Materi Penatalaksanaan Hipertensi
Materi Penatalaksanaan Hipertensi
1.
DIET HIPERTENSI
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan
dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk
menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak
kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain
yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
3. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis
makanan dalam daftar diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam
hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu
sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi
garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain
diluar natrium.
A. MENGATUR MENU MAKANAN
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah
serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau
infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik
dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buahbuahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR BAHAN PANGAN :
1. Serelia, dan umbi-umbian serta hasil olahannya: beras, jagung, sorgum, cantle, jail,
sagu, ubi, singkong, kentang, talas, mie, roti, bihun, oat.
2. Sayuran: Sayur daun: kangkung, bayam, pucuk labu, sawi, katuk, daun singkong,
daun pepaya, daun kacang, daun mengkudu, dan sebagainya. Sayur buah: kacang
panjang, labu, mentimun, kecipir, tomat, nangka muda, dan sebagainya. Sayur akar:
wortel, lobak, bit, dan sebagainya.
3. Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas, alpukat, belimbing, salak, mengkudu,
semangka, melon, sawo, mangga.
4. Kacang-kacangan dan hasil olahnya (tempe, tahu) serta polong-polongan.
5. Unggas, ikan, putih telur.
6. Daging merah, kuning telur.
7. Minyak, santan, lemak (gajih), jeroan, margarine, susu dan produknya.
8. Gula, garam.
STOP : KONSUMSI DAGING KAMBING DAN DURIAN
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa
tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan
bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat
ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat
dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu
menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh
per hari. Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 175 mEq/hari) dapat
memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium
juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada
umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250
mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg
kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting untuk
mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram
keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan
kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang
dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada ibu
hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin (pre
eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur
serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-buahan). Contoh menu pada
seorang penderita hipertensi laki-laki umur 55 tahun, TB = 175 cm, BB = 80 kg, Tekanan
darah = 160/100 mHg dengan aktivitas ringan.
IMT = -------------- = 26,13 (gemuk) 1,75 x 1,75
BB ideal = (175-100) 10% (175-100) = 67,5 kg Penurunan BB menjadi 75 kg masih
dalam batas > 10%. Jadi kebutuhan energi dari laki-laki tersebut diatas adalah : BMR =
(11,6 x 75) + 879 = 870+ 879 = 1749
AKG = 1,56 x 1749 = 2728 Kkal.
Karena kegemukan, sehingga total kalori diturunkan menjadi 2500 Kkal. Kebutuhan
karbohidrat : 65% x 2500 = 1625 kkal = 406,25 gram (60-65%) Kebutuhan protein : 20%
x 2500 = 500 kkal = 100 gram (15-25%) Kebutuhan lemak : 15% x 2500 = 375 kkal =
41,66 gram (10-15%)
B. SUPLEMENTASI ANTI OKSIDAN
Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut,
namun saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Sebagai tenaga medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar
tidak terjadi overdosis.
1. Vitamin dan penurunan homosistein :Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan
riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang essential untuk metabolisme homosis tein.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein dalam darah
akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah
berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang rendah
juga
berkaitan
dengan
peningkatan
risiko
aterosklerosis,
walaupun
risiko
menyimpulkan
menurunkan
kadar
bahwa
isoflavon
kolesterol
total,
dari
protein
kolesterol
LDL
kedelai
dan
lebih
bermakna
trigliserida,
tanpa
C. TERAPI PENUNJANG
Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi,
diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi,
terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting. Pengertian juga diberikan
kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta
mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
D. GARAM NATRIUM
Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau
ditambahkan pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari
hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari
tumbuhtumbuhan. Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya
berupa ikatan, yaitu :
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan
daging seperti Corned beef
Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain :
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur
margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair
dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan
memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan
buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali.
2.
Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi
dengan baik. Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan tidur sehingga
jarang mencari pertolongan. Pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang
meninggal karena tidak tidur adalah tidak benar. Beberapa gangguan tidur dapat
mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan
fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya kecelakaan akibat
gangguan tidur. Di Amerika Serikat, biaya kecelakaan yang berhubungan dengan
gangguan tidur per tahun sekitar seratus juta dolar. Prevalensi gangguan tidur pada
lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan
kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.
Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis,
atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya
kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur dapat
meningkatkan biaya penyakit secara keseluruhan. Gangguan tidur juga dikenal sebagai
penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur
pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori,
mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan
penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi
pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila
dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari.
Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat kelompok
yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain, gangguan
tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh zat. Gangguan
tidur-bangun dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya pada proses
penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini, riwayat obat yang
digunakan, laporan pasangan, catatan tidur, serta polisomnogram malam hari perlu
dievaluasi pada lansia yang mengeluh gangguan tidur. Keluhan gangguan tidur yang
sering diutarakan oleh lansia yaitu insomnia, gangguan ritme tidur,dan apnea tidur.
Pola tidur yang dimiliki setiap orang seperti halnya jam dimana tubuh individu dapat
memahami kapan waktunya untuk tertidur dan kapan waktunya untuk bangun. Waktu
tidur diatur oleh jam biologis/irama sirkadian yang terletak di kedalaman otak. Ketika
jam biologis menentukan waktu tidur, ini akan bekerja dengan fungsi tubuh lainnya
untuk membantu menyiapkan individu untuk tertidur di malam hari, dan berhentinya
berbagai fungsi tubuh yang berkaitan dengan waktu terjaga/bangun. Hal ini juga terjadi
kebalikannya ketika individu terbangun. Setiap orang memiliki siklus bangun tidur yang
sudah biasa dilakukan, ini
tertidur. Waktu tersebut dapat didukung oleh cahaya lampu atau matahari di siang hari,
kebiasaan waktu makan dan aktivitas yang dilakukan seperti biasanya dalam waktu
tertentu setiap harinya. Seseorang yang memiliki pola tidur- bangun yang teratur lebih
menunjukkan tidur yang berkualitas dan performa yang lebih baik daripada orang yang
memiliki pola tidur-bangun
2007). Pola tidur-bangun yang berubah-ubah dan apabila individu belum beradaptasi
dengan perubahan tersebut maka akan mengakibatkan gangguan pola tidur. Carpenito
(2002) mendefinisikan gangguan pola tidur sebagai kondisi ketika individu mengalami
atau beresiko mengalami perubahan pada kualitas dan kuantitas pola istirahat yang
menimbulkan ketidaknyaman atau menganggu gaya hidup yang diinginkan. Kualitas
dan kuantitas tidur dipengaruhi beberapa faktor, seperti penyakit, lingkungan,
gaya
penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan kortisol pada lansia.
Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur dalam. Sekresi melatonin juga
berkurang. Melatonin berfungsi mengontrol sirkadian tidur. Sekresinya terutama pada
malam hari. Apabila terpajan dengan cahaya terang, sekresi melatonin akan
berkurang.
3.
OLAHRAGA
Pengobatan pada hipertensi dapat dilakukan secara nonfarmakologi yaitu latihan
olahraga, karena pelaksanaanya mudah ,murah, meriah, manfaat dan aman. Banyak
bentuk olahraga yang dapat ditempuh oleh para pasien hipertensi, mulai dari jalan kaki,
jogging, senam, dan lainnya yang dilakukan secara sukarela dan sesuai dengan
peminatnya terhadap macam olahraga.
1. Olahraga Untuk Penderita Hipertensi
Penderita hipertensi atau mereka yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi
dapat mengikuti program olahraga atau latihan yang sesuai dengan kondisi
penyakitnya. Seseorang mungkin saja hanya memiliki penyakit hipertensi atau
dengan disertai penyakit lainnya.
Untuk penderita hipertensi yang harus diperhatikan adalah tingginya tekanan
darah. Semakin tinggi tekanan darah semakin keras kerja jantung, karena untuk
mengalirkan darah saat jantung memompa berarti jantung harus mengeluarkan
tenaga sesuai dengan tingginya tekanan itu. Bila jantung tidak mampu memompa
dengan tekanan setinggi itu, berarti jantung akan gagal memompa darah. Bagi
penderita hipertensi faktor tekanan darah memiliki peranan penting dalam
menentukan boleh tidaknya berolahraga, takaran dan jenis olahraga yang akan
dilakukan. Jika dalam keadaan istirahat atau diam seseorang yang tekanan
darahnya sudah mencapai 200/120 mmHg, maka harus membatasi aktivitas
olahraga.
Beberapa hal yang dapat dijadikan acuan yang harus dipenuhi sebelum
memutuskan untuk berolahraga diantaranya adalah :
a.
b.
Sebelum
melakukan
olahraga,
sebaiknya
anda
mendapatkan
informasi
d.
e.
f.
g.
Salah satu hasil dari olahraga pada penderita hipertensi adalah terjadi
penurunan tekanan darah, sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat
hipertensi. Bagi penderita hipertensi ringan (tensi 160/95 mmHg tanpa obat),
maka olahraga disertai pengaturan makan (mengurangi konsumsi garam) dan
penurunan berat badan (bagi yang berlebih) dapat menurunkan tekanan darah
sampai tingkat normal (140/80 mmHg).
e. Pembuluh darah setelah operasi atau setelah pelebaran dengan balon tetap
terbuka.
f. Mencegah timbulnya penggumpalan darah.
g. Enzim bekerja lebih efisien.
h. Kemampuan tubuh atau kesegaran jasmani akan meningkat.
4. OBAT
5. POSYANDU LANSIA
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta
masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka. posyandu
lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat
dan
untuk
masyarakat
yang
mempunyai
nilai
strategis
untuk
diagnosa dini secara tepat dan memadai melaksanakan pengobatan secara tepat
membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual sebagai sarana untuk
menyalurkan
minat
lansia
meningkatkan
rasa
kebersamaan
diantara
lansia
c.
6) Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
7) Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
b) Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi kegiatan
peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama). Peningkatan ketakwaan berupa
pengajian rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini memberikan kesempatan mewujudkan
keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa
c) Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :
1) Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia
Kegiatan
pelayanan
kesehatan
dengan
cara
membentuk
suatu
pertemuan yang diadakan disuatu tempat tertentu atau cara tertentu misalnya
pengajian rutin, arisan pertemuan rutin, mencoba memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat sederhana dan dini. Sederhana karena kita menciptakan
sistem pelayanan yang diperkirakan bisa dilaksanakan diposyandu lansia dengan
kader yang juga direkrut dari kelompok pra usia lanjut. Bersifat dini karena
pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan rutin tiap bulan dan diperuntukkan
bagi seluruh lanjut usia baik yang merasa sehat maupun yang merasa adanya
gangguan kesehatan. Selain itu aspek preventif mendapatkan porsi penekanan
dalam pelayanan kesehatan ini.
2) Penyuluhan gizi
3) Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
4) Olah raga
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh
baik terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik
dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan,
salah satunya adalah olah raga. Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam
kegiatan posyandu lansia adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan, jogging atau
berlari-lari, berenang, bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan tenis
lapangan
5) Rekreasi
d) Peningkatan ketrampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang sangat
diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa mendatangkan rasa gembira
tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang
kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau usia lanjut yang selalu
berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.
Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
1) Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
2) Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
3) Latihan kesenian bagi lansia
e) Upaya pencegahan/prevention
Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada :
1) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada lanjut usia yang
sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit
2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan kepada penderita
tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal
penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan
3) Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan kepada penderita
penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan gejala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Nurmiati. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto
Mangunkusumo, Jakarta
Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis, Maria C. Linder, Ph.D,
Department of Chemistry, Fullertor, diterjemahkan oleh Aminudin Parakkasi; Penerbit
UI Press, 1992
Makanan Formula Untuk Mengatasi Masalah Kurang Energi Protein (KEP), Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, Jakarta, 1994
Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Depkes RI; Jakarta, 1995
Pedoman Makan Untuk Kesehatan Jantung Indonesia, PERKI Pusat dan Yayasan
Jantung Indonesia; Jakarta, 2002
Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II, Mary Courtney Moore, diterjemahkan oleh Dr.
Liniyanti D. Oswari M. N. S. MSc; Hipokrates Tahun I, 1992
Penuntun Diet, Bagian Gizi RSCM dan PERSAGI; Jakarta, 1996
Dustan HP. 1980. Hypertension In : Heart Book. USA : American Heart Association
Kalim H, Santoso K, dan Sunarya S. 1996. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia dalam
Penanggulangan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Persatuan Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia.
Kusmana, Dede. 1997. Olahraga Bagi Kesehatan Jantung. Jakarta : FK UI.