Sunat Perempuan
Sunat Perempuan
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini yang
berjudul Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sunat Perempuan Pada Anak di
Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011. Peneliti
menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah penelitian ini masih jauh dari sempurna baik dari
isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan
dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah penelitian ini yaitu :
1.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua program studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
3.
dr. Zulkifli, M.Si selaku Dosen pembimbing dalam penyusunan KTI (Karya
Tulis Ilmiah).
4.
5.
6.
7.
8.
Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.
Medan,
Juni 2011
]DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR SKEMA................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1. Tujuan Umum.................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1. Bagi peneliti .................................................................................... 4
2. Bagi institusi pendidikan................................................................ 4
3. Bagi Peneliti lain............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sunat Perempuan.................................................................................. 5
1. Pengertian sunat perempuan............................................................. 5
2. Tipe- tipe sunat perempuan.............................................................. 6
3. Pelaksanaan sunat perempuan.......................................................... 7
4. Alasan pelaksanaan sunat perempuan.............................................. 8
5. Resiko sunat perempuan................................................................... 9
B. Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan ........ 10
1. Psikoseksual..................................................................................... 10
2. Sosiologi........................................................................................... 11
3. Hygiene............................................................................................ 11
4. Mitos................................................................................................. 12
5. Agama............................................................................................... 12
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep.................................................................................. 17
B. Definisi Operasional............................................................................. 18
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.................................................................................. 19
B. Populasi dan Sampel............................................................................. 20
C. Tempat Penelitian.................................................................................. 20
D. Waktu Penelitian................................................................................... 20
E. Etika Penelitian..................................................................................... 20
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 21
G. Uji Validitas dan Realibilitas................................................................. 21
H. Prosedur Pengumpulan Data................................................................. 22
I.
Analisis Data......................................................................................... 23
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Kerangka
Konsep
...............................................................................................................
...............................................................................................................
17
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6.
Tabel 5.7.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lembar Kuesionesr
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Praktek sunat perempuan (Famale circumcicion) yang sering disebut sebagai
pemotongan atau mutilasi kelamin perempuan ( Famale Genital Cutting/ Famale
Genital Mutilation) merupakan tradisi yang telah lama dikenal dalam masyarakat dan
diakui oleh agama- agama di dunia seperti Yahudi, Islam dan sebagian pengikut Kristen
(Jendrius, 2005).
Pelaksanaan sunat perempuan telah tersebar diberbagai belahan dunia dan
terdapat pada berbagai suku dan ras. Namun asal- usulnya masih sangat sulit dipaparkan.
Bukti-bukti menunjukkan sunat perempuan sangat terkenal dikalangan masyarakat
Mesir kuno dan merupakan acara ritual bagi masyarakat Mesir yang terjadi sebelum
abad ke dua sebelum Masehi. Sunat perempuan dianggap sebagai salah satu tradisi pada
masa Nabi Ibrahim dan diikuti oleh Nabi Muhammad bersama umatnya. Konsep sunat
perempuan dilaksanakan atas dasar ajaran agama, tidak hanya agama Islam tetapi
beberapa agama lainnya. Namun sunat perempuan lebih dikenal dalam masyarakat Islam
dan Yahudi sebagai perintah agama yang harus dilakukan, dan merupakan ritual
keagamaan yang bersifat tradisional. Bentuk- bentuk pelaksanaannya sangat beragam,
mulai dari hanya simbol, pembersihan, mencolek, membersihkan kotoran, hingga
perusakan alat kelamin perempuan (Umar, 2010. Hal.51-53).
Sunat perempuan dilakukan di 28 negara dan terbanyak terdapat di Negara
Afrika, khususnya Afrika Sahara, Negara Timur Tengah, Asia, Pasifik, Amerika Latin,
Amerika Utara dan Eropa. Jumlah wanita yang mengalami sunat perempuan diseluruh
dunia lebih kurang seratus juta wanita dan terjadi pada tiga juta anak dibawah usia
sepuluh tahun setiap tahunnya (Heitman, 2000).
Dalam budaya matriarki, sunat perempuan merupakan sebuah keharusan. Hal ini
tidak terlepas dari pendapat yang melekat dalam pemikiran masyrakat bahwa tradisi
sunat perempuan merupakan perintah agama dan anggapan perempuan adalah penggoda
laki- laki karena memiliki syahwat yang besar. Anggapan tersebut telah menyumbang
mitos dalam kehidupan perempuan, termasuk dalam tradisi sunat perempuan. Dengan
disunat, daya seksual perempuan dibatasi dan dianggap perempuan tidak lagi menjadi
penggoda bagi laki- laki (Prafitri, 2008).
Di kawasan Afrika, sunat dengan memotong bagian genital perempuan. Sehingga
sering terjadi perdarahan, infeksi, infertil, pembengkakan, sakit saat melahirkan, tidak
bisa mengontrol buang air kecil, dan tidak bisa menikmati hubungan seksual pada
perempuan yang mengalaminya. Bahkan di beberapa Negara lainnya mempraktikkan
infibulasi, yaitu praktek memotong klitoris dan menjahit tepinya dengan menyisakan
sedikit lubang untuk buang air dan haid (Vanisaputra, 2005).
Sunat atau sirkumsisi adalah suatu tindakan yang umum dilakukan oleh tenaga
medis di Indonesia. Prosedur sirkumsisi biasanya dilakukan sebagai suatu tindakan saat
anak laki- laki menjelang pubertas, akan tetapi dibeberapa daerah di Indonesia seperti
Madura, Jawa, Sumatera dan daerah- daerah lainya sunat juga dilakukan pada anak
perempuan (Juli, 2006) Aide Medicale Internationale, hal 39.
Hasil penelitian dari Population Council tahun 2004 menunjukkan bahwa di
Indonesia dukun bayi, dukun sunat, dan bidan merupakan penyedia pelayanan sunat
perempuan. Dari 2.215 kasus sunat perempuan di beberapa daerah menunjukkan bahwa
68% dilakukan oleh pengkhitan tradisional dan 32% dilakukan oleh tenaga kesehatan,
terutama bidan. Di kota Padang dan Padang Pariaman sunat perempuan lebih banyak
dilakukan oleh bidan 89% dan 68%, dan di Sulawesi Selatan paling banyak dilakukan
oleh dukun sunat 70% (Gani, 2007).
Di Indonesia pada 31 Mei sampai 1 Juni 2005 telah diselenggarakan Lokakarya
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan berkaitan dengan sunat.
Peserta lokakarya terdiri atas Menteri Pemberdayaan Perempuan, Depkes, Depag,
Institusi Pendidikan (Fakultas Kedokteran, Sekolah Kebidanan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Islam Negeri), organisasi profesi (IBI, IDAI, POGI), ormas
perempuan termasuk agama, media massa, yayasan yang berkaitan dengan pelayanan
medis, dan institusi penelitian. Kesimpulan yang dihasilkan yaitu sunat perempuan tidak
memiliki landasan ilmiah dan lebih didasari pada tradisi dan budaya, tidak ada landasan
agama. Penelitian menunjukkan bahwa sunat perempuan lebih banyak membawa
dampak buruk dari pada manfaatnya dan ternyata mendikalisiasi FGM yang cenderung
ke arah mutilasi bertentangan dengan hukum yang berlaku ( PERSI, 2007).
Berdasarkan hasil surve yang dilakukan peneliti dari 6 oarang ibu yang memiliki
anak perempuan yang berusia 0-1 tahun, 5 orang melakukan sunat dan hanya 1 orang
yang tidak melakuakan sunat.
Dari studi pendahuluan dan data yang diperoleh peneliti tertarik meneliti tentang
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sunat Perempuan pada Anak di
Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor- faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak di Kelurahan Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasikan faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan 2011.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Khususnya Jurusan D-IV Bidan Pendidik USU, hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penelitian ini digunakan agar petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan
edukasi tentang sunat perempuan pada anak di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sunat Perempuan
1. Pengertian Sunat Perempuan
Banyak konsep yang digunakan untuk menjelaskan tentang sunat perempuan.
Dalam Islam khitan atau sunat berasal dari bahasa arab Al-khitan yang merupakan
isim masdar dari kata kerja Khatana yang berarti memotong. Khitan pada perempuan
dilakukan dengan cara memotong bagian atas (klentit) dari kemaluan (faraj) (Jendrius,
dkk.2005. Hal 3).
Khitan perempuan adalah memotong sedikit kulit labia minora atau preputium
clitoridis di atas uretra di farji atau kemaluan. Kata lain yang sering digunakan adalah
sunat dan istilah lain yang kurang dikenal yaitu khifad yang berasal dari kata khafd ,
istilah ini khusus untuk khitan perempuan (Gani, 2007. 3).
Secara internasional sunat perempuan dikenal dengan istilah female genital
cutting (FGC) atau genital mutilation. Genital cutting adalah pemotongan alat kelamin
sedangkan genital mutilation identik dengan perusakan alat kelamin. FGC merupakan
segala prosedur menghilangkan sebagian atau seluruh bagian alat kelamin luar
perempuan atau perlukaan organ genital perempuan baik karena didasari oleh alasan
kebudayaan atau alasan nonmedis lainnya (Juli, 2006) Aide Medicale Internationale, hal
39.
b)
Tipe II : Clitoridectomy, yaitu eksisi sebagian atau total dari labia minora.
Banyak dilakukan di Negara-negara bagian Afrika Sahara, Afrika Timur, Mesir,
Sudan, dan Peninsula.
c)
d)
Tipe IV: Tidak terklarifikasi, termasuk di sini adalah menusuk dengan jarum baik
di permukaan saja ataupun sampai menembus, atau insisi klitoris dan atau labia;
meregangkan (stretching) klitoris dan atau vagina; kauterisasi klitoris dan
jaringan sekitarnya; menggores jaringan sekitar introitus vagina (angurya cuts)
atau memotong vagina (gishiri cut), memasukkan benda korosif atau tumbuhtumbuhan agar vagina mengeluarkan darah, menipis, dan menyempit.
Tipe I dan III adalah tipe yang paling sering dilakukan di berbagai negara. Di
Indonesia, berdasarkan penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
UGM di Madura dan Yogyakarta 2002, prosedur yang paling sering dilakukan
adalah tipe II dan tindakan yang sering dilakukan oleh tenaga medis adalah tipe
IV (Juli, 2006) Aide Medicale Internationale, hal 39.
Prosedur penyunatan yang umum dilakukan dalam praktek sunat perempuan di
antaranya:
a.
b.
c.
d.
Menusuk dengan jarum atau ujung pisau untuk mengeluarkan setetes darah
(Jendrius, 2005).
Pelaksaan sunat perempuan sangat bervariasi, mulai dilakukan oleh tenaga medis
(perawat, bidan, maupun dokter), dukun bayi dan dukun/tukang sunat dengan
menggunakan alat-alat tradisional seperti pisau, sembilu, bambu, kaca dan kuku, hingga
alat modern seperti gunting dan skapula, pelaksanaannya dengan atau tanpa anastesi.
Usia pelaksanaannya juga bervariasi mulai dari neonatus, anak usia 6-10 tahun,
remaja, hingga dewasa. Masyarakat di Indonesia melakukan sunat perempuan pada usia
anak 0- 18 tahun, tergantung budaya setempat. Namun pada umumnya sunat perempuan
dilakukan pada bayi setelah dilahirkan. Di Jawa dan Madura, sunat perempuan 70%
dilaksanakan pada anak usia kurang dari satu tahun (Juliansyah, 2009).
4. Alasan Pelaksanaan Sunat Perempuan
Sunat perempuan merupakan perpaduan budaya dan tradisi yang timbul sejak
dahulu dari berbagai nilai, khususnya nilai agama dan nilai budaya. Alasan- alasan yang
menyebabkan terpelihara dan tetap berlangsungnya sunat perempuan yaitu agama, adat,
mengurangi hasrat seksual, kesehatan, keindahan dan kesuburan. Secara umum
perempuan yang masih memelihara praktek sunat pada perempuan adalah perempuan
yang hidup dalam masyarakat tradisional di wilayah pedalaman (Coomaraswamy, 2000).
WHO (Dalam Juliansyah, 2009) membedakan alasan pelaksanan sunat
perempuan menjadi lima kelompok, yaitu:
a)
Psikoseksual
Pemotongan klitoris diharapkan akan mengurangi libido pada perempuan,
mengurangi atau menghentikan masturbasi, menjaga kesucian dan keperawanan
Sosiologi
Melanjutkan tradisi, menghilangkan hambatan dan kesialan bawaan, sama
peralihan pubertas atau wanita dewasa, dan lebih terhormat.
c)
Hygiene
Organ genitalia eksterna dianggap kotor dan tidak bagus bentuknya, sunat
dilakukan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan.
d)
Mitos
Meningkatkan kesuburan dan daya tahan anak
e)
Agama
Dianggap sebagai perintah agama, agar ibadahnya lebih diterima.
Menurut Koblinsky (1997) Resiko yang timbul akibat sirkumsisi pada wanita
dapat berupa perdarahan, tetanus, infeksi yang disebabkan oleh alat yang digunakan
tidak steril, dan syok karena rasa nyeri saat dilakukan tindakan tanpa anastesi.
Dalam pandangan medis kegiatan sunat pada perempuan dapat membahayakan,
karena menyangkut menghilangkan alat vital pada perempuan. Dari tindakan sunat
perempuan dapat mengakibatkan komplikasi yang bersifat jangka panjang pada
perempuan seperti: Kesulitan menstruasi, infeksi saluran kemih kronis, kemandulan,
disfungsi seksual, kesulitan saat hamil dan persalinan, dan meningkatkan resiko tertular
HIV. Selain berdampak secara medis, sunat perempuan juga dapat menimbulkan dampak
yang bersifat psikoseksual, psikologis, dan sosial (Gani, 2007).
Ditinjau dari segi medis dan kesehatan, sunat perempuan tidak ada manfaat dan
kegunaan. Berbeda dengan dengan sunat yang dilakukan pada laki- laki yaitu berguna
untuk menjaga kebersihan dari alat kelamin luar (Juli, 2006) Aide Medicale
Internationale, hal 39.
Sehubungan dengan masalah tersebut, sebaiknya dilakukan program edukasi
tentang
sunat
pada
anak
perempuan
di
masyarakat.
Namun,
tentu
harus
masyarakat tentunya harus memiliki dasar yang kuat, bukan sekedar tradisi masa lalu.
Sebagian masyarakat sejak jaman Nabi Ibrahim hingga saat ini masih melakukan tradisi
sunat perempuan dengan berlandaskan keagamaan dan taqwa kepada sang khaliq ( Gani,
2007).
3. Hygiene
Menurut kamus keperawatan hygiene merupakan ilmu pengetahuan mengenai
cara-cara mempertahankan dan melestarikan kesehatan, khususnya melalui upaya
menggalakkan kebersihan (Hinchuff, 1999).
Alasan kebersihan, kesehatan dan keindahan merupakan dalih pembenaran yang
diakui oleh masyarakat untuk melakukan sunat perempuan. Pemotongan klitoris
dikaitkan dengan tindakan penyucian dan pembersihan oleh masyarakat yang
mempraktekkan sunat perempuan. Seorang perempuan yang tidak disunat dianggap
tidak bersih dan tidak diperkenankan menyentuh makanan atau air ( Lubis, 2006. Hal
499).
Dalam beberapa budaya menganggap alat kelamin perempuan yang tidak disunat
di pandang jelek dan najis. Sunat diyakini sebagai prosedur membersihkan alat kelamin
perempuan dan meningkatkan kondisi estetikanya. Sunat perempuan juga menjadi
alasan kesehatan, kebersihan, dan keindahan alat kelamin perempuan.
Sunat perempuan melahirkan kebersihan dan kesucian. Kebersihan dan kesucian
di balik sunat, mencegah menumpuknya cairan lemak yang menjadi penyebab
peradangan pada daerah sensitive, uretra dan pada sistem reproduksi, juga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit- penyakit mematikan (Hindi, 2008).
4. Mitos
Masalah lain dalam sunat perempuan yang perlu mendapat perhatian adalah
mitos- mitos yang mendasari pelaksaan sunat perempuan. Masyarakat menyakini bahwa
bila anak perempuan yang tidak disunat kan menjadi nakal dan genit. Mitos lain yang
berkembang dimasyrakat yaitu sunat perempuan akan menjadikan perempuan lebih
feminin, mengontrol kegiatan seksual perempuan dan menjadikan perempuan selalu
tunduk kepada laki-laki (Aida, 2009).
Terdapat pula beberapa mitos yang menguatkan keberadaan sunat perempuan.
Mitos tersebut menempatkan perempuan sebagai makhluk nomor dua yang yang tidak
pantas mengapresiasikan kebutuhan seksualnya, perempuan hanya sebagai pelengkap
kepuasan seksual laki- laki. Untuk alsan tersebut praktek sunat perempuan yang
memotong organ seks yang paling sensitive pada perempuan dibenarkan ( Prafitri, 2008
hal. 78).
Agama
Dalam Islam khitan perempuan lazim menggunakan bahasa khitan yang diambil
dari kata khatana yang berarti memotong, maksudnya adalah memotong kulit yang
menutup bagian ujung kemaluan dengan tujuan bersih dari najis atau disebut dengan
thahur yang artinya membersihkan ( Umar, 2010. Hal. 51).
Masyarakat mengganggap bahwa sunat pada repempuan adalah bagian dari ajaran
Islam, sama seperti laki- laki. Dalam Al-Quran tidak ada ketegasan hukum mengenai
sunat perempuan, tetapi terdapat dalam hadits. Beberapa kitab hadits dan fiqih memuat
hadits- hadits yang berkaitan dengan sunat perempuan, diantara lain yang diriwayatkan
oleh Ahmad Bin Hanbal: Khitan itu dianjurkan untuk laki- laki (sunnah), dan
kehormatan bagi perempuan(makromah). Hadits lain yaitu dari Abu Daud
meriwayatkan: Potong sedikit kulit atas dan jangan potong terlalu dalam agar wajahnya
lebih bercahaya dan lebih disukai oleh suaminya. Namun hadits- hadits tersebut
sanadnya tidak ada yang mencapai derajat shahih (Gani, 2007)
Dalam analisis dalil tidak ada hadits yang shahih sebagai dasar hukum sunat
pada perempuan. Ulama- ulama mazhab berisikeras menyatakan bahwa sunat pada
perempuan adalah perbuatan mulia untuk tidak mengatakan wajib ( YPKP, 2004).
Beberapa ulama lain berpendapat, bahwa khitan perempuan sebagai kehormatan.
Artinya, sebagai perbuatan mulia yang sangat baik untuk dikerjakan dan
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak adalah faktor psikoseksual, faktor
sosiologi, faktor hygiene, faktor mitos, dan faktor agama di Kelurahan Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi :
-
Psikoseksual
Sosiologi
Hygiene
Mitos
Agama
Sunat perempuan
pada anak
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi operasional
Psikoseksual
Sosiologi
Hygiene
Mitos
Agama
Alat
ukur
kosioner
Hasil
ukur
Pengisian
Ya: 1
koesioner oleh Tidak: 0
responden
Skala
ukur
Nominal
Koesioner Pengisian
Ya: 1
koesioner oleh Tidak: 0
responden
Nominal
Koesioner Pengisian
Ya: 1
koesioner oleh Tidak: 0
responden
Nominal
Koesioner Pengisian
Ya: 1
koesioner oleh Tidak: 0
responden
Nominal
koesioner
Nominal
Cara ukur
Pengisian
Ya:1
koesioner oleh Tidak: 0
responden
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan di Kelurahan Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak perempuan 01 tahun yang berjumlah 73 orang di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan
Tuntungan Tahun 2011.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Besarnya sampel dalam peneliti
adalah:
N = Besarnya populasi
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang
diinginkan. Besarnya 0,05 (Notoadmojo, 2007).
Berdasarkan rumus di atas, maka dicari besar sampel adalah
73
n = 1 73 (0,025)
73
n = 1,1825
n = 61,73 dibulatkan = 62 orang
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random
sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara acak sederhana menggunakan lotre
dengan memasukkan nomor- nomor responden kedalam kotak, lalu dikocok dan
dikeluarkan satu- persatu sebanyak 62 kali dan nomor yang keluar dijadikan sebagai
sampel.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada September 2010 sampai dengan Juni Tahun 2011.
F. Instrumen Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan instrument berupa
lembar kuesioner/angket yang disusun sendiri oleh peneliti dengan arahan dari
pembimbing. Kuesioner untuk data demografi responden meliputi umur, suku dan
pendidikan.
Koesioner tentang faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan
pada anak terdiri dari faktor psikoseksual (pertanyaan 1-5), faktor sosiologi (1-5), faktor
hygiene (1-5), faktor mitos (1-5), dan faktor agama (1-5). Bentuk pertanyaan dengan
jawaban ya atau tidak. Nilai 1 untuk jawaban ya dan nilao 0 untuk jawaban tidak
(Nursalam,2003).
Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
pengukuran yang digunakan reliable atau tidak. Uji reliabilitas dengan Alpha
Cronbachs yang diolah melalui program komputerisasi. Apabila nilai Alpha Cronbachs
nya lebih dari 0.6 maka dinyatakan reliabel. Untuk faktor psikoseksual, sosiologis,
hygiene, mitos dan agama diperoleh nilai Alpha Cronbachs sebesar 0,872.
dengan berpedoman pada pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner dan diberi
kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami oleh responden.
Kuesioner diberikan kepada orang tua yang memiliki anak perempuan usia 0-1 tahun.
Setelah selesai pengumpulan data peneliti memeriksa kelengkapan data dan terdapat
data yang kurang dikarnakan responden lupa mengisi suku dan pendidikan akhir yang
ditempuh responden. Selanjutnya peneliti memeriksa ulang kelengkapan data, setelah
lengkap data yang dikumpulkan di analisa.
I.
Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dilakukan Pengolahan data dilakukan dengan langkah
sebagai berikut : (1). Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
pada saat pengumpulan data atau setelah data terkumpul. (2) Coding merupakan
kegiatan merubah data berbentuk huruf dirubah kedalam angka. (3). Processing adalah
Setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam program computer
yaitu SPSS. (4). Melakukan tehnik analisis. Tehnik analisis yang digunakan adalah
analisis univariat untuk mengetahui frekuensi dan presentasi data yang diperoleh dari
hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai karakteristik responden dan
Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data yang dilakukan di Kelurahan Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan dengan jumlah responden 62 orang.
1. Karakteristik Responden
Adapun karakteristik responden yang diperoleh mencakup usia dengan usia
terbanyak 26-30 tahun yaitu 24 orang (38,7%), suku dengan mayoritas responden
bersuku jawa yaitu 59 orang (95,2%), pendidikan dengan pendidikan terbanyak SMA
yaitu 49 orang (79,0%).
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden
Karakteristik
Frekuensi
Persentase (%)
Usia
a. 15-20 tahun
b. 21-25 tahun
c. 26-30 tahun
d. 31-40 tahun
8
17
24
13
12,9
27,4
38,7
21,0
Suku
a. Jawa
b. Karo
c. Batak
59
2
1
95,2
3,2
1,6
2
7
49
4
3,2
11,3
79,0
6,5
100
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
Jumlah
62
Anak
24
a. Faktor Psikoseksual
Dari 62 orang responden yang mempunyai anak perempuan 0-1 tahun didapatkan
bahwa faktor psikoseksual mayoritas responden menjawab ya atas pertanyaan menjaga
kesucian dan keperawanan yaitu 58 orang (93,5%), dan mayoritas menjawab tidak atas
pertanyaan perempuan yang tidak disunat gemar bersetubuh dengan siapa saja yaitu 25
orang (59,7%). Lebih Jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Psikoseksual di
Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Jawaban responden
Ya
Tidak
Psikoseksual
Total
47
75,8
15
24,2
100
56
38
90,3
61,3
6
24
9,7
38,7
100
100
58
93,5
6,5
100
37
59,7
25
40,3
100
Tabel
Frekuensi
52
10
Persentase (%)
84
16
Total
62
100
c. Faktor Sosiologi
Dari 62 responden yang memiliki anak perempuan 0-1 tahun yang disunat di
dapat bahwa dari faktor sosiologi yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan
mayoritas responden menjawan ya untuk pertanyaan melanjutkan tradisi sebanyak 58
orang (93,5%), dan mayoritas menjawan tidak atas pertanyaan penghilang hambatan dan
kesialan pada anak yaitu 17 orang (27,.4%), dan tidak dianggap bagian dari masyarakat
sebanyak 17 orang (27,4%). Dapat dilihat pada table di bawah :
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Sosiologi di
Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun
2011
Sosiologi
Melanjutkan tradisi
Menghilangkan hambatan dan kesialan pada
anak
Tidak dianggap bagian dari masyarakat
Perempuan akan lebih terhormat
Tidak dianggap dewasa sebelum disunat
Jawaban responden
Ya
Tidak
Total
f
58
45
%
93,5
72,6
f
4
17
%
6,5
27,4
100
100
45
55
50
72,6
88,7
80,6
17
7
12
27,4
11,3
19,4
100
100
100
Tabel 5.5.
Sosiologi
Ya
Tidak
Total
Frekuensi
59
3
62
Persentase (%)
95,2
4,8
100
e. Faktor Hygiene
Dari 62 orang responden yang mempunyai anak 0-1 tahun dan disunat dalam
penelitian ini menyatakan faktor hygiene yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak mayoritas menjawab ya atas petanyaan melahirkan kebersihan dan
kesucian sebanyak 59 orang (95,2%), dan mayoritas menjawab tidak atas pertanyaan
terhindar dari penyakit- penyakit mematikan yaitu 24 orang (38,7%). Lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Jawaban responden
Ya
Tidak
Total
f
47
%
75,8
f
15
%
24,2
100
44
43
71,0
69,4
18
19
29,0
30,6
100
100
59
38
95,2
61,3
3
24
4,8
38,7
100
100
Frekuensi
58
4
62
Persentase (%)
93,5
6,5
100
g. Faktor Mitos
Dari 62 orang responden yang mempunyai anak perempuan 0-1 tahun yang
disunat di dapat bahwa dari faktor mitos yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak mayoritas responden menjawab ya atas pertanyaan menjadikan
wanita lebih feminin sebanyak 56 orang (90,3%), dan mayoritas menjawab tidak atas
pertanyaan mudah menjalani proses melahirkan yaitu 39 orang (62,9%). Lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
h.
Jawaban responden
Ya
Tidak
Total
f
39
56
54
%
62,9
90,3
87,1
f
23
6
8
%
37,1
9,7
12,9
100
100
100
45
23
72,6
37,1
17
39
27,4
62,9
100
100
responden faktor mitos yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak
yaitu sebanyak 55 orang (88,7%), dan yang tidak sebanyak 7 orang (11,3%). Lebih jelas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Frekuensi
55
7
62
Persentase (%)
88,7
11,3
100
i. Faktor Agama
Dari 62 responden yang memiliki anak 0-1 tahun yang disunat dalam penelitian
ini menyatakan bahwa faktor agama yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan
pada anak mayoritas responden menjawan ya atas merupakan perbuatan yang mulia dan
diwajibkan dalam Islam sebanyak 60 orang (96,8%), dan mayoritas menjawab tidak
untuk pertanyaan perempuan yang tidak disunat tidak diperbolehkan membaca AlQuran dan shalat 5 waktu sebanyak 20 orang (32,3%), Lebih jelas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Agama di
Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun
2011
Faktor Agama
Bagian dari ajaran Islam
Sebagian dari proses pengislaman
Merupakan perbuatan yang mulia dan
diwajibkan dalam agama
Perempuan
tidak
disunat
tidak
diperbolehkan membaca Al-Quran dan
shalat 5 waktu
Ibadahnya akan diterima
Jawaban responden
Ya
Tidak
f
57
53
60
%
91,9
85,5
96,8
f
5
9
2
42
67,7
20
52
83,9
10
%
8,1
14,5
3,2
32,3
16,1
Total
100
100
100
100
100
Agama
Ya
Tidak
Total
Frekuensi
62
0
62
Persentase (%)
100
0
100
B. Pembahasan
Dari
hasil
penelitian
yang
diperoleh,
pembahasan
dilakukan
untuk
adalah
sebelum menikah yaitu 58 orang (93,5%). Dan bersarkan perhitungan sesuai kategori
yang telah ditetapkan, dari 62 responden faktor psikoseksual yaitu sebanyak 52 orang
(84%), dan yang tidak sebanyak 10 orang (16%)
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan WHO (Juliansyah, 2009)
yang menyatakan bahwa pemotongan klitoris diharapkan akan mengurangi libido pada
melakukan sunat perempuan pada anak karena alasan tradisi keluarga yaitu sebanyak 52
orang (25,12%).
Hasil penelitian Darwin, dkk (1999) di Yogyakarta dan Madura menunjukkan
bagaimana identitas sosial di timbulkan oleh adanya tekanan sosial yang mengharuskan
seorang melakukan sunat. Tekanan sosial berasal dari pandangan, sikap dan prasangka
yang muncul dalam komunitas masyarakat.
3. Faktor yang Mempengaruhi terjadinya sunat perempuan berdasarkan
Hygiene
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari faktor hygiene
yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan terbanyak adalah melahirkan
kebersihan dan kesucian yaitu sebanyak 59 orang (95,2%). Dan berdasarkan perhitungan
sesuai kategori yang telah ditetapkan, dari 62 responden faktor hygiene yang
mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak yaitu sebanyak 58 orang (93,5%),
dan yang tidak sebanyak 4 orang (6,5%).
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hindi (2008) Sunat
perempuan melahirkan kebersihan dan kesucian. Kebersihan dan kesucian di balik sunat,
mencegah menumpuknya cairan lemak yang menjadi penyebab peradangan pada daerah
sensitive, uretra dan pada sistem reproduksi, juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit- penyakit mematikan.
Pada penelitian ini faktor mitos yang terbanyak mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak adalah menjadikan wanita lebih feminin yaitu sebanyak 56 orang
(90,3%). Dan berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang telah ditetapkan, dari 62
responden faktor mitos yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak
yaitu sebanyak 55 orang (88,7%), dan yang tidak sebanyak 7 orang (11,3%) .
Hasil studi penelitian yang dilakukan Irmayani dkk (2008) pada masyarakat
Lombok di Gunung Sari sebanyak 3 orang (1,45%) masyarakat melakukan sunat
perempuan karena percaya terhadap mitos,
Ana (2009) menyatakan masyarakat menyakini bahwa bila anak perempuan yang
tidak disunat kan menjadi nakal dan genit. Mitos lain yang diyakini yaitu sunat
perempuan akan menjadikan perempuan lebih feminin, mengontrol kegiatan seksual
perempuan dan menjadikan perempuan selalu tunduk kepada laki-laki.
keburukan. Mengikuti ajaran Islam dalam perkara kecil maupun besar adalah satusatunya jalan untuk mendapat keselamatan dari kehinaan dunia dan azab akhirat.
Hasil penelitian Jendrius, dkk (2005) angka kejadian sunat perempuan di
Indonesi berkisar antara 85-100% dan sebagian besar responden menyatakan bahwa
kejawiban agama merupakan alasan utama sunat perempuan.
Jika landasan agama menjadi pegangan masyarakat melakukan sunat perempuan,
hal ini dapat dimaklumi karena mayoritas penduduk Indonesia bermazhab SyafiI dan
mazhab syafiI sangat mempengaruhi masalah- masalah ritual termasuk sunat ( khitan
perempuan) yang menurut mazhab syafiI hukumnya wajib (Prafitri, 2008).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpualan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaprkan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan hasil sebagai berikut:
1.
2. Dari faktor psikoseksual yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak
yaitu sebanyak 52 orang (84%).
3. Dari faktor sosiologi yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak
yaitu sebanyak 59 orang (95,2%).
4. Dari faktor hygiene yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak yaitu
sebanyak 58 orang (93,5%).
5. Dari faktor mitos yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak yaitu
sebanyak 55 orang (88,7%).
6. Dari faktor agama yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak yaitu
sebanyak 62 orang (100%).
B. Saran
Adapun saran pada penelitian ini yaitu:
1. Institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan/informasi terbaru bagi dosen dan
mahasiswa tentang faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan
pada anak.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan untuk memberikan informasi dan edukasi tentang sunat perempuan pada
anak di masyarakat
3. Peneliti lanjutan
Peneliti lainnya yang ingin meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi
terjadinya sunat perempuan agar melanjutkan secara lebih spesifik tentang faktorfaktor lainnya yang mempengaruh terjadinya sunat perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qaradhawi, Yusuf. (2009). Faktor- faktor Pengubah Fatwa. Jakarta: Pustaka AlKausar.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta ; Rineka Cipta.
Asnah, Asiah dan Manik. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan : Program DIV Bidan Pendidik.
Gani, Abdulah. Ahmad. (2007). Khitan Perempuan. Jurnal Ilmu Hukum Ligalisi. http://
Jurnal. Pdii.lip.go.id (Dikutip 22 September 2010).
Haitman, Rhonda.(200). Famale Genital Mutilation. http://worresdream.tripod.com
(Dikutip 4 Maret 2011).
Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Ed. Ke - 1, jakarta ;
Salemba Medika.
Hindi, Ibrahim. Maryam. (2008). Misteri Dibalik Khitan Wanita. Solo: Zamzam.
Ilyas, hamim.(2009). Islam tidak Perkenankan Sunat Perempuan. http:// www.
Irmayani, dkk.(2008). Studi tentang Pelaksanaan Sunat Perempuan di wilayah
Puskesmas Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat NTB. Jurnal Kesehatan Prima
(II).
Juliansyah, Aswin. Rahmat. (2009). Sunat Perempuan Pro&Kontra Tradisi atau Agama.
http:// duniakeperawatan. Wordpress.com (Dikutip 22 September 2010)
Kobinsky, Marge. All.(1997). Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Lubis, Batar Debu.(2006). Perempuan dan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prafitri, Andita. Ratih.(2008).Khitan Perempuan. http://www.lontar.UI.ac.id (Dikutip 9
januari 2011).
Purwati, Lily.(2006). Mitos- Mitos yang Mendasari Sunat Perempuan. http://
us.clik.yahoo.com (Dikutip 4 maret 2011)
Saadawi, el Nawal.(2001). Perempuan DalamBudaya Patriarki. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sunat Perempuan dari Sudut Pandang Medis dan Kesehatan. (Juli, 2006). Aide Medicale
Internationale. Hal 39.
Umar, Nasruddin. (2010). Fiqih Wanita Untuk Semua. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Vanisaputra.(2005). Sirkumsisi Pada Wanita. http: // www. Wanita- Muslimah.com
(Dikutip, 26 September 2010).
Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan (YPKP). 2003. Islam dan Hak- hak
Kesehatan Reproduksi: Jakarta. Ford Foundation.
Zuldesnis, dkk. (2005). Sunat Perempuan di Indonesia. Jurnal Sosiologi SIGAI.VI (10).
NAMA
NIM
: 105102050
JUDUL KTI : Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sunat Perempuan pada
Anak di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan 2011.
Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah melakukan pengeditan bahasa Indonesia
yang telah sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) dalam Karya
Tulis Ilmiah.
Medan,
Mei 2011
Diuji oleh
CURRICULUM VITAE
I.
II.
III.
Data Pribadi
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
: Syamsuddin
Nama Ibu
: Nila
Data Pendidikan
1. Tahun 1994-2000
: SDN Destel
2. Tahun 2000-2003
3. Tahun 2003-2006
: MAN SBREH
4. Tahun 2006-2009
5. Tahun 2010-2011