Anda di halaman 1dari 14

NASEHAT UNTUK KELOMPOK SALAFI

Assalamualaikum Wr. Wb. ,


Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam
keadaan mencintai agamanya dan berpegang pada syariat-Nya !!!.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang
agung dalam akhlak beliau yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat
senatiasa juga tercurah untuk keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang
senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga mereka beruntung dengan mendapat
ridha dan pahala dari sisi Allah SWT. Dan seluruh umat Islam yang istiqomah untuk
terus melanjutkan estafet dakwah mereka dengan berusaha meninggikan kalimat
Allah SWT dengan ditegakkannya syari’at Islam dalam istitusi Daulah Al-Khilafah Ar-
Rasyidah yang akan segera tegak dalam waktu dekat dengan izin dan pertolongan
Allah SWT.
Kami juga mendo’akan semoga KELOMPOK SALAFI tetap dalam
perlindungan dan naungan dari Allah SWT. Amma ba’du :
Wahai Salafi, melalui surat ini kami ingin menyampaikan beberapa nasehat
kepada kalian, ini merupakan kewajiban dari sesama muslim untuk saling memberi
nasehat. Kami ingin mengingatkan kepada saudara, bahwa saling mencintai karena
Allah dan menjalin persaudaraan dalam agama-Nya termasuk ibadah yang paling
utama, dan ia adalah buah dari akhlak yang terpuji. Adapun berkaitan dengan
akhlak yang baik, Allah menegaskan : “Dan sesungguhnya kamu bener-benar
mempunyai budi pekerti yang agung” (QS– Al-Kalam:4). Adapun mengenai
persaudaraan dan kebersamaan, maka Allah SWT berfirman : “Maka dengan nikmat-
Nya kamu menjadi bersaudara” (QS - Ali Imran : 103). Dan bukankah Allah telah
menjanjikan melalui lisan suci nabinya bahwa ia akan memberi naungan kelak pada
hari kiamat kepada hamba-Nya yang saling mencintai karena-Nya, dimana tidak
ada naungan kecuali naungan-Nya, sebagaimana hadis dari Abu Hurairah ra., dari
Nabi SAW : Sesungguhnya Allah SWT berfirman kelak pada hari kiamat, dimana orang
yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku pada hari aku menaungi mereka dalam
Naungan-Ku. Tidak ada naungan (pada saat itu) kecuali naungan-Ku (HR. Muslim no.
2566\Bab Fi Fadhli Al-Hubbi Fillah). Maka renungkan ini, wahai Salafi !?!

1
TUDUHAN KEPADA SEBUAH HARAKAH DAKWAH SEBAGAI AHLUL AHWA’

Wahai Salafi, ada hal yang harus kami ingatkan kepada kalian tentang
tuduhan saudara bahwa orang atau kelompok yang tidak menjadikan hadis ahad
sebagai dalil dalam masalah aqidah adalah Ahlul Ahwa’ (pengikut hawa nafsu).
Kami ingatkan bahwa tuduhan seperti ini (tanpa dasar alasan yang benar) adalah
laknat yang anda lontarkan kepada saudara anda sesama muslim !!! Kami ingin
saudara memperhatikan hadis Rasul SAW dari Abu Darda’ ra. : “Seorang hamba jika
ia melaknat sesuatu, laknat itu akan naik ke langit lalu pintu-pintu langit ditutup,
kemudian laknat itu dikembalikan ke bumi lalu pintu-pintunya pun (pintu-pintu bumi)
ditutup. Lalu ia mencari kekanan dan kekiri sampai tidak ada lagi ijin (tempat). Lalu ia
akan kembali pada yang dilaknat jika laknat itu benar. Jika tidak, maka laknat itu
akan kembali pada yang melaknat” (HR. Abu Dawud no. 4905 \ Bab Fi Al-La’an) .
Imam Adz-Dzahabi mengunakan hadis ini untuk menetapkan dosa melaknat
tanpa alasan yang benar merupakan dosa besar (Lihat Kitab Al-Kabair oleh Imam
Adz-dzahabi). Jadi hendaknya kelompok salafi berhati-hati dengan tuduhan yang ia
lontarkan !
Lagipula apa yang kalian ucapkan adalah bukan termasuk akhlak seorang
muslim yang senantiasa menjaga lisannya dari kata yang melaknat, sebagaimana
dinyatakan dalam hadis dari Nabi SAW : “Bukanlah seorang muslim yang suka
melaknat, mencela, berkata keji dan kotor” (HR. Ibn Hibban no. 196\Bab Dzikru Nafyi
Ismi Al-Imam ‘Aman Ata bi Baghdil Khisal Al-lati Tanqushu bi ityanihi imanihi).
Islam telah melarang untuk melaknat salah satu dari makluk-Nya seperti
melaknat angin, apalagi laknat kepada makhluk-Nya yang bernama manusia hanya
karena sikap ta’ashub yang berlebihan sehingga tidak bisa lagi melihat antara yang
haq dan yang batil, hanya hitam-putih menurut Ustadz atau syeikhnya !! Yang
hakekatnya ia telah mengabaikan banyak hadis shahih dalam masalah keharusan
menjaga kehormatan seorang muslim dengan dalih memerangi dan mengingkari
ahlul bid’ah !?!. Perhatikan hadis berikut, wahai Salafi :
Dari Ibn Abbas ra., seorang lelaki melaknat angin kemudian Nabi SAW bersabda :
“Janganlah kamu melaknat angin, karena hal itu tidak diperintahkan. Dan
barangsiapa melaknat sesuatu padahal ia bukan orangnya (tuduhan yang tidak
berdasar), maka laknat itu akan kembali kepada orang yang melaknat !” (HR. At-
Tirmidzi no.1978\Bab Ma jaa fil laknah).

2
Apalagi kalian menyatakan sebuah gerakan Islam beserta orang yang ada
didalamnya, ‘aqidahnya telah menyimpang’. Ucapan ini berbahaya karena
mengandung takfir (pengkafiran). Karena seorang muslim yang menyimpang
aqidahnya, maka ia telah keluar dari Islam. Atas dasar apa anda menuduh mereka
telah meyimpang aqidahnya ?? Apa hanya karena ucapan seorang Ustadz atau
syeikh yang sama sekali tidak pernah membaca - apalagi mengkaji pendapat dan
pemikiran dari Gerakan yang bersangkutan !!! Sekali lagi kami ingatkan saudara
dengan hadis Rasul SAW dari Ibn Umar ra.: “Siapa saja yang berkata kepada
saudaranya : ‘Wahai orang kafir’. Maka akan kembali (sebutan kafir itu) kepada
salah satu dari keduanya (orang yang dituduh), jika ia seperti yang dituduhkan. Jika
tidak (sebutan kafir itu) akan kembali kepadanya” (orang yang menuduh) (HR.
Muslim no. 60 dalam Bab Bayan Hal Al-Iman Man Qala li Akhihi Al-Muslim : ‘Ya Kafir’).
Seandainya kalian mau mengkaji langsung pada kitab2 dari harokah yg
kalian tuduh dan bertabayun dengan anggota dari harokah yg bersangkutan. Pasti
kalian tahu bahwa sebagian besar apa yang dituduhkan adalah tidak benar,
bahkan merupakan fitnah. Seandainya tuduhan peyimpangan aqidah ini tidak
terbukti, kami takut tuduhan ini akan kembali kepada kalian !?!. Maka berhati-hatilah
wahai saudaraku, atas apa yang kalian perbuat dan kalian ucapkan karena itu akan
dimintai pertanggung jawaban di sisi Allah SWT !!!
Apakah kalian tidak menginginkan apa yang Allah janjikan kepada
hambanya yang saling mencintai kerana-Nya. Dan itu diejawantahkan dengan
ucapan yang baik yang jauh dari mencela, mengfitnah atau menghina saudaranya
sesama muslim !?! Kenikmatan itu berupa istana di dalam surga yang penuh dengan
berbagai kenikmatan !!. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Imam Ali ka. dari
Nabi SAW : “Didalam surga terdapat sebuah kamar yang kamu dapat melihat
dalamnya dari bagian luarnya, dan bagian luarnya dari dalamnya. Seorang arab
(badui) berdiri lalu berkata : Wahai Rasullullah, untuk siapa (kenikmatan) itu ? Rasul
SAW menjawab : Bagi mereka yang baik ucapannya, memberi makan (pada faqir
miskin), senantiasa berpuasa, melakukan shalat untuk Allah pada malam hari ketika
manusia sedang terlelap dalam tidurnya” (HR. At-Tirmidzi no. 1984\Bab Maa Jaa fi Al-
Qaul bil Ma’ruf) .

3
MAKNA SILAHTURAHIM

Wahai Salafi, kalian menyatakan tidak ada silaturahim dengan ahlul bid’ah
(menurut definisi anda dan kelompok anda), bahkan ‘wajib’ memutuskannya
sebagai tahdzir atas bid’ah yang ia lakukan !?. Sehingga dengan ‘serampangan’
kalian kemudian menyimpulkan bahwa memutuskan hubungan dengan umat Islam
yang lain (mungkin dengan orang yang pernah menjadi sahabat anda) karena suatu
alasan, seperti mereka berbeda kelompok dengan kalian atau aqidah mereka
menurut ‘anggapan’ kalian adalah sesat adalah tidak termasuk memutus tali
silaturahmi !?!. Untuk menjelaskan ‘syubhat’ ini hendaknya kalian memperhatikan
ayat Al-Qur’an berikut : “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ?
Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan telinga mereka, dan
dibutakan penglihatan mereka” (Surat Muhammad : 23-24 ).
Imam Ath-Thabari menjelaskan ayat ini sebagai berikut : “Apakah kamu
akan kembali seperti pada masa jahiliyah dengan bermusuhan dan berpecah belah
setelah Allah SWT mempersatukan kalian dengan Islam dan ia (Allah SWT) telah
mempersatukan hati mereka dengannya (Islam)” (Lihat tafsir Ath-Thabari jilid
26\hal.56). Imam Ibn Katsier menambahkan apakah kamu akan kembali seperti
kebodohan pada masa jahiliyah dengan saling menumpahkan darah (karena hal
yang sepele) dan saling memutus tali sitaturahim (diantara kalian). Merekalah yang
diancam dengan ayat : ‘Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan
ditulikan telinga mereka, dan dibutakan penglihatan mereka’. Maka Allah melarang
membuat kerusakan secara umum dan memutus tali silaturahmi secara khusus. Dan
sebaliknya Allah memerintahkan untuk membuat kebaikan di muka bumi dan
menyambung tali silaturahmi (Lihat tafsir Ibn katsier jilid 4\hal. 179).
Lalu siapakah yang dimaksud dalam ayat ini, kalau bukan kaum muslimin
yang hidup pada masa Rasul SAW yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar ?
Bukankan kaum Muhajirin dan Anshar tidak ada hubungan kekerabatan ? Bukankah
hal pertama yang dilakukan oleh Rasul SAW setelah hijrah ke madinah adalah
mempersaudarakan orang Muhajirin dan Anshar, contohnya adalah bagaimana
beliau SAW mempersaudarakan antara Abu bakar dengan Kharijah ibn Zaid, antara
Umar ibn al-Khatab dengan Utban ibn Malik Al-Khazraji, antara Thalhah ibn Ubaidillah
dengan Abu Ayub Al-Anshari, Abdurrahman ibn Auf dengan Sa’ad ibn Rabi’ (Lihat
Sirah Ibn Hisyam dan Sirah Ibn Ishaq)!

4
Ketahuilah, bahwa persaudaraan ini adalah dalam hal agama dan
kehormatan, bukan dalam hal nasab (Lihat Kitab Tafsir Ath-Thabari jilid 16\hal. 322-
323) !! Walaupun demikian, ikatan persaudaraan yang diikat dengan ikatan aqidah
sebagaimana persaudaraan antar umat Islam kedudukannya lebih tinggi daripada
ikatan darah, lihatlah dalam perang badar, perang uhud, perang ahzab dan
bagaimana seorang anak berperang melawan ayahnya sendiri yang pada waktu
masih kafir !

!"
#$ % &
'(()* + , - . ! #$ &(/01* %
+$ 2 +$ 3
Sebaliknya, Allah akan melaknat orang yang memutus tali silaturahim,
sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis – hadis berikut :
1-Dari Nabi SAW : “ Tidak akan masuk surga orang yang memutus (qathi’) !. Berkata
Ibn Abi Umar , Sufyan telah berkata : ‘yakni orang yang memutuskan tali silaturahmi ‘
(HR. Imam Muslim no. 2556\Bab Silah Ar-Rahim wa Tahrim Qatha’iha).
2- Dari Nabi SAW, ia bersabda : “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, setelah Ia
selesai menciptakan makluk-Nya, Ar-Rahim (yaitu Allah SWT) berfirman : ‘Ini adalah
tempat kamu berlindung dari Al-Qathi’ah (orang yang memutus tali silaturrahim) !’.
Berkata (para makhluk-Nya) : ‘Benar (na’am)’. Allah berfirman lagi : ‘Apa kamu ridha,
jika Aku menyambung kepada orang yang menyambung (silaturahim) denganmu,
dan Aku memutus kepada orang yang memutus (silaturahim) denganmu ?’. (Para
Makhluk) menjawab : ‘Mau, Wahai Tuhan’ !’. Ia (Allah SWt) lalu berfirman : ‘Ini
untukmu !’. Lalu Rasul SAW membaca ayat (Maka apakah kiranya jika kamu
berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan) (Surat Muhammad ayat 22)” (HR. Bukhari no 5641\Bab Washala
Washallahullah ) .
Sehingga menjadi suatu hal yang sangat jelas bagi seorang muslim yang
‘berakal’ bahwa aktifitas menyambung tali silaturahim adalah akfitas yang diridhai
dan dicintai oleh Allah SWT !!
Suatu aktifitas yang dinafikan oleh sekelompok orang yang dengan mudah
mengklaim pendapat atau pemikiran kelompok yang lain yang berbeda dengannya
sebagai sesuatu yang bid’ah dalam agama, sekalipun para Ulama sebelumnya tidak

5
ada yang menyebut itu sebagai suatu yang bid’ah selama pendapat itu dibangun
dari nash syara’ (Al-Kitab dan As-Sunnah) dan melalui proses istimbath yang benar
(dengan metode ushul fiqh yang shahih) ?!? Maka siapa yang akan anda ikuti,
apakah nash syara (Al-Kitab dan As-Sunnah) atau klaim kelompok anda yang masih
bermasalah ??! Dimana tuduhan-tuduhan itu cenderung mengajak pada
permusuhan dan perpecahan, dengan mengabaikan proses dialog untuk mencari
pendapat yang lebih rajih (kuat dalil dan argumentasinya), dimana hal ini jelas
dimurkai Allah SWT. Dalil untuk masalah ini coba kalian lihat hadis berikut :
“Sesungguhnya Allah ketika mencintai seorang hamba maka ia memanggil Jibril, lalu
berkata : Sungguh Aku telah mencintai Fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril-pun
mencintainya. Lalu ia menyeru kepada penduduk langit, kemudian berkata :
Sesungguhnya Allah SWT telah mencintai Fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk
langit-pun mencintainya. Lalu hal ini disampaikan dan diterima oleh penduduk bumi,
maka seluruh penduduk bumi -pun mencintainya. Sebaliknya ketika Allah ketika
menbenci seorang hamba maka ia memanggil Jibril, lalu ia berkata : Sungguh Aku
telah membenci Fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril-pun menbencinya. Kemudian ia
menyeru kepada penduduk langit, lalu ia berkata : Sesungguhnya Allah SWT telah
membenci Fulan, maka bencilah ia. Maka penduduk langit-pun menbencinya. Lalu
kebencian itu disampaikan ke bumi, (maka seluruh penduduk bumi-pun
membencinya -pent)” (HR. Imam Muslim no. 4773\Kitab Al-Birr Wa Sillah Wa Al-Adab).
Hendaknya kalian, wahai Salafi memperhatikan diri kalian dengan siapa
kalian berguru dan bersahabat, ‘apakah ia orang yang alim yang ikhlas, berakhlak
mulia dan memuliakan saudaranya dari kaum muslimin; atau seorang yang
mengaku Ustadz yang dengan mudah menyalahkan dan mengucap kata keji
kepada para Ulama kalau pendapat para Ulama itu tidak cocok dengan selera
hawa nafsunya’ !?! Dan sesungguhnya kalian tahu tentang hal ini. Maka camkan
peringatan Allah tentang masalah ini : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhorotan bagimu" (QS Ali
Imron: 18).

6
HAK SEORANG MUSLIM

Wahai Salafi, ada hal lain yang perlu kami sampaikan dalam surat ini. Kami
ingin mengingatkan kembali bahwa Islam telah menetapkan sejumlah hak dan
kewajiban antar sesama muslim yang harus dijaga dan dilaksanakan. Diantara hak-
hak sesama muslim itu adalah :
a- Tidak boleh berprasangka buruk, menyebarkan kabar dusta, saling memata-
matai, saling mendengki, saling memusuhi. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis
dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW : “Hati-hatilah kamu dari prasangka,
sesungguhnya prasangka adalah ucapan paling dusta. Janganlah kamu saling
menyebarkan kabar (dusta), janganlah saling memata-matai, saling berbuat kikir,
saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Maka jadilah hamba
Allah yang saling bersaudara” (HR. Muslim no. 2563\Bab Tahrim Adz-dzan wal tajasus
wal tanafus wal janajusy wa nahwiiha).
+
#
4
5 &
&&

& 6"
#$ % & '(/7* - 8 +% , 9
, 2 , 8 , , % 3
c- Tidak dengan sengaja mencari aib saudaranya sesama muslim. Dalilnya adalah
hadis dari Muawiyah ra. dari Nabi SAW : “Jika kamu mencari-cari aib manusia, maka
kamu akan merusak mereka atau hampir saja kamu akan merusak mereka” (HR. Abu
Dawud no. 4888\Bab Fi An-Nahyi an At-Tajassus).
Dari Ibn Umar ra. ia berkata : Suatu saat Nabi duduk diatas mimbar lalu berseru
dengan suara yang keras : “Wahai orang-orang, yang orang lain selamat dari
(kejahatan) tangannya, niscaya al-iman tidak akan masuk ke dalam hatinya jikalau
ia tidak menyakiti dan mencari aib kaum muslimin. Dan hendaknya kamu jangan
mencari aib mereka, barangsiapa mencari aib seorang muslim maka Allah akan
mencari aibnya. Dan barangsiapa dicari aibnya oleh Allah, maka Allah akan
menampaknya (aibnya) walaupun di dalam rumahnya” (HR. 1494\Bab As-Satr alal
muslim wa al-ghadh ala auratihim).
Dari Zaid Ibn Wahab ia berkata : “Seseorang mendatangi Ibn Mas’ud, lalu berkata :
Orang ini jenggotnya meneteskan khamr. Lantas Abdullah berkata : Kami melarang

7
untuk melakukan mata-mata dan jika kami melihat sesuatu (kemungkaran), maka
kami akan meyampaikannya” (HR. Abu Dawud no. 4890\Bab Maa Ja’a fi Qaul bil
Ma’ruf). Lalu bagaimana dengan ucapan-ucapan kalian, yang berusaha mencari-
cari kesalahan dari sesama kaum muslimin (kebenaran dari klaim Salafi ini hanya
Allah yg Maha Tahu akan kebenarannya, dan akan meminta pertanggung
jawabannya bila itu adalah dusta belaka), hanya untuk memuaskan hawa nafsu
permusuhan dan kebencian yang dihembuskan oleh syeitan dalam hati kalian !!!
Maka Allah-lah yang lebih layak kalian takuti bukan orang yang kalian anggap
syaeikh tapi tidak memiliki kelemah-lembutan dan sikap bijaksana sebagaimana
layaknya seorang Alim Rabbani ?!?
d- Membantu saudaranya bila mengalami kesusahan, bukan malah mendzaliminya.
Dalil dalam masalah ini :
Dari Nabi SAW : “Seorang muslim adalah saudara bagi orang islam yang lain. Ia tidak
mendzalimi dan membiarkan saudaranya (tidak menolong) ketika memiliki hajat,
maka Allah yang akan memenuhi hajatnya. Barangsiapa membantu kesulitan
seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitan yang ia hadapi kelak di hari
kiamat” (HR. Abu Dawud no. 4893\ Bab Al-Muakhah). Sekarang kaji kembali, wahai
Ikhwan sikap anda kepada sahabat2 anda dulu, apakah sudah menunjukkan sikap
seorang muslim yang beraklak mulia atau seorang teman yang angkuh dan arogan
?!? Kalau mendzalimi orang lain saja adalah dosa besar, lalu bagaimana kalau yang
didzalimi itu adalah orang yg pernah menjadi sahabat anta sendiri, demi
memaksakan sesuatu pendapat yang tidak ada hak bagi anda untuk
memaksakannya ! Ambillah pelajaran wahai Ikhwan !?!
e- Tidak boleh mengghibah saudaranya. Dalilnya dalah hadis dari Abu Hurairah ra.
berikut :
Dari Nabi SAW : “Tahukah kamu apa itu ‘ghibah’ (menggunjing) ?. Para Sahabat
berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui ?. Nabi menjawab : Jika kamu
menyebut sesuatu yang tidak disenangi saudaramu. Para Sahabat bertanya lagi :
Bagaimana pendapat anda, jika apa yang aku katakan, memang ada pada
saudaraku ?, Nabi berkata : ‘Sekalipun apa yang kamu katakan benar, maka kamu
telah menggunjingnya dan jika yang kamu katakan tidak benar, maka kamu telah
berbuat dusta kepadanya” (HR. Ibn Hibban no. 5789). Kemudian bagaimana dengan
ucapan-ucapan kalian yang tiap hari mengghibah saudara kalian yang seharusnya
menjadi sahabat kalian, hanya karena mereka tidak sefaham dengan kalian. Dan

8
celakanya kalian tidak pernah berusaha melakukan tabayun dengan yang
bersangkutan ?!? Hati-hatilah dengan apa yang anda ucapkan, wahai Salafi!!
, &
9
& & &

% &
, %
4
:
& & +&
8 &
& &
6"
#$ +# & '(3

8 , ; &
;
&
+ <=
< &
# & +
$ & ,
" 3 "
& 3 = %
, > $
& ,
" 3 * < $
, =4 "
#$ # & ()/73 %
+ ;
<=
<

Lalu sikap kalian yang cenderung tertutup dan tidak mau berdiskusi
tentang hal yang kalian permasalahkan dengan pihak yang kalian tuduh. Lalu sikap
kalian yang asal tuduh, ( dengan penuh rasa fanatik kepada golonganmu) kalian dg

9
enteng menolak semua pendapat yg berasal dari selain ulama kelompok Salafi,
sekalipun pendapat itu dibangun dengan dasar argumentasi yg kuat dari Al-Kitab
dan As-Sunnah serta sesuai dengan pemahaman Salaf As-Saleh !!!.
Kemudian kalian mendiamkan mereka, dengan anggapan seorang muslim
yang baik harus memusuhi ahlul bid’ah adalah juga bukan sikap seorang muslim.
Apalagi tuduhan itu tidak berdasar dan hanya ungkapan emosi kemarahan semata,
sehingga banyak diantaranya merupakan fitnah dan mereka-pun (pihak penuduh)
tidak pernah berusaha tabayun (meneliti kebenarannya) kepada pihak yang
tertuduh ?!? Lalu bagaimana anda menafsirkan hadis Nabi SAW dari Abu Ayub Al-
Anshari ra. , dari Nabi SAW : “Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan
saudaranya lebih dari 3 hari lalu bertemu kemudian saling berpaling (tidak bertegur
sapa). Dan hal yang baik dari keduanya adalah yang pertama kali mengucapkan
salam” (HR. Muslim no. 2560\Bab Tahrim Al-Hajr Fauqa Tsalats Bilaa U’dzrin Syar’iyin).
Apakah anda tetap akan berdiam seribu bahasa, menutup mata, telinga dan hati
anda dari argumentasi yang disampaikan pihak yang anda tuduh, padahal itu
adalah hak mereka ?!
Biasanya kalian menukil sejumlah qaul dari sejumlah ulama untuk
membenarkan sikap kalian, diantaranya semisal :
Al Fudlail bin Iyyadl tatkala berkata :“Saya telah mendapatkan bahwa sebaik-baik
manusia seluruhnya adalah Ahli Sunnah dan mereka senantiasa melarang bergaul
dengan ahli bid’ah.” (Al Lalikai 1/138 nomor 267). Atau pendapat lain seperti Yahya
bin Abi Katsir ketika ia berkata : “Kalau kamu bertemu ahli bid’ah di suatu jalan maka
ambillah jalan lain.” Begitu pula kata Al Fudlail bin Iyyadl. (Al I’tisham 1/172, Al Ibanah
2/474-475 nomor 490 dan 493, Ibnu Wudldlah dalam Al Bida’ 55, Asy Syari’ah 67, dan
Al Lalikai 1/137 nomor 259). Atau Abu Qilabah yang berkata : “Janganlah kamu
duduk bersama ahli ahwa’ dan jangan berdialog dengan mereka sebab
sesungguhnya saya tidak aman kalau-kalau mereka membenamkan kamu dalam
kesesatan mereka atau mengaburkan apa-apa yang telah kamu ketahui.” (Al Bida’
55, Al I’tisham 1/172, Al Lalikai 1/134 nomor 244, Ad Darimy 1/120 nomor 391, Al
Ibanah 2/473 nomor 369, Asy Syari’ah 61). Al Fudlail bin Iyyadl berkata : “Jangan
kamu duduk (bermajelis) bersama ahli bid’ah sebab sesungguhnya saya khawatir
kamu tertimpa laknat.” (Al Lalikai 1/137 nomor 261 dan 262) dan lain2 !!!

Pada hakekatnya apa yang dimaksud oleh para Ulama ini adalah bid’ah
yang telah jelas bertentang dengan nash yang qath’I dan mengancam aqidah

10
kaum muslimin, seperti apa yang didakwahkan mu’tazilah, jabariyah dll. Sedangkan
apa yang diserukan oleh sebagian harokah Islam hari ini adalah sebagaimana yang
diserukan oleh generasi salaf ash-shalih sebelumnya (yaitu para sahabat, tabi’in dan
tabiut tabi’in) yaitu meneruskan kembali kehidupan Islam dimana seluruh aturan
Allah SWT dapat diterapkan oleh seluruh umat Islam dalam seluruh aspek kehidupan
mereka tanpa terkecuali, dan itu tidak mungkin terealisasi tanpa keberadaan Daulah
Khilafah Al-Islamiyah !!? Karena aqidah yang dibangun dalil yang qath’I, jelas tidak
ada perselihan kaum muslimin atasnya dan aqidah inilah yang akan mengikat
seluruh kaum muslimin sebagaimana generasi salaf ash-shalih dahulu bersatu dengan
aqidah semacam ini. Sangat disayangkan kalian selalu berupaya untuk
‘mempengaruhi’ umat dengan cara memelintir qaul2 seperti ini, dengan
pemahaman yang keliru tentunya. Dengan melakukan pelbagai ‘manipulasi’,
seakan2 harokah2 ini adalah ‘titisan’ dari mu’tazilah, jabariyah dan lain2. padahal
seharusnya kritik kalian, disampaikan kepada harokah2 islam ini kemudian dilakukan
dialog guna mencari solusi dari permasalahan yang ada, tidak langsung memuat
selebaran atau menulis di majalah lalu disebarkan ditengah2 masyarakat tanpa
melakukan tabayun pada ulama\tokoh atau harokah yang bersangkutan !!!
Apalagi yang seharusnya dijadikan dalil adalah apa yang diriwayatkan
dari Nabi SAW, dan tidak cukup menukil sebagian qaul ulama tapi disalah fahami
dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh para ulama
tersebut dan konteks (keadaan) yang melatar belakangi mereka mengeluarkan
pendapat seperti itu. Dan sangat tidak tepat menggunakan qaul para ulama ini
untuk memperlakukan umat Islam yang lain dengan cara yang malah bertentangan
dengan ayat dan hadis\riwayat yang shahih dari Rasul SAW. Perhatikan hal ini,
wahai Salafi !!?
Sebagaimana sabda nabi SAW dari Ibn Abbas ra. : “…..Akan tetapi
hendaknya ada bukti dari orang yang menuduh dan ada sumpah dari orang yang
mengingkari” (HR. Al-Baihaqi dan lain-lain, sebagian lafadznya adalah Ash-Shahihain
sedang Imam Nawawi dalam Hadis Al-Arbain menyatakan hadis ini hasan).
Sudahkah kalian memberi kesempatan kepada mereka yang kalian tuduh untuk
membantah tuduhan itu, walaupun sekedar sumpah untuk mengingkari tuduhan-
tuduhan itu ?? Tentunya Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat akan
meminta pertanggung jawaban kepada kalian dan orang yang kalian anggap
sebagai syeikh, dengan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan, yang tidak jelas buktinya
dan tidak berusaha mencari tanggapan balik dari yang tertuduh !?!

11
Apakah kalian akan mengabaikan dan melanggar semua hadis itu
dengan bersikukuh mengatakan: ‘beginilah cara kami memperlakukan ahlul bid’ah’,
padahal apakah sesuatu itu merupakan bid’ah atau tidak memerlukan penelitian
yang mendalam dari para Ulama yang mendalam ilmunya dan bukannya sesuatu
yang masih diperselisihkan para Ulama. Sungguh jauh sikap yg yg kalian pilih dengan
apa yg ditunjukkan oleh generasi terbaik umat ini yaitu generasi Salaf Ash-Sholeh !!!.
Apatah lagi para ulama yang berbeda pendapat dalam masalah ini, tidak
saling melontarkan kata-kata keji seperti tuduhan ahlul bid’ah, ahlul ahwa’ dsb,
kepada ulama lain yang berbeda pendapat dengannya. Kecuali orang yang
datang belakangan yang mengklaim dirinya Ulama penerus Salaf, yang tentu
kualitas keilmuannya jauh dibawah para Ulama Rabbani ini, yang lisan mereka
begitu enteng untuk mengkafirkan saudaranya sesama muslim dan menjelek-
jelekkan para Ulama dengan mengatakan ‘ulama fulan dan fulan’ salah dalam
masalah aqidah atau masalah dien lainnya dan hanya Imam kami yang benar’ !!!
Wal Iyadzu billah, kami berlindung kepada Allah dari ucapan keji seperti ini
dan semoga Allah segera menunjukkan yang Haq itu adalah Haq, sedang yang batil
itu adalah batil ?!? Dan semoga perilaku buruk ini tidak menular pada umat islam
yang lain, karena ia ibarat virus yang berbahaya yang dapat membahayakan umat
!! Tapi kami tetap berdo’a semoga, saudara kami ini segera menyadari kesalahannya
dan kembali bersama-sama dengan umat Islam yang lain berjuang demi Izzul Islam
wal Muslimin.
Dan terakhir, kami ingin mengingatkan saudara akan hadis nabi SAW yang
menjelaskan keadaan orang yang mereka suka mencaci maki, menuduh orang lain
tanpa bukti, memakan harta dengan cara yang dzalim, menumpahkan darah, dan
memukul orang yang tidak bersalah sebagai orang yang bangkrut, sekalipun mereka
membawa pahala shalat, puasa, zakat, haji dan amal-amal shaleh yang lain !!?.
Perhatikan dengan baik hadis dari Abi Hurairah ra. ,dari Nabi SAW : “Tahukan engkau
siapakah orang yang bangkrut itu ?, Para Sahabat menjawab : Orang yang bangkrut
menurut kami adalah orang yang tidak punya uang dirham dan harta benda. Lalu
Nabi SAW menjawab : Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang datang
pada hari kiamat dengan membawa (pahala) puasa dan shalat, tetapi mereka suka
mencaci maki, menuduh orang lain tanpa bukti, memakan harta dengan cara yang
dzalim, menumpahkan darah, dan memukul orang yang tidak bersalah. Sebagian
amal kebaikankanya diberikan untuk menebus pada (kejahatan) ini, dan sebagian
yang lain untuk menebus kejahatan (yang lainnya), sehingga (semua) amal

12
kebaikannya habis. Tetapi kesalahannya masih belum tertebus, lalu diambilkan dari
dosa-dosa mereka (orang yang pernah didzalimi), lalu ditanggungkan kepadanya
(orang yang sholat, puasa tapi suka mencaci maki menuduh tanpa bukti dll),
kemudian ia dilempar ke dalam neraka” (HR. Muslim no. 2581\Bab Tahrim Adz-
Dzulm).
Kami tidak akan berbicara kecuali sekedar meyampaikan Al-Haq langsung
dari sumbernya Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kalau argumentasi yang dibangun dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah belum juga membuka akal dan hati kalian, maka lisan
siapapun juga tidak akan berhasil !?! Tugas kami hanyalah menyampaikan Al-Haq
dan memberi nasehat !!? Hanya kepada Allah kami mengharapkan pahala dari
amal ini. Dan hanya Allah-lah yang akan membalas dan menjadi Hakim atas apa
yang diperselisihkan diantara hamba-hamba-Nya ?!? Duhai Allah, sungguh telah
hamba sampaikan ?!?!. Wallahu a’lam bi shawab .

-
+%

(CP/Asseifff)

13
14

Anda mungkin juga menyukai