DINAMIKA PSIKOLOGI
PENDERITA DIABETES MELLITUS
Tri Rahayuningsih
Rina Mulyati
INTISARI
Penelitian ini betujuan untuk mengeksplorasi perilaku penderita Diabetes
Mellitus dan mencari gejala psikologis yang muncul. Oleh karena Diabetes
Mellitus termasuk penyakit yang belum dapat disembuhkan secara total, maka
yang mungkin dilakukan adalah dengan mengontrol glukosa darah agar
penderitanya dapat mempertahankan kualitas hidupnya (Sustrani dkk, 2004).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, berupa studi kasus yaitu suatu
pendekatan untuk mempelajari, menerangkan dan menginterpretasi pengalaman
responden yang menderita penyakit Diabetes Mellitus, khususnya yang berkaitan
dengan faktor responden untuk kembali sehat. Responden dalam penelitian ini
adalah dua orang penderita Diabetes Mellitus yaitu laki-laki dan wanita, dengan
karakteristik yaitu terjadi guncangan psiklogis ketika pertama kali didiagnosa
menderita Diabetes Mellitus dan menghadapi masalah setelah menderita Diabetes
Mellitus. Pedoman wawancara yang digunakan adalah berdasar fokus penelitian.
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
deskripsi data penelitian yang didapat dari tema-tema verbatim untuk melihat cara
responden dalam menjalani hidup sebagai penderita Diabetes Mellitus. Dinamika
psikologi penderita Diabetes Mellitus terjadi melalui proses responden yaitu
ketika dihadapkan pada situasi sebagai penderita Diabetes Mellitus hingga
responden berusaha sehat kembali. Proses itu meliputi adanya reaksi ketika
responden mengetahui dirinya menderita penyakit Diabetes Mellitus, dan
terjadinya perubahan dalam diri dan kehidupan responden. Kemudian perilaku
responden untuk kembali sehat adalah demi memenuhi makna dalam hidupnya,
yaitu agar tetap berguna, sehingga timbul perasaan berharga dan keinginan untuk
berkumpul dengan keluarga, juga karena adanya dukungan sosial.
DINAMIKA PSIKOLOGI
PENDERITA DIABETES MELLITUS
Pengantar
Diabetes merupakan gangguan metabolisme yaitu pendistribusian gula oleh
tubuh. Penderita Diabetes Mellitus tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga
terjadilah kelebihan gula di dalam darah (Al-Isawi, 2005). Beberapa orang
berpendapat bahwa Diabetes Mellitus adalah penyakit tanpa harapan (Johnson,
2005). Mereka percaya bahwa apapun yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan
oleh penderita Diabetes Mellitus, hidupnya tetap akan rusak seluruhnya dan
selamanya. Orang lain berpendapat yang sama sekali bertentangan. Mereka
berpikir bahwa Diabetes Mellitus adalah masalah sederhana, yang perlu dilakukan
penderita Diabetes Mellitus ialah memakan beberapa pil atau suntikan insulin
setiap hari, hindarkan makanan yang manis-manis, lalu hiduplah seperti biasa.
Diabetes Mellitus termasuk penyakit yang belum dapat disembuhkan secara
total, maka yang mungkin dilakukan adalah dengan mengontrol glukosa darah
agar penderitanya dapat mempertahankan kualitas hidupnya (Sustrani dkk, 2004).
Menurut Sustrani dkk (2004), kuncinya adalah pengaturan makanan dengan diet,
olah raga, dan menghindari stres. Penyakit Diabetes Mellitus yang akan diderita
seumur hidup ini menuntut perubahan pola hidup yang baru dan seorang diabetisi
tentunya harus mampu menyesuaikan dirinya untuk menjalani perubahan seumur
hidup tersebut.
Manusia secara umum akan berusaha mengobati sakit yang diderita dengan
berbagai cara. Perilaku health seeking ini dilakukan dengan tujuan untuk
meredakan ataupun untuk mengobati penyakit (Chusairi, 2004). Dalam sistem
tubuh yang rusak karena penyakit, keharmonisan pemikiran yang dimiliki
seseorang juga akan rusak karena berbagai faktor yang berbeda-beda (Lari, 1993)
Oleh karena Diabetes Mellitus dianggap penyakit seumur hidup, maka individu
cenderung stres karena harus menyesuaikan pola hidup yang baru (Badaria &
Astuti, 2004).
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan
dengan Diabetes Mellitus, diantaranya yaitu penelitian dengan judul:
1. Badaria, H., & Astuti, Y.D. 2004. Religiusitas dan Penerimaan Diri pada
Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Psikologika No. 17 tahun IX Januari 2004.
2. Pratiwi, A.S. 2004. Hubungan antara kecenderungan Kepribadian Introvert
dengan Tingkat Depresi pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II. Skripsi
(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam
Indonesia.
3. Tuomilehto, J., Lindstrom, J., Eriksson, J.G., Valle, T.T. 2001. Prevention of
Type 2 Diabetes Mellitus by Changes in Lifestyle among Subjects with
Impaired Glucose Tolerance. The New England Journal of Medicine No. 18
Vol. 344, May 3, 2001.
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa seorang diabetisi akan berusaha
mengupayakan segala cara untuk meminimalisir segala kemungkinan masalah dan
komplikasi lainnya yang ditimbulkan penyakit Diabetes Mellitus untuk
Metode Penelitian
Penelitian ini mengambil dua orang responden sesuai dengan kriteria subjek
penelitian yang telah ditentukan, yaitu timbul guncangan psikologis ketika
pertama kali dirinya tahu menderita Diabetes Mellitus serta mengalami masalah
setelah menderita Diabetes Mellitus, yang berkaitan dengan penyesuaian diri
terhadap perubahan hidup. Prosedur pengumpulan datanya yaitu melalui observasi
dan wawancara. Peneliti mempersiapkan alat ukur untuk merekam hasil
wawancara dan observasi yang akan dijadikan data penelitian berupa tape
recorder, alat tulis dan kertas.
Peneliti juga membuat pedoman pertanyaan agar proses wawancara menjadi
terstruktur dan untuk membatasi agar tetap membahas fokus penelitian ini, yaitu
antara lain:
1. Situasi awal saat menderita Diabetes Mellitus
a. Apa penyebab responden menderita Diabetes Mellitus?
b. Bagaimana reaksi responden ketika mengetahuinya?
2. Perubahan hidup yang terjadi setelah menderita Diabetes Mellitus
a. Apa saja keluhan dan masalah yang timbul pada diri responden?
b. Bagaimana cara responden mengatasinya?
3. Pola perilaku dari penderita Diabetes Mellitus
a. Apa saja faktor yang mempengaruhi responden untuk kembali sehat ?
b. Apa yang dilakukan responden untuk meningkatkan kualitas hidupnya?
c. Bagaimana hubungan responden dengan lingkungan sekitarnya?
d. Apa saja bentuk dukungan yang diberikan kepada responden?
Data yang diperoleh ditranskrip ke dalam bentuk transliter wawancara
(verbatim) dan sebagai catatan lapangan. Selanjutnya data direduksi dengan
membuat koding dan kategori. Kategorisasi akan mempermudah pendeskripsian
data yang diperoleh untuk disajikan melalui teks naratif dan secara verbal.
Terakhir, peneliti menyimpulkan dengan membuat penarikan dan verifikasi,
sehingga hasil penelitian dapat terkonstruksi.
Hasil Penelitian
Kedua responden dalam penelitian ini menderita Diabetes Mellitus pada usia
yang terbilang masih muda, dikarenakan pola makan. R1 dan R2 yang sama-sama
tidak dapat menghindari makanan berpotensi menimbun gula di dalam tubuh. Saat
divonis menderita Diabetes Mellitus, kedua responden menunjukkan reaksi kaget,
cemas, dan stres. Kemudian terjadi perubahan yang dialami tubuh dan
menyebabkan masalah dalam beraktifitas, yaitu kedua responden sering mengeluh
sakit dan mudah lelah, sehingga membuat aktifitas mereka menjadi terbatas.
Kedua responden merasa telah memenuhi hasrat mereka, yaitu cita-cita dan
keinginan dari dalam diri responden, apabila mereka telah berhasil menjalankan
kegiatan yang mereka senangi. Kedua responden juga menjalankan kegiatan
mereka sebagai bentuk dari tanggung jawab untuk mencapai tujuan mereka,
sehingga kedua responden tersebut tetap bekerja seperti biasanya walau dengan
keterbatasan pada fisik yang tidak kuat. Masih adanya keinginan dari dalam diri
responden yang demikian menjadi faktor yang memotivasi responden untuk
sembuh.
Dengan adanya dukungan dari lingkungan, membuat kedua responden tetap
semangat dalam menjalankan aktifitasnya. Oleh karena itu, kedua responden
mampu menjalankan penyesuaian terhadap pola hidup yang baru. Gula darah
mereka pun berangsur stabil dan kedua responden bisa merasakan kepuasan dalam
hidup mereka, walaupun sebagai penderita Diabetes Mellitus.
Pembahasan
Peneliti menemukan gejala psikologis yang muncul pada penderita Diabetes
Mellitus, yaitu kebermaknaan hidup dan dukungan sosial, sebagai fator protektif
dari penderita Diabetes Mellitus untuk kembali sehat. Keinginan untuk hidup
bermakna merupakan motivasi utama pada manusia yang mendorong setiap orang
untuk melakukan berbagai kegiatan (Bastaman, 2007) untuk menemukan makna
hidupnya dalam situasi apapun yang akan menuntun manusia dalam meraih hidup
yang bermakna karena manusia dalam batas-batas tertentu memiliki kemampuan
dan kebebasan yang disertai rasa tanggung jawab (Bastaman, 1998) untuk
Kesimpulan
Berikut adalah cara penderita Diabetes Mellitus dalam menjadikan hidupnya
lebih berkualitas:
1. Responden Pertama: R1 (laki-laki)
R1 masih ingin dirinya menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Hal ini
yang memotivasi R1 untuk berusaha sembuh. Usaha yang dilakukan yaitu dengan
meminum obat secara rutin dan mengatur pola makannya. Baginya, mengajar
mahasiswa dan memberi nafkah kepada keluarga adalah hal yang dapat
membuatnya bahagia dan merasa tetap berharga karena berarti ia telah memenuhi
tanggung jawabnya.
R2 juga dapat mengambil hikmah dari penyakit Diabetes Mellitus yang ia derita.
Menurutnya, ia menjadi lebih sehat dengan pola hidup yang baru.
R2 tahu bahwa penyakit Diabetes Mellitus akan dideritanya seumur hidup, dan
ia pasrah kepada Allah soal umur. R2 berharap ia dapat melihat anak-anaknya
sampai sukses dan untuk itu R2 memperbanyak amal ibadahnya.
Saran
Penderita Diabetes Mellitus
Penderia Diabetes Mellitus sebaiknya tetap menumbuhkan harapan dan
keinginan, yang bisa dijadikan motivasi untuk kembali sehat dan juga agar dapat
mengambil hikmah dari penyakit yang diderita.
Peneliti lain
Agar penelitian terhadap penderita Diabetes Mellitus dengan desain kualitatif
ini diperluas, karena masih banyak variabel lain selain perilaku dan kondisi
psikologis dari penderita Diabetes Mellitus yang perlu diteliti, sehingga dapat
ditemukan cara-cara tepat untuk menjadikan penderita Diabetes Mellitus hidup
sehat dan bahagia bersama penyakitnya dari sudut pandang psikologi.