Anda di halaman 1dari 2

Aktif Tanpa Kekerasan, Mungkinkah??

Jika mendengar

kata aktif pasti yang muncul dibenak kita adalah mengenai

pergerakan. Sementara berdasarkan KBBI, aktif berarti giat, berusaha, bekerja, dan mampu
beraksi dan bereaksi. Sehingga dapat disimpulkan, aktif bermakna adanya kemauan untuk ikut
serta, bekerja, dan berusaha dalam sebuah kegiatan.
Sebagai mahasiswa tentunya kita dituntut untuk selalu bersikap dan berperilaku aktif,
baik dalam akademik maupun kegiatan non akademik. Aktif dalam akademik berarti berusaha
menjadi mahasiswa berprestasi, sedangkan aktif dalam kegiatan non akademik berarti
melibatkan diri dalam organisasi dan memaksimalkan potensi yang dimilkinya. Namun dalam
perilaku-perilaku aktif ini seringkali kita temui adanya penyimpangan yang tidak seharusnya
dilakukan oleh mahasiswa. Misalnya, untuk menyampaikan aspirasi melalui demontrasi
terkadang bahkan sebagian besar disertai dengan hal-hal yang berbau kekerasan, pengrusakan
fasilitas umum, blockade jalan, dan sebagainya.
Mahasiswa sebagai agen pengubah tentu memiliki potensi dan ide-ide kreatif untuk
melakukan perubahan dan perbaikan pada dirinya serta lingkungannya. Untuk itu diperlukan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait, seperti keluarga, civitas kampus, masyarakat dan
tentunya pemerintah. Hal inilah yang terkadang menjadi penyebab timbulnya perilaku-perilaku
bertentangan yang dilakukan oleh mahasiswa. Terkadang ada aspirasi mereka yang kurang
mendapat respon dari pihak-pihak tertentu ditambah lagi adanya provokasi dari pihak yang
memiliki kepentingan lain yang semakin membuat mahasiswa mudah terpancing dan mau
melakukan tindakan-tindakan anarkis.
Maraknya fenomena kekerasan dan anarkisme yang dilakukan mahawasiswa tentu
menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan. Tentu kita tidak ingin kekerasan dan anarkisme
nantinya menjadi budaya bahkan ciri khas dari mahasiswa. Jika kemudian timbul pertanyaan,
aktif tanpa kekerasan, Mungkinkah?? Maka jawabannya mungkin bahkan tentu bisa. Memang
hal tersebut tidaklah mudah untuk diwujudkan. Sangat dibutuhkan adanya sikap toleransi, saling
menghargai, mengedapankan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan serta
sikap terbuka untuk menerima kritik, saran, dan kekalahan dengan lapang dada. Yang paling

penting juga adalah kemampuan untuk berkomunikasi efektif dan empatik. Agar antarpihak
dapat dengan mudah menerima dan memahami pesan yang ingin disampaikan. Sehingga
memudahkan kita untuk menemukan titik temu dari apa yang ingin dicapai. Selain itu, aktif
tanpa kekerasan juga dapat terwujud apabila diri sendiri, keluarga, civitas kampus, masyarakat,
pemerintah dan pihak-pihak lain saling bahu-membahu menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk menata kembali kehidupan kearah yang lebih baik. Hal penting yang juga tidak boleh
dilupakan adalah peranan pendidikan agama sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai