Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA PASIEN Ny.

R
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
AKIBAT CHF DI RUANG MAWAR RSUD KOTA
BANJAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gagal Jantung Kongestif ( congestive heart Failure/ CHF ) adalah salah satu penyakit
kardiovaskuler dengan prevalensi yang terus meningkat. Gagal jantung mempengaruhi lebih
dari 5.2 juta penduduk Amerika, dan lebih dari 550ribu kasus baru yang didiagnosis tiap
tahunnya. Tiap tahunnya gagal jantung bertanggug jawab terhadap hampir 1 juta
hospitalisasi. Mortalitas rata-rata rawatan yang dilaporan pada 3 hari, 12 bulan, dan 5 tahun
pada pasien yang dirawat di rumah sakit masing-masing adalah 12%, 33%, dan 50%. Ratarata yang mengalami hospitalisasi kembali adalah 47% dalam 9 bulan.
Di negara berkembang pada tahun 2000 ada 16,7 juta yang meninggal akibat kasus ini, Di
Indonesia prevalensi penyakit dari tahun ke tahun makin meningkat sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang faktor penyebab pencetus penyakit
kardiovaskuler.
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan mordibilitas dan mortalitas pasien jantung. Diperkirakan 5% dari
pasien yang dirawat di rumah skait 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung
dalam setahun diperkirakan 2,3-3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal jantung
akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup
dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan harapan
hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.
Beban ekonomi terhadap gagal jantung masih besar. Pada tahun 2007, biaya langsung dan
tidak langsung yang dialokasikan untuk gagal jantung adalah 33,2 juta dolar. Biaya
hospitalisasi untuk bagian yang lebih besar sekitar 54%.

Kurangnya kepatuhan terhadap rekomendasi diet atau terapi obat merupakan penyebab
merupakan penyebab paling umum dimana pasien gagal jantung masuk ke instalasi gawat
darurat, sekitar sepertiga kunjungan ke instalasi gawat darurat merupakan akibat dari
ketidakpatuhan tersebut.
Data yang diperoleh dari dari beberapa studi mengenai beberapa pengolongan klinis
terhadap pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit dengan perburukan gagal jantung,
studi ini menunjukan bahwa mayoritas pasien dirawat dengan gagal jantung memiliki bukti
hipertensi sistemik pada saat masuk rumah sakit dan umumnya mengalami Left ventricular
Ejection Fraction ( LVEF)
Selama 20 tahun terakhir, jumlah dikeluarkan dari rumah sakit yang terkait dengan gagal
jantung telah meningkat 155% yag terutama disebabkan oleh meningkatnya populasi geriatric
dan perawatan yang meninglat karena adanya infark miokard akut.
Kejadian gagal jantung akan semakin meningat di masa depan karena semakin
bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanaganan infar miokard
mengakibatkan perbaiakan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.
Gagal jantung susah dikenali secara kliis, karena beragam keadaan klinis serta tidak
spesifik serta hanya sedikit tanda-tanda klinis pada tahap awal penyakit. Perkembangan
terkini memungkinkan untuk mengenali gagal jantung secara dini serta perkemabngan
pengobatanan yang memperbaiki gejala klinis, kualitas hidup, penuruanan angka perawatan,
memperlambat progresifitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
Sebagai tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah ( KMB ) II
Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian CHF


Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi dan Fisiologi
Mahasiswa mampu menjelaskan Kemungkinan Data Focus hasil wawancara
Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Fisik untuk Penyakit CHF
Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik yang muncul
Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Penyakit CHF

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN KASUS
Gagal Jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologi berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
distolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung
(Cardiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan
pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan sistem vena,
maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif ( Kabo dan Karim, 2002 )
Congestive Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.

2.2 SELAYANG PANDANG STRUKTUR DAN FUNGSI JANTUNG


Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan ia menempati
rongga anatara pau dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g ( 10,6 oz ), meskipun berat dan
ukuranya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat bada, beratnya latihan dan kebiasaan
fisik dan penyakit jantung. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai
oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil
metabolisme. Sebenarnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak disebelah kanan dan kiri.
Keluaran jantung kanan didistribusikan seluruhnya ke paru-paru melalui arteri pulmonalis,
dan keluaran jantung kiri seluruhnya didistribusikan ke bagian tubuh lainmelalui aorta. Kedua

pompa itu menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan dan keluaran yang
sama.
Kerja pemomopaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot.
Selama kontraksi otot ( sitolik ), kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah disemburkan
keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung ( diastolik ), kamar jantung akan terisi darah
sebagai persiapan untuk menyemburkan sekitar 70 L darah dari kedua ventrikel perdetakan,
dan keluaran totalnya sekitar 5 liter/menit.
2.3 ANATOMI
Daerah dipertegahan dada di anatara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagian
besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam kantung fibrosa
tipis yang disebut pericardium.
Pericardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan baik. Ruang antara
permukaan jantung dan lapisan dalam pericardium berisi sejumlah kecil cairan, yang
melumasi permukaan dan mengurangi gesekan selama kontraksi otot jantung.
Kamar jantung. Sisi kanan dan kiri jantung, masing-masing tersusun atas dua kamar,
atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan atrium dan ventrikel disebut septum.
Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi atrium adalah
menampung darah yang datang dari vena dan bertindak sebagai tempat penimbunan
sementara sebelum darah kemudian dikosongkan ke ventrikel.
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban kerja yang
diperlukan oleh tiap kamar. Dinding atrium lebih tipis dari pada dinding ventrikel karena
rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan kemudian
menyalurkanya ke ventrikel. Sedangkan ventrikel kiri mempunyai beban kerja yang lebih
berat di antara dua kamar bawah, maka tebalnya 21/2 lebih tebal dibandingkan ventrikel
kanan. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan tahanan sistemik yang tinggi, sementara
ventrikel kanan melawan tekanan rendah pembuluh darah paru.
Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel kanan terletak
lebih ke anterior dan ventrikel kiri terletak lebih ke posterior. Ventrikel kanan bertangung

jawab akan terjadinya deyut apeks atau titik pukulan maksimum ( PMI ) yang normalnya
teraba di garis midklavikularis dinding dada pada rongga interkosta ke 5.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Katup,
yang tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan menutup secara pasif sebagai
respon terhadap perubahan tekanan dan aliran darah .ada dua jenis katup : antrioventrikularis
dan semilunaris.
Katup antrioventrikularis adalah katup yang memisahkan atrium dan ventrikel. Katup
trikuspidalis tersusun atas tiga kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel
kanan .ktup mitral atau bikuspidalis terletak antara atrium dan ventrikel kiri.
Normalnya ketika ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel akan mendorong daun-daun
katup antriventrikularis ke atas ke rongga atrium. Jika terdapat tekanan cukup kuat untuk
mendesak katup, darah akan disemburkan ke belakang dari ventrikel ke atrium. Otot papilaris
dan korda tandinea bertangung jawab menjaga aliran darah tetap menuju ke satu arah melalui
katup antrioventrikularis. Otot papilaris adalah benddle otot yang terletak di sisi dinding
ventrikel. Korda tandinea adalah pita fibrosa yang memanjang dari otot papilaris ke tepi bilah
katup, berfungsi menarik tepi bebas katup ke dinding ventrikel. Kontraksi otot papilaris
mengakibatkan korda tadinea menjadi tegang. Hal ini menjaga daun katup menutup selama
sistolik, mencegah aliran balik darah .
Otot papilair dan korda tandinea hanya terdapat pada katup mitral dan trikuspidalis dan
tidak terdapat di katup seminularis.
Katup seminularis terletak antara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan katup antara
tiap ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis. Katup anatara ventrikel
kiri dan aorta dinamakan katup aorta. Katup semilunaris normalnya tersusun atas tiga kuspis,
yang berfungsi dengan baik tanpa otot papilaris dan korda tadinea. Tidak terdapat katup
antara vena-bena besar atrium.
Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung, yang mempunyai
kebutuhan metabolism tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung mengunakan 70-80 %
oksigen yang dihantarkan melalui arteri koronaria sebagai perbandingan, organ lain hanya

mengunakan rata rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari
aorta dekat hulunya ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang lebih
banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah menajdi dua cabang
besar bawah ( arteri desenden anterior sinistera ) dan melintang ( arteri sirkumfleksa ) sisi kiri
jantung . jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti
arteri yang lain, arteri koronaria diperfusi selama diastolic.
Otot jantung merupakan jaringan khusus yang menyusun dinding jantung. Secara
mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik ( sklelet), yang berada di bawah control
kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung menyerupai otot polos karena sifatnya
volunter.
Serat otot jantung tersusun secara interkoneksi sehingga dapat berkontraksi dab
berlelaksasi tiap-tiap serabut otot akan memastikan kelakuan ritmik otot jantung sebagai satu
keseluruhan dan memungkinya berfungsi sebagai pompa. Otot jantung itu tersendiri
dinamakan miokardium. Lapisan dalam miokardium, yang berhubungan langsung dengan
darah dinamakan endokardium dan lapisan sel di baian luar disebut epikardium.
Gagal jantung : gagal jantung kongestif
Gagal jantung, seing disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah yang adekuat untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
2.4 PATOFISOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontarktilitas
jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep
curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR X SV dimana curah
jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) X volume
sekuncup (SV : Stroke Volume).

Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
system saraf simpatis akan mempercepat frekunensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahakan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot
jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontarksi tergantung pada tiga
factor : preload;kontraktilitas; dan afterload

Preload : sinonim dengan hukum starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah
darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh

panjangnya regangan serabut jantung


Kontraktilitas : mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat seldan

berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium


Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ke 3 faktor tersebut terganggu hasilnya curah
jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran heodinamika melalui
prosedur pemantauan invasive telah mempermudah diagnose gagal jantung kongestif dan
mempermudah penerapan therapy farmakologi yang efektif.

2.5 ETIOLOGI
Kelainan otot jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelaianan otot
jantung, meyebabkan menurunnya kontraktilitas otot jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab fungsi otot mencakup, arteroklerosis koroner, hipertensi aterial dan peyakit otot
degenerative atau inflamasi.

Arterioklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran


darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat. Infark
miokardium kematian sel jantung biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada giliranya
mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung efeknya dapat diangap mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Tetapi untuk alasan yang tidak jelas hipertropi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi
secara normal dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degenerative berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
Penyakit jantung lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung, misalnya stenosis katup semilunar, ketidak
mampauan jantung untuk mengisis darah misalnya tamponade pericardium, perikarditas
konstriktif, atau stenosis katup AV, atau pengososngan jantung abnormal misalnya
insufisiensi katup AV. Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah
sistemik atau hipertensi maligna. Dapat menyebabakan gagal jantung meskipun tidak ada
hiperteropi cardial

Faktor sistemik.
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung.
Meningkatanya lajur metabolisme misalnya demam, hipoksia dan anemi, memerlukan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suuplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abdormalitas elektrolit dapat

menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya
atau secara sekunder akibat gagal jantung menurukan efisiensi keseluruhan jantung.
Manifestasi Klinik
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti
jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung
pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan
mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibat terjadi edema paru, yang dimanisfestasikan sesak
batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat meningkatkan edema
perifer umum dan penambahan berat badan.
Turunnya curah jantung pada gagal jantung, dimanifestasikan secara luas, karena darah
tidak dapat mencapai jaringan dan organ ( perkusi rendah ) untuk menyampaikan oksigen
yang dibutuhkn, beberapa efek yang biasanya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing,
konfusi, kelelahan, tidak toleran terhadap pelatihan, ekstremitas dingin dan haluan urine
berkurang. Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal, yang
pada gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta
meningkatnya volume intravaskuler.
Gagal Jantung Sisi Kiri dan Kanan
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalamikegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan paru
akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel
dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda
tergantung pada kegagalan vebtrikel mana yang terjadi.
Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru menonjol pada ventrikel kiri, tidak mampu memompa darah yang datang
dari paru. Peningkatan tekanan pada sirkulasi paru, menyebabkan cairan terdorong ke

jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dipsneu batuk, mudah lelah, denyut
jantung cepat, dengan bunyi jantung s3, kecemasan dan kegelisahan.
Dipsneu. Dipsneu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Dipsneu bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan, oleh gerakan
yang minimal atau sedang. Dapat terjadi orthopneu kesulitan bernafas saat berbaring. Pasien
yang mengalami orthopneu tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal, agar
bisa tegak di tempat tidur atu duduk dikursi bahkan saat tidur. Beberapa pasien hanya
mengalami orthopneu, pada malamhari, kondisi yang dinamakan parokismax nokturanal
Dipsneu (PND). Hal ini terjadi bila pasien sbelumya duduk lama dengan posisi kaki dan
tangan dibawah, pergi berbaring ketempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun
di ekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai di absorpsi dan ventrikel kiri yang
sudah terganggu tidak mampu meningkatkan volume yang adekuat. Akibatnya tekanan dalam
sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut cairan berpindah ke alveolus.
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif,
tetapi yang tersering adalah batuk basah yang menghasilkan sputum yang berbusa dalam
jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah.
Mudah lelah, terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
peningkatan energi yang digunakan untuk bernafas, dan insomnia yang terjadi distress
pernafasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan, terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat
kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu juga
kecemasan terjadi juga dipsneu yang pada gilirannya memperberat kecemasan, menciptakan
lingkaran setan.

Gagal jantung kanan


Bila ventrikel kanan jantung gagal yang menonjol adalah kongesti vesera dan jaringan
perifer, hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
kembali ke sirkulasi vena.
Manifestasi yang tampak adalah oedema ekstremitas bawah, yang biasanya merupakan
pitting oedema, pertambahan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia
dan mual, nokturi dan lemah.
Oedema dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan
paha pada akhirnya ke genetalia ektersnal dan tubuh bagian bawah. Oedema sakral
seringjarang terjadi pasien yang berbaring lama , karena daerah sakral menjadi daerah yang
dependen. Pitting edema adalah oedema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan
ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5
kg.
Hepatomegali dan Nyeri tekan pada kuadran atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh frontal meningkat
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites,
pengumpulan cairan dalam abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
Anoreksia dan mulai terjadi akibat pembesaran vena dan stasi vena didalam rongga
abdomen.
Nokturial atau rasa ingin kencing pada malam hari didukung oleh posisi penderita
pada saat berbaring. Diuresi terjadi paling sering pada malam hari karen curah jantung akan
membaik dengan istrirahat.

Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karna menurunnya curah
jantung, gangguan sisrkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak
adekuat dari jaringan.
2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien derngan gagal jantung adalah sebagai berikut :
1. Dukung Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis.
3. Mehilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan istirahat.
2.7 TERAPI FARMAKOLOGI
Glikosida jantung, diuretik dan fase dilator merupakan dasar farmakologis gagal jantung.
Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperhambat frekuensi jantuung.
Ada beberapa efek yang dihasilkannya : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah dan peningkatan diuresis yang mengeluarkan cairan dan mengurangi
oedema.Efek dosis digitalis yang diberikan tergantung pada keadaan jantung, keseimbangan
elektrolit dan cairan serta fungsi ginjal dan hepar.
Digitalis dosis lengkap diberikan untuk menginduksi efek terapi penuh obat ini. Biasanya
diberikan gagal jantung yang berat. Bila tidak, digitalis diberikan sebagian. Dosis
pemeliharaan diberikan setiap hari. Pada semua kasus, pasien harus diawasi ketat dan
pemberian dosis harian tepat. Sesuai dengan batas jumlah yang dapat dimetabolisme atau
disekresikan untuk menjaga efek digitalis tanpa menyebabkan keracunan. Dosis optimal
adalah jumlah yang dapat mengurangi tandadan gejala gagal jantung pasien atau
memperlambat proses ventrikel secara terapis tanpa menyebabkan keracunan.
Pasien dipantau dengan ketat terhadap hilangnya tanda dan gejala seperti : berkurangnya
dispneu dan ortopnheu . berkurannya krakel dan kuranngya edema perifer.
Keracunan digitalis. Anorexia, mual dan muntah adalah efek awal keracunan digitalis.
Dapat terjadi perubahan irama jantung, bradikardi, kontraksi pentrikel prematur, bigemini
pentrikel(denyut normal dan prematur saling berganti), dan takikardi arterial paroximal.

Frekuensi jantung avikal dikaji sebelum perberian digitalis. Bila terdapat frekuensi jantung
yng terlalu lambat atau gangguan irama, pengobatan harus ditunda dan dokter harus diberi

tahu. Dokter sering menghentikan preparat digitalis bila frekuensi 60 atau kurang.
Bila diperlukan, kadar digitalis serum diukur sebelum obat ini diberikan.
Gejala lain keracunan digitalis meliputi pandangan kabur, kuning atau hijau; kelemahan;
pusing; dan depersi mental.
Terapai diuretik. Diuretik diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia merespon pembatasan aktivitas, digialis, dan
diit redah natrium.

Bila diiuretik diresepkan maka harus diberikan pada pagi hari, sehingga diuresis yang terjadi

tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari


Asupan dan haluaran cairan harus dicatat, karena pasien mungkin akan mengalami

kehilangan sejumlah besar cairan setelah pemberian 1 dosis diiuretik.


Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas terapi, maka pasien yang memdapat diuretik
harus ditimbang setiap hari apada waktu yang sama. Selain itu, turgor kulit dan selaput ledir
harus dikaji akan adanya tanda dehidrasi atau edema. Denyut nadi juga harus dipantau.
Jadwal pemberian harus ditentukan oleh berat badan pasien sehari-hari.
Temuan fisik tanda dan gejala purosemid ( Lasix), sangat penting dalam terapi gagal jantung
karena dapat mendilatasi penula, sehingga meningkatkan kapasitas vena yang gilirannya
mengurangi preload darah vena yang kembali ke jantung.
Terapi diuretik dalam jangka panjang menyebabkan hiponatremia yang mengakibatkan
lemah, letih , malaise, kram otot dan denyut nadi yang kecil dan cepat. Pemberian diuretik
dalam dosis besar dan berulang juga dapat mengakibatkan hipokalamia ditandai dengan
denyut lemah, hipertensi, suara jantung menjauh, otot kendor, penurunan reflek tendon dan
kelemahan umum. Hipokalamia menambah masalah baru pada pasien jantung karena antara
komplikasi yang dapat muncul hipokalamia adalah kelemahan kontraksi jantung yang

mencetuskan keracunan digitalis pada individu yang mendapat digitalis, keduanya


meningktakan kemungkinan disritmia yang berbahaya.

Pengkajian elektrolit berkala akan mengingatkan anggota tim kesehatan terhadap adanya

hipokalemia dan hipotermia


Untuk mengurangi risiko hipokalemia dan komplikasi yang menyertainya maka pasien yang
mendapatkan pengobatan diuretik harus diberi tambahan kalium,seperti pisang, jus jeruk dan
bayam.
Masalah lain dengan diuretik adalah peningkatan pada asam urat yang berlebihan akibat
kehilangan cairan akibat urinasi yang berlebihan dan hiperglikemia.
Terapi vasadilator. Obat-obat vasoaktif merupakan pengobatan utama pelaksanaan pada gagal
jantung. Obat ini telah lama digunakan untuk mengurangi tekanan penyemburan darah oleh
ventrikel serta memeperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan
dramatis kongesti paru dengan cepat.
Natrium nitrorusida dapat diberika secara intravena melalui infus yang dipantau secara
ketat dosisnya harus dititrasi agar tekanan sistole arterial tetap dalam batas yang diinginkan
dan pasien dipantau dengan mengukur tekanan arteri pulmonalis dan curah jantung.

2.8 DUKUNGAN DIIT


Rasionlanya adalah mengatur diit sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal,

status nutrisi terpelihara sesuai dengan pola makan pasien


Pemberian natrium ditunjukkan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi oedema seperti
hipertensi atau gagal jantung.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
1. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
NAMA
UMUR
JENIS KELAMIN
ALAMAT
STATUS PERKAWINAN
AGAMA
SUKU
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
NO REGISTER
DIAGNOSA MEDIK
TANGGAL MASUK
TANGGAL PENGKAJIAN

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Ny.R
45 tahun
Perempuan
Banjarsari, Kab. Ciamis
Kawin
Islam
Sunda
SD
IRT
257106
Cogestive Heart Failure
15 Maret 2014
22 Maret 2014

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


NAMA
UMUR
JENIS KELAMIN
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
HUB. DENGAN PASIEN
ALAMAT

:
:
:
:
:
:
:

Tn.A
40 tahun
L
SD
Buruh
Suami
Banjarsari, Kab Tasikmalaya

C. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Nyeri dada menjalar ke punggung, Sesak Nafas
D. KELUHAN UTAMA SAAT PENGKAJIAN
Sesak Nafas
E. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Tanggal, 15 Maret 2014. Pasien datang ke Intalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Banjar dengan keluhan nyeri dada menjalar ke punggung & sesak nafas.

Pada saat dikaji tanggal 22 Maret 2014 pasien mengeluh sesak nafas , batuk berdahak,
mudah lelah saat melakukan aktivitas sedang, seperti pasien pergi ke kamar mandi. Sesak
bertambah berat bila pasien melakukan aktivitas sedang dan sesak berkurang setelah
pemberian oksigenasi, sesak dirasakan seperti ditimpa benda berat, respirasi 28x/menit, sesak
nafas berlangsung kontinue .
F. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan sudah 4 tahun pasien menderita penyakit ini, sudah 4 kali pasien di rawat
di rumah sakit, sekitar 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat RSUD Kota Banjar dengan
keluhan nyeri dada& sesak nafas. Menurut penuturan pasien, pasien tidak mempunyai
riwayat hipertensi. Pasien mengatakan tidak pernah merokok.
G. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit genetik seperti DM,
Jantung, Asma, hipertensi dan tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis dan HIV AIDS.
H. DATA BIOLOGIS
1. Penampilan Umum
Kesadaran Compos Mentis
Pasien tampak sesak nafas dan lemas,
Tanda Tanda Vital
TD
: 100/70 mmhg
P
: 78x/Menit irregular, teraba kuat
RR
: 28 x/Menit
Suhu : 36,7 C
BB
: 40 kg
TB
: 155 cm
I. ADL ( Activity Daily Living )
No
ADL
1 1. Nutrisi
a. Makanan
Jenis Menu
Frekuensi
Porsi
Pantangan
Keluhan
2 2. Minum
b. Jenis minum
Frekuensi
Jumlah
Pantangan
Keluhan

Di Rumah

Di Rumah Sakit

Pepes + tempe+tahu+nasi
2x/hari
1 piring
Tinggi Garam
Tidak Nafsu Makan

Bubur Jantung II 1500


3x/hari
1 piring
Tinggi Garam
Tidak Nafsu Makan

Air putih
6 Gelas
1200 cc
Kopi

Air Putih
6 Gelas
1200 cc
Kopi

3. Istirahat dan Tidur


a. Malam
Berapa jam
Dari jam s/d jam.
Kesukaran tidur

9 jam
20: 00- 05:00

b. Siang
Berapa jam
Dari jams/d jam
Kesukaran tidur

Tidak ada

7 jam
22 : 00- 05 :00
Sesak

1 jam
12:00 13:00
Sesak

1 jam
12:00 13:00
Tidak ada
3

4. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Kesulitan

7x
950 cc
Kuning
Khas
Tidak ada

7x
950 cc
Kuning
Khas
Tidak ada

b. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
Kesulitan

1x
Lembek
Kuning
Khas
Tidak ada

1x
Lembek
Kuning
Khas
Tidak ada

2x
+
+

1X ( dilap oleh keluarga )


+
+

1X
Dibantu kadang-kadang
Mudah cape

1X
Dibantu oleh keluarga
Mudah cape

5. Personal Hygine
a. Mandi
Frekuensi
Sabun
Gosok gigi
b. Berpakaian
Ganti pakaian
Mobilisasi
aktivitas

J. DATA HASIL PEMERIKSAAN FISIK


1. Kesadaran Umum
: Compos Mentis

Orientasi

: Pasien menyadari bahwa dirinya sedang


berada di Rumah Sakit dan pasien kooperatif dengan petugas kesehatan
2. Sistem Pencernaan
Inspeksi : Tidak ada gingivitis, tidak ada leukoplakia, tidak nampak faringitis, tidak ada pembesaran

tonsil, perut tidak kembung, tidak ada acites


Auskultasi : bising Usus 6x/menit
Palpasi
: palpasi hepar tidak ada hepatomegali, tidak ada nyeri
di 4 kuadran
Perkusi
: Perkusi lambung bunyi tympani, perkusi hati pekak.
3. Sistem Pernafasan
Inspeksi :Tidak ada nasal faring, tidak ada mucus dihidung, tidak ada polip, bentuk dada simetris, tidak
ada kelainan dada kogenital seperti scoliosis, burel chest, funnel chest dan pigeon chest.
Palpasi

Tampak adanya retraksi dada.


: Dada simetris tidak adamassa , melalui pemeriksaan vocal premitus teraba getaran di kedua

belah dada.
Perkusi :bunyi resonansi
Auskultasi : didapatkan adanya suara nafas tambahan ronchi, wheezing tidak ada
4. Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi: Konjungtiva tidak anemis bibir dan kuku tidak ada Sianosis. Nilai CRT 2 detik, tidak tampak
ictus cordis, tidak tampak dextro cordia, Nilai JVP 3 c m( terjadi peningkatatn JVP)
Perkusi: Terjadi pembesaran jantung (ketika di perkusi bunyi dullnes ada Siantar ICS 2-7)
Auskultasi :Bunyi gallop tidak diketemukan, bunyi Jantung
murmur
5. Sistem Integumen
Inspeksi : Hidrasi kulit baik, kulit tidak ada ikterik kuku bersih,
Tidak ada clubbig finger, tidak terlihat ada edema pada ekstremitas atas dan bawah.
Palpasi : turgor baik. Tidak teraba adanya fiding edema
6. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : Terpasang infuse dextrose 5% 5 tetes makro/menit pada lengan kiri Penilaian kekuatan otot
( skala 0-5 )

Ka

Ki
Ket :
5
5

5
5
Nilai Refleks :
Reflex Biseps + 2
Reflex Trisep + 2
Reflex Patella +1
Tendon Acilles +1

5: bisa mengangkat tahanan penuh dan


mampu melawan gravitasi
4: dapat mengangkat tahanan tapi tidak
mampu melawan gravitasi

7. Sistem Genitourinaria
Inspeksi :Tidak Nampak pembengkakan , kandung kemih tidak ada Distensi, Daerah kemaluan tidak
terkaji, DC (-)
Palpasi :Ginjal tidak ada nyeri, palpasi blass kosong (kandung kemih tidak penuh )
Perkusi : perkusi ginjal tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi: Tidak terkaji

8. SISTEM PERSYARAFAN
Nilai GCS 15, E : 4 V : 5 M : 6
Pemeriksaan 12 Susunan saraf Cranial
1. Nervus I (Olfaktorius ) = Normosmia
2. Nervus II ( Optikus ) = Pasien dapat melihat pemeriksa
3. Pemeriksaan nervus III, IV, IV = Respon Pupil normal
a. Nervus III (Okulomotorius) : reflex pupil mengecil setelah dilakukan pemeriksaan dengan
b.

penlight
Nervus IV ( Trochlearis ) : observasi bola mata tidak ada nistagmus, tidak ada penglihatan

ganda ( diplopia )
c. Nervus VI ( Abducens ) : pasien tidak ada strabismus,
4. Nervus V ( trigeminus ) : fungsi sensorik : reflex kornea baik dengan test pilinan kapas,
klien dapat merasakan sentuhan pada saat mengusap maxilla dan mandibula. Fungsi
Motorik : klien mampu mengunyah .
5. Nervus VII (Facialis) = fungsi motorik : wajah simetris kanan kiri
Fungsi sensorik pengecapan : pasien dapat merasakan rasa manis pada 2/3 lidah bagian depan
6. Nervus VIII ( Vestibulococlearis ) : pasien mampu mendengar dengan baik
7. Nervus IX (Gloso Faringeal) : pasien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 lidah bagian
belakang
8. Nervus X (Vagus) : reflex menelan baik
9. Nervus XI ( Aksesorius ) pasien dapat mengangkat bahu keatas dengan baik
10. Nervus XII ( Hipoglosus ) pasien dapat menjulurkan lidah kedepan dan menariknya dengan
cepat .

9. DATA PSIKOSOSIAL
Non Verbal
: Exspresi pasien tidak terlihat gelisah karena
penyakit yang dideritanya
Verbal
: Mengungkapkan tidak gelisah mengenai
penyakitnya
Status Emosi
: Pasien tampak bisa bersabar dengan kondisi
penyakitnya
teraksi social : Pasien mampu berinteraksi baik dengan penunggu pasien dan kooperatif dengan petugas.

la koping

:pasien mampu beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya.


10. DATA SPIRITUAL
Pasien beragama islam, dan selalu berdoa untuk kesembuhannya.
11. DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan EKG (15, Maret 2014)
Hasil :Sinus tachicardi, MI (lateral, anterior),
RAD (right axis deviation)
b. Radioloigi ( 19, Maret 2014 )
Hasil : Cardiomegali
c. Lab ( 17, Maret 2014 )
Jenis Pemeriksaan
HEMATOLOGY
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Jumlah Trombosit
Eritrosit

Hasil

Nilai Normal

Interprestasi

13.4
39.9
5300
227.000
4.99

P= 12-16 L = 40-50g/dl
P= 35-45 L= 40-50%
4000-11.000/mm3
150.000-450.000/mm3
4.76-6.95juta/ul

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

KARBOHIDRAT
Glukosa Swaktu

98

80-150mg/dl

Normal

GINJAL
Ureum
Kreatinin

18
0.8

15-50 mg/dl
0,8-1,5

Normal
Normal

ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Klorida

133.8
3.4
96.9

135-148mmol/l
3,5-5,3mmol/l
95-108mmol/l

Kurang
Kurang
Normal

KOLESTEROL

123

<200 mg/dl

Meningkat

TOTAL
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Trigiserida

40
62
102

30-70 mg/dl
<130 mmg/dl
60-165 mmg/dl

Normal
Normal
Normal

12. PENGOBATAN
Furosemide
Digoxin
Omeprazole
Captropil
Acetosal
O2
Infuse

1x40mg
1x1/2
1X1tab
3x6.25 mg
1x1 Ampoule
3-4 liter
Dextrose 5%
500cc/24jam

08:00
08:00
08 : 00
07 : 00 -13:00 - 20:00
08 : 00
Binasalkanule

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Diet

Bubur jantung II

Spironolactone
KSR
Dexanta

1500kkal
1x5
1x1
3x1

13. ANALISA DATA


DATA
DS
Pasien mengeluh lemas
Pasien mengatakan mudah cape
bila beraktifitas
Pasien mengatakan sesak
Pasien menagatakan batuk
berdahak
DO
Pasien terlihat lemas
Pasien terlihat sesak
TD 100/70mmHg
RR 28X/menit
Hasil thorax Photo rontgen
Cardiomegali
Terdengar bunyi murmur
EKG : sinus tachicardi, MI
(lateral, anterior), RAD (right axis
deviation).
Nilai JVP 3cm (meningkat)

ETIOLOGI
Beban Sistol Meningkat

MASALAH
Penurunan Curah
Jantung

Preload meningkat

Hambatan pengosongan
ventrikel

Beban jantung bertambah


Gagal jantung kongestife
gagal pompa ventrikel

Curah jantung berkurang


ke jaringan

DS
Pasien mengatakan merasa lemas
dan letih setelah beraktivitas
b. Pasien mengatakan sesak
DO
a. Pasien terlihat lemas dan letih
b. TD 100/70 mmHg

Curah jantung menurun

a.

Intoleran aktivitas
Suplai nutrisi dan oksigen
ke jaringan menurun

c. RR 28X/menit
d. Pulse 78x/menit
e. EKG : sinus tachicardi, MI
(lateral, anterior), RAD (right axis
deviation).
f. Hasil thorax Foto : Cardiomegali

Metabolism sel menurun


Lemah dan letih

Intoleran aktivitas
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

DS
Pasien mengeluh sesak
Pasien mengeluh batuk berdahak
DO
Pasien terlihat sesak
Pasien terlihat batuk berdahak
warna putih
Terdengar suara ronchi
RR 28x/menit
JPV 3 cm ( Meningkat )
Produksi secret berlebih warna
putih

Suplai darah ke paru-paru


tidak maksimal

Ketidakefektifan
kebersihan jalan nafas

Kongesti paru

Penumpukan cairan paru


Mekanisme tubuh timbul
batuk dan sesak nafas
Akumulasi secret

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

14. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup yang ditandai
dengan
a.

DS
Pasien mengeluh lemas

b. Pasien mengatakan mudah cape bila beraktifitas


c. Pasien mengatakan sesak
d. Pasien menagatakan batuk berdahak
DO
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pasien terlihat lemas


Pasien terlihat sesak
TD 100/70mmHg
RR 28X/menit
Photo rontgen Cardiomegali
Nilai JVP 3cm ( meningkat )
Terdengar bunyi murmur
EKG : sinus tachicardi, MI (lateral, anterior), RAD (right axis deviation).

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi secret berlebih ditandai
dengan :
DS
a. Pasien mengeluh sesak
b. Psien mengeluh batuk
DO
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pasien terlihat sesak


Pasien terlihat batuk berdahak
Terdengar suara ronchi
RR 28x/menit
JPV 3 cm ( Meningkat )
Produksi secret berlebih warna putih

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen


ditandai dengan :
DS
a. Pasien mengatakan merasa lemas dan letih setelah beraktivitas
b. Pasien mengatakan sesak
DO
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pasien terlihat sesak


Pasien terlihat batuk berdahak
Terdengar suara ronchi
TD 100/70 mmhg
RR 28x/menit
JPV 3 cm ( Meningkat )
Produksi secret berlebih warna putih

N
O
1.

Perencanaan
NOC
NIC
Penurunan
curah
jantung Setelah
( Cardiac Care)
berhubungan dengan perubahan dilakukan
volume sekuncup yang ditandai tindakan
dengan
keperawatan 2x Atur periode istirahat
DS
14 jam pasien
untuk menghindari
a. Pasien mengeluh lemas
diharapkan
kelelahan
b. Pasien mengatakan mudah cape
( cardiac Pump
bila beraktifitas
Efective )
c. Pasien mengatakan sesak nafas
dengan criteria:
d. Pasien mengatakan batuk
berdahak
Lemas teratasi
DO
Sesak berkurang
a. Pasien terlihat lemas
dengan
b. Pasien terlihat sesak
Respirasi 20c. TD 100/70mmHg
24x/menit
d. RR 28X/menit
e. Hasil thorax foto rontgen
Sesak teratasi
Cardiomegali
f. Terdengar bunyi murmur
g. EKG : sinus tachicardi, MI
(lateral, anterior), RAD (right axis
deviation).
h. Nilai JVP 3 cm (meningkat)
Diagnosa Keperawatan

Rasional

Pengaturan periode
istirahat yang
cukup akan
mengurangi beban
kerja jantung

B
de
pa
m
pe
ak
ak
pa
Se
in
ke
se
m
pi
pa
m
la
pe
m
re
(m
de
m
se
po
R
ke
m
ya
pe

22
09

G
Monitor Toleransi
Aktivitas Pasien

Degan memonitor
toleransi aktivitas
pasien, diharapkan
petugas dapat
memberikan

M
to
pa
ca
ke

therapy yang tepat.


kebutuhan oksigen
juga peningkatan
kelelahan dan
kelemahan

pa
ya
pa
le
R
R
pa
p
le
m
ka
22
10

O
R
Cardiac Rehabilitative
Intruksikan kepada
keluarga bahwasanya
pasien harus banyak
beristirahat

M
Istirahat dapat
pe
memperingan
k
beban kerja jantung ba
ha
be
R
m
da

22
08

R
A

Berikan O2 sesuai
advis dokter

Pemberian O2
berguna untuk
mengurangi sesak
nafas

M
3ca
R
m
bi
23
08

O
R

Monitor efektivitas
pemberian obat

Memonitor obat
yang diberikan
kepada pasien
penting untuk
mengetahui sejauh
mana efektivitas
obat yang
diberikan.

M
pe
ya
D
O
C
K
D
R
m
ob
pa
22
16

Fl
Su
Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian Obat
digoxin tablet

Obat digoxin
merupakan obat
digitalis untuk
memacu otot
jantung.

M
ta
di
R
m
ya
di
se
22
16

Fl
Su
2.

a.
b.
a.
b.
c.
d.

Ketidakefektifan bersihan jalan


nafas berhubungan dengan
produksi secret berlebih ditandai
dengan :
DS
Pasien mengeluh sesak
Pasien mengeluh batuk berdahak
DO
Pasien terlihat sesak
Pasien terlihat batuk berdahak
warna putih
Terdengar suara ronchi
RR 28x/menit

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
2x14 jam pasien
diharapkan
respiratory
status
Ventilation
dengan criteria :
Mendemonstrasi
kan batuk efektif
Suara nafas

(Airway management)
Posisikan pasien
Menurunkan
untuk memaksimalkan konsumsi oksigen
ventilasi

M
pa
30
R
di
tin
tid

22
08

e. JPV 3 cm ( Meningkat )
f. Produksi secret berlebih warna
putih

bersih
Tidak ada
dispneu
Tidak ada suara
nafas tambahan

G
Ajarkan teknik batuk
efektik untuk
mengeluarkan secret

Membersihkan
jalan nafas dan
mempermudah
pengeluaran sekret
dan memudahkan
aliran oksigen

M
an
un
ba
de
na
de
ba
R
m
ya
aj
pe

22
09

O
R
Berikan O2 sesuai
advice dokter

Oksigen berguna
untuk mengatasi
sesak nafas
sehingga dapat
menurunkan risiko
kongesti paru

M
bi
lit
22
08

O
R
Monitor respirasi dan
status O2

Dengan memonitor
respirasi dan status
O2 diharapkan
petugas mampu
untuk mengetahui
respirasi dan status
O2

M
de
28

22
09

Intoleran aktivitas berhubungan

Setelah

Energy management

dengan ketidakseimbangan suplai


dan kebutuhan oksigen ditandai
dengan :
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

dilakukan
tindakan
Periksa TTV sebelum
keperawatan
dan setelah aktivitas
2x14 jam pasien
DS
diharapkan
Pasien mengatakan merasa lemas energy
dan letih setelah beraktivitas
conservation
Pasien mengatakan sesak
dengan criteria :
DO
Berpartisipasi
Pasien terlihat lemas dan letih
dalam aktivitas
TD 100/70 mmHg
fisik tanpa
RR 28X/menit
disertai
Pulse 78x/menit
peningkatan
EKG : sinus tachicardi, MI
tekanan darah,
(lateral, anterior), RAD (right axis nadi dan RR
deviation).
Hasil thorax Foto : Cardiomegali

Hipotensi
ortostastik
dapat terjadi
dengan aktivitas
karena efek obat
( vasodilatasi,
pengaruh fungsi
jantung )

M
Se
Se

Se
B
TD
m
Pu
M
R
Su

Se
TD
m
P
R
Su
22
15

N
Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktivitas fisik

Dengan
mengobservasi
pemabatasan
aktivitas klien
diharapkan beban
kerja jantung
Pengkajian factor
yang dapat
menyebabkan
kelelahan
merupakan hal
yang penting dalam
penentuan
diagnostic.

M
pe
ak
kl
m
ke
pa
ak
pa
ba
m
pe
ke
ca
m
ba
fis
ke

22
07

Fl
Su
Monitor tidur dan
lamanya tidur /
istirahat pasien.

Memonitor tidur
dan lamanya tidur
merupakan
indicator seberapa
lama pasien bisa
beristrahat

M
la
pa
ke
m
pa
R
m
tid
ku
ja

22
07

Activity terapy
Bantu pasien /
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

Identifikasi
kekurangan pasien
dalam berkatifitas
dapat menjadi
acuan aktivitas apa
yang seharunya
bisa dibantu oleh
keluarga atau
petugas

M
ke
m
m
ak
ba
R
ke
m
m
ya
ol

22
15

N
Monitor respon fisik,
emosi , social dan
spiritual.

Dengan memonitor
respon fisik, emosi,
social dan spiritual
pasien diharapkan
petugas dapat
mengetahui
keadaan psikologis

M
re
em
sp
m
ke
pe

pasien.

22
10

R
A
Monitor adanya
dispneu, fatique

Dengan mengamati
masih ada atau
tidaknya gejala
sesak nafas dan
kelemahan bisa
memberikan
penilaian apakah
intoleran aktivitas
sudah teratasi atau
belum

M
ny
ke
pa
R
26
Pa
m
m

22
18

N
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
Waktu
24 Maret 2014
09.00 WIB

Masalah
Penurunan curah Jantung

S-O-A-P
S
pasien mengeluh masih
dan lemas
Pasien mengatakan muda
beraktivitas
O
Pasien terlihat lemas dan
TD : 90/70
RR: 24x/menit
Nadi : 72x/menit
Bunyi jantung masih terd
murmur
A
Masalah penurunan curah
teratasi sebagian
P
- Atur priode isti
untuk menghin
kelelahan
Monitor toleransi
aktivitas pasie
Lanjutkan pemberian
obat digoxin
sesuai dengan
program medikas
I

Bekerjasama dengan kelu


dalam menentukan pemba
aktivitas pasien. Seperti m
pispot untuk keperluan toi
menganjurkan pasien tidak
pada saat devekasi.

Memberikan obat digoxin

Memberikan pengarahan
keluarga bahwa pasien ha
istirahat

Pasien mengatakan sesak


dengan respirasi 26x/meni

Pasien mengatakan muda


beraktivitas
TD 90/70 mmHg

R
Lanjutkan Intervensi diat

24 Maret 2014

09.00WIB

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

S
Pasien mengatakan batuk
dengan seputum warna pu
Pasien mengatakan dahak
terlalu banyak
Pasien mengatakan sesak
berkurang
O
Respirasi 24x/menit
Bunyi nafas ronchi

A
Masalah ketidak efektifan
jalan nafas teratasi sebagia
P
Atur posisi pasien semi fo
I
mengatur posisi pasien se
E
sesak berkurang

24 Maret 2014

09.00 WIB

Intoleran aktivitas

respirasi 24x/menit
R
lanjutkan intervensi
menganjurkan pasien unt
melakukan latihan batuk e
S
pasien masih mengeluh le
pasien mengatakan masih
dan sesak bila melakukan
O
TD : 90/70 mmHg
RR 24x/menit
Nadi 72 x/menit
36,1 C
Pasien tampak lemah
A
Masalah intoleransi aktiv
sebagian
P
Ukur tanda-tanda vital pa
I
Mengukur tanda-tanda vi
dengan hasil TD : 90/70 m
RR 24x/menit
Nadi 72x/menit
Suhu 36,1 C
E
TD 90/70 mmHg
RR 24x/menit
Nadi 72 x/menit
Suhu 36,1 C
R
Lanjutkan intervensi di at

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. American College of Cardiology; Air pollution damages more than
lungs: Heart and blood vessels suffer too.
Corwin, Elizabeth J. 2009. BUKU SAKU PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. DIAGNOSA KEPERAWATAN: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Indriyantoro, dkk. 2008. DOI: Data Obat di Indonesia. Jakarta: PT. Muliapurna
Jayaterbit.
Lusianah, dkk. 2012.Prosedur Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

McCloskey, Joanne Dochterman, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification


(NIC). USA: MOSBY ELSIEVER.
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA:
ELSEVIER SAUNDERS.
Priharjo, Robert. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC
Sari, Kartika Wijayaningsih.2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV.
Trans Media.

Anda mungkin juga menyukai