminex 3x1 amp
- Vit K 1x1 amp
- Pansoprazole 2x1
- Diamox 3x1

Visit : neurobio stop


Plasminex stop
Vit K stop
Donperidon k/p mual
Manitol tapp off/2hari
15 Desember 2012
S :O:
KU : Tampak sakit sedang
Kes : Composmentis
GCS : E4V5M6
TD : 120/80 mmHg
N : 72 kali/menit
RR : 18 kali/menit
S : 36,7 C
I.
RANGSANGAN MENINGEN :
Kaku kuduk : Brudzinsky I : Brudzinsky II : -/Kernig
: -/Laseque
: > 70/ > 70
II.
N. CRANIALIS :
N.I
cavum nasi : lapang/lapang
Tes penghidu : normosmia/normosmia
N.II
Visus kasar : baik/baik
Lap. Pandang : luas/luas
Tes warna
: baik / baik

29

N.III,IV,VI

N. V

N. VII

N. VIII

N. IX, X

Funduskopi : tidak dilakukan


Sikap bola mata
: simetris
Gerakan bola mata : ke segala arah
Ptosis
: -/Strabismus
: -/Dipolopia
: -/Deviasi konjugae
: -/Enoftalmus
: -/Eksoftalmus
: -/Pupil
: bulat, isokor, 3mm/3mm
RCL
: +/+
RCTL
: +/+
Buka tutup mulut
: baik
Gerakan rahang
: baik
Menggigit
: baik
Rasa raba
: baik, kanan = kiri
Rasa nyeri
: baik, kanan = kiri
Rasa suhu
: baik, kanan = kiri
Refleks kornea
: +/+
Refleks maseter
:+
Sikap wajah
: simetris
Mimik
: biasa
Kerut dahi
: baik
Angkat alis
: baik
Kembung pipi
: baik
Menyeringai
: SNL mendatar ke kiri
Rasa kecap 2/3 lidah : baik
Chovstek
:+
Nistagmus
:Vertigo
:Tes berbisik
: baik
Tes gesekan jari
: baik
Tes Rinne
: +/+
Tes weber
: tidak ada lateralisasi
Tes schwabach
: sama dengan pemeriksa
Arkus faring
: simetris
Uvula
: ditengah

30

N. XI
N. XII

III.

Palatum molle
: intak
Disfoni
:Disfagi
:Disartria
:Refleks faring
:+
Refleks okulokardiak : +/+
R. sinus karotikus
:+
Angkat bahu
: baik
Menoleh
: baik
Sikap lidah
: simetris
Julur lidah
: baik
Tremor
:Fasikulasi
:-

MOTORIK
Derajat kekuatan otot

Tonus
Trofi
Gerakan spontan abnormal
IV.
SENSIBILITAS
Rasa raba
Rasa nyeri
Rasa suhu
Rasa sikap
Rasa getar
V.
KOORDINASI
Duduk
Berdiri
Berjalan
Telunjuk hidung
Tumit lutut
Disdiadokokinesis
VI.
R. FISIOLOGIS
Triseps
Biseps
APR
KPR

: 4444 5555
4444 5555
: normotonus
: eutrofi
:: kanan = kiri
: kanan = kiri
: kanan = kiri
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
:: +/+
: +/+
: +/+
: +/+

31

VII.

R. PATOLOGIS
R. Babinsky
: -/R. Chaddock
: -/R. Oppenheim
: -/R. Gordon
: -/R. Schaefer
: -/R. Roslimo
: -/R. Mendel
: -/Klonus kaki
: -/Klonus lutut
: -/VIII. VEGETATIF
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
IX.
FUNGSI LUHUR
Bahasa
: baik
Kognitif
: baik
Memori
: baik
A:

D. Klinis
: hemiparese dextra + parese N.VII sentral dextra + Hiccup
D. Etiologi
: stroke non hemoragik
D. Topis
: cortex serebri lobus parietalis sinistra
P:
Diit : DM 1800 cal, rendah garam III, rendah lemak, lunak
IVFD :1RL + 1 amp neurobion / 24 jam
MM : ceftriaxone 2x1
Pansoprazole 2x1
Diamoz 3x1
Domperion 3x1 k/p mual
Visit : infus off
fisioterapi

ANALISA KASUS

32

Diagnosa stroke non hemoragik ditegakkan berdasarkan dari anamnesa : Pasien


mengeluh tiba-tiba sulit menggerakan bagian tubuh sebelah kanan saat sedang
duduk, tanpa disertai kejang dan tanpa disertai penurunan kesadaran
Faktor predisposisi : Diabetes Melitus

CT BRAIN DAN MRI

33

Anda mungkin juga menyukai

  • Malaria Diagnosis
    Malaria Diagnosis
    Dokumen40 halaman
    Malaria Diagnosis
    Datsir Al Azier
    Belum ada peringkat
  • Oral Leukoplakia
    Oral Leukoplakia
    Dokumen4 halaman
    Oral Leukoplakia
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Varian Fisher Sindrom Guillain Barre
    Varian Fisher Sindrom Guillain Barre
    Dokumen21 halaman
    Varian Fisher Sindrom Guillain Barre
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Efusi Pleura
    Efusi Pleura
    Dokumen16 halaman
    Efusi Pleura
    PratamaAnanda
    Belum ada peringkat
  • OMSK
    OMSK
    Dokumen33 halaman
    OMSK
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Tumor Testis
    Tumor Testis
    Dokumen13 halaman
    Tumor Testis
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Kasus Kalazion
    Kasus Kalazion
    Dokumen6 halaman
    Kasus Kalazion
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Tumor Otak
    Tumor Otak
    Dokumen45 halaman
    Tumor Otak
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Low Back Pain Referat
    Low Back Pain Referat
    Dokumen48 halaman
    Low Back Pain Referat
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Pertusis
    Pertusis
    Dokumen35 halaman
    Pertusis
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen6 halaman
    Laporan Kasus
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Cip Bogor
    Hipertensi Cip Bogor
    Dokumen24 halaman
    Hipertensi Cip Bogor
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • DM Gestasional
    DM Gestasional
    Dokumen30 halaman
    DM Gestasional
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Tumor Testis
    Tumor Testis
    Dokumen13 halaman
    Tumor Testis
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Case Report CHF
    Case Report CHF
    Dokumen32 halaman
    Case Report CHF
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen52 halaman
    Case Report
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Sho Case
    Sho Case
    Dokumen28 halaman
    Sho Case
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Case Report CHF
    Case Report CHF
    Dokumen32 halaman
    Case Report CHF
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis Virus
    Hepatitis Virus
    Dokumen71 halaman
    Hepatitis Virus
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Filariasis New
    Filariasis New
    Dokumen27 halaman
    Filariasis New
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat
  • Anemia Pada Leukemia
    Anemia Pada Leukemia
    Dokumen24 halaman
    Anemia Pada Leukemia
    Eka Ravensca Tamaela Waelauruw
    Belum ada peringkat