Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan

dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal.Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia.
Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau
kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Maka kebutuhan
pasien yang memiliki penyakit kronis tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan
dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.

Dengan itu kami mengangkat judul :


Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Kronis

1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
4. Apa penyebab dari penyakit kronis?
5. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?
6. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis?

1.3.

Tujuan
1

1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.


Menjelaskan cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis
Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis
Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk terhadap

pasien kronis.
6.
Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan penderita penyakit kronis dengan
benar.

1.4.

Metode penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi kasus

yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan. Metode ini dilakukan
dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan
dengan judul dan permasalahan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan
kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di dalam komunikasi terapeutik ini harus ada unsure
kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan
komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien
Beberapa pendapat mengenai komunikasi terapeutik diantaranya:
1.

Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau


keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi

2.

gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.


Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman

3.

emosional klien.
S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman

4.

dalam membina hubungan intim yang terapeutik.


Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan
menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional dengan

5.

menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi.


(Heri Purwanto, 1994)Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal,
artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal.

6.

(Mulyana, 2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara

7.

sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.


(Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara
perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di

8.

antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
(Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang

bisa

dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan


profesional.
2.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang
lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Memulai komunikasi
terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien yang menderita penyakit
kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu
menerima keberadaan dirinya,mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa
tidak berarti dan padaakhirnya merasa putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dansaling
bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana
menerima danditerima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien
dalammembina hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham
dan Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam
proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan
kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan sertamencapai tujuan
yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa
individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang

tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang reistis.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan
perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang
jelas.

2.3. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam
asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip
dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip humanity of nurses and clients.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya,
3.

dan keunikan setiap individu.


Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga hargadininya dan

4.

harga diri klien.


Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan danmemberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien

adalah kunci dan komunikasi terapeutik.


5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta
nilai yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
5

8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya. Sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah masalahyang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun fungsi.
2.4. Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi

merupakan

proses

kompleks

yang

melibatkan

perilaku

dan

memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga
tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
2.4.1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi
dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji
minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal
yang efektif harus:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Jelas dan ringkas


Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Arti denotatif dan konotatif
Selaan dan kesempatan berbicara
Waktu dan Relevansi
Humor

2.4.2. Komunikasi Tertulis


Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering
digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan
memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain. Prinsip-prinsip komunikasi
tertulis terdiri dari :
6

1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
2. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat

yang

telahdiarsipkan.
3. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali
untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
4. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah,surat
pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Adanya dokumen tertulis


Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
Dapat meyampaikan ide yang rumit
Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian Komunikasi tertulis

2.4.3. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan
klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan

keperawatan, karena

isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi
suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Morris (1977)
dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1. Kinesik
7

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk


bahasa

isyarat

tubuh

pengalihaninformasi

atau

anggota

mengenai

tubuh.

kesehatan,

Perhatikan

para

bahwa

penyuluh

tidak

dalam
saja

menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu


dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat
yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
2. Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang dan
jarak antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara
individudengan objek.
3. Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di
antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli komunikasi
nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, merabaraba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi
anda dengan seseorang.
4. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat
kalaukita hendak menginterprestasikan simbol verbal.
5. Artifak
Artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan berbagai benda
material disekitar kita.
6. Logo dan Warna Kreasi perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan
merupakan karya komunikasi bisnis.
7. Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari
lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,tipe
tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh
itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu
keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana
kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang
lain

agar

mereka

dapat

mengetahui

informasi,

menikmati

informasi,

memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan


oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
2.5. Karakteristik Komunikasi Teraupetik
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut:
(Arwani, 2003 : 54).
1.

Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2.

Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3.

Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan
dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.

2.6. Teknik Komunikasi Terapeutik


a.

Mendengar (Listening)

Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan
klien, member kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat

harus menjadi

pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang disampaikan klien perlu
diluruskan. Tujuan teknik ini adalah memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan
perasaannya dan menjaga kestabilan emosi/psikologis klien.
b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
9

Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya sesuai kehendak klien
tanpa membatasi, contoh:
Apa yang sedang Saudara pikirkan?, Apa yang akan kita bicarakan hari ini?.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat memberi dorongan
dengan cara mendengar atau mengatakan saya mengerti yang saudara katakan.
c. Mengulang (Restarting)

Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien
dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. Misalnya: Ooh..jadi Saudara tadi
malam tidak bisa tidur karena.....
d.

Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena
malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau
mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: dapatkah Anda menjelaskan kembali
tentang....?.
Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-klien.

e. Refleksi

Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi


ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)

Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang

2)

diekspresikan klien dengan pengertian perawat.


Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien terhadap
isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.

Teknik refleksi ini berguna untuk:

Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.

Mengoreksi.

Memberi keterangan lebih jelas

Kerugiannya adalah:

f.

f.

Mengulang terlalu sering tema yang sama

Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi


Memfokuskan

10

Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan

yang penting serta menjaga

pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya.
Perawat : Apakah Saudara sudah minum obat?
g. g.

Membagi persepsi

Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan


perawat

dapat

meminta

umpan

balik

dan

pikirkan. Dengan cara ini


memberi

informasi.

Contoh: Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya.
h. h.

Identifikasi
Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah
yang
penting.
Misalnya: Saya lihat dari semua keterangAn yang Anda jelaskan, Anda telah disakiti.
Apakah ini latar belakang masalahnya?
i. i.
Diam
(Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk
member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang
menarik
diri,
teknik
diam
berarti
perawat
menerima
klien.
Misalnya:
Klien
:
Saya
jengkel
kepada
suami
saya.
Perawat
:
Diam
(memberi
kesempatan
klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas, kalau saya tanya
pasti marah.
j. j.
Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi
lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat,
kira-kira
kenapa
ya
Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau
karena metabolisme tubuh yang meningkat.
k. k.
Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada fase kerja dan
11

tidak
tepat
pada
fase
awal
hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak
nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat mengurangi atau
berhenti
merokok.

II.7. Pengertian Penyakit Kronis


Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina,
2009)
Ketidakmampuan / ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatAn yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina,
2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik yang
dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien
mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord pulmonal
deases, penyakit arthritis.
II.8. Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa
sifat diantaranya adalah :
a. Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit

jantung.

b. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu.
Contoh penyakit diabetes mellitus.
c. Kambuh

12

Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau
berbeda. Contoh penyakit arthritis
II.9. Dampak penyakit kronis terhadap klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.

Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
Klien menjadi pasif
Tergantung
Kekanak-kanakan
Merasa tidak nyaman
Bingung
Merasa menderita
Dampak somatik
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan

penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P
1.

Dampak terhadap gangguan seksual


Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan

secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).


2.

Dampak gangguan aktivitas


Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat

terganggu baik secara total maupun sebagian.

II.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik


a.
Persepsi klien terhadap situasi
b.
Beratnya penyakit
c.
Tersedianya support social
d.
Temperamen dan kepribadian
e.
Sikap dan tindakan lingkungan
f.
Tersedianya fasilitas kesehatan
5.
Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

13

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-SosialSpritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009).
II.11. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi
Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga
harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam
menyesuaikan fase kehilangAn yang di alami pasien.
1.

Fase Denial ( pengikraran )


Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau

menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan Tidak, saya tidak percaya
bahwa itu terjadi . Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus
menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah
letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan
tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit
sampai beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang di gunakan :
Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi
kehilangan dan kematian
Selalu berada di dekat klien
Pertahankan kontak mata
2.

Fase anger ( marah )


Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan.

Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang
ada di sekitarnya, orang orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun
dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek
14

3.

Fase bargening ( tawar menawar )


Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan

maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka
dengan kata kata kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa .
apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai
kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi
kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan.
4.

Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara,

kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan
yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan
adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan
klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5.

Fase acceptance ( penerimaan )


Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya di

nyatakan dengan kata kata ini apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh? Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia
akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi
apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika
mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan
sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
6.

Menyampaikan berita buruk

langkah langkahnya adalah :


a.

Persiapan

Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi
Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan
orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari

15

seperti : ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada
anda
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat,
dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan
perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat
yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag.
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita
kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar
b.

Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara

sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.


Beberapa tugas penting di awal ;

Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat orang yang

elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.


Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabarkan dengan kabr buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentang pemahaman
resipien terhadap situasi.
Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan
akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat
mengutarakan pertanyaan seperti mengapa tes itu di lakukan?
c.

Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua

yang ada lingkungannya.

Bicara pelan

Berikan peringatan awal saya takut saya mempunyai kabar yang kurang baik untuk anda....
Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.
d.

Akibat dari berita


Tunggu reaksi dan tenang
Misal : menangis, pingsan dll
16

Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati

Dan perawat bisa menyampaikan saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam
pikiran anda saat ini?

Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya


Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian?
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat
Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk.

Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan
bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.
II.12. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-SosialSpritual ini akan meliputi respon kehilangan.
a.

Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut ,

cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.


b.

Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai

perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan


c.

Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan

situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga

kelompoknya
d.

Kehilangan rasa nyaman


Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,

nyeri, dll
e.

Kehilangan fungsi fisik


Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus

dibantu melalui hemodialisa


f.

Kehilangan fungsi mental

17

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat
berpikir secara rasional
g.

Kehilangan konsep diri


Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi

sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini
dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
h.

Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

BAB III
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik
dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang

18

positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa
dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non
verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan
hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk
mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas
mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
IV.Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara
spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien
apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang
menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk
tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat
dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien,terutama pada
pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.
Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia berhubungan
dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi yang akurat tetapi aspek
emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses
komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat
memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC
Hubungan Terapeutik Perawat - Klien , Budiana Keliat ,S.Kep.
Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC
http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html
19

http://www.scribd.com/doc/45819001/Pengertian-Komunikasi-Terapeutik#download
http://dwicheeprutezz.blogspot.com/2013/07/makalah-komunikasi-keperawatan.html

Roleplay Perawat Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Klien dengan penyakit Kronis
(Diabetes Melitus)
Pada pagi hari di ruang Cempaka bangsal dalam seorang bapak paruh baya bernama bapak
Angen yang berumur 45 tahun tidak mau minum obat. Dia mempunyai penyakit diabetes
mellitus. Beliau merasa hidupnya tidak berguna lagi dan merasa malu dengan keadaannya saat
ini,. Namun, perawat dan anaknya memberi perngertian bahwa semua penyakit pasti ada
obatnya
Cerita selengkapnya, kita lihat di TKP:
20

A : Anak pasien
B : Bapak Angen (Pasien)
P : Himsa (Perawat)

A : Bapak kenapa obatnya tidak diminum?diminum dong pak biar cepat sembuh.
B : Biar saja nak,bapak sudah tidak mau hidup lagi,percuma minum obat tidak sembuh-sembuh
nak,bapak capek.
(Lalu ketika perawat operan jaga malam ke sift pagi,anak pasien menghampiri perawat dan
mengadu bapak nya yang tidak mau minum obat)
A : Mas,ini bapak saya tidak mau minum obat.tolong dibujuk ya mas.
P : Kenapa bapak tidak diminum obat nya?
B: Begini mas,saya malu dengan keadaan saya saat ini. (menangis)
P : ( Perawat mendengarkan dengan penuh perhatian )
Kenapa Bapak Angen malu dengan keadaan Bapak saat ini? ( Perawat menanyakan pertanyaan
yang berkait untuk mendapatkan informasi yang spesifik ). Bukankah kemarin saya sudah
menjelaskan kepada Bapak agar Bapak tetap bertawakal dan bersabar? InsyaAllah, bapak akan
diberi kesembuhan.
B : Pokoknya, saya malu mas, saya ingin mati saja (menangis)
saya malu dengan keadaan saya ini karena saya tidak bisa seperti orang lain yang dengan mudah
berkumpul dan saya tidak mau mendapat bantuan apapun.!
P : Bapak Angen, saya mengerti apa yang bapak rasakan . Tetapi, bapak angen tidak perlu malu
dengan keadaan bapak sendiri, dengan bapak lebih sabar dan tegar bapak pasti akan bisa
menjalani semua ini.( Perawat berusaha mengklarifikasi ).
Bapak Angen pun terdiam sejenak. Lalu perawat memberikan tambahan informasi untuk
memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan.
P : Bapak Angen, dengan pengobatan yang bapak jalani sekarang dan dengan kesabaran
bapak,itu akan membantu bapak untuk menyembuhkan penyakit bapak. ( Perawat memberikan
kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan ).
B : Tapi mas,, saya merasa hidup saya sudah tidak berguna lagi. Lihatlah mas, kaki saya,,
(menunjukkan kakinya dan menangis meronta)
21

P: Bapak,,bapak tenang dulu, semua penyakit pasti ada obatnya, tapi obat itu tak akan ada
gunanya, jika kita juga tidak berniat dari hati bahwa kita bisa sembuh. Banyak orang diluar sana
yang masih membutuhkan bantuan bapak.
B : (menghela nafas) Baik mas, saya akan berusaha sabar dan tegar, suatu saat nanti pasti
penyakit saya ini akan sembuh.
P : ( Perawat memberikan penghargaan dengan tersenyum pada bapak Angen)
Keputusan itu sangat baik bapak Angen, mudah-mudahan anda cepat sembuh
beraktifitas seperti biasanya.Sekarang obatnya diminum ya pak.

dan dapat

B : Iya mas.Terima kasih mas atas motivasi yang anda berikan.


P : Sama-sama pak.
B : Yang terpenting saya akan selalu berdoa untuk kesembuhan saya. Jika nanti takdir berkata
lain, saya sudah siap menerimanya mas.
P : Nah, bapak, semua itu sudah diatur sama Allah. Dan kita harus bisa menerimanya.
B : Baik mas..

Bapak Angen pun telah menyadari bagaimana keadaan yang dia alami, dan Beliau
berusaha untuk menerimanya.
Kesimpulan dari role play kali ini adalah untuk menjalin suatu hubungan yang saling
percaya, maka perawat membutuhkan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ini berguna
untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien. Pada pasien yang mengalami penyakit kronis ini, perawat harus lebih bisa
bersabar untuk menuntun pasien agar keluar dari keadaan yang bisa menurunkan semangatnya
untuk hidup.

22

23

Anda mungkin juga menyukai