Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

VARICOCELE
a. Definisi
Varikokel adalah pelebaran sistem pembuluh darah balik atau vena pada testis atau
kantong buah zakar akibat aliran balik yang terganggu. Pelebaran pembuluh darah ini
akan menyebabkan rasa kemeng atau nyeri pada buah zakar atau testis dan lama - lama
pembuluh yang berkelok - kelok tadi akan nampak atau teraba pada testis seperti
kumpulan cacing (Paduch, 2001).
Varikokel, varicocele, adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis
akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada
15% pria. Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria.
Adanya aliran darah balik yang terganggu menyebabkan perubahan suhu pada testis,
seperti diketahui pembentukan sperma yang layak pakai berada pada testis dalam
suasana suhu tertentu, jika telah terjadi perubahan suhu maka pembentukan sperma
akan terganggu ( oligospermia atau berkurangnya jumlah sperma yang dihasilkan atau
azoospermia atau tidak adanya sperma yang dihasilkan ) sehingga proses pembuahan
juga terganggu - akibatnya dapat terjadi kemandulan atau tidak mempunyai anak. 2141% pria yang mandul menderita varikokel. (Purnomo, 2012)

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Setelah pubertas, selain sebagai organ reproduksi (menghasilkan spermatozoa) jg
sbg

kelenjar

endokrin

yg

menghasilkan

hormon

androgen

yg

berguna

untuk

mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder.


Testis bersama tunica vaginalis propria nya terletak dalam cavum scroti. Testis kiri
terletak lebih rendah drpd yg kanan. Testis berbentuk oval dg berat 10-14 gr dg panjang 4
cm ukuran dr anterior ke posterior 3 cm dan lebar 2,5cm dan memiliki bagian-bagian yakni

extremitas superior, extremitas inferior, facies lateralis, facies medialis, margo anterior
(convex), margo posterior (datar)

Lapisan Pembungkus Testis (Orchis)


Testis terletak di dalam cavum scrota yg ditutupi oleh scrotum. Dimana lapisan nya dari luar
ke dalam yakni :

Cutis

Tunica dartos

Fascia Spermatica Externa (Aponeurosis MOAE)

M. Cremasterica

Fascia Cremasterica (Aponeurosis MOAI)

Fascia Spermatica Interna (Aponeurosis MTA)

Tunica Vaginalis Propia (Lamina Parietalis dan Lamina Visceralis)

Tunica Albuginea

Perjalanan Sperma dr Produksi hingga Ekskresi

Sel Sperma di hasilkan oleh sel spermatozoid yg berada di dinding tubulus seminiferus
contortus yg berlekuk2.

Tubulus Semeiniferus contortus tubulus seminiferus recti tubuli seminiferus recti


saling bertemu di Rete testis ductus eferentes (Sperma dimatangkan) ductus
deferentes ductus ejaculatorius mendpaat campuran semen dr ductus ekscretorius
uretra keluar

Vaskularisasi Testis (Orchis)

A. testicularis dextra ei sinistra cabang dr aorta abdominalis

V. testicularis dextra yg akan bermuara ke V. Cava Inferior

V. testicularis sinistra yg akan bermuara ke v. renalis sinistra lalu bermuara ke Vena


Cava Inferior

Innervasi Testis (Orchis)


Testis dipersarafi oleh serabut saraf dari plexus nervacus tertucularis. Plexus ini dibentuk
oleh nervus thoracalis VI-XII.
Fisiologi Testis (Orchis)
Testis terdiri dari 3 sel yaitu :

Sel Leydig yang berfungsi untuk menghasilkan hormon testoseron untuk menumbuhkan
ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki. Sel ini juga sebagai Endocrin

Sel Sertoli yang berfungsi untuk memberi makan sperma yang dirangsang oleh FSH
yang dihasilkan oleh Adenehypophysis. Sel ini Sebagai sebagai Eksocrin

Sel Spermatozoid yang berfungsi untuk menghasilkan sperma yang berada pada
dinding Tubulus Seminiferus Contortus. Sel ini sebagai Eksocrin

3 sel ini dibagi 2 bagian yaitu Sel Leydig Sebagai Endocrin sedangkan Sel Sertoli dan
Sel Spermatozoid sebagai Eksocrin

Testis menghasilkan hormon testosterone yg berfungsi utk memacu perkembangan


system reproduksi steroid pria dan ciri seksual sekunder pria

EPIDEMIOLOGI
Walaupun varikokel muncul pada kira-kira 20% populasi laki-laki secara umum, kebanyakan
terjadi pada populasi subfertil (40%). Faktanya, varikokel skrotum umumnya merupakan
penyebab rendahnya produksi sperma dan penurunan kualitas sperma. Varikokel mudah
diidentifikasi dan dikoreksi dengan prosedur pembedahan
Pada referensi lain disebutkan varikokel ditemukan kira-kira pada 15% anak remaja laki-laki
dan predominan pada sisi sebelah kiri. (Daitch, 2003)
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 7093 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika

interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan
bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri
lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten. (Purnomo,
2012)
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus. (Purnomo, 2012)
Etiologi varikokel secara umum:
1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur
penunjang/atrofi otot kremaster, kelemahan kongenital, proses degeneratif
pleksus pampiniformis.
2. Hipertensi v. renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior.
3. Turbulensi dari v. supra renalis kedalam juxta v. renalis internus kiri berlawanan
dengan kedalam v. spermatika interna kiri.
4. Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal v. spermatika .
5. Tekanan v. spermatika interna meningkat letak sudut turun v. renalis 90 derajat.
6. Sekunder : tumor retro, trombus v. renalis, hidronefrosis.
a.

Etiologi Anatomi

Suplai arteri testis mempunyai 3 komponen mayor yaitu: arteri testikular, arteri kremaster
dan arteri vasal. Walaupun kebanyakan darah arterial pada testis berasal dari arteri
testikular, sirkulasi kolateral testikular membutuhkan perfusi yang adekuat dari testis,
walaupun arteri testikular terligasi atau mengalami trauma. Drainase venous dari testis
diprantarai oleh pleksus pampiniformis, yang menuju ke vena testikular (spermatika interna),
vasal (diferensial), dan kremasterik (spermatika eksternal). Walapun varikokel dari vena
spermatika biasanya ditemui pada saat pubertas, sepertinya terjadi perubahan fisiologi
normal yang terjadi saat pubertas dimana terjadi peningkatan aliran darah testikular menjadi
dasar terjadinya anomali vena yang overperfusi dan terkadang terjadi ektasis vena
(Schneck,2007).
b.

Peningkatan Tekanan Vena

Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan terplintirnya vena
spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah retrogard. Darah vena dari testis
kanan dibawa menuju vena cava inferior pada sudut oblique (kira kira 300). Sudut ini,
bersamaan dengan tingginya aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan
drainase pada sisi kanan (Venturi effect). Sebagai perbandingan, vena testikular kiri menuju
ke arteri renalis kiri (kira kira 90 0). Insersi menuju vena renalis kiri sepanjang 8 10 cm
lebih ke arah kranial daripada insersi dari vena spermatic interna kanan, yang berarti sisi kiri
8 10 cm memiliki kolum hidrostatik yang lebih panjang dengan peningkatan tekanan dan
relatifnya aliran darah lebih lambat pada posisi vertikal.

Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah proksimal diantara arteri mesenterika
superior dan aorta (0.7% dari kasus varikokel), dan distalnya diantara arteri iliaka komunis
dan vena (0.5% dari kasus varikokel). Fenomena nutcracker ini dapat juga menyebabkan
peningkatan tekanan pada sistem vena testikular kiri. (Schneck,2007)

c.

Anastomosis Vena Kolateral

Studi anatomi menggambarkan terdapat anastomosis sistem drainase superfisial dan


interna, bersamaan dengan kiri-ke-kanan hubungan vena pada ureter (L3-5), spermatik,
skrotal, retropubik, saphenus, sakral

dan pleksus pampiniformis. Vena spermatika kiri

memiliki cabang medial dan lateral pada level L4-penemuan ini penting dan harus dilakukan
untuk menentukan penanganan varikokel. Prosedur yang dilakukan diatas level L4 memiliki
risiko kegagalan lebih tinggi karena percabangan multipel dari sistem vena spermatika.
d.

Katup yang Inkompeten


Pada tahun 1966, Ahlberg menjelaskan bahwa pembuluh testis berisi katup yang
protektif terhadap varikokel, dan ini merupakan kekurangan atau ketidakmampuan
pada sisi kiri yang menyebabkan terjadinya varikokel. Untuk mendudung gagasan ini,
ia menemukan tidak adanya/hilangnya katup pada 40% postmortem vena spermatika
kiri dibandingkan dengan 23% hilangnya pada sisi kanan. Keraguan telah
dilemparkan pada teori ini, namun, dari studi radiologi terbaru yang dilakukan oleh
Braedel dkk menemukan bahwa 26.2% pasien dengan katup yang kompeten tetap

ditemukan

varikokel.

Beberapa

anatomis

kini

bahkan

menjelaskan

bahwa

sebenarnya tidak terdapat katup baik pada vena spermatika sisi kanan maupun kiri.
(Schneck,2007)
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa
cara, antara lain:

Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami
hipoksia karena kekurangan oksigen.

Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.

Peningkatan suhu testis.

Adanya

anastomosis

antara

pleksus

pampiniformis

kiri

dan

kanan,

memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke
testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan
dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
FAKTOR RESIKO
Faktor penyebab yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya varikokel :
Faktor genetik. Orang tua dengan varikokel memiliki kecenderungan menurunkan
sifat pembuluh-pembuluh yang mudah melebar pada anaknya.
Makanan. Beberapa jenis makanan yang dioksidasi tinggi, dapat merusak pembuluh
darah.
Suhu. Idealnya, suhu testis adalah 1-2derajat dibawah suhu tubuh. Suhu yang tinggi
di sekitar testis dapat memicu pelebaran pembuluh darah balik di daerah itu.
Tekanan tinggi disekitar perut.
KLASIFIKASI
Grade
Grade I
Grade II

Temuan dari pemeriksaan fisik


Ditemukan dengan palpasi, dengan manuver valsava
Ditemukan dengan palpasi, tanpa manuver valsava, tidak terlihat

Grade III

dari kulit skrotum


Dapat dipalpasi tanpa manuver valsava, dapat terlihat di kulit
skrotum

Valsalva maneuver adalah usaha pernafasan secara paksa menutup glottis, dilakukan
dengan pembuangan napas (ekspirasi) paksa dengan menutup bibir dan menutup hidung.
Hal ini akan mendesak udara untuk masuk ke telinga dalam ketika saluran Eustachi

terbuka.Manuver ini

menghasilkan peningkatan tekanan intrathoracic, meningkatkan

tekanan intracranial, menghambat venous return dan menurunkan heart rate


MANIFESTASI KLINIK
Varicokel memiliki beberapa tanda dan gejala yang sering dijumpai, yaitu:
Nyeri jika berdiri terlalu lama. Hal ini terjadi karena saat berdiri, maka beban untuk
darah kembali ke arah jantung akan semakin besar, dan akan semakin banyak darah
yang terperangkap di testis. Dengan membesarnya pembuluh darah, maka akan
mengenai ujung saraf, sehingga terasa sakit. Jika pasien berada dalam posisi tidur,
rasa berat dan tumpul tersebut menghilang
Masalah kesuburan. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa 40% dari pria-pria
infertile merupakan penderita varicocele
Atrofi testis. Atrofi testis banyak ditemukan pada penderita varicocele, namun setelah
perawatan lebih lanjut biasanya akan kembali ke ukuran normal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang hangat dengan pasien dalam posisi berdiri tegak,
untuk melihat dilatasi vena. Skrotum haruslah pertama kali dilihat, adanya distensi kebiruan
dari dilatasi vena. Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur vena harus dipalpasi,
dengan manuver valsava (mengedan) ataupun tanpa manuver. Varikokel yang dapat diraba
dapat dideskripsikan sebagai bag of worms, walaupun pada beberapa kasus didapatkan
adanya asimetri atau penebalan dinding vena.

Pemeriksaan dilanjutkan dengan pasien dalam posisi supinasi, untuk membandingkan


dengan lipoma cord (penebalan, fatty cord ditemukan dalam posisi berdiri, tapi tidak
menghilang dalam posisi supinasi) dari varikokel. Palpasi dan pengukuran testis dengan

menggunakan orchidometer (untuk konsistensi dan ukuran) dapat juga memberi gambaran
kepada pemeriksa ke patologi intragonad. Apabila disproporsi panjang testis atau volum
ditemukan, indeks kecurigaan terhadap varikokel akan meningkat.

Gambar. Orkidometer
Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis
meskipun terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu
pemeriksaan auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat
ini dapat mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis.
Varikokel yang sulit diraba secara klinis seperti ini disebut varikokel subklinik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Angiografi/venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya mendemonstrasikan
refluks darah venaabnormal di daerah retrograd menuju ke ISV dan pleksus
pampiniformis. Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif,
teknik ini biasanya hanyadigunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk
menentukan anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang
simptomatik
Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena dengan
kontrasmedium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan
menggunakan kanulmenuju vena testikular kanan

Left testikular venogram


Ultrasonografi
Penemuan USG pada varikokel meliputi:
Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang letaknya
berdekatandengan testis. Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena
dominan pada kanalisinguinalis biasanya lebih dari 2-5 mm dan saat valsava
manuever diametermeningkat sekitar 1 mm
Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa
pembesaranpembuluh darah dengan diameter 8 mm
Varikokel

dapat

ditemukan

dimana

saja

di

skrotum

(medial,

lateral,

anterior,posterior, atau inferior dari testis)


USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu mendiferensiasi
channel vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika terdapat keduanya
USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena: statis (grade I),
intermiten (grade II) dan kontinu (gradeIII).
Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik yang kurang
jelas pada testis. Gambarnya berbetuk oval dan biasanya terletak di sekitar
mediastinum testis.
Positif palsu/negative
Kista epidermoid dan spermatokel dapat member gambaran seperti varikokel. Jika
meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnose. Varikokel
intratestikular dapat member gambaran seperti ektasis tubular.

PENATALAKSANAAN MEDIK
Algoritma Penanganan Varikokel

Analisis Sperma :
1. Oligospermia : volume ejakulat < 1 cc
2. Hiperspermia : volume ejakulat > 4 cc
3. Aspermia : volume ejakulat 0 cc
4. Normozoospermia : jumlah hitungan sperma > 20 jt/cc
5. Hiperzoospermia : spermatozoa > 250 juta/cc

6. Oligozoospermia : spermatozoa 5 - 20 jt/cc


7. Oligozoospermia ekstrim : spermatozoa < 5 jt/cc
8. Kriptozoospermia : Hanya ditemukan beberapa spermatozoa saja
9. Teratozoospermia : Morfologi spermatozoa yg normal < 30 %
Astenozoospermia : motilitas spermatozoa < 50 %
Teknik operasi
Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan infertilitas,
penurunan volume testicular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan tindakan operasi.
Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen yang abnormal harus
dioperasi dengan tujuan membalikkan proses yang progresif dan penurunan durasi
dependen fungai testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak
ada keuntungan dilakukkan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular
ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, harus
dilakukkan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular
ipsilateral memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat
direkomendasikan pada pria golongan usia ini. Remaja dengan varikokel grade I-II tanpa
atropi dilakukan pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan
testis yang menghilang pada sisi varikokel maka disarankan untuk dilakukkan
varikolektomi.
Indikasi dilakukan operasi
a. Infertilitas dengan produksi semen yang jelek.
b. Ukuran testis mengecil.
c. Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar.
Alternatif Terapi
Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan varikokel klinis, ada
beberapa alternatif untuk varikokeletomi. Saat ini terdapat teknik nonbedah termasuk
percutaneous radiographic occlusion dan skleroterapi. Teknik retrogrard perkutaneus
dengan menggunakan kanul vena femoralis dan memasang balon/coli pada vena
spermatika interna. Teknik ini masih berhubungan dengan bahaya pada arteritestikular
dan limfatik dikarenakan sulitnya menuju vena spermatika interna. Radiographic
occlusion juga memiliki komplikasi seperti migrasi emboli paru, tromboflebitis, trauma
arteri dan reaksi alergi dari pemberian kontras.
Tindakan oklusi antegrad varikokel dilakukan dengan tindakan kanulasi perkutan dari
vena pampiniformis skrotum dan injeksi agen sklerotik. Teknik ini memiliki angka
performa yang tinggi tetapi angka rekurensi jika dibandingkan dengan yang teknik
retrograd, dapat memberikan risiko trauma pada arteri testikular.

Teknik operasi
Ligasi dari vena spermatika interna dilakukkan dengan berbagai teknik. Teknik yang
paling pertama dilakukkan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat kulit
skrotum.
Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, ingunal atau sublingual, laparoskopik
dan mikrokroskopik varikokelektomi.
1. Teknik retroperitoneal (palomo)
Teknik retroperitoneal (palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena
spermatiaka interna kearah proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju vena
renalis kiri. Kekurangan dari teknik ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik
karena sulitnya mencari lokasi pembuluh retroperitoneal, dapat menyebabkan
hidrokel post operasi. Ligasi dari atreri testikular disarankan pada anak-anak untuk
meminimalkan kekambuhan, tetapi pada dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri
testicular tidak direkomendasikan karena akan mengganggu fungsi testis.

Modified palomo retroperitoneal approach for varicocelectomy


2. Teknik Inguinal (Ivanissevich)
a. Insisi dibuat 2cm diatas simfisis pubis.
b. Fasia M. External oblique secara hati-hati disingkirkan untuk mencegah
trauma N. Ilioinguinal yang terletak dibawahnya.
c. Pemasangan penrose drain pada saluran sperma.
d. Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah spermatika.
e. Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan menggunakan
benang yang nonabsorbable.

f.

Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External oblique


ditutup dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit subkitikuler.

Teknik ingunal
3. Teknik Laparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan keuntungan dan
kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal dibutuhkan untuk melakukkan
teknik ini, untuk memudahkan menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular
sewaktu melakukkan ligasi beberapa vena spermatika interna apabila vena
comitantes bergabung dengan arteri testikular. Teknik ini memiliki beberapa
komplikasi seperti trauma usus, pembuluh intarabdominal dan visera, emboli, dan
peritonitis. Komplikasi ini lebih serius dibandingkan dengan varikokelektomi open.
4. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)
Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk melakukkan
ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi kearah insisi, untuk memudahkan
pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan mikroskop pembesaran 6x hingga
25x, periarterial yang kecil dan vena kremaster akan dengan mudah diiligasi, serta
ekstraspermatik

dan

vena

gubernacular

sewaktu

testis

diangkat.

Fasia

intraspermatika dan ekstraspermatika secara hati-hati dibuka untuk mencari


pembuluh darah. Arteri testikular dapat dengan mudah diidentifikasi dengan
menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik dapat dikenali dan disingkirkan,
sehingga menurunkan komplikasi hidrokel.
5. Teknik Embolisasi
a. Embolisasi varikokel dilakukkan dengan anestesi intravena sedasi dan local
anastesi.

b. Angiokateter kecil dimasukkan ke system vena, dapat lewat vena femoralis


kanan atau vena jugularis kanan.
c. Kateter dimasukkan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis kiri (karena
kebanyakan varikokel terdapt di sisi kiri) dan kontras venogram.
d. Dilakukkan ISV venogram sebagai peta untuk mengembolisasi vena.
e. Kateter kemudian dimanuever ke bawah vena menuju kanalis inguinalis
internal.
f.

Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi atau


platinum spring-like embolization coils.

g. Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi
sakroiliaka.
h. Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaikan embolisasi.
i.

Pada tahap akhir, venogram dilakukkan untuk memastikan semua cabang


ISV terblok, kemudian kateter dapat dikeluarkan.

j.

Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10 menit, untuk


mencapai hemostasis.

k. Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien diobservasi
selama beberapa jam, kemudian dipulangkan. Angka keberhasilan proses ini
mencapai 95%.
Evaluasi Pascaoperasi
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa indikator
antara lain:

Bertambahnya volume testis

Perbaikan hasil analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan)

Pasangan menjadi hamil

Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pascabedah vasoligasi tinggi dari Palomo
didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis semen,
dan 50% pasangan menjadi hamil.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
Pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu organ reproduksi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
2. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-cacing di dalam
kantung yang berada di sebelah cranial testis saat penderita berdiri.
3. Data fokus pengkajian
Pre Operasi
Data Subjektif
a. Kien mengeluh belum mempunyai keturunan sampai saat ini
b. Klien mengungkapkan perasaan tidak nyaman karena adanya benjolan diatas
testis dan terkadang terasa nyeri
c. Klien mengungkapkan perasaan bersalah atau rendah diri karena tidak mampu
memberikan keturunan
d. Klien mengungkapkan perasaan cemas terhadap prosedur pembedahan yang
akan dijalaninya
Data Objektif
a. Adanya benjolan di testis saat pasien berdiri dan hilang saat penderita duduk
b. Kontak mata kurang saat berkomunikasi
c. Jantung berdebar, peningkatan denyut nadi dan tekanan darah dapat terhadi
sesaat sebelum operasi pembedahan
Post operasi
Data Subjektif
a. Klien mengeluhkan nyeri pada bagian tubuh yang dilakukan tindakan
pembedahan
Data Objektif
a. Suhu, denyut nadi dan tekanan darah dapat meningkat setelah operasi
b. Terdapat luka bekas operasi yang berhubungan dengan dunia luar

Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Harga Diri: Harga diri rendah
b. Kecemasan b.d kurang informasi tentang prosedur pembedahan dan perawatan
pasca operasi
c. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat pembedahan
d. Resiko infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
N

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

1 PRE OPERASI

TUJUAN & KRITERIA

Gangguan konsep diri klien

RENCANA TINDAKAN

a.

Anjurkan klien mengung kapkan

Gangguan konsep diri, harga teratasi setelah diberikan Askep perasaannya


diri rendah b.d gangguan

selama 3 x 24 jam dengan :

fertilitas

tentang

infertilitas

yang dideritanya
b.

Kriteria Hasil :

Dorong dan motivasi klien untuk


mengidentifikasi aspek positif pada

Klien mampu mengekspresikan dirinya


perasaan tentang infertile

c. Berikan informasi mengenai

Terjalin kontak mata saat

pembedahan serta alterna tive lain

berkomunikasi

yang diperlukan da lam

Klien mampu mengidentifikasi


aspek positif diri

memecahkan masalah klien

d. Bantu klien untuk memilih


alternative yang tepat dan sesuai
dengan klien memecahkan
masalahnya

2 Kecemasan b.d kurang


informasi tentang prosedur

Kecemasan klien berkurang atau


a. Kaji tingkat ansietas dan ekspresi
teratasi setelah diberikan Askep klien

pembedahan dan perawatan selama


pasca operasi

3 x 24 jam dg :

Kriteria hasil :

b. Berikan kesempatan klien untuk


mengekspresikan perasaanya

Klien dapat mengungkapkan c. Berikan informasi mengenai


kecemasan yang dirasakan
Klien dapat menyebutkan
kembali tentang prosedur
pembedahan
Ekspresi wajah tidak tegang

prosedur pembedahan yang akan


dijalankan

3 POST OPERASI
Nyeri akut b.d trauma

Nyeri pasien berkurang atau

a. Pantau lokasi dan intensitas nyeri

terkontrol setelah diberikan

b. Pantau tanda-tanda vital, terutama

jaringan dan refleks spasme Askep selama

3 x 24 jam dg : nadi

otot sekunder akibat


pembedahan

c. Berikan posisi yang nyaman pada


Kriteria Hasil :

pasien

Klien mengekspresikan keluhan


d. Ajarkan teknik relaksasi dan
nyeri berkurang
Skala nyeri berkurang 0-1

distraksi
e. Delegatif pemberian analgetik

Klien tidak tampak meringis


4 Resiko infeksi b.d tempat

Tanda-tanda vital stabil


Infeksi tidak terjadi setelah

sesuai indikasi
Lakukan perawatan luka pasca

masuknya organisme

diberikan Askep selama 3 x 24

operasi sesuai indikasi dengan

sekunder akibat

jam dg :

teknik aseptic

pembedahan

Pantau suhu, nadi dan tekanan


Kriteria Hasil :

darah sesuai indikasi

Tidak terjadi tanda-tanda infeksi Pantau WBC sesuai indikasi


seperti rubor, kalor, dolor, tumor
dan fungsiolesa
Tanda-tanda vital stabil

Berikan pengertian kepada


keluarga untuk membatasi jumlah
pengunjung

Nilai WBC dalam batas normal Berikan antibiotic sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKA

Behrman;Kliegman; Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi15. Jakarta: EGC

Doenges, Marylin E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. (1999). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC
Sabiston, David C. (1994). Buku ajar bedah. Jakarta: EGC
Willms, Janice L; Schneiderman, Henry; Algranati, Paula S. (2005). Diagnosis fisik: Evaluasi
diagnosis dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC
Cooper, S Christopher et all. 2006. Varicocele. In : Poherty, M Gerard. Current Diagnosis
and Treatment Surgery 13rd edition. Mc-Graw Hill Companies. New York. USA. Hal
961-963.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC, Jakarta
Graham, Sam D, Keane Thomas E. 2009. Varicocele. In : Glenns Urologic Surgery.
Lippincott Williams and Wilkins. Hal 397-401.
Khan, N Ali. 2011. Varicocele Imaging. In www.emedicine.medscape.com/article/382288.
Updated : May 25, 2011.
Mayor, George S et all. 2000. Varicocele in Urologic Surgery. Diagnosis, Technique and
Postoperative Treatment. Georg Theme Publisher. Stuttgart. Germany. Hal 443446.
Purnomo, Basuki B. 2012. Varikokel. In : Dasardasar Urologi. Edisi 3. EGC, Jakarta:
Schneck FX, Bellinger MF. 2007. Varicocele:Abnormalities of the testes and scrotum and
their surgical management. In: Wein AJ, ed. Campbell-Walsh Urology. 9th edition.
Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. Chap. 67 hal. 3793-3798.
Sjamsuhidajat, dkk. 2005. Varikokel. In : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta. Hal:
775
Smith, J Steven, Robert I. White. 2005. Nonsurgical Treatment of Varicocele. Northwestern
University Medical School. USA.
Tanagho EA, McAninch JW. 2008. Varicocele. In : Smith General Urology. McGraw HillCompanies. Ed 17. Chap 44 hal 14, 690-691, 704.

PATHWAY
Peningkatan Tekanan Vena

Anastomosis Vena Kolateral

Katup yang Inkompeten

Varikokel

Stagnasi darah balik pd

Refluks hasil metabolit ginjal

sirkulasi testis

& adrenal

suhu testis

Anastomosis antara pleksus


pampiniformis kiri dan kanan

hipoksia

gg. proses spermatogenesis

infertilitas
Bengkak

Harga Diri Rendah

Nyeri saat
berdiri
terlalu lama

Disfungsi seksual

Pembedahan
Ligasi tinggi vena spermatika interna
secara Palomo
Varikokelektomi cara Ivanisevich

Cemas

memasukkan bahan sklerosing ke dalam


vena spermatika interna (embolisasi)

Kurang pengetahuan
Post op nyeri akut
Resiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai