Case Ujian Jiwa
Case Ujian Jiwa
Disusun oleh:
Vilia Budi Prasetio
2013.061.159
STATUS PSIKIATRI
Nama:
Nim:
Penguji:
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin
: laki-laki
Umur
: 27 th
Status Perkawinan
: belum menikah
Pendidikan
: tamat SMA
Pekerjaan
: tidak bekerja
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 24 Maret 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 12 April 2015
sendiri dan berperilaku aneh. Di kampung, pasien tinggal bersama dengan nenek dan
pamannya, menurut neneknya, perilaku pasien aneh, sering terlihat ketakutan, dan
melihat sesuatu berupa hantu/ Pocong sering lupa makan dan mandi, sehingga
akhirnya neneknya mengantarkan pasien ke RS Manuel di Purbalingga dan
didiagnosa menderita gangguan jiwa. Keluarga pasien yang mendengar hal tersebut
merasa tidak mampu menerima lalu pasien dibawa kembali ke Jakarta. Di Jakarta
(September 2014) pasien sempat dibawa ke poliklinik RSKD Duren Sawit dan
didiagnosa Skizofrenia. Setelah 2 kali menjalani pengobatan rawat jalan (diberikan
risperidone 2x1 mg dan THP 2x1 mg), atas pengaruh oleh tetangga, ibu pasien
membawa pasien ke Pesantren (di Cakung, Pulo Gadung) untuk menenangkan diri.
Di pesantren tersebut pasien tidak diberi minum obat oleh ustad disana, karena
menurut mereka pada keadaan seperti itu pasien cukup diajari dan didoakan. Pasien
tinggal di Pesantren selama 4 bulan. Pasien sempat kabur dari pesantren secara
mendadak dan hilang selama 3 hari. Menurut pengakuan pasien, ia kabur karena tidak
betah dan tidak suka dengan makanan di pesantren. Setelah itu pasien kembali tinggal
ke rumah selama 2-3 bulan (tanpa pengobatan). Di rumah perilaku pasien menjadi
semakin aneh. 1 bulan SMRS, pasien mulai berbicara sendiri sambil menghadap
tembok, tertawa sendiri, tidak berani menatap orang lain serta makan dan mandi tidak
teratur. Pasien sering merasa seperti ketakutan dan pernah melihat wanita berambut
panjang berkerudung merah berbaju putih, berwajah hancur yang berteriak dan
memarahinya. Menurut pengakuan pasien, ia melihat hantu itu cukup lama dan
membuatnya ketakutan. Hantu itu terutama muncul pada malam hari. Pasien juga
bercerita kepada ibunya bahwa kakak dan ayahnya sering menganggu dan
memarahinya padahal kakaknya tidak tinggal dengan pasien dan ayahnya hanya
bersikap tegas. Selain itu menurut pengakuan pasien, pasien juga pernah ingin
dicelakai oleh teman tetangganya. Ia yakin teman tetangganya itu benci kepadanya.
Menurut ibu pasien, pasien tidak nyambung bila diajak bicara dan kadang hanya diam
saja dan meringkuk di pinggir tembok. Pasien juga pergi sering keluar rumah sendiri,
karena menurut pengakuan pasien ia takut dengan hantu yang ia lihat serta ia juga
takut terhadap ayahnya yang menurutnya selalu memarahinya. Selain itu pasien juga
mencium bau-bau busuk yang seperti bau sampah (di semua tempat termasuk di
RSKD Duren Sawit). Menurut pasien bau itu dapat muncul kapan saja terutama
malam hari saat pasien sedang tidak mengerjakan sesuatu. 1 hari SMRS, pasien
mencoba untuk makan telur busuk sehingga ibunya akhirnya ia membawa anaknya ke
poliklinik RSKD Duren Sawit. Pada saat masuk rumah sakit, pasien dalam keadaan
gelisah dan marah. Berdasarkan anamnesis dengan pasien sendiri, pasien tidak tahu
alasan mengapa ia harus dibawa ke RSKD Duren Sawit pada saat itu. Pada saat
anamnesis pasien mengatakan ia hanya sering bengong dan ia menganggap hanya itu
penyebab ia dibawa kesana. Pasien mengaku ia sering lupa mandi karena sering
bengong. Pada saat ditanyakan riwayat penyakit baik mengenai suara-suara pasien
mengaku ada suara-suara yang didengar seperti mengkomentari perilaku pasien
(seperti marah). Pasien mengaku tidak ingat sejak kapan ia mulai mendengar suara.
Menurut pengakuan pasien, suara itu bisa terdengar kapan saja namun lebih sering
muncul pada waktu di rumah. Pasien tidak pernah merasa dirinya aneh dan tidak
nyata. Pasien mengakui bahwa ia sering berbicara sendiri namun tidak tahu mengapa
ia sering berbicara sendiri dan mengaku tidak mengingat isi pembicaraan.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Menurut pengakuan ibu pasien, pada tahun 2008 pasien pernah mengalami
perubahan perilaku, pasien mengurung diri sampai tidak mau makan dan hanya
terdiam, pasien juga sempat marah-marah dan menjadi lebih sensitif serta berbicara
mulai tidak nyambung bahkan kadang berbicara sendiri. Selain itu pasien mulai
merasa curiga bahwa tetangga serta teman-temannya punya niat untuk mencelakainya.
Pasien akhirnya dirawat di RSCM selama kurang lebih 2 minggu namun ibu tidak
ingat diagnosa dari RSCM. Menurut ibu pasien, pasien tertekan akibat pasien di drop
out dari STM otomotif karena pasien tidak mampu mengikuti pelajaran. Setelah
dimulainya pengobatan, keadaan pasien membaik kemudian pasien melakukan rawat
jalan di RSCM. Pasien berobat kurang lebih selama 2 tahun (2008-2010) dan menurut
pengakuan ibu pasien ia rajin kontrol ke RSCM. Menurut ibu pasien tahun 2010-2012
pasien dapat berperilaku normal dan bekerja seperti biasanya. Untuk waham dan
halusinasi sulit diidentifikasi
2. Riwayat Gangguan Medik
Pada waktu 2005 pasien pernah dipukul (dikeroyok) oleh temantemannya sampai pingsan dan dibawa ke puskesmas.
Nomor
Onset
Stressor
Nomor
Onset
Nomor
Stressor
Onset
Klinis
Stressor
Klinis
Klinis
Terapi
Efek Samping
Fungsi
Terapi
Terapi
2013
2013
6
-
2014
Januari 2015
Pasien dikeluarkan Pasien
dibawa Pasien
tidak
MRS
dari pekerjaannya kembali ke Jakarta, di melanjutkan minum
1Januari Maret 2015
2
3
Pasien
tidak
meminum
antipsikotik
selama
6
bulan
2008
2008-2010
2010-2012
untuk kedua kalinya bawa
ke RSKD Duren obat anti
psikotik
Perilaku
kacau
tidak
nyambung,
berbicara
Drop
outaneh,
daripembicaraan
STM Tidak
adadan
yang
bermakna
Tidak
ada
Sawit dan didiagnosa karena
dibawa
dan senyum
sendiri,
sering pengobatan
meringkuk di(periode
tembok dan
karena
tidak naik
kelasmarah-marah,
(dalam masa
skizofrenia tak terinci ibunya ke pesantren
terlihat
waham
(+), halusinasi visual,
olfaktori
(+),
dikejar
RSCM)
remisi)
Pasien ketakutan,
berperilaku
Mood:
labil
Tidak dapat
dinilai.
Mood:
depresif
Sudah membaik dan dapat Sudah
halusinasi
auditorik
aneh
seperti(+) Afek: terbatas
Olanzapine
mg IM
(2 hari)normal
Mengurung
diri,1x10
tidak
berfungsi
membaik
berbicara
sendiri, Perilaku halusinasi: +
Rawat
dalam bangsal
mau
makan,
hanya
dan
dapat
senyum
sendiri, Kontinuitas
Pikir:
quetiapineperubahan
2x300 mg dan THP 2x1 mg (terapi RSKD
Duren
terdiam,
berfungsi
terlihat
sering Asosiasi Longgar
Sawit)
perilaku
menjadi lebih
normal.
ketakutan, marah- Isi pikir: waham kejar
sensitif dan mudah
Waham dan
marah, sosial
mendengar
(+)ADL terganggu
Interaksi
terganggu,
marah, bicara mulai
halusinasi
suara-suara seperti
tidak nyambung dan
sulit
marah
dan
berbicara sendiri
diidentifikasi
mengomentari
Rawat inap di RSCM
Ibu pasien tidak ingat obat pasien
Ibu
tidak
ingat apa yang diberikan, ibu
Tidak
diterapi. Rawat jalan di RSKD Tidak diterapi
pengobatan
yang pasien mengaku rajin
Pasien
dibawa Duren Sawit, namun
diberikan
kontrol di RSCM
pulang ke kampung hanya kontrol 2x (1
E. R
i
w
a
y
a
t
ADL
terganggu
Perkembangan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir secara spontan pervaginam dan cukup bulan di bidan. Ibu pasien
tidak memiliki penyakit yang diderita saat hamil, kebutuhan nutrisi selama
hamil tercukupi dan obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil. Berat lahir
2450 gram, panjang badan 48 cm. Pasien diberi ASI.
2. Riwayat Masa Kanak Awal
Menurut keluarga pasien, pasien merupakan anak yang ceria, aktif, akrab
dengan saudaranya. Pasien mengaku lebih dekat dengan ibu dibandingkan
dengan ayahnya. Tidak ada gangguan perkembangan motorik ataupun sensorik
pada masa kanak awal pasien.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan
Pada usia 5 tahun, ibu pasien berpisah dengan ayah pasien, kemudian
menikah lagi. Pasien akhirnya berubah menjadi terututup dan penyendiri.
Pasien sendiri mengaku bahwa ia tidak dekat dengan ayah tirinya, bahkan
cenderung takut karena menurutnya ayah tirinya sering memarahinya. Pasien
mulai merasa bahwa ayah tirinya tidak suka dengannya dan pilih kasih.
Menurut ibu pasien, ayah tirinya memang bersifat keras dan disiplin, namun
sebenarnya adil dengan semua anak-anaknya. Karena sifatnya penyendiri dan
tertutup, pasien hanya mempunyai beberapa teman dekat. Karena ia pendiam
dan sempat tinggal kelas, menurut pasien dan ibu pasien, ia sering diejek oleh
teman-temannya. Pasien jarang menceritakan masalahnya ke ibunya dan
cenderung dipendam.
Menurut ibu pasien, pasien sulit mengikuti pelajaran di sekolah.
Pasien belum bisa menulis dan membaca pada kelas 2 SD, setelah di lakukan
tes intelegensia di RSCM, ternyata pasien mempunyai IQ 80-90. Namun
pasien orang yang cukup gigih dan punya kemauan keras dalam studi.
4. Riwayat Masa Remaja dan dewasa
Pasien merupakan anak yang cenderung pendiam, tertutup dan penyendiri. Ia
lebih suka mengerjakan sesuatu sendiri. Teman pasien tidak banyak, menurut
pasien ia lebih suka bersama kakaknya dibandingkan dengan teman-temannya
karena kakaknya sering memberikan ia pekerjaan (menurut pasien). Di STM
pasien sering dikerjai oleh teman-temannya. Menurut ibu pasien, pasien
pernah dikeroyok sampai pingsan oleh beberapa orang temannya karena
pasien tidak setuju dengan perbuatan temannya. Selain itu pasien juga sering
diejek karena tinggal kelas di STM karena tidak dapat mengikuti pelajaran.
Riwayat Pendidikan
Menurut pasien, ia sulit mengikuti pelajaran sekolah dan tidak terlalu
pintar. Pasien sempat tidak naik kelas pada kelas 1 dan 3 SD. Selanjutnya
pasien naik kelas namun dengan nilai yang kurang baik. Setelah tamat
SMP, pasien melanjutkan studi di STM, selama menempuh pendidikan di
STM, pasien tidak naik kelas selama 1 tahun karena ia tidak dapat
mengikuti pelajaran, dan akhirnya menempuh kejar paket C agar
mendapat ijazah SMA.
6.
Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus SMA (tahun 2008), pasien bekerja serabutan (bukan
pekerjaan tetap) pasien sempat bekerja catering, membantu toko sembako
milik ibunya, berjualan baju milik kakak iparnya. Pada tahun 2010
akhirnya pasien mendapatkan pekerjaan tetap sebagai satpam di
perusahaan Tirta Mas. Setelah habis masa kontrak, pasien menganggur
selama 2 tahun. Pada tahun 2013, pasien kembali mendapatkan pekerjaan
sebagai cleaning service, namun hanya bertahan selama 3-4 bulan karena
mulai berperilaku aneh dan akhirnya dikeluarkan dari pekerjaannya.
7.
8.
9.
Aktivitas Sosial
Pasien cenderung pasif dan jarang melakukan aktivitas sosial.
Laki-laki
Perempuan
Pasien
I. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
Pasien mempunyai cita-cita untuk menjadi guru olahraga pada waktu kecil, namun
pasien sendiri mengaku tidak mahir berolahraga dan tidak terlalu pintar. Pasien
akhirnya mengaku menjadi apapun boleh yang penting dapat menghasilkan uang
Pasien mengaku tidak pernah mengalami mimpi buruk.
III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 13 April 2015)
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan :
Pasien laki-laki berusia 27 tahun, berpenampilan sesuai usia, cara berpakaian baik
dan rapi, menggunakan baju dan celana panjang berwarna ungu (pakaian pasien
rawat inap di RSKD Duren Sawit), kebersihan dan perawatan diri terlihat sudah
baik, pakaian yang dikenakan oleh pasien serasi, rambut dan kuku terjaga
kebersihannya.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien tenang, dapat berinteraksi dengan orang di sekitarnya namun terbatas.
Posisi duduk pasien jarang berubah. Bila berubah, hanya sebatas punggung
bersandar di kursi atau duduk tegak. Agitasi psikomotr (+) (menggerakkan kaki
saat berbicara), tics (-), hiperaktivitas (-), , rigiditas (-), retardasi psikomotor (-).
3. Sikap terhadap pemeriksa :
pasien bersikap kooperatif, namun masih tidak berani menatap pewawancara
(kontak mata -), tampak sedikit membatasi diri dan berhati-hati.
: sulit dinilai
Halusinasi
Depersonalisasi
: tidak ditemukan
Derealisasi
: tidak ditemukan
E. PIKIRAN
1. Proses pikir / bentuk pikiran:
a. Produktivitas
: kurang
b. Kontinuitas
2. Isi pikiran
a. Preokupasi pikiran : ditemukan.
Selama pembicaraan pasien, pasien terlihat sering mengulang hal-hal
yang berhubungan dengan pekerjaan.
b. Waham
: ditemukan
memarahi dan meneriakinya. Selain itu ia juga mempunyai keyakinan bahwa ada
teman tetangganya yang benci dan ingin mencelakainya.
c. Ide bunuh diri dan membunuh:
tidak ditemukan
2.
Orientasi
3.
: tidak terganggu
a.
Waktu
: tidak terganggu
b.
Tempat
: tidak terganggu
c.
Orang
: tidak terganggu
a.
Jangka panjang
: tidak terganggu
b.
Jangka pendek
: tidak terganggu
c.
Jangka sedang
: tidak terganggu
d.
Segera
: tidak terganggu
Daya ingat
4.
5.
: tidak terganggu
6.
Kemampuan visuospasial
: tidak terganggu
7.
Pikiran abstrak
: tidak terganggu
8.
: tidak terganggu
G. PENGENDALIAN IMPULS
Terganggu, terdapat adanya kecenderungan agresifitas
H.
: tidak terganggu
: tidak terganggu
: terganggu
Tilikan
I.
Status internus
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Laju nadi
Laju napas
Suhu
: 360 C
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks pulmo
simetris
kanan dan kiri
Thoraks Cor
Abdomen
Kulit
Ekstremitas
Motorik
Refleks
Berat badan
Tinggi badan
BMI
: 69 kg
: 174 cm
: 22.9
B. Status Neurologik
GCS
Saraf Kranial (I-XII)
: E4M6V5
Saraf Kranial I
: Tidak diperiksa
Saraf Kranial II
Saraf Kranial V
: Keseimbangan baik
Dapat mendengar gesekan rambut dan jari
+/+
: Refleks menelan +
Saraf Kranial XI
: Tidak ditemukan
Gerakan
Bentuk pupil
Refleks cahaya
: +/+
3. Motorik
Koordinasi
: Baik
Tonus
: Normotonus
Refleks Fisiologis
Biceps
: Normal +/+
Triceps
: Normal +/+
Patella
: Normal +/+
Achilles
: Normal +/+
Refleks Patologis
4. Sensibilitas
5. Sistem saraf vegetatif
6. Fungsi luhur
: Tidak ditemukan
: Terhadap rangsang raba nyeri dan raba +/+
: Miksi, defekasi dan sekresi keringat baik
: Afasia motorik - , afasia sensorik -
B.
V.
: Tidak ditemukan
Jenis
Hasil
Satuan
Nilai normal
pemeriksaan
Hematologi
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
LED
7.29
6.07
15.7
48.3
79.6
25.9
32.5
348
5
Ribu/mm3
Juta/mm3
g/dL
%
fL
Pg
g/dL
Ribu/mm3
Mm/jam
3.8-10.6
4.4-5.9
13.2-17.3
40-52
80-100
26-34
32-36
150-440
0-10
hantu wanita berambut panjang, bermuka hancur dan berbaju putih yang sering
memarahi dan menganggunya, selain itu ia juga sering mencium bau sampah yang
lebih sering dicium pada malam hari pada saat pasien tidak beraktivitas. Selain itu
pasien mempunyai keyakinan bahwa ayah dan kakaknya selalu memarahinya, padahal
menurut ibu pasien itu tidak benar. Pasien juga memiliki keyakinan dan kecurigaan
bahwa teman tetangga pasien juga ingin mencelakainya. Pasien bahkan sering kabur
dari rumah karena takut oleh ayah dan kakaknya. Pasien mempunyai riwayat kesulitan
dalam pendidikan (IQ 80-90) pada masa kanak. Sifat pasien cenderung tertutup,
penyendiri dan cenderung menyimpan masalah. Teman pasien sendiri tidak terlalu
banyak dan sering diejek oleh temannya. Riwayat trauma dan penggunaan napza
disangkal.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis dalam batas normal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan menunjukkan hasil yang masih dalam
batas normal.
4. Status Mental
a. Deskripsi umum
c. Pembicaraan
d. Gangguan Persepsi
e. Pikiran
- Proses/bentuk pikir
- Isi pikiran
f. Sensorium dan Kognisi
: tidak terganggu
: terganggu
Tilikan
VI.
: derajat 1
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
F00-F09: Pasien tidak memiliki gangguan mental yang disebabkan oleh gangguan
organik. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dan cedera/trauma pada otak, serta
tidak ada penyakit sistemik. Tidak ada gangguan pada fungsi kognitif, daya ingat, daya
pikir, daya belajar, dan gangguan kesadaran atau perhatian, sehingga pada pasien ini
tidak digolongkan ke dalam F00-F09.
F10-19: Pasien mengaku merokok dan pernah minum alkohol, namun tidak sampai
ketergantungan. Riwayat Napza lainnya disangkal pasien sehingga gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat dapat disingkirkan.
F20-F29: Pasien memenuhi kriteria F20 (skizofrenia) karena memenuhi sedikitnya satu
gejala yang amat jelas atau 2 gejala lainnya yang jelas, yaitu:
a.
b.
c.
d.
Gejala-gejala tersebut sesuai dengan kriteria lamanya gejala, yaitu satu bulan
atau lebih, dan pada pasien ini sudah berlangsung sekitar 2 tahun. Pada pasien ini
terdapat gangguan persepsi yang khas, kesadaran compos mentis, dan kemampuan
intelektual tetap dipertahankan. Untuk penggolongan lebih lanjut, maka pasien dapat
digolongkan ke subtipe skizofrenia paranoid, yang memenuhi salah satu kriteria
umumnya yaitu:
a. Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
b. Waham kejar (Ibu pasien mengaku anaknya sering mengatakan bahwa ayah
dan kakaknya selalu memarahinya, selain itu pasien sendiri mengaku bahwa
ada teman tetangganya yang ingin mencelakainya)
c. Halusinasi auditorik (adanya suara-suara seperti mengkomentari perilaku
pasien seperti marah yang menandakan adanya halusinasi tipe commenting),
visual (wanita berkerudung merah berwajah hancur), olfaktori (bau sampah)
d. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik
tidak menonjol.
Berdasarkan PPDGJ III, kasus ini digolongkan sebagai F20.03 Skizofrenia
Paranoid Episodik Berulang karena gejala skizofrenia pertama kali muncul tahun
Aksis II
1. Organobiologik
Genetik: menurut keterangan keluarga pasien, tidak ada yang memiliki gangguan
jiwa yang mirip dengan anaknya. Pasien memiliki riwayat penyakit asma ringan
2. Psikologik
mudah tertekan
Terdapat gangguan berupa waham kejar
Pasien menyangkal adanya halusinasi auditorik (namun perilaku halusinasi +)
Terdapat juga gangguan persepsi berupa halusinasi olfaktori dan riwayat
halusinasi visual
Tilikan pasien 1
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
Faktor memperberat
Pasien tidak menyadari bahwa pasien sakit
Pasien cenderung pendiam, penyendiri, sulit bergaul, mudah tertekan
Faktor memperingan
Pasien mendapatkan dukungan yang kuat dari keluarga
Mendapatkan terapi dari Rumah Sakit Duren Sawit
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Antipsikotik : Risperidone 1 mg 2 dd 1
Obat
untuk
mengurangi
Trihexyphenidil 2 mg 2 dd 1
2. Psikoterapi
gejala
ekstrapiramidal
jika
timbul
gejala:
o Membina hubungan baik dengan pasien, agar pasien lebih percaya dan mau
terbuka bercerita pada dokter saat kontrol / berkonsultasi, sehingga dapat
mengetahui bila ada masalah dan dapat dicari segera solusinya.
o Membantu pasien memahami bahwa suara-suara bisikan yang pernah ia dengar
dan hantu yang dilihat tidak nyata sehingga dapat membantu pasien apabila suatu
saat penyakit relaps.
o Membantu pasien memahami bahwa keluarganya bersikap adil dan mendukung
kesembuhannya
3. Edukasi Pasien
Untuk keberhasilan terapi dan mencegah kekambuhan gejala, penting untuk
menekankan keteraturan berobat pasien, karena pasien seringkali kambuh akibat tidak
meminum obatnya. Poin yang dapat disampaikan:
o Memotivasi pasien agar rutin datang untuk kontrol atau berkonsultasi
o Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakitnya dan akibat
yang dapat ditimbulkan
o Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur
o Menjelaskan manfaat serta efek samping obat yang mungkin akan dialami oleh
pasien kepada pasien dan keluarganya
Penjelasan-penjelasan di atas dapat diberikan pada pasien bila pasien sudah mulai
kembali kooperatif disertai dengan dukungan keluarga
XI. FOLLOW UP
Pantau
kemungkinan
efek
samping
obat
seperti
gejala
ekstrapiramidal
kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
F20.0
SKIZOFRENIA
KASUS
TEORI
PARANOID
PEDOMAN Pasien laki-laki, sejak 2 tahun Ada minimal 1 gejala diantara
DIAGNOSTIK
F 20
SKIZOFRENIA
berikut :
a. Though echo, insertion atau
withdrawal
b. Delusion of control, influence
atau passivity
c. Suara halusinasi yang
berkomentar atau berdiskusi
secara terus menerus
d. Waham-waham menetap jenis
lainnya.
Atau ada minimal 2 gejala
diantara berikut :
e. Halusinasi yang menetap dari
panca indera apa saja, dapat
bulan
Arus pikiran yang terputus
atau mengalami sisipan,
inkoherensia dan pembicaraan
gejala psikotik.
berbicara sendiri
Tidak tampak gangguan afektif Tidak boleh ada gejala-gejala
(gejala depresif ataupun manik)
pada pasien
bersamaan.
Tidak terdapat gangguan organik Tidak boleh ada penyakit otak atau
dan riwayat penggunaan zat
disangkal
Pasien telah mengalami keluhan F20.x0 Berkelanjutan
F20.x1 Episodik dengan
PERJALANAN
ini selama 5 tahun, pernah
kemunduran progresif
PENYAKIT
mengalami remisi pada tahun
F20.x2 Episodik dengan
2010 karena rajin berobat di
kemunduran stabil
RSCM selama 2 tahun
F20.x3 Episodik berulang
Kemudian muncul lagi gejala
F20.x4 Remisi tak sempurna
pada tahun 2013 karena stressor F20.x5 Remisi sempurna
F20.x8 Lainnya
yang berat (di PHK)
F20.x9 Periode pengamatan
F20.00 Skizofrenia paranoid
kurang dari 1 tahun
episodik berulang
POLA
PEDOMAN
DIAGNOSTIK
umum skizofrenia
F20.0
SKIZOFRENIA
PARANOID
mendengar suara-suara
yang memberikan
komentar seperti
memarahinya
B. Memiliki waham kejar
humming, laughing)
sekarang
C. Pasien juga pernah melihat Halusinasi pembauan atau
hantu berkerudung merah,
memarahinya (halusinasi
visual)
D. Pasien sering mencium bau
sampah terutama pada
malam hari. Dapat terjadi
dimana saja bahkan di
RSKD Duren Sawit
E. Pasien berbicara tidak
spontan, afek terbatas,
cenderung menutup diri
F. Adanya asosiasi longgar
yang jelas
Gangguan afektif dan gejala
katatonik tidak ada
sendiri di rumah.
Analisis Tatalaksana
Pada pasien ini, direncanakan penatatalaksanaan berupa farmakoterapi berupa
risperidone 2x1 mg, dengan pertimbangan bahwa risperidone yang termasuk antipsikotik
atipikal dapat memperbaiki gejala positif dan negatif secara bersamaan, dengan efek samping
yang lebih minimal dibandingkan antipsikotik golongan tipikal. Risperidone juga dapat
diperoleh dengan harga yang terjangkau mengingat pasien tidak bekerja dan hanya
bergantung pada orang tuanya. Efek sedasi risperidone juga tergolong rendah sehingga pasien
dapat beraktivitas seperti biasa (pasien seorang pekerja keras). Trihexyphenidyl juga
dipersiapkan untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal sebagai efek samping antipsikotik yang
sering timbul, pemberiannya dapat disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila gejala
ekstrapiramidal muncul, maka trihexylphendil dapat diberikan. Selain farmakoterapi,
tatalaksana lainnya seperti edukasi pasien, edukasi keluarga, dan psikoterapi perlu diberikan.
Edukasi pasien memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya, sebab dari
penyakitnya, dan rencana terapi yang dibutuhkannya. Dengan demikian, diharapkan pasien
dapat mengkonsumsi obat secara teratur, follow-up secara rutin, serta mengenali efek
samping obat yang mungkin timbul. Sedangkan edukasi keluarga bertujuan agar keluarga
bersikap kooperatif dengan cara rutin menjenguk pasien atau setidaknya menelpon pasien
selama pasien dalam perawatan di bangsal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecemasan
atau menghindari perasaan tidak dipedulikan yang akan memperburuk kondisi jiwanya.
Apabila pasien sudah dapat rawat jalan, maka keluarga diharapkan dapat mengawasi pasien
meminum obat secara teratur dan membawa pasien untuk follow-up secara rutin.
Dengan psikoterapi, diharapkan pasien dapat membedakan antara waham dan
halusinasi dengan kenyataan, serta cara untuk mengatasi atau menyikapi halusinasi yang
timbul. Melalui psikoterapi juga pasien dapat diedukasi untuk mengubah sikapnya yang
cenderung curiga secara berlebihan. Psikoterapi juga diharapkan dapat memperbaiki tilikan
pasien
yang
akan
berpengaruh
terhadap
prognosis
pasien
kedepannya.
Dengan
penatalaksanaan tersebut, diharapkan masalah-masalah yang dialami pasien saat ini juga
dapat terselesaikan seiring perbaikan perilaku pasien.