Makalah Komunikasi Keperawata
Makalah Komunikasi Keperawata
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal.Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia.
Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau
kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Maka kebutuhan
pasien yang memiliki penyakit kronis tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan
dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
4. Apa penyebab dari penyakit kronis?
5. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?
6. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis?
1.3.
Tujuan
1
1.
2.
3.
4.
5.
pasien kronis.
6.
Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan penderita penyakit kronis dengan
benar.
1.4.
Metode penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi kasus
yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan. Metode ini dilakukan
dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan
dengan judul dan permasalahan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.
3.
emosional klien.
S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
4.
5.
6.
7.
8.
antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
(Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang
bisa
tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang reistis.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan
perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang
jelas.
4.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya. Sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah masalahyang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun fungsi.
2.4. Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi
merupakan
proses
kompleks
yang
melibatkan
perilaku
dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga
tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
2.4.1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi
dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji
minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal
yang efektif harus:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
2. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat
yang
telahdiarsipkan.
3. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali
untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
4. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah,surat
pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
keperawatan, karena
isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi
suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Morris (1977)
dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1. Kinesik
7
isyarat
tubuh
pengalihaninformasi
atau
anggota
mengenai
tubuh.
kesehatan,
Perhatikan
para
bahwa
penyuluh
tidak
dalam
saja
agar
mereka
dapat
mengetahui
informasi,
menikmati
informasi,
Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2.
Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3.
Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan
dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.
Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan
klien, member kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat
harus menjadi
pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang disampaikan klien perlu
diluruskan. Tujuan teknik ini adalah memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan
perasaannya dan menjaga kestabilan emosi/psikologis klien.
b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
9
Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya sesuai kehendak klien
tanpa membatasi, contoh:
Apa yang sedang Saudara pikirkan?, Apa yang akan kita bicarakan hari ini?.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat memberi dorongan
dengan cara mendengar atau mengatakan saya mengerti yang saudara katakan.
c. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien
dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. Misalnya: Ooh..jadi Saudara tadi
malam tidak bisa tidur karena.....
d.
Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena
malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau
mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: dapatkah Anda menjelaskan kembali
tentang....?.
Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-klien.
e. Refleksi
Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
2)
Mengoreksi.
Kerugiannya adalah:
f.
f.
10
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya.
Perawat : Apakah Saudara sudah minum obat?
g. g.
Membagi persepsi
dapat
meminta
umpan
balik
dan
informasi.
Contoh: Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya.
h. h.
Identifikasi
Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah
yang
penting.
Misalnya: Saya lihat dari semua keterangAn yang Anda jelaskan, Anda telah disakiti.
Apakah ini latar belakang masalahnya?
i. i.
Diam
(Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk
member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang
menarik
diri,
teknik
diam
berarti
perawat
menerima
klien.
Misalnya:
Klien
:
Saya
jengkel
kepada
suami
saya.
Perawat
:
Diam
(memberi
kesempatan
klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas, kalau saya tanya
pasti marah.
j. j.
Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi
lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat,
kira-kira
kenapa
ya
Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau
karena metabolisme tubuh yang meningkat.
k. k.
Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada fase kerja dan
11
tidak
tepat
pada
fase
awal
hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak
nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat mengurangi atau
berhenti
merokok.
jantung.
b. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu.
Contoh penyakit diabetes mellitus.
c. Kambuh
12
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau
berbeda. Contoh penyakit arthritis
II.9. Dampak penyakit kronis terhadap klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.
Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
Klien menjadi pasif
Tergantung
Kekanak-kanakan
Merasa tidak nyaman
Bingung
Merasa menderita
Dampak somatik
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P
1.
13
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-SosialSpritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009).
II.11. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi
Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga
harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam
menyesuaikan fase kehilangAn yang di alami pasien.
1.
menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan Tidak, saya tidak percaya
bahwa itu terjadi . Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus
menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah
letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan
tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit
sampai beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang di gunakan :
Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi
kehilangan dan kematian
Selalu berada di dekat klien
Pertahankan kontak mata
2.
Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang
ada di sekitarnya, orang orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun
dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek
14
3.
maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka
dengan kata kata kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa .
apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai
kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi
kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan.
4.
Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara,
kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan
yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan
adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan
klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5.
nyatakan dengan kata kata ini apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh? Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia
akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi
apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika
mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan
sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
6.
Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi
Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan
orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari
15
seperti : ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada
anda
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat,
dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan
perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat
yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag.
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita
kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar
b.
Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara
Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat orang yang
Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua
Bicara pelan
Berikan peringatan awal saya takut saya mempunyai kabar yang kurang baik untuk anda....
Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.
d.
Dan perawat bisa menyampaikan saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam
pikiran anda saat ini?
Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan
bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.
II.12. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-SosialSpritual ini akan meliputi respon kehilangan.
a.
Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut ,
Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai
Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan
kelompoknya
d.
nyeri, dll
e.
17
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat
berpikir secara rasional
g.
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini
dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
h.
BAB III
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik
dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang
18
positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa
dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non
verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan
hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk
mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas
mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
IV.Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara
spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien
apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang
menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk
tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat
dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien,terutama pada
pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.
Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia berhubungan
dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi yang akurat tetapi aspek
emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses
komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat
memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC
Hubungan Terapeutik Perawat - Klien , Budiana Keliat ,S.Kep.
Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC
http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html
19
http://www.scribd.com/doc/45819001/Pengertian-Komunikasi-Terapeutik#download
http://dwicheeprutezz.blogspot.com/2013/07/makalah-komunikasi-keperawatan.html
Roleplay Perawat Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Klien dengan penyakit Kronis
(Diabetes Melitus)
Pada pagi hari di ruang Cempaka bangsal dalam seorang bapak paruh baya bernama bapak
Angen yang berumur 45 tahun tidak mau minum obat. Dia mempunyai penyakit diabetes
mellitus. Beliau merasa hidupnya tidak berguna lagi dan merasa malu dengan keadaannya saat
ini,. Namun, perawat dan anaknya memberi perngertian bahwa semua penyakit pasti ada
obatnya
Cerita selengkapnya, kita lihat di TKP:
20
A : Anak pasien
B : Bapak Angen (Pasien)
P : Himsa (Perawat)
A : Bapak kenapa obatnya tidak diminum?diminum dong pak biar cepat sembuh.
B : Biar saja nak,bapak sudah tidak mau hidup lagi,percuma minum obat tidak sembuh-sembuh
nak,bapak capek.
(Lalu ketika perawat operan jaga malam ke sift pagi,anak pasien menghampiri perawat dan
mengadu bapak nya yang tidak mau minum obat)
A : Mas,ini bapak saya tidak mau minum obat.tolong dibujuk ya mas.
P : Kenapa bapak tidak diminum obat nya?
B: Begini mas,saya malu dengan keadaan saya saat ini. (menangis)
P : ( Perawat mendengarkan dengan penuh perhatian )
Kenapa Bapak Angen malu dengan keadaan Bapak saat ini? ( Perawat menanyakan pertanyaan
yang berkait untuk mendapatkan informasi yang spesifik ). Bukankah kemarin saya sudah
menjelaskan kepada Bapak agar Bapak tetap bertawakal dan bersabar? InsyaAllah, bapak akan
diberi kesembuhan.
B : Pokoknya, saya malu mas, saya ingin mati saja (menangis)
saya malu dengan keadaan saya ini karena saya tidak bisa seperti orang lain yang dengan mudah
berkumpul dan saya tidak mau mendapat bantuan apapun.!
P : Bapak Angen, saya mengerti apa yang bapak rasakan . Tetapi, bapak angen tidak perlu malu
dengan keadaan bapak sendiri, dengan bapak lebih sabar dan tegar bapak pasti akan bisa
menjalani semua ini.( Perawat berusaha mengklarifikasi ).
Bapak Angen pun terdiam sejenak. Lalu perawat memberikan tambahan informasi untuk
memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan.
P : Bapak Angen, dengan pengobatan yang bapak jalani sekarang dan dengan kesabaran
bapak,itu akan membantu bapak untuk menyembuhkan penyakit bapak. ( Perawat memberikan
kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan ).
B : Tapi mas,, saya merasa hidup saya sudah tidak berguna lagi. Lihatlah mas, kaki saya,,
(menunjukkan kakinya dan menangis meronta)
21
P: Bapak,,bapak tenang dulu, semua penyakit pasti ada obatnya, tapi obat itu tak akan ada
gunanya, jika kita juga tidak berniat dari hati bahwa kita bisa sembuh. Banyak orang diluar sana
yang masih membutuhkan bantuan bapak.
B : (menghela nafas) Baik mas, saya akan berusaha sabar dan tegar, suatu saat nanti pasti
penyakit saya ini akan sembuh.
P : ( Perawat memberikan penghargaan dengan tersenyum pada bapak Angen)
Keputusan itu sangat baik bapak Angen, mudah-mudahan anda cepat sembuh
beraktifitas seperti biasanya.Sekarang obatnya diminum ya pak.
dan dapat
Bapak Angen pun telah menyadari bagaimana keadaan yang dia alami, dan Beliau
berusaha untuk menerimanya.
Kesimpulan dari role play kali ini adalah untuk menjalin suatu hubungan yang saling
percaya, maka perawat membutuhkan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ini berguna
untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien. Pada pasien yang mengalami penyakit kronis ini, perawat harus lebih bisa
bersabar untuk menuntun pasien agar keluar dari keadaan yang bisa menurunkan semangatnya
untuk hidup.
22
23