PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini kebutuhan akan energi bahan bakar semakin meningkat.
Permintaan minyak dunia diprediksi terus meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian. Hal
tersebut berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. Sebagaimana telah
dikemukakan oleh Gubernur OPEC Iran Mohammad Ali Khatibi, Iran
melihat peningkatan permintaan minyak di paruh kedua 2010 antara 1-1,4
juta barel per hari (bph). Dewan Energi Internasional (IEA) juga telah
merevisi prediksi kenaikan permintaan minyak dunia, sehingga pada bulan
Februari 2010 IEA menyatakan bahwa permintaan minyak diperkirakan
menjadi 86,5 juta barel per hari (bph) pada 2010 dibandingkan dengan
perkiraan bulan Januari 2010 sebesar 86,3 juta bph, sementara harga rata-rata
akan meningkat menjadi 75 dolar per barel dari 58 dolar pada 2009
(antaranews.com 2010). Jika dilihat dari hal tersebut maka perlu
ditemukannya sumber-sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan bagi
masyarakat. Agar tidak terjadinya kelangkaan energi bagi masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Sebagai negara maritim dan kepulauan tropis terbesar di dunia dengan
potensi sumber daya energi yang melimpah dan tersebar di wilayah
Nusantara, sebenarnya Indonesia sangat berpeluang untuk mandiri di bidang
energi. Kita memiliki sedikitnya empat jenis energi fosil (tak terbarukan),
yaitu minyak bumi, gas bumi, coalbed methane (CBM), dan batu bara.
Berdasarkan beberapa alasan di atas, maka diperlukan pemanfaatan
sumber-sumber energi baru sebagai energi alternatif. Salah satu energi
alternatif yang sedang dikembangkan pemanfaatannya saat ini adalah gas
biogenik. Gas biogenik termasuk salah satu sumber energi alternatif yang
sangat murah, ramah lingkungan dan mudah dikelola.
Di Indonesia gas
biogenik ini sudah mulai dimanfaatkan secara sederhana sebagai bahan bakar
langsung untuk rumah tangga dan penerangan jalan.
Untuk mengetahui sumber daya mineral dan energi dibutuhkan suatu ilmu
dan teknologi atau instrumen yang dapat mengekplorasi sumber daya mineral
dan energi yang ada di dasar laut, yaitu metode seismik. Metode seismik
merupakan salah satu metode eksplorasim yang didasarkan pada pengukuran
respon gelombang suara yang menjalar pada suatu medium dan kemudian
direfleksikan dan direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan sedimen atau
batas-batas batuan. Metode seismik refleksi dibagi menjadi dua, yaitu metode
seismik dangkal dan metode seismik dalam. Seismik dangkal (shallow
seismik reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan
bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk
eksplorasi daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua
kelompok ini
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan sebaran daerah
yang memiliki potensi gas biogenik, dan komposisi gas biogenik untuk setiap
sebaran sedimen sehingga keberadaan gas biogenik ini dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi alternatif.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai
keberadaan gas biogenik, dan keberadaan sedimen yang mengandung gas
biogenik. Sehingga dari informasi yang diperoleh dapat dijadikan acuan
untuk eksplorasi lanjutan dan dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada daerah penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
3.
4. Kecepatan
gelombang
bertambah
dengan
bertambahnya
kedalaman.
2.2
1.
Asas Fermat
Menurut Tipler (2001: 457), Prinsip Fermat yang lebih lengkap dan
lebih umum dinyatakan pertama kali oleh matematikawan Prancis Pierre
de Fermat pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa lintasan yang dilalui
oleh cahaya untuk merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian
rupa sehingga waktu perjalanan itu tidak berubah sehubungan dengan
variasi-variasi dalam lintasan tersebut.
Menurut Susilawati (2004), Asas Fermat yang diasumsikan dalam
metode seismik refraksi yaitu gelombang menjalar dari satu titik ke titik
lain melalui jalan tersingkat waktu penjalarannya.
2. Prinsip Huygens
Menurut Tipler (2001: 441), perambatan gelombang apapun yang
melalui ruang dapat digambarkan menggunakan metode geometris yang
ditemukan oleh Christian Huygens kira-kira tahun 1678 yang sekarang
dikenal sebagai prinsip
Huygens.
Menurut Susilawati (2004), prinsip Huygens dalam metode seismik
refraksi diasumsikan bahwa Titik-titik yang dilewati gelombang akan
menjadi
3. Hukum Snellius
Bunyi hukum Snellius yaitu Gelombang akan dipantulkan atau
dibiaskan pada bidang batas antara dua medium. Dengan persamaan
hukum Snellius sebagai berikut :
sin i v1
sin r v2
(1)
Dimana :
i = Sudut datang
r = Sudut bias
v1 = Kecepatan gelombang pada medium 1
v2= Kecepatan gelombang pada medium 2
2.3
membutuhkan
biaya
lebih
besar,
maka
sebagai
sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
refraksi
dihitung
berdasarkan
waktu
yang
sinyal pertama
2.
3.
Akuisisi data seismik refraksi dan lokasi yang cukup kecil, maka
pengembangan model untuk interpretasi tidak terlalu sulit
dilakukan
Sedangkan
Dalam
pengukuran
yang
regional,
seismik
refraksi
6.
Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisanlapisan. Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi.
2.4
Gas Biogenik
Gas biogenik adalah gas methan (CH4) yang memang sudah sangat akrab
dengan kehidupan manusia karena sangat umum ditemukan di mana saja di
permukaan bumi ini. Gas ini dapat terbentuk dari tiga proses utama yaitu
(Schoell,1988):
1. Fermentasi bakteri anaerobik pada sampah, kotoran ternak atau
sejenisnya. Gas yang dihasilkan proses ini disebut biogas methan atau gas
biomasa.
2. Fermentasi bakteri asetat pada lapisan sedimen yang kaya zat organik (gas
charged sediment) secara kimiawi: CH3COOH
CH4 + CO2.
3. Proses reduksi CO2 oleh bakteri dari batuan volkanik atau magmatik alami
secara kimiawi: CO2 + 2 H2O
CH4.
Selain itu, gas methan juga dapat berasal dari proses spontan pada lapisan
batubara yang disebut coal bed methane (CBM) yang dikenal sebagai methan
B, atau rembesan dari lapisan hidrokarbon pada perangkap migas yang over
mature yang disebut gas methan petrogenik/termogenik. Untuk membedakan
origin atau asal dari gas methan tersebut dapat dikenali dari analisa paremeter
methan 13C atau D (Claypool and Kaplan, 1974).
Gas methan merupakan gas hidrokarbon yang mudah terbakar, memiliki
rantai carbon terpendek (C1) sehingga merupakan gas yang paling ringan,
yaitu sekitar 0,7 lebih ringan dari udara (Rice, 1993), sehingga jika tersebar
diudara akan langsung menguap naik ke atmosfir. Namun demikian, jika
digunakan sebagai sumber energi termasuk jenis bahan bakar yang ramah
lingkungan, karena hasil pembakarannya mengeluarkan carbon dioksida
(CO2) dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan jenis bahan bakar
hidrokarbon lainnya.
Gas biogenik yang terdapat di bumi ini hampir mencapai 20% dari seluruh
sumber gas alam, namun keterdapatannya menyebar pada kantong-kantong
gas kecil dengan berbagai ukuran dan pada kedalaman yang bervariasi. Di
China gas biogenik telah dieksploitasi dan dimanfatkan sebagai energi
pembangkit listrik mikro dan industri kecil di muara sungai Yangtze (Qilun,
1995).
Daftar Pustaka
Antaranews.com. 2010. IEA Naikkan Perkiraan Permintaan Minyak 2010.
www.antaranews.com/.../iea-naikkan-perkiraan-permintaan-minyak-2010.html
Hasanudin, M. 2005. Teknologi seismik refleksi untuk eksplorasi minyak dan gas.
Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta. Oceana, 30:111.
Qilun, Y., 1995. Preliminary Study of Unstability of East China Sea Floor.
Geological Hazards and Environmental Studies of China Offshore Areas. 14
INQUA Congress, Berlin, 1995, Qingdao Ocean University Press, p.27-36.
Rucker, M.L. 2006. Integrating Seismic Refraction And Surface Wave Data
Collection And Interpretation For Geotechnical Site Characterization. Geophysics
Conference, St. Louis, Missouri, USA.
Susilawati. 2004. Seismik refraksi (dasar teori dan akuisisi data). Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Fisika, Universitas Sumatera
Utara. Medan. 50hlm.
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. (1976). Applied geophysics, New York: Cambridge University Press.
Tipler, Paul. A; alih bahasa, Bambang Soegijono; editor, Wibi Hardani. 2001.
Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Jakarta: Erlangga.