SPM Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah
SPM Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah
SKIZOFRENIA
BATASAN
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai oleh penyimpangan yang
mendasar dan khas dari proses berpikir dan persepsi serta afek yang tidak wajar. Kesadaran
bisaanya tetap jernih dan kemampuan intelektual tetap baik walaupun pada perkembangan
lebih lanjut dapat terjadi kemunduran kognitif.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
1. Harus ada satu gejala berikut yang jelas, atau dua atau lebih apabila kurang jelas
a. Isi pikiran :
Pikiran disiarkan
b. Waham dikendalikan :
Waham dipengaruhi
d. Waham-waham yang tak wajar menurut budaya setempat atau hal -hal yang
mustahil, misalnya memiliki kekuatan diatas manusia bisaa
2. Atau paling sedikit dua gejala harus selalu ada secara terus-menerus :
a. halusinasi disertai waham atau ide-ide berlebihan
b. arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan sehingga berakibat
inkoherensi, pembicaraan tidak relevan, mutisme dan stupor.
c. Gejala-gejala negatif seperti : apatis, jarang bicara, respon emosional
tumpul atau tidak wajar, menarik diri dari pergaulan sosial dan
Stupor
ii.
Gaduh gelisah
iii.
iv.
Negativisme
v.
Rigiditas
vi.
Fleksibilitas serea
vii.
b.
c.
d.
a. Gejala negatif yang khas tanpa didahului riwayat halusinasi, waham atau
manifestasi lain dari episode psikotik
b. Disertai dengan perubahan perilaku pribadi yang bermanifestasi
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tak ada tujuan
hidup dan penarikan diri secara sosial.
6. GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
1. FARMAKOTERAPI
o Neuroleptika dosis efektik rendah lebih bermanfaat untuk penderita
menahun atau dengan gejala-gejala psikotik yang menonjol
o Neuroleptik
yang meningkat
o Neuroleptik dosis efektif tinggi (diberikan dalam dosis terbagi 2-3x
sehari)
o Neuroleptik generasi kedua untuk gejala negatif
Klorpromazin per oral 2-3 x (50-200 mg/hari)
Injeksi : 25-50 mg/kali i.m
Thioridazin 2-3 x (50-100 mg) hari
Untuk pasien dengan gangguan organ, misalnya hepar
Sulpiride 2 x 200 mg/hari
NAMA
Clozapin
EKG,hipertensi,sinkop,kontipasi,
kenaikan berat badan, diare, rasa
perut sebah, mual-mual.
- EPS termasuk Tardif diskinesia
jarang terjadi, demikain juga
efek pada sekresi prolaktin
Petunjuk Khusus :
- Sebelum memulai dengan clozapin,
WBC dengan hitung jenis harus
dilakukan, hanya pasien dengan
jumlah WBC yang normal
3.500/mm 3 dan jumlah neotrofil
absolute (ANC) 2.000/mm3
dapat diberkan obat
- Pasien dengan epilepsi yang tidak
terkontrol, psikotik alkoholik
atau toksik, riwayat gagal
sirkulasi atau intoksikasi obat,
supresi
sumsum
tulang,
gangguan mieloproliferasi atau
ketidaknormalan sel darah putih
atau diferensial
- Pasien dengan riwayat neutropenia
atau
agranulositosis
yang
diindikasi oleh obat, pasien
dengan gangguan ginjal berat,
penyakit hati atau gagal jantung
berat.
Olanzapin
Dosis awal :
Tablet 5 mg, 10 mg, 10 mg PO sekali sehari. Dapat
Vial 10 mg
dinaikkan secara bertahap 5 mg
sesuai respon pasien.
Dosis : 5-20 mg/hari
Dosis maksimal : 20 mg/hari short
acting IM
Dosis awal 5 10 mg IM dosis
Tunggal
Dilanjutkan dengan 5-10 mg IM
setelah 24 jam
Dosis maksimal : 3 Inj/ 24 jam
untuk jangka waktu 3 hari.
Dilanjutkan dengan dosis peroral
Risperidon
Dosis awal :
2 mg/hari PO sekali sehari atau 2
kali sehari
Hari ke 2 : dapat dinaikkan
menjadi 4 mg/hari PO. Sesuai dosis
1- 2 mg tergantung respons pasien;
beberapa
pasien
mungkin
membutuhkan kenaikan dosis yang
lebih lambat.
Rentang dosis lazim 4-6 mg/hari
PO
Dosis maksimal : 16 mg/hari
Long acting IM 25 mg setiap 2
Reaksi merugikan
- Sama dengan klopromazin
- sering kali terjadi mengantuk,
insidensi rendah EPS dan
peningkatan prolaktin kurang
dari klorpromazin
- Astenia ringan, cemas, pening,
mialgia,
rintis,
dyspepsia,
peningkatan
kolesterol
dan
trigliserida.
Pripismua,
dan
edema.
Petunjuk khusus :
- Sama seperti klorpromazin
Reaksi merugikan:
- sama dengan klorpromazin
--Pemanjangan
interval
QT,
penurunan ambang kejang
- Astenia, sakit kepla, hipotensi,
kenaikan berat badan, urikosuri
Petunjuk Khusus :
- Sama denagan klorpromazin
Pasien
dengan
riwayat
pemanjanangan QT , Gout atau
hiperurisemia
- Monitor EKG dan Elektrolit
selama pegobatan
- Hati-hati pemberian pada pasien
dengan risiko artiia, asien dengan
riwayat penyakit arteri koronaria
dan hipertensi berat.
Reaksi merugikan :
- Sama dengan klorpromazin
- Insidensi EPS dan sedasi lebih
rendah dari pada klorpromazin
tetapi agitasi dapat terjadi lebih
sering.
- Dispepsia, nausea, sakit perut,
cemas, sulit berkonsentrasi,
insomnia, sakit kepala, cemas
agitasi, hipertensi, hipotensi
ortostatik, takikardia, fatigue,
pening dan gelisah.
minggu
Petunjuk khusus :
- Sama seperti klorpromazin
Sulpirid
Haloperidol
Reaksi merugikan :
- Sama dengan klorpromazin
- Gangguan tidur, agitasi, stimulasi
yang berlebihan, EPS dapat
terjadi sesering seperti pada
klorpromazin. tapi lebih ringan
- Kurang menyebabkan sedasi dan
hipotensi, efek antimuskarinik
minimal
- dapat mencetuskan mania atau
hipomania
Petunjuk khusus:
- Sama seperti klorpromazin
- Hati-hati penggunaan pada pasien
mania atau hipomania.
Reaksi yang merugikan :
- Sama seperti klorpromazin
- kurang menyebabkan sedasi,
hipotensi,dan efek samping
antimuskarinik tetapi EPS lebih
sering
Petunjuk khusus :
- sama seperti klorpromazin
- hati-hati penggunaannya pada
anak dan remaja
- dapat menyebabkan EPS yang
berat
pada
pasien
dengan
hipertirodism
Loxapin
Pimozid
Klorpromazin
M/inj.
Trifluperazin
Tablet 1 mg
Tablet 5 mg
depo
pada
berat
dapat
Reaksi merugikan :
- Sama seperti klorpromazin
- Kurang menyebabkan sedasi
dibandigkan klorpromazin, tetapi
EPS lebih sering.
- Petunjuk khusus :
- Sama seperti klorpromazin
Dosis awal : 2-5 mg PO 2 x sehari Reaksi yang merugikan :
Dapat dinaikkan sesuai dengan - Sama seperti klorpromazin
respons pasien hingga 15-20 - Kurang sering dalam menyebakan
mg/hari PO
sedasi,
hipotensi,
hipotensi
Dosis maksimal : 40 mg/hari Po
hipotermia
atau
efek
antimuskarinik, tetapi EPS lebih
sering (khususnya jika dosis > 6
mg/hari).
Petunjuk khusus :
- Sama seperti klorpromazin.
2. TERAPI ELEKTROKONVULSI
Bagi penderita skizofrenia katatonik gaduh gelisah atau stupor katatonik
3. PSIKOTERAPI
Psikotrerapi suportif diberikan agar pasien dapat lebih bersosialisasi.
4. MANIPULASI LINGKUNGAN
Dilakukan agar lingkungan dapat :
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk
ciri-ciri untuk terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai adalah :
-
Onset yang akut (dalam masa dua minggu atau kurang = gejala waktu gejala- gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari hari. Tidak termasuk gejala prodromal yang gejala-gejalanya sering
tidak jelas sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok
Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat
atau schizophrenia like = gejala skizofrenia yang khas)
Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasikan dengan
karakter kelima XO = tanpa penyerta stres akut, XI = dengan penyerta stres akut).
Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukan sebagai sumber
stres dalam konteks ini)
PENGGOLONGAN
F.23.0
GANGGUAN
PSIKOTIK
POLIMORFIK
AKUT
TANPA
GEJALA
SKIZOFRENIA
PEDOMAN DIAGNOSTIK :
Untuk diagnosis pasti, harus memenuhi kriteria :
a. onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam
kurun waktu 2 minggu atau kurang
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham,yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya.
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu secara cukup
konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F.20) atau episode manik (F.30) atau
episode depresi (F.32)
F.23.1 : GANGGUAN PSIKOTIK POLIMORFIK AKUT DENGAN GEJALA
SKIZOFRENIA
PEDOMAN DIAGNOSTIK :
a.
Memenuhi kriteria a,b,c diatas yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut
(F.23.0)
b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia (F.20) yang
harus ada pada sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara
jelas
c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus
diubah menjadi Skizofrenia (F.20).
F.23.2. GANGGUAN PSIKOTTIK LIR SKIZOFRENIA (SCHIZOPHRENIA-LIKE)
AKUT
PEDOMAN DIAGNOSTIK :
1. Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
a. Onset dari gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan non psikotik
sampai jelas psikotik )
b. Waham dan halusinasi harus ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya
keadaan psikotik yang jelas
c. Baik kriteria untuk skizofrenia (F.20) maupun untuk gangguan psikotik akut (F.23)
tidak terpakai.
2. Kalau waham-waham menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus
diubah menjadi : GANGGUAN PSIKOTIK NON-ORGANIK lainnya (F.23)
F. 23.8 : GANGGUAN PSKOTIK AKUT DAN SEMENTARA LAINNYA
Gangguan psikotik akut lainnya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun
dalam F. 23
F.23.9 : GANGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA YTT.
PENATALAKSANAAN :
1.
Farmakoterapi :
a.
b.
Benzodiazepin
Dapat diberikan terutama bila gejala kecemasan yang menonjol atau jika
pemberian antipsikotik yang menurunkan ambang kejang harus dihindari
Bisaanya dipakai lorazepam 2 mg per oral setiap 2 jam selama diperlukan.
Turunkan dosis setiap 1 sampai 2 minggu. Jarang diperlukan dosis yang
melebihi 8 mg perhari.
2. Perawatan Lanjutan :
a. Psikotik bila sudah memungkinkan
b. Farmakoterapi : ditujukan pada depresi atau kecemasan. Antipsikotik dengan
potensi rendah (Misalnya Thioridazin atau klorpromazin 25-50 mg per oral)
lebih dapat ditoleransi dengan baik daripada antipsikotik potensi tinggi.
GANGGUAN WAHAM
BATASAN
Gangguan waham merupakan gangguan psikotik dengan gejala menonjol berupa
waham dimana tidak ditemukan dasar organik, tidak ditemukan gejala gangguan depresi berat
dan ciri wahamnya tidak bizarre yang membedakannya dengan gangguan Skizofrenia.
Afek penderita sama dengan wahamnya.. Kepribadian penderita tetap utuh dan deteroriasi
minimal walaupun melewati jangka waktu yang cukup lama.
PEDOMAN DIAGNOSIS
1. Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas atau gejala yang paling menyolok.
Waham (baik tunggal maupun merupakan sistim waham) harus sudah ada sedikitnya 3
bulan lamanya, dan harus khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
2. Gejala gejala depresi atau bahkan suatu episode depresi yang lengkap (full-blown)
(F 32) mungkin terjadi secara intermiten dengan syarat bahwa waham tersebut
menetap pada saat tidak terjadi gangguan afektif itu.
3. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
4. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat
sementara.
5. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pkiran,
penumpulan afek, dsb)
6. Termasuk : Paranoia, Psikosis Paraniod. Keadaan paranoid, parafrenia.
PENGGOLONGAN
Menurut DSM-IV-TR terdapat 6 sub-tipe dari gangguan waham ditinjau dari isi wahamnya:
1. Tipe erotomania dengan gejala utama waham erotik
2. Tipe kebesaran (grandiosa) dengan waham kebesaran
3. Tipe Cemburu (Jealousy)
4. Tipe Kejaran
5. Tipe Somatik
PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
Secara bertahap dan empatik terapis meyakinkan pasien bahwa waham dapat
menimbulkan penderitaan bagi pasien dan menghambat cara hidup yang
konstruktif
SINDROMA DEPRESI
BATASAN
Depresi dapat merupakan gangguan tersendiri ataupun sebagai gejala penyerta dari suatu
gangguan lain. Baik sebagai gejala tersendiri ataupun sebagai gejala penyerta, depresi
merupakan gangguan yang banyak dijumpai. Dikatakan, bahwa sekitar 30-40 % penderita
yang dirawat di RSJ merupakan penderita depresi (Psikiatri bio. II.1).
GEJALA SINDROMA DEPRESI
1. Gejala Emosi :
Afek emosi disforik (tidak menenangkan) atau hilangnya minat/rasa senang,
rasa sedih, sering menangis, sering marah, rasa rendah diri, irritable, hancur
luluh.
2. Gejala Fisik :
-
PENGGOLONGAN
PPDGJ II Menggolongkan gangguan depresi kedalam bebarapa kategori :
1.F30 F39
2. F00 F03.x3
3. F06.3
4. F1x.54
5. F25
: Gangguan skizoafektif
6. F41.2
7. F43.20
8. F43.21
PENATALAKSANAAN
A. PSIKOTERAPI
Psikoterapi perlu diberikan bagi pasien yang mengalami depresi, terutama bila
insight sudah ada, Jenis psikoterapi diserahkan sepenuhnya kepada terapis.
B. TERAPI KEJANG LISTRIK (ECT)
Dipertimbangkan pemberiannya manakala:
Pasien
depresi
menunjukkan
gejala
bunuh
diri.
Gaduh
gelisah,
Fluoxetin
Sertralin
Trazodone
Dosis awal : 20 mg PO
sekali sehari pada pagi
hari. Kalau tidak ada
respons setelah beberapa
minggu dosis dinaikkan
secara bertahap.
Dosis maksimal : 80
mg/hari PO.Dosis sehari >
20 mg per hari harus
diberikan dalam 2 dosis
terbagi
Dosis awal : 50 mg PO
sekali sehari .dosis dapat
dinaikkan 50 mg setiap
minggu.
Dosis pemeliharan 500-100
mg per hari Po
Dosis maksimal : 20 mg
mg/hari
Dosis awal :
150 mg/hari PO dosis
tunggal pada malam hari
atau dosis terbagi. Dapat
dinaikkan secara bertahap
50 mg setiap 3-4 hari
hingga 300- 400 mg per
hari.
Dosis maksimal : 600
mg/hari Po dalam dosis
terbagi
Hai-hati
pada
pasien
yang
menggunakan obat obatan yang
dapat mempengaruhi pembekuan
darah.
Lihat citalopram.
Maproptilin
Amitriptilin
Clomipramin
Imipramin
Dosis awal :
25 -75
mg/hari PO dibagi 3
Dosis dapat dinaikkan
secara bertahap setelah 1-2
minggu
hingga
150
mg/hari
Dapat diberikan sebagai
dois tunggal pada malam
hari.
Dosis
maksimal
150
mg/hari
Dosis awal : 50-150 Efek yang merugikan :
mg/hari PO dalam dosis
- Efek samping terjadi berhubungan
terbagi atau dosis tunggal
dengan efek antimuskarinik dan
pada malam hari.
akan menghilangkan jika dimulai
Dapat dinaikkan hingga
dengan dosis rendah dan dinaikkan
dosis maksimal : 300
secara bertahap.
mg/hari
dalam
dosis
- Mulut kering,konstipasi yang dapat
terbagi
mengakibatkan terjadinya ileus
Dosis awal : 10-25 mg/hari
paralitika, mata kabur,kenaikan
PO. Dosis dapat dinaikkan
tekanan
bola
mata,
retensi
secara bertahap hingga 30urinary,hipertermia,
150 mg PO dalam dosis
Mengantuk,cemas, insomnia, sakit
terbagi atau dosis tunggal
kepala, neuropati perifer, ataxia,
Dosis maksimal : 250
tremor, bingung/delirium dapat
mg/hari
terjadi khususnya pada usia lanjut,
mual,muntah, iritasi pada lambung,
Dosis awal : 25-75 mg/hari
kenaikan berat badan, hipotensi,
untuk pasien rawat jalan
takikardia, berkeringat.
dan 75 mg/hari bagi pasien
rawat inap.
Petunjuk khusus
- mulailah dengan dosis rendah untuk
mengurangi efek samping dan
naikan secara bertahap hingga
respons yang dikehendaki.
b.Efek antikholinergik
menurun
d. Efek neurotoksik
Efek sedasi kuat tetapi efek anti kolinergik dan hipotensi ringan
Pemberian :
Manfaat untuk pasien dengan retarded depression usia lanjut, pasien gangguan
jantung, berat badan berlebih.
* Sertralin (Zoloft)
* Paroxetine (Seroxat)
* Fluoxetine (Prozac)
* Flufoxamine (Luvox)
8. Pada pemakaian obat anti depresi, kematian dapat terjadi oleh karena Cardiac arrest
(terutama golongan trisiklik). Dosis letal Trisiklik sekitar 10 x dosis terapi. Golongan SSRI
relatif aman pada overdosis. Oleh karena itu bila memungkinkan pemilihan obat anti
deperesan sebaiknya mengikuti urutan :
Step I
: Golongan SSRI
Step II
: Golongan Trisiklik
Step III
9..Pada pemakaian obat anti depresan, bila dengan dosis adekuat belum tampak perbaikan,
jangan cepat-cepat mengganti dengan jenis lain, tapi pertahankan lebih dahulu sampai jangka
waktu yang cukup (2-3 bulan ) bila masih tetap tidak tampak perbaikan, baru beralih ke obat
anti depresan jenis lannya
SINDROMA MANIA
GEJALA KLINIS
1. Peningkatan aktivitas atau ketidak tenangan fisik.
2. Lebih banyak bicara atau adanya dorongan untuk bicara terus
menerus.
3. Flight of idea.
4. Rasa harga diri yang melambung
5. Kebutuhan tidur berkurang
6. Perhatian mudah dialihkan
7. Keterlibatan berlebihan pada aktivitas-aktivitas yang mengandung
risiko tinggi : Mengebut,boros, tingkah laku seksual terbuka , dll
PENATALAKSANAAN :
1. Psikokerapi.
2. Terapi kejang listrik.
Ad.1 dan Ad.2 sama dengan penatalaksanaan gangguan depresi.
3. Terapi dengan medikamentosa
a.Sinonim : Mood modulator, mood stabilizers, anti mania
b. Obat acuan : Lithium Carbonate, Asam Valproat, Oxcarbamazepin
Haloperidol : dosis sama seperti pemakaian pada pasien psikotik gelisah : 2-3x
2,5 5 mg/hg (d.a. 5-15 mg/hr)
Karbamazepin : Pemakiannya harus pada pasien tanpa gangguan ginjal (tes faal
ginjal dulu ) dan kelainan darah (efek samping agranulositosis ). Dosis 2-3 x 200
mg/hr (d.a. 400 600 mg/hr).
GANGGUAN NEROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN
GANGGUAN TERKAIT STRES
BATASAN
Gangguan nerotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stres merupakan
kelompok gangguan mental yang egosdistonik dengan gejala atau kumpulan gejala yang
tidak mempunyai dasar organik. Pasien tetap mempunyai tilikan (insight) dan daya nilai
terhadap realitas tidak terganggu. Perilakunya dapat terganggu namum masih dalam batasbatas norma sosial dan kepribadianya tetap utuh.
PENGGOLONGAN:
Pengolongan berdasarkan gejala-gejala klinik yang menonjol.
Penggolongan menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut :
F40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK , antara lain :
F40.0
F40.1
: Fobia sosial
F40.2
: Fobia khas
: Gangguan panik
F41.1
F41.2
F41.3
F42.1
F42.2
F43.1
F43.2
: Gangguan penyesuaian
: Amnesia disosiatif
F44.1
: Fugue disoisatif
F44.2
: Stupor disosiatif
F44.3
F44.4
F44.5
: Konvulsif disosiatif
F44.6
: Gangguan somatisasi
F45.1
F45.2
: Gangguan hipokondrik
F45.3
F45.4
: Neurastenia
F48.1
: sindroma depresonalisasi-derealisasi
F48.8
F48.9
PEDOMAN DIAGNOSTIK
F.40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK :
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas, yang
sebenarnya pada saat kejadian tidak membahayakan.
Objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam
Tidak terbatas pada situasi yang telah diduga atau diketahui sebelumnya
Gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau kedua-duanya harus ada mampir setiap
hari selama sediktnya 2(dua) minggu berturut-turut
Harus ada kaitan waktu antara kejadian atau pengalaman stres dengan onset gejala
yaitu beberapa menit atau segera setelah kejadian.
Gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat.
Onset bisaanya terjadi dalam 1 bulan setelah kejadian dan gejala bisaanya melebihi 6
bulan
Gejala utama ada kehilangan (sebagian atau seluruh) integrasi normal (dibawah
kendali kesadaran) antara lain:
- Ingatan masa lalu
- Kesadaran identitas dan penginderaan
- Kontrol terhadap gerakan tubuh
Pedoman diagnostik :
Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala tersebut
Terdapat bukti adanya penyebab psikologis dalam bentuk kaitan waktu yang jelas
dengan problem, kejadian-kejadian yang stresful atau hubungan interpersonal yang
terganggu
Pedoman diagnostik :
-
PENATALAKSANAAN
A. PSIKOTERAPI, dengan tujuan :
B. SOMATOTERAPI
Farmakoterapi dengan anti cemas dan bila perlu dengan anti depresi.
Golongan Benzodiazepin.
Nama obat
Alprazolam
ANSIOLITIK
Dosis
Dosis Awal :
3 x 0,5 mg Po
Dapat dinaikkan max 4
mg/hr atau berdasarkan
respons pasien
Dosis pemeliharaan :
GAD : 0,5 -4 mg/hr Oral
Gangguan Panik: 0,5 mg/hr
3 x atau sebelum tidur
naikkan dosis 0,25 1 mg
setiap 3 hari tecapai dosis
terapeutik
Dosis maksimal 1 mg/hr
Bromazepam
Cemas ringan-sedang : 1,56 mg Po 3 x Hr
Berat : 6-12 mg PO 3 x Hr
Dosis maksimal 60 mg/hr
dalam dosis terbagi
Klobazam
10- 100 mg/hr PO dalam
dosis terbagi 3-4 kali /hari
Klonazepam
Dosis awal : 20 mg/hr PO
Diazepam
2 mg Po 3 x H
Dapat ditingkatkan 15 -30
mg/H PO
Lorazepam
Dosis awal : 2 mg/H PO
dalam dosis terbagi naikan
atau turunkan 0,5 mg
Dosis pemeliharaan : 1-4
mg/ H Po
Nitrazepam
Keterengan
Reaksi yang merugikan :
- Ketergantungan dan gejala
putus zat dapat terjadi
khususnya pada pasien
dengan
riwayat
ketergantungan obat.
- Efek pada susunan syaraf
pusat :
- sering sedasi , Ngantuk,,
otot
terasa
lemas,
gangguan keseimbangan
(ataksia)
- jarang : bicara pelo,
vertigo, sakit kepala,
kebingungan
Gejala akan menghilang.
- dapat terjadi kegembiraan
yang paradoks
Perhatian khusus :
- Mulailah dengan dosis
rendah dan naikan dosis
secara perlahan sesuai
dengan respon pasien
- pasien dengan usia lanjut
dimulai dengan dosis
yang lebih rendah
-Penggunaan jangka pendek
untuk
menghindari
ketergantungan dan gejala
putus zat
- Untuk menghindari gejala
rebound atau putus zat,
hentikan
pengobatan
secara bertahap untuk
beberapa minggu atau
bahkan lebih
- Berhati-hati penggunaan
pada
pasien
dengan
kerusakan hati dan ginjal
dalam dosis terbagi
Dosis : 20 30 mg/hr
Keuntungan :
-
C. TERAPI PERILAKU
Terapi desensitisasi : Secara bertahap mulai dari yang ringan, melatih pasien
menghadapi stimulus yang membuat cemas.
Terapi relaksasi
TERAPI ANJURAN PADA BEBERAPA GANGGUAN NEUROTIK
: 3 x 0,25 1 mg
- Amitriptilin
: 2 x 25-50 mg
- Golongan benzodiazepin
2. GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH:
a.
Psikoterapi
b.
c.
Farmakoterapi :
- Buspiron
- Alprazolam
: 3 x 0,25-1 mg
- golongan benzodiazepin
3. GANGGUAN DISOSIATIF
a. Pada saat serangan dapat diberikan injeksi diazepam 5 10 mg secara i.v. pelan,
diturunkan dengan per os, selama paling lama 2 minggu.
b. . Psikoterapi
4. GANGGUAN SOMATOFORM
a. Psikoterapi
b. Farmakoerapi:
- Benzodiazepin, setelah 2 minggu dilanjutkan buspiron
- Antidepresan
5. GANGGUAN PENYESUAIAN :
a. Psikoterapi
b. Farmakoterapi :
- Anti cemas
: Diazepam
- Anti depresan
: Golongan trisiklik
RETARDASI MENTAL
BATASAN
Merupakan suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang
timbul sebelum umur 18 tahun , yang ditimbulkan oleh fungsi intelektual umumnya (kognitif,
bahasa, motorik dan sosial) dibawah rata-rata serta adanya hendaya dalam perilaku adaptif.
Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan fisik dan gangguan jiwa.
ETIOLOGI
a. Faktor Biologis :
b. Faktor Psikososial
Deprivasi psikososial
PEDOMAN DIAGNOSIS
Gangguan fisik atau jiwa yang menyertai dapat mempunyai pengaruh besar
terhadap gambaran klinis dan tingkat keterampilannya. Penilaian harus
berdasarkan kemampuan global dan bukan atas suatu hendaya atau
keterampilan klinis.
PENGGOLONGAN / KLASIFIKASI
I.Q ( = Intelegensia Quotient ) bukanlah merupakan satu-satunya patokan untuk
menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat juga dipakai kemampuan
untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja (okasional).
TINGKAT
RM
Ringan
Sedang
Berat
PATOKAN
PENDIDIKAN
Dapat
dilatih
dan dididik di
sekolah khusus.
Dapat dilatih,
tidak dapat di
dididik
Dapat
dilatih,
Sangat berat
Idiot/ pander
< 20
mencari nafkah.
Dapat
mengenal
bahaya
Tidak mengenal
bahaya. Tidak
dapat mengurus
diri
tidak dapat di
dididik
Tak
dapat
dididik dan tak
dapat dilatih
PENATALAKSANAAN
1. Konseling pada orang tua dilakukan secara fleksible dan praktis dengan tujuan antara
lain membantu mereka mengatasi frustasi.
2. Pendidikan dan latihan khusus sebaiknya di sekolah luar bisaa (SLB C untuk tuna
grahita):
-
GANGGUAN HIPERKINETIK
BATASAN
Gangguan Hiperkinetik adalah kelainan tingkahlaku, dengan gejala utama tak dapat
memusatkan perhatian, serta tingkah laku impulsif, yang tak sesuai dengan taraf
perkembangan.
ETIOLOGI
Disebabkan oleh disfungsi SSP. Akibat :
1. Kerusakan otak
2. Kelambatan kematangan otak
3. Genetika
4. Nerotransmiter
CARA PEMERIKSAAN
Tes Bender Gestalt atau Tes Frostig, guna mengetahui gangguan persepsi
visual- motor
Pemeriksaan EEG, terutama bila ada anamnesis gejala kejang atau epilepsi
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Terapi obat-obatan
Stimulansia: Dekstroamphetamine 0,15 mg/kg BB/hr diberikan pagi dan siang hari (jangan
diberikan pada anak usia 6 tahun, dapat menghambat pertumbuhan)
Antidepresan Trisklik : Imipramine 1,5 mg/kg BB/hr (jangan diberikan pada anak dengan
kelainan jantung atau epilepsi)
Benzodiazepin : Diazepam 0,2 0,5 mg/kg BB/hr
Antihistamin : Diphenhydramine 4-6 mg/kg BGB/hr
Neuroleptika : Haloperidol 0,025 0,075 mg/kg BB/hr (jangan diberikan pada anak usia 6
tahun, karena efek samping berupa gejala ekstrapiramidal)
2. Psikoterapi suportif
3. Modifikasi tingkah laku
4. Bimbingan bagi orang tua
5. Bimbingan bagi guru
TATALAKSANA GANGGUAN BIPOLAR
Defenisi : Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depersi dan campuran , bisaanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.
Manifestasi Klinik:
1. Episode manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang
elasi, ekspansif atau iritabel. Pasien memiliki secara menetap tiga atau lebih gejala
berikut yaitu:
-
Pesimis
Meningkatnya pembicaraan
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau perilaku atau pembicaraan
aneh), tidak memerlukan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi personal, sosial
dan pekerjaan.
Sebelumnya, pasien mengalami, paling sedikit, satu episode campuran, depresi, mania atau
hipomania dan saat ini, mempertahankan suatu campuran atau pergantian yang cepat antara
simtom mania dengan depersi.
(F.32) Episode Depresi
Paling sedikit, selama dua minggu, pasien mengalami penurunan mood, pengurangan energi
dan aktivitas. Berkurangnya kemampuan merasakan rasa senang, penurunan konsentrasi dan
minat. Pasien merasa lelah, berkurangnya nafsu makan, dan gangguan tidur. Berkurangnya
rasa percaya diri, adanya rasa tidak berguna atau ide-ide bersalah. Mood tidak berespons
terhadap lingkungan, dan disertai dengan simtom somatik misalnya, hilangnya minat dan rasa
senang, terbangun dini hari, depresi memburuk di pagi hari, retardasi atau agitasi psikomotor,
berkurangnya nafsu makan dan libido.
Episode depresi dispesifikasi sebagai derajat ringan (paling sedikit empat gejala), sedang
(paling sedikit enam gejala dan kesulitan secara terus-menerus dalam berakitivitas rutin) atau
berat paling sedikit delapan gejala dan gejala tersebut sangat nyata dan menimbulkan
penderitaan).
Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut pada Gangguan Bipolar
Lini I
Lini II
Lini I
Lini Ii
Lini III
Lini I
Lini II
Lini III
Lini I
Lini II
Litium, lamotrigin
Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik +
antidepresan, kombinasi dua dari: litium, lamotrigin, divalproat,
atau antipsikotik atipik.
Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT.
Lini III
Indikasi
Dosis
-
:
respons litium terhadap mania akut dapat dimaksudkan dengan mentitrasi
dosis hingga dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0 1,4 mEq/L.
Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari.
Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hr. dosis untuk mengatasi keadaan akut lebih
tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan
Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4 0,8 ,Eql/L. Dosis kecil dari
0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas
litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping
-
Poliuri
Untuk mengatasi intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat
merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah intoksikasilitium, polifarmasi
dan adanya penyakit fisik lainnya, pasien dianjurkan untuk banyak meminum air.
Pemeriksaan Laboratorium.
Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi tiroid, harus
diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur diatas 40 tahun, pemeriksaan EKG
harus dilakukan, Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan fungsi tiroid dalam enam
bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid diperiksa sejak dalam 6-12 bulan
atau bila ada indikasi.
Wanita hamil
Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi janin. Kejadiannya
meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini. Wanita dengan GB yang
derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat melanjutkan litium selama kehamilan
bila ada indikasi secara klinis. Kadar litium darahnya harus dipantau dengan seksama.
Pemeriksaan USG untuk memantau janin, harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita
tersebut harus disupervisi oleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum kehamilan terjadi,
risiko litium terhadap janin dan efek putus litium terhadap ibu harus didiskusikan.
II. Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.
Valproat tersedia dalam bentuk :
1. Preparat oral;
-
Asam valproat
Sodium Valproat
2. Preparat intravena
3. preparat supositoria
Farmakologi
Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak
plasma valproat sodium dan asam valproat lepas lambat lebih cepat bila dibandingkan dengan
tablet bisaa. Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum bersamaan dengan makan.
Ikatan valproat dengan protein meningkatkan bila mengandung rendah lemak dan menurun
bila diet mengandung tinggi lemak.
Dosis
Dosis terapeutik untuk mania : 45 125 g/mL
Untuk GB II dan siklotimia : < 50 g/mL
Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250-500 mg/hari dan
dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45-125 g/mL
Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan lekosit serta
trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum > 100 g/mL. Untuk terapi rumatan,
konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah anatara 75-100 g/mL..
Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi rumatan GB,
mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat, GB pada anak dan
remaja, serta GB pada lanjut usia.
Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya anoreksia, mual,
muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim transaminase, sedasi dan tremor.
Efek samping ini sering terjadi pada awal pengobatan dan berkurang dengan penurunan dosis
atau dengan berjalannya waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada
penggunaan asam valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium
divalproat.
3.Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi, ia menghambat kanal Na+.
Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamate.
Farmakokinetik : Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati
sawar otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak
10 % lamotrigin diekskresikan dalam bentuk utuh.
Indikasi
: Efek untuk mengobati episode depresi, GBI dan GB II, baik akut
maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
Dosis yang dianjurkan untuk dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua
minggu. Bila tidak berespons dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg 50
mg per dua minggu.
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan
Efek samping
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitas, peningkatan berat badan, berkurangnya gairah
seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila dibandingkan dengan
pada placebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna dengan reseptor
kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat terlihat pada
beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan dan prolaktin
dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.
Olanzapin
Olanzapin merupakan derivate tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap
dopamine, D2, D3,D4 dan D5, serotonin2 (5-HT2); muskarinik,histamine 1 (HI) dan 1
Adrenergik.
Indikasi
Olanzapin untuk bipolar episode akut mania dan campuran, juga efektif untuk terapi rumatan
Gangguan Bipolar.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari
Efek samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa lama. Efek
antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan tidak menyebabkan
penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe -2 relatif tinggi bila dibandingkan
dengan antipsikotik atipik lainnya. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan
psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.
Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivate dibenzotiazepin yang bekerja sebaai antagonis 5- HTIA
dan 5-HT2A, dopamine D1,D2, histamin H1 serta reseptor adrenergic 1 dan 2.
Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-HT2A
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hr.Tersedia dalam bentuk
tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg dan 300 mg, (2 x / hari)
Selain itu, juga tersedia quetiapin XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB1 dan II, episode manik, depresi, campuran, siklus cepat, baik
dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditolenrasnsi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping yang
sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu. Perubahan dalam
berat badan dengan quietiapin adalah sedang dan tidak menyababkan penghentian
pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila dibandingkan dengan antipsikotika
atipikal.
Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamine serotonin.
Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2,D3 dan 5- HTIA serta antagonis 5-HT2A.
ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas sedang pada D4, 5-HT2c,
5-HT7, 1 adrenergic, histaminergik (H1), dan serotin reuptake site (SERT), dan tidak
terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20 dan 30 mg. Kisaran dosis efektifnya
perhari yaitu antara 10-130 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu anatara10-15 mg
dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia dan akatisia, dianjurkan untuk
menurunkan dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat
meningkatkan tolerabilitas.
Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga efektif untuk
terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan pada GB!,epeisode
depresi.
Efek samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anxietas dan mual merupakan kejadian yang
tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelempok yang mendapat aripiprazol.
Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara bermakna dangan plasebo.
Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat mengganggu pasien sehingga sering
mengakibatkan penghentian pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada
pengingkatan berat badan dan diabetes mellitus pada penggunaan aripiprazol. Selain itu,
peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebakan perubahan
interval QTc.
Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB,episode depresi. Penggunaannya harus dalam
jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi menginduksi hipomania atau mania.
Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah dikombinasi
dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik.
Intervensi Psikososial
Intervensi Psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavioral therapy
(CBT), terapi keluarga,terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai
bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psikososial sangat perlu untuk
mempertahankan keadaan remisi.
TATALAKSANADIAGNOSIS DAN GANGGUAN ANXIETAS
DEFINISI ANXIETAS
Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu
dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa
reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan
ini di dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan,
sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa
ingin bergerak dan gelisah (Harold I. LIEF)
Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan
bahaya atau frustasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa keamanan,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya (J.J GROEN)
GEJALA UMUM
Gejala psikologik : ketegangan,kekuatiran,panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut gila,
takut kehilangan kontrol dan sebagainya.
Gejala fisik
Keluhan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadangkadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada;jantung berdebar;
mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam
ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah;sehingga berjalan dirasakan
berat; kadang-kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit
tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan
gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala
1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan
bisaanya dirasakan cukup gawat.
BENTUK GANGGUAN ANXIETAS
Gangguan panik, gangguan fobik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma,
gangguan stres akut, gangguan anxietas menyeluruh.
GANGGUAN PANIK
Ada dua kriteria gangguan panik: gangguan panik tanpa agorapobia dan gangguan panik
dengan agrofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panik.
GAMBARAN KLINIS :
-
Serangan panik pertama sering kali spontan, tanpa tanda mau serangan
panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan
kegembiran, kelelahan fisik, aktifitas seksual atau trauma emosional. Klinisi
harus berusaha untuk mengetahui tiap kebisaaan atau situasi yang sering
mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala
yang meningkat dengan cepat selama 10 menit.
Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman
kematian dan kiamat. Pasien bisaanya tidak mampu menyebabkan sumber
ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingunan dan mengalami kesulitan
dalam memusatkan perhatian.
Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien
seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan bisaanya berlangsung
20 sampai 30 menit.
Agorafobia : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit
mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus
ditemani setiap kali mereka keluar rumah.
GEJALA PENYERTA:
Gejala depresi sering kali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada beberapa
pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian
telah menemukan bahwa risiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik
adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.
PEDOMAN DIAGNOSTIK:
Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek/situasi),
pemaparan dengan stimulus fobik hampir selau mencetuskan kecemasan.
Terapi
-
Bila ada anxietas beri anti-anxietas dalam waktu singkat, karena bisa
menimbulkan ketergangungan.
Beta bloker dapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa
takut menetap.
GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak
dikehendaki.
Kompulsif adalah tingkah laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
PEDOMAN DIAGNOSIS
Pikiran, impuls, yang berulang. Perilaku yang berulang-ulang. Berlebihan atau tidak
beralasan, tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum. Obsesif kompulsif
menyebabkan penderitaan.
DIAGNOSIS BANDING
Kondisi fisik
Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih
cara berikut
Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian
traumatik
PEDOMAN DIAGNOSTIK:
Pasien harus menunjukkan gejala primer anxietas yang berlansung hampir setiap hari selama
beberapa minggu, bahkan bisaanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini bisaanya
mencakup hal-hal berikut:
Kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonomik.
TERAPI:
-
Beta bloker dapat membantu mengbati gejala fisik, antidepresan bila ada
depresi.
Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dari 3 bulan.
VeRP, harus memiliki Surat Izin Prakter (SIP) di sarana pelayanan kesehatan yang
bersangkutan.
-
Pemeriksaan dan observasi psikiatrik dilakukan oleh Dokter SpKj. Dalam keadaan
tertentu.
Pemeriksaan dan observasi psikiatrik dapat dilakukan dengan membentuk tim yang
terdiri dari beberapa Dokter SpKJ, psikolog klinis, dan dokter spesialis lainnya sesuai
dengan kebutuhan. Tim diketuai oleh Dokter SpKJ.
D. PROSEDUR
1. Terperiksa dengan diantar penegak hukum sebagai pemohon datang ke sarana
pelayanan kesehatan jiwa dengan membawa surat permintaan resmi dari penegak
hukum sebagai pemohon kepada kepala/Direktur Sarana Pelayanan Kesehatan Jiwa.
2. Pemohon yang di layani adalah :
a. Penyidik polisi, Penyidik Komisi Pembarantasan Korupsi (KPK).
b. Penuntut Umum Kejaksaan dalam hal tindak khusus, Penuntut Umum KPK.
c. Hakim Pengadilan Negeri, Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
d.Tersangka/terdakwa/korban melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses
pemeriksaan.
e. Penasihat hukum / pengacara melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses
pemeriksaan.
3. Permintaan tertulis harus berisi :
a. Identitas lengkap pemohon (nsms,psngkst, NRP/NIP, jabatan, instansi, alamat
instansi)
b. Identitas lengkap terperiksa
c. Alasan permintaan pembuat VeRP
d. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai lampiran
4. Terperiksa di periksa tanda-tanda vital dan ditempatkan pada sarana yang terjamin
keamanannya.
5. Terperiksa diperiksa dan diobservasi psikiatrik selama lamnaya 14 (empat belas hari
dan dapat diperpanjang 14 (empat belas) hari lagi bila pemeriksaan dan observasi
psikiatrik belum selesai dengan persetujuan tertulis pemohon dan dengan
7.
Selama pemeriksaan dan observasi psikiatrik terperiksa harus mendapat penjagaan dari
polisi/instansi pemohon, termasuk terperiksa yang dibantar (penahannya di
tangguhkan)
Kunjungan dapat ditolak atau dihentikan oleh kepala sarana pelayanan kesehatan jiwa
atau dokter SpKJ apabila kunjungan tersebut dapat mengganggu jalannya
pemeriksaan dan observasi psikiatrik.
10.
11.
12.
Selama proses pemeriksaan dan observasi psikiatrik tidak dilakukan terapi, kecuali
dalam keadaan darurat medik tertentu, dokter dapat memberikan pengobatan
sementara, dalam hal ini diusahakan agar kualitas gejalanya dipertahankan dan
kuantitasnya dikurangi walaupun diagnosis belum ditegakkan. Setelah diagnosis
ditegakkan dapat diberikan pengobatan dengan persetujuan tertulis dari instansi
pemohon.
13.
Selama proses pemeriksaan dan observasi psikiatrik tersangka tidak dapat dibawa
keluar dari saran pelayanan kesehatan jiwa kecuali untuk pemeriksaan penunjang
medis.
14. Setelah proses pemeriksan dan observsi psikatrik selesai, terperiksa harus diambil oleh
instansi pemohon.
15. VeRP sudah harus diserahkan kepada instansi pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah pemeriksaan dan observasi psikiatrik selesai.
16. Rekam medis wajib disimpan oleh sarana kesehatan sampai 5 (lima) tahun setelah
pemeriksaan terakhir, kemudian dapat dimusnahkan kecuali ringkasan dan
persetujuan tindakan medisnya yang harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh )
tahun
terhitung
dari
pembuatan
ringkasan
tersebut.
(Permenkes
LAMPIRAN I
Format Visum et Repertum Psychiatricum
Demi Keadlan Pro Justitia
Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa (Visum et Repertum Psychiatricum)
No:.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
Pangkat/NIP/NRP
Jabatan
Pangkat/NIP/NRP
Jabatan
Instansi
Alamat
No.Surat
Tanggal
Perihal
Telah melakukan pemeriksaan dan observasi psikiatrik dari tanggal (ditulis dengan huruf,
misalnya Satu Januari tahun dua ribu Sembilan) sampai dengan tanggal ( empat belas jauari
tahun dua ribu Sembilan ) terhadap:
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Pendidikan
Status Perkawinan
Pekerjaan
Status Terperiksa
Tersangka/terdakwakorban/narapidana
Tuduhan
:
KOP SARANA PELAYANAN KESEHATAN JIWA
PROSEDUR
I. DELIRIUM
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
dan
setepat
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
Departemen
Penyakit
Departemen Radiologi.
Dalam,
Departemen
Neurologi
dan
PROSEDUR
Rumah Sakit
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
TETAP (SOP)
Tujuan
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
TETAP (SOP)
Adalah
sindrom
mental
yang
ditandai
oleh
adanya
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi disertai oleh adanya suasana afek yang tidak wajar
atau tumpul, tanpa adanya kemunduran dalam kesadaran,
kemampuan intelektual dan kognitif. Keadaan ini disertai dengan
gambaran akut berupa antara lain agitasi dan mengamuk.
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
I V . U P AYA B U N U H D I R I
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Bila pasien secara aktif berusaha untuk bunuh diri dengan serius
perawatan inap diwajibkan karena pasien membutuhkan
pengawasan yang intensif.
Prosedur
I. Wawancara
Apapun penyebab bunuh diri, dekati pasien secara
empati dan tidak bersikap menghakimi
Tanyakan secara rinci tentang ide-ide bunuh diri,
Jika potensi bunuh diri sangat tinggi, anjurkan rawat
Jika pasien menolak rawat, pasien diminta mengisi
informed consent dan menandatangani surat menolak
rawat
Jika tidak dirawat, minta pasien untuk berjanji
menghubungi dokter jika pikiran bunuh diri memuncak,
untuk memberi rasa jaminan pada pasien bawah terapis
dapat dihubungi.
1. Bila mengevaluasi pasien yang cenderung bunuh diri jangan
tinggalkan mereka sendiri. Singkirkan semua benda yang
potensial berbahaya.
2. Tentukan apakah upaya tersebut telah direncanakan atau
hanya kondisi impulsif saja. Tentukan derajat letalitasnya,
adakah kemungkinan pasien untuk pulih kembali.
3. Pengelolaan bergantung diagnosis, pasien dengan depresi
berat dapat berobat jalan bila keluarga dapat mengawasi
dan terapi dapat dimulai segera. Bila tidak perlu rawat
inap rumah sakit.
4. Rawat inap, diharuskan untuk kasus kecenderungan
mutilasi diri.
Terapi obat
Psikoterapi
Unit terkait
PROSEDUR
TETAP (SOP)
V. D E P R E S I
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
No. Dokumen
..
No. Revisi
..
Halaman
..
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Etiologi:
Gangguan mental organik yang disebabkan karena penyakit
fisik seperti HIV, tumor otak,
disregulasi hormonal,
disregulasi heterogen pada amin biogenik (norepinefrin,
serotonin, dopamin, asetilkolin),
Faktor genetika dan lain-lain.
Zat/alkohol.
Faktor psikososial berupa peristiwa kehidupan dan stres
lingkungan,
faktor
kepribadian
pramorbid,
faktor
psikodinamik, ketidakberdayaan yang dipelajari. Depresi
pasca skizofrenia.
Tujuan
- Menegakkan diagnosis
- Mengatasi akibat gejala depresi
Kebijakan
Prosedur
I. Wawancara
Perlu empati tentang penderitaan dan rasa putus
asanya.
Pertanyaan spesifik tentang sindrom depresi.
Beri komitmen untuk menolong pasien agar ia merasa
lebih baik, termasuk penggunaan obat dan psikoterapi
walaupun perlu waktu untuk mencari cara yang paling
efektif bagi pasien.
Farmakoterapi
Psikoterapi
Unit terkait
PROSEDUR
TETAP (SOP)
VI. P A N I K
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Penyakit
endokrin:
hipertiroidisme,
feokromositoma, hipoglikemia.
hipoparatiroidis,
Tujuan
- Menegakkan diagnosis
- Mengatasi serangan panik
Kebijakan
Prosedur
Psikoterapi
- Suportif
- Terapi kognitif-perilaku atau psikoterapi berorientasi tilikan
(dilakukan pada saat berobat jalan).
Departemen Penyakit Dalam, Neurologi, Kardiologi.
Unit terkait
Rujukan dengan unit lain jika ada suatu kondisi medis umum
yang berkaitan dengan serangan (menyingkirkan diagnosis dini)
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
V I I . G A N G G U A N D I S O S I ATI F ( K O N V E R S I )
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
TETAP (SOP)
Tujuan
Kebijakan
Terapi
Unit terkait
Departemen Neurologi
PROSEDUR
VIII. MANIK
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Indikasi rawat inap jika ditemukan adanya risiko bunuh diri atau
membahayakan orang lain, sangat berkurangnya kemampuan
pasien untuk melakukan perawatan diri, atau untuk keperluan
prosedur diagnostik.
Prosedur
Unit terkait
Departemen Psikiatri
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
I X . I N TOK S I K A S I D A N K E A D A A N P U T U S Z AT
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
X . E F E K S A M P I N G O B AT
X . 1 . AK ATI S I A ( K E G E L I S A H A N M O TOR I K )
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
- Menegakkan diagnosis
- Mengatasi akibat
Kebijakan
Prosedur
Terapi Obat
Unit terkait
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
- Menegakkan diagnosis
- Mengatasi dampak yang terjadi
Kebijakan
Prosedur
Farmakoterapi
Unit terkait
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
X . 3 . PAR K I N S O N I S M E
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Halaman
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
- Menegakkan diagnosis
- Mengatasi dampaknya
Kebijakan
Prosedur
1. Tegakkan
diagnosis
pasti
hal
yang
menyebabkan
parkinsonisme.
2. Lakukan pemeriksaan neurologik, cari gejala fokal neurologik.
Periksa pasien yang menggunakan zat antipsikotik untuk
distonia dan sindrom neuroleptika maligna, khususnya bila
kekakuannya hebat.
3. Periksa secara lengkap status psikiatrik, dan dapatkan riwayat
pasien.
4. Evaluasi pemberian antipsikotik saat ini dan pertimbangkan
apakah (a) dosis cukup, (b) lamanya terapi cukup, (c) pasien
menunjukkan respons terhadap antipsikotik, (d) apakah dapat
dilakukan penggantian obat atau perubahan dosis, dan (e)
indikasi pemberian agonis dopaminergik atau antagonis
kolinergik.
5. Pada parkinsonisme akibat antipsikotik, pertimbangkan untuk
menurunkan dosis, ubah penggunaan antipsikotik yang
berpotensi lebih rendah, atau menambah obat antikolinergik.
Antihistamin: Difenhidramin 25-100 mg/hr
Antikolinergika: Triheksifenidil 4-16 mg/hr
Idiopatik diberikan levodopa 100
amantadin,Cifrol, bensaracid 25 mg
Farmakoterapi
Benzodiazepin
100
mg
bila
..dan
Neurologi
mg,
PROSEDUR
Rumah Sakit
Umum Daerah Embung
Fatimah kota Batam
TETAP (SOP)
X I . Pem e r i k s a a n K e s e h a t a n M e n t a l
No. Dokumen
.
No. Revisi
.
Tanggal terbit
Ditetapkan,
Direktur
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Halaman
.
Kebijakan