1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. H
Umur
: 77 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku Bangsa
: Jawa
Alamat
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
2. ANAMNESIS
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, Hipertensi dan
Diabetes Mellitus disangkal.
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama, riwayat
hipertensi(-), riwayat Diabetes Mellitus (-)
3. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 72 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Kulit
Ekstremitas
STATUS OFTALMOLOGIS
Oculi Dekstra
2/60
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Orthoforia
Eksoftalmus (-),
Endoftalmus (-)
Dalam batas normal
Nistagmus (-),
Strabismus (-), gerakan
Visus
Koreksi
Skiaskopi
Sensus Coloris
Bulbus Oculi
Supersilia
Parese / Paralise
Oculi Sinistra
2/60
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Orthoforia
Eksoftalmus (-),
Endoftalmus (-)
Dalam batas normal
Nistagmus (-),
Strabismus (-), gerakan
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Conjungtiva Palpebra
Conjungtiva Fornices
Conjungtiva Bulbi
Sclera
Kornea
Camera Oculi Anterior
Iris
Pupil
Lensa
Fundus Refleks
Corpus Vitreum
Tensio Oculi
Sistem Canalis
Lakrimalis
4. DIAGNOSIS BANDING
5. PEMERIKSAAN ANJURAN
Slit Lamp;
Tonometri;
6. DIAGNOSIS KERJA
Katarak senilis imature ODS + Pterigium II OD
7. PENATALAKSANAAN/TERAPI
Operatif:
-
Konsul Sp.M;
8. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosa yang ditegakkan sudah tepat?
Dari anamnesa didapatkan keluhan penglihatan kedua mata kabur
yang makin bertambah. Penglihatan kabur berjalan lambat namun
progresif. Keluhan timbul tidak bersamaan. Pasien juga mengeluh
penglihatan kedua matanya seperti melihat asap, sering silau, dan seperti
melihat pelangi. Pasien juga mengeluhkan tumbuh selaput pada mata
kanan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada kedua mata,
yaitu: Mata kanan (OD) : visus 2/60 (bs); konjungtiva didapatkan
pterigium; cornea jernih dengan arcus senilis, lensa keruh dengan shadow
test (+). Mata kiri (OS) : visus 2/60 (bs); cornea jernih dengan arcus
senilis; lensa keruh dengan shadow test (+).
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
menunjukkan adanya gangguan visus yang disebabkan oleh kelainan pada
lensa, yaitu kekeruhan pada lensa. Kedua mata mengalami kelainan yang
sama. Dan pada mata kanan maupun kiri, shadow test (+) hal ini
menandakan bahwa kelainan lensa merupakan katarak stadium imature.
Kemudia pada mata kanan ditemukan selaput/ penebalan pada konjungtiva
yang menjalar hingga ke limbus. Maka diagnosa yang ditegakkan adalah
Katarak senilis mature ODS + Pterigium II OD.
2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?
Pada pasien ini penatalaksanaan yang diberikan untuk mengatasi
penyakit kataraknya adalah dengan dilakukan operasi. Tindakan operasi
yang dilakukan adalah Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE), atau
disebut juga Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) dengan
Phacoemulsifikasi dan penanaman Intra Okuler Lens. Kemudian untuk
Pterigium dilakukan konservatif selama tidak menimbulkan gangguan
berarti pada pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Katarak
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anakanak yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah
trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua
kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.
1,2
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.
Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa
pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada
di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan selsel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel
tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan
energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator
lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.
Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous
humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous
humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun
jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low
resistance gap junction antar sel.
mengakibatkan
hilangnya
keseimbangan
elektrolit
dan
m.
cilliaris
berkontraksi,
serat
zonular
relaksasi
yang lengkap. Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak
polar, katarak lamelar, atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga
dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab katarak termasuk rubella (yang
paling umum), rubeola, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes
zoster,
poliomyelitis,
influenza,
virus
EpsteinBarr,
sifilis,
dan
toksoplasmosis.4
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui
secara pasti. Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis amat
kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Namun ada beberapa
kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata yang membuat berat dan
ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun. Kerusakan
lensa pada katarak senilis juga dikaitkan dengan kerusakan oksidatif yang
progresif. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi
seperti oxidized glutathione dan penurunan antioksidan (vitamin) dan
enzim superoksidase. Teori stres oksidatif pada katarak disebut
kataraktogenesis.5
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.
Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
11
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3
E. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas,
dan Age of Onset.1
1. Morfologi
a. Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.
Katarak ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus.
Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras ( sklerosis ),
berubah menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya
lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak
terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan
dekat ( pandangan baca ), bahkan pandangan baca dapat
menjadi lebih baik ( miopisasi ).
b. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari
korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk
lensa. Katarak menyerang pada lapisan yang mengelilingi
nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun
dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat daripada katarak
nuklear.
c. Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah
capsul, dan biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa
sangat terganggu saat membaca di cahaya yang terang dan
biasanya melihat halo pada malam hari. Dibagi menjadi katarak
subcapsularis posterior dan Subcapsularis anterior. Pada
Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien DM,
Myotonic
Dystrophy,
dan
steroid.
Sedangkan
pada
12
Katarak Sutural
Maturitas
a. Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju
korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks. Pada katarak subcapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat di anterior subcapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks yang berisi jaringan
degeneratif pada katarak insipiens. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.
b. Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang
menarik air sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke
dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan
besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan
lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat
13
14
3. Age of Onset
a. Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan
katarak, tetapi orang tua kurang memperhatikan dan baru
terlihat ketika usianya sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi
prognosis semakin buruk. Jika dapat melihat biasanya
ambliopia dan tidak maksimum. Katarak kongenital sebaiknya
dioperasi sebelum usia 2 bulan.
b. Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital
di mana usia penderita di bawah 1 tahun.
c. Katarak Juvenile terjadi pada usia di bawah 9 tahun dan
biasanya kelanjutan dari katarak kongenital
d. Katarak Presenile terjadi pada usia lebih dari 9 tahun
e. Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.
Kebanyakan katarak yang kita jumpai adalah jenis ini akibat
proses degeneratif.
15
secara
progresif
dan
gangguan
dari
penglihatan.
akibatnya,
pasien
presbiop
melaporkan
peningkatan
16
G. Diagnosis
Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi
adanya penyakit-penyakit yang menyertai, contohnya: Diabetes Mellitus,
Hipertensi, dan cardiac anomalies. Penyakit seperti Diabetes Mellitus
dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi
secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi. Pada pasien katarak
sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan
melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur
intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan
prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu test
pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek
pupil aferen relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi
opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva,
kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan
hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga
dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya
trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur.
Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan
indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai.
Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.
1,5
H. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obatobatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
17
dari
metode
yang
kuno
hingga
tehnik
hari
ini
18
ekstraksi
katarak
ekstrakapsular
konvensional
19
(phaco)
maksudnya
membongkar
dan
20
21
22
23
memerlukan
lensa
pengganti
untuk
memfokuskan
24
26
dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan
matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian.
Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi,
tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui lensa
intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8
minggu setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan
yang menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa
sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya
kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih
dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan
terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini
berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan
bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah
infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan
mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
1. Jangan menggosok mata
2. Jangan menggendong yang berat
3. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
4. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
5.
27
I. Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik
1. Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan
keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama
bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada
kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau
makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.
Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
2. Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris,
terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit
sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi
berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan
timbul glaukoma.
3. Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi
mata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga
timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma
Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga komplikasi
akibat pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan
operasi katarak meliputi:10
1. Infeksi pada mata (endophthalmitis).
2. Pembengkakan dan cairan di tengah lapisan saraf (edema makula
cystoid).
3. Pembengkakan penutup bening dari mata (kornea edema).
4. Pendarahan di depan mata (hyphema).
5. Meledaknya (pecahnya) kapsul dan kehilangan cairan (vitreous gel) di
mata.
6. Lepasnya lapisan saraf di belakang mata (ablasio retina).
28
29
KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan pada lensa yang terdapat pada
usia lanjut yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis adalah
karena proses degeneratif. Selain itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti adanya penyakit metabolik, trauma, serta paparan sinar
ultraviolet.
Katarak senilis secara klinis dibedakan menjadi 4 stadium yaitu stadium insipien,
intumesen, imatur, matur, hipermatur, dan morgagni. Gejala umum gangguan
katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang menghalangi,
silau, dapat terjadi penglihatan ganda pada 1 mata, memerlukan pencahayaan
yang baik untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram.
Pengobatan pada katarak adalah operasi. Untuk menentukan kapan katarak
dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Apabila dibiarkan,
katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti
glaukoma, uveitis, dan kerusakan retina.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap
hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah
paparan langsung terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap
dan sebagainya, pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara
teori bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan
pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Katarak. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI: Jakarta.
2009. hal. 200-12.
2. Wevill M. Epidemiology, pathophysiology, causes, morphology, and visual
effects of cataract. Dalam: Yanoff M, Duker J S. Ophtalmology. Edisi 2.
China: Mosby Elsevier. 2009.
3. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2005.
4. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Terakhir diperbaharui: 7 Agustus
2012. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210837clinical#showall, tanggal 15 April 2013.
5. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Terakhir diperbaharui: 22 Januari
2013. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914overview , tanggal 15 April 2013.
6. Extra Capsular Cataract Extraction. Diakses dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Extracapsular-CataractExtraction.html, tanggal 15 April 2013.
7. Quinlan M, Wormstone IM, Duncan G, Davies PD. Laboratory science
Phacoemulsification versus extracapsular cataract extraction: a comparative
study of cell survival and growth on the human capsular bag in vitro Original
Article. British Journal of Ophthalmology 1997;81:907910
8. Gogate PM. Small incision cataract surgery: Complications and mini-review.
Indian J Ophthalmol. 2009 Jan-Feb; 57(1): 4549.
http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC2661529/
9. Sharma RL, Panwar P. Minimal Duration Cataract Surgery Small Incision
Cataract Surgery. Diakses dari http://www.djo.org.in/printerfriendly.aspx?
id=159, tanggal 15 April 2013.
10. Husney A, Karp CL. Cataract Surgery. Terakhir diperbaharui: 24 Agustus
2011. Diakses dari http://www.webmd.com/eyehealth/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts, tanggal 15 April 2013.
31