PENDAHULUAN
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronis,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan
OA adalah bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit
melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada
perempuan daripada laki laki dan terutama ditemukan pada orang orang yang berusia lebih
dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab
insidens bertambah dengan meningkatnya usia. OA dahulu diber nama arthritis yang rusak
karena dipakai karena sendi. Namun, menjadi aus dengan bertambahnya usia. Tetapi temuan
temuan yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini .
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen rawan
sendi. Dengan alasan alasan yang masih belum diketahui, sintesis proteoglikan dan kolagen
meningkat tajam pada OA. Tetapi, substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan lebih
tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi kebutuhan. Sejumlah kartilago tipe I
mengantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi perubahan pada diameter dan orientasi
serat kolagen yang mengubah biomekanika dari kartilago. Rawan sendi kemudian kehilangan
sifat kompresibilitasnya yang unik
BAB II
ISI
I.
Anamnesis
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.1
Page
Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke
dokter( meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya).
Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
disbanding gerakan lainnya. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau akibat
radikulopati, misalnya pada OA servikalis dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan
stenosis spinal mungkin menumbulkan keluhan nyeri di betis yang biasa disebut
dengan claudication intermitten.
Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas,
seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama bahkan setelah
bangun tidur
Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang kadang terdengar) pada sendi yang sakit
II.
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendiagnosa penyakit OA antara lain:1
Page
Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara
radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai
sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerak) maupun eksentrik (salah satu gerakan saja).
Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hnya
berupa perasaan akan adanya suatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter
yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar
sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan
tulang sendi pada saat sendi digerakan atau secara pasif
Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (<100cc). Sebab lain ialah karena adanya ostefit, yang dapat
mengubah permukaan sendi
Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya
sinovitis. Biasanya tanda tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan. Seringkali
dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi sendi kecil tangan dan kaki
Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan
permukaan sendi
Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan
berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakang
dengan stenosis spinal. Pada sendi sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan
pergelangan tangan, OA juga menimbulkan gangguan fungsi
b. Pemeriksaan Penunjang
Page
Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah :1
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
III. Epidemiologi
OA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak dijumpai terutama
pada orang-orang di atas 40 tahun di seluruh penjuru dunia. Banyak orang tua tidak
dapat berjalan sendiri dari tempat tidur ke kamar mandi karena OA. 2 Di Amerika, OA
menyerang 40 juta warga Amerika dan 30-60% berusia 65 tahun. 3 Pada suatu survei
radiografi pada wanita di bawah 40 tahun hanya 2% mempunyai OA; akan tetapi pada
usia 45-60 tahun angka kejadiannya 30% sementara pada orang-orang di atas 61 tahun
angka kejadiannya lebih dari 65%. Pada laki-laki nilai ini sedikit lebih rendah (grafik
1). OA jarang sekali dijumpai pada anak-anak.2,4 Sekitar 90% warga Amerika akan
memperlihatkan beberapa gejala OA pada sendi-sendi yang menahan beban tubuh di
usia sekitar 40 tahun. Pria cenderung akan memperlihatkan gejala OA lebih dini
daripada wanita.5
Di bawah usia 55 tahun, distribusi sendi OA pada laki-laki dan perempuan
sama. Pada yang berusia lebih tua, OA panggul lebih sering pada laki-laki, sedangkan
OA sendi antarfalang dan pangkal jempol lebih sering pada perempuan. Demikian
juga bukti radiografik OA lutut, terutama OA lutut simptomatik, tampaknya lebih
Page
sering pada perempuan daripada laki-laki.5 Prevalensi OA lumbal adalah sekitar 3-6%
pada populasi Kaukasia dan tidak berubah dalam 4 dekade terakhir ini. Sebaliknya,
penelitian pada populasi Asia, kulit hitam, dan Indian timur memiliki prevalensi yang
sangat rendah terkena OA lumbal.6 Baru-baru ini berhasil diketahui adanya mutasi
titik (point mutation) di cDNA yang mengkode kolagen tipe II pada beberapa generasi
sebuah keluarga dengan kondroplasia dan OA sekunder poliartikularis.5
IV. Etiologi
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua, yaitu OA primer
atau idiopatik dan OA sekunder.1
a
Osteoarthritis sekunder
Ciri-cirinya adalah:
Disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya
Dialami sebelum usia 45 tahun
Dapat disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada
sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi
yang longgar, dan pembedahan pada sendi)
Penyebab lainnya yaitu obesitas, artritis gout, diabetes mellitus, kelainan
hormonal dan kelainan kongenital.
Faktor resiko OA
Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambah umur. OA
hampir tidak pernah pada anak anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering
Page
pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat ketuaan
saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan pada OA
Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah
45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki laki dan wanita, tetapi di atas 50
tahun (setelah menopause) frequensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal
ini menunjukan adanya peran hormonal pada patogenesis OA
Suku bangsa
Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari
seorang wanita dengan OA pada sendi sendi interfalang distal (nodus Heberden)
terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi sendi tersebut, dan anak anak
perempuannya cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II
atau gen gen struktural lain untuk unsur unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe
IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam tumbulnya
kecenderungan familiah pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi)
Page
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan gternyata tak hanya
berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga pada OA sendi
lain (tangan dan sternoklavikula). Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis) diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan
hormonal pada kiatan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan
antara OA dan penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi. Pasien
pasien OA ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan orang tanpa OA
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
(misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan resiko OA
tertentu. Demikian juga olahraga yang seringkali menimbulkan cedera sendi berkaitan
dengan resiko OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada
timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitas aktivitas tertentu dapat menjadi
predisposisi OA cedera traumatik (misalnya robeknya meniskus, ketidakstabilan
ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera yang nyata, hasil hasil
penelitian tidak menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu faktor untuk
timbulnya OA.
V. Patogenesis
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan
OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya
kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan
makro serta imobilisasi yang terlalu lama. OA primer lebih sering ditemukan daripada
OA sekunder
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat proses penuaan yang tidak
dapat dihindari. Para pakar yang meneliti ini sekarang berpendapat bahwa OA
ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago
Page
VI. Diagnosis
* Diagnosis Kerja
Gejala dan tanda osteo arthritis muncul sangat perlahan dan biasanya
mengenai satu atau beberapa sendi saja. Sensi yang sering terkena adalah sendi lutut,
Page
dimana
tendon
atau
otot
melewati
tulang.
VII. Penatalaksanaan
Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena)
dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal:1
1. Terapi nonfarmakologis
A. Edukasi atau penerangan
B. Terapi fisik dan rehabilitasi
C. Penurunan berat badan
2. Terapi farmakologis
A. Analgesik oral non opiat
B. Analgesik topikal
C. OAINS
D. Chondroprotective
E. Steroid intraartikular
3. Terapi bedah
Page
Edukasi
Maksud dari edukasi adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai
Analgesik topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali
dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum
memakai obat obatan peroral lainnya
OAINS
Apabila dengan cara cara tersebut diatas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai
datang ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh
Page
karena obat golongan ini disamping mempunyai efek analgetik juga mempunyai
efek anti inflamasi. Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka
pemberiaan obat obatan jenis ini harus sangat berhati hati. Jadi pilihlah obat yang
efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, disamping
pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus dilakukan
Chondroprotective agent
Yang dimaksud dengan chondroprotective agent adalah obat obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA.
Sebagian peneliti mengolongkan obat obatan tersebut dalam Slow Acting Anti
Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah :
tetrasiklin, asam hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C,
superokside desmutase
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk
menghambat kerja enzim MMP dengan cara menghambatnya, Salah
satu contohnya adalah doxycylcine, sayangnya obat ini baru
dicobakan pada hewan belum pada manusia
Steroid intraartikular
Pada penyakit arthritis reumatoid menunjukan hasil yang baik.
(Dennis Wen, 2000). Kejadian inflamasi kadang kadang dijumpai
pada pasien OA, oleh karena itu kortikosteroid intra artikuler telah
dipakai dan mampu mengurangi sakit, walaupun hanya dalam waktu
yang singkat. Penelitian selanjutnya tidak menunjukan keuntungan
yang nyata pada pasien OA, sehingga pemakaiannya dalam hal ini
masih kontroversial
Terapi bedah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi
rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
menganggu aktivitas sehari hari
VIII. Prognosis
Osteo Arthritis berjalan lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah
nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus
menanggung beban terutama pada lutut.7 Ini berarti orang tersebut harus
membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali
meliputi perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga,
manipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu.
IX. Komplikasi
a
Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi lutut palingsering
terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat menyebabkan disabilitas.OA
Page
Osteoartritis lumbal atau OA panggul dapat terasa nyeri yang dirasakan di daerah
panggul, atau di inguinal, dapat menjalar ke paha bagian dalam atau ke bokong.
Fraktur
Pada OA dapat menyebabkan fraktur. Hal ini disebabkan karena terdapat hambatan
gerak yang memungkinkan lansia terjatuh dan dapat menimbulkan fraktur.
BAB III
KESIMPULAN
1. OA adalah suatu penyakit degeneratif yang menyerang tulang-tulang penopang tubuh
seperti vetebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki
2. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik yang terdiri atas
hambatan gerak, krepitasi, efusi lutut, perubahan gaya jalan, pembengkakan sendi,
tanda-tanda peradangan, dan perubahan bentuk sendi yang permanen.
3. Osteoarthritis dibedakan menjadi 2 macam yaitu OA primer (OA idopatik) dan OA
sekunder.
4. Terapi OA dibedakan menjadi 3 macam yaitu terapi non-farmakologis seperti edukasi,
terapi farmakologi seperti pemberian OAINS, dan terapi bedah.
5. Pencegahan OA dapat dilakukan dengan cara menjaga berat badan, melakukan jenis
olahraga yang tidak berat, meminum suplemen sendi, mengkonsumsi makanan sehat,
dan sebagainya.
Page
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Penyakit Dalam FKUI. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Joewono
S, Harry I, Handono K, Rawan B, Riyardi P, penyunting. Osteoartritis. Edisi ke-5.
Jakarta: Pusat Penerbitan Penyakit Dalam; 2009.p. 2538-48.
2. Tarigan, Pangarapan. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi
ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1996 :
3. Tokano, J., Wyman, J., Salisbury, S. Osteoarthritis. Dalam Clinical Gerontology
Nursing A guide to Advanced Practice 2nd edition. USA : W.B Saunders. 1999 :
470-1
4. Tierney, L., et al. Degenerative Joint Disease (Osteoarthritis). DalamCur r ent Medical
Diagnosis and Teratment 2002 41st edition. USA : McGraw Hill. 2002 : 834-6
5. Brandt, Kenneth. Osteoarthritis. Dalam Harrisons Principles of Internal Medicine
15th edition volume 2. USA : The McGraw Hill Companies. 2005
6. Hoaglund, Franklin. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and Epidemiology.
Dalam Journal of the American of Orthopaedic Surgeons Volume 9, Nomor 5,
September/October 2001. 320-327
7. Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Dalam:
Michael AC, penyuting. Oateoartritis. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2005.p.1383.
Page