CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x
x
100 =10
427
100x = 4270
X = 42,7 ???
Secara ilmiah, kriteria penetapan terjadinya KLB adalah terjadinya salah satu dari
hal dibawah ini :
1. Terjadi peningkatan jumlah kasus sebanyak dua kali atau lebih dibandingkan
periode waktu yang sama sebelumnya
2. Ada kasus penyakit menular di suatu daerah, yang tadinya di daerah itu tidak
pernah ada kasus penyakit itu sebelumnya
3. Peningkatan kejadian penyakit secara terus menerus selama 3 kurun waktu berturut2
4. Terjadi peningkatan jumlah kematian secara berarti
Penetapan KLB dapat dilakukan oleh Kepala Daerah setempat. Harus pula
ditentukan KLB dalam aspek tempat, waktu dan orang nya, supaya program
penanggulangannya berjalan baik.
Sementara itu, perbedaan wabah dengan KLB adalah bahwa Wabah haruslah
mencakup 4 hal :
1. Jumlah kasus yang besar
2. Daerah yang luas
3. Waktu yang lama
4. Dampak yang berat
Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
2.
3.
4.
5.
6.
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7.
2.
3.
4.
5.
6.
Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika
diperlukan)
7.
8.
9.
10.
Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan
kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
(CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al.,
1986; Goodman et al., 1990 dalam Maulani, 2010)
Penetapan KLB
4.
Deskripsi KLB
Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.
puncak. Jarak antara puncak sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata
rata penyakit tersebut.
3)
Tipe kurva epidemik campuran antara common source danpropagated.
Tipe kurva ini terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan
suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke
orang (kasus sekunder).
b.
c.
Penanggulangan sementara
Sebagai contoh adanya kasus Hepatitis A di rumah sakit, segera dapat dilakukan
penanggulangannya yaitu memberikan imunisasi pada penderita yang diduga
kontak, sehingga penyelidikan hanya dilakukan untuk mencari orang yang kontak
dengan penderita (MMWR, 1985 dalam Maulani, 2010).
b.
Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat
dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih diperlukan
penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan cara penularannya.
Sebagai contoh: KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan telah
diketahui etiologinya (Salmonella). Walaupun demikian cara penanggulangan tidap
segera ditetapkan sebelum hasil penyelidikan mengenai sumber dan cara penularan
ditemukan. Cara penanggulangan baru dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber
penularan dengan suatu penelitian kasus pembanding (Taylor et al., 1982 dalam
Maulani, 2010).
c.
Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah
diketahui maka penanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun masih
memerlukan penyelidikan yang luas tentang etiologinya.
Sebagai contoh: suatu KLB Organophosphate pada tahun 1986. Diketahui bahwa
sumber penularan adalah roti, sehingga cara penanggulangan segera dapat
dilakukan dengan mengamankan roti tersebut. Penyelidikan KLB masih diperlukan
untuk mengetahui etiologinya yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, yang
ditemukan parathion sebagai penyebabnya (Etzel et al., 1987 dalam Maulani,
2010).
d.
Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka
penanggulangan tidak dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara penanggulangan
baru dapat dilakukan sesudah penyelidikan.
Sebagai contoh: Pada KLB Legionare pada tahun 1976, cara penanggulangan baru
dapat dikerjakan sesudah suatu penyelidikan yang luas mengenai etiologi dan cara
penularan penyakit tersebut (Frase et al., 1977 dalam Maulani, 2010).
7.
a.
Secara umum keadaan penyebab KLB adalah adanya perubahan keseimbangan dari
agent, penjamu, dan lingkungan.
8.
c.
9.
Penyusunan Rekomendasi
a.
Program Pengendalian
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengendalian (Monitoring/Supervisi)
Penanggulangan KLB
Penyelidikan epidemilogis
Merupakan tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orangorang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena penyakit agar jangan
sampai terjangkit penyakit.
4)
7)
Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau
kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang
ada dengan kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah populasi total
(Dorland, 2002).
Buku Azrul azwar, Pengantar Epidemiologi (winda)
a. Insidensi : Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di suatu kelompok masyarakat. Angka
insidensi (Insiden rate) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan
pada periode waktudan tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana
penyakit tersebut berjangkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000
kasus atau per 100.000 penduduk per tahun.
b. Prevalensi : Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan dalam jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Angka
prevalensi adalah jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan
kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu
tertentu (Point prevalen) atau periode waktu tertentu (Period prevalence), tanpa
melihat kapan penyakit itu dimulai dibagi dengan jumlah penduduk pada titik waktu
dan periode waktu tertentu.
Tentu banyak dari kita yang bingung dengan permasalahan epidemiologi ini.
Insidensi dan prevalensi berbeda dari sisi kasusnya. Insidensi mengacu pada
frekuensi perkembangan penyakit yang baru dalam suatu populasi dalam periode
waktu tertentu, biasanya satu tahun. Ketika kita mengatakan bahwa kejadian
kanker ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir,
kita berarti bahwa lebih banyak orang telah mengembangkan tahun ini kondisi ke
tahun, yaitu:, kejadian kanker tiroid telah meningkat, dengan 13.000 kasus baru
didiagnosis tahun ini. Intinya, pada insidensi, angka yang dianggap masuk di
dalamnya hanyalah kasus yang BARU terjadi atau BARU TERDIAGNOSIS di periode
tersebut. Ingat, kata kuncinya adalah KASUS BARU.
Sedangkan prevalensi mengacu pada saat ini jumlah orang yang menderita
penyakit pada tahun tertentu. Jumlah ini termasuk semua orang yang mungkin
telah didiagnosis pada tahun sebelumnya, serta pada tahun berjalan. Insiden kanker
adalah 20.000 tahun dengan prevalensi 80.000 berarti bahwa ada 20.000 kasus
baru didiagnosa setiap tahun dan ada 80.000 orang tinggal di negara-negara
Amerika dengan penyakit ini, 60.000 di antaranya didiagnosis dalam dekade
terakhir dan masih hidup dengan penyakit. Jumlah orang yang disembuhkan dari
penyakit ini tidak termasuk dalam prevalensi. Jadi, pada intinya, prevalensi adalah
jumlah orang yang sakit pada periode tertentu, tidak peduli apakah pasien tersebut
sudah sakit sebelumnya ataupun baru saja terdiagnosis, yang penting saat ini dia
mengalami sakit, itu masuk dalam prevalensi. Prevalensi adalah KASUS LAMA +
KASUS BARU.
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan yang terus menerus berupa pengumpulan
data, analisis dan interpretasi data kesehatan yang digunakan untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi aktivitas kesehatan, dan kemudian diseminasi sehingga
langkah efektif pencegahan penyakit bisa dilakukan. (WHO)
Tujuan surveilans :
Memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga
penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons
pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.
Tujuan khusus surveilans:
Surveilans adalah penting bagi praktisi epidemiologi karena digunakan untuk :
Menemukan kasus kluster atau isolasi
Menilai kejadian kasus kesehatan sekaligus trennya
Mengukur factor kausal penyakit
Memonitor keefektifan dan mengevaluasi program pencegahan, strategi intervensi
dan perubahan kebijakan kesehatan
Perencanaan dan menyediakan pelayanan ksesehatan.
Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2)
Surveilans aktif. Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan
menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang