DOSEN PEMBIMBING:
Dr. H. Suhairi, MSi, Ak, CA
Dra. Sri Dewi Edmawati, MSi, Ak, CA
Drs. Riwayadi, MBA, Ak, CA
DISUSUN OLEH:
HAFIZAH MARDIAH
NOVIA ZAYETRI
karena berapa jumlah listrik yang diserap untuk pembuatan meja sulit untuk diukur.
Pembebanan biaya tidak langsung ke objek biayanya disebut dengan allocation.
b. Activity Based Costing
Pengertian Activity Based Costing (ABC) menurut para ahli:
Menurut Kaplan, ABC adalah pendekatan akuntansi berorientasi proses, dimana
biaya diidentifikasi dan dicatat dalam kategori aktivitas yang rinci, sehingga laba atas
investasi dan peningkatan efektivitas dapat dievaluasi.
Sedangkan menurut Blocher, ABC adalah pendekatan biaya yang memberikan biaya
sumber daya ke objek biaya, seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan kegatan
yang dilakukan untuk objek biaya.
ABC adalah model biaya khusus yang mengidentifikasi kegiatan dalam sebuah
organisasi dan memberikan biaya pada setiap aktivitas dengan sumber daya untuk
semua produk dan layanan sesuai dengan masing-masing konsumsi aktual.
Dalam pengunaan Activity Based Costing System (ABC), terdapat dua tahapan untuk
menentukan biaya overhead atas produk. Tahap pertama adalah, mengidentifikasi
aktivitas yang signifikan di dalam kegiatan produksi atas produk dan menentukan
biaya overhead untuk masing-masing aktivitas berkenaan dengan sumber biaya
organisasi yang digunakan oleh aktivitas. Biaya overhead ditentukan oleh masingmasing aktivitas yang terdiri dari activity cost pool. Setelah menentukan biaya
overhead atas activity cost pool dalam tahap pertama, cost driver yang layak untuk
masing-masing cost pool diidentifikasikan dalam tahap kedua. Ketika biaya overhead
dialokasikan untuk masing-masing activity cost pool untuk lini produk dalam proporsi
dalam jumlah atas cost driver yang dikonsumsi oleh lini produk.
Oleh karena itu, keakuratan penetapan biaya tergantung dari tingkat korelasi antara
konsumsi dari aktivitas dan konsumsi dari cost driver.
2. Biaya Pengukuran
Kita perlu merancang sistem informasi dari setiap cost-benefit trade-offs. Semakin
banyak activity cost pool yang digunakan, maka semakin tinggi akurasi dari biaya
pengukuran. Dengan demikian juga maka semakin banyak cost drivernya yang
menghasilkan sistem biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang lebih baik.
3. Efek Perilaku
Sistem informasi memiliki potensi tidak hanya untuk memfasilitasi pengambilan
keputusan, tetapi juga mempengaruhi perilaku dari pengambil keputusan, bisa baik
atau buruk, tergantung efek perilakunya. Dalam menentukan cost driver kita perlu
mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi perilaku. Contoh, dalam sistem
produksi just-in-time, tujuannya adalah untuk mengurangi persediaan dan kegiatan
material-handling seminimum mungkin. Jumlah pergerakan barang bisa menjadi
dasar pengukuran yang paling tepat, yang dapat menimbulkan efek perilaku yang
diinginkan dan mempengaruhi manajer untuk mengurangi jumlah pergerakan
material, sehingga mengurangi material-handling cost.
Berdasarkan literatur berjudul Cost & Effect yang diterbitkan oleh Robin Cooper dan
Robert Kaplan, bahwa cost of idle capacity seharusnya tidak termasuk ke dalam cost
of product. Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead ditentukan dimuka
dengan cara membagi anggaran biaya overhead dengan ukuran aktivitas yang
dianggarkan seperti jam kerja langsung (direct labor hour). Praktek seperti ini akan
megakibatkan biaya idle capacity dibebankan ke produk dan akan menyebabkan
biaya produksi per unit tidak tepat. Jika aktivitas produksi diperkirakan turun, maka
tarif overhead akan meningkat karena dengan produksi yang lebih sedikit maka biaya
idle capacity yang ditanggung masing-masing unit produksi akan meningkat.
Dalam ABC, produk hanya dibebani biaya dari kapasitas yang digunakan dan tidak
dibebankan biaya dari idle capacity. Ini menyebabkan perhitungan biaya produksi per
unit akan lebih akurat, karena perhitungan biaya hanya atas kegiatan peroduksi yang
dilakukan.
Menurut Hansen dan Mowen (2006), ada enam langkah dalam mendesain
Activity-based costing system (ABC), yaitu:
1. Activity identification, definition, and classification
Identifikasi aktivitas adalah sebuah langkah pertama yang logis dalam
mendesain sistem ABC. Aktivitas berasal dari aksi yang diambil satu atau dari
pelaksanaan kerja dengan peralatan atau untuk orang lain. Definisi aktivitas
adalah sebuah aktivitas dari inventory. Atribut aktivitas adalah informasi
keuangan dan non-keuangan yang menggambarkan aktivitas individual.
Klasifikasi aktivitas merupakan atribut yang digambarkan dan menjelaskan
aktivitas dan pada waktu yang sama menjadi basis pengklasifikasian aktivitas.
2. Assign cost to activities
Setelah mendeskripsikan dan menjelaskan aktivitas, tugas berikutnya adalah
menentukan berapa banyak kos pada setiap aktivitas. Kos dari sebuah aktivitas
adalah kos dari sumber daya yang dikonsumsi dari setiap aktivitas. Kos dari
sumber daya harus dilekatkan pada aktivitas dengan pendekatan langsung atau
dengan suatu pendorong.
Penggerak
aktivitas
adalah
faktor-faktor
yang
Pembebanan biaya pada aktivitas selesai pada tingkat pertama dari ABC.
Dalam tingkat pertama ini, aktivitas diklasifikasikan menjadi primer dan
sekunder. Jika ada aktivitas sekunder, maka tahap berikutnya muncul. Pada tahap
berikutnya, biaya aktivitas sekunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang
memakai outputnya.
4. Cost object and bills of activities
Setelah biaya dari aktivitas primer ditentukan, maka biaya tersebut dapat
dibebankan pada produk dalam suatu aktivitas penggunaannya seperti dengan
yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan dengan
penghitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan
mengalikan tarif ini dengan penggunaan aktivitas yang sebenarnya.
5. Activity rates and product costing
Guna menghitung tarif aktivitas, kapasitas praktis dari tiap aktivitas harus
ditentukan. Guna membebankan biaya juga perlu diketahui jumlah dari tiap
aktivitas yang dipakai oleh tiap produk. Dalam memenuhi tujuan ini, akan
diasumsikan bahwa kapasitas praktis aktivitas adalah sebanding dengan total
penggunaan aktivitas oleh semua produk.
6. Classifying activities
Pada pembentukan kumpulan aktivitas
yang
berhubungan,
aktivitas
produk turning machine akan menjadi fokus yang menjanjikan. Turning machine ini
merubah bahan mentah menjadi komponen akhir dan merupakan kegiatan operasi divisi
yang paling independen. Turning machine ini memiliki 3 departemen di JDCW. Ketiga
departemen ini dibedakan berdasarkan diameter barstock yang dapat dibuat oleh mesin
tersebut berdasakan katup dalam mesin.
JDCW Standard Cost Accounting System
Dalam perhitungan dengan standard costing, JDCW menjumlahkan unsur-unsur biayabiaya terdiri dari:
Perhtungan menggunakan tenaga kerja langsung dan material overhead ini dibagi atas
biaya langsung (biaya variabel), seperti biaya setup, scrap, materials handling, bervariasi
tergantung volume aktivitas produksi dan periode (biaya tetap), seperti pajak, biaya
depresiasi, listrik, gaji tidak dipengaruhi oleh aktivitas produksi. Pada tahun 1984, JDCW
memperkenalkan machine hours sebagai basis alokasi overhead seperti basis tenaga kerja
dan material. Dengan peningkatan penggunaan mesin, maka basis tenaga kerja langsung
tidak lagi digunakan sebagai basis overhead, karena tidak lagi merefleksikan performa
kerjanya. Jam kerja digunakan untuk proses dimana waktu kerja setara machine hours,
jika terdapat perbedaan maka jam atas ACTS digunakan untuk mengalokasikan biaya
overhead.
Permasalahan
Kehancuran agribisnis yang dimulai dengan turunnya nilai tanah pertanian dan harga
komoditas yang menurun tajam yang mengakibatkan Deere untuk mengatur tingkat
pelaksanaan operasi semakin ke menurun, pemotongan biaya, menekankan pembuat
keputusan dilakukan secara desentralisasi, dan rekstrukturisasi pada proses manufaktur.
Deere juga melakukan pengurangan tempat produksi, mengurangi karyawan, mendorong
agar karyawan pensiun dini, dan tidak melakukan penggantian untuk karyawan yang
keluar dari perusahaan.
Sejumlah kegagalan terjadi terus-menerus dalam kompetisi JDCW untuk melakukan
penawaran. Mereka memberikan kontrak, dan semua pekerjaan dijual ke supplier luar.
JDCW hanya mendapatkan segilintir barang yang diminta yang kebanyakan merupakan
low-volume stuff yang tidak diinginkan. JDCW berfikir bahwa mungkin mereka akan
mendapatkan bisnis yang mana direct cost-nya lebih murah dibandingkan dengan
penawaran luar walaupun sebenarnya full cost-nya tidak. Penyebab penawarannya tidak
kompetitif adalah karena harganya lebih mahal dibandingkan supplier luar, dan lebih
mahal dibandingkan dengan divisi-divisi lain di Deere Company. Karena hal tersebut
JDCW mempertanyakan ketepatan metode pembiayaan yang dipakai saat ini, yang
menyebabkan JDCW tidak dapat bersaing dengan kompetitor-kompetitornya.
JDCW mempunyai 3 divisi yaitu The Hidraulics Division, The Drive Trains Division, dan
Gear and Special Product Division. Sebagai bagian dari sebuah perusahaan terintegrasi
secara vertikal, JDCW mendapatkan part dari Deeres Equipment Division, karena dapat
memproduksi berbagai macam part dalam jumlah yang banyak, walaupun produksi
traktor relatif rendah. Rendahnya produksi traktor memberikan kerugian pada mesin
karena mesin lebih efisien beroperasi pada jumlah yang besar.
Kebijakan perusahaan, melakukan transfer antar divisi berdasarkan full cost (direct
material+direct labour+direct iverhead +period overhead). Perusahaan juga punya
kebijakan make-buy policy ketika kapasitas mencukupi, yaitu divisi pembeli bisa
membandingkan yang mana yang lebih rendah antara direct cost (bukan full cost)
dibandingkan dengan penawaran dari luar.
Equipment Division tampaknya hanya melihat harga, berperilaku seperti profit center
bukan cost center, karena hanya memerhatikan keuntungan divisi dibandingkan
perusahaan secara keseluruhan. Dalam prakteknya equipment division tidak mengikuti
kebijakan perusahaan, sehingga JDCW kehilangan porsi untuk equipment factory karena
perusahaan pesaing.
Pada awalnya JDCW menggunakan standar costing untuk perhitungan biayanya, alokasi
overhead berdasarkan pada direct labor hours, machine hours, dan material. Pada
kenyataannya metode biaya ini bekerja cukup baik di masa lalu karena perusahaan
memproduksi produk yang spesifik dalam secara konsisten. Namun, metode biaya ini
tidak memberikan sistem alokasi biaya yang terbaik bagi JDCW.
Keith William menyadari kekurangan dari penggunaan standard costing tersebut dan
beralih menggunakan Activity-Based Activity Costing, yang mencerminkan nilai cost per
unit yang tepat untuk tiap produk. Namun, perbedaan nilai cost penggunaan standard
costing dan Activity-Based Costing bervariasi, ada beberapa produk yang mengalami
penurunan cost dan ada yang justru cost-nya menjadi lebih besar.
Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang terjadi di perusahaan yaitu:
1. Penggunaan Standard Costing System yang tidak sesuai dengan nature perusahaan
yang besar dan memproduksi barang yang sangat bervariasi dan tidak mencerminkan
actual cost per unit.
2. Perusahaan menyadari adanya kesalahan dalam menentukan biaya dengan
penggunaan Standard Costing dan beralih menggunakan Activity Based-Costing,
namun hasil yang diperoleh sangat bervariasi, ada yang biayanya menjadi lebih kecil
dan menjadi lebih besar.
Analisis Permasalahan
Pada Oktober 1984, JDCW melakukan penawaran sebanyak 275 suku cadang. Tetapi
dengan harga yang tidak kompetitif, keinginan divisi Gear And Special Products untuk
menjual suku cadangnya tidak dapat dilaksanakan. Harga per unit yang tidak kompetitif
ini sebagian besar disebabkan karena JDCW menggunakan standard cost accounting
system dalam mengalokasikan overheadnya. Tarif overhead didasarkan pada basis direct
labor, material dollars, dan actual cycle time standard (ACTS) (lihat exhibit 3). Setelah
dilakukan analisis lebih lanjut oleh manajer akuntansi JDCW, maka sebaiknya JDCW
menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam mengalokasikan overhead.
JDWC mengidentifikasi adanya 7 (tujuh) aktifitas signifikan dalam proses produksi,
sehingga total biaya overhead akan dialokasikan ke masing-masing aktifitas. Ketujuh
aktifitas yang digunakan JDWC sebagai cost driver sebagai berikut:
1. Direct Labor Support, overhead dialokasikan berdasarkan karyawan langsung yang
menangani pembuatan komponen-komponen. Biaya ini termasuk allowance for
benefits, break period, gaji, personnel, percentage of supervision dan gaji industrial
engineering. Seluruh direct labor yang menunjang overhead dapat dijumlahkan
menjadi $ 1,898,000 (in 1985) dan dibagi oleh total direct labor dollar $ 1,714,000
yang menghasilkan overhead rate untuk aktifitias ini sebesar 111%.
2. Machine Operation, overhead yang dihasilkan dari beroperasinya turning machine,
ditambah pengalokasian biaya kapasitas dan fasilitas. Total biaya yang digunakan
untuk mengoperasikan turning machine $ 4,045,000 dan dibagi total machine hour
242,000 yang menghasilkan $ 16.70 per hour overhead rate untuk aktifitas ini.
3. Setup Hours, overhead yang dihasilkan berdasarkan perubahan dari tugas yang harus
dijalankan. Hal ini termasuk biaya actual setup; small share machine, small tool
yang
muncul
dari
aktifitas
perpindahan barstock ke dalam mesin dan perpindahan komponenkomponen yang dihasilkan ke tahap selanjutnya. Biaya yang
mendominasi
aktifitas
ini
adalah
karyawan
yang
menangani
dengan
total
muatan
(15,600).
Total
muatan
Dapat dilihat bahwa alokasi overhead dengan menggunakan ABC memiliki keragaman
cost driver dibandingkan dengan standard cost. Dengan total overhead yang sama dapat
menghasilkan alokasi overhead yang berbeda-beda berdasarkan driver costnya.
JDCW sebaiknya menggunakan ABC dalam menentukan costs/unitnya karena JDCW
memiliki keragaman produk yang dihasilkan dan setiap produk mengkonsumsi overhead
yang berbeda-beda. Oleh sebab itu apabila menggunakan standard costing maka hasil
alokasi overhead menjadi tidak akurat. Keakuratan yang dihasilkan dengan sistem ABC
ini akan mencerminkan kegiatan yang sebenarnya terjadi dalam membuat suatu produk.
Terlihat pada exhibit 3 dan 4, setelah metode ABC digunakan dalam mengalokasikan
overhead, ternyata 41% overhead bergeser kepada aktifitas 3 sampai dengan aktifitas 7.
Untuk mengestimasikan biaya masing-masing komponen. Berikut data element of costing
yang dibutuhkan:
$ 6.44
Direct Labor
$ 12.76 x 0.185
$ 2.36
$ 8.54
$ 22.18
$ 6.44
Direct Labor
$ 12.76 x 0.185
$ 2.36
$ 2.62
$ 5.15
Machine Operation
Machine Setup
Production Order
(2/8000/100) x $ 114.27
$ 2.86
Material-Handling
(2/8000/100x2) x $ 19.42
$ 0.97
Part Administration
$ 1.07
$ 2.07
$ 26.7
$ 8.8 (39%)
$ 8.8 (27%)
$ 13.38 (61%)
% 17.9 (73%)
$ 22.18
$ 26.7
Model ABC yang telah dikembangkan JDWC dapat menghasilkan data biaya trade-
Dan divisi juga harus merubah sistem penawaran dalam praktek transfer pricing
mereka. Dan memulai untuk untuk menegosiasikan market-based-price yang
berada di bawah full cost
2. Process Planning
Bagian Proses enginering menggunakan model perbandingan relative efisiensi mesin
untuk tipe yang berbeda dari baja dan part number untuk memilih bagian mana saja
yang diproses sesuai tipe mesinnya, karena ABC menunjukan setup dan biaya
produksi yang tinggi dari pada MRP. Process engineering menggunakan ABC untuk
menghitung biaya pada basis optimal run/ tahun dan bisa dinegosiasi untuk customer
untuk meneriman run yang lebih kecil pada harga yang lebih murah
3. Low Value- Added Parts
Gear and special produk mempercepat perpindahan dari low-volume, short-running
part dari turning mesin. Kira-kira 31% part membutuhkan lebih dari 20 jam direct
labor; secara keseluruhan dihitung 97% dari semua direct labor tersisa untuk mesin.
Tapi part yang kurang dari 8 jam akan di outsource. Secara kebetulan part yang tersisa
masih belum ditentukan, tapi keputusanyang dibuat berdasarkan costing yang lebih
akurat yaitu ABC.
Kombinasi dari perpindahan LVA part diharapkan dapat meningkatkan rata-rata run
time, mengurangi kerumitan penjadwalan dan mengurangi permintaan untuk staf
pendukung.
4. Cell Arrangements
Infrastruktur pabrik berubah dari sistem row mesin menjadi sistem per-sel. Beberapa
mesin dikelompokkan bersama dan dipakai untuk high-run part.
5. Layout
ABC juga membantu manajemen dalam mengatur departemen permesinan. Secondari
operations yang memiliki cost yang tinggi menyebabkan manajemen untuk
mengembalikan menjad divisi sebelumnya dan mengembalikan ke gedung sebelum
dipindahkan. Untuk mendapatkan tempat yang lebih besar, turning machine yang
sudah tidak efisien lagi dibuang. Lalu untuk meminimalisir jarak penanganan antara
barstock dengan packaging dan shipping, kegiatan-kegiatan tersebut dibuat menjadi
lebih dekat agar lebih efisien. Tetapi sayangnya layout yang baru ini belum pernah
dicoba selama proses produksi dikarenakan baru diatur selama bulan agustus 1986,
sedangkan pada januari 1987 pabrik tersebut ditutup. Walaupun begitu terdapat satu
perubahan layout yang sudah diterapkan tahun 1985 dan membuat perubahan yang
signifikan. Layout yang berhasil diterapkan pada tahun tersebut adalah process
engineering group. Mulanya, process engineering group ini berada jauh dari lantai
penjualan tetapi sekarang berada tepat ditengah area permesinan. Akibat dari
pemindahan layout ini komunikasi antar personelnya menjadi lebih mudah.
Berikut Perbandingan Machine Parts Overhead Standard Costing dan ABC dengan 44
sampel (hanya Turning Machine Operation):
Dari perbandingan atas 44 sampel di atas, diperoleh hasil yang bervariasi dari pada
saat awal menggunakan standard costing lalu menggunakan ABC, ada yang biayanya
menjadi lebih kecil dan menjadi lebih besar. Namun kelebihan dari penggunaan
metode ABC adalah biaya yang muncul merupakan biaya yang sebenarnya dan lebih
akurat. Sehingga menghindari terjadinya overcosting ataupun undercosting dan
perusahaan dapat bersaing dengan vendor lain dengan penetapan harga berdasarkan
cost yang aktual, meskipun terdapat beberapa barang menjadi lebih tinggi costnya,
banyak juga barang lain yang lebih rendah costnya. Pada saat menggunakan standard
costing sangat memungkinkan terjadi overcosting dan undercosting sehingga profit
margin yang diperoleh pun tidak aktual. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa
tujuan dari penggunaan metode ABC bukanlah untuk mendapatkan biaya yang lebih
kecil, melainkan untuk mendapatkan ceminan biaya yang sebenarnya.
Future of ABC
Walaupun ABC ini sangat berguna, tetapi manfaatnya juga masih terbatas pada:
1. ABC hanya berjalan pada komputer tiap individu, bukan pada komputer yang
terintegerasi dengan data base divisi
2. ABC hanya digunakan untuk operasi yang meggunakan turning machine
5. Penutup
Penetapan biaya dengan standard costing tidak sesuai untuk digunakan oleh perusahaan
yang memproduksi barang dengan banyak aktivitas produksi dan variasi produk yang
beragam, tidak mencerminkan cost yang sebenarnya. Hanya menggunakan direct labor
dan machine hours sebagai cost driver, sedangkan ada banyak tahapan dalam aktivitas
produksi yang menuntut penentuan cost driver yang lebih akurat.
Dengan menggunakan Activity Based Costing perusahaan dapat mengetahui actual cost
per unit, sehingga tidak akan terjadi undercosting atau overcosting dalam penentuan
biaya. Penggunaan cost driver untuk yang disesuaikan berdasarkan aktivitas produksi
yang telah ditetapkan activity cost pool-nya, terdiri dari 7 cost driver yaitu direct labor
support, machine operation, setup hours, production order activity, materials handling,
parts administration, general and administrative.
Tujuan dari penggunaan metode ABC bukan untuk menghasilkan biaya per unit yang
kecil, namun menghasilkan biaya yang sebenarnya. Terbukti dari kasus John Deere,
perbedaan cost dari awal perusahaan menggunakan standard costing menjadi Activity
Based Costing hasilnya bervariasi, ada yang biayanya menjadi lebih kecil dan menjadi
lebih besar.
Meskipun terdapat variasi perubahan cost karena beralih menggunakan metode ABC,
John Deere tetap dapat bersaing dengan lebih percaya diri karena keakuratan penentuan
biaya, karena menghindari profit margin yang semu akibat adanya overcosting dan
undercosting.
Agar pengaplikasian ABC menjadi lebih efisien makan harus dibantu dengan perubahanperubahan pada pabrik. Misalkan dalam kebijakan transfer pricing yang diubah dengan
menggunakan market based dibandingkan dengan direct cost atau full cost. Selain
kebijakan, tata letak pabrik juga diubah untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan
ABC.
DAFTAR REFERENSI
Edward J. Blocher, David E. Stout, Gary Cokins (2010). Cost Management: A Strategic
Emphasis, 5th edition, Mc-Graw-Hil/Irwin.
Robert S. Kaplan and Robin Cooper (1999). The Design of Cost Management System; Text and
Cases, 2nd edition, Prentice Hall.
Robert S. Kaplan and Steven R. Anderson (2004). Time-Driven Activity-Based Costing.
https://zulfikarnashrullah.wordpress.com/2008/05/28/hello-world/
John Deere Component Works Case