Anda di halaman 1dari 19

Infeksi Menular Seksual

Gonoccocal Urethritis
Makalah PBL
Blok 15 Skin & Integumen

Dessy
10-2010-081 , C4
16 April 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat


Email : dez_widjaya@yahoo.com

Pendahuluan
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara infeksi
menular seksual lainnya. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penicilin dan disebut
Pencillinase Producing Neisseria gonorrhoeae ( P.P.N.G ). Kuman ini meningkat di banyak
negeri termasuk Indonesia. Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu
genito-genital, orogenital, dan ano-genital. Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara manual
melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karen aitu secara garis
besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital.

Isi
Anamnesis
Pasien bisa datang dengan keluhan disuria, sekret uretra, ulkus genital, disfungsi ereksi
atau gangguan seksual lain, infertilitas, nyeri atau benjolan pada testis, gejala gangguan
berkemih, misalnya frekuensi.
Nilailah setiap gejala dengan mendetil. Gaya bertanya terbuka bisa membantu saat
menanyakan topic sensitive, misalnya, Sebagian pria pengidap diabetes merasakan kesulitan
untuk mencapai ereksi. Pernahkah anda mengalami masalah seperti itu? jika ada disfungsi
ereksi, cari tahu kapan masalah tersebut timbul, apakah pernah mencapai ereksi normal
(misalnya di pagi hari), dan menurut pasien apa masalahnya.
Tanyakan secara mendetil mengenai aliran urin (hesitansi, frekuensi, pancaran urin,
tetesan sehabis miksi, semprotan dan nokturia).
Riwayat

penyakit

dahulu.

Pernahkah

mengalami

masalah

genitorurinarius

sebelumnya? Tanyakan secara khusus mengenai Penyakit Menular Seksual (PMS). Adakah
riwayat ISK, hematuria, atau batu sebelumnya? Adakah riwayat penyakit kardiovaskular atau
neurologis? Pernahkah dilakukan pemeriksaan infertilitas? Adakah riwayat pennyakit testis
(misalnya torsi)?
Obat-obatan. Pertimbangkan obat yang mungkin menyebabkan disfungsi ereksi
(misalnya antihipertensi).
Riwayat alcohol dan merokok. Tanyakan pada pasien mengenai riwayat alcohol atau
merokok.
Riwayat keluarga dan sosial. Tanyakan aktivitas dan orientasi seksual. Adakah diantara
pasangannya yang memiliki masalah atau gejala PMS (Misalnya sekret vagina)? Alat kontrasepsi
apa yang pernah/sedang digunakan oleh pasien? kapan terakhir kali kontak seksual? apakah
pasien memiliki anak?
Penyelidikan fungsional. Adakah gejala penyakit ginjal, depresi? 1

Pemeriksaan Fisik
Pastikan pasien merasa nyaman, ada pendamping bila perlu, ada privasi, dan pasien
memahami sepenuhnya pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan. Ingat bahwa pasien biasanya
akan menjadi cemas atau malu dan pemeriksaan fisik yang dilakukan mungkin tidak nyaman dan
harus dilakukan perlahan.
Buka daerah genital agar terlihat seluruhnya. Inspeksi teliti pada penis, skrotum dan
daerah inguinal. Cari adanya benjolan, kutil, diskolorasi, sekret dan ruam. Lakukan inspeksi
meatus uretra dan tarik kulit luar untuk menampakkan glans.
Lakukan palpasi penis, vas deferens, epididimis, dan testis. Jika tampak adanya benjolan,
anda bisa memeriksanya dengan pencahayaan khusus untuk melihat adanya cairan. Lakukan
pemeriksaan hernia dengan meminta pasien untuk batuk.
Lakukan pemeriksaan colok dubur. Periksa anus untuk mencari kelainan. Periksa adanya
benjolan pada rektum dan lakukan palpasi kelenjar prostat. Adakah nyeri tekan? Apakah sulkus
medianus letaknya di tengah? Adakah pembesaran prostat? Bagaimana konsistensinya, apakah
keras, irregular, bergerigi, terfiksasi?
Periksa urin dengan dipstik dan mikroskopik untuk melihat adanya darah, protein, sel
darah putih, dan silinder urin.2

Gambar 1. Pemeriksaan Sistem Genitourinarius Pria.2

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahapan :
A. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan perwarnaan Gram akan ditemukan gonokok negatif-Gram,
intraselular dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis,
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum.
B. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan :
1. Media transpor
Contoh:
Media Stuart
Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan.
Media Transgrow
Media ini selektif dan nutritive untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis; dalam perjalanan
dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media
pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan
modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan
Proteus spp.3
2.

Media pertumbuhan
Contoh:

Mc Leods chocolate agar


Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman-kuman
yang lain juga dapat tumbuh.
Media Thayer Martin

Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman positif gram, kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri
negatif gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
Modified Thayer Martin agar
Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp.
C. Tes definitif
1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1%
ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah
lembayung.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa dan
sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin , akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.3
E. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu adalah pengobatan
setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam dua gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas ke II.
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100
ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra
anterior.
Tabel 1. Hasil pembacaan Tes Thomson. 3
6

Gelas I
Jernih
Keruh
Keruh
Jernih

Gelas II
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh

Arti
Tidak ada infeksi
Infeksi uretritis anterior
Panuretritis
Tidak mungkin

Diagnosis
Uretritis adalah suatu sindrom klinis berupa duh tubuh uretra dan disuria. Penyakit ini
merupakan sindrom PMS tersering pada pria. Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi,
namun iritan kimiawi, benda asing, dan sebagian kasus peradangan bisa menunjukkan gejala
serupa. Dua sindrom infeksi terbanyak pada pria adalah Uretritis gonokokus dan Uretritis
nongonokokus (NGU), terutama disebabkan oleh Chlamydia trachomatis tapi bisa juga oleh
Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma genitalium.4
Diagnosis ditegakkan melalui :
1. Anamnesa adanya coitus suspectus, fellatio, atau cunilingus
2. Gejala klinis
3. Pemeriksaan laboratorium yang positif.5
Working Diagnosis
Gonorea adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut, dan STI paling tua
yang pernah dilaporkan, sudah tersirat dalam laporan-laporan di Alkitab, literature Hindu, dan
papirus Mesir. Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorhoeae. 3,5,6
Differential Diagnosis
Non Gonoccocal Urethritis
a. Non-Spesifik Urethritis
Chlamydia trachomatis
Merupakan parasit intraobligat, menyerupai bakteri negatif-Gram, dan mempunyai tipe
serologik D-K. dalam perkembangannya Chlamidia trachomatis mengalami 2 fase :
Fase I = Fase noninfeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan pada genitalia maupun
pada konjungtiva. Pada saat ini kuman sifatnya intraseluler dan berada di dalam vakuol yang
letaknya melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi.

Fase II = Fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan elementer yang
dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang baru.
Menimbulkan gejala disuria + sekrit mukopurulen pada urethra. Pada pria dapat menjadi
epididimitis, prostatitis dan proctitis (homoseksual) 1-4 minggu setelah NGU.
Pada wanita dapat timbul cervicitis, salphingitis, endometritis (PID, yang menimbulkan
kerusakan tuba sehingga terjadi infertilitas, kehamilan ektopik) tapi bisa juga asimptomatik.

Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis


Ureaplasma urealyticum merupakan 25% sebagai penyebab U.N.S. (Uretritis Non
Spesifik) dan sering bersamaan dengan Chlamydia trachomatis.
Mycoplasma hominis sebagai penyebab U.N.S. masih diragukan, karena kuman ini
bersifat komensal yang dapat menjadi patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. Ureaplasma
urealyticum merupakan mikroorganisme paling kecil, Gram negatif dan sangat pleomorfik
karena tidak mempunyai dinding sel yang kaku.
Gejala Klinis :
Pada pria , gejala baru timbul setelah 1-3 minggu kontak seksual dan umumnya tidak
seberat Gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing,
dan keluarnya duh tubuh seropurulen. Dibandingkan dengan gonore, perjalanan penyakit
menjadi lebih lama karena ada masa inkubasi yang lebih lama dan ada kecenderungan kambuh
kembali. Pada beberapa keadaan tidak terlihat keluarnya cairan duh tubuh, sehingga menyulitkan
diagnosis. Dalam keadaan demikian sangat dibutuhkan pemeriksaan laboratorium.5
Pada wanita, infeksi lebih sering terjadi di serviks dibandingkan dengan di vagina,
kelenjar Bartholin, atau uretra sendiri. Sama seperti pada gonore, umumnya wanita tidak
menunjukkan gejala. Sebagian kecil dengan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering
kencing, nyeri di daerah pelvis dan disparenia.
Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda servisitis yang disertai adanya folikelfolikel keci yang mudah berdarah. 5
b. Spesifik Urethritis
Kandidosis

Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
Candida sp, sering ditemukan pada saluran genital wanita yang asimptomatik. Pemicu
perkembangannya menjadi kelainan klinis masih belum jelas. Faktor resiko untuk karier dan
infeksi kandida adalah kehamilan, diabetes, penggunaan steroid, dan antibiotic.
Trikomoniasis
Trichomonas Vaginalis, suatu protozoa berflagel, biasanya didapat dari kontak seksual
dan menyebabkan kerusakan sel epitel sehingga terjadi peradangan vagina dan vulva. 4
Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik.
Pada kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau,
berbau tidak enak, dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang
terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna
merah dan disertai gejala dispareuria, pendarahan pascakoitus dan pendarahan intermenstrual.
Bila sekret banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau disekitar genitalia
eksterna. Selain vaginitis juga dapat terjadi uretritis. Bartholitis, skenitis, dan sistitis yang pada
umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala akan lebih ringan dan sekret vagina
biasa tidak berbusa.
Pada laki-laki, yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium.
Bentuk akut gejalanya mirip uretritis nongonore,misalnya disuria, poliuria, dan sekret uretra
mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang ada benang-benang halus. Pada
bentuk kronik gejala nya tidak khas : gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari. 3

Tabel 2. Pembeda Kandida dan Trikomonas.4


Gejala
Tampilan duh

Fisiologis
Tidak ada
Sedikit

tubuh
pH
Bau amis +

<4,5
-

Kandida
Pruntus, iritasi
Sedikit, putih,

Trikomonas
Banyak, iritasi
Banyak, hijau /

kental

abu-abu. Kadang

<4,5
-

bau busuk
>5,0
-

KOH
9

Pemeriksaan

Normal

Peradangan vulva

Peradangan vulva

fisis
Mikroskopi

Sel epitel normal

jelas
Leukosit

Leukosit

Batang Gram +

80% ditemukan

Trikomonas 70-

(laktobasilus)
-

miselium
Perlu bila

80%
Bermanfaat bila

mikroskopi

mikroskopi

negatif
Gol. Azol topical

negatif
Metroridazol

Kultur

Terapi

atau sistemik
Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh ahli dermatologi Polandia, Albert
Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam
grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat
patogen serta N.catarrhalis dan N.pharyngis ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.3,6
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 dan
panjang 1,6 , bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan perwarnaan Gram bersifat
Gram-negatif , terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39oC, dan tidak tahan cat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.3
Patofisiologi
Bakteri ini melekat dan menghancurkan membran sel epitel yang melapisi selaput lendir,
terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring,
anus, dan rektum dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular, harus terjadi
kontak langsung mukosa-ke-mukosa. Tidak semua orang yang terpajan ke gonorea akan
terjangkit penyakit, dan resiko penularan dari laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada
10

penularan perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan
dan eksudat yang berdiam lama di vagina.
Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula seminalis,
epididimis, dan testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar Skene, kelenjar Bartholin,
endometrium, tuba fallopi, dan rongga peritoneum, menyebabkan PID pada perempuan.
PID adalah penyebab utama infertilitas pada perempuan. Infeksi gonokokus dapat
menyebar melalui aliran darah, menimbulkan bakteremia gonokokus. Bakteremia dapat terjadi
pada laki-laki maupun pada perempuan, tetapi apabila dibandingkan, lebih sering terjadi pada
perempuan.
Perempuan beresiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid.
Penularan perinatal kepada bayi saat lahir, melalui os serviks yang terinfeksi, dapat
menyebabkan konjungtivitis dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak diketahui dan
diobati.
Respons peradangan yang cepat disertai destruksi sel menyebabkan keluarnya sekret
purulen kuning-kehijauan khas dari uretra pada pria dan dari ostium serviks pada perempuan. 6
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul sedini 2 hari setelah pajanan dan mulai
dengan uretritis, diikuti oleh sekret purulen, disuria, dan sering berkemih serta malase. Walaupun
sebagian besar laki-laki memperlihatkan gejala, namun sampai 10% tidak, tetapi mereka tetap
dapat menularkan penyakitnya. 6
Karena masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadangkadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi
dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh
penderita. Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimptomatik.3,5
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan
anatomi dan faal genitalia.
Pada pria, yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar
ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan diseminata. Keluhan
subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum,

11

kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang
disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan
ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
Pada wanita, gambaran klinis dan perjalanan penyakit berbeda dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik
penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah
didapati kelainan obyektif. Namun gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan
sekret vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh dengan
drainase mukopurulen dari ostium.
Infeksi N.gonorrhoeae tidak atau sedikit menimbulkan gejala pada 25-50% perempuan.
Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran
infeksi dan berisiko mengalami penyulit. Apabila tidak diobati, maka tanda-tanda infeksi meluas
biasanya mulai timbul 10-14 hari.3,6
Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita
ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan Keluarga Berencana.
Disamping itu, wanita mengalami tiga masa perkembangan :
1. Masa prapubertas : epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis), sehingga
dapat terjadi vaginitis gonore.
2. Masa reproduktif : lapisan selaput lender vagina menjadi matang, dan tebal dengan banyak
glikogen dan basil Dderlein juga berkurang, sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini
tidak menguntungkan untuk tumbuhnya kuman gonokok.
3. Masa menopause : selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan basil
Dderlein juga berkurang, sehingga suasana asam menjadi berkurang dan suasana ini
menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis gonore.
Gejala utama uretritis adalah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan,
orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada secret mukopurulen. 3
Infeksi yang menyebar ke endometrium dan tuba fallopi menyebabkan pendarahan
abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen, dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak
diobati.6

12

Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genitor-genital, pada pria dan
wanita dapat berupa orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis.

Infeksi gonokokus di faring

sering asimptomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen,
demam, dan limfadenopati leher.
Infeksi gonokokus di perianus dan rektum mungkin asimptomatik, menimbulkan rasa
tidak nyaman dan gatal ringan, atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus, serta sekret
mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum. 6
Epidemiologi
Angka gonorea di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di Negara-negara industri
lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 8 kali daripada Kanada.
Setelah infeksi oleh N.gonorrhoeae tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat
berjangkit lebih dari satu kali.
Angka gonorea di Amerika Serikat terus memperlihatkan penurunan sejak pertengahan
tahun 1970an sampai 1997, kemudian terjadi peningkatan 9% antara tahun 1997 dan 1999.
Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada perempuan
berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan pada laki-laki yang berhubungan seks
dengan sesama jenis. 6
Di Inggris, NGU jauh lebih sering terjadi daripada gonore, dengan angka kejadian yang
stabil selama lebih dari 30 tahun. 4
Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan uretritis gonore, sebelumnya kita harus memperhatikan fasilitas
laboratorium yang ada untuk menemukan penyebabnya. Begitu juga dalam hal penatalaksanaan
duh tubuh uretra, prinsipnya pertama kali ditujukan untuk uretritis gonore dan bila kemudian
ternyata ditemukan uretritis nongonore, maka pengobatannya baru dilaksanakan setelah infeksi
gonorenya teratasi. Oleh karena itu pada praktisnya perlu dibedakan antara ada atau tidaknya
fasilitas pemeriksaan mikroskopis.
Pada Gonore tanpa komplikasi :
a. Ciprofloxacin 500 mg oral single dose
13

b. Ofloxacine 400 mg oral single dose


c. Cefixime 400 mg oral single dose
d. Ceftiraxone 125 mg im single dose
Bila dicurigai adanya infeksi campuran dengan klamidia dapat ditambahkan :
e. Erytromisin 4x500mg oral selama 7 hari.
f. Doxycycline 2x100 mg/hari oral selama 7 hari.5
Pada Gonore dengan komplikasi sistemik :
a. Meningitidis dan endocarditis
Ceftriaxone 1-2 g iv setiap 12 jam, untuk meningitides dilanjutkan 10-14 hari dan untuk
b.

endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu.


Artritis, tenosynovitis dan dermatitis
Ciprofloksasin 500 mg iv setiap 12 jam
Ofloxacine 400 mg setiap 12 jam
Cefotaxime 1 g iv setiap 8 jam
Ceftriaxone 1 g im/iv setiap 24 jam

Gonore pada wanita hamil :


a. Ceftriaxone 250 ml im single dose
b. Amoksisilin 3 g + probenesid 1 g.5
Komplikasi
Pada pria :
1. Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada
penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis
dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri
tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
2. Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi
pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
3. Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila
salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Di diagnosis dengan uteroskopi.
14

4. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada kelenjar
Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum
disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses
akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rectum dan mengakibatkan proktitis.3
5. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi
retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan
didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk ke uretra
posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis.
Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang
menetap. Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu
lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada
penekanan.
6. Vesikulitis
Vesikulitis adalah radang akut yang mengenal vesikula seminalis dan duktus ejakulatoris,
dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai
gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi
atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah.
Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan
keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar
prostat yang membesar.
7. Vas deferentitis atau funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
8. Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiap epididimitis biasanya disertai
deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra
posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri. Faktor yang
mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irrigator
15

terlalu panas atau terlalu pekat. Instrumentasi yang kasar, pengurutan prostat yang berlebihan,
atau aktivitas seksual dan jasmani yang berlebihan.
Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga
menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua
epididimis dapat mengakibatkan sterilitas.
9. Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Trigonitis
menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.3
Pada wanita :
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopurulen
dan mengandung banyak gonokok mengalir ke lur dan menyerang uretra, duktus parauretra,
kelenjar Bartholin, rektum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur.
1. Parauretritis / Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
2. Servisitis
Dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah.
Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh tubuh akan
terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.
3. Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar
Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk.
Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit.
Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.
4. Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi :
Masa puerperium (nifas)
Dilatasi setelah kuretase
Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).

16

Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopi sampai pada daerah salping dan
ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat
menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan
berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina,
disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.
Harus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang menimbulkan gejala
hampir sama, misalnya : kehamilan di luar kandungan, apendisitis akut, abortus septic,
endometriosis, ileitis regional, dan diverticulitis. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pungsi kavum Douglas dan dilanjutkan kultur atau dengan laparoskopi mikroorganisme. 3
5. Proktitis
Proktitis pada wanita dan pria pada umumnya asimptomatik. Pada wanita dapat terjadi
karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal seperti pada
pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar pada
daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, edematosa, dan tertutup pus
mukopurulen.
6. Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsillitis gonore lebih
sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laryngitis. Keluhan sering bersifat asimptomatik. Bila
ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan kuman lain. Pada
pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang.
7. Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis
gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan
atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat
mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis sampai
timbul kebutaan.
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Komplikasi
diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artitis (terutama monoartritis), miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis, dermatitis.

Bakteremia akibat infeksi gonokokus

17

diseminata jarang dijumpai. Gejala dan tanda adalah berupa lesi kulit popular dan pustular di
tangan dan kaki, poliartritis, dan peradangan tendon tangan dan kaki yang nyeri. 3
Prognosis
Dengan

pengobatan antibiotik, infeksi gonore

95 - 99% pada penderita bisa

disembuhkan.7
Pencegahan
Kondisi yang terkait dengan infeksi menular seksual adalah pentingnya edukasi dan
penyuluhan kepada pasien. Edukasi kepada pasien dapat diberikan dengan menjelaskan hal hal
tentang bahaya IMS termasuk komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan,
cara penularan IMS dan perlunya pengobatan untuk seksual tetapnya. Hindari hubungan seksual
sebelum sembuh, bila tidak dihindarkan lagi, pakai kondom tiap kali berhubungan seks. Dan
hindari IMS di massa yang akan datang, dengan cara : tidak berganti ganti pasangan seksual.7

Kesimpulan
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara infeksi
menular seksual lainnya. Penyebab gonore adalah gonokok, gonokok termasuk golongan
diplokok, bersifat Gram negatif, terlihat diluar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara
bebas. Cepat mati dalam keadaaan kering, tidak tahan suhu 390C, dan tidak tahan zat desinfektan.
Masa tunas gonore sangat singkat pada pria umumnya berkisar antara 2-5 hari dan pada wanita
masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya asimptomatik. Manifestasi klinis
biasanya menimbulkan uretritis dan tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan laboratorium adanya uretritis, serta
ditemukannya kuman penyebab. Namun prognosis Gonore baik apabila minum antibiotic secara
teratur. Selain itu pentingnya edukasi dan penyuluhan kepada pasien sangat berguna untuk
menghindari bahaya IMS dan komplikasinya

Daftar Pustaka
18

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sistem genitourinarius pria. Jakarta;Erlangga
Medical Series;2005.h.30-31.
2. McGlynn B. Adams diagnosis fisik. Ed.17. Jakarta;EGC;2005.h.300-5.
3. Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Effendi EH, et al. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Ed.6. Jakarta;FKUI;2011.h.369-73.
4. Davey P. At a glance medicine .Duh tubuh vagina dan uretritis. Jakarta;Erlangga Medical
Series;2005.h.74-5.
5. Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I, Suyoso S. Penyakit kulit dan kelamin. Gonoroe.
Ed.2.Surabaya;AUP;2011.h. 226-8.

6. Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Ed.6; Vol.2;
Jakarta;EGC;2012.h.1336-7.
7. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Buku saku dokter keluarga. Ed.3. Jakarta;EGC;2006.h.522.

19

Anda mungkin juga menyukai