Anda di halaman 1dari 31

STATUS PENDERITA

1. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. H

Umur

: 77 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Suku Bangsa

: Jawa

Alamat

: Jl. KP Panaragan, Tulang bawang Barat

Pekerjaan

: IRT

Agama

: Islam

2. ANAMNESIS
Keluhan utama

: Penglihatan kedua mata semakin buram tanpa


disertai mata merah sejak 1 tahun yang lalu;

Keluhan tambahan

: Sering merasa silau jika melihat cahaya lampu


atau pada siang hari dan tumbuh seperti daging
pada mata kanan sejak 1 bulan yang lalu;

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasiendatang ke RSAM dengan keluhan penglihatan kedua


matanya kabur sejak 1 tahun yang lalu dan semakin memberat secara
perlahan. Keluhan antara kedua mata dirasakan sama. Awalnya pasien
masih dapat melihat jauh, namun lama kelamaan pasien hanya dapat
melihat pada jarak dekat. Riwayat trauma pada mata disangkal.
Pasien mengaku penglihatan kedua matanya seperti melihat asap,
seperti pelangi bila melihat lampu, serta merasa silau pada siang hari.
Pasien juga mengeluhkan mencul seperti daging tumbuh pada mata kanan
dan terasa mengganjal yang disadari pasien sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
mengaku baru kali ini berobat atas keluhan penglihatannya yang kabur.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, Hipertensi dan
Diabetes Mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama, riwayat
hipertensi(-), riwayat Diabetes Mellitus (-)
3. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 140/80 mmHg

Nadi

: 72 x/menit

RR

: 20 x/menit

Suhu

: 36,8 C

Sistem kardiovaskuler

: dalam batas normal

Sistem respirasi

: dalam batas normal

Kulit

: dalam batas normal

Ekstremitas

: dalam batas normal

STATUS OFTALMOLOGIS

Oculi Dekstra
2/60
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Orthoforia
Eksoftalmus (-),
Endoftalmus (-)
Dalam batas normal
Nistagmus (-),
Strabismus (-), gerakan

Visus
Koreksi
Skiaskopi
Sensus Coloris
Bulbus Oculi
Supersilia
Parese / Paralise

Oculi Sinistra
2/60
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Orthoforia
Eksoftalmus (-),
Endoftalmus (-)
Dalam batas normal
Nistagmus (-),
Strabismus (-), gerakan

otot baik ke segala arah

otot baik ke segala arah

Hiperemis (-), Ptosis (-),


Ektoprion (-),
Endoprion (-),
Edema (-), Spasme (-)
Hiperemis (-), Ptosis (-),
Ektoprion (-),
Endoprion (-),
Edema (-), Spasme (-)
Hiperemis (-), Nodul (-),
Papul (-), Folikel (-)
Hiperemis (-), Nodul (-)
Injeksi Konjungtiva (-),
Injeksi Silier (-),
Pterigium (+)
Anikterik
Jernih,
Infiltrat (-),
Ulkus (-)
Kedalaman cukup,
hipopion(-)
Kripta (+),
Sinekia Posterior (-)
Warna: Coklat
Bulat, regular,
sentral, 3 mm,
Reflek cahaya (+)
Keruh, sentral, shadow
test (+)
Tidak Diperiksa
Tidak Diperiksa
T dig N
Dalam batas normal

Hiperemis (-), Ptosis (-),


Ektoprion (-),
Endoprion (-),
Edema (-), Spasme (-)
Hiperemis (-), Ptosis (-),
Ektoprion (-),
Endoprion (-),
Edema (-), Spasme (-)
Hiperemis (-), Nodul (-),
Papul (-), Folikel (-)
Hiperemis (-), Nodul (-)
Injeksi Konjungtiva (-),
Injeksi Silier (+),
Pterigium (-)
Anikterik
Jernih,
Infiltrat (-),
Ulkus (-)
Kedalaman cukup,
hipopion(-)
Kripta (+),
Sinekia Posterior (+)
Warna: Coklat
Bulat, regular,
sentral, 3 mm,
Reflek cahaya (+)
Keruh, sentral, shadow
test (+)
Tidak Diperiksa
Tidak Diperiksa
T dig N
Dalam batas normal

Palpebra Superior

Palpebra Inferior
Conjungtiva Palpebra
Conjungtiva Fornices
Conjungtiva Bulbi
Sclera
Kornea
Camera Oculi Anterior
Iris
Pupil
Lensa
Fundus Refleks
Corpus Vitreum
Tensio Oculi
Sistem Canalis
Lakrimalis

4. DIAGNOSIS BANDING

Katarak senilis mature ODS + Pterigium II OD

5. PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan Lab. Dara rutin, homesotasis, kimia darah;

Slit Lamp;

Tonometri;

6. DIAGNOSIS KERJA
Katarak senilis imature ODS + Pterigium II OD

7. PENATALAKSANAAN/TERAPI
Operatif:
-

Konsul Sp.M;

R/ Operatif ekstraksi katarak: Phacoemulsifikasi + IOL;

8. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosa yang ditegakkan sudah tepat?
Dari anamnesa didapatkan keluhan penglihatan kedua mata kabur
yang makin bertambah. Penglihatan kabur berjalan lambat namun
progresif. Keluhan timbul tidak bersamaan. Pasien juga mengeluh
penglihatan kedua matanya seperti melihat asap, sering silau, dan seperti
melihat pelangi. Pasien juga mengeluhkan tumbuh selaput pada mata
kanan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada kedua mata,
yaitu: Mata kanan (OD) : visus 2/60 (bs); konjungtiva didapatkan
pterigium; cornea jernih dengan arcus senilis, lensa keruh dengan shadow
test (+). Mata kiri (OS) : visus 2/60 (bs); cornea jernih dengan arcus
senilis; lensa keruh dengan shadow test (+).
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
menunjukkan adanya gangguan visus yang disebabkan oleh kelainan pada
lensa, yaitu kekeruhan pada lensa. Kedua mata mengalami kelainan yang
sama. Dan pada mata kanan maupun kiri, shadow test (+) hal ini
menandakan bahwa kelainan lensa merupakan katarak stadium imature.
Kemudia pada mata kanan ditemukan selaput/ penebalan pada konjungtiva
yang menjalar hingga ke limbus. Maka diagnosa yang ditegakkan adalah
Katarak senilis mature ODS + Pterigium II OD.
2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?
Pada pasien ini penatalaksanaan yang diberikan untuk mengatasi
penyakit kataraknya adalah dengan dilakukan operasi. Tindakan operasi
yang dilakukan adalah Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE), atau
disebut juga Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) dengan
Phacoemulsifikasi dan penanaman Intra Okuler Lens. Kemudian untuk
Pterigium dilakukan konservatif selama tidak menimbulkan gangguan
berarti pada pasien.

3. Bagaimana konseling yang diberikan pada pasien?


Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dialaminya
adalah penyakit kekeruhan lensa yang mengenai kedua matanya akibat
proses ketuaan. Oleh karena itu pasien harus memperhatikan gejala
gejala pada penyakit ini, yaitu penurunan penglihatan, tampak seperti
melihat asap, seperti melihat pelangi dan terkadang sedikit silau. Dan
selaput pada mata kanan pasien perlu diwaspadai apabila terdapat
gangguan pandangan atau sering mengalami iritasi.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Katarak
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anakanak yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah
trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua
kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.
1,2

Gambar 1. Mata dengan katarak.


B. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan
siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan
membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65%
lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein ( kandungan protein tertinggi
diantara jaringan-jaringan tubuh ), dan sedikit mineral. Kandungan kalium
lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.

1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.
Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa
pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada
di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan selsel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel
tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan
energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator
lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.
Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous
humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous
humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun
jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low
resistance gap junction antar sel.

1. Keseimbangan Elektrolit dan Air di dalam lensa


Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak
berubah seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa
berada di ruang ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah
20M dan pottasium sekitar 120M. Konsentrasi sodium dan
pottasium di luar lensa lebih tinggi.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa
sangat tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas
pompa sodium, Na+, K+ -ATPase. Inhibisi Natrium Kalium ATPase
dapat

mengakibatkan

hilangnya

keseimbangan

elektrolit

dan

meningkatnya air di dalam lensa. Keseimbangan Kalsium juga sangat


penting bagi lensa. Konsentrasi Kalsium yang normal di dalam sel
adalah 30 M, sedangkan diluar lensa 2 M. Perbedaan konsentrasi
Kalsium ini diatur sepenuhnya oleh Kalsium ATPase. Hilangnya
keseimbangan Kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme
glukosa, pembentukan protein high molecular weight, dan aktivasi
protease destruktif.
Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk
kebutuhan nutrisi lensa. Asam amino aktif masuk ke dalam lensa
melalui pompa sodium yang berada di sel epitel. Glukosa memasuki
lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti sistem transpor
aktif.
2. Akomodasi lensa
Mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari
benda jauh ke benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi
akibat perubahan lensa oleh badan siliar terhadap serat-serat zonula.
Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang terjadi di nukleus lensa secara
klinis mengurangi daya akomodasi.
Saat

m.

cilliaris

berkontraksi,

serat

zonular

relaksasi

mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung, ketebalan axial lensa


meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat m cilliaris relaksasi, serat
zonular menegang, lensa lebih pipih, dan kekuatan dioptri menurun.

Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang


Nervus Occulomotorius. Obat-obat parasimpatomimetik ( pilocarpin )
memicu akomodasi, sedangkan obat-obat parasimpatolitik ( atropin )
memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot
ciliar disebut cyclopegik.
D. Etiologi Dan Patofisiologi
Lensa sebagian besar terbuat dari air dan protein. Protein tertentu dalam
lensa bertanggung jawab untuk menjaga kejernihannya. Selama bertahuntahun, struktur protein lensa yang berubah, akhirnya menyebabkan
kekeruhan bertahap lensa. Jarang, katarak dapat hadir pada saat lahir atau
pada anak usia dini sebagai akibat dari cacat keturunan enzim, dan trauma
parah pada mata, operasi mata, atau peradangan intraokular juga dapat
menyebabkan katarak terjadi lebih awal dalam kehidupan. Faktor lain
yang dapat menyebabkan perkembangan katarak pada usia lebih dini
meliputi paparan berlebihan cahaya ultraviolet, diabetes, merokok, atau
penggunaan obat-obatan tertentu, seperti steroid oral, topikal, atau
inhalasi. Obat lain yang lebih lemah kaitannya dengan katarak termasuk
penggunaan jangka panjang statin dan fenotiazin.3
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi
intrauterin, gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan.
Sepertiga dari katarak pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik atau mata. Namun, mereka mungkin mutasi
spontan dan dapat menyebabkan pembentukan katarak pada keturunannya
pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara
transmisi yang paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi
10

yang lengkap. Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak
polar, katarak lamelar, atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga
dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab katarak termasuk rubella (yang
paling umum), rubeola, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes
zoster,

poliomyelitis,

influenza,

virus

EpsteinBarr,

sifilis,

dan

toksoplasmosis.4
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui
secara pasti. Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis amat
kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Namun ada beberapa
kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata yang membuat berat dan
ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun. Kerusakan
lensa pada katarak senilis juga dikaitkan dengan kerusakan oksidatif yang
progresif. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi
seperti oxidized glutathione dan penurunan antioksidan (vitamin) dan
enzim superoksidase. Teori stres oksidatif pada katarak disebut
kataraktogenesis.5
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.
Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.

11

Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3
E. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas,
dan Age of Onset.1
1. Morfologi
a. Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.
Katarak ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus.
Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras ( sklerosis ),
berubah menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya
lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak
terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan
dekat ( pandangan baca ), bahkan pandangan baca dapat
menjadi lebih baik ( miopisasi ).
b. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari
korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk
lensa. Katarak menyerang pada lapisan yang mengelilingi
nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun
dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat daripada katarak
nuklear.
c. Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah
capsul, dan biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa
sangat terganggu saat membaca di cahaya yang terang dan
biasanya melihat halo pada malam hari. Dibagi menjadi katarak
subcapsularis posterior dan Subcapsularis anterior. Pada
Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien DM,
Myotonic

Dystrophy,

dan

steroid.

Sedangkan

pada

12

subcapsularis anterior biasanya terdapat pada Glaukoma sudut


tertutup akut ( Glaukomfleckens ), toksisitas amiodaron,
miotic, dan Wilson disease.
d. Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
Anterior Capsular
-

Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak

dapat lepas pada waktu lahir.


-

Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine,

yang disertai dengan sinekia posterior


Posterior Capsular
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan
kapsul posterior dengan retina yang seharusnya menghilang
sejak lahir.
e. Katarak Lammelar
f.
2.

Katarak Sutural

Maturitas
a. Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju
korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks. Pada katarak subcapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat di anterior subcapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks yang berisi jaringan
degeneratif pada katarak insipiens. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.
b. Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang
menarik air sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke
dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan
besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan
lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat
13

danmengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini dapat


terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.
c. Katarak Immatur : Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif
d. Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruhlensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa.
e. Katarak hipermatur : Protein-protein di bagian korteks lensa
telah mencair . Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh,
meninggalkan lensa yang mengkerut dengan kapsul yang
keriput. Katarak jenis ini sebenarnya berbahaya karena dapat
menyebabkan inflamasi sehingga menyebabkan uveitis.
f. Katarak Morgagni : Katarak hipermatur yang nukleus lensanya
mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya.

14

3. Age of Onset
a. Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan
katarak, tetapi orang tua kurang memperhatikan dan baru
terlihat ketika usianya sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi
prognosis semakin buruk. Jika dapat melihat biasanya
ambliopia dan tidak maksimum. Katarak kongenital sebaiknya
dioperasi sebelum usia 2 bulan.
b. Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital
di mana usia penderita di bawah 1 tahun.
c. Katarak Juvenile terjadi pada usia di bawah 9 tahun dan
biasanya kelanjutan dari katarak kongenital
d. Katarak Presenile terjadi pada usia lebih dari 9 tahun
e. Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.
Kebanyakan katarak yang kita jumpai adalah jenis ini akibat
proses degeneratif.

15

F. Manifestasi Klinis 1,5


Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran

secara

progresif

dan

gangguan

dari

penglihatan.

Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak


ketika pasien datang.
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan
pasien dengan katarak senilis.
2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan
sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada
siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
3. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai

akibatnya,

pasien

presbiop

melaporkan

peningkatan

penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca,


keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan
miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal
posterior atau anterior.
4. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan
gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia
monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau
lensa kontak
5. englihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan lensa mata tampak
berwarna keputihan
6. Ukuran kacamata sering berubah

16

G. Diagnosis
Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi
adanya penyakit-penyakit yang menyertai, contohnya: Diabetes Mellitus,
Hipertensi, dan cardiac anomalies. Penyakit seperti Diabetes Mellitus
dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi
secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi. Pada pasien katarak
sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan
melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur
intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan
prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu test
pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek
pupil aferen relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi
opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva,
kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan
hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga
dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya
trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur.
Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan
indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai.
Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.
1,5
H. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obatobatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.

17

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi


lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang

dari

metode

yang

kuno

hingga

tehnik

hari

ini

phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang


digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa
yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang
tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.1,5
1. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE ) / Ekstraksi Katarak
Intra Kapsuler ( EKIK )
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Operasi ini lebih susah untuk sembuh karena luka
insisi yang sangat lebar sekitar 160-1800, IOL harus diletakkan di
camera oculi anterior atau dijahit di posterior, dan resiko terjadi
komplikasi atau penyulit lebih besar. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
kebocoran vitreus, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE ) / Ekstraksi Katarak
Ekstra Kapsuler ( EKEK )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

18

dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,


perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
Meskipun phakoemulsifikasi telah menjadi metode ekstraksi
ekstrakapsular yang disukai untuk sebagian besar operasi katarak di
Amerika Serikat sejak tahun 1990-an, EKEK konvensional atau
standar dianggap kurang berisiko untuk pasien dengan katarak yang
sangat keras atau jaringan epitel kornea yang lemah. Getaran
ultrasound yang digunakan dalam phakoemulsifikasi cenderung
menimbulkan stress kornea.
Sebuah

ekstraksi

katarak

ekstrakapsular

konvensional

membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dilakukan. Setelah


daerah sekitar mata telah dibersihkan dengan antiseptik, kain steril
digunakan untuk menutupi sebagian wajah pasien. Pasien diberikan
baik anestesi lokal untuk membuat mati rasa jaringan di sekitar mata
atau anestesi topikal untuk membuat mati rasa mata itu sendiri. Eyelid
holder digunakan untuk membuat mata tetap terbuka selama prosedur.
Jika pasien sangat gelisah, dokter mungkin dapat menggunakan obat
penenang secara intravena.
Setelah anestesi telah diberlakukan, ahli bedah membuat sayatan di
kornea pada titik di mana sklera dan kornea bertemu. Meskipun
panjang khas sayatan EKEK standar adalah 10-12 mm pada 1970-an,
perkembangan IOLs akrilik yang dapat dilipat telah memungkinkan
ahli bedah banyak untuk bekerja dengan sayatan yang hanya 5-6 mm.
Variasi ini kadang-kadang disebut sebagai EKEK sayatan kecil (smallinsision / SICS). Setelah sayatan dibuat, ahli bedah membuat robekan

19

sirkular di depan kapsul lensa, teknik ini dikenal sebagai


capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati membuka
kapsul lensa dan membuang nukleus lensa dengan memberikan
tekanan dengan instrumen khusus. Setelah nucleus dikeluarkan, ahli
bedah menggunakan suction untuk menghisap sisa korteks lensa. Suatu
bahan viskoelastik khusus disuntikkan ke dalam kapsul lensa kosong
untuk membantu mempertahankan bentuk sementara ahli bedah
memasukkan IOL. Setelah lensa intraokular telah ditempatkan dalam
posisi yang benar, substansi viskoelastik akan dibuang dan sayatan
ditutup dengan dua atau tiga jahitan6.

Gambar 2. Prosedur ECCE. Insisi yang dibuat lebih lebar daripada


SICS.
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi

(phaco)

maksudnya

membongkar

dan

memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang


sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat

20

pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.


Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra
okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
Dalam phakoemulsifikasi, ahli bedah menggunakan probe ultrasound dimasukkan melalui sayatan untuk memecah nukleus lensa
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Teknik baru menawarkan
keuntungan insisi yang lebih kecil dari standar EKEK, jahitan sedikit
atau tidak ada untuk menutup sayatan, dan waktu pemulihan lebih
pendek untuk pasien. Kelemahan adalah kebutuhan untuk peralatan
khusus dan kurva belajar yang curam untuk ahli bedah. Satu studi
menemukan bahwa ahli bedah yang diperlukan untuk melakukan
sekitar 150 katarak ekstraksi menggunakan phakoemulsifikasi sebelum
tingkat komplikasi mereka jatuh ke tingkat dasar7.
Teknik ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan EKEK
konvensional, terutama karena diperlukan insisi lebih kecil. Hal ini
diyakini dapat mengurangi surgically induced astigmatism dan
memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi visi dan kegiatan seharihari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan inflamasi dan
kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih rendah daripada yang
diamati dengan operasi EKEK 7.

21

Gambar 3. Prosedur phacoemulsification.


4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh, jahitan lebih sedikit atau
tidak ada, kauterisasi minimal sampai tidak ada daripada ECCE, dan
lebih murah, tidak butuh latihan lama dibanding phaco. Operasi ini

22

menggunakan teknik insisi supero oblik (arah jam 9-12)pada


perbatasan sklera-konjungtiva selebar 5-6 mm, lalu membuat
terowongan (tunnel) untuk capsulorhexis, pengeluaran korteks lensa,
sampai pemasukkan IOL yang dapat dilipat. 8,9

Gambar 4. Lokasi insisi pada SICS.

Gambar 5. Lokasi insisi dan pembuatan terowongan (tunnel).

Gambar 6. Langkah-langkah SICS.

23

Gambar 7. Terowongan (tunnel) pada SICS.

Gambar 8. Lokasi insisi yang meminimalisir komplikasi operasi


katarak yaitu astigmatisma.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka
penderita

memerlukan

lensa

pengganti

untuk

memfokuskan

penglihatannya dengan cara sebagai berikut:1,5


1. Kacamata afakia yang tebal lensanya
2. Lensa kontak

24

3. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di


dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata
asli yang telah diangkat.
EKEK hampir selalu operasi elektif. Setelah operasi telah
dijadwalkan, pasien akan perlu memiliki pemeriksaan khusus yang
dikenal sebagai keratometry jika IOL yang akan ditanamkan.
Pengujian, yang tidak menimbulkan rasa sakit, dilakukan untuk
menentukan kekuatan IOL yang dibutuhkan. Dokter spesialis mata
mengukur panjang bola mata pasien dengan USG dan kelengkungan
kornea dengan alat yang disebut Keratometer. Pengukuran yang
diperoleh dari keratometer dimasukkan ke dalam computer untuk
menghitung kekuatan lensa IOL
IOL adalah pengganti lensa mata pasien, bukan untuk lensa
korektif. Jika pasien mengenakan kacamata atau lensa kontak sebelum
katarak berkembang, ia akan terus membutuhkannya setelah IOL
ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan setelah operasi, karena
mungkin membutuhkan penyesuaian.

Gambar 9. Lensa Intra Okuler / Intra Ocular Lens (IOL)


25

Pasien dapat menggunakan mata mereka setelah operasi. Pasien


dapat pergi bekerja keesokan harinya, meskipun mata yang dioperasi
akan memakan waktu antara tiga minggu sampai tiga bulan untuk
sembuh sepenuhnya. Pada periode ini, mereka harus memeriksa tajam
penglihatan untuk melihat apakah kekuatan lensa mereka harus
diubah. Pasien dapat melakukan kegiatan normal mereka dalam satu
atau dua hari operasi, dengan pengecualian mengangkat barang berat
atau membungkuk dengan ekstrim. Kebanyakan dokter mata
menyarankan pasien memakai kacamata mereka selama hari dan tape
perisai mata pada mata yang dioperasi pada malam hari. Mereka harus
memakai kacamata hitam pada hari-hari cerah dan hindari menggosok
mata yang dioperasi. Selain itu, dokter mata akan memberikan obat
tetes mata selama satu sampai dua minggu untuk mencegah infeksi,
mengatasi rasa sakit, dan mengurangi pembengkakan. Hal ini penting
bagi pasien untuk menggunakan tetes mata persis seperti yang
diarahkan.
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik
jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa
minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan
peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski
tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan.
Perawatan pasca bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca
operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada
hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan
menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya

26

dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan
matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian.
Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi,
tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui lensa
intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8
minggu setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan
yang menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa
sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya
kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih
dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan
terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini
berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan
bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah
infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan
mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
1. Jangan menggosok mata
2. Jangan menggendong yang berat
3. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
4. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
5.

Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

27

I. Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik
1. Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan
keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama
bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada
kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau
makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.
Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
2. Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris,
terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit
sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi
berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan
timbul glaukoma.
3. Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi
mata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga
timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma
Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga komplikasi
akibat pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan
operasi katarak meliputi:10
1. Infeksi pada mata (endophthalmitis).
2. Pembengkakan dan cairan di tengah lapisan saraf (edema makula
cystoid).
3. Pembengkakan penutup bening dari mata (kornea edema).
4. Pendarahan di depan mata (hyphema).
5. Meledaknya (pecahnya) kapsul dan kehilangan cairan (vitreous gel) di
mata.
6. Lepasnya lapisan saraf di belakang mata (ablasio retina).

28

Komplikasi yang mungkin terjadi beberapa waktu setelah operasi


meliputi:10
1. Masalah dengan silau.
2. Dislokasi lensa intraokuler.
3. Mengaburnya bagian dari penutup lensa (kapsul) yang tersisa setelah
operasi, sering disebut aftercataract (kekeruhan kapsul posterior). Ini
biasanya bukan masalah besar dan bisa diobati dengan operasi laser,
jika diperlukan. Jenis IOL dapat mempengaruhi seberapa besar
kemungkinan kekeruhan setelah operasi.
4. Ablasi retina.
5. Glaukoma.
6. Astigmatisme atau strabismus.
7. Kendurnya kelopak mata atas (ptosis).
J. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik.
K. Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan
terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit
metabolik, mencegah paparan langsung terhadap sinar ultraviolet dengan
menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat. Katarak
kongenital dicegah dengan skrining penyakit infeksi pra dan saat
kehamilan.

29

KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan pada lensa yang terdapat pada
usia lanjut yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis adalah
karena proses degeneratif. Selain itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti adanya penyakit metabolik, trauma, serta paparan sinar
ultraviolet.
Katarak senilis secara klinis dibedakan menjadi 4 stadium yaitu stadium insipien,
intumesen, imatur, matur, hipermatur, dan morgagni. Gejala umum gangguan
katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang menghalangi,
silau, dapat terjadi penglihatan ganda pada 1 mata, memerlukan pencahayaan
yang baik untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram.
Pengobatan pada katarak adalah operasi. Untuk menentukan kapan katarak
dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Apabila dibiarkan,
katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti
glaukoma, uveitis, dan kerusakan retina.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap
hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah
paparan langsung terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap
dan sebagainya, pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara
teori bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan
pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

30

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Katarak. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI: Jakarta.
2009. hal. 200-12.
2. Wevill M. Epidemiology, pathophysiology, causes, morphology, and visual
effects of cataract. Dalam: Yanoff M, Duker J S. Ophtalmology. Edisi 2.
China: Mosby Elsevier. 2009.
3. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2005.
4. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Terakhir diperbaharui: 7 Agustus
2012. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210837clinical#showall, tanggal 15 April 2013.
5. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Terakhir diperbaharui: 22 Januari
2013. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914overview , tanggal 15 April 2013.
6. Extra Capsular Cataract Extraction. Diakses dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Extracapsular-CataractExtraction.html, tanggal 15 April 2013.
7. Quinlan M, Wormstone IM, Duncan G, Davies PD. Laboratory science
Phacoemulsification versus extracapsular cataract extraction: a comparative
study of cell survival and growth on the human capsular bag in vitro Original
Article. British Journal of Ophthalmology 1997;81:907910
8. Gogate PM. Small incision cataract surgery: Complications and mini-review.
Indian J Ophthalmol. 2009 Jan-Feb; 57(1): 4549.
http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC2661529/
9. Sharma RL, Panwar P. Minimal Duration Cataract Surgery Small Incision
Cataract Surgery. Diakses dari http://www.djo.org.in/printerfriendly.aspx?
id=159, tanggal 15 April 2013.
10. Husney A, Karp CL. Cataract Surgery. Terakhir diperbaharui: 24 Agustus
2011. Diakses dari http://www.webmd.com/eyehealth/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts, tanggal 15 April 2013.

31

Anda mungkin juga menyukai